PENDAHULUAN Kohesi Gramatikal Pengacuan Demonstratif Pada Kisah Nabi Muhammad SAW Dalam Buku “Kisah-Kisah Teladan 25 Nabi Dan Rasul” Karya MB. Alamsyah.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Manusia dalam
kegiatan

bermasyarakat hampir tidak akan terlepas dari

berkomunikasi.

Dalam

kegiatan

berkomunikasi,

manusia

membutuhkan sarana yang digunakan untuk mengungkapkan ide, gagasan,
perasaan, mengungkapakan kejadian yang dialami, bahkan mengungkapkan

kejadian orang lain, dan sebagainya. Sarana yang paling utama untuk
mengungkapkan itu semua adalah bahasa. Bahasa sebagai sarana yang sangat
penting dalam suatu kegitan komunikasi. Tanpa menggunakan bahasa,
manusia akan sulit untuk berkomunikasi dengan orang lain. Setiap manusia
akan selalu terlibat dalam komunikasi bahasa, baik sebagai pembicara atau
penulis maupun sebagai pendengar, pembaca, dan mitratutur.
Tidak bisa dibayangkan jika manusia tidak memiliki bahasa. Mereka
tidak akan bisa melakukan interaksi secara maksimal dan bahkan akan terjadi
salah paham dalam komunikasi. Oleh karena itu, keinginan untuk berinteraksi
menyebabkan bahasa menjadi sarana yang tidak bisa lepas dari masyarakat
karena pentingnya peran dan fungsi bahasa dalam kehidupan. Kemampuan
berbahasa

seseorang

memudahkan

komunikasi

dalam


lingkungan

masyarakat. Manusia memerlukan kata-kata untuk memberi nama suatu
barang, mengungkapkan perasaan, dan menafsirkan sesuatu. Bahasa sebagai
sarana komunikasi harus dapat menampung perasaan dan pesan para pemakai

1

2

bahasa. Komunikasi bahasa dapat terjadi bila diujarkan oleh alat ucap
manusia yang menghasilkan lambang bunyi.
Wacana terbentuk dari satuan bahasa yang sederhana serta komunikatif
yaitu dari frasa berkembang menjadi kalimat, dari kalimat kalimat disusun
menjadi wacana. Wacana yang disusun dengan baik akan membentuk suatu
sarana komunikasi.

Wujud komunikasi verbal dibedakan menjadi dua


macam, yaitu sarana komunikasi yang berupa bahasa lisan dan komunikasi
yang berupa bahasa tulis. Komunikasi lisan dilakukan antara sang pemberi
informasi dengan sang penerima informasi tanpa menggunakan perantra atau
media,

sedangkan

kegiatan

berkomunikasi

yang

dilakukan

dengan

menggunakan media berupa tulisan dinakamakan komunikasi tulis. Salah
satu wujud media tulis yang digunakan adalah wacana. Bentuk wacana lisan
dapat berupa pidato, dialog, dan khotbah. Sedangkan bentuk wacana tulis

berupa koran, buku teks, naskah, dan majalah.
Sebagai bentuk wacana tulis yang terbentuk dari beberpa kata
berkembang menjadi kalimat dan menjadi wacana yang utuh, untuk
memahami isi atau pesan yang terkandung di dalamnya maka pesapa atau
penerima harus membacanya secara intensif. Bukan hanya sekekar membaca
saja untuk memahami makna yang terkandung di dalam setiap wacana, tapi
harus memperhatikan struktur yang membentuk wacana tersebut. Jika hanya
sekedar membaca, maka akan terjadi salah penafsiran tentang wacana yang
dibaca. Dalam membuat

wacana tulis harus memperhatikan koherensi,

3

kohesi, dan kepaduan antar kalimat yang dipakai supaya menjadi sebuah
wacana yang komunikatif sehingga mudah pahami oleh pembaca.
Kohesi dalam wacana tidak hanya untuk menghubungkan antar unit
atau kata, tapi juga bekedudukan sebagai fungsi semantik. Wacana yang
kohesif akan menumbuhkan kejelasan dan keselarasan antar kebahasaan
sehingga ide dan gagasan menjadi terarah. Peran penanda kohesif secara

formal menimbulkan keselarasan dan kepaduan yang dapat memudahkan
kelancaran pemahaman wacana. Penggunaan penanda kohesif yang tidak
sesuai antar unit akan menimbulkan salah tafsir bagi pembaca atau
pendengar.
Salah satu wujud dari wacana tulis adalah buku bacaan Kisah-Kisah
Teladan 25 Nabi dan Rasul. Buku bacaan tersebut mengisahkan perjalanan

Nabi yang pertama yaitu Adam as sampai Nabi Muhammad saw. Banyak
pelajaran yang dapat diambil dari buku tersebut karena terdapat berbagai
kisah teladan, sehingga kita dapat lebih berhati-hati dan bersabar menjalani
godaan hidup. Walaupun buku bacaan ini tidak terlalu tebal, kita harus
membacanya dengan memperhatikan aspek gramatikal supaya dapat
memahami bentuk atau struktur lahir yang terdapat di dalam wacana tersebut.
Struktur lahir dalam wacana yaitu bentuk kata yang dipakai untuk menyusun
sebuah kalimat sehingga dapat membentuk wacana.
Pembaca pada umumnya belum begitu

paham tentang pengacuan

demonstratif yang digunakan dalam sebuah wacana tulis. Mereka hanya

membaca tanpa memperhatikan kata ganti. Padahal dengan memahami

4

pengacuan demonstratif, maka akan memperoleh pemahaman yang terarah
mengenai pesan-pesan yang disampaikan penulis melalui wacana. Tidak
sedikit dan bahkan pembaca kesulitan menemukan maksud yang terkandung
di dalamnya. Ada juga yang membaca sampai berulang-ulang untuk
memperoleh makna atau maksud dari penulis. Oleh karena itu, pemahaman
tentang

beberapa

pengacuan

demonstratif

perlu

dipelajari


supaya

memudahkan dalam menemukan maksud atau pesan yang dibaca.
Tidak sedikit pengacuan demonstratif yang digunakan dalam buku
Kisah-Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul khususnya kisah Nabi Muhammad
saw. Hal ini sangat menarik untuk dikaji karena dapat memperkaya

pemerolehan bahasa bagi pembaca serta dapat mengetahui pemerolehan
bahasa yang dipakai penulis buku tersebut. Pengacuan demonstratif
dibedakan menjadi dua, yaitu pronomina demonstratif waktu dan tempat. Di
bawah ini diuraikan salah satu bentuk analisis yang terdapat dalam buku
bacaan yang sudah disebutkan di atas.
Bentuk pengacuan demonstratif tempat dari buku kisah Nabi
Muhammad saw yang terdapat pada halaman 103 yaitu:
Data (159)
Mekah pada zaman kuno terletak di garis lalu lintas perdagangan
antara Yaman (Arab Selatan) dan Syam dekat Lautan Tengah.
Kedua negara ini zaman dahulu mencapai peradaban yang tinggi
dan dihubungkan oleh beberapa negara kecilantara lain Mekah

(halaman: 103).
Berdasarkan data di atas terlihat adanya pronomina demonstratif
kedua negara ini yang mengacu pada tempat yang dekat dengan penutur,

5

yaitu menunjukkan negara Yaman (Arab Selatan) dan Syam saat kalimat
itu dituturkan oleh pembicara atau dituliskan oleh penulisnya. Pada tuturan
tersebut, pengacuan demonstratif kedua negara ini yang mengacu pada
tempat yang dekat dengan penutur. Acuan satuan lingual pada tuturan
tersebut berada di dalam teks dan sudah disebutkan terlebih dahu. Dari ciri
yang sudah disebutkan di atas, tampak bahwa data (159) merupakan jenis
pengacuan endofora yang anaforis.
Demikian salah satu contoh analisis yang dapat dikaji dalam buku
tersebut dengan pengacuan demonstratif yang menunjukkan tempat. Analisis
demonstratif yang lebih lanjut

akan disajikan lebih dalam pada bab

selanjutnya.

B. Pembatasan Masalah
Peneliti membatasi objek yang akan diteliti agar tidak menyimpang
pada pokok permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai. Objek dalam
penelitian ini adalah kohesi gramatikal pengacuan demonstratif dalam buku
Kisah-Kisah 25 Nabi dan Rasul karya MB. Alamsyah. Pengacuan

demonstratif dalam wacana tersebut adalah pengacuan tempat dan waktu.
Peneliti tidak menganalisis secara keseluruhan kisah yang ada dalam buku
tersebut, namun hanya menganalisis kisah Nabi Muhammad saw. Alasan
peneliti hanya memfokuskan pada satu cerita, yaitu kisah Nabi Muhammad
karena kisah tersebut paling lengkap di antara kisah-kisah Nabi yang lain.

6

C. Rumusan Masalah
1.

Bagaimana bentuk pengacuan demonstratif tempat

pada kisah Nabi


Muhammad saw dalam wacana Kisah-Kisah 25 Nabi dan Rasul karya
MB. Alamsyah.

2.

Bagaimana bentuk pengacuan demonstratif

waktu pada kisah Nabi

Muhammad saw dalam wacana Kisah-Kisah 25 Nabi dan Rasul karya
MB. Alamsyah.

3.

Bagaimana letak demonstratif waktu dan tempat yang terdapat pada kisah
Nabi Muhammad saw dalam Kisah-Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul
karya MB. Alamsyah

D. Tujuan

Penelitian ini menjawab dari permasalahan di atas. Beberapa tujuan
yang ingin dicapai dengan penelitian kohesi gramatikal pengacuan
demonstratif waktu dan tempat ialah:
1.

Memaparkan pengacuan demonstratif

tempat pada kisah Nabi

Muhammad saw dalam wacana Kisah-Kisah 25 Nabi dan Rasul karya
MB. Alamsyah.

2.

Memaparkan pengacuan demonstratif waktu

pada kisah Nabi

Muhammad saw dalam wacana Kisah-Kisah 25 Nabi dan Rasul karya
MB. Alamsyah.

3.

Mengidentifikai letak pengacuan demonstratif waktu dan tempat pada
kisah Nabi Muhammad saw dalam wacan Kisah-Kisah Teladan 25 Nabi
dan Rasul karya MB. Alamsyah.

7

E. Manfaat
Penelitian mengenai pengacuan demonstratif waktu dan tempat dalam
buku Kisah-Kisah 25 Nabi dan Rasul karya MB. Alamsyah khususnya kisah
Nabi Muhammad saw. Diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:

1.

Manfaat Teoritis
a.

Menambah perbendaharaan bidang kajian bahasa, khususnya
tentang analisis wacana dengan kohesi gramatikal pengacuan
waktu dan tempat.

b.

Menambah pemerolehan bahasa serta mengetahui beberapa struktur
lahir yang terdapat di dalam wacana.

2.

Manfaat Praktis
a. Penelitian ini dapat digunakan sebagai gambaran terhadap
penelitian berikutnya.
b. Dapat memberikan beberapa informasi yang berkaitan dengan
kohesi gramatikal.
c. Menambah wawasan tentang wacana kohesi gramatikal khususnya
pengacuan demonstratif