PERANCANGAN MEJA SETRIKA DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI.

PERANCANGAN MEJ A SETRIKA
DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI
SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syaratan
Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
J urusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri

Disusun Oleh :
SUGENG RIYADI
NPM. 0932010003

J URUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
2012

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

PERANCANGAN MEJ A SETRIKA
DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI
Disusun Oleh :
SUGENG RIYADI
NPM. 0932010003
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi
J urusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur
Pada Tanggal : 14 Desember 2012

Tim Penguji :
1.

Pembimbing :
1.

Ir. Hari Purwoadi, MM.
NIP. 19480828 198403 1 001

2.

Enny Ariyani, ST. MT.
NPT. 3 7009 95 0041 1
2.

Ir. Nisa Masruroh, MT.
NIP. 19630125 198803 2 001

Dr s. Pailan, MPd.
NIP. 19530405 198303 1 001

3.
Enny Ariyani, ST. MT.
NPT. 3 7009 95 0041 1
Mengetahui,
Dekan Fakultas Teknologi Indsutri
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur

Ir. Sutiyono, MT

NIP. 19600713 198703 1 001
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

PERANCANGAN MEJ A SETRIKA
DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI
Disusun Oleh :
SUGENG RIYADI
NPM. 0932010003
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi
J urusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur
Pada Tanggal : 14 Desember 2012

Tim Penguji :
1.

Pembimbing :

1.

Ir. Hari Purwoadi, MM.
NIP. 19480828 198403 1 001
2.

Enny Ariyani, ST. MT.
NPT. 3 7009 95 0041 1
2.

Ir. Nisa Masruroh, MT.
NIP. 19630125 198803 2 001

Dr s. Pailan, MPd.
NIP. 19530405 198303 1 001

3.
Enny Ariyani, ST. MT.
NPT. 3 7009 95 0041 1
Mengetahui,

Dekan Fakultas Teknologi Indsutri
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur

Ir. Sutiyono, MT
NIP. 19600713 198703 1 001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

PERANCANGAN MEJ A SETRIKA
DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI
Disusun Oleh :
SUGENG RIYADI
NPM. 0932010003
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi
J urusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur
Pada Tanggal : 14 Desember 2012


Tim Penguji :
1.

Pembimbing :
1.

Ir. Hari Purwoadi, MM.
NIP. 19480828 198403 1 001
2.

Enny Ariyani, ST. MT.
NPT. 3 7009 95 0041 1
2.

Ir. Nisa Masruroh, MT.
NIP. 19630125 198803 2 001

Dr s. Pailan, MPd.
NIP. 19530405 198303 1 001


3.
Enny Ariyani, ST. MT.
NPT. 3 7009 95 0041 1
Mengetahui,
Dekan Fakultas Teknologi Indsutri
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur

Ir. Sutiyono, MT
NIP. 19600713 198703 1 001
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI
PERANCANGAN MEJ A SETRIKA
DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI
Disusun Oleh :
SUGENG RIYADI
NPM. 0932010003


Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Negara Lisan
Gelombang Desember Tahun Akademik 2012 / 2013

Surabaya, 14 Desember 2012
Mengetahui,

Dosen Pembimbing I

Dosen Pembimbing II

Enny Ariyani, ST. MT.
NPT. 3 7009 95 0041 1

Dr s. Pailan, MPd.
NIP. 19530405 198303 1 001

Ketua J urusan
J urusan Teknik Industri
UPN “Veteran” J awa Timur


Dr. Ir. Minto Waluyo, MM
NIP. 19611130 199003 1 001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR
Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa, akhirnya penulis mampu
menyelesaikan Tugas Akhir ini dan menuntaskan pendidikan sebagai Sarjana
Teknik di Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknonologi Industri, Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Semoga Tugas Akhir ini mampu memberikan sedikit sumbangsih.
Memang Tugas Akhir ini masih kurang sempurna dan masih membutuhkan
banyak

perbaikan,

penulis


memohon

adanya

saran

dan

kritik

untuk

membenahinya. Apabila ada pihak-pihak yang berminat mengembangkan,
memperbaiki, dan menyempurnakannya, penulis akan dengan senang hati
membantu.
Selama penyusunan tugas akhir ini, banyak sekali bimbingan dan bantuan
yang telah diterima oleh penulis. Untuk itu Penulis ingin menyampaikan terima
kasihnya kepada:
1. Semua Dosen yang telah mengajarkan semua ilmunya selama kuliah di
Teknik Industri UPN “Veteran” Jawa Timur.

2. Ibu Enny Ariyani ST, MT, selaku dosen pembimbing I. Terima kasih
telah membimbing dan banyak membantu dalam pembuatan tugas akhir
ini.
3. Bapak Drs. Pailan, MPd. selaku dosen pembimbing II. Terima kasih atas
bimbinganya dan masukan yang diberikan.
4. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto,MP selaku Rektor UPN “Veteran”
Jawa Timur.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5. Bapak Ir. Sutiyono, MT selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri.
6. Bapak Dr. Ir. Minto Waluyo, MM selaku Kajur Teknik Industri.
7. Ibu Ir. Iriani, MT., Bapak Ir. Akmal Suryadi, MT. dan Bapak Suseno
Budi Prasetyo, ST. MT dan Dwi Sukma Donoriyanto, ST. MT. selaku
Dosen Penguji Seminar.
8. Ibu Ir. Nisa Masruroh, MT dan Bapak Ir.Hari Purwoadi, MM selaku
Dosen penguji Ujian Lisan.
9. Seluruh keluarga. Ayah, Ibu, Istri yang selalu memberikan dukungan
hingga selesainya kuliah.
10. Seluruh teman-teman Teknik Industri Angkatan 2009 (Sore) yang selalu
saling memberi semangat dan dukungan terutama mas Tedy Gunarso
Putro.
11. Dan seluruh teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu per satu serta
semua pihak yang telah membantu penulis dalam mengerjakan tugas
akhir ini.

Surabaya,

Januari 2013

Penulis

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................
DAFTAR ISI ................................................................................................
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
DAFTAR TABEL ........................................................................................
ABSTRAKSI ................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN. ............................................................................

1

1.1 Latar Belakang ............................................................................

1

1.2 Perumusan Masalah .....................................................................

2

1.3 Batasan Masalah ..........................................................................

2

1.4 Asumsi-asumsi ............................................................................

3

1.5 Tujuan ........................................................................................

3

1.6 Manfaat Penelitian .......................................................................

3

1.7 Sistematika Penulisan ..................................................................

4

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA ..................................................................

5

2.1 Definisi Perancangan, Pengembangan dan Inovasi Produk...........

5

2.1.1 Perancangan Produk ..........................................................

6

2.1.2 Pengembangan Produk.......................................................

9

2.1.3 Inovasi Produk................................................................... 12
2.2 Ergonomi .................................................................................... 13
2.2.1 Sejarah dan Perkembangan Ergonomi ............................... 13
2.2.2 Definisi Ergonomi ............................................................ 16
2.2.3 Bidang Kajian Ergonomi .................................................. 18

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.2.4 Kelelahan ........................................................................ 20
2.3 Anthropometri ............................................................................. 20
2.3.1 Definisi Anthropometri ..................................................... 22
2.3.2 Data Anthropometri .......................................................... 23
2.3.3 Keluhan Muskuloskeletal.................................................. 28
2.3.4 Kelelahan ......................................................................... 30
2.4 Meja Setrika ................................................................................ 35
2.4.1 Definisi Meja Setrika ........................................................ 35
2.4.2 Komponen Dan Bahan Meja Setrika ................................. 35
2.4.3 Rangkaian Proses Produksi Meja Setrika ........................ 36
2.4.4

Perencanaan Rancangan Meja Setrika .............................. 36

2.5 Pengujian Data ............................................................................ 37
2.5.1 Uji Keseragaman Data ....................................................... 37
2.5.2 Uji Kecukupan Data .......................................................... 39
2.6 Penelitian Terdahulu .................................................................... 40
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 43
3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian ..................................................... 43
3.2 Identifikasi Variabel .................................................................... 43
3.3 Langkah-langkah Pemecahan Masalah ........................................ 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 51
4.1 Pengumpulan Data ...................................................................... 51
4.1.1 Data Anthropometri Pengguna .......................................... 51
4.2 Pengolahan Data ......................................................................... 52
4.2.1 Desain Meja Setrika Awal ............................................... 52

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4.2.2 Desain Meja Setrika Usulan .............................................. 53
4.2.2.1 Uji Keseragaman Data ......................................... 53
4.2.2.2 Uji Kecukupan Data ............................................. 56
4.2.2.3 Menentukan Persentil ........................................... 58
4.2.2.4 Perancangan Desain Meja Setrika Usulan............. 59
4.2.2.5 Uji Coba Pemakaian Meja Setrika Usulan ........... 60
4.2.2.6 Perbandingan Desain Meja Setrika Awal
dan Usulan ........................................................... 60
4.3 Hasil dan Pembahasan ................................................................. 64
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 68
5.1 Kesimpulan ................................................................................. 68
5.2 Saran ........................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anthropometri Untuk Perancangan Produk ................................... 26
Gambar 2.2 Anthropometri Tinggi Badan Berdiri dan Duduk .......................... 26
Gambar 2.3 Distribusi Normal Yang Mengakomodasi 95% Populasi .............. 32
Gambar 3.1 Langkah-langkah Pemecahan Masalah .......................................... 46
Gambar 4.1 Meja Setrika Awal ......................................................................... 53
Gambar 4.2 Uji Keseragaman Dimensi (TKP 5%)............................................ 54
Gambar 4.3 Uji Keseragaman Dimensi (TKP 95%).......................................... 55
Gambar 4.4 Desain Meja Setrika Usulan ........................................................... 59
Gambar 4.5 Meja Setrika Awal ......................................................................... 61
Gambar 4.6 Meja Setrika Usulan ....................................................................... 62
Gambar 4.7 Meja Setrika Awal ......................................................................... 65
Gambar 4.8 Meja Setrika Usulan

............................................................ 66

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perkiraan Anthropometri Untuk Masyarakat Hongkong, Dewasa Dapat
Diekivalensikan Untuk Masyarakat Indonesia (Kesamaan Etnis Asia)
(Mm)

................................................................................................29

Tabel 2.2 Anthropometri Masyarakat Indonesia Yang Didapat Dari Interpolasi
Masyarakat British dan Hongkong (Pheasant, 1286) Terhadap
Masyarakat Indonesia (Mm) ............................................................. 30
Tabel 2.3 Anthropometri Telapak Tangan Orang Indonesia (Mm) .................. 31
Tabel 2.4 Macam-macam Persentil dan Cara Perhitungan Dalam Distribusi
Normal ...............................................................................................34
Tabel 4.1 Tabel Pengumpulan Data Dimensi Tubuh Orang Dewasa ............... 51
Tabel 4.2 Tabel Hasil Uji Keseragaman Data ................................................... 56
Tabel 4.3 Tabel Hasil Uji Kecukupan Data ........................................................ 58
Tabel 4.4 Hasil Kuisioner Uji Coba Meja Setrika Usulan ....................................60
Tabel 4.5 Hasil Kuisioner Uji Coba Meja Setrika Awal .....................................60
Tabel 4.6 Hasil Kuisioner Uji Coba Meja Setrika Usulan ....................................63

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRAKSI
Dalam menggunakan suatu produk, pengguna akan selalu mencari yang lebih
praktis baik dalam penggunaan maupun dalam penyimpanan, karena hal tadi akan sangat
meringankan beban pengguna dalam menggunakannya. Seiring dengan perkembangan
jaman suatu produk akan selalu mengalami inovasi sesuai dengan kebutuhan
penggunanya. Karena keberhasilan industri dalam menghadapi persaingan ditentukan
oleh keberhasilan dalam merancang dan mengembangkan produk yang sesuai dengan
keinginan konsumen dan kecepatan industri tersebut dalam beradaptasi / merespon
perubahan keinginan konsumennya.
Meja setrika merupakan salah satu alat untuk menyetrika yang masih sederhana,
padahal masyarakat secara umumnya masih mempercayai meja setrika sebagai alat
menyetrika. Meja setrika saat ini belum mengalami modifikasi sesuai dengan kebutuhan
konsumen seperti dalam hal kenyamanan dan fungsinya. Jika meja setrika yang
digunakan lebih pendek dari pada penggunanya, maka pengguna cenderung menyetrika
dengan posisi kerja membungkuk sehingga menjadi persoalan menyetrika. Sedangkan
dalam ilmu ergonomi, posisi kerja yang benar ialah posisi tubuh tetap tegak agar
kerangka tubuh dapat menopang tubuh dengan tepat. Dalam fungsinya, seringkali meja
setrika tidak hanya digunakan untuk kegiatan menyetrika, namun seringkali pengguna
meja setrika menggunakannya sebagai tempat hasil setrika (pakain yang sudah disetrika)
Dengan adanya permasalahan tersebut maka dilakukan penelitian yang bertujuan
untuk merancang dan mengembangkan produk inovasi meja setrika yang ergonomis
sesuai dengan kebutuhan konsumen yang mempunyai kenyamanan pengguna yang
mempunyai daya kompetitif.
Adapun ukuran meja setrika awal adalah panjang = 100 cm, lebar = 40 cm, dan tinggi
= 90 cm. Hal tersebut juga di perkuat oleh hasil kuisioner meja setrika awal, yang
mempunyai jawaban tidak sesuai sebanyak 86 jawaban, sangat tidak sesuai sebanyak
20 jawaban, netral sebanyak 7 jawaban, sesuai sebanyak 27 jawaban yang ditinjau
dari kelima variabelnya. Berdasarkan hasil perhitungan penentuan ukuran yaitu
Ukuran tinggi meja setrika mulai dari 84-97 cm. Ukuran lebar meja setrika 40 cm,
panjang 100 cm.Ukuran panjang meja setrika 100 cm.Hal tersebut juga di perkuat
oleh hasil kuisioner meja setrika usulan yang mempunyai kriteria jawaban sangat
sesuai sebanyak 84 jawaban, sesuai sebanyak 52 jawaban, netral sebanyak 4 jawaban,
yang ditinjau dari kelima variabelnya.Maka berdasarkan perbandingan kriteria hasil
responden di atas, desain meja setrika usulan mempunyai kriteria sangat sesuai dan
sesuai paling banyak, jadi dapat disimpulkan bahwa desain meja setrika usulan adalah
meja setrika yang ergonomis. Meja setrika usulan mempunyai kelebihan kesetabilan
saat menyetrika dan rak meja setrika berfungsi sebagai tempat menyimpan hail
setrika.

Kata kunci : creator, innovator, ergonomis

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRACT
In using a product, the user will always look for a more practical both in use and
in storage, because these things will greatly ease the burden on the user in use. Along
with the development of a product will always have innovation according to the needs of
its users. Due to the success of the industry in the face of competition is determined by the
success in designing and developing products that suit the desires of consumers and the
industry pace in adapting / responding to changes in consumer desires.
The ironing board is one tool for ironing is still simple, but people are generally
still believe the ironing board as a means of ironing. Table board has not been modified
in accordance with the needs of consumers as in terms of comfort and function. If the
ironing board being used is shorter than the user, the user is likely to work ironing a bent
position so that a problem ironing. While the science of ergonomics, the correct working
position is upright body position in order to sustain the body skeleton precisely. In its
function, often the ironing board is not only used for ironing, but often users use the
ironing board as a result board (clothes that have been ironed)
With the problems the research that aims to design and develop innovative
products multifunctional ergonomic ironing board in accordance with the needs of
consumers who have the convenience of users who have competitive power.
The initial size of the ironing board is the length = 100 cm, width = 40 cm, height
= 90 cm. It is also strengthened by the results of questionnaires initial board table, which
has as much as 86 answer did not match the answer, it is not appropriate answer as many
as 20, as many as 7 neutral answer, according to the 27 answers in terms of the five
variables. Based on the calculation determining the size of the size of an ironing board
height ranging from 84-97 cm.Ukuran board table width 40 cm, length 100 cm.Ukuran
long table cm.Hal board 100 is also strengthened by the results of the questionnaire table
board has proposed a criterion response great fit, 84 answers, as much as 52 answers, as
much as 4 neutral response, which in terms of the five variabelnya.Maka based on a
comparison of expected outcomes on the respondents, has proposed board table design is
very suitable and appropriate criteria at most, so it can be concluded that the design of
the table Board proposal is an ergonomic ironing board.

Kata kunci : creator, innovator, human comfortable, ergonomis

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah
Dalam zaman kemajuan teknologi yang lebih mempermudahkan kerja

maupun aktifitas manusia telah bermunculan peralatan ciptaan baru yang
mempunyai daya guna lebih dari pada dasar kemampuan sebelumnya. Hal ini
ditunjang pula dengan ketersediaan alat penunjang untuk pembuatan dan semakin
kompleksnya kebutuhan manusia akan sebuah kemudahan.
Dalam menggunakan suatu produk, pengguna akan selalu mencari yang
lebih praktis baik dalam penggunaan maupun dalam penyimpanan, karena hal tadi
akan sangat meringankan beban pengguna dalam menggunakannya. Seiring
dengan perkembangan jaman suatu produk akan selalu mengalami inovasi sesuai
dengan kebutuhan penggunanya. Karena keberhasilan industri dalam menghadapi
persaingan ditentukan oleh keberhasilan dalam merancang dan mengembangkan
produk yang sesuai dengan keinginan konsumen dan kecepatan industri tersebut
dalam beradaptasi / merespon perubahan keinginan konsumennya.
Meja setrika merupakan salah satu alat untuk menyetrika yang masih
sederhana, padahal masyarakat secara umumnya masih mempercayai meja setrika
sebagai alat menyetrika. Meja setrika saat ini belum mengalami modifikasi sesuai
dengan kebutuhan konsumen seperti dalam hal kenyamanan dan fungsinya.
Kondisi meja setrika yang ada memiliki kekurangan, kalau dipakai sering goyanggoyang, kalau ditinggikan sering posisinya turun sendiri, kekuatan kurang, tempat
hasil setrika kurang luas sehingga tidak memuat hasil setrika yang banyak.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

1

Dengan adanya permasalahan tersebut maka dilakukan penelitian yang
bertujuan untuk merancang dan mengembangkan produk inovasi meja setrika
yang ergonomis sesuai dengan kebutuhan konsumen yang mempunyai
kenyamanan pengguna yang mempunyai daya kompetitif.

1.2

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan yang

dihadapi, yaitu :
“Bagaimana merancang meja setrika yang lebih ergonomis dan inovatif
dari yang sudah ada saat ini ?”

1.3

Batasan Masalah
Batasan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :.

1.

Data antropometri disesuaikan dengan masyarakat

Indonesia dengan

pertimbangan usia antara 16 - 55 tahun.
2.

Persentil yang digunakan adalah persentil 5 dan 95.

3.

Tingkat keyakinan sebesar 95% dan tingkat ketelitian sebesar 5%.

1.4

Asumsi
Asumsi – asumsi yang diperlukan dalam melaksanakan penelitian yaitu :

1.

Kondisi pengguna diukur dalam keadaan baik.

2.

Sampel yang diambil mewakili seluruh pengguna.

3.

Jawaban kuisioner responden mewakili populasi.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

1.5 Tujuan
Melakukan perancangan meja setrika yang ergonomis sehingga mampu
memberikan kemudahan dan kenyamanan dalam penggunaannya.

1.6 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dengan melakukan penelitian ini adalah :
1.

Bagi Peneliti
Sebagai latihan untuk menerapkan teori yang diberikan dibangku kuliah
dalam permasalahan nyata diperusahaan.

2.

Bagi Pengguna (penguna meja setrika)
Memberikan kemudahan dan kenyamanan serta mengurangi efek kelelahan
dalam melakukan kegiatan menyetrika dan meletakkan hasil setrika.

3.

Bagi Ilmu Pengetahuan
Dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam memecahkan masalah sejenis
dengan penulisan ini, khususnya tentang faktor-faktor yang dominan
terhadap perancangan dan pengembangan produk sehingga masih dapat
dikembangkan dalam penelitian-penelitian selanjutnya.

1.7

Sistematika Penulisan Laporan
Pada dasarnya sistematika penyusunan adalah suatu hal yang sangat

diperlukan dalam pembuatan karya tulis karena sistematika penyusunan memuat
seluruh isi karya tulis secara berurutan sehingga dapat terlihat dengan jelas
mengenai masalah-masalah yang dibahas. Dalam hal ini makalah skripsi yang
dibuat oleh penyusun adalah membahas mengenai hal-hal sebagai berikut :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

BAB I

PENDAHULUAN
Menjelaskan secara umum mengenai latar belakang, tujuan

ruang

lingkup sistematika penulisan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan teori-teori mengenai obyek produk yaitu, teori
mengenai ergonomi dan desain perancangan produk

BAB III

METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan mengenai lokasi penelitian, metode pengupulan data
dan langkah pemecahan masalah.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN
Menjelaskan pengumpulan data dan perancangan meja setrika yang
multifungsi dan ergonomis.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi tentang kesimpulan terhadap permasalahan yang telah dibahas
serta memberikan saran yang bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Perancangan, Pengembangan dan Inovasi Produk.
2.1.1 Perancangan Produk.
Kesejahteraan dan kualitas hidup manusia yang telah mencapai tingkat yang
tinggi saat

ini,

sebagian besar adalah akibat diciptakan, dibuat dan

dimanfaatkannya berbagai produk dan jasa yang tak terhitung macam dan
jumlahnya oleh para insinyur dan ahli-ahli teknik lainnya. Kontribusi para ahli
teknik dalam meningkatkan kesejahteraan manusia tersebut adalah dalam kegiatan
mencipta, merancang dan membuat produk dan jasa yang berguna bagi manusia
karena meringankan beban hidupnya dan membuat hidup lebih nyaman. Produk
dan jasa tersebut juga harus memenuhi beberapa persyaratan modern seperti tidak
merusak lingkungan, hemat energi dan lain sebagainya.
Perancangan dan pembuatan produk merupakan bagian yang sangat besar
dari kegiatan teknik yang ada. Kegiatan perancangan dimulai dengan
didapatkannya persepsi tentang kebutuhan manusia, kemudian disusul oleh
perancangan

konsep

produk,

disusul

kemudian

dengan

perancangan,

pengembangan dan penyempurnaan produk.
Perancangan adalah kegiatan awal dari suatu rangkaian kegiatan dalam
proses pembuatan produk. Dalam tahap perancangan tersebut dibuat keputusankeputusan penting yang mempengaruhi kegiatan-kegiatan lain yang menyusulnya.
Diantara keputusan penting tersebut, termasuk keputusan yang membawa akibat

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

apakah industri dalam negeri dapat berpartisipasi atau tidak dalam suatu
pembangunan proyek.
Dalam bentuk yang paling sederhana, hasil rancangan dapat berupa sebuah
sketsa atau gambar sederhana dari produk yang akan dibuat. Dalam hal si pembuat
produk adalah si perancang sendiri, maka sketsa atau gambar yang dibuat cukup
sederhana saja asalkan dapat dimengertinya sendiri.
Menurut Pressman (2010), perancangan adalah langkah pertama dalam fase
pengembangan rekayasa produk atau sistem. Perancangan itu adalah proses
penerapan berbagai teknik dan prinsip yang bertujuan untuk mendefinisikan
sebuah peralatan, satu proses atau satu sistem secara detail yang membolehkan
dilakukan realisasi fisik (Taylor dalam Pressman,2001).
1.

Langkah - langkah Perancangan Produk
a. Fase Informasi.
Fase yang bertujuan untuk memahami seluruh aspek yang berkaitan
dengan produk yang hendak dikembangkan dengan cara mengumpulkan
seluruh informasi yang dibutuhkan secara akurat diantaranya (Imam
Djati 2001) :
-

Gambar produk awal dan spesifikasi.

-

Kriteria keinginan konsumen terhadap produk.

-

Kriteria keinginan relatif konsumen.

-

Kriteria manufaktur yang mencakup diagram mekanisme pembuatan
struktur dan fungsi.

-

Kriteria buying.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

Dasar Kemampuan pembelian produk dengan pertimbangan kualitas,
maupun performance produk.
-

Kriteria finance produk awal.

b. Fase kreatif.
Fase yang bertujuan untuk menampilkan alternatif yang dapat memenuhi
fungsi yang dibutuhkan diantaranya :
-

Penentuan kriteria atribut yang menggunakan diagram pohon.

-

Penentuan prioritas perancangan.

-

Pembuatan alternatif model produk.

c. Fase analisa.
Fase yang bertujuan untuk menganalisa alternatif yang dihasilkan pada
fase kreatif dan memberikan rekomendasi terhadap alternatif terbaik dan
analisa yang dilakukan antara lain :
-

Analisa kriteria atribut yang akan dikembangkan.

-

Penilaian kriteria atribut antar model.

-

Pembobotan kriteria atribut produk.

-

Value analysis.

d. Fase pengembangan.
Fase yang bertujuan memilih salah satu alternatif tunggal dari beberapa
alternatif yang ada yang merupakan alternatif terbaik dan merupakan
output dari fase analisa. Data data tentang alternatif yang terpilih atau
yang digunakan adalah :
-

Alternatif terpilih.

-

Gambar produk terpilih dan spesifikasinya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

e. Fase rekomendasi.
Fase yang bertujuan untuk mengkomunikasikan secara baik dan
menarik terhadap hasil pengembangan produk.
2. Model Perancangan Produk.
Dalam model perancangan produk terdefinisikan menjadi dua jenis model
yang sangat dominan dalam awal perancangan produk yaitu model deskriptif
dan model perspektif (Ginting R, 2009).
a. Model deskriptif.
Dalam model ini pentingnya menghasilkan suatu konsep solusi sejak
dini dalam proses perancangan dan berfokus pada solusi heuristic
(pengalaman sebelumnya bersifat umum).
b. Model perspektif.
Model yang bersifat sistematik dan penekanan berada pada semakin
meningkatnya kebutuhan

yang

lebih

analitik

sebelum aktifitas

pembangkitan alternatif alternatif solusi.
2.1.2 Pengembangan Produk.
Pengembangan produk merupakan usaha meningkatkan mutu dari barang
atau jasa dan penemuan barang atau jasa baru yang akan menambah kepuasan
konsumen. Dari pengertian pengembangan produk tersebut tampak sekali bahwa
segala bentuk barang dan jasa yang dihasilkan selalu berkaitan dengan kepuasan
konsumen. Agar proses pengembangan produk dapat berjalan secara tepat dan
akurat yang sesuai dengan keinginan konsumen dalam menunjang kelancaran
usaha pada perusahaan maka diperlukan suatu biaya yang maksimal, sehingga ada

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

pemisahan yang jelas antara biaya pengembangan produk dengan biaya volume
penjualan.
Tujuan perusahaan dalam mengembangkan produk adalah agar dapat
memenangkan persaingan terhadap barang sejenis, sehingga volume penjualan
dan laba perusahaan dapat meningkat serta perusahaan dapat mempertahankan
kelangsungan hidupnya dan dapat memperluas usahanya. Pengembangan produk
dapat pula dilakukan dengan cara memperbaiki produk yang sudah ada
(modifikasi produk), perbaikan produk yang sudah ada dilakukan dengan cara:
perbaikan mutu/kualitas, perbaikan segi/feature baru, dan perbaikan corak/motif.
Disamping menciptakan produk yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan
konsumen, perusahaan juga menciptakan suatu strategi pengembangan produk.
Usaha strategi pengembangan produk diharapkan dapat

mengikuti

perubahan teknologi yang dipakai dalam perusahaan. Hal ini bagi perusahaan
sangat penting karena suatu saat akan mengalami peralihan teknologi. Pada
peralihan teknologi perusahaan akan menggunakan teknologi lebih maju guna
menjaga kedinamisan perusahaan. Oleh karena itu diperlukan strategi bagi
perusahaan agar dapat menciptakan suatu produk baru.
Menurut Urlich (2001), pengembangan produk merupakan serangkaian
aktivitas yang dimulai dari analisis persepsi dan peluang pasar, kemudian diakhiri
dengan tahap produksi, penjualan, dan pengiriman produk.
Sedangkan menurut Yamit (30:1996) pengembangan produk merupakan
keharusan bagi perusahaan untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Keharusan ini dikarenakan tidak ada satupun produk yang dapat bertahan untuk
selamanya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

1. Tahap - Tahap Dalam Pengembangan Produk.
Menurut Swastha (1997:184-186), ada beberapa tahap dalam pengembangan
produk, yaitu :
a. Tahap Penyaringan.
Tahap Penyaringan dilakukan setelah berbagai macam ide tentang
produk telah tersedia, Dalam tahap ini merupakan pemilihan sejumlah
ide dari berbagai macam sumber. Adapun informasi atau ide berasal dari
manager perusahaan, pesaing, para ahli termasuk konsultan, para
penyalur, langganan, atau lembaga lain.
b. Tahap Analisa Bisnis.
Pada tahap ini msing-masing ide dianalisa dari segi bisnis untuk
mengetahui seberapa jauh kemampuan ide tersebut dapat menghasilkan
laba.
c. Tahap Pengembangan.
Pada tahap ini, ide-ide yang telah dianalisa perlu dikembangkan karena
ide-ide tersebut lebih menguntungkan. Pengembangan ini tentunya harus
sesuai dengan kemampuan perusahaan.
d. Tahap Pengujian.
Tahap pengujian merupakan kelanjutan dari tahap pengembangan,
meliputi :
-

Pengujian tentang konsep produk.

-

Pengujian terhadap kesukaan konsumen.

-

Penelitian laboratorium.

-

Test penggunaan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

-

Operasi pabrik percontohan.

-

Tahap Komersialisasi.

2.1.3 Inovasi Produk.
Menurut etimologi, inovasi berasal dari kata innovation yang bermakna
‘pembaharuan; perubahan (secara) baru’. Inovasi adakalanya diartikan sebagai
penemuan, tetapi berbeda maknanya dengan penemuan dalam arti diskoveri atau
invensi. Diskoveri mempunyai makna penemuan sesuatu yang sesuatu itu telah
ada sebelumnya, tetapi belum diketahui orang; contohnya penemuan benua
Amerika. Sebenarnya, benua Amerika sudah ada sejak dahulu, tetapi baru
ditemukan pada tahun 1492 oleh orang Eropa yang bernama Columbus. Invensi
adalah penemuan yang benar-benar baru sebagai hasil kreasi manusia; contohnya
teori belajar, mode busana, dan sebagainya. Inovasi adalah suatu ide, produk,
metode, dan seterusnya yang dirasakan sebagai sesuatu yang baru, baik berupa
hasil diskoveri atau invensi yang digunakan untuk tujuan tertentu.
Rogers dan Shoemaker mengartikan inovasi sebagai ide-ide baru, praktikpraktik baru, atau objek-objek yang dapat dirasakan sebagai sesuatu yang baru
oleh individu atau masyarakat sasaran. Pengertian baru di sini, mengandung
makna bukan sekadar baru diketahui oleh pikiran (cognitive), melainkan juga
baru karena belum dapat diterima secara luas oleh seluruh warga masyarakat
dalam arti sikap (attitude) dan juga baru dalam pengertian belum diterima dan
diterapkan oleh seluruh warga masyarakat setempat.
Pengertian inovasi tidak hanya terbatas pada benda atau barang hasil
produksi, tetapi juga mencakup sikap hidup, perilaku, atau gerakan-gerakan
menuju proses perubahan di dalam segala bentuk tata kehidupan masyarakat. Jadi,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

secara umum, inovasi berarti suatu ide, produk, informasi teknologi,
kelembagaan, perilaku, nilai-nilai, dan praktik-praktik baru yang belum banyak
diketahui, diterima, dan digunakan/diterapkan oleh sebagian besar warga
masyarakat dalam suatu lokalitas tertentu, yang dapat digunakan atau mendorong
terjadinya perubahan-perubahan di segala aspek kehidupan masyarakat demi
terwujudnya perbaikan mutu setiap individu dan seluruh warga masyarakat yang
bersangkutan.
Fullan mengemukakan bahwa tahun 1960-an adalah era banyak inovasi
pendidikan kontemporer diadopsi, seperti matematika, kimia, fisika baru, mesin
belajar

(teaching machine),

pendidikan terbuka,

pembelajaran

individu,

pengajaran secara tim (team teaching), termasuk sistem belajar mandiri.

2.2 Ergonomi.
2.2.1 Sejarah dan Per kembangan Ergonomi.
Di dalam buku Eko Nurmianto, Istilah "ergonomi" mulai dicetuskan pada
tahun 1949, akan tetapi aktivitas yang berkenaan dengannya telah bermunculan
puluhan tahun sebelumnya. Beberapa kejadian penting diilustrasikan sebagai
berikut:
1.

C.T. Thackrah, England, 1831.
Thackrah adalah seorang dokter dari Inggris/England yang meneruskan
pekerjaan dari seorang Italia bernama Ramazzuu, dalam serangkaian
kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan kerja yang tidak nyaman
yang dirasakan oleh para operator ditempat kerjanya. la mengamati postur
tubuh pada saat bekerja sebagai bagian dari masalah kesehatan. Pada saat itu

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

Thackrah mengamati seorang penjahit yang bekerja dengan posisi dan
dimensi kursi, meja yang kurang sesuai secara anthropometri, serta
pencahayaan

yang

tidak

ergonomis

sehingga

mengakibatkan

membungkuknya badan dan iritasi indera penglihatan. Disamping itu juga
mengamati para pekerja yang berada pada lingkungan kerja dengan
temperatur tinggi, kurangnya ventilasi, jam kerja yang panjang, dan gerakan
kerja yang berulang-ulang (repetitive work).
2. F. W. Taylor, U.S.A., 1898.
Frederick W. Taylor adalah seorang insinyur Amerika yang menerapkan
metoda ilmiah untuk menentukan cara yang terbaik dalam melakukan suatu
pekerjaan.

Beberapa

metodanya

merupakan

konsep

ergonomi dan

manajemen modern.
3. F .B. Gilberth, U.S.A., 1911.
Gilbreth juga mengamati dan mengoptimasi metoda kerja, dalam hal ini
lebih mendetail dalam Analisa Gerakan dibandingkan dengan Taylor. Dalam
bukunya Motion Study yang diterbitkan pada tahun 1911 ia menunjukkan
bagaimana postur membungkuk dapat diatasi dengan mendesain suatu
sistem meja yang dapat diatur naik-turun (adjustable).
4. Badan Penelitian untuk Kelelahan Industri (Industrial Fatigue Research
Board), England, 1918.
Badan ini didirikan sebagai penyelesaian masalah yang terjadi di pabrik
amunisi pada Perang Dunia Pertama. Mereka menunjukkan bagaimana
output setiap harinya meningkat dengan jam kerja per hari-nya yang
menurun. Disamping itu mereka juga mengamati waktu siklus optimum

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

untuk sistem kerja berulang (repetitive work systems) dan menyarankan
adanya variasi dan rotasi pekerjaan.
5. E. Mayo dan teman-temannya, U.S.A., 1933.
Elton Mayo seorang warga negara Australia, memulai beberapa studi di
suatu

Perusahaan

Listrik

yaitu

Western

Electric

Company,

Hawthorne,Chicago. Tujuan studinya adalah untuk mengkuantifikasi
pengaruh dari variabel fisik seperti misalnya pencahayaan dan lamanya
waktu istirahat terhadap faktor efisiensi dari para operator kerja pada unit
perakitan.
6. Perang Dunia Kedua, England dan U.S.A.
Masalah operasional yang terjadi pada peralatan militer yang berkembang
secara cepat (seperti misalnya pesawat terbang) harus melibatkan sejumlah
kelompok interdisiplin ilmu secara bersama-sama sehingga mempercepat
perkembangan ergonomi pesawat terbang. Masalah yang ada pada saat itu
adalah penempatan dan identifikasi untuk pengendali pesawat terbang,
efektifitas alat peraga (display), handel pembuka, ketidaknyamanan karena
terlalu panas atau terlalu dingin, desain pakaian untuk suasana kerja yang
terlalu panas atau terlalu dingin dan pengaruhnya pada kinerja operator.
7. Pembentukan Kelompok Ergonomi.
Pembentukan Masyarakat Peneliti Ergonomi (the Ergonomics Research
Society) di England pada tahun 1949 melibatkan beberapa profesional yang
telah banyak berkecimpung dalam bidang ini. Hal ini menghasilkan jurnal
(majalah ilmiah) pertama dalam bidang ERGONOMI pada Nopember 1957.
Perkumpulan Ergonomi Internasional (The International Ergonomics

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

Association) terbentuk pada tahun 1957, dan The Human Faktors Society di
Amerika pada tahun yang sama. Di samping itu patut diketahui pula bahwa
Konperensi Ergonomi Australia yang pertama diselenggarakan pada tahun
1964, dan hal ini mencetuskan terbentuknya Masyarakat Ergonomi Australia
dan New Zealand (The Ergonomics Society of Australia and New Zealand).
2.2.2 Definisi Ergonomi.
Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan
informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia
merancang suatu sistem kerja, sehingga manusia dapat hidup dan bekerja pada
sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan
itu dengan efektif, aman, dan nyaman. Fokus dari ergonomi adalah manusia dan
interaksinya dengan produk, peralatan, fasilitas, prosedur dan lingkungan dan
pekerja serta kehidupan sehari-hari dimana penekanannya adalah pada faktor
manusia.
Menurut Pulat (1992) ergonomi merupakan studi tentang interaksi antara
manusia dengan objek yang mereka gunakan, dan lingkungan di mana mereka
bekerja. Beberapa hal yang penting dalam pengertian tersebut adalah komponen
manusia, obyek, lingkungan, serta interaksi antar komponen-komponen tersebut.
Sedangkan menurut Sritomo Wignjosoebroto adalah Ergonomi atau
ergonomics (bahasa Inggrisnya) sebenarnya berasal dari kata yunani yaitu Ergo
yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum. Ergonomi dapat didefinisikan
sebagai suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasiinformasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang
suatu sistem kerja. Penerapan ergonomi pada umumnya merupakan aktivitas

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

rancang bangun (design) ataupun rancang ulang (re-design). Hal ini dapat
meliputi perangkat keras misalnya perkakas kerja (tools), bangku kerja (benches,
platform, kursi, pegangan alat kerja (workholders), sistem pengendali (controls),
alat peraga (display), jalan/lorong (acces ways), pintu (doors), jendela (windows),
dan lain-lain. Masih dalam kaitan dengan hal yang ada di atas adalah bahasan
tentang rancang bangun lingkungan kerja (working environment), karena jika
sistem perangkat keras berubah maka akan berubah pula lingkungan kerjanya.
Tujuan ergonomi adalah menambah efektifitas penggunaan objek fisik dan
fasilitas yang digunakan oleh manusia dan merawat atau menambah nilai tertentu,
misalnya kesehatan, kenyamanan dan kepuasan pada proses penggunaan tersebut.
Ergonomi dapat pula berperan sebagai desain pekerjaan pada suatu
organisasi, misalnya: penentuan jumlah jam istirahat, pemilihan jadwal pergantian
waktu kerja atau shift kerja, meningkatkan variasi pekerjaan dan lain-lain.
Ergonomi dapat pula berfungsi sebagai desain perangkat lunak karena dengan
semakin banyaknya pekerjaan yang berkaitan erat dengan komputer. Penyampaian
informasi dalam suatu sistem komputer harus pula diusahakan sekompatibel
mungkin sesuai dengan kemampuan dalam pemrosesan informasi oleh manusia.
Ilmu ergonomi ini secara khusus akan mempelajari tentang keterbatasan dan
kemampuan manusia dalam berinteraksi dengan teknologi dan produk-produk
buatannya. Disiplin ini berangkat dari kenyataan bahwa manusia memiliki batasbatas kemampuan, baik di dalam jangka pendek maupun panjang. Pada saat
berhadapan dengan keadaan lingkungan kerja yang berupa perangkat keras
(hardware mesin, peralatan kerja, dan sebagainya) dan perangkat lunak (metode
kerja, sistem, dan prosedur).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

Prinsip penting yang harus selalu diterapkan pada setiap perancangan adalah
fitting the job to the man rather than the man to the job, dalam hal ini pekerjaan
harus disesuaikan agar selalu berada dalam jangkauan kemampuan serta
keterbatasan manusia. Dengan demikian, setiap perancangan kerja harus
disesuaikan dengan faktor manusianya dimana dimensi fisik dan fungsi harus
mengikuti karakteristik dari manusia yang akan menggunakan sistem kerja
terseebut.
2.2.3 Bidang Kajian Ergonomi.
Pada berbagai sumber literatur, bidang kajian Ergonomi tidak berbeda secara
signifikan, perbedaan hanya menyangkut pengelompokan bidang kajian.
Pengelompokan bidang kajian yang lengkap dan mencakup seluruh prilaku
manusia dalam bekerja adalah kajian Ergonomi yang dikelompokkan oleh Dr. Ir.
Iftikar Z. Sutalaksana sebagai berikut :
1.

Anthropometri.
Anthropometri adalah cabang ergonomi yang mengkaji masalah dimensi
tubuh manusia, Informansi dimensi tubuh manusia diperlukan untuk
merancang sistem kerja yang ergonomis. Data Anthropometri selalu berbeda
untuk setiap individu. Perbedaan itu merupakan suatu kodrat bahwa tidak
ada manusia yang sama dalam segala hal.

2.

Faal Kerja.
Perilaku manusia yang dibahas dalam Faal kerja adalah reaksi tubuh selama
bekerja, khususnya mengenai energi yang dikeluarkannya. Hal-hal yang
banyak dibahas dalam Faal kerja manusia adalah kelelahan (fatique) kerja
otot.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

3.

Biomekanika Kerja.
Biomekanika kerja mengkaji perilaku manusia dalam aspek-aspek mekanika
gerakan. Objek penelitian sehubungan dengan masalah biomekanika ini
adalah kekuatan kerja otot, kecepatan dan ketelitian gerak anggota badan,
serta daya tahan jaringan-jaringan tubuh terhadap beban.

4.

Penginderaan.
Manusia pada dasarnya memiliki lima indera utama, yaitu indera
penglihatan (mata), indera pendengaran (telinga), indera penciuman
(hidung), indera perasa (kulit), serta indera perasa (lidah). Dalam ergonomi,
penglihatan dan pendengaran dikaji untuk mengetahui kelemahan dan
kelebihan indera tersebut dalam merespon informasi dari sitem kerja.

5.

Psikologi Kerja.
Psikologi kerja membahas masalah-masalah kejiwaan yang ditemukan
ditempat kerja,

yakni menyangkut

faktor diri manusia, termasuk

didalamnya: kebiasaan, jenis kelamin, usia, sifat dan kepribadian, sistem
nilai, karakteristik fisik, minat, motivasi, pendidikan, pengalaman dan
sebagainya. Masalah faktor diri ini dikaji sebagai bagian dari ergonomi
Karena pada setiap individu manusia terdapat faktor diri yang khas sebagai
bawaan lahir. Ketidakcocokan seorang pekerja dan tuntunan pekerjaan yang
dihadapinya dapat menimbulkan tekanan (stress) dan rendahnya motivasi
untuk bekerja, sehingga mengakibatkan rendahnya produktivitas yang
dihasilkan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

2.2.4 Kelelahan.
Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh terhindar dari
kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Kelelahan
diatur secara sentral oleh otak (Amrizal, 2005). Menurut Suma’mur (1996)
kelelahan adalah reaksi fungsionil dari pusat kesadaran yaitu cortex cerebri yang
dipengaruhi oleh 2 (dua) sistem antagonistik yaitu sistem penghambat (inhibisi)
dan sistem penggerak (aktivasi) tetapi semunya bermuara kepada pengurangan
kapasitas kerja dan ketahanan tubuh.
Kelelahan kerja (job bournout) adalah sejenis stres yang banyak dialami
oleh orang – orang yang bekerja dalam pekerjaan – pekerjaan pelayanan terhadap
manusia lainnya seperti perawat kesehatan, transportasi, kepolisian, pendidikan
dan sebagainya (Schuler, 1999). Kelelahan akibat kerja sering kali diartikan
sebagai menurunnya efisiensi, performans kerja dan berkurangnya kekuatan
/ketahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan yang harus dilakukan
(Wignjosoebroto, 2003).
Berdasarkan pendapat para ahli sebagaimana yang dikutip oleh Silaban
(1996) bahwa kelelahan dibedakan berdasarkan 3 (tiga) bagian yaitu :
1.

Berdasarkan proses dalam otot yang terdiri dari :
a. Kelelahan otot, menurut Wignjoesoebroto (2003) ialah disebabkan
munculnya gejala kesakitan yang amat sangat ketika otot harus
melakukan beban.
b. Kelelahan umum, menurut Grandjean (1985) ialah suatu perasaan yang
menyebar yang disertai dengan adanya penurunan kesiagaan dan
kelambatan pada setiap aktivitas. Astrand dan Rodahl (1986)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

menyatakan bahwa kelelahan umum dapat menjadi gejala penyakit juga
berhubungan dengan faktor psikologis (motivasi menurun, kurang
tertarik) yang mengakibatkan menurunnya kapasitas kerja. Sebab - sebab
kelelahan umum adalah monotoni, intensitas dan lamanya kerja fisik dan
mental, keadaan lingkungan, sebab-sebab mental (tanggung jawab,
kekhawatiran dan konflik) serta penyakit-penyakit.
2.

Berdasarkan waktu terjadinya Kelelahan :
a. Kelelahan akut, terutama disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh
tubuh secara berlebihan.
b. Kelelahan kronis, menurut Grandjean dan Kogi (1972) terjadi bila
kelelahan berlangsung setiap hari, berkepanjangan dan bahkan kadangkadang telah terjadi sebelum memulai suatu pekerjaan.

3.

Berdasarkan penyebabnya :
a. Menurut Singleton (1972) disebabkan oleh faktor fisik dan psikologis di
tempat kerja.
b. Menurut McFarland (1972) disebabkan oleh faktor fisiologis yaitu
akumulasi dari substansi toksin (asam laktat) dalam darah dan faktor
psikologis yaitu konflik yang menyebabkan stres emosional yang
berkepanjangan.
c. Menurut Phoon (1988) disebabkan oleh kelelahan fisik yaitu kelelahan
karena kerja fisik, kerja patologis ditandai dengan menurunnya kerja,
rasa lelah dan ada hubungannya dengan faktor psikososial.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tan