jurnal persepsi dosen terhadap program sertifikasi

Persepsi Dosen Terhadap Program Sertiikasi
Kaitannya dengan Profesionalisme

Mustiningsih
Sunarni
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang
Telp 085646430279, E-mail: jengnarni@yahoo.com

Abstract: This research objective is to ind out the FIP UM lecturers’ perceptions toward the
certiication program for lecturers. Understanding the FIP UM lecturers’ perception toward
professionalism requirements, and understanding that lecturers’ perception toward certiication program are found correlated to professionalism in the Faculty of Education (FIP) in
Malang State University (UM). This research utilized quantitative approach with descriptive
correlative layout. The research indings are (1) the FIP lecturers’ perception toward the certiication program is uncertain (31/43.1%), the lecturers’ perception toward the professionalism
requirement is uncertain (52/72.2%), and both were found to be signiicantly correlated.
Kata kunci: program sertiikasi dosen, profesionalisme dosen

37%, dan Diploma 0,37%. Yang menjabat
Guru Besar 3,7%, Lektor Kepala 24,8%, Lektor 31%, dan Asisten Ahli 22,9% (Direktorat
Ketenagaan Dirjen Dikti, 2007). Sedangkan
data pada bulan Januari 2008, dosen Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang

FIP UM berjumlah 252 orang. Jumlah terbesar
diduduki oleh Jurusan KSDP (34%) dan terkecil Jurusan TEP (8%). Untuk tingkat pendidikan lulusan S-2 menduduki jumlah paling
banyak 153, dan jabatan dosen paling banyak
Lektor Kepala. Data mengenai jumlah, tingkat pendidikan, dan jabatan dosen di Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang
(FIP UM) dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 menyatakan jika sertiikasi dosen
dilaksanakan, maka di FIP UM dosen yang
otomatis lolos sertiikasi sebanyak 9 orang, kategori dosen yunior sebanyak ± 117 sampai 153
orang (minimal Asisten Ahli dan pendidikan
S-2) dan dosen senior sebanyak ± 112 orang
(minimal Lektor Kepala). Jumlah dinyatakan

Dosen merupakan salah satu dari sekian unsur yang menentukan keberhasilan pendidikan. Tugas dosen selain mengajar juga
mendidik mahasiswa agar menjadi manusiamanusia unggul dalam bidangnya sehingga
kelak akan berguna bagi bangsa dan negara.
Dosen mempunyai tugas menstranfer berbagai ilmu pengetahuan teknologi dan seni, mengembangkan, dan menyebarluaskannya ke
masyarakat (Tri Darma Perguruan Tinggi).
Untuk menjalankan peran penting tersebut,
seorang dosen perlu secara terus menerus meningkatkan profesionalisme yang berupa kualiikasi akademik dan unjuk kerja, kompetensi,

dan kontribusi. Untuk mewujudkan profesionalisme, diperlukan sertiikasi dosen guna
meningkatkan mutu pendidikan dalam sistem
pendidikan tinggi.
Keadaan dosen di Indonesia pada tahun
2006 dari 56.176 dosen pada 86 PTN, yang
sudah memiliki kualitas akademik S-3 sejumlah 13,6%, S-2 sejumlah 48,9%, S-1 sejumlah
99

99

JURNAL PENELITIAN KEPENDIDIKAN, TAHUN 19, NOMOR 2, OKTOBER 2009

Tabel 1. Jumlah, Tingkat Pendidikan, dan Jabatan Dosen FIP UM
Pendidikan
No Jurusan

1
2
3
4

5
6
7

BKP
TEP
PLS
AP
KSDP
IK
PPKN

JUMLAH

Σ

Jabatan

%
S1


S2

S3

T. Pengajar

Asisten Lekahli
tor

Lektor
Kepala

Guru
Besar

37
20
31
23

86
31
24

15
8
12
9
34
12
10

6
3
4
5
32
4
4


24
9
22
11
48
20
19

7
8
5
7
6
7
1

2
2
1
2

3
1
1

8
1
2
1
1
5
5

10
6
8
6
48
13
3


15
9
19
9
33
12
15

2
2
1
2
1
1
0

252

100


58

153

41

12

23

94

112

9

Sumber: Kantor TU FIP UM tahun 2008
kurang lebih, karena ada dosen walaupun jabatannya sudah melebihi Asisten Ahli, tetapi pendidikan belum memenuhi syarat yaitu
S-2. Program sertiikasi juga akan meningkatkan kesejahteraan dosen selain tuntutan
profesionalisme. Sehingga diharapkan akan

menciptakan sistem pendidikan di FIP UM
khususnya dan UM pada umumnya menjadi lebih berkualitas.
Program sertiikasi dosen belum semua
dilaksanakan dan diperlukan persepsi dari
seorang dosen untuk merespon mengorganisasi dan menerjemahkan objek atau peristiwa
(sertiikasi dosen sebagai program pemerintah) yang selanjutnya oleh dosen dapat memberikan arti dan maknanya. Persepsi sangat
diperlukan oleh manusia dalam membentuk
pengertian tentang suatu objek benda atau
peristiwa.
Persepsi adalah aktivitas psikis yang merupakan hasil dari penginderaan kesadaran
dan penghayatan dalam proses berikir. Sedangkan Wursanto (2005) menyatakan bahwa
persepsi (perception) merupakan proses pemberian arti oleh seseorang terhadap lingkung-

100

an. Hal ini sesuai dengan pendapat Mansoer
(1989) menyatakan bahwa ”persepsi merupakan suatu proses pengorganisasian dan penerjemahan kesan-kesan sensori dari seseorang dalam rangka memberi makna tentang
lingkungannya”. Menurut Rahmat (1986)
“persepsi adalah pengalaman terhadap objek, peristiwa atau hubungan yang diperoleh
dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan”. Dari pendapat para ahli dapat

disimpulkan bahwa persepsi adalah proses
psikis untuk merespon mengorganisasi dan
mener-jemahkan objek atau peristiwa yang
selanjutnya memberikan arti dan makna terhadap lingkungan.
Dosen yang profesional sangat dibutuhkan untuk mewujudkan cita-cita pendidikan. Kata profesional adalah pekerjaan atau
kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan
menjadi sumber penghasilan kehidupan yang
memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau
norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Sedangkan profesionalisme adalah ”mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang

Mustiningsih, Persepsi Dosen Terhadap Program Sertiikasi

merupakan ciri suatu profesi/orang yang
profesional” (Kamus Besar Bahasa Indoenesia, 2002). Jadi profesionalisme adalah mutu,
kualitas, dan tindak tanduk yang telah memenuhi standar/norma dari suatu pekerjaan atau
kegiatan dan menjadi sumber penghasil-an
seseorang. Menurut Dikti (2007) menyatakan terdapat indikator profesionalisme dosen
antara lain: kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Kompetensi
pedagogik terdiri dari: kemampuan merancang pembelajaran, kemampuan melaksanakan proses pembelajaran, kemampuan
menilai proses dan hasil pembelajaran, dan
kemampuan memanfaatkan hasil penelitian
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Kompetensi kepribadian: empathy, berpandangan positif terhadap orang lain, berpandangan positif terhadap diri sendiri, genuine
(authenticity), dan berorientasi pada tujuan.
Kompetensi sosial: kemampuan menghargai
keragaman sosial dan konservasi lingkung-

an, menyampaikan pendapat dengan runtut
eisien dan jelas, kemampuan menghargai
pendapat orang lain, kemampuan membina
suasana kelas. Kemampuan membina suasana kerja, kemampuan mendorong peran serta
masyarakat. Sedangkan kompetensi profesional terdiri: penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam, kemampuan merancang, melaksanakan, dan menyusun laporan
penelitian, kemampuan mengembangkan dan
menyebarluaskan inovasi, dan kemampuan
merancang, melaksanakan dan menilai pengabdian kepada masyarakat.
Sertiikasi menurut Undang-Undang
RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen Bab I Pasal 1 Ayat 11 menyebutkan
bahwa ”sertiikasi adalah proses pemberian
sertiikat pendidik untuk guru dan dosen.
Sertiikasi dimaksudkan untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan
mutu pengajarnya. Harapannya program ini
tidak hanya dianggap sebagai formalitas, me-

Program Pengembangan
Profesional

Self
deve
lop
ment

DOSEN
Proses Sertifikasi
Tridharma,
Keberhasilan Diklat
Profesi, Karya
Unggulan,
Rekomendasi PT
(jika diperlukan)

Tidak Lulus

Lulus

Dosen Bersertifikat

Gambar 1 Proses Sertiikasi
Sumber: Tim Pokja Sertikasi Dosen Direktorat Ketenagaan Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi 2007

101

JURNAL PENELITIAN KEPENDIDIKAN, TAHUN 19, NOMOR 2, OKTOBER 2009

lainkan satu jalan untuk meningkatkan profesionalisme. Sertiikasi akan meningkatkan
mutu pengajaran untuk meningkatkan mutu
pendidikan. Untuk melaksanakan suatu program yang bertaraf nasional diperlukan landasan agar dalam melangkah/pelaksanaan
tidak salah jalan.
Tim Pokja Sertiikasi Dosen Dirjen Dikti (2007) menyatakan landasan ilosoisnya
antara lain: profesionalisme, scholarship of
teaching, dan accountability (demand on quality
and transparancy). Sedangkan landasan hukum antara lain: (1) Kepmenko Wasbangpan
Nomor 38 Tahun 1999 tentang Jabatan Fungsional Dosen dan Nilai Angka Kredit; (2) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional; (3) Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan; (4) UndangUndang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru
dan dosen; (5) Peraturan Pemerintah Nomor
16 Tahun 2007 tentang Standar Nasional Pendidik; dan (6) Peraturan Pemerintah Nomor 42
Tahun 2007 tentang Sertiikasi Dosen (Direktorat Ketenagaan Dirjen Dikti, 2007). Ada
tiga pilar pengembangan pendidikan tinggi
adalah: pemerataan, relevansi dan kualitas,

kesehatan organisasi serta dapat meningkatkan daya saing bangsa. Strategi alat evaluasi dalam program sertiikasi menggunakan
portofolio. Alat ini mengumpulkan: bukti pelaksanaan tugas yang diunggulkan, sertiikat
partisipasi dalam berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan profesional, karya unggulan/karya monumental, rekomendasi dari
Perguruan Tinggi (Tim Pokja Sertiikasi Dosen Dirjen Dikti, 2007). Sedangkan proses sertiikasi dapat dilihat pada gambar 1.
Dari alur di atas bahwa dosen memerlukan pengembangan profesional, pengembangan ini salah satunya melalui program sertiikasi. Alat evaluasi dengan menggunakan
portofolio (melaksanakan tridarma, keberhasilan diklat, karya unggulan, rekomendasi
Perguruan Tinggi). Jika tidak lulus, maka harus melaksanakan program pengembangan
profesional lagi. Jika lulus dosen akan mendapatkan sertiikat. Walaupun sudah mendapatkan sertiikat jika perlu pengembangan
diri, sebagai cerminan belajar sepanjang hayat. Ada dua kategori sebagai peserta sertiikasi yaitu dosen pemula dan dosen senior.
Masing-masing mempunyai syarat tertentu
yang perlu dipenuhi, sehingga akan menda-

Tabel 2. Kategori, Syarat Umum, dan Perolehan Sertiikasi Dosen
Kategori

Syarat Umum

Perolehan Sertiikat

Dosen Pemula

• Telah 2 tahun menjadi PNS/dosen tetap
PTS
• Memiliki jabatan akademik minimal
Asisten Ahli.
• Memiliki kualiikasi minimal S2 dalam
bidang studi yang sesuai.

Sertiikat Dosen Pemula

Dosen Senior

Memiliki jabatan akademik Lektor Kepala
(untuk menjadi Guru Besar)

Sertiikat Dosen Senior

Sumber: Tim Pokja Sertiikasi Dosen Direktorat Ketenagaan Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi 2007
102

Mustiningsih, Persepsi Dosen Terhadap Program Sertiikasi

patkan sertiikat. Tabel 2 di bawah ini menyatakan kategori, syarat umum, dan perolehan
sertiikat.
Ada pandangan yang berbeda mengenai
program sertiikasi dosen, ada yang setuju,
ada yang kurang setuju, dan ada juga yang
setuju dengan syarat. Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) Djoko Santoso mengatakan, usulan sertiikasi dosen oleh pemerintah
itu justru bertentangan dengan sifat otonom
dan kemandirian perguruan tinggi yang belakangan mulai dirintis. Menurutnya, perguruan tinggi berhak sepenuhnya secara otonom
me-rekrut dosen dengan keahlian tertentu,
sesuai kebutuhan pengembangan keilmuan
di perguruan tinggi terkait. Karena itu, kompeten atau tidaknya seorang dosen seharusnya ditentukan oleh perguruan tinggi, bukan
oleh LPTK tertentu sebagaimana tercantum
dalam RUU. Direktur Jenderal Pendidikan
Tinggi, Fasli Jalal menyatakan sebanyak 3000
profesor dan 9000 dosen akan disertiikasi
pada 2008 mendatang. Untuk profesor, sertiikasi akan diberikan secara otomatis. Profesor
merupakan tingkatan tertinggi dari pendidik.
Untuk dosen tidak berlaku mekanisme otomatis. Karena masih banyak yang belum menempuh pendidikan tingkat master atau S-2.
Kuota sertiikasi untuk dosen akan dihitung
berdasarkan data angka kredit akademik,
keterlibatan dalam jurusan dan departemen,
dan prestasi. Yang belum S2, akan ditingkatkan lebih dulu kualiikasi akademiknya. Yang
sudah S2 akan diangkat berdasarkan pertimbangan (Tempo Interaktif, 3 Desember 2007).
Untuk meningkatkan mutu pendidikan
dan pengajaran, yang perlu diperhatikan
adalah kualitas akademik, sertiikat pendidik,
dan menguasai kompetensi. Pontianak Post
(2007) mengemukakan yang perlu diperhatikan dalam kelulusan sertiikasi: (1) menyangkut memiliki kualitas akademik. Dosen S-1
atau diploma harus diajar oleh dosen lulusan
S-2, program pascasarjana (S-2) harus diajar
oleh doktor, sedangkan (S-3) pengajarnya
harus profesor; (2) dosen harus bersertiikat

pendidik; dan (3) keharusan menguasai empat kompetensi yaitu pedagogik, kompetensi
sosial, kompetensi budi pekerti, dan kompetensi profesional.
Beberapa keuntungan yang akan didapat
dosen bila bersertiikasi. Antara lain, dosen
akan mendapat hak tunjangan profesi, fungsional, penelitian dan tunjangan kemaslahatan (asuransi dan biaya pendidikan). Salah satunya, tunjangan profesi sebesar satu kali gaji,
dan dua kali gaji untuk profesor. Selain itu,
dosen akan memiliki hak untuk mendapat
perlindungan secara hukum dalam melakukan tugasnya. Dosen juga diberi keleluasaan
memilih kebebasan dalam mimbar akademik.
Misalnya, menggunakan data-data yang dilarang undang-undang untuk pengembangan
ilmu akademik. Dosen yang mengembangkan
ilmu langka juga akan mendapatkan penghargaan dari pemerintah. Contohnya, dosen
yang mengembangkan ilmu kepurbakalaan
dan bahasa Jawa (Pontianak Post, 2007).

METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif dengan rancangan deskriptif korelasional. Analisis deskriptif untuk memperoleh deskripsi persepsi dosen terhadap
pelaksanaan program sertiikasi dan persepsi dosen terhadap profesionalisme dosen FIP
UM. Sedangkan korelasional karena untuk
mengetahui ada tidaknya hubungan antara
persepsi dosen terhadap pelaksanaan program sertiikasi dengan profesionalisme. Populasi dalam penelitian ini seluruh dosen FIP
UM berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS)
yang berjumlah 252 orang. Untuk menentukan jumlah sampel menggunakan teknik Formula Slovin dengan toleransi sebesar 10%,
sehingga diperoleh sebanyak 72 orang dosen
sebagai responden yang terdistribusikan berdasarkan proporsi jumlah populasi. Teknik
pengambilan sampel dengan simple random
sampling. Sedangkan teknik pengumpulan

103

JURNAL PENELITIAN KEPENDIDIKAN, TAHUN 19, NOMOR 2, OKTOBER 2009

data menggunakan angket (kuesioner) dengan skala likert. Teknik analisis data dalam
penelitian ini menggunakan teknik korelasi
Product Moment dari Pearson dan diolah dengan menggunakan program SPSS for Windows.

HASIL
Dari hasil análisis data dari 72 responden
jawaban dosen terhadap persepsi dosen terhadap program sertiikasi (X) adalah: dosen
yang menjawab Sangat Tidak Setuju (STS)
sebanyak 0 (0%), Tidak Setuju (TS) sebanyak
0 (0%), Ragu-ragu (RG) sebanyak 31 (43,1%),
dosen yang menjawab Setuju (S) sebanyak 23
(31,9%), dan yang menjawab Sangat Setuju
(SS) sebanyak 18 (25%). Dari hasil analisis
tersebut dapat disimpulkan bahwa dosen
cenderung menjawab RG atau ragu-ragu yaitu
sebesar 31 (43,1%) dalam menyikapi program
sertiikasi dosen. Hal ini berarti banyak dosen
di FIP UM masih mempunyai persepsi yang
ragu-ragu terhadap program sertiikasi dosen
yang menjadi program pemerintah.
Hasil uji deskriptif untuk variabel persepsi dosen terhadap profesionalisme (Y) adalah:
dosen yang menjawab Sangat Tidak Setuju
(STS) sebanyak 1 (1,4%), Tidak Setuju (TS)
sebanyak 3 (4,2%), Ragu-ragu (RG) sebanyak 52 (72,2%), dosen yang menjawab Setuju
(S) sebanyak 15 (20,8%), dan yang menjawab
Sangat Setuju (SS) sebanyak 1 (1,4%). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa dosen
cenderung juga menjawab RG atau ragu-ragu
yaitu sebesar 52 (72,2%). Hal ini dapat disimpulkan bahwa dosen cenderung menjawab
RG atau ragu-ragu yaitu sebesar 51 (72,2%)
dalam menyikapi profesionalisme dosen. Hal
ini berarti masih banyak dosen FIP UM masih
mempunyai persepsi yang ragu-ragu juga terhadap program sertiikasi dosen untuk meningkatkan profesionalisme.
Dengan rumus korelasi Product Moment
sederhana pada variabel Persepsi Dosen terha-

104

dap Program Sertiikasi (X) dengan Persepsi
Dosen terhadap Profesionalisme (Y) diperoleh
koeisien korelasi (r hitung) sebesar 0,383**.
Sedangkan r tabel dengan N=72 sebesar 0,2318
(N: 70=0,235 dan N: 75 = 0,227). Kemudian r
hitung dikonsultasikan dengan r tabel, r tabel
= 0,2318 < r hitung 0,383**, maka Ho ditolak
atau H1 diterima. Taraf signiikansi 95 % dengan N=72 dari hasil analisis mendapat = 0,001.
Hal ini berarti sig two tailed hasil 0,001< 0,05
yang berarti Ho ditolak atau H1 diterima. Hal
ini berarti ada hubungan yang signiikan antara Persepsi Dosen terhadap Program Sertiikasi (X) dengan Persepsi Dosen terhadap
Profesionalisme (Y).

PEMBAHASAN
Dari hasil analisis data disimpulkan bahwa dosen cenderung menjawab RG atau ragu-ragu yaitu sebesar 31 (43,1%) dalam menyikapi program sertiikasi dosen, begitu juga
bahwa dosen cenderung menjawab RG atau
ragu-ragu yaitu sebesar 51 (72,2%) dalam menyikapi profesionalisme dosen. Jadi persepsi
dosen terhadap Program Sertiikasi dan Profesionalisme kedua-duanya sama-sama menjawab ragu-ragu.
Persepsi merupakan proses psikis untuk
merespon mengorganisasi dan menerjemahkan objek atau peristiwa yang selanjutnya
memberikan arti dan makna terhadap lingkungan. Dari 72 dosen di FIP UM menyatakan
cenderung menjawab ragu-ragu sebanyak
31 (43,1%). Ada faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya persepsi dosen. Menurut Siagian (2004) dan Robbin (2003) secara
umum ada tiga faktor yang mempengaruhi
persepsi seseorang antara lain: (1) dari orang
yang membentuk persepsi itu sendiri. Apabila seseorang melihat sesuatu dan berusaha
memberikan interpretasi tentang apa yang
dilihatnya itu, orang tersebut dipengaruhi
oleh karakteristik individual yang turut berpengaruh seperti sikap, motif, kepentingan,

Mustiningsih, Persepsi Dosen Terhadap Program Sertiikasi

minat, pengalaman dan harapannya; (2) sasaran persepsi di samping faktor sasaran merupakan tujuan dari program sertiikasi. Sasaran persepsi bisa berupa orang, benda atau
peristiwa. Sifat-sifat sasaran (gerakan, suara,
ukuran, tindak-tanduk dan ciri-ciri lain) dari
sasaran persepsi turut menentukan cara pandang orang yang melihatnya. Program sertiikasi merupakan program yang baru untuk
meningkatkan mutu pendidik. Dalam program tersebut pemerintah atau dalam hal ini
lembaga FIP atau UM seyogyanya mensosialisasikan program tersebut sedetail mungkin kepada para dosen. Namun di lapangan
belum banyak dilakukan. Ini yang membuat
dosen FIP belum sepenuhnya mengenal dan
memahami sasaran program sertiikasi; (3)
faktor situasi. Persepsi harus dilihat secara
kontekstual yang berarti dalam situasi mana
persepsi itu timbul perlu mendapatkan perhatian. Situasi merupakan faktor yang turut
berperan dalam penumbuhan persepsi seseorang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
persepsi dipengaruhi oleh dari pribadi seseorang, sasaran, dan situasi.
Sekarang ini, baru program sertiikasi
untuk guru yang banyak mendapat perhatian pemerintah, sedangkan sertiikasi untuk
dosen belum begitu mendapat perhatian. Dalam kenyataannya memang sertiikasi dosen
belum begitu meluas dan belum banyak disosialisasikan untuk semua dosen khususnya di
FIP UM. Di UM Sertiikasi dosen baru untuk
guru besar yang diberikan secara otomatis,
karena merupakan tingkatan tertinggi dari pendidik (Direktur Jenderal Pendidikan
Tinggi). Setelah sertiikasi terhadap guru besar, selanjutnya sertiikasi berlaku bagi dosen
yang bergelar doktor, sedangkan dosen pemula belum tersentuh sama sekali. Dengan
situasi tersebut, sangat berpengaruh terhadap
persepsi seseorang untuk memandang terhadap sesuatu hal (sikap, motif, kepentingan,
minat, pengalaman dan harapannya). Dosen
FIP secara umum masih memandang bahwa
sertiikasi dosen belum menjanjikan atau be-

lum dirasakan membawa kesejahteraan yang
signiikan.
Karena belum adanya sosialisasi yang gencar bagi dosen muda khususnya, masih terjadi ketidaktahuan apa itu sertiikasi dos-n, apa
syarat-syaratnya, bagaimana alat evalua-sinya, dan lain sebagainya. Sedangkan Tim Pokja
Sertiikasi Dosen Dirjen Dikti (2007) menyatakan strategi alat evaluasi dalam program sertiikasi menggunakan portofolio. Alat ini mengumpulkan: bukti pelaksanaan tugas yang
diunggulkan, sertiikat partisipasi dalam berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan profesional, karya unggulan/karya monumental,
rekomendasi dari Perguruan Tinggi.
Ada pandangan yang berbeda mengenai
program sertiikasi dosen, ada yang setuju,
ada yang kurang setuju, dan ada juga yang
setuju dengan syarat. Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) Djoko Santoso mengatakan,
usulan sertiikasi dosen oleh pemerintah itu
justru bertentangan dengan sifat otonom dan
kemandirian perguruan tinggi yang belakangan mulai dirintis. Menurutnya, perguruan tinggi berhak sepenuhnya secara otonom
merekrut dosen dengan keahlian tertentu,
sesuai kebutuhan pengembangan keilmuan
di perguruan tinggi terkait. Karena itu, kompeten atau tidaknya seorang dosen seharusnya ditentukan oleh perguruan tinggi, bukan
oleh LPTK tertentu sebagaimana tercantum
dalam RUU. Tiga pilar pengembangan pendidikan tinggi yang perlu diperhatikan oleh
semua tenaga pendidik di perguruan tinggi,
yaitu: pemerataan, relevansi dan kualitas, kesehatan organisasi serta dapat meningkatkan
daya saing bangsa.
Profesionalisme adalah mutu, kualitas,
dan tindak tanduk yang telah memenuhi
standar/norma dari suatu pekerjaan atau kegiatan dan menjadi sumber penghasilan seseorang. Pendidik harus memiliki kualiikasi
minimum dan sertiikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani
dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

105

JURNAL PENELITIAN KEPENDIDIKAN, TAHUN 19, NOMOR 2, OKTOBER 2009

Kaitan Persepsi Dosen terhadap Program
Sertiikasi dengan Profesionalisme
Dosen merupakan salah satu dari sekian
unsur yang menentukan keberhasilan pendidikan. Tugas dosen selain mengajar juga
mendidik mahasiswa agar menjadi manusiamanusia unggul dalam bidangnya sehingga
kelak akan berguna bagi bangsa dan negara.
Dosen mempunyai tugas menstranfer berbagai ilmu pengetahuan teknologi dan seni,
mengembangkan, dan menyebarluaskannya
ke masyarakat (Tri Darma Perguruan Tinggi).
Dari hasil analisis dosen FIP UM menyatakan walaupun persepsi dosen terhadap sertiikasi dan profesionalisme sama-sama hasilnya ragu-ragu, tetapi dosen menjawab
adanya kaitan antara keduanya. Karena dosen menyadari bahwa perlu adanya kewajiban
yang menuntut dosen untuk selalu mengembangkan profesionalisme baik pedagogik,
kepribadian, sosial, dan profesional. Untuk
menjalankan peran penting tersebut, seorang
dosen perlu secara terus menerus meningkatkan profesionalisme yang berupa kualiikasi
akademik dan unjuk kerja, kompetensi, dan
kontribusi. Untuk mewujudkan profesionalisme, diperlukan sertiikasi dosen guna meningkatkan mutu pendidikan dalam sistem
pendidikan tinggi.
Pokja Dirjen Dikti (2007) menyatakan
terdapat indikator profesionalisme dosen
antara lain: kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Kompetensi
pedagogik terdiri dari: kemampuan merancang pembelajaran, kemampuan melaksanakan proses pembelajaran, kemampuan
menilai proses dan hasil pembelajaran, dan
kemampuan memanfaatkan hasil penelitian
untuk mening-katkan kualitas pembelajaran.
Kompetensi kepribadian: empathy, berpandangan positif terhadap orang lain, berpandangan positif terhadap diri sendiri, genuine
(authenticity), dan berorientasi pada tujuan.
Kompetensi sosial: kemampuan menghargai
keragaman sosial dan konservasi lingkun106

gan, menyampaikan pendapat dengan runtut eisien dan jelas, kemampuan menghargai
pendapat orang lain, kemampuan membina
suasana kelas. Kemampuan membina suasana kerja, kemampuan mendorong peran
serta masyarakat. Sedangkan kompetensi
profesional terdiri: penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam, kemampuan
merancang, melaksanakan, dan menyusun
laporan penelitian, kemampuan mengembangkan dan menyebarluaskan inovasi, dan
kemampuan merancang, melaksanakan dan
menilai pengabdian kepada masyarakat.
Beberapa keuntungan yang akan didapat
dosen bila bersertiikasi. Antara lain, dosen
akan mendapat hak tunjangan profesi, fungsional, penelitian dan tunjangan kemaslahatan (asuransi dan biaya pendidikan). Salah
satunya, tunjangan profesi sebesar satu kali
gaji. Dan dua kali gaji untuk profesor. Selain
itu, dosen akan memiliki hak untuk mendapat perlindungan secara hukum dalam melakukan tugasnya. Dosen juga diberi keleluasaan memilih kebebasan dalam mimbar
akademik.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) persepsi dosen
FIP UM terhadap program sertiikasi adalah
ragu-ragu (31/43,1%); 2) persepsi dosen FIP
terhadap tuntutan profesionalisme adalah
ragu-ragu (52/72,2%); dan 3) ada hubungan
yang signiikan antara Persepsi Dosen terhadap Program Sertiikasi (X) dengan Persepsi
Dosen terhadap Profesionalisme (Y).

Saran
Dari hasil analisis data, dapat direkomendasikan bahwa: 1) hasil persepsi terhadap
program sertiikasi dan persepsi dosen ter-

Mustiningsih, Persepsi Dosen Terhadap Program Sertiikasi

hadap profesionalisme adalah ragu-ragu.
Diharapkan dosen lebih memahami program
sertiikasi dan menghilangkan keragu-raguan, sehingga dosen dapat mengantisipasi dalam menghadapi tes sertiikasi dan hasilnya
memuaskan. Dengan lulus program ini, diharapkan dosen dalam menjalankan tugasnya lebih profesional; 2) organisasi FIP UM,
diharapkan fakultas maupun pihak universitas memberikan sosialisasi tentang program
sertiikasi secara intensif dan memberikan
trik-trik yang jitu dalam menghadapi tes ser-

tiikasi dosen. Selain itu itu dari pihak dosen
sendiri diharapkan aktif mencari berbagai informasi tentang program sertiikasi dari berbagai sumber, sehingga diharapkan semua
dosen mendapatkan hasil yang maksimal.
Dan 3) Peneliti lain, dari hasil penelitian ini
diharapkan ada penelitian yang sejenis tentang program sertiikasi dosen yang dikaitkan dengan variabel profesionalisme dosen,
yang ditambah dengan variabel-variabel
yang lainnya, sehingga akan mendapatkan
hasil yang lebih maksimal.

DAFTAR RUJUKAN
Direktorat Ketenagaan Dirjen Dikti. 2007.
Draf Naskah Akademik Program Sertiikasi
Dosen 2007. Jakarta: Dirjen Dikti.
Kantor TU FIP UM. Data Dosen FIP UM. Malang, TU FIP UM
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Ed 3). 2002. Jakarta: Balai Pustaka Depdiknas.
Mansoer, H. 1989. Pengantar Manajemen. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti P2LPTK.
Pontianak Post. 2007. Menyongsong Pengesahan RPP tentang Sertiikasi Dosen. (Online), (htp://www.pontianakpost.com),

diakses 20 Januari 2008.
Rahmat, J. 1986. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Karya.
Tempo Interaktif. 3 Desember 2007. Sertiikasi Dosen sebentar Lagi. (Online), (htp: //
www.tempointeraktif.com), diakses 20
Januari 2008.
Tim Pokja Sertiikasi Dosen Direktorat Ketenagaan Dirjen Dikti. 2007. Sertiikasi Dosen. Jakarta: Dirjen Dikti.
Wursanto, I. G. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Organisasi. Yogyakarta: ANDI.

107