PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA SMP NEGERI 1 KASUI KELAS VIII SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2013/2014

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCHTERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA SMP NEGERI 1 KASUI

KELAS VIII SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2013/2014

Oleh : Vivi Hardiana

Dalam proses pembelajaran suasana yang menyenangkan dapat meningkatkan aktifitas belajar serta motivasi siswa yang mempengaruhi hasil belajar siswa. . Oleh karena itu dibutuhkan kerja sama antara guru dan siswa dalam proses belajar dan mengajar yaitu dengan cara penerapan model-model pembelajaran. Dalam menerapkan sebuah model sebaiknya tidak dilihat dari model pembelajaran yang modern atau baru tetapi harus melihat kondisi sekolah. Dari penelitian pendahuluan yang dilakukan di SMP N 1 Kasui, guru tidak hanya ceramah tetapi sudah menerapkan model Tanya jawab atau diskusi berkelompok, cendrung hanya diam, mereka kurang aktif , mereka malu dan takut memberikan jawaban yang salah dan sebagaian mereka juga sulit melakukan adaptasi dan kerjasama terlihat individualisme dan sulit sekali untuk berpasangan. Oleh karena itu diterapkan model pembelajaran Make a Match, yang menciptakan suasana yang menyenangkan, membuat siswa aktif, serta membuat siswa mau bekerjasama dalam proses pembelajaran. Rumusan masalah dalam penelitian ini Apakah ada pengaruh yang signifikan penggunaan model pembelajaran Make a Match terhadap hasil belajar kognitif siswa pada mata pelajaran IPS terpadu kelas VIII di SMP Negeri 1Kasui ?, Sejauh mana taraf signifikansi pengaruh penggunaan model pembelajaran Make a Match terhadap hasil belajar kognitif siswa pada mata pelajaran IPS terpadu kelas VIII di SMP Negeri 1 Kasui ?

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh yang signifikan penggunaan model pembelajaran Make a Match terhadap hasil belajar kognitif siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu kelas VIII di SMP Negeri 1Kasui? dan untuk mengetahui taraf signifikansi pengaruh penggunaan model pembelajaran Make a Match terhadap hasil belajar kognitif siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu kelas VIII di SMP Negeri 1Kasui? Penelitian ini mengunakan metode eksperimen dengan teknik pengumpulan test, dokumentasi, observasi dan kepustakaan. Sebelum instrument digunakan maka dilakukan analisis Validitas dan Reabilitas, kemudian setelah didapat data hasil belajar dilakukan uji prasarat yaitu Uji Normalitas. Setelah uji prasarat, tahap selanjutnya


(2)

pembelajaran Make a Match terhadap hasil belajar serta menggunakan rumus korelasi untuk mengetahui sejauh mana taraf signifikansi pengaruh penggunaan model pembelajaran Make a Match terhadap hasil belajar kognitif siswa . Berdasarkan hasil hitung data nilai pretest dan posttestThitung(5.022) > Ttabel 2.04 Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Make a Match berpengaruh secara signifikan pada pada mata pelajaran IPS Terpadu kelas VIII SMP N 1 Kasui, dan Taraf signifikansi sebesar 0.682 dilihat dari tabel taraf signifikasi termasuk kategori yang kuat dengan kadar determinasi sebesar 46,82 % Dengan kata lain, taraf signifikansi dari pengaruh penggunaan model pembelajaran Make a Match kuat terhadap hasil belajar kognitif pada mata pelajaran IPS Terpadu kelas VIII di SMP Negeri 1Kasui. Pada penghitungan rumus persentase penerapan model pembelajaran Make a Matchlebih tepat dalam pencapaian indikator pada jenis pengetahuan.


(3)

(4)

TAHUN AJARAN 2013/2014

( Skripsi )

Oleh: Vivi Hardiana

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(5)

(6)

(7)

(8)

Peneliti dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 24 September 1991, merupakan anak kedua dari dua bersaudara, buah hati dari pasangan Bapak Suhardi dan Ibu Nurhayati. Peneliti memulai pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Kebon Jeruk Kecamatan Tanjung Karang Timur, Bandar Lampung pada tahun 1997. Padatahun 2003 penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 5 Bandar Lampung. Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMAN) 12 Bandar Lampung pada tahun 2006 dan selesai pada tahun 2009. Pada tahun 2009 Peneliti terdaftar sebagai mahasiswa di Universitas Lampung pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Sejarah melalui jalur SNMPTN. Pada tahun 2011 Peneliti melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) dan melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Karang Raja Kabupaten Lampung Selatan pada tahun 2012, serta Peneliti juga melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP PGRI Merbau Mataram pada tahun 2012.


(9)

Maka anda telah berbuat baik terhadap diri sendiri (Benyamin Franklin)

Pahlawan bukanlah orang yang berani meletakan pedangnya ke pundak lawan, tetapi pahlawan yang sebenarnya ialah orang yang sanggup

menguasai diri di saat sedang marah.


(10)

Dengan rasa syukur kepada Allah SWT yang tak terhingga dan kerendahan hati, kupersembahkan karya sederhana ini

kepada:

Kedua orang tuaku, Ibu dan Bapak serta Nenek dan Kakek yang sangat kucintai, kusayangi dan kubanggakan, terima kasih

atas cinta, kasih sayang, do’a, dukungan semangat dan segala pengorbanannya demi keberhasilanku.

Kakakku tercinta yang dengan cinta dan kasih kalian selalu mendukung dan mendoa’kan keberhasilanku.

Keluargabesarku yang terus memberikan dukungan dan do’a dan menanti keberhasilanku.

Sahabat-sahabatku yang telah menjadi keluarga keduaku dan selalu mendukung serta menemaniku saat ku senang dan

sedih.

Seluruh guru dan dosen yang telah dengan sabar membimbing dan mengarahkanku hingga aku berhasil.


(11)

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Make a Match terhadap hasil belajar IPS Terpadu siswa SMP Negeri 1 Kasui kelas VIII semester ganjil tahun ajaran 2013/2014” penulis selesaikan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, motivasi, bimbingan,

dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih

yang setulusnya kepada:

1. Bapak Dr.H. Bujang Rahman, M.Si., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Lampung;

2. Bapak Dr. M.Thoha B.S. jaya, M. S., Pembantu Dekan I Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

3. Bapak Drs. Arwin Achmad, M.Si., Pembantu Dekan II Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

4. Bapak Drs. IskandarSyah, M.H., Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

5. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si., Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan


(12)

sekaligus pembimbing I yang dengan ikhlas dan sabar memberikan arahan,

masukan, motivasi dan bimbingan nya kepada penulis dengan baik dalam

menyelesaikan skripsi ini;

7. Bapak Suparman Arif, S.Pd., M.Pd., pembimbing II yang dengan ikhlas

dan senan tiasa sabar membimbing, mengarahkan, dan memotivasi penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik;

8. Drs. Syaiful M, M.Si., Bapak Drs. Ali Imron, M.Hum., Bapak Drs.

Wakidi, M.Hum., Ibu Dr. R.M. Sinaga, M.Hum., Bapak Drs. Tontowi,

M.Si., Bapak M. Basri S.Pd, M.Pd., Ibu Yustina Sri Ekwandari, S.Pd.

M.Hum., Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan

Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung;

9. Bapak dan Ibu staff tata usah ada karyawan Universitas Lampung;

10. Bapak Susetyo Budi, S.Pd., kepala SMP N 1 Kasui yang telah

memberikan izin penulis untuk melakukan penelitan;

11. Saparia, S.Pd., guru bidang studi sejarah SMP N 1 Kasui yang member

bantuan dan saran dalam melaksanakan penelitian;

12. Kedua orang tuaku, Bapak Suhardi dan ibuku tercinta Ibu Nurhayati serta,

kakaku dan nenekku tercinta yang senantiasa menuntun, menyayangi dan

selalu mendoakan keberhasilanku terimakasih atas ketulusan, kesabaran


(13)

2009 Genap dan Ganjil terima kasih untuk kebersamaan dengan kalian

selama ini, kalian yang terbaik selamanya kawan.

14. Kakak tingkat FKIP Sejarah angkatan2005, 2006, 2007, 2008 dan adek

tingkat 2010, 2011, 2012, 2013;

15. Semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan skripsi.

Semoga amal ibadah dan ketulusan hati kalian semua mendapat imbalan dari

Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Amin

Bandar Lampung, 12 Mei 2014 Penulis,

ViviHardiana NPM 0913033068


(14)

HALAMAN JUDUL ABSRTAK HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN RIWAYAT HIDUP PERSEMBAHAN MOTO SANWANCANA DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Analisis Masalah ... 4

1. Identifikasi Masalah ... 4

2. Pembatasan Masalah... 5

3. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan, Manfaat dan Ruang Lingkup ... 6

1. Tujuan Penelitian... 6

2. Kegunaan Penelitian ... 6

3. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. KonsepP engaruh... 9

2. Konsep Model Pembelajaran ... 9

3. Konsep Model Pembelajaran Kooperatif ... 10

4.Konsep Model PembelajaranMake a Match... 13

5. Konsep Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ... 17

6. Konsep Hasil Belajar... 20

B. Penelitian yang Relevan... 23

C. Kerangka Pikir ... 25

D. Pradigma ... 27


(15)

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi ... 34

2. Sampel ... 34

D. Variabel dan Definsi Operasional ... 36

E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 37

F. Instrumen Penelitian... 38

G. Teknik Pengumpulan Data ... 40

H. Valisitas dan Reabelitas Alat Ukur 1. Uji Validitas... 42

2. Uji Reliabilitas... 43

3. Tingkat Kesukaran... 44

4. Daya Pembeda ... 44

I. TeknikAnalisis Data 1. Pencapaian Indikator Kognitif... 46

2. Uji Normalitas ... 46

3. UjiHipotesis... 47

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HasilPenelitian 1. Gambaran Umum SMP Negeri 1 Kasui... 54

2. Visi dan Misi serta Tujuan SMP Negeri 1 Kasui a. Tujuan Pendidikan Dasar... 54

b. Visi... 55

c. Misi ... 56

d. TujuanS ekolah ... 56

3. Proses Belajar Mengajar di SMP N 1 Kasui ... 57

4. Deskripsi Data Penelitian ... 57

4.1 Pelaksanaan Pembelajaran ... 57

4.2 PelaksanaanPretest... 62

4.3 Pelaksanaanposttest... 64

4.3 UjiHipotesis ... 68

B. Pembahasan... 73

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kesimpulan ... 78

B. Saran ... 79 DAFTAR PUSTAKA


(16)

DAFTRA TABEL HALAMAN 1. Tabel Hasil nilai Mid Semester Mata Pelajaran IPS, semester ganjil siswa

kelas VIII SMP N 1 Kasui ... 3

2. Data Populasi Siswa VIII SMP N 1 Kasui Way Kanan Tahun Ajaran 2012/2013...34

3. Data Sampel Siswa VIII SMP N 1 Kasui Way Kanan Tahun Ajaran 2012/2013... 36

4. Kisi-kisi Instrumen... 39

5. Interprestasi Nilai Tingkat Kesukaran ...44

6. Interprestasi Nilai Daya Pembeda... 45

7. Persantase Kemampuan Hasil Belajar Kognitif ... 46

8. Tabel Signifikansi ...49

9. Rekapitulasi Data nilaiPretest... 62

10. Frekuensi NilaiPretest... 64

11. Rekapitulasi Data nilaiPostest... 64

12. Frekuensi NilaiPosttestEksperimen ... 66

13. Rekapitulasi hasil pencapaian indicator hasil belajar kognitif pada saat pretestdanposttest...66


(17)

Lampiran

Lampiran A.1 Hasil Uji Validitas Lampiran A.2 Hasil Uji Reabilitas

Lampiran A.3 Hasil Uji Tingkat Kesukaran soal tes Lampiran A.4 Hasil Uji Daya Beda soaltes

Lampiran A.5 Data NilaiPretest Kelas Eksperimen Lampiran A.6 Data NilaiPostestKelas Eksperimen

Lampiran A.7 Uji Normalitas Data PretestKelas Eksperimen Lampiran A.8 Uji Normalitas Data PosttestKelas Eksperimen Lampiran A.9 Uji Signifikansi

LampiranA.10 Rekapitulasi Pencapaian Indikator Hasil Belajar Kognitif pada saatPretest

Lampiran A.11 RekapitulasiPencapaianIndikatorHasilBelajarKognitifpada saatPosttest

Silabus Pembelajaran

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran SoalPretestdanPosttest

Kunci Jawaban Soal

Lampiran Rencana Judul Kaji Tindakan/Skripsi Makalah Lampiran Pengesahan Susunan KomisiPembimbing


(18)

(19)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada saat ini pemerintah berusaha untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas diberbagai bidang, salah satunya dibidang pendidikan, untuk mendukung upaya tersebut adalah melalui peningkatan mutu pendidikan baik secara formal maupun non formal sebagaimana yang diharapkan lulusannya dapat menghasilkan manusia yang memuliki pengetahuan dan keterampilan yang mampu diterapkan dalam kehidupan di masyarakat maupun untuk kepentingan yang lebih tinggi. Berdasarkan UU Pendidikan (No 20 tahun 2003), “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”.

Dalam proses pembelajaran suasana yang menyenangkan dapat meningkatkan aktifitas belajar serta motivasi siswa yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Oleh karena itu dibutuhkan kerja sama antara guru dan siswa dalam proses belajar dan mengajar yaitu dengan cara penerapan model-model pembelajran agar


(20)

mendapatkan hasil yang maksimal dengan demikian tujuan pembelajaran akan tercapai dengan baik.

Pada umumnya hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga ranah yaitu: ranah kognitif, psikomotor dan afektif. Kognitif yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian. Psikomotor meliputi ketrampilan motorik, manipulasi benda-benda, menghubungkan dan mengamati. Sedangkan afektif berkenan dengan sikap dan nilai yang meliputi 5 jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau bereaksi, menilai, organisasi dan karekterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.

Untuk pencapaian penilaian dari 3 aspek tujuan pembelajaran tentu tidak mudah, banyak kendala yang dihadapi dalam proses pencapaian tujuan pembelajaran tersebut, salah satunya adalah pemilihan model pembelajaran yang kurang tepat dalam kegiatan pembelajaran tersebut. Dalam menerapkan model pembelajaran agar tujuan pembelajaran tercapai seharusnya tidak dilihat dari moderen atau terbarunya suatu model pembelajaran tetapi dilihat dari kondisi sekolah tersebut sehingga tujuan pembelajaran tercapai.

Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilakukan peneliti di SMP 1 Negeri Kasui Way Kanan, dengan melihat kondisi sekolah saat berlangsungnya proses kegiatan belajar mengajar, peneliti mengetahui bahwa guru disana sudah secara maksimal melaksanakan kegiatan pembelajaran IPS Terpadu mereka sudah menggunakan suatu model yaitu model tanya jawab dan hanya beberapa siswa saja yang akif melakukan siswa yang lain cendrung hanya diam, mereka kurang aktif, mereka malu dan takut memberikan jawaban yang salah dan sebagaian


(21)

mereka juga sulit melakukan adaptasi dan kerjasama terlihat individualisme dan sulit sekali untuk berpasangan. Dari kurangnya motivasi dan minat siswa dalam mata pelajaran IPS Terpadu yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

Keadaan ini dapat dilihat dari perolehan nilai siswa di SMP N 1 Kasui Way Kanan, terlihat masih rendahnya prestasi belajar yang ditunjukan,seperti dalam tabel 1.1

Tabel 1.1 Hasil nilai Mid Semester Mata Pelajaran IPS, semester ganjil siswa kelas VIII SMP N 1 Kasui Way Kanan tahun pelajaran 2013-2014

No Kelas Interval Frekuensi Presetansi (%)

1 71-80 21 11.47 %

2 61-70 30 16.40 %

3 51-60 44 24.04 %

4 41-50 60 32.79 %

5 31-40 28 15.30 %

Jumlah 183 100

Minimum 35

Maksimun 80

Sumber : Guru mata pelajaran IPS

Berdasarkan data siswa yang ada pada tabel 1 terdapat 132 siswa (72.13%) yang belum mencapai ketuntasan belajar dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah 65. Sedangkan 51 siswa (27.87%) yang mendapat nilai lebih dari 65. Menurut Djamarah (1996:107), “Apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 65% dikuasai oleh siswa maka presentase keberhasilan siswa pada mata pelajaran tersebut rendah”.

Dilihat dari penelitian pendahuluan diatas model pembelajaran yang cocok adalah yang mempunyai karekteristik agar siswanya aktif, dapat bekerja sama. Dan model pembelajaran yang dimaksud adalah model pembelajaran kooperatif dimana siswa dapat bekerja sama, tukar pikiran, pengalaman dan membangun semangat kerja dalam satu tim. Untuk mengukur keberhasilan model


(22)

pembelajaran kooperatif ini, guru disarankan mengikuti langkah-langkah yang benar mulai dari perencanaan, pengelolan dan evaluasi belajar. Adapun kelebihan model pembelajaran kooperatif terbinanya kerjasama siswa dan interaksi sesama siswa sebagai mahluk sosial. Model pembelajaran kooperatif bertangung jawab kepada dirinya sendiri maupun kepada kelompok.

Model pembelajaran kooperatif yang digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan mengunakan model pembelajaran Make a Match.. Teknik model pembelajaran make a match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna Curran. Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan, dan model pembelajaran make a match diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Penelitian ini mengambil judul “Pengaruh Model Pembelajaran

Make a Match terhadap hasil belajar IPS Terpadu siswa SMP Negeri 1 Kasui kelas VIII semester ganjil tahun ajaran 2013/2014”.

B. Anilisis Masalah 1) Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah pada penelitian ini sebagai berikut :


(23)

siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu siswa kelas VIII SMP N 1 Kasui 2. Pengaruh model pembelajaran Make a Match terhadap hasil belajar

psikomotor pada mata pelajarn IPS Terpadu siswa kelas VIII SMP N 1 Kasui 3. Pengaruh model pembelajaran Make a Match terhadap hasil belajar afektif

pada mata pelajaran IPS Terpadu siswa kelas VIII SMP N 1 Kasui

2) Pembatasan Masalah

Agar masalah dalam penelitian ini tidak terlalu luas, maka penulis membatasi masalah pada “Pengaruh model pembelajaran Make a Match terhadap hasil belajar kognitif siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu kelas VIII SMP N 1 Kasui”.

3) Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah

1. Apakah ada pengaruh yang signifikan penggunaan model pembelajaran

Make a Match terhadap hasil belajar kognitif siswa pada mata pelajaran IPS terpadu siswa kelas VIII di SMP Negeri 1Kasui ?”

2. Sejauh mana taraf signifikansi pengaruh penggunaan model pembelajaran

Make a Match terhadap hasil belajar kognitif siswa pada mata pelajaran IPS terpadu kelas VIII di SMP Negeri 1 Kasui ?”


(24)

C . Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka penelitian ini mempunyai tujuan yaitu untuk mengetahui :

1. Untuk mengetahui pengaruh yang signifikan penggunaan model pembelajaran Make a Match terhadap hasil belajar kognitif siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu kelas VIII di SMP Negeri 1Kasui?”

2. Untuk mengetahui taraf signifikansi pengaruh penggunaan model pembelajaran Make a Match terhadap hasil belajar kognitif siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu kelas VIII di SMP Negeri 1Kasui?”

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :

a. Bagi guru, dapat dipakai sebagai salah satu alternative pembelajaran oleh guru agar tercipta suasana yang efektif, efesien dan berkualitas.

b. Bagi siswa, dapat berlatih untuk bertangungg jawab, sifat egois dan domisi siswa pintar berkurang, belajar menghargai orang lain, meningkatkan percaya diri, berlatih kemampuan berfikir, melatih berbicara yang baik dan benar. c. Bagi peneliti, menambah tentang model pembelajaran yang efektif dan

menabah pengalaman dalam pendidik.

E. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini meliputi :

1) Ruang lingkup ilmu


(25)

2) Ruang lingkup subjek

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII Semeter ganjil SMP Negeri Kasui Way Kanan Tahun Ajaran 2013/2014.

3) Ruang lingkup objek

Objek penelitian adalah penggunaan model pembelajaran Make a Match

terhadap penguasaan sub materi atau pokok bahasan Perkembangan

Kolonialisme dan Imperialisme Barat dan Pengaruhnya Terhadap Berbagai Daerah.

4) Ruang lingkup wilayah

Tempat penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Kasui Way Kanan.

5) Ruang lingkup waktu


(26)

REFERENSI

UU Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003. ______, 2013. Dokumen TU SMP N 1 Kasui Way Kanan.

Djamarah dan Zein. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Halaman 159


(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoritis

1. Konsep Pengaruh

Pengertian pengaruh menurut WJS. Poerwadaminto (2002: 849), “Yaitu daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang”. Sedangakan pengaruh menurut Badadu dan Zain (1994 : 103), “Adalah (1) daya yang menyebabkan sesuatu terjadi, (2) sesuatu yang dapat membentuk atau mengubah sesuatu yang lain, dan (3) tunduk atau mengikuti Karena kuasa atau kekuasan orang lain”.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengaruh adalah suatu daya yang timbul dari sesuatu dan dapat mengubah sesuatu yang lain tersebut, maka dalam penelitian ini penulis membatasi pengaruh mengenai seberapa besar daya yang ditimbulkan oleh model pembelajaran Make a Match terhadap hasil belajar sejarah siswa.

2. Konsep Model Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran suasana yang aktif dan menyenakan dapat meningkatkan aktifitas belajar serta motivasi siswa yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Oleh karena itu dibutuhkan kerja sama antara guru dan siswa dalam proses belajar dan mengajar yaitu dengan cara penerapan model-model


(28)

pembelajran agar mendapatkan hasil yang maksimal dengan demikian tujuan pembelajaran akan tercapai dengan baik. Menurut Agus Suprijono (2011: 46), “Model Pembelajaran adalah pola dalam merencanakan pembelajaran dikelas maupun tutorial. Sedangkan menurut Syaiful (2006: 175), bahwa :

“Model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan. Model dapat dipahami sebagai: (1) suatu tipe atau desain; (2) suatu deskripsi atau analogi yang dipergunakan untuk membantu proses visualisasi sesuatu yang tidak dapat dengan langsung diamati; (3) suatu sistem asumsi-asumsi, data-data dan interferensi-interferensi yang dipakai untuk menggambarkan secara matematis suatu obyek atau peristiwa; (4) suatu desain yang disederhanakan dari suatu sistem kerja, suatu terjemahan realitas yang disederhanakan; (5) suatu deskripsi dari suatu sistem yang mungkin atau imajiner; dan (6) penyajian yang diperkecil agar dapat menjelaskan dan menunjukkan sifat bentuk aslinya”.

Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu pola atau desain dalam merencanakan suatu proses pembelajaran secara sistematis yang melukiskan pengalaman belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dan digunakan sebagai pedoman bagi perencanaan pengajaran guru dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran.

3. Konsep Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif bukanlah hal yang sama sekali baru bagi guru. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok, yang terpusat pada siswa. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) untuk mencapai tujuan bersama. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah agar siswa memiliki gagasan untuk saling memotivasi antara anggotanya untuk saling membantu agar tercapainya suatu tujuan pembelajaran.


(29)

Pendapat Agus Suprijono (2011: 54), tentang pembelajaran kooperatif adalah “konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru”. Menurut Jhonson, dan Hasan yang dikutip oleh Etin Sholihatin dan Raharjo ( 2011 : 4 ) “Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainya dalam kelompok tersebut”. Sedangkan menurut Ibrahim (2009 : 9), “Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dalam kondisi untuk saling bekerjasama saling bergantung satu sama lain atau tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain”.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan salah satu strategi pembelajaran yang membentuk siswanya menjadi kelompok-kelompok kecil yang berfungsi untuk bekerjasama saling bergantung satu sama lain untuk menyelesaikan tugas bersama, dan menghargai satu sama lain yang dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru.

Agar tujuan pembelajaran kooperatif tercapai guru harus menerapkan unsur-unsur kepada siswa. Menurut Rusman (2012:208) unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif, adalah :

1. Siswa dalam kelompoknya harus beranggapan bahwa mereka hidup sepenanggungan bersama.

2. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu dalam kelompoknya, seperti milik mereka sendiri.

3. Siswa haruslah melihat bahwa mereka semua anggota dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama.

4. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.


(30)

5. Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah maupun penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok.

6. Siswa membagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya. 7. Siswa diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi

yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Dari unsur-unsur di atas dapat disimpulkan bahwa setiap siswa harus bertanggung jawab terhadap kelompoknya, saling membantu terhadap anggota kelompok, bersama-sama saling memberikan gagasan, ide, dan pemecahan masalah agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Menurut Wina Sanjaya( 2010: 242), “Pembelajaran cooperativemempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Siswa bekerja dalam tim (team) untuk menuntaskan tujuan belajar.

2. Tim terdiri dari siswa-siswa yang mempunyai tingkat keberhasilan tinggi, sedang, dan rendah.

3. Bila memungkinkan tim merupakan campuran suku, budaya dan jenis kelamin.

4. Sistem penghargaan diorientasikan baik pada kelompok maupun individu

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran cooperative memberikan peluang kepada siswa yang memiliki latar belakang dan kondisi yang berbeda untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama sehingga mendorong terciptanya suatu kemungkinan yang lebih besar untuk melakukan komunikasi dan intraksi antara anggota kelompok.

Adapun beberapa bentuk pembelajaran kooperatif menurut Riyanto (267,2010). “sebagai berikut jigsaw, Student Division (STAD), Make a Match, Team Games Tournamnen (TGT), Talking Stick, Kelompok


(31)

Investigasi (KI), Numberad Head Together (NHT), Think Pair Share (TPS), Mind Mapping (MM), Snowball Throwing (ST), Duti Duta, Time Token (Tito), Debate,Tebak Kata, Picture and Picture (PP), Integrade Reanding ang Comptions(CIRC), Student Fasilator and Expailing(SFE), Cooperative Script(CS)”.

Dari beberapa model pembelajaran kooperatif di atas menunjukan bahwa model pembelajaran Make a Match merupakan salah satu dari bentuk model pembelajaran kooperatif.

4. Konsep Model Pembelajaran Make a Match

Model pembelajaran dirancang untuk mengatasi berbagai masalah dalam proses pembelajaran, maka perlu adanya model-model pembelajaran yang dipandang dapat membantu guru dalam proses belajar mengajar, salah satu model pembelajaran yang tidak asing bagi guru adalah model pembelajaran kooperatif yaitu merupakan salah satu strategi pembelajaran yang membentuk siswanya menjadi kelompok-kelompok kecil yang berfungsi untuk bekerjasama saling bergantung satu sama lain untuk menyelesaikan tugas bersama, dan menghargai satu sama lain yang dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Model pembelajaran Make a Match termasuk dalam model pembelajaran kooperatif. Sugiyanto, (2010: 44-48) mengatakan bahwa “Berdasarkan beberapa model, Make a Match merupakan bagian dari metode struktural yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa. Struktur-struktur tersebut memiliki tujuan umum diantaranya untuk meningkatkan penguasaan isi akademik dan mengajarkan keterampilan sosial”. Guna meningkatkan partisipasi dan keaktifan siswa dalam kelas, guru dapat menerapkan model pembelajaran make a match. Model make a match atau


(32)

mencari pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Model pembelajaran make a matchdikembangkan oleh Lorna Curran pada tahun 1994, salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dan dapat menciptakan interaksi aktif antara siswa dengan guru atau siswa dengan siswa yang lain dalam suasana yang menyenangkan. Model Pembelajaran Make A Matchadalah suatu tipe Model pembelajaran Konsep, yang dikuatkan oleh pendapat Komalasari (2010: 85), yaitu “Model pembelajaran Make A Matchadalah model pembelajaran mengajak murid mencari jawaban terhadap suatu pertanyaan konsep melalui suatu permainan kartu pasangan”. sedangkan Miftahul Huda (2011: 113), berpendapat bahwa model pembelajaran Make a Match adalah teknik mencari pasangan, siswa di gabung suruh mencari pasangan dari kartu yang mereka pegang. Keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.

Model pembelajaran Make a Match menurut Suyatno (2009:73), yaitu ”Guru menyiapkan kartu yang berisi persoalan permasalahan dan kartu yang berisi jawabannya. Setiap siswa mencari dan mendapatkan sebuah kartu soal dan berusaha menjawabnya. Setiap siswa mencari kartu jawaban yang cocok dengan persoalnya siswa yang benar mendapat nilai-reward, kartu dikumpul lagi dan dikocok, untuk babak berikutnya. Dilanjutkan pembelajaran seperti babak pertama, penyimpulan dan evaluasi serta refleksi”.

Menurut Suhana dan hanafi (2009:46), “Make a Match (Mencari Pasangan) , yaitu :

a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi riview, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainya untuk jawaban .

b. Setiap peserta didik mendapat satu buah kartu.

c. Setiap peserta didik memikirkan jawaban atas soal dari kartu yang dipegang.

d. Setiap peserta didik mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya soal/jawaban.


(33)

e. Setiap peserta didik yang dapat mencocokan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.

f. Setelah satu babak, kartu kartu dikocok lagi agar setiap peserta didik kartu yang berbeda dari yang sebelumnya.

g. Kesimpulan”.

Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran make a match merupakan model pembelajaran berpasangan yang membantu siswa untuk belajar memahami sebuah konsep atau topik, dengan mengunakan media kartu, dituntut siswanya bekerja sama, tidak individualisme, dan juga dapat meningkatkan keaktifan siswa. Sehingga model pembelajaran make a match diharapakan dapat mengatasi masalah-masalah yang ada di kelas VIII.

Berikut langkah-langkah model pembelajaran Make a Match:

1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.

2. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban. 3. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.

4. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya.

5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.

6. Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama.

7. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.


(34)

8. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok.

9. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.

Tidak ada model pembelajaran terbaik. Setiap model pembelajaran pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan. Bisa jadi, suatu model pembelajaran cocok untuk materi dan tujuan tertentu, tetapi kurang cocok untuk materi dan tujuan lainnya. model pembelajaran make a match demikian juga mempunyai kelebihan dan kekurangan.

Adapun kelebihan model pembelajaran Make a Match:

1. Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun fisik. 2. Karena ada unsur permainan, metode ini menyenangkan.

3. Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari. 4. Dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

5. Efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi. 6. Efektif melatih kedisiplinan siswa, menghargai waktu untuk belajar

Sedangkan Kelemahan model pembelajaranMake a Match:

1. Jika anda tidak merancangnya dengan baik, maka waktu banyak terbuang. 2. Pada awal-awal penerapan metode ini, banyak siswa yang malu untuk

berpasangan dengan lawan jenisnya.

3. Jika anda tidak mengarahkan siswa dengan baik, saat presentasi banyak siswa yang kurang memperhatikan.


(35)

4. Anda harus hati-hati dan bijaksana saat memberi hukuman pada siswa yang tidak mendapat pasangan, karena mereka bisa malu.

5. Menggunakan metode ini secara terus-menerus akan menimbulkan kebosanan

5. Konsep Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan terjemahan dari social Studies yang popular dan berkembang di Amerika Serikat yaitu suatu bidang ilmu yang mempelajari manusia dalam lingkungan sosial dan lingkungan fisiknya, dalam hubungan dengan kodratnya bahwa manusia hidup dalam kelompok membentuk lingkungan sosial.

Suatu program IPS yang layak, bertujuan memberikan keterampilan dan mengembangkan berbagai sikap yang diperlakukan agar sikap yang diperlukan agar siswa menjadi warga masyarakat yang berguna. Perincian dari jenis-jenis pengertian (kognitif) yang perlu diterima siswa dari pembelajaraan IPS diantaranya adalah aspek-aspek utama lingkungan sosial, aspek utama drai lingkungan alam, berbagai cara manusia bekerjasama dengan lingkungan, fungsi kontrol oleh kelompok sosial dan bagaimana manusia memenuhi kebutuhan dasarnya. Sikap (afektif) yang harus dikembangkan dalam pembelajaran IPS diantaranya adalah menghargai hakikat individu, menjungjung tinggi hukum dan yakin bahwa masalah dapat diselesaikan dengan akal. Dan latihan keterampilan (psikimotor) mencakup berfikir kritis, menganalisa dan memecahkan masalah, menentukan dan mengumpulkan informasi, serta mengorganisasi dan menilai secara logis.


(36)

Menurut Sa’dun Akbar (2010,77), “IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD, SMP, SMA yang mengakaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial”. Sedangkan Pendapat menurut Fakih Samlawi dan Bunyamin Maftuh (1998: 1), “Ilmu pengetahuan sosial merupakan mata pelajaran yang memadukan konsep-konsep dasar dari berbagai ilmu sosial yang disusun melalui pendekatan pendidikan dan psikologis serta kelayakan dan kebermaknaanya bagi siswa dan kehidupanya”.

Menurut pendapat para ahli diatas disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah mata pelajaran yang yang memadukan konsep-konsep dasar, fakta dan generelasi dari berbagai ilmu sosial yang berguna bagi siswa dan kehidupanya.

Etin Solihatin dan Raharjo (2009: 15), berpendapat bahwa “Pada dasarnya tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuaidengan bakat, minat, kemampuan dan lingkunganya, serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Sedangkan menurut Sa’dun Akbar dkk (2010: 78) mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

a. Siswa dapat mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkunganya.

b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan


(37)

kemanusiaan.

d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan IPS adalah mendidik dan member kempauan dasar dalam bermasyrakat seperti dapat mengenal konsep-konsep dalam kehidupan masyarakat, kemampuan berfikir sehingga dapat memecahkan masalah dan dapat berketrampilan dalam kehidupan bermasyrakat, belajar berkomunikasi dalam dalam masyrakat yang majemuk, di tingkat lokal dan global.

Karakteristik Mata Pelajaraan Ilmu Pengetahuan Sosial menurut Puskur (2006:6). “Karekatristik mata pelajraan Ilmu Pengetahuan Sosial SMP / MTS antara lain sebagai berikut:

a. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum, dan politik, kewaraganegaraan, sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan dan agama. b. Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi,

sejarah, ekonomi, hukum, dan politik, sosiologi yang dikemas sedemikain rupa sehingga menjadi pokok bahsan atau topik (tema) tertentu.

c. Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisimpliner dan multidisipliner.

d. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan, adaptasi dan pengelolahan lingkungan, struktur, poses dan masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup agar survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan jaminan keamanan.

e. Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar IPS menggunakan tiga dimensi dalam mengkaji dan memahami fenomena sosial serta manusia secara keseluruhan”.

IlmuPengetahuan Sosial (IPS) menurut Trianto (2010: 171), “merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmusosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya.


(38)

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial dapat diidentifikasikan sebagai ilmu pengetahuan tentang manusia dalam kelompok yang disebut masyarakat dengan menggunakan ilmu Politik, Sejarah, Geografi, Sosiologi, Antropologi, Ekonomi, Psikologi dan Filsafat.

6. Konsep Hasil Belajar

Setiap individu pasti mengalamai proses belajar. Belajar dapat dilakukan oleh siapapun, baik anak-anak, remaja, orang dewasa, maupun orang tua, dan akan berlangsung seumur hidup. Dalam pendidikan disekolah belajar merupakan kegiatan yang pokok yang harus dilaksanakan. Tujuan pendidikan akan tercapai apabila proses belajar dalam suatu sekolah dapat berlangsung dengan baik, yaitu proses belajar yang melibatkan siswa secara aktif dalam prosses pembelajaran. Hasil belajar merupakan suatu pencapaian yang diperoleh oleh siswa dalam proses pembelajaran yang dituangkan dengan angka maupun dalam pengaplikasian pada kehidupan sehari-hari atas ilmu yang didapat. Dalam proses pembelajaran hasil belajar merupakan salah satu yang penting untuk mengukur keberhasilan seorang guru dalam menyampaikan suatu materi. Penilaian hasil bertujuan untuk mengetahui hasil belajar atau pembentukan kompetensi peserta didik.

Menurut Suryosubroto (1997:2), hasil belajar adalah ”Penilaian pendidikan tentang kemajuan siswa dalam segala hal yang dipelajari disekolah yang menyangkut pengetahuan dan kecakapan atau keterampilan yang dinyatakan sesudah penilaian”. Dan hasil belajar menurut depdikbud (1986:36), “Adalah penyerapan yang setinggi-tingginya terhadap apa yang telah ia pelajari sendiri atau diberikan oleh guru, terutama beberapa pengetahuan, pengertian, aplikasi,


(39)

analisis, dan evaluasi sehingga siswa tersebut dapat mengembangkan prestasi yang dimiliki”. Sedangakan menurut Oemar Hamalik (2003:43), “Menyatakan hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang diharapakan yang dimilki murid setelah dilakukan kegiatan belajar mengajar”.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah penilaian tentang kemajuan siswa, dari penyerapan apa yang telah ia pelajari sendiri atau yang diberikan oleh guru yang bertujuan ada perubahan tingkah laku yang diharapakan yang dimilki siswa baik secara individu atau kelompok. Hasil belajar pada umumnya dibagi menjadi 3 ranah, ranah afektif, ranah psikomotorik dan ranah kognitif.

5.1 Hasil Belajar Kognitif

Dalam penelitian ini peneliti hanya melihat hasil belajar ranah kognitif. Menurut Muhibbin Syah, (2011:22) “Kognitif (cognitive) adalah berasal dari kata cognition yang padanan katanya knowing, yang berarti mengetahui. Dalam arti yang luas, kognitif adalah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan. Istilah kognitif adalah salah satu domain atau wilayah/ranah psikologis manusia yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, dan keyakinan”. Sedangkan Menurut Soemiati Padmonodewo, (2000:27), “Perkembangan kognitif menunjukkan perkembangan cara berpikir anak, kemampuan anak, untuk mengkoordinasikan berbagai cara berpikir untuk menyelesaikan berbagai masalah yang dapat dipergunakan sebagai tolok ukur pertumbuhan kecerdasan”.


(40)

Berdasarkan pendapat ahli diatas pengertian hasil belajar kognitif adalah mengetahui sesuatu dari pengetahuan yang mencakup kegiatan mental (otak) yang menunjukkan perkembangan cara berpikir anak, kemampuan anak, untuk mengkoordinasikan berbagai cara berpikir untuk menyelesaikan berbagai masalah yang dapat dipergunakan sebagai tolok ukur pertumbuhan kecerdasan.

Pembelajaran ranah kognitif berkaitan dengan hasil pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual. Ranah kognitif mencakup beberapa kategori yaitu: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.

Menurut Sudijono (2008:50-52), “Tujuan ranah kognitif terdiri dari 6 jenis perilaku sebagai berikut :

1. Pengetahuan (knowledge) adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama istilah, ide, gejala, rumus-rumus dan sebagainya tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya.

2. Pemahaman (comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain mamahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai sisi. Seorang siswa dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri.

3. Penerapan atau aplikasi (Application) adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori, dan sebagainya dalam situasi yang baru dan konkret. 4. Analisis (Analysis) adalah kemampuan seseorang untuk merinci

atau menguraikan suatu suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian atau faktor yang satu dengan faktor-faktor yang lain.

5. Sintesis (Synthesis) adalah kemampuan berpikir yang merupakan kebalikan dari proses berpikir analisis. Sintesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis sehingga menjelma menjadi suatu pola yang berstruktur atau berbentuk pola baru.

6. Penilaian atau evaluasi(Evaluation) adalah kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap situasi, nilai, atau ide, misalnya jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka


(41)

ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik, sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada”.

Berdasarkan pendapat ahli diatas tujuan ranah kognitif terdiri dari 6 jenis perilaku yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan atau aplikasi, dan analisis, begitu juga pada penelitian ini soal test yang diberikan kepada siswa disesuaikan tujuan kognitif yang terdiri dari 6 jenis perikaku.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang menunjang penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan Ayu Febriana tahun 2011 yang berasal dari Universitas Negeri Semarang dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPS Pada Siswa Kelas V SD Negeri Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang”. Jenis penelitian mengunakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian bertujuan (1) untuk meningkatkan keterampilan guru dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Make A Match. (2) untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Make A Match. (3) untuk meningkatkan hasil belajar IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Make A Matchpada siswa kelas V. Hasil penelitian, yaitu (1) menunjukkan rata-rata skor keterampilan guru pada siklus I 3,5 dengan kategori sangat baik, rata-rata skor keterampilan guru siklus II 3,7 dengan kategori sangat baik dan siklus III rata-rata skor keterampilan guru 3,9 kategori sangat baik. (2) Hasil rata-rata aktivitas siswa pada siklus I 3,0 dengan kategori baik, hasil rata-rata aktivitas siswa siklus II 3,7 dengan kategori sangat baik, dan pada siklus III aktivitas siswa memperoleh rata-rata 3,8 dengan kategori sangat baik. (3) Ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I, siklus II dan siklus III mengalami


(42)

peningkatan. Ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal hanya 2 dari 48 siswa yang mencapai KKM (65). Rata-rata hasil belajar yang diperoleh pada pembelajaran IPS dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Matchsiklus I adalah 62,27 dan 26 dari 48 siswa mengalami ketuntasan belajar dengan presentase 54,16%. Pada siklus II rata-rata hasil belajar adalah 71,46 dan 36 dari 48 siswa mengalami ketuntasan belajar dengan presentase 75%. Pada siklus III rata-rata hasil belajar adalah 79,90 dan 41 dari 48 siswa mengalami ketuntasan belajar dengan presentase 85,41%.

Adapun penilitian yang hampir sama hanya berbeda di variabel terikatnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Alfiyani Fadhilah tahun 2013 yang berasal dari Universitas Sriwijaya Indralaya dengan judul “Pemgaruh model pembelajaran koperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap hasil belajar pada mata pelajaran biologi siswa SMP N 2 Tulung Selapan Kabupaten Ogan Komering Ilir”. Jenis penelitian mengunakan penelitian eksperimen. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap hasil belajar pada pelajaran Biologi siswa SMP Negeri 2 Tulung Selapan Kabupaten Ogan Komering Ilir. Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata n-gain kelas TGT pada materi KD 1.4 yaitu 0,54 dengan kategori sedang demikian juga pada kelas konvensional yaitu 0,30 dengan kategori sedang. Sedangkan hasil pengujian hipotesis menggunakan statistik uji-t, diperoleh thitung = 10,13 lebih besar dari ttabel dengan ߙ(1%) = 2,664 dan ߙ (5%) = 2,002. Dengan demikian, dapat dinyatakan ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap hasil belajar pada


(43)

pelajaran biologi siswa SMP Negeri 2 Tulung Selapan Kabupaten Ogan Komering Ilir dapat diterima.

Sementara itu penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah penelitian dengan jenis penelitian eksperimen. Yang berjudul “pengaruh model pembelajaran Make a Match terhadap hasil belajar IPS siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Kasui Way Kanan. Yang bertujuan untuk mengetahui sejauh manakah pengaruh terhadap hasil belajar pada kelas yang diberikan perlakuan penggunaan model pembelajaranMake a Match IPS kelas VIII di SMP Negeri 1 Kasui Way Kanan.

C. Kerangka Pikir

Dalam proses pembelajaran di dalam kelas suasana yang menyenangkan dapat meningkatkan efektifitas belajar dan motivasi belajar yang nantinya akan mempengaruhi hasil belajar siswa, hasil belajar siswa dibagi menjadi 3 ranah yaitu kognitif, psikomotor, dan afektif , dalam penelitian ini menggunakan ranah kognitif yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian. Untuk menciptakan suasana yang menyenakan guru melakukan pendekatan-pendekatan pengajaran yang baru dan menerapkan model pembelajaran yang diharapkan cocok dengan kondisi dan situasi sekolah.

Model pembelajaran Make a match merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Penerapan metode ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin. Adapun langkah-langkahnya pertama guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian


(44)

lainnya kartu jawaban. Kemudian setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban, Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang. Dan Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin. Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan sangsi , yang telah disepakati bersama. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok. Dan kemudian guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.

Model pembelajaran Make a Match ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu di SMP N 1 Kasui. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Make a Match. Sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa pada pelajaran IPS Terpadu. Model pembelajaran akan diuji cobakan kepada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Kasui, Way Kanan. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari dua kelas, yaitu kelas eksperimen yang akan diberikan perlakuan dengan diajarkan menggunakan model pembelajaran Make a Match, dan kelas Try Out Test yang tidak diberikan perlakuan dengan diajarkan menggunakan model pembelajaran Make a Match.


(45)

D. Paradigma

Keterangan :

: Garis kegiatan : Garis Pengaruh

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis menurut Sugiono (2012:96), “Adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian yang dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta emperis yang diperoleh melalui pengumpulan data”. Dan menurut Suharsimi Arikunto( 2002:62), “Hipotesis

Pembelajaran IPS

Kelas yang menggunakan model pembelajaran make a match (kelas eksperimen)

Hasil belajar 1. Pengetahuan 2. Pemahaman 3. Penerapan 4. Analisis 5. Sintesis


(46)

adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian seperti terbukti melalui data yang terkumpul”.

Berdasarkan permasalahan, tinjauan pustaka dan kerangka pikir, maka hipotesis atau pernyataan sementara yang dapat diambil adalah:

1. Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan penggunaan model pembelajaran Make a Match terhadap hasil belajar kognitif siswa pada mata pelajaran IPS terpadu kelas VIII di SMP NEGERI 1 Kasui.

2. H1 : Adanya pengaruh yang signifikan penggunaan model pembelajaran Make a Match terhadap hasil belajar kognitif siswa pada mata pelajran IPS terpadu kelas VIII di SMP NEGERI 1 Kasui.

Sedangkan untuk menguji hipotesis kedua digunakan pasangan hipotesis, sebagai berikut :

1. Ho = Taraf signifikansi dari pengaruh penggunaan model pembelajaran Make a Match lemah terhadap hasil belajar kognitif pada mata pelajaran IPS Terpadu kelas VIII di SMP Negeri 1Kasui

2. H1 = Taraf signifikansi dari pengaruh penggunaan model pembelajaran Make a Match kuat terhadap hasil belajar kognitif pada mata pelajaran IPS Terpadu kelas VIII di SMP Negeri 1Kasui


(47)

REFRENSI

Poerwadraminto, W. J. S. 2002. Kamus Umun Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta. Halaman 849

Badadu, Zain.1994. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Bumi Aksara. Halaman 103

Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning.Yogyakarta: Pustaka Belajar. Halaman 46

Syaiful. 2006. Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Halaman 175

Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning.Yogyakarta: Pustaka Belajar. Halaman 54

Sholihatin, Etin dan Raharjo. 2011. Cooperative Learning Analisis model Pembelajran IPS.Jakarta: Bumi Aksara. Halaman 4

Ibrahim, Muslimin. 2009.Pembelajaran Kooperatif.Surabaya: UNESA. Halaman 9

Dr. Rusman, M.Pd. 2012. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Halaman 208

Wina Sanjaya. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.Jakarta : Kencana. Halaman 242

Riyanto. 2010. Metodologi Penelitian Social dan Hukum. Jakarta: Granit. Halaman 267


(48)

Komalasari. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep. Jakarta: Refika Aditama. Halaman 85

Huda, Miftahul. 2011. Cooperatif Learning.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Halaman 113

Suyatno.2009.Menjelajah Pembelajaran Inovatif.Sidoarjo:Masmedia Buana Pustaka. Halaman 73

Suhana, dan Hanafi. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran . Bandung: Replika Aditama. Halaman 46

Akbar, Sa’dun.2010. Pengembangan Kurikulum dan Pengembangan IPS. Yogyakarta: Cipta Medika.Halaman 77

Samlawi, Akih dan Maftuh, Bunyamin .1998. Konsep Dasar IPS. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Halaman 1

Sholihatin, Etin dan Raharjo. 2011. Cooperative Learning Analisis model Pembelajran IPS.Jakarta: Bumi Aksara. Halaman 15

Trianto. 2010. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Jakarta:Prestasi Pustaka Raya. Halaman 171

Suryosubroto. 1997.Proses Belajar Mengajar di sekolah. Jakarta :Rineka Cipta. Halaman 2

Depdikbud. 1986. Pengembangan Sistem Pendidikan Nasional.Jakarta: Depdikbud. Halaman 36

Oemar Hamalik.2003. Proses Belajar Mengajar.Bandung :Bumi Aksara. Halaman 43

Muhibbin Syah. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Halaman.22.


(49)

Soemiati Padmonodewo. 2000. Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta:Rineka Cipta. Halaman.27.

Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan.Jakarta:Raja Grafindo Persada. Halaman 50-52

Sugiyono.2012.Metode Penelitian:Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung :Alfabeta. Halaman 96

Suharsimi, Arikunto. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT.Bumi Aksara. Halaman 62


(50)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam melakukan sebuah penelitian harus menggunakan sebuah metode penelitian, menurut Sugiyono (2012: 2), “metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. dari pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa metode penelitian adalah suatu cara yang sudah mempunyai susunan secara sistematis yang digunakan pada penelitian untuk mencari pemecahan terhadap suatu masalah.

Metode yang digunakan dalam penilitian ini adalah metode eksperimen (percobaan). Menurut Mohammad Musa dan Titi Nurfitri (1988 : 10 ), penelitian eksperimen adalah “Penelitian yang bertujuan menyelidiki saling hubungan sebab akibat dengan cara mengenakan kepada satu atau lebih kelompok eksperimen dengan suatu perlakuan dan membandingkan hasilnya dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak dikenakan peralakuan”. Sedangkan metode eksperimen menurut Syaiful dan Aswan (2006:95), “Adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari, yang bertujuan untuk mengetahui


(51)

apakah sesuatu metode, prosedur, system, proses, alat, dan bahan, serta model efektif dan efisien jika diterapkan di suatu tempat”.

Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa metode eksperimen adalah penelitian yang bertujuan menyelidiki saling hubungan sebab akibat dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari.

B. Desain Penelitian

Desain dalam penelitian ini adalah menggunakan pre eksperimen,menurut Emzir (2008: 96), “Desain pra eksperimen adalah kelompok tunggal, dan tidak ada kelompok kontrol”. Sedangkan menurut Sutrisno Hadi, (1994:427) “Pre eksperimen merupakan suatu rancangan yang terdiri dari satu kelompok perlakuan dengan diberikan uji tanpa adanya kontrol apapun”. Dari pendapat para ahli tersebut disimpulkan bahwa penelitian pre eksperimen adalah suatu penelitian pada kelompok tunggal yang diberikan uji tanpa adanya kelompok kontrol.

Bentuk desain pre-eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

One-Shot Case Study. Menurut pendapat Sugiyono (2012: 74) ‘One-Shot Case Study

adalah merupakan desain penelitian yang terdiri dari satu kelompok yang diberi

treathment/perlakuan yang kemudian mengobservasi hasil tersebut”.

Paradigma dalam penelitian eksperimen model ini dapat digambarkan seperti berikut:

X O keterangan: X =treatmentyang diberikan O = observasi


(52)

Pada kelas eksperimen diterapkan pembelajaran dengan Model Pembelajaran

Make a Match, sedangkan observasi hasil yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah mengobsevasi nilai pretestdan nilai posttest.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah objek penelitian sebagai sarana untuk mendapatkan dan mengumpulkan data, populasi menurut Sukardi (2008: 53), yaitu “Adalah semua anggota kelompok manusia, binatang, peristiwa, atau benda yang tinggal bersama dalam suatu tempat dan secara terencana menjadi target kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian”. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2008:130), “Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian”.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas VIII A sampai VIII F di SMP Negeri 1 Kasui Way Kanan tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 6 kelas.

Tabel 3.1 Data populasi siswa VIII SMP N 1 Kasui Way Kanan Tahun Ajaran 2013/2014

No Kelas Siswa Jumlah Total

L P

1 VIII A 16 14 30

2 VIII B 15 16 31

3 VIII C 14 16 30

4 VIII D 13 16 29

5 VIII E 18 13 31

6 VIII F 12 23 35

Jumlah 88 95 186

Sumber : TU SMP N 1 Kasui Way Kanan

2. Sampel

Untuk menentukan sampel digunakan teknik sampling . Sutrisno Hadi (2001:222). menyatakan “Teknik sampling adalah teknik yang digunakan untuk


(53)

mengambil sampel, sebutan suatu sampel mengikuti sampling yang akan digunakan”.

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah Purposive Random

Sampling.Menurut Riduwan (2010:63),“Purposive Random Sampling (sampling

pertimbangan) ialah teknik sampling yang digunakan peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu dalam pertimbangan sampelnya untuk tujuan tertentu”.

Pemilihan kelas sebagai sampel dilakukan dengan pertimbangan berdasarkan rata nilai ujian mid semester, dengan mengambil dua kelas yang memiliki rata-rata nilai yang relative sama. Hal ini dilakukan agar tidak terdapat perbedaan kemampuan awal yang cukupsignifikanpada kedua kelas sampel.

Setelah menggunakan teknik sampling, peneliti menentukan sampel yang akan digunakan. Sampel menurut Sugiyono (2012:118), adalah “Bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi”.

Ada beberapa pengertian sampel dikutip oleh Herman ( 1992 : 51)

1. Sampel secara sederhana diartikan sebagai bagian dari populasi yang menjadi sumber data dalam suatu penelitian. Artinya sampel adalah sampel adalah sebagian dari populasi (nawawi, 1983)

2. Sampel adalah sebagian individu yang di selidiki (sutrisno Hadi, 1983).

Karena peneliti memiliki keterbatasan waktu, tenaga, maupun biaya, serta populasi dalam penelitian ini sangat luas maka, Dan peneliti juga sudah melakukan teknik pengambilan sampel. Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas VIII E Sebagai kelas eksperimen mendapat perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran Make a Match dan kelas VIII F Sebagai kelas Try Out Test


(54)

Tabel 3.3 Data anggota sampel

No Kelas Siswa Jumlah Total

L P

1 VIII E 18 13 31

2 VIII F 12 23 35

Jumlah 30 33 66

Sumber : TU SMP N 1 Kasui Way Kanan D. Variabel dan Definsi Operasional

1. Variabel

Suryabrata menyatakan bahwa (2012 : 25), “Variabel dapat diartikan segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan peneliti, atau faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti”.

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu :

1. Variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi atau disebut X dalam penelitian ini variabel bebas adalah “penggunaan model Make a Match”. 2. Variabel terikat yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang disebut variabel

Y dalam hal ini variabel terikat adalah “hasil belajar IPS”.

2. Definisi Operasional

Definisi operasioanal adalah suatu definisi yang diberikan pada suatu variabel dengan cara memberikan arti menspesifiksikan kegiatan untuk mengukur variabel tertentu. Untuk menghindari kesalah pahaman dalam menafsirkan variabel yang akan diteliti, maka kiranya perlu adanya batasan atau definisi oprasioanal tentang variabel yang akan ditulis peneliti, maka perumusan definisi operasional variabel tersebut adalah sebagai berikut :

1. Penggunaan model pembelajaran Make a Match adalah merupakan suatu model pembelajaran kooperatif, Penerapan metode ini dimulai dari teknik


(55)

yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin.

2. Hasil belajar IPS adalah hasil yang diperoeh siswa setelah menerima pengetahuan tentang IPS yang diwujudkan dalam nilai setelah mengikuti tes yang diselengarakan.

E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Adapun prosedur pelaksaan penelitian adalah sebagai berikut : 1. Membuat surat izin penelitian untuk sekolah yang akan diteliti

2. Melakukan observasi sekolah tempat diadakannya penelitian untuk mendapatkan informasi tentang kondisi sekolah

3. Meminta data akademik berupa nilai mid semester kelas VIII kepada guru IPS disekolah yang akan diteliti.

4. Menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol

5. Menyusun perancangan pembelajaran seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Silabus, Kartu yang digunakan untuk memfasilitasi penerapan model Make a Match,

6. Menyusun instrumen penelitian berupa 20 soal pilihan ganda.

7. Melakukan uji coba instrumen soal yang akan digunakan ketika posttest tetapi bukan di kelas eksperimen tetapi yang digunakan pada kelas Try Out Test

8. Mengadakan pretest yaitu test objektif(pilihan ganda)yang dilakukan sebelum menerapkan treatment

9. Mengadakan kegiatan belajar mengajar dengan melakukan kelas eksperimen dengan mengunakan model pembelajaranMake a Macth.


(56)

10. Mengadakan posttest setelah melakukan treatment pada siswa yang dijadikan sampel penelitian yaitu test objektif(pilihan ganda).

11. Menganalisis data hasil pretestdan posttest

12. Membuat kesimpulan

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian biasanya dibuat sebelum melaksanakan penelitian yang bertujuan sebagai alat untuk mengukur tujuan dari sebuah penelitian. Menurut Sugiyono (2012:148), instrumen penelitian “Adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang di amati”. Instrumen penelitian yang digunakan dalam peneletian ini adalah instrumen untuk mengukur hasil belajar siswa yaitu tes hasil belajar (tes objektif tipe pilihan ganda), yang dibuat untuk penelitian ini sesuai materi yang telah ditentukan yang diberikan kepada siswa pada akhir materi pada mata pelajaran IPS Terpadu.


(57)

Tabel 3.3 Kisi-kisi instrumen tes hasil belajar siswa (soal test pilihan ganda) Standar Kompetensi : 1. Memahami proses kebangkitan nasioanal

Kompetensi Dasar : Menjelaskan proses perkembangan kolonialisme dan imperalisme Barat, serta pengaruh yang ditimbulkannya diberbagai daerah

No Jenjang

Kemampuan dan Tingkat Kesulitan

Indikator Soal

1 Pengetahuan (C1) a. Mendiskripsikan kedatangan bangsa barat ke Indonesia b. Mendiskripsikan kebijakan–kebijakan pemerintah colonial c. Menyebutkan penyebab terjadinya Perang

d. Mendeskripsikan bentuk-bentuk perlawanan rakyat dalam menentang kolonialisme Barat diberbagai daerah

1, 16, 19, 20

2 Pemahaman (C2) a. Mengidentifikasikan Perkembangan pemerintah kolonial pasca-VOC di Indonesia b. Mengidentifikasi daerah

–daerah persebaran agama Kristiani c. Mengidentifikasi

kebijakan –kebijakan pemerintah kolonial d. Menujukan perlawan

Hasanudin

3, 4, 12, 18

3 Penerapan (C3) a. Penerapan peraturan VOC pada kehidupan sehari-hari pada saat itu b. Menghitung berapa

lama terjadinya culture stelsel

c. Menghitung berapa lama terjadinya perang diponogero

2, 11, 14

4 Analisis (C4) a. Membandingkan antara keruntuhan dan tujuan VOC

b. Membedakan

kebijakan pemerintah Kolonial pada masa Deandels dan


(58)

Rafflesh

c. Membedakan tahap petama dan tahap keduan perang Paderi 5 Sintesis (C5) a. Mengkatagorikan

kedatangan tahap kedua bangsa Eropa yang diterima oleh masyarakat Banten dengan pengalaman kedatangan bangsa Eropa pada tahap pertama

b. Mengkatagorikan akibat negative culture stelsel bagi Indonesia

c. Mengkatagorikan tokoh-tokah yang terlibat dalam perang Maluku

6, 9, 17

6 Evaluasi (C6) a. Memberikan kesimpulan tentang persebaran agama Kristiani b. Memberikan kesimpulan penyimpangan culture stelsel

c. Menilai penyebab berakhirnya perang Diponogoro

8, 10, 15

Jumlah soal 20

G. Teknik Pengumpulan Data

Kegiatan pengumpulan data pada saat pembelajaran berlangsung yang dilakukan dalam ruang kelas. Pengambilan data yaitu dengan teknik pokok dan teknik penunjang. Teknik pokok terdiri dari test, sedangkan teknik penunjang dengan dokumentasi dan observasi.

1. Tes

Menurut Suharsimi Arikunto (2008:132), “Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara


(59)

dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Tes yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sebuah alat untuk menentukan atau mengukur hasil belajar kognitif siswa pada Mata Pelajaran IPS Terpadu, sebelum tes dilakukan di kelas eksperimen maka tes di uji cobakan di kelas try out test, yang bertujuan untuk menghitung uji validitas dan uji reabilitas.

2. Observasi

Observasi menurut Ali (1982:72), “Adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung kepada objek“. Sedangkan menurut Usman (2008:52), “Obsevasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti”.

Jadi menurut pendapat yang di atas, maka pengertian observasi adalah suatu kegiatan pengamatan dan dicatat secara sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti. Pada penelitian ini, observasi yang dilakukan yaitu dengan cara proses belajar dan mengajar pada kelas yang menjadi kelas eksperimen.

3. Dokumentasi

Surasmi Arikunto (2008:135), mengatakan “Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen, rapat, catatan harian harian foto dan sebagainya”.

Dalam penelitian ini dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data kemampuan awal siswa, guna tes kesamaan kemampuan awal sebelum dilakukan


(60)

perlakuan eksperimen. Dokumen yang akan dipakai adalah nilai Mid Semester kelas VIII semester ganjil serta foto-fota saat proses pembelajaraan.

4. Studi Kepustakaan

Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data-data yang berhubungan dengan penulisan, yaitu teori yang mendukung seperti pengertian model pembelajaran

make a match, hasil belajar, dan definisi IPS dll.

H. Validatas dan Reabilitas Alat Ukur 1. Validitas

Surasmi Arikunto (2008:64), berpendapat “Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat valid dari suatu instrumen. Suatu instrumen valid mempunyai validitas yang tinggi. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang di inginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. ciri suatu tes yang baik adalah apabila tes itu mampu untuk mengukur apa yang akan diukur atau istilahnya valid. Penelitian ini digunakan disusun dan disesuaikan dengan materi dan tujuan pembelajaran khusus”.

Menurut Arikunto (2008 : 79), Teknik korelasi point biserial mempunyai pola rumus :

Keterangan :

rpbis = Kopefisien korelasi point biserial

Mp = Skor rata-rata hitung untuk butir yang dijawab benar Mt = Skor rata-rata dari skor total


(61)

Sdt = Standar deviasi skor total

p = Proporsi siswa yang menjawab betul pada butir yang diuji validitas

q = Proporsi siswa yang menjawab salah pada butir yang diuji validitas

Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rpbis (korelasi

point biserial). Menurut Arikunto (2008 : 80), “Makin tinggi koefisien korelasi yang dimiliki makin valid butir instrument tersebut. Secara umum, jika koefisien korelasi sudah lebih besar dari 0,3 maka butir instrumen tersebut sudah dikategorikan valid”.

2. Reliabilitas

Reliabilitas menunjukan pada suatu pengertian bahwa instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Menurut Surasmi Arikunto (2008: 86), “reliabilitas adalah ketetapan suatu tes dapat diteskan pada objek yang sama untuk mengetahui ketetapan ini pada dasarnya melihat kesejajaran hasil”.

Uji reabilitas dalam penelitian ini mengunakan rumus KR20. Adapun formula rumus KR20menurut Sugiono, (.2012:132) adalah:

r KR20 = Koefisien korelasi dengan KR20 k = Jumlah butir soal

p = Proporsi jawaban benar pada butir tertentu

q = Proporsi jawaban salah pada butir tertentu ( q = 1 – p ) s2 = Varians skor total


(62)

Menurut Surasmi Arikunto (2008: 86), “Koefisien Korelasi berada antara 0 – 1. Suatu instrumen penilaian dikatakan reliabel jika koefisien korelasinya ≥ 0,6, makin tinggi koefisien korelasi makin reliabel instrumen tersebut”.

3. Tingkat Kesukaran

Menurut Sudijono (2008: 372), Tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan rumus berikut:

P = Keterangan :

P : Angkaindeks kesukaran item

Np : Banyaknya siswa yang dapat menjawab dengan betul N : Jumlah siswa yang mengikuti tes hasil belajar. Tabel 3.4. Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran

Besarnya P Interpretasi Kurang dari 0,30 Sangat Sukar

0,30 – 0,70 Cukup (sedang)

Lebih dari 0,70 Terlalu Mudah

4. Daya Pembeda

Untuk menghitung daya pembeda, terlebih dahulu diurutkan dari siswa yang memperoleh nilai tertinggi sampai siswa yang memperoleh nilai terendah.

Kemudian diambil 20% siswa yang memperoleh nilai tertinggi (disebut kelompok atas) dan 20% siswa yang memperoleh nilai terendah (disebut kelompok bawah). menghitung daya pembeda ditentukan dengan rumus. Adapun rumus daya beda menurut Sudijono (2008:389).


(63)

Sumber :Sudijono (2008: 372Keterangan: D : Indeks diskriminasi satu butir soal

PA : Proporsi kelompok atas yang dapat menjawab dengan betul butir soal yang diolah

PB : Proporsi kelompok bawah yang dapat menjawab dengan betul butir soal yang diolah

BA : Banyaknya kelompok atas yang dapat menjawab dengan betul butir soal yang diolah

BB : Banyaknya kelompok bawah yang dapat menjawab dengan betul butir soal yang diolah

JA : Jumlah kelompok atas JB : Jumlah kelompok bawah

diinterpretasi berdasarkan klasifikasi yang tertera pada tabel berikut ini : Tabel 3.5. Interpretasi Nilai Daya Pembeda

Nilai Interpretasi Kurang dari 0,20 Buruk

0,20 – 0,40 Sedang

0,40 – 0,70 Baik

0,70 – 1,00 Sangat Baik Bertanda Negatif Bruk Sekali Sumber : Sudijono (2008:389)

I. Teknik Analisi Data

Setelah data penelitian diperoleh, kemudian dilakukan analis data. Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data kuantitatif karena penelitian ini merupakan penelitian eksperimen.


(64)

1. Pencapaian Indikator Hasil Belajar Kognitif Siswa

Untuk mendeskripsikan indikator hasil belajar kognitif siswa dengan menghitung persentase, berdasarkan pendapat Arikunto, (2008:251) rumus menghitung presentase sebagai berikut:

a. Persentase frekuensi siswa diperoleh dengan rumus: P = %

Sumber : Arikunto (2008:251) Keterangan:

P = angka persentase hasil belajar siswa F = frekuensi siswa pada hasil belajar tertentu N = Jumlah seluruh siswa

Tabel 3.6 Persentase Kemampuan Hasil Belajar Nilai (%) Katagori kemampuan 81 – 100%

61 – 80 % 41 – 60 % 21 – 40 % 0 – 20 %

tinggi sekali tinggi sedang rendah rendah sekali Sumber : Arikunto, (2008:245)

1. Uji Normalitas

Untuk mengetahui apakah data yang diambil dari sampel penelitian yang terpilih merepresentasikan populasinya, maka biasanya dilakukan uji normalitas terhadap data tersebut.Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji Chi-Kuadrat menurut Sudjana (2005: 273). Langkah-langkah uji normalitasnya adalah sebagai berikut.


(65)

a) Hipotesis

H0: kedua kelompok data berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : kedua kelompok data tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal

b) Taraf Signifikansi

Taraf signifikansi yang digunakan = 5% c) Statistik Uji

k i i i i

E

E

O

x

1 2 2 keterangan: i

O = frekuensi harapan

i

E = frekuensi yang diharapkan

k =banyaknya pengamatan d) Keputusan Uji

Tolak H0 jika ≥ dengan taraf  = taraf nyata untuk pengujian. Dalam hal lainnya H0 diterima.

2. Uji Hipotesis

Setelah data penelitian diperoleh, kemudian dilakukan analisis data untuk mengetahui hasil belajar siswa. Peneliti melakukan uji regresi yang menggunakan

regresi linier sederhana”. Dalam perkembangannya Uji regresi sering

digunakan dalam rancangan penelitian yang menggunakan percobaan atau eksperimen. Uji Regresi dapat menganalisis bagaimana pengaruh perlakuan terhadap kelompok. Peneliti juga menggunakan uji t untuk mengetahui pengaruh


(66)

dan kaidah pengujian atau kriteria uji regresi linier sederhana menurut Sugiyono, (2012: 188).sebagai berikut:

x

b a

Y  

^

Untuk mengetahui nilai a dan b dicari dengan rumus a = Ŷ- bx

       

2 2

2 ) ( ) )( ( ) )( ( n a

     

2 2

) ( ) ( n X n b Keterangan  ^

Y Nilai yang diprediksikan

a = Nilai Intercept(konstanta) atau bila harga X = 0

b = Koefisien arah regresi penentu ramalan (prediksi) yang menunjukkan nilai peningkatan atau penurunan variabel Y X = Nilai variabel independen (X1,X2,X3)”.

Untuk mengujisignifikansidigunakan uji t menurut Syofian Siregar, M.M, (2013: 387) dengan rumus sebagai berikut.

Thitung = r√n-2 √1-(r)2 Keterangan

r = Nilai korelasi n = jumlah responden


(1)

78

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dan pembahasan mengenai penggunaan model

pembelaran make a match dalam pembelajran IPS pada kelas VIII SMP N 1

Kasui Way Kanan , maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Penggunaan model pembelajaran Make a Match berpengaruh signifikan

terhadap hasil belajar kognitif siswa pada mata pelajaran IPS terpadu SMP

N 1 Kasui, dapat dilihat darinilai Thitung (5.022) >Ttabel (2.04)sehingga H0

ditolak. Nilai rata-rata pada kelas eksperimen yang diberikan model

pembelajaran Make a Match lebih tinggi dibandingkan dengan pada saat

pretestsebelum diberikan model pembelajaran Make a Match, dapat dilhat dari hasil rata-rata kelas eksperimen pada saat posttestadalah . , dan nilai rata-rata pada saat pretestadalah 4 . .

2. Taraf signifikansi dari pengaruh penggunaan model Make a Match

dikatagorikan kuat, hasil penghitungan nilai taraf signifikansi sebesar

0.682 dilihat dari tabel taraf signifikasi termasuk kategori kuat dengan

kadar determinasi sebesar 46,82%. Serta dilihat dari persentase 6 jenjang

prilaku kognitif dengan penerapan model pembelajaran Make a Match


(2)

79

B. Saran

Setelah dilakukan penelitian dan dilihat dari kesimpulan peneliti menyarankan

sebagai berikut:

1. Model pembelajaran make a matchyang telah diterapkan di SMP N 1

Kasui pada mata pelajaran IPS disarankan dapat diterapkan pada kelas

yang siswanya cendrung pasif, yang susah bersosialisi dan susah

bekerjasama karena model pembelajaran make a match merupakan model

pembelajaran yang dimana siswanya dapat bekerjasama, mencari pasangan

sambil memahami mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang

menyenangkan.

2. Dalam menggunakan model pembelajaran make a march, guru ataupun

peneliti yang lain disarankan untuk merencanakan secara matang baik itu

perancangan pembelajaran, instrumen, ataupun pengelolaan waktu, dan

membuat susasana kelas kondusip agar siswa siap menerima

pembelajaran, tercipta susasana kelas yang aktif dan menyenangan, dan

dapat mencapai tujuan pembelajaran.

3. Pembaca atau peneliti yang lain dapat menggunakan model pembelajran

make a match tidak hanya untuk mengetahui hasil belajar pada mata


(3)

DAFTAR PUSTAKA

______, 2013. Dokumen TU SMP N 1 Kasui Way Kanan.

Akbar, Sa’dun.2010. Pengembangan Kurikulum dan Pengembangan IPS. Yogyakarta: Cipta Medika.Halaman 77

Ali, Mohamad 1982.Penelitian Kependidikan Prosedur Dan Straregi. Bandung:Angkasa.

Ali,Mohamad, 2004. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar.Bandung: Sinar Baru

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: BinaAksara.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. \Jakarta: RinekaCipta

Badadu, Zain.1994. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung. Bumi Aksara. Halaman 124

Basrowi dan Akhmad Kasinu. 2007. Metodologi Penelitian Sosial konsep, \ prosedur dan Aplikasi. Kediri: CV Jenggala Pustaka Utama.

Depdikbud. 1986. Pengembangan Sistem Pendidikan Nasional.Jakarta: Depdikbud

Djamarah, Suharsimi. 2002.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan.Yogyakarta:RinekaCipta


(4)

Dr. Rusman, M.Pd. 2011. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Emzir. 2008. Metodologi PenelitianPendidikan, Kuantitatif dan Kualitatif.’Jakarta: Raja Grafindo.Halaman 96

Hadi, Sutrisno. 2001. Metodologi Resecrh. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada

Herman. 1992. pengantar metodologi penelitian. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Huda, Miftahul. 2011. Cooperatif Learning.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ibrahim, Muslimin. 2009.Pembelajaran Kooperatif.Surabaya: UNESA.

Komalasari. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep. Jakarta: Refika Aditama

Muhibbin Syah. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Musa, Nurfitri.1988. metodologi penelitian. Jakarta :Fajar Agung

Oemar hamalik. 2003. Proses BelajarMengajar.Jakarta: Bumi Aksara

Poerwadraminto, W. J. S. 2002. Kamus Umun Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta

Ridwan.2010. Metode Teknik Meyusun Tesis.Bandung: Alfabeta

Riyanto. 2010. Metodologi Penelitian Social dan Hukum. Jakarta: Granit

Samlawi, Akih dan Maftuh, Bunyamin .1998. Konsep Dasar IPS. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan


(5)

Sholihatin dan Raharjo. 2011. Cooperative Learning Analisis model Pembelajran IPS.Jakarta: Bumi Aksara

Siregar, Syofian. 2013. Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta. PT. Bumi Aksara

Soemiati Padmonodewo. 2000. Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta:Rineka Cipta

Sudjana. 2005. Metode Statistika.Bandung: Tarsito

Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan.Jakarta:Raja Grafindo Persada

Sugiyono.2012.MetodePenelitian Pendidikan.Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung:Alfabeta

Suprijono,Agus. 2011. Cooperative Learning.Yogyakarta: Pustaka Belajar

Suhana, dan Hanafi. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran . Bandung: Replika Aditama

Sukardi. 2008.Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Suryabrata, sumadi. 2012. metodologi penelitan. Jakarta: PTRaja Grafindo Persada

Suryosubroto. 1997.Proses Belajar Mengajar di sekolah. Jakarta :Rineka Cipta

Suyatno.2009.Menjelajah PembelajaranInovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka


(6)

Syaiful. 2006. Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Trianto. 2010. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Jakarta:Prestasi Pustaka Raya

UU Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 200

Wina Sanjaya. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.Jakarta : Kencana.


Dokumen yang terkait

PENGARUH KEBIASAAN BELAJAR DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SIDOMULYO SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 11 1

PENGARUH KEBIASAAN BELAJAR DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SIDOMULYO SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 20 83

PENGARUH MOTIVASI DAN CARA BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SEMESTER GANJIL MTS NEGERI PONCOWATI LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 12 92

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 12 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2013/2014

0 6 79

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KETERAMPILAN MENGAJAR GURU DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SEMESTER GANJIL SMP NEGERI 1 BUMI AGUNG LAMPUNG TIMUR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 3 90

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DAN TIPE MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS VIII SEMESTER GENAP SMP NEGERI 28

0 13 186

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA SMP NEGERI 1 KASUI KELAS VIII SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2013/2014

0 24 76

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DAN MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS VIII SEMESTER GANJIL SMP NEGERI 2 WAY KENANGA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 6 90

PENGARUH PENERAPAN TIPE MAKE A MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PEMBELAJARAN IPS KELAS V

0 0 10

1 PENGARUH PENERAPAN MODEL MAKE A MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V

0 2 8