PERANCANGAN TEMPAT TIDUR BALITA DENGAN PENDEKATAN SECARA ERGONOMI.

PERANCANGAN TEMPAT TIDUR BALITA
DENGAN PENDEKATAN SECARA ERGONOMI

PROPOSAL

OLEH :
YOANDA DWI PRASETYO
0932010010

J URUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
2012

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

SKRIPSI
PERANCANGAN TEMPAT TIDUR BALITA
DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI

Disusun Oleh :
YOANDA DWI PRASETYO
NPM : 0932010010
Telah dipertahankan dihadapan dan diter ima oleh Tim Penguji Skripsi
J ur usan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industr i
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veter an” J awa Timur
Pada Tanggal 25 Oktober 2012
Dosen Penguji

Dosen Pembimbing

1.

1.

Enny Ariyani, ST., MT.
NPY. 3700 9950 0411

Ir. Hari Purwoadi, MM.
NIP. 19480828 198403 1 001

2.

Ir . Budi Santoso, MMT.
NIP. 19561205 198703 1 001

2.

Ir Er lina Pur namawaty, MT.
NIP. 19580828 198903 2 001

3.

Enny Ariyani, ST., MT.
NPY. 3700 9950 0411
Sur abaya, 30 Oktober 2012
Dekan Fakultas Teknologi Industri
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur

Ir. Sutiyono, MT.
19600713 198703 1 001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

i

KATA PENGANTAR

Assalamu’alikum Wr. Wb.
Segala puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas
segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga dapat terselesaikan Tugas Akhir/Skripsi
dengan judul “Perancangan Tempat Tidur Balita Dengan Pendekatan Ergonomi”
Tugas Akhir/Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh
oleh mahasiswa jenjang pendidikan Strata-1 (Sarjana) Jurusan Teknik Industri,
Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa
Timur guna meraih gelar kesarjanaan.
Dalam penyusunan Tugas Akhir/Skripsi ini penulis ingin mengucapkan
rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.

Bapak Prof. Dr. H. R. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2.

Bapak Ir. Sutiyono, MT selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri
UPN “Veteran” Jawa Timur.

3.

Bapak DR. Ir. Minto Waluyo, MM selaku Ketua Jurusan Teknik Indutri
UPN “Veteran” Jawa Timur.

4.

Bapak Drs. Pailan, MPd selaku Sekretaris Jurusan Teknik Indutri
UPN “Veteran” Jawa Timur.

5.

Ibu Enny Ariyani, ST, MT selaku Dosen Pembimbing I Skripsi.


6.

Ibu Ir. Elina Purnamawaty, MT selaku Dosen Pembimbing II Skripsi.

7.

Ibu Ir. Nisa Masruroh, MT dan Bapak Drs. Sartin. Mpd selaku Dosen
Penguji Seminar I.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ii

8.

Ibu Ir. Sumiati, MT dan Bapak Ir. Handoyo, MT selaku Dosen Penguji
Seminar II.


9.

Segenap staff Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan banyak pengetahuan selama
masa perkuliahan.

10.

Seluruh Keluargaku (Papa, Mama, Kakak, dan Kekasih) Makasi banyak atas Doa,
Semangat, dan Support yang uda diberikan buat aku.

11.

Teman-temanku (Robby, Yoanda, Mira, Mita, dan Angga), terima kasih
banyak.

12.

Pihak – pihak terkait yang membantu dalam penyelesaian Tugas
Akhir/Skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih

banyak.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Tugas Akhir/Skripsi ini terdapat

kesalahan dan kekurangan yang masih perlu diperbaiki, untuk itu sebagai penulis,
kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
kesempurnaan Tugas Akhir/Skripsi ini. Akhir kata, semoga Tugas Akhir/Skripsi
ini bermanfaat bagi semua pihak.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surabaya, 23 Oktober 2012

Penulis

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................
DAFTAR ISI ................................................................................................

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
DAFTAR TABEL ........................................................................................
ABSTRAKSI ................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN. ............................................................................

1

1.1 Latar Belakang ............................................................................

1

1.2 Perumusan Masalah .....................................................................

2

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................

2

1.4 Batasan Masalah .........................................................................


2

1.5 Asumsi-asumsi ...........................................................................

3

1.6 Manfaat Penelitian .......................................................................

3

1.7 Sistematika Penulisan ..................................................................

4

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA ..................................................................

6

2.1 Definisi Perancangan, Pengembangan dan Inovasi Produk...........


6

2.1.1 Perancangan Produk ..........................................................

6

2.1.2 Pengembangan Produk.......................................................

7

2.1.3 Inovasi Produk...................................................................

8

2.2 Ergonomi ....................................................................................

9

2.2.1 Sejarah dan Perkembangan Ergonomi ...............................


9

2.2.2 Definisi Ergonomi ............................................................ 11
2.3 Anthropometri ............................................................................. 13

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.3.1 Definisi Anthropometri ..................................................... 13
2.3.2 Data Anthropometri .......................................................... 13
2.3.3 Aplikasi Distribusi Normal dan Persentil Dalam
Penetapan Data Anthropometri ......................................... 23
2.4 Tempat Tidur Balita .................................................................... 26
2.4.1 Ukuran Balita ................................................................... 27
2.5 Pengujian Data ............................................................................ 28
2.5.1 Uji Keseragaman Data ........................................................ 28
2.5.2 Uji Kecukupan Data ............................................................ 29
2.5.3 Penelitian Terdahulu ........................................................... 31
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 33
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 33
3.2 Identifikasi Variabel .................................................................... 33
3.3 Langkah-langkah Pemecahan Masalah ........................................ 34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 40
4.1 Pengumpulan Data ...................................................................... 40
4.1.1 Data Anthropometri Pengguna .......................................... 40
4.2 Pengolahan Data ......................................................................... 42
4.2.1 Desain Tempat Tidur Balita Awal..................................... 42
4.2.2 Desain Tempat Tidur Balita Usulan .................................. 43
4.2.2.1 Uji Keseragaman Data ......................................... 43
4.2.2.2 Uji Kecukupan Data ............................................. 50
4.2.2.3 Menentukan Persentil ........................................... 54
4.2.2.4 Perancangan Desain Tempat Tidur Balita Usulan . 58

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4.2.2.5 Uji Coba PemakaianTempat Tidur Balita Usulan . 59
4.2.2.6 Perbandingan Desain Tempat Tidur Balita Awal dan
Usulan .................................................................. 60
4.3 Hasil dan Pembahasan ................................................................. 63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 65
5.1 Kesimpulan ................................................................................. 65
5.2 Saran ........................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRAKSI
Kenyamanan dalam sebuah aktifitas adalah sebuah kebutuhan mutlak yang sangat
dicari dan dioptimalkan oleh setiap creator maupun innovator di bidang human
comfortable. Berbagai macam bentuk model perlindungan maupun peralatan yang
menunjang sebuah nilai keamanan pada diri manusia, seperti halnya pakaian yang
melindungi manusia dari kondisi alam di sekitar tubuh yang dibalutnya.
Tempat tidur balita yang ada pada saat ini tidak menyediakan tempat duduk bagi
ibu balitanya, bahkan harus repot untuk berpindah mencari tempat duduk lagi, selain itu
pengaman dari sisi-sisi tempat tidur balita yang ada pada saat ini kurang meninjau dari
segi ketinggiannya. Tempat tidur balita pada saat ini tidak menyediakan laci sebagai
tempat menyimpan pakaian balitanya juga.
Dari permasalahan di atas dimana tempat tidur balita yang digunakan di
masyarakat penggunanya masih sangat kurang ergonomis dan terlalu sederhana, sehingga
dilakukan penelitian yang bertujuan untuk merancang tempat tidur balita yang sudah ada
saat ini menjadi lebih ergonomis sesuai dengan kebutuhan konsumen.
Adapun ukuran tempat tidur balita awal adalah panjang 90 cm, lebar 60 cm, dan
tinggi pelindung samping 25 cm. Tempat tidur balita yang ada pada saat ini tidak
menyediakan tempat duduk bagi ibu balitanya, selain itu pengaman dari sisi-sisinya
tempat tidur balita kurang meninjau dari segi ketinggiannya, serta tidak menyediakan
tempat menyimpan pakaian balitanya juga. Hal tersebut juga diperkuat oleh hasil
kuisioner tempat tidur awal, bahwa cukup sebanyak 6 jawaban, tidak sesuai sebanyak 114
jawaban, sangat tidak sesuai sebanyak 80 jawaban yang ditinjau dari kelima variabelnya.
Sedangkan tempat tidur balita usulan mempunyai ukuran panjang adalah 100 cm, lebar
adalah 63, tinggi pelindung samping adalah 62 cm, lebar dudukan kursi adalah 63 cm,
panjang dudukan kursi adalah 44 cm, tinggi dudukan kursi adalah 40 cm, tinggi sandaran
dudukan kursi adalah 44 cm. Tempat tidur balita usulan saat ini mempunyai beberapa
kelebihan, yaitu luas tempat tidurnya yang lebih besar, mempunyai tempat duduk untuk
ibu balita saat menyusui, mempunyai pelindung samping lebih tinggi untuk safety balita,
dan mempunyai laci untuk tempat menyimpan pakaian dari balitanya. Hal tersebut juga di
perkuat oleh hasil kuisioner tempat tidur usulan sangat sesuai sebanyak 123 jawaban,
sesuai sebanyak 75 jawaban, cukup sebanyak 2 jawaban yang ditinjau dari kelima
variabelnya. Maka berdasarkan perbandingan kriteria hasil responden di atas, desain
tempat tidur usulan mempunyai kriteria sangat sesuai dan sesuai paling banyak, jadi dapat
disimpulkan bahwa desain tempat tidur usulan adalah tempat tidur yang ergonomis.

Kata kunci : creator, innovator, human comfortable, ergonomis

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah
Kenyamanan dalam sebuah aktifitas adalah sebuah kebutuhan mutlak yang

sangat dicari dan dioptimalkan oleh setiap creator maupun innovator di bidang
human comfortable. Berbagai macam bentuk model perlindungan maupun
peralatan yang menunjang sebuah nilai keamanan pada diri manusia, seperti
halnya pakaian yang melindungi manusia dari kondisi alam di sekitar tubuh yang
dibalutnya, dan sudah tentu hal ini membutuhkan campur tangan seorang
desaigner sebagai pencipta sekaligus pemberi nilai lebih dibidang estetika dan
daya persuasive.
Tempat tidur balita merupakan salah satu alat penunjang balita yang
digunakan setelah ibu balita melahirkan. Tempat tidur balita pada umumnya
hanya digunakan sampai 2 tahun, karena 2 tahun itu merupakan usia produktif
bayi untuk menerima asi dari sang ibu, namun biasanya tempat tidur balita tidak
bisa digunakan untuk balita yang berusia lebih dari 2 tahun. Selain itu tempat tidur
balita yang ada pada saat ini tidak menyediakan tempat duduk bagi ibu balitanya,
hal ini sangat membuat ibu balitanya sedikit kerepotan dan terlalu lelah untuk
memindahkan bayinya untuk menyusui karena terlalu jauh dari tempat tidurnya,
bahkan harus repot untuk berpindah mencari tempat duduk lagi, selain itu
pengaman dari sisi-sisi tempat tidur balita yang ada pada saat ini kurang meninjau
dari segi ketinggiannya, yang menyebabkan balita bisa terjatuh dari tempat
tidurnya. Tempat tidur balita pada saat ini kurang melihat dari segi ekonomis

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

produknya, dimana tidak menyediakan laci sebagai tempat menyimpan pakaian
balitanya, yang menyebabkan orang tua harus menyediakan lemari khusus lagi
untuk balitanya.
Dari permasalahan di atas dimana tempat tidur balita yang digunakan di
masyarakat penggunanya masih sangat kurang ergonomis dan terlalu sederhana,
sehingga dilakukan penelitian yang bertujuan untuk merancang tempat tidur balita
yang sudah ada saat ini menjadi lebih ergonomis sesuai dengan kebutuhan
konsumen sehingga memberi kenyamanan pada penggunanya dan memberikan
kelebihan terhadap tempat tidur balita yang sudah ada dengan menambah fungsi
tempat duduk bagi penggunanya serta menambah laci pada tempat tidur balitanya
sebagai tempat pakaian balitanya.

1.2

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan yang

dihadapi, yaitu :
“ Bagaimana merancang tempat tidur balita yang ergonomis ?”

1.3

Tujuan Penelitian
Melakukan perancangan dan pembuatan tempat tidur balita yang

ergonomis sehingga mampu memberikan kenyamanan dalam penggunaannya.

1.4

Batasan Masalah
Untuk menghindari terlalu luasnya permasalahan maka dilakukan

pembatasan masalah sebagai berikut:
1. Data antrophometri untuk desain tempat tidur balita adalah ibu dan balita
masing-masing sebanyak 40 orang (40 ibu dan 40 balita).
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2. Persentil yang digunakan adalah persentil 50, dan 95.
3. Penelitian dilakukan pada tempat tidur balita yang ada pada klinik-klinik dan
masyarakat pengguna tempat tidur balita.
4. Tidak dilakukannya perhitungan biaya.
5. Tingkat keyakinan sebesar 95% dan tingkat ketelitian sebesar 5%.
6. Desain tempat tidur balita hanya untuk satu ibu dan satu balita Indonesia.
7. Desain tempat tidur balita digunakan pada balita usia 0-2 tahun dan 2-5 tahun.

1.5

Asumsi-asumsi
Asumsi-asumsi yang diperlukan dalam melaksanakan penelitian yaitu:

1. Kondisi pengguna diukur dalam keadaan normal.
2. Desain disesuaikan dengan permasalahan yang ada dan kebutuhan pengguna.
3. Tidak terdapat kelalaian dalam melakukan pengukuran data anthropometri.
4. Jumlah pengguna yang diukur dapat mewakili semua pengguna tempat tidur
balita tersebut.

1.6

Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dengan melakukan penelitian ini adalah :

a. Bagi Peneliti
Sebagai latihan untuk menerapkan teori yang diberikan dibangku kuliah dalam
permasalahan nyata.
b. Bagi Pengguna (penguna tempat tidur balita)
1.

Hasil penulisan ini diharapkan dapat menjadi pegangan bagi penggunanya
tentang

faktor-faktor

apa

saja

yang

mengembangkan sebuah produk.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

dapat

digunakan

untuk

2.

Mengetahui pengaruh-pengaruh apa saja yang dihasilkan dari kombinasi
beberapa faktor dominan tersebut.

3.

Dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang faktor-faktor
konsumen dalam pengembangan produk dengan pendekatan ergonomi.

c. Bagi Ilmu Pengetahuan
Dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam memecahkan masalah sejenis
dengan penulisan ini, khususnya tentang faktor-faktor yang dominan terhadap
perancangan dan pengembangan produk sehingga masih dapat dikembangkan
dalam penelitian-penelitian selanjutnya.

1.7

Sistematika Penelitian
Pada dasarnya sistematika penyusunan adalah suatu hal yang sangat

diperlukan dalam pembuatan karya tulis karena sistematika penyusunan memuat
seluruh isi karya tulis secara berurutan sehingga dapat terlihat dengan jelas
mengenai masalah-masalah yang dibahas. Dalam hal ini makalah skripsi yang
dibuat oleh penyusun adalah membahas mengenai hal-hal sebagai berikut :
BAB I

PENDAHULUAN
Menjelaskan secara umum mengenai latar belakang, tujuan

ruang

lingkup sistematika penulisan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan teori-teori mengenai obyek produk yaitu, teori
mengenai desain perancangan produk tempat tidur balita dan
pendekatan ergonomi.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB III

METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan lokasi penelitian ,metode pengumpulan data dan
langkah pemecahan masalah.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN
Menjelaskan pengumpulan data dan perancangan tempat tidur balita
yang ergonomis dan inovatif.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi tentang kesimpulan terhadap permasalahan yang telah dibahas
serta memberikan saran yang bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Perancangan, Pengembangan dan Inovasi Produk.
2.1.1 Perancangan Produk.
Kesejahteraan dan kualitas hidup manusia yang telah mencapai tingkat yang
tinggi saat

ini,

sebagian besar adalah akibat diciptakan, dibuat dan

dimanfaatkannya berbagai produk dan jasa yang tak terhitung macam dan
jumlahnya oleh para insinyur dan ahli-ahli teknik lainnya. Kontribusi para ahli
teknik dalam meningkatkan kesejahteraan manusia tersebut adalah dalam kegiatan
mencipta, merancang dan membuat produk dan jasa yang berguna bagi manusia
karena meringankan beban hidupnya dan membuat hidup lebih nyaman. Produk
dan jasa tersebut juga harus memenuhi beberapa persyaratan modern seperti tidak
merusak lingkungan, hemat energi dan lain sebagainya.
Perancangan dan pembuatan produk merupakan bagian yang sangat besar
dari kegiatan teknik yang ada. Perancangan adalah kegiatan awal dari suatu
rangkaian kegiatan dalam proses pembuatan produk. Dalam tahap perancangan
tersebut dibuat keputusan-keputusan penting yang mempengaruhi kegiatankegiatan lain yang menyusulnya. Diantara keputusan penting tersebut, termasuk
keputusan yang membawa akibat apakah industri dalam negeri dapat
berpartisipasi atau tidak dalam suatu pembangunan proyek.
Dalam bentuk yang paling sederhana, hasil rancangan dapat berupa sebuah
sketsa atau gambar sederhana dari produk yang akan dibuat. Dalam hal si pembuat

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

produk adalah si perancang sendiri, maka sketsa atau gambar yang dibuat cukup
sederhana saja asalkan dapat dimengertinya sendiri.
2.1.2 Pengembangan Produk.
Pengembangan produk merupakan usaha meningkatkan mutu dari barang
atau jasa dan penemuan barang atau jasa baru yang akan menambah kepuasan
konsumen. Dari pengertian pengembangan produk tersebut tampak sekali bahwa
segala bentuk barang dan jasa yang dihasilkan selalu berkaitan dengan kepuasan
konsumen. Agar proses pengembangan produk dapat berjalan secara tepat dan
akurat yang sesuai dengan keinginan konsumen dalam menunjang kelancaran
usaha pada perusahaan maka diperlukan suatu biaya yang maksimal, sehingga ada
pemisahan yang jelas antara biaya pengembangan produk dengan biaya volume
penjualan.
Tujuan perusahaan dalam mengembangkan produk adalah agar dapat
memenangkan persaingan terhadap barang sejenis, sehingga volume penjualan
dan laba perusahaan dapat meningkat serta perusahaan dapat mempertahankan
kelangsungan hidupnya dan dapat memperluas usahanya. Pengembangan produk
dapat pula dilakukan dengan cara memperbaiki produk yang sudah ada
(modifikasi produk), perbaikan produk yang sudah ada dilakukan dengan cara:
perbaikan mutu/kualitas, perbaikan segi/feature baru, dan perbaikan corak/motif.
Disamping menciptakan produk yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan
konsumen, perusahaan juga menciptakan suatu strategi pengembangan produk.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.1.3 Inovasi Produk.
Menurut etimologi, inovasi berasal dari kata innovation yang bermakna
‘pembaharuan; perubahan (secara) baru’. Inovasi adakalanya diartikan sebagai
penemuan, tetapi berbeda maknanya dengan penemuan dalam arti diskoveri atau
invensi. Diskoveri mempunyai makna penemuan sesuatu yang sesuatu itu telah
ada sebelumnya, tetapi belum diketahui orang; contohnya penemuan benua
Amerika. Sebenarnya, benua Amerika sudah ada sejak dahulu, tetapi baru
ditemukan pada tahun 1492 oleh orang Eropa yang bernama Columbus. Invensi
adalah penemuan yang benar-benar baru sebagai hasil kreasi manusia; contohnya
teori belajar, mode busana, dan sebagainya. Inovasi adalah suatu ide, produk,
metode, dan seterusnya yang dirasakan sebagai sesuatu yang baru, baik berupa
hasil diskoveri atau invensi yang digunakan untuk tujuan tertentu.
Pengertian inovasi tidak hanya terbatas pada benda atau barang hasil
produksi, tetapi juga mencakup sikap hidup, perilaku, atau gerakan-gerakan
menuju proses perubahan di dalam segala bentuk tata kehidupan masyarakat. Jadi,
secara umum, inovasi berarti suatu ide, produk, informasi teknologi,
kelembagaan, perilaku, nilai-nilai, dan praktik-praktik baru yang belum banyak
diketahui, diterima, dan digunakan/diterapkan oleh sebagian besar warga
masyarakat dalam suatu lokalitas tertentu, yang dapat digunakan atau mendorong
terjadinya perubahan-perubahan di segala aspek kehidupan masyarakat demi
terwujudnya perbaikan mutu setiap individu dan seluruh warga masyarakat yang
bersangkutan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.2 Ergonomi
2.2.1 Sejarah dan Per kembangan Ergonomi
Istilah "ergonomi" mulai dicetuskan pada tahun 1949, akan tetapi aktivitas
yang berkenaan dengannya telah bermunculan puluhan tahun sebelumnya.
Beberapa kejadian penting diilustrasikan sebagai berikut:
1. C.T. Thackrah, England., 1831.
Thackrah adalah seorang dokter dari Inggris/England yang meneruskan
pekerjaan dari seorang Italia bernama Ramazzuu, dalam serangkaian kegiatan
yang berhubungan dengan lingkungan kerja yang tidak nyaman yang dirasakan
oleh para operator ditempat kerjanya. la mengamati postur tubuh pada saat
bekerja sebagai bagian dari masalah kesehatan. Pada saat itu Thackrah
mengamati seorang penjahit yang bekerja dengan posisi dan dimensi kursi,
meja yang kurang sesuai secara anthropometri, serta pencahayaan yang tidak
ergonomis sehingga mengakibatkan membungkuknya badan dan iritasi indera
penglihatan. Disamping itu juga mengamati para pekerja yang berada pada
lingkungan kerja dengan temperatur tinggi, kurangnya ventilasi, jam kerja yang
panjang, dan gerakan kerja yang berulang-ulang (repetitive work).
2. F. W. Taylor, U.S.A., 1898.
Frederick W. Taylor adalah seorang insinyur Amerika yang menerapkan
metoda ilmiah untuk menentukan cara yang terbaik dalam melakukan suatu
pekerjaan. Beberapa metodanya merupakan konsep ergonomi dan manajemen
modern.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3. F .B. Gilberth, U.S.A., 1911.
Gilbreth juga mengamati dan mengoptimasi metoda kerja, dalam hal ini lebih
mendetail dalam Analisa Gerakan dibandingkan dengan Taylor. Dalam
bukunya Motion Study yang diterbitkan pada tahun 1911 ia menunjukkan
bagaimana postur membungkuk dapat diatasi dengan mendesain suatu sistem
meja yang dapat diatur naik-turun (adjustable).
4. Badan Penelitian untuk Kelelahan Industri (Industrial Fatigue Research Board),
England, 1918.
Badan ini didirikan sebagai penyelesaian masalah yang terjadi di pabrik
amunisi pada Perang Dunia Pertama. Mereka menunjukkan bagaimana output
setiap harinya meningkat dengan jam kerja per hari-nya yang menurun.
Disamping itu mereka juga mengamati waktu siklus optimum untuk sistem
kerja berulang (repetitive work systems) dan menyarankan adanya variasi dan
rotasi pekerjaan.
5. E. Mayo dan teman-temannya, U.S.A., 1933.
Elton Mayo seorang warga negara Australia, memulai beberapa studi di suatu
Perusahaan Listrik yaitu Western Electric Company, Hawthorne,Chicago.
Tujuan studinya adalah untuk mengkuantifikasi pengaruh dari variabel fisik
seperti misalnya pencahayaan dan lamanya waktu istirahat terhadap faktor
efisiensi dari para operator kerja pada unit perakitan.
6. Perang Dunia Kedua, England dan U.S.A.
Masalah operasional yang terjadi pada peralatan militer yang berkembang
secara cepat (seperti misalnya pesawat terbang) harus melibatkan sejumlah
kelompok interdisiplin ilmu secara bersama-sama sehingga mempercepat

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

perkembangan ergonomi pesawat terbang. Masalah yang ada pada saat itu
adalah penempatan dan identifikasi untuk pengendali pesawat terbang,
efektifitas alat peraga (display), handel pembuka, ketidaknyamanan karena
terlalu panas atau terlalu dingin, desain pakaian untuk suasana kerja yang
terlalu panas atau terlalu dingin dan pengaruhnya pada kinerja operator.
7. Pembentukan Kelompok Ergonomi.
Pembentukan Masyarakat Peneliti Ergonomi (the Ergonomics Research
Society) di England pada tahun 1949 melibatkan beberapa profesional yang
telah banyak berkecimpung dalam bidang ini. Hal ini menghasilkan jurnal
(majalah ilmiah) pertama dalam bidang Ergonomi pada Nopember 1957.
Perkumpulan

Ergonomi

Internasional

(The

International

Ergonomics

Association) terbentuk pada tahun 1957, dan The Human Faktors Society di
Amerika pada tahun yang sama. Di samping itu patut diketahui pula bahwa
Konperensi Ergonomi Australia yang pertama diselenggarakan pada tahun
1964, dan hal ini mencetuskan terbentuknya Masyarakat Ergonomi Australia
dan New Zealand (The Ergonomics Society of Australia and New Zealand).
2.2.2 Definisi Ergonomi
Ergonomi atau ergonomics (bahasa inggrisnya) sebenarnya berasal dari kata
Yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum. Dengan
demikian ergonomi dimaksudkan sebagai disiplin keilmuan yang mempelajari
manusia dalam kaitannya dengan pekerjaannya. Istilah ergonomi lebih populer
digunakan oleh beberapa Negara Eropa barat. Di Amerika istilah ini biasa disebut
dengan human factors engineering atau human engineering. Demikian pula ada
banyak istilah lainnya yang secara praktis mempunyai maksud yang sama seperti
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Biomechanis.Bio-technology, Engineering Psychology atau Arbeltswissensschaft
(Jerman). Disiplin ergonomi secara khusus akan mempelajari keterbatasan dari
kemampuan manusia dalam berinteraksi dengan teknologi dan produk-produk
buatannya. Disiplin ini berangkat dari kenyataan bahwa manusia memiliki batas
kemampuan baik jangka pendek maupun jangka panjang pada saat berhadapan
dengan keadaan lingkungan system kerjanya yang berupaperangkat keras (mesin,
peralatan kerja dll) dan atau perangkat lunak (metode kerja, system dan prosedur,
dll). Dengan demikian terlihat jelas bahwa ergonomi adalah suatu keilmuan yang
multidisplin, karena disini akan mempelajari pengetahuan-pengetahuan dari ilmu
kehayatan (kedokteran, biologi) ilmu kejiwaan (psikologi) dan kemasyarakatan
(sosiologi). Pada prinsipnya disiplin ergonomi akan mempelajari apa akibat-akibat
jasmani, kejiwaan dan sosial dari teknologi dan produk-produknya terhadap
manusia melalui pengetahuan-pengetahuan tersebut pada jenjang mikro maupun
makro. Karena yang dipelajari adalahdampak dari teknologi dan produkproduknya,

makapengetahuan

yang

khusus

dipelajari

berkaitan

engan

Biomekanika, Anthropometri teknik, Teknologi produksi, Lingkungan fisik
(temperature, pencahayaan, dsb) dan lain-lain.
Maksud dan tujuan dari disiplin ergonomi ialah untuk mendapatkan suatu
pengetahuanyang utuh tentang permasalahan-permasalahan interaksi manusia
dengan teknologi dan produk-produknya, sehingga dimungkinkan adanya suatu
rancangan system manusia-manusia (teknologi) yang optimal. Dengan demikian
disiplin ergonomic melihat permasalahan interaksi tersebut sebagai suatu system
dengan pemecahan-pemecahan masalahnya melalui proses pendekatan system
pula.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Human engineering atau sering pula disebut ergonomi didefinisikan sebagai
perancangan “man-machine interface” sehingga pekerja dan mesin (ataupun
produk lainnya) bisa berfungsi lebih efektif dan efisien sebagai sistemmanusiamesin yang terpadu. Disiplin ini akan mencoba membawa ke arah proses
perancangan mesin yang tidak saja memiliki kemampuan produksi yang lebih
canggih lagi, melainkan juga memperhatikan aspek-aspek yang berkaitan dengan
kemampuan dan keterbatasan manusia yang mengoperasikan mesin tersebut.
Tujuan pokoknya adalah terciptanya desain system manusia-mesin yang terpadu
sehingga efektifitas dan efisiensi kerja bisa tercapai secara optimal.

2.3 Anthropometri
2.3.1 Definisi Anthropometri
Menurut Sritomo Wignjosoebroto dalam bukunya istilah antropometri
berasal dari "anthro" yang berarti manusia dan "metri" yang berarti ukuran.
Secara definitif antropometri dapat dinyatakan sebagai satu studi yang berkaitan
dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Manusia pada dasarnya akan
memiliki bentuk, ukuran (tinggi, lebar dsb.) berat dan lain-lain. Yang berbeda satu
dengan yang lainnya. Antropometri secara luasakan digunakan sebagai
pertimbangan-pertimbangan

ergonomis dalam

proses perancangan (desain)

produk maupun sistem kerja yang akan memerlukan interaksimanusia. Data
antropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luasantara lain
dalam hal :
1. Perancangan areal kerja (work station, interior mobil, dll ).
2. Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas (tools) dan
sebagainya.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3. Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi/meja komputer
dll.
4. Perancangan lingkungan kerja fisik.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data antropometri akan
menentukan bentuk, ukuran dan dimensi yang tepat yang berkaitan dengan produk
yangdirancang dan manusia yang akan mengoperasikan / menggunakan produk
tersebut.

Dalam

kaitan

ini

maka

perancangan

produk

harus

mampu

mengakomodasikan dimensi tubuh dari populasi terbesar yang akan menggunakan
produk hasil rancangannya tersebut. Secara umum sekurang - kurangnya 90 % 95 % dari populasi yang menjadi target dalam kelompok pemakai suatu produk
haruslah mampu menggunakannya dengan selayaknya.
2.3.2 Data Anthropometri dan Cara Pengukurannya
Manusia pada umumnya akan berbeda – beda dalam hal bentuk dan dimensi
ukuran tubuhnya. Ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi ukuran tubuh
manusia , yaitu (Stevenson, 1989; Nurmianto, 2003) :
1. Umur
Secara umum dimensi tubuh manusia akan tumbuh dan bertambah besar
seiring dengan bertambahnya umur yaitu sejak awal kelahiran sampai dengan
umur sekitar 20 tahunan. Dari suatu penelitian ysng dilakukan oleh A. F.
Roche dan G. H. Davila (1972) di USA diperoleh kesimpulan bahwa laki-laki
akan tumbuh dan berkembang naik sampai dengan usia 21,2 tahun, sedangkan
wanita 17,3 tahun. Meskipun ada 10 % yang masih terus bertambah tinggi
sampai usia 23,5 tahun (laki-laki) dan 21,1 tahun (wanita). Setelah itu, tidak
lagi akan terjadi pertumbuhan bahkan justru akan cenderung berubah menjadi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

pertumbuhan menurun ataupun penyusutan yang dimulai sekitar umur 40
tahunan (Sritomo Wignjosoebroto, 1995).
2. Jenis kelamin (sex)
dimensi ukuran tubuh laki-laki umumnya akan lebih besar dibandingkan
dengan wanita, terkecuali untuk beberapa bagian tubuh tertentu seperti pinggul,
dan sebagainya.
3. Suku bangsa (etnic)
Setiap suku bangsa ataupun kelompok etnic akan memiliki karakteristik fisik
yang berbeda satu dengan yang lainnya. Dimensi tubuh suku bangsa Negara
Barat pada umumnya mempunyai ukuran yang lebih besar daripada dimensi
tubuh suku bangsa negara Timur.
4. Keacakan / Random
Hal ini menjelaskan bahwa walaupun telah terdapat dalam satu kelompok
populasi yang sudah jelas sama jenis kelamin, suku atau bangsa, kelompok usia
dan pekerjaannya, namun masih akan ada perbedaan yang cukup signifikan
antara berbagai macam masyarakat.

5. Jenis Pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan tertentu menuntut adanya persyaratan dalam seleksi
karyawan. Misalnya, buruh dermaga harus mempunyai postur tubuh yang
relatif lebih besar dibandingkan dengan karyawan perkantoran pada umumnya.
Apalagi jika dibandingkan dengan jenis pekerjaan militer.
6. Pakaian
Tebal tipisnya pakaian yang dikenakan, dimana faktor iklim yang berbeda akan
memberikan varisi berbeda-beda pula dalam bentuk rancangan dan spesifikasi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

pakaian. Dengan demikian dimensi tubuh orangpun akan berbeda dari satu
tempat dengan tempat yang lainnya.
7. Faktor Kehamilan
Kondisi semacam ini akan mempengaruhi bentuk dan ukuran tubuh khususnya
bagi perempuan. Hal tersebut jelas memerlukan perhatian khusus terhadap
produk-produk yang dirancang bagi segmen seperti ini.
8. Tubuh Cacat
Hal ini jelas menyebabkan perbedaan antara yang cacat dengan yang tidak
terhadap ukuran dimensi tubuh manusia.
9. Posisi tubuh (posture)
Sikap ataupun posisi tubuh akan berpengaruh terhadap ukuran tubuh oleh
karena itu harus posisi tubuh standar harus diterapkan untuk survei
pengukuran.
Berkaitan dengan posisi tubuh manusia dikenal dua cara pengukuran, yaitu:
a. Antropometri Statis (Structural Body Dimensions).
Disini tubuh diukur dalam berbagai posisi standard dan tidak bergerak (tetap
tegak sempurna). Dimensi tubuh yang diukur meliputi berat badan, tinggi
tubuh, dalam posisi berdiri, maupun duduk, ukuran kepala, tinggi/panjang
lutut, pada saat berdiri/duduk, panjang lengan, dan sebagainya.
b. Antropometri Dinamis (Functional Body Dimensions).
Disini pengukuran dilakukan terhadap posisi tubuh pada saat berfungsi
melakukan gerakan-gerakan tertentu yang berkaitan dengan kegiatan yang
harus diselesaikan (Sritomo Wignjosoebroto, 1995) .

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Selanjutnya untuk memperjelas mengenai data antropometri yang tepat
diaplikasikan dalam berbagai rancangan produk ataupun fasilitas kerja, diperlukan
pengambilan ukuran dimensi anggota tubuh. Penjelasan mengenai pengukuran
dimensi antropometri tubuh yang diperlukan dalam perancangan dijelaskan pada
gambar 2.1.

Gambar 2.1. Antropometri untuk Perancangan Produk
Sumber: Sritomo Wignjosoebroto, 2003

Gambar 2.2. Antropometri Tinggi Badan Berdiri dan Duduk
Sumber : Sritomo Wignjosoebroto, 2003

Keterangan gambar 2.1. di atas, yaitu:
1 : Dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai sampai dengan ujung
kepala).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2 : Tinggi mata dalam posisi berdiri tegak.
3 : Tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak.
4 : Tinggi siku dalam posisi berdiri tegak (siku tegak lurus).
5 : Tinggi kepalan tangan yang terjulur lepas dalam posisi berdiri tegak (dalam
gambar tidak ditunjukkan).
6 : Tinggi tubuh dalam posisi duduk (di ukur dari alas tempat duduk pantat
sampai dengan kepala).
7 : Tinggi mata dalam posisi duduk.
8 : Tinggi bahu dalam posisi duduk.
9 : Tinggi siku dalam posisi duduk (siku tegak lurus).
10 : Tebal atau lebar paha.
11 : Panjang paha yang di ukur dari pantat sampai dengan. ujung lutut.
12 : Panjang paha yang di ukur dari pantat sampai dengan bagian belakang dari
lutut betis.
13 : Tinggi lutut yang bisa di ukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk.
14 : Tinggi tubuh dalam posisi duduk yang di ukur dari lantai sampai dengan
paha.
15 : Lebar dari bahu (bisa di ukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk).
16 : Lebar pinggul ataupun pantat.
17 : Lebar dari dada dalam keadaan membusung (tidak tampak ditunjukkan dalam
gambar).
18 : Lebar perut.
19 : Panjang siku yang di ukur dari siku sampai dengan ujung jari-jari dalam
posisi siku tegak lurus.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20 : Lebar kepala.
21 : Panjang tangan di ukur dari pergelangan sampai dengan ujung jari.
22 : Lebar telapak tangan.
23 : Lebar tangan dalam posisi tangan terbentang lebar kesamping kiri kanan
(tidak ditunjukkan dalam gambar).
24 : Tinggi jangkauan tangan dalam posisi berdiri tegak.
25 : Tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak.
26 : Jarak jangkauan tangan yang terjulur kedepan di ukur dari bahu sampai
dengan ujung jari tangan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Tabel 2.1. Perkiraan Antrophometri Untuk Masyarakat Hongkong, Dewasa, Dapat
Diekivalensikan Sementara Untuk Masyarakat Indonesia (Kesamaan Etnis Asia)
(mm)
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

25

26

Dimensi Tubuh
Tinggi Tubuh Posisi Berdiri
Tegak
Tinggi Mata
Tinggi Bahu
Tinggi Siku
Tinggi Genggaman Tangan
(Knuckle) pada Posisi
relaks kebawah
Tinggi Badan Posisi Duduk
Tinggi Mata Posisi Duduk
Tinggi Bahu Posisi Duduk
Tinggi Siku Posisi Duduk
Tebal Paha
Jarak dari Pantat ke Lutut
Jarak dari Lipat Lutut
(Popliteal) ke Pantat
Tinggi Lutut
Tinggi Lipat Lutut
(Popliteal)
Lebar Bahu (bideltoid)
Lebar Panggul
Tebal dada
Tebal Perut (abdominal)
Jarak dari Sikut ke Ujung
Jari
Lebar Kepala
Panjang Tangan
Lebar Tangan
Jarak Bentang dari Ujung
Jari tangan Kanan ke Kiri
Tinggi Pegangan Tangan
(grip) pada Posisi tangan
Vertikal ke atas & duduk
Tinggi Pegangan Tangan
(grip) pada Posisi tangan
Vertikal ke atas & duduk
Jarak genggaman tangan
(grip) ke punggung pada
posisi tangan ke depan
(horizontal)

Pria

Wanita
X
195%

5%

X

95%

S.D

105%

1.585

1.680

1.775

58

1.455

1.555

1.655

60

1.470
1.300
950

1.555
1.380
1.015

1.640
1.460
1.080

52
50
39

1.330
1.180
870

1.425
1.265
935

1.520
1.350
1.000

57
51
41

685

750

815

40

650

715

780

41

845
720
555
190
110
505

900
780
605
240
135
550

955
840
655
290
100
595

34
35
31
31
14
26

780
660
165
165
105
470

840
720
230
230
130
520

900
780
295
295
155
570

37
35
38
38
14
30

405

450

495

26

385

435

485

29

450

495

540

26

410

455

500

27

365

405

445

25

325

375

425

29

380
300
155
150

425
335
195
210

470
370
235
270

26
22
25
36

335
295
160
150

385
330
215
215

435
365
270
280

29
21
34
39

410

445

480

22

360

400

400

24

150
165
70

160
190
80

170
195
90

7
9
5

135
150
60

150
165
70

165
180
80

8
9
5

1.480

1.635

1.790

95

1.350

1.480

1.610

80

1.835

1.970

2.105

83

1.685

1.825

1.965

86

1.110

1.205

1.300

58

855

940

1.025

51

640

705

770

38

580

635

690

32

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

S.D

Tabel 2.2. Antrophometri Masyarakat Indonesia Yang Didapat Dari Interpolasi
Masyarakat British Dan Hongkong (Phesant, 1286) Terhadap Masyarakat
Indonesia (mm)
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

25

26

Dimensi Tubuh
Tinggi Tubuh Posisi Berdiri
Tegak
Tinggi Mata
Tinggi Bahu
Tinggi Siku
Tinggi Genggaman Tangan
(Knuckle) pada Posisi
relaks kebawah
Tinggi Badan Posisi Duduk
Tinggi Mata Posisi Duduk
Tinggi Bahu Posisi Duduk
Tinggi Siku Posisi Duduk
Tebal Paha
Jarak dari Pantat ke Lutut
Jarak dari Lipat Lutut
(Popliteal) ke Pantat
Tinggi Lutut
Tinggi Lipat Lutut
(Popliteal)
Lebar Bahu (bideltoid)
Lebar Panggul
Tebal dada
Tebal Perut (abdominal)
Jarak dari Sikut ke Ujung
Jari
Lebar Kepala
Panjang Tangan
Lebar Tangan
Jarak Bentang dari Ujung
Jari tangan Kanan ke Kiri
Tinggi Pegangan Tangan
(grip) pada Posisi tangan
Vertikal ke atas & duduk
Tinggi Pegangan Tangan
(grip) pada Posisi tangan
Vertikal ke atas & duduk
Jarak genggaman tangan
(grip) ke punggung pada
posisi tangan ke depan
(horizontal)

Pria

Wanita
X
195%

5%

X

95%

S.D

105%

1.532

1.632

1.732

61

1.464

1.563

1.662

60

1.425
1.247
932

1.520
1.338
1.003

1.615
1.429
1.074

58
55
43

1.350
1.184
886

1.446
1.272
957

1.542
1.361
1.028

58
54
43

655

718

782

39

646

708

771

38

809
694
523
181
117
500

864
749
572
231
140
545

919
804
621
282
163
590

33
33
330
31
14
272

775
666
501
175
115
488

834
721
550
229
140
527

893
776
599
283
165
586

36
33
30
33
15
30

405

450

495

27

488

537

586

30

448

496

544

29

428

472

516

27

361

403

445

26

337

382

428

28

382
291
174
174

424
331
212
228

466
371
250
282

26
24
23
33

342
298
178
175

385
345
228
231

428
392
278
287

26
29
30
34

405

439

473

21

374

409

287

34

140
161
71

450
176
79

160
190
87

6
9
5

135
153
64

146
168
71

157
183
78

7
9
4

1.520

1.663

1.806

87

1.400

1.523

1.646

75

1.795

1.923

2.051

78

1.712

1.841

1.969

79

1.065

1.169

1.273

63

945

1.030

1.115

52

649

708

767

37

610

661

712

31

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

S.D

Tabel 2.3. Anthropometri Telapak Tangan Orang Indonesia (mm)
No.

Dimensi Tubuh

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Panjang Tangan
Panjang Telapak Tangan
Panjang Ibu Jari
Panjang Jari Telunjuk
Panjang Jari Tengah
Panjang Jari Manis
Panjang Jari Kelingking
Lebar Ibu Jari (LPJ)
Tebal Ibu Jari (IPJ)
Lebar Jari Telunjuk
Tebal Jari Telunjuk
Lebar Telapak Tangan
(metacarpal)
Lebar Telapak Tangan
(sampai ibu jari)
Lebar Telapak Tangan
(minimum)
Tebal Telapak Tangan
(metacarpal)
Tebal Telapak Tangan
(sampai ibu jari)
Diameter Genggaman
(maksimum)
Lebar Maksimum (ibu jari
ke jari kelingking)
Lebar Fungsional
Maksimum (ibu jari ke jari
lain)
Segiempat minimum yang
dapat dilewati telapak
tangan

12
13
14
15
16
17
18
19

20

5%
163
92
45
62
70
62
48
19
19
18
16

X
176
100
48
67
77
67
51
21
21
20
18

74

81

88

Pria
95%
189
108
51
72
84
72
54
23
23
22
20

Wanita
X
195%
168
181
94
101
45
48
65
70
74
79
64
69
48
51
18
20
17
19
17
19
15
17

S.D
8
5
2
3
4
3
2
1
1
1
1

105%
155
87
42
60
69
59
45
16
15
15
13

88

4

68

73

78

3

98

108

6

82

89

96

4

68

75

82

4

64

59

74

3

28

31

34

2

25

27

29

1

41

48

47

2

41

44

47

2

45

48

51

2

43

46

49

1

177

192

206

9

169

184

199

9

122

132

142

6

113

123

134

6

57

62

67

3

51

56

61

3

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

S.D
8
4
2
3
3
3
2
1
1
1
1

2.3.3 Aplikasi Distribusi Nor mal dan Per sentil Dalam Penetapan Data
Anthropometri
Data anthropometri diperlukan agar supaya rancangan suatu produk bisa
sesuai dengan orang yang akan mengoperasikannya. Ukuran tubuh yang
diperlukan pada hakekatnya tidak sulit diperoleh dari pengukuran secara
individual. Adanya variansi ukuran sebenarnya akan lebih mudah diatasi bilamana
kita mampu merancang produk yang memiliki fleksibilitas dan sifat “mampu
suai” dengan suatu ukuran tertentu. Pada penetapan data anthropometri,
pemakaian distribusi normal akan umum diterapkan. Distribusi normal dapat
diformulasikan berdasarkan harga ratarata dan simpangan standarnya dari data
yang ada. Berdasarkan nilai yang ada tersebut, maka persentil (nilai yang
menunjukkan persentase tertentu dari orang yang memiliki ukuran pada atau di
bawah nilai tersebut) bisa ditetapkan sesuai tabel probabilitas distribusi normal.
Bilamana diharapkan ukuran yang mampu mengakomodasikan 95% dari populasi
yang ada, maka diambil rentang 2,5th dan 97,5th percentile sebagai batasbatasnya (Sritomo Wignjosoebroto, 1995).

Gambar 2.3. Distribusi Normal Yang Mengakomodasi 95% Dari Populasi
Sumber: SritomoWignjosoebroto, 2003

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Disamping berbagai variasi, pola umum dari suatu distribusi data
anthopometrik, seperti juga data-data lain, biasanya dapat diduga dan diperkirakan
seperti pada distribusi Gaussian. Distribusi semacam itu, bila disajikan melalui
grafik dengan membandingkan kejadian yang muncul terhadap besaran, biasanya
berbentuk kurva simetris atau berbentuk lonceng. Ciri umum kurva berbentuk
lonceng tersebut adalah besarnya prosentase pada bagian tengah dengan sediki
saja perbedaan yang mencolok pada bagian ujung dari skala grafik tersebut.
Secara statistik sudah diperlihatkan bahwa data hasil pengukuran tubuh
manusia pada berbagai populasi akan terdistribusi dalam grafik sedemikian rupa
sehingga data-data yang bernilai kurang lebih sama akan terkumpul di bagian
tengah grafik. Sedangkan data-data dengan nilai penyimpangan yang ekstrim akan
terletak pada ujung-ujung grafik. Telah disebutkan pula bahwa merancang untuk
kepentingan keseluruhan populasi sekaligus merupakan hal yang tidak praktis.
Oleh karena itu sebaiknya dilakukan perancangan dengan tujuan dan data yang
berasal dari segmen populasi dibagian tengah grafik. Jadi merupakan hal logis
untuk mengesampingkan perbedaan yang ekstrim pada bagian ujung grafik dan
hanya menggunakan segmen terbesar yaitu 90% dari kelompok populasi tersebut.
Adapun distribusi normal ditandai dengan adanya nilai mean (rata-rata) dan
SD (standar deviasi). Sedangkan persentil adalah suatu nilai yang menyatakan
bahwa persentase tertentu dari sekelompok orang yang dimensinya sama dengan
atau lebih rendah dari nilai tersebut. Misalnya: 95% populasi adalah sama dengan
atau lebih rendah dari 95 persentil; 5% dari populasi berada sama dengan atau
lebih rendah dari 5 persentil (Nurmianto, 2008).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Persentil ke-50 memberi gambaran yang mendekati nilai rata-rata dari suatu
kelompok tertentu, namun demikian pengertian ini jangan disalah artikan sama
dengan mengatakan bahwa rata-rata orang pada kelompok tersebut memiliki
ukuran tubuh yang dimaksudkan tadi. Ada dua hal penting yang harus selalu
diingat bila menggunakan persentil. Pertama, persentil anthropometrik dari tiap
invidu hanya berlaku untuk satu data dimensi tubuh saja. Kedua, tidak dapat
dikatakan seseorang memilki persentil yang sama, ke-95 atau ke-90 atau ke-5,
untuk keseluruhan dimensi tubuhnya.
Pemakaian nilai-nilai persentil yang umum diaplikasikan dalam perhitungan
data anthropometri, ditunjukan dalam tabel 2.4.
Tabel 2.4. Macam Persentil Dan Cara Perhitungan
Dalam Distribusi Normal
Percentile

Perhitungan

1-st

X − 2, 235σx

2,5-th

X − 1,96σx

5-th

X − 1,645σx

10-th

X − 1,28σx

50-th

X

90-th

X + 1, 28σx

95-th

X + 1,645σx

97,5-th

X + 1,96σx

99-th

X + 2,235σx

Sumber: Sritomo Wignjosoebroto, 1995

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Keterangan tabel 2.4. di atas, yaitu:
x = mean data

σ = standar deviasi dari data x
Pada pengolahan data anthropometri yang digunakan adalah data
anthropometri hasil pengukuran dimensi tubuh manusia yang berkaitan dengan
dimensi dari perancangan fasilitas kerja.
Sedangkan pada penentuan dimensi rancangan fasilitas kerja perakitan
dibutuhkan beberapa persamaan berdasarkan pendekatan anthropometri. Ini
berkaitan dengan penentuan penggunaan persentil 5 dan 95 (Panero dan Zelnik,
2003).
Perhitungan nilai persentil 5 dan persentil 95 dari setiap jenis data yang
diperoleh, dilanjutkan dengan perhitungan untuk penentuan ukuran rancangan dan
pembuatan rancangan berdasarkan ukuran hasil rancangan. Menurut Sritomo
Wignjosoebroto (1995), untuk menghitung persentil 5 dan persentil 95
menggunakan rumus pehitungan yang terdapat pada tabel 2.1. sebelumnya.
P5

= x - 1,645 σ x

P50 = x
P95 = x + 1,645 σ x
2.4 Tempat Tidur Balita
Tempat tidur balita merupakan salah satu alat penunjang balita yang
digunakan setelah ibu balita melahirkan. Tempat tidur balita yang ada pada saat
ini tidak menyediakan t