PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY (PENEMUAN TERBIMBING) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK CAHAYA DI KELAS VIII SEMESTER II SMP NEGERI 3 PERCUT SEI TUAN T.A. 2012/2013.

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY
(PENEMUAN TERBIMBING) TERHADAP HASIL BELAJAR
SISWA PADA MATERI POKOK CAHAYA DI KELAS
VIII SEMESTER II SMP NEGERI 3 PERCUT
SEI TUAN T.A 2012/2013

Oleh:
Ermawati
NIM 409321018
Program Studi Pendidikan Fisika

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2013


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya yang memberikan kesehatan dan hikmat kepada penulis
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang
direncanakan.
Skripsi berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Guided Discovery
(Penemuan Terbimbing) terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Pokok Cahaya
di Kelas VIII Semester II SMP Negeri 3 Percut Sei Tuan T.A 2012/2013,’ disusun
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.
Dalam penyusunan skripsi, penulis banyak memperoleh bantuan dari
berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih
kepada Ibu Rita Juliani, S.Si, M.Si sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah
banyak memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal
penelitian sampai dengan selesainya penulisan skripsi. Ucapan terima kasih juga
disampaikan pada Bapak Drs. Manter Sihotang, Bapak Dr. Nurdin Bukit, M.Si,
dan Bapak Drs. Makmur Sirait, M.Si, selaku dosen penguji yang telah
memberikan masukan dan saran-saran mulai dari rencana penelitian sampai
selesai penyusunan skripsi. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak
Alkhafi Maas Siregar, S.Si, M.Si selaku dosen pembimbing akademik dan kepada

seluruh Bapak dan Ibu dosen beserta Staf Pegawai Jurusan Fisika FMIPA
UNIMED yang sudah membantu penulis.
Ucapan terima kasih disampaikan juga pada Bapak Kepala Sekolah serta
Bapak dan Ibu Guru dan seluruh staf pegawai SMP Negeri 3 Percut Sei Tuan
terkhusus kepada Bapak Drs. Asril Saman yang telah banyak membantu selama
penelitian dilaksanakan. Teristimewa penulis sampaikan terima kasih kepada
Ayahanda Ramsyah dan Ibunda tercinta Sarmini selaku orang tua dan adik-adikku
Suyanti, Melani dan Sri Rahayu yang banyak membantu dalam penulisan skripsi
ini beserta seluruh keluarga yang selalu berdoa dan memberikan dorongan kepada
penulis dalam menyelesaikan studi di UNIMED.

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY
(PENEMUAN TERBIMBING) TERHADAP HASIL BELAJAR
SISWA PADA MATERI POKOK CAHAYA DI KELAS
VIII SEMESTER II SMP NEGERI 3 PERCUT
SEI TUAN T.A 2012/2013
ERMAWATI (409321018)
ABSTRAK
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh yang signifikan model
pembelajaran penemuan terbimbing terhadap hasil belajar siswa pada materi

pokok cahaya di kelas VIII semester II SMP Negeri 3 Percut Sei Tuan T.A
2012/2013.
Jenis penelitian adalah quasi eksperiment dengan populasi seluruh siswa
kelas VIII SMP Negeri 3 Percut Sei Tuan yang terdiri dari 7 kelas. Sampel
penelitian diambil 2 kelas yang ditentukan dengan teknik cluster random
sampling, yaitu kelas VIII-3 dengan menggunakan model pembelajaran penemuan
terbimbing dan kelas VIII-2 dengan menggunakan pembelajaran konvensional.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian yaitu tes hasil belajar dan lembar
observasi aktivitas belajar siswa.
Hasil yang diperoleh sebelum memulai pembelajaran dengan nilai ratarata pretes kelas eksperimen sebesar 39,84 dengan standar deviasi 7,98 dan kelas
kontrol sebesar 39,22 dengan standar deviasi 8,62. Pengujian normalitas untuk
pretes kelas eksperimen dengan Lhitung = 0,1483 dan Ltabel = 0,1566, untuk kelas
kontrol dengan Lhitung = 0,1254 dan Ltabel = 0,1566 sehingga Lhitung < Ltabel maka
data kedua kelas berdistribusi normal. Pengujian homogenitas diperoleh Fhitung
=1,17 dan Ftabel = 1,82 sehingga Fhitung < Ftabel maka kedua sampel berasal dari
kelompok yang homogen. Kedua kelas diberikan perlakuan yang berbeda, di kelas
eksperimen menggunakan model penemuan terbimbing dan kelas kontrol
menggunakan pembelajaran konvensional. Hasil yang diperoleh setelah
pembelajaran dengan nilai rata-rata postes kelas eksperimen sebesar 70,47 dengan
standar deviasi 10,50 dan kelas kontrol sebesar 51,72 dengan standar deviasi

11,61. Rata-rata aktivitas kelas keseluruhan siswa adalah 69,72 dan termasuk
kategori cukup aktif. Perhitungan data dengan menggunakan uji t, thitung = 6,77 dan
ttabel = 1,67 sehingga diperoleh thitung > ttabel yang artinya Ha diterima berarti ada
pengaruh yang signifikan model pembelajaran penemuan terbimbing terhadap
hasil belajar siswa pada materi pokok cahaya di kelas VIII semester II SMP
Negeri 3 Percut Sei Tuan T.A. 2012/2013.

Kata Kunci : Guided Discovery (Penemuan Terbimbing), Hasil belajar, Aktivitas

vi

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan
Riwayat Hidup
Abstrak
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel

Daftar Lampiran

Halaman
i
ii
iii
iv
vi
viii
x
xi

BAB I
1.1.
1.2.
1.3.
1.4.
1.5.
1.6.


PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Identifikasi Masalah
Pembatasan Masalah
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian

1
1
5
6
6
7
7

BAB II
2.1.
2.1.1.
2.1.2.

2.1.3.
2.1.4.
2.1.5.
2.1.6.

8
8
8
8
9
11
12

2.1.7.
2.1.8.
2.1.9.
2.1.9.1.
2.1.9.2.
2.1.9.2.1.
2.1.9.2.2.

2.1.9.2.3.
2.1.9.2.4.
2.1.9.3.
2.1.9.4.
2.1.9.4.1.
2.2.
2.3.

TINJAUAN PUSTAKA
Kerangka Teoritis
Pengertian Belajar
Aktivitas Belajar
Hasil Belajar
Model Pembelajaran
Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing
Penerapan Model Penemuan Terbimbing dalam Pembelajaran
Fisika
Tahapan Model Penemuan Terbimbing
Pembelajaran Konvensional
Materi Cahaya

Pengertian Cahaya
Cermin
Cermin Datar
Cermin Cekung
Cermin Cembung
Persamaan Cermin Lengkung
Pembiasan Cahaya
Lensa
Bayangan pada Lensa
Kerangka Konseptual
Hipotesis Penelitian

BAB III
3.1.

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian

36
36


14
15
20
22
22
24
24
25
26
27
28
29
30
34
35

vii

3.2.

3.2.1.
3.2.2.
3.3.
3.3.1.
3.3.2.
3.4.
3.4.1.
3.4.2.
3.5.
3.5.1.
3.5.2.
3.5.3.
3.6.
3.7.
3.7.1.
3.7.2.
3.7.3.
3.7.4.
3.7.4.1.
3.7.4.2.
BAB IV
4.1.
4.1.1.
4.1.1.1.
4.1.1.2.
4.1.1.3.
4.1.2.
4.1.3.
4.1.3.1.
4.1.3.2.
4.1.3.3.
4.2.
BAB V
5.1.
5.2.

Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi Penelitian
Sampel Penelitian
Variabel Penelitian
Variabel Bebas
Variabel Terikat
Jenis dan Desain Penelitian
Jenis Penelitian
Desain Penelitian
Instrumen Penelitian
Tes Hasil Belajar
Lembar Observasi Aktivitas
Validitas Tes
Prosedur Penelitian
Teknik Analisis Data
Menghitung Nilai Rata-Rata dan Standar Deviasi
Uji Normalitas
Uji Homogenitas
Uji Hipotesis
Uji Kesamaan Rata-Rata Pretes (Uji t Dua Pihak)
Uji Kesamaan Rata-Rata Postes (Uji t Satu Pihak)
. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
. Hasil Penelitian
Pelaksanaan Pretes
.. Uji Normalitas Data
Uji Homogenitas Data
Uji Hipotesis untuk Pretes
Perlakuan
Pelaksanaan Postes
.. Uji Normalitas Data
Uji Homogenitas Data
Uji Hipotesis untuk Postes
Pembahasan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran

DAFTAR PUSTAKA

36
36
36
36
36
36
37
37
37
37
37
38
39
39
42
42
42
43
44
44
45
47
47
47
48
48
48
49
50
51
51
52
53
56
56
57
58

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Peranan Siswa dan Guru di dalam Model Penemuan

Halaman
15

Tabel 2.2. Fase-Fase Dalam Menerapkan Pelajaran Dengan
Penemuan Terbimbing

17

Tabel 3.1. The Pretest-Posttest Control Group Desaign

37

Tabel 3.2. Tabel Spesifikasi Hasil Belajar

38

Tabel 3.3. Penilaian dengan Persen

39

Tabel 4.1. Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

47

Tabel 4.2. Ringkasan Uji Normalitas

48

Tabel 4.3. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Data

48

Tabel 4.4. Ringkasan Perhitungan Uji Hipotesis

49

Tabel 4.5. Ringkasan Hasil Penilaian Aktivitas Belajar Siswa

50

Tabel 4.6. Ringkasan Hasil Penilaian Lembar Kegiatan Siswa

50

Tabel 4.7. Data Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

51

Tabel 4.8. Ringkasan Uji Normalitas

51

Tabel 4.9. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Data

52

Tabel 4.10. Ringkasan Perhitungan Uji Hipotesis

53

viii

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1.

Merencanakan Pelajaran dengan Model Temuan
Terbimbing

15

Gambar 2.2.

Cahaya Dipantulkan Oleh Benda ke Segala Arah

22

Gambar 2.3.

Cahaya Merambat Dalam Garis Lurus Yang Disebut Sinar
Cahaya Sedangkan Berkas Cahaya Digambarkan Dengan
Beberapa Garis Berarah
23

Gambar 2.4.

Pemantulan Cahaya

23

Gambar 2.5.

Pantulan Baur

23

Gambar 2.6.

Pemantulan Teratur

24

Gambar 2.7.

Pembentukan Bayangan Oleh Cermin Datar

24

Gambar 2.8.

Sinar-sinar Istimewa Cermin Cekung

26

Gambar 2.9.

Pembentukkan Bayangan Pada Cermin Cekung.

26

Gambar 2.10.

Sinar-Sinar Istimewa Cermin Cembung

27

Gambar 2.11.

Pembentukan Bayangan Pada Cermin Cembung

27

Gambar 2.12.

Hukum Snellius

28

Gambar 2.13.

Jenis-Jenis Lensa

29

Gambar 2.14.

Sifat Lensa Cembung

29

Gambar 2.15.

Sifat Lensa Cekung

30

Gambar 2.16.

Sinar–Sinar Istimewa Lensa Cembung

30

Gambar 2.17.

Pembentukan Bayangan Oleh Lensa Positif Untuk Benda
Yang Diletakkan Pada Jarak Lebih Besar Dari Jarak
Antara Pusat Optik Ke Titik 2F2

31

Pembentukan Bayangan Pada Lensa Positif Untuk Benda
Yang Diletakkan Antara F2 dan 2 F2

31

Gambar 2.18.

ix

Gambar 2.19.

Pembentukan Bayangan Pada Lensa Positif Bila Benda
Diletakkan Antara Pusat Optik O Dan Fokus Utama F2

31

Pembentukan bayangan pada lensa positif benda
diletakkan tepat pada R

32

Gambar 2.21.

Sinar-Sinar Istimewa Lensa Cekung

32

Gambar 2.22.

Sifat Bayangan Dari Suatu Benda Sejati Di Depan Lensa
Negatif Selalu Maya,Tegak dan Diperkecil

33

Bagan Proses Pembelajaran dengan Model Penemuan
Terbimbing dan Konvensional

34

Tahapan Penelitian

41

Gambar 2.20.

Gambar 2.23.

Gambar 3.1.

1

`

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi untuk memiliki kekuatan spiritual, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan untuk peserta didik,
masyarakat, bangsa dan negara. Shabri (2013) menyatakan bahwa kualitas
pendidikan di Indonesia masih rendah, dapat dilihat dari beberapa indikator.
Pertama, peringkat Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index)
Indonesia meliputi peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan penghasilan
per kepala berada di urutan 124 dari 183 negara yang ada di dunia. Kedua,
Kementrian Pendidikan Nasional melaporkan bahwa dari 146.052 SD di
Indonesia, hanya 8 sekolah yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The
Primary Years Programme dan dari 20.918 SMP, hanya 8 sekolah yang mendapat
pengakuan dunia dalam kategori The Middle Years Programme serta dari 8.036
SMA, hanya 7 sekolah yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The
Diploma Programme. Ketiga, dibandingkan dengan negara Asia lain, menurut
survei Political and Economic Risk Consultant, kualitas pendidikan di Indonesia
berada pada urutan ke-12 dari 12 negara. Keempat, The World Economic Forum
Swedia Report menyatakan bahwa Indonesia memiliki daya saing yang rendah,
yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei.
Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia dapat dilihat dari buruknya
hasil Uji Kompetensi Awal (UKA) guru di Sumatera Utara dengan
peringkat ke-25 dari 33 provinsi. Hasil pelaksanaan UKA yang digelar
pada akhir Pebruari, Sumut meraih nilai rata rata 37,4 atau jauh dari ratarata nasional sebesar 42,25. Jauh berbeda dengan provinsi lain seperti
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) meraih peringkat pertama dengan
nilai rata-rata 50,1 diikuti DKI Jakarta (49,2), Bali (48,9), Jawa Timur
(47,1), Jawa Tengah (45,2), Jawa Barat (44,0), Kepulauan Riau (43,8),
Sumatera Barat (42,7), Papua (41,1) dan Banten (41,1). Hasil Uji
Kompetensi Awal (UKA) guru menunjukkan telah terjadi kesalahan
dalam sistem pendidikan. Jika kompetensi guru sudah buruk, bagaimana
kualitas pendidikan bisa lebih baik. (Mahmun, 2012).

2

`

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai salah satu persyaratan penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan hal penting dalam pencapaian tujuan
pendidikan. Fisika adalah salah satu bagian dari ilmu pengetahuan alam sehingga
para pelajar diharapkan mempunyai pemahaman pada bidang ilmu pengetahuan
dan teknologi. Fisika merupakan suatu ilmu yang empiris. Pernyataan-pernyataan
fisika harus didukung oleh hasil-hasil eksperimen. Hasil eksperimen digunakan
untuk eksplorasi informasi-informasi yang diperlukan untuk membentuk teori
lebih lanjut. Teori dan eksperimen dalam fisika merupakan lingkaran yang tidak
berkesudahan. Fisika merupakan abstraksi terhadap berbagai sifat alam dalam
wujud konsep-konsep yang merupakan hamparan realitas. Kekhususan fisika
dibanding ilmu-ilmu lain adalah sifatnya yang kuantitatif, yaitu penggunaan
konsep-konsep dan hubungan antara konsep yang banyak menggunakan
perhitungan matematis.
Rendahnya mutu pendidikan terlihat pada saat pelaksanaan PPLT 2012 di
SMA Negeri 1 Babalan. Berdasarkan pengamatan penulis mengetahui bahwa
siswa tidak tertarik belajar fisika. Siswa berpendapat fisika penuh dengan rumusrumus yang membingungkan. Guru fisika masih menggunakan proses
pembelajaran yang berorientasi pada teacher centered karena guru jarang
melibatkan siswa dalam pembelajaran dan hanya menekankan siswa untuk
menghafal rumus-rumus tanpa menekankan konsep dan penerapan fisika.
Hasil observasi di SMP Negeri 3 Percut Sei Tuan dengan memberikan
angket kepada 32 siswa pada tanggal 21 Februari 2013, sebesar 37,5%
menyatakan fisika adalah pelajaran yang sulit, kurang menarik dan banyak rumus.
Fisika merupakan ilmu yang menarik karena semua gejala yang terjadi di alam
berkaitan dengan fisika dan dapat diterangkan dengan konsep yang sederhana.
Hasil observasi menjelaskan yaitu sekitar 71,8% menyatakan bahwa cara
mengajar guru cenderung menjelaskan materi dan mengerjakan soal. Hasil
wawancara dengan bapak Drs. Asril Saman mengatakan bahwa pernah
menerapkan model pembelajaran kooperatif tetapi hasilnya belum memuaskan
karena tidak maksimal dalam menggunakan model pembelajaran. Guru sesekali
menggunakan metode demonstrasi jika alat yang digunakan mudah dicari dan

3

`

sesuai dengan materi yang diajarkan. Siswa mendapatkan hasil belajar kurang
memuaskan (nilai rata-rata 52). Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran masih
kurang, siswa masih takut untuk bertanya pada guru jika ada materi yang tidak
dipahami, sekitar 43,7 % siswa menyatakan bahwa sumber pelajaran fisika selalu
berasal dari guru sehingga siswa tidak berusaha mencari tahu sendiri tentang
pelajaran fisika. Hasil wawancara diperoleh bahwa sarana dan prasarana
laboratorium di SMP Negeri 3 Percut Sei Tuan sudah lengkap tetapi belum
digunakan secara maksimal karena keterbatasan waktu dan kurangnya
kemampuan guru dalam menggunakan sarana dan prasarana.
Menurut Rohim, dkk (2012:2) menyatakan bahwa pembelajaran fisika di
sekolah hendaknya menyiapkan anak didik untuk : (1) mampu menyelesaikan
masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan
konsep-konsep sains yang telah dipelajari, (2) mampu mengambil keputusan yang
tepat dengan menggunakan konsep-konsep ilmiah, dan (3) mempunyai sikap
ilmiah dalam memecahkan masalah yang dihadapi sehingga dapat berpikir dan
bertindak secara ilmiah. Untuk memecahkan permasalahan pembelajaran perlu
dilakukan upaya antara lain memilih model yang tepat agar tujuan pendidikan
tercapai. Trianto (2010:22) menyatakan bahwa model pembelajaran adalah
kerangka

konseptual

yang

melukiskan

prosedur

sistematis

dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar dan
berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran serta para pengajar
dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.
Salah satu model pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif adalah
model pembelajaran penemuan terbimbing. Wahyu (2011:39) menyatakan bahwa
model pembelajaran penemuan terbimbing merupakan model pembelajaran yang
bersifat student oriented dengan teknik trial and error, menerka, menggunakan
intuisi, menyelidiki, menarik kesimpulan, serta memungkinkan guru melakukan
bimbingan dan petunjuk jalan dalam membantu siswa untuk mempergunakan ide,
konsep, dan keterampilan yang dimiliki untuk menemukan pengetahuan baru.
Hasil penelitian Markaban (2008:17) menyatakan bahwa dalam model
pembelajaran dengan penemuan terbimbing, peran siswa cukup besar karena

4

`

pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru tetapi pada siswa. Sehingga
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran. Peneliti
memiliki kendala dalam penentuan waktu untuk materi tertentu dan tidak semua
topik materi cocok disampaikan dengan model penemuan terbimbing.
Hasil penelitian Rohim, dkk (2012:2) menyatakan bahwa model
pembelajaran penemuan lebih efektif dalam pembelajaran IPA, karena membantu
siswa bertemu dengan dua kriteria penting dalam pembelajaran aktif yaitu
membangun pengetahuan untuk membuat pengertian dari informasi baru dan
mengintegrasikan informasi baru sampai ditemukan pengetahuan yang tepat. Pada
pelaksanaan pembelajaran penemuan terbimbing peneliti mengalami kendala yaitu
siswa belum terbiasa melakukan percobaan dan diskusi.
Sebagai salah satu model pembelajaran dari sekian banyak model
pembelajaran yang ada, model pembelajaran penemuan terbimbing menempatkan
guru sebagai fasilitator, yaitu membimbing siswa. Widdiharto (2004:4)
menyatakan bahwa dalam model pembelajaran penemuan terbimbing, siswa
didorong

untuk

berpikir

sendiri,

menganalisis

sendiri,

sehingga

dapat

‘menemukan’ prinsip umum berdasarkan bahan atau data yang telah disediakan
guru. Adapun kekurangan dari model penemuan terbimbing adalah waktu yang
diperlukan agar tercapainya tujuan hasil belajar cukup lama.
Hasil penelitian Satyawati (2011:4) menyatakan bahwa salah satu model
instruksional kognitif adalah belajar penemuan. Model pembelajaran penemuan
terbimbing berupaya menemukan dasar-dasar berpikir ilmiah pada diri siswa
sehingga dalam proses pembelajaran siswa lebih banyak belajar sendiri dan
mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Siswa benar-benar
ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Kendala yang ditemukan peneliti adalah
kurangnya waktu pelaksanaan pembelajaran.
Hasil penelitian Dhyana (2010:1493) menyatakan bahwa alasan rasional
penggunaan model penemuan terbimbing adalah siswa akan mendapatkan
pemahaman yang lebih baik mengenai sains dan akan lebih tertarik terhadap sains.
Hasil penelitian menyatakan bahwa hasil belajar dengan model penemuan
terbimbing lebih baik dari pada penggunaan model pembelajaran konvensional.

5

`

Dalam model penemuan terbimbing diperlukan keterampilan guru untuk
membimbing dan mengarahkan situasi belajar yang lebih kondusif.
Penelitian tentang model penemuan terbimbing yang dilakukan oleh
Elfrida (2011) menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa di kelas eksperimen
meningkat dari 44,07 menjadi 65,79. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Samaria (2012) diperoleh hasil pembelajaran dengan penemuan terbimbing
dengan nilai rata-rata siswa di kelas eksperimen meningkat dari 33,25 menjadi
72,25. Berdasarkan hasil di atas memperlihatkan bahwa model pembelajaran
penemuan terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Model pembelajaran penemuan terbimbing diterapkan pada proses
pembelajaran dengan memperhatikan materi pelajaran yang akan disampaikan
oleh guru sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran. Materi yang sesuai
dengan penerapan model pembelajaran penemuan terbimbing adalah materi yang
membahas tentang konsep dan generalisasi. Penulis memilih materi cahaya karena
banyak menuntut siswa untuk lebih aktif menemukan konsep cahaya. Dengan
melihat kendala-kendala yang dihadapi oleh peneliti sebelumnya, maka penulis
akan berusaha memaksimalkan waktu sehingga mampu meningkatkan hasil
belajar siswa dan penulis akan berusaha membimbing serta mengarahkan situasi
belajar agar lebih kondusif sehingga siswa menjadi terbiasa saat melakukan
percobaan dan diskusi.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
dengan judul, “Pengaruh Model Pembelajaran Guided Discovery (Penemuan
Terbimbing) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Cahaya Di Kelas
VIII Semester II SMP Negeri 3 Percut Sei Tuan T.A 2012/2013.”

1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, beberapa masalah yang dapat
diidentifikasi adalah sebagai berikut :
1.

Siswa menganggap pelajaran fisika merupakan pelajaran yang sulit, kurang
menarik dan banyak rumus.

6

`

2.

Guru pernah menerapkan model pembelajaran kooperatif tetapi hasilnya
belum memuaskan.

3.

Guru mengajar hanya dengan cara menjelaskan materi dan mengerjakan soal.

4.

Hasil belajar fisika kurang memuaskan.

5.

Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran masih kurang.

6.

Sarana dan prasarana laboratorium sudah lengkap tetapi belum digunakan
secara maksimal.

1.3. Pembatasan Masalah
Agar penelitian yang dilaksanakan dapat lebih optimal, maka ruang
lingkup yang dibahas dibatasi. Batasan masalah dalam penelitian adalah sebagai
berikut :
1.

Subyek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Percut Sei Tuan
pada semester II T.A 2012/2013.

2.

Materi pokok yang diajarkan adalah cahaya.

3.

Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran penemuan
terbimbing.

1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah, rumusan masalah dalam penelitian
adalah sebagai berikut :
1.

Bagaimana hasil belajar siswa dengan model pembelajaran penemuan
terbimbing dan pembelajaran konvensional pada materi pokok cahaya di
kelas VIII semester II SMP Negeri 3 Percut Sei Tuan T.A 2012/2013?

2.

Bagaimana aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan model
pembelajaran penemuan terbimbing pada materi pokok cahaya di kelas VIII
semester II SMP Negeri 3 Percut Sei Tuan T.A 2012/2013?

3.

Apakah ada pengaruh yang signifikan model pembelajaran penemuan
terbimbing terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok cahaya di kelas
VIII semester II SMP Negeri 3 Percut Sei Tuan T.A 2012/2013?

7

`

1.5. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut :
1.

Untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunakan model
pembelajaran penemuan terbimbing dan pembelajaran konvensional pada
materi pokok cahaya di kelas VIII semester II SMP Negeri 3 Percut Sei Tuan
T.A 2012/2013.

2.

Untuk mengetahui aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan model
pembelajaran penemuan terbimbing pada materi pokok cahaya di kelas VIII
semester II SMP Negeri 3 Percut Sei Tuan T.A 2012/2013.

3.

Untuk mengetahui pengaruh yang signifikan model pembelajaran penemuan
terbimbing terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok cahaya di kelas
VIII semester II SMP Negeri 3 Percut Sei Tuan T.A 2012/2013.

1.6. Manfaat Penelitiaan
Manfaat yang ingin dicapai dari hasil penelitian adalah sebagai berikut :
1.

Menambah pengetahuan peneliti tentang model pembelajaran penemuan
terbimbing yang digunakan saat penelitian.

2.

Sebagai bahan informasi bagi guru-guru fisika tentang keefektifan model
pembelajaran penemuan terbimbing terhadap hasil belajar siswa.

3.

Menjadi bahan perbandingan dan referensi bagi peneliti lain dalam
melakukan penelitian selanjutnya.

56

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Kesimpulan penelitian didasarkan dari data-data hasil penelitian,
Sistematika sajiannya dilakukan dengan memperhatikan tujuan penelitian yang
telah dirumuskan. Adapun kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut :
1. Hasil belajar siswa kelas eksperimen dengan menerapkan model pembelajaran
penemuan terbimbing pada materi pokok cahaya di kelas VIII semester II
SMP Negeri 3 Percut Sei Tuan T.A 2012/2013 dengan rata-rata pretes sebesar
39,84 dan rata-rata postes siswa sebesar 70,47. Hasil belajar siswa kelas
kontrol dengan menerapkan pembelajaran konvensional pada materi pokok
cahaya di kelas VIII semester II SMP Negeri 3 Percut Sei Tuan T.A
2012/2013 dengan rata-rata pretes sebesar 39,22 dan rata-rata postes siswa
sebesar 51,72.
2. Hasil observasi aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran dengan
model penemuan terbimbing pada materi pokok cahaya di kelas VIII semester
II SMP Negeri 3 Percut Sei Tuan T.A 2012/2013 diperoleh untuk pertemuan I
rata-rata aktivitas siswa sebesar 62.08 yaitu 2 siswa dikategorikan sangat baik,
4 siswa dikategorikan baik, 17 siswa dikategorikan cukup dan 9 orang
dikategorikan kurang sekali. Pertemuan II diperoleh peningkatan aktivitas
siswa dengan nilai rata-rata 70.21 yaitu 4 siswa dikategorikan sangat baik, 6
siswa dikategorikan baik, 18 siswa dikategorikan cukup dan 4 orang
dikategorikan kurang sekali. Pertemuan III diperoleh peningkatan aktivitas
siswa dengan nilai rata-rata 76.88 yaitu 11 siswa dikategorikan sangat baik, 2
siswa dikategorikan baik, 18 siswa dikategorikan cukup dan 1 orang
dikategorikan kurang sekali.
3. Ada pengaruh yang signifikan model pembelajaran penemuan terbimbing
terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok cahaya di kelas VIII semester
II SMP Negeri 3 Percut Sei Tuan T.A 2012/2013 dengan thitung > ttabel = 6,7689
> 1,6697 yang artinya Ha diterima dan Ho ditolak.

57

5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka sebagai tindak
lanjut dari penelitian disarankan beberapa hal sebagai berikut :
1. Peneliti yang ingin meneliti tentang model pembelajaran penemuan
terbimbing agar lebih mengarahkan siswa dalam pembentukan kelompok
sehingga suasana pembelajaran lebih kondusif.
2. Peneliti harus mengkondisikan siswa yang belum terbiasa belajar dalam
kelompok agar suasana belajar lebih menyenangkan.
3. Peneliti kiranya ketika melakukan pengamatan aktivitas belajar dilakukan
dengan lebih dari satu orang sehingga lebih mudah terlaksana dan terkontrol
dalam melakukan pengamatan.
4. Sebelum melakukan model pembelajaran penemuan terbimbing terlebih
dahulu mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan saat percobaaan sesuai
dengan kebutuhan.

58

DAFTAR PUSTAKA
Ambarjaya, B., (2012), Psikologi Pendidikan dan Pengajaran, Caps, Yogyakarta.
Angkowo, R., dan A. Kosasih., (2007), Optimalisasi Media Pembelajaran, PT
Grasindo, Jakarta.
Arikunto, S., (2009), Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), Bumi
Aksara, Jakarta.
Daryanto., (2010), Belajar dan Mengajar, Yrama Widya, Bandung.
Dhyana, W., (2010), Pengaruh Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing
Berbasis Asesmen Kinerja Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau
Dari Kecerdasan Logis Matematis Pada Siswa Kelas X SMA N 1
Payangan.
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=pengaruh+model+Pembelajar
an+penemuan+TerbimbingI+Wayan+Dhyana&source=web&cd=1&ved=
0CDAQFjAA&url=http%3A%2F%2Fpasca.undiksha.ac.id%2Fejournal%2Findex.php%2Fjurnal_ap%2Farticle%2Fdownload%2F455%2
F247&ei=4r5CUfqOF4rkrAeQ1oCgAQ&usg=AFQjCNEbborEo5aP3AJ
F1uZX3bj0B-NmTQ diakses pada tanggal 06 Februari 2013.
Djamarah, S. B., (2006), Strategi Belajar Mengajar (Edisi Revisi), Rineka Cipta,
Jakarta.
Eggen, P., dan Don K., (2012), Strategi dan Model Pembelajaran : Mengajarkan
Konten dan Keterampilan Berpikir, Edisi 6, Indeks, Jakarta.
Elfrida, E. M., (2011), Perbedaan Hasil Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan
Model Guided Discovery dan Model Konvensional pada Materi Pokok
Hukum Newton di Kelas VIII Semester 1 SMP Negeri 2 Kutacane T.A
2010/2011, FMIPA UNIMED, Medan.
Hamalik, O., (2004), Pendidikan Guru. Bumi Aksara, Jakarta.
Joice, B., dkk., (2009), Models Of Teaching; Model-Model Pengajaran Edisi
Kedelapan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Karim, S., dkk., (2008), Belajar IPA : Membuka Cakrawala Alam Sekitar 2 untuk
Kelas VIII SMP/MTs. Pusat Perbukuan, Jakarta.
Mahmun, Z., (2012), Kualitas Guru Rendah-Hasil UKA, Sumut Hanya di
Peringkat 25 dari 33 Provinsi, http://mahmun.wordpress.com, diakses
pada tanggal 28 Februari 2013.

59

Markaban., (2008), Model Penemuan Terbimbing pada Pembelajaran
Matematika SMK, Depdiknas Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan
Tenaga Kependidikan, Yogyakarta.
Mayub, A., (2005), E-Learning Fisika Berbasiskan Macromedia Flash MX,
Graha Ilmu, Yogyakarta.
Purwanto. M.N., (2010), Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Graha
Ilmu, Bandung.
Roestiyah., (2008), Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta.
Rohim, dkk., (2012), Penerapan Model Discovery Terbimbing Pada Pembelajaran
Fisika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif, Unnes
Physics Education Journal : 2.
Sagala, S., (2005), Konsep dan Makna Pembelajaran, Alfabeta, Bandung.
Samaria, R.S., (2012), Pengaruh Metode Penemuan Terbimbing Terhadap Hasil
Belajar Fisika Siswa Pada Materi Pokok Gerak Lurus di Kelas VII SMP
Negeri 18 Medan T.A 2011/2012, FMIPA UNIMED, Medan.
Sardiman., (2009), Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Rajawali Press,
Jakarta.
Satyawati, S.B., (2011), Pengaruh Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing
Berbasis LKS Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari
Kecerdasan Logis Matematis Pada Siswa Kelas X SMA N 1 Bangli.
http://pasca.undiksha.ac.id/ejournal/index.php/jurnal_ap/article/view/455
diakses pada tanggal 06 Februari 2013
Shabri., (2013), http://aceh.tribunnews.com/2013/01/03/potret-buram-pendidikankita diakses pada tanggal 06 Februari 2013
Slameto., (2010), Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Rineka
Cipta, Jakarta.
Sudjana., (2005), Metoda Statistika, Tarsito, Bandung.
Sudjana. N., (2009), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, PT Remaja
Rosdakarya, Bandung.
Sugiyono., (2010), Metode Penelitian Pendidikan, Alfabeta, Bandung.
Suryosubroto., B., (2002) Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Rineka Cipta,
Jakarta.

60

Syaodih, N.S., (2008), Metode Penelitian Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya,
Bandung.
Trianto., (2010), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif : Konsep,
Landasan, dan Implementasi Pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), Kencana, Jakarta.
Wahyu, Y.P. 2011. Keefektifan Model Penemuan Terbimbing dan Cooperative
Learning Pada Pembelajaran Matematika. Jurnal Kependidikan 4: 39-40.
Widdiharto, R., (2004), Model-Model Pembelajaran Matematika SMP. Pusat
Pengembangan Penataran Guru (PPPG) Matematika, Yogyakarta.
Widodo, A. (2006). Taksonomi Bloom dan Pengembangan Butir Soal. Buletin
Puspendik 3:18-29.

Dokumen yang terkait

PENERAPAN PENDEKATAN SCIENTIFIC MENGGUNAKAN GUIDED INQUIRY PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 MALANG

0 5 24

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA SMP NEGERI 1 KASUI KELAS VIII SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2013/2014

0 24 76

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 20152016

0 0 10

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN METODE EKSPERIMEN PADA MATERI CAHAYA TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII SMPN 2 GUNUNGSARI TAHUN AJARAN 20142015

0 0 6

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN CTL PADA MATERI CAHAYA TERHADAP HASIL BELAJAR IPA FISIKA SISWA KELAS VIII SMP

0 0 6

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI SIFAF-SIFAT CAHAYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING PADA SISWA KELAS V SEMESTER II SD 4 PASURUHAN LOR

0 0 21

PENGARUH MODEL GUIDED DISCOVERY TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATERI KOLOID SMA

0 1 9

PENGARUH MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA SMAN 2 SUNGAI RAYA MATERI LAJU REAKSI

0 0 16

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP HASIL BELAJAR MATERI IPS PESERTA DIDIK KELAS IV MIS MADINATUSSALAM DESA SEI ROTAN KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG T.A 20172018 SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas

0 0 142

PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PADA POKOK BAHASAN PEMBIASAN CAHAYA KELAS VIII DI SMP NEGERI 4 SIDOARJO

0 0 7