PENGEMBANGAN KURIKULUM TEMATIK BERSTANDAR SERTIFIKASI CAMBRIDGE UNTUK SEKOLAH DASAR KELAS RENDAH.

(1)

PENGEMBANGAN KURIKULUM TEMATIK

BERSTANDAR SERTIFIKASI CAMBRIDGE

UNTUK SEKOLAH DASAR KELAS RENDAH

TESIS

Diajukan untuk

Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelas Magister Pendidikan Program Studi Pengembangan Kurikulum

Disusun oleh:

J. Bonita Nurprasetio (0808622)

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN KURIKULUM

SEKOLAH PASCASARJANA (S2)


(2)

PENGEMBANGAN KURIKULUM TEMATIK

BERSTANDAR SERTIFIKASI CAMBRIDGE

UNTUK SEKOLAH DASAR KELAS RENDAH

Oleh

J. Bonita Nurprasetio Ir. Institut Teknologi Bandung, 1987

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pengembangan Kurikulum

© J. Bonita Nurprasetio 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

April 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

(4)

Pengembangan Kurikulum Tematik Berstandar Sertifikasi Cambridge untuk Sekolah Dasar Kelas Rendah

ABSTRAK

Rendahnya kemampuan membaca rata-rata peserta didik Indonesia, ditambah rendahnya kemampuan peserta didik Indonesia dalam memecahkan masalah-masalah matematika dan IPA, membuat peserta didik Indonesia tidak dapat “bersuara” dalam kompetisi di tingkat Internasional. Di sisi lain, keputusan Pemerintah Republik Indonesia di tahun 2007 dengan implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau KTSP memberi peluang kepada sekolah untuk mengembangkan kurikulumnya sendiri sesuai dengan rambu-rambu yang ditentukan pemerintah. Salah satu rambu-rambu tersebut mengatakan bahwa sekolah diberi keleluasaan untuk meningkatkan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) peserta didik, dengan syarat bahwa peserta didik sekolah tersebut telah memenuhi SK-KD yang dikeluarkan Badan Standardisasi Nasional Pendidikan (BSNP). Tesis ini berupaya memanfaatkan keberadaan peluang tersebut dengan bertumpu pada push factor berupa dorongan dari para pemangku kepentingan pendidikan dan pull factor berupa keinginan untuk melakukan adopsi atau adaptasi salah satu kurikulum dari negara maju. Secara spesifik, tesis ini merumuskan peningkatan SK-KD untuk mata pelajaran Bahasa Inggris, Matematika, dan Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA untuk Sekolah Dasar Kelas Rendah dengan mengacu pada Cambridge International Primary Program (CIPP) framework.. Untuk selanjutnya, SK-KD yang telah ditingkatkan ini ditentukan indikatornya hingga terbentuklah Kurikulum Tematik berstandar Sertifikasi Cambridge. Tujuan akhir yang ingin diraih adalah supaya sekolah dapat menghasilkan lulusan nasional dengan kualifikasi internasional. Metode penelitian yang digunakan adalah Research and Development dengan langkah-langkah hasil modifikasi Sukmadinata. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan penyebaran instrumen penelitian berupa angket. Uji coba awal dilakukan di SD Santa Angela, diikuti uji coba lebih luas di SD Santa Melania, SD Santa Ursula dan SD Santo Yusup. Sebagai langkah validasi dilakukan proses expert judgment (pertimbangan ahli) yang melibatkan para pakar yang terdiri dari West Java Cambridge International Education (CIE) Coordinator dan tim konsultan dari CIE-Centre of IntegratedEducation. Produk sebagai hasil penelitian tesis ini adalah SK-KD Kurikulum Tematik Berstandar Sertifikasi Cambdidge, contoh-contoh Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Rencana Penilaian, dilengkapi dengan keunggulan dari Kurikulum Tematik berstandar Sertifikasi Cambridge serta rekomendasi untuk para pemangku kepentingan pendidikan.


(5)

Thematic Curriculum Development Based on Cambridge Certification Standard for Preliminary Grades of Elementary School

ABSTRACT

Based on the performance of Indonesian students in international competitions, it is indicated that most Indonesian students have insufficient reading ability and inadequate problem solving skills in mathematics and science. In conjunction to the above, in 2007 the Indonesian government released a decree in the form of Unit Education Level Curriculum (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan or KTSP) that allows schools to develop their own curricula with minimum intervention. Under the above decree, schools may improve their Competency Standards (Standar Kompetensi or SK) and Basic Competencies (Kompetensi Dasar or KD), provided that their students satisfies the SK-KD set by the National Education Standardization Board (Badan Standardisasi Nasional Pendidikan or BSNP). This thesis formulates an endeavor to use the above opportunity, surfing on the push from school‟s stake holders and the pull to have equal status to schools in developed countries. In this respect, the thesis formulates improvements of SK-KD for English, Mathematics, and Science subjects for Preliminary Grades of Elementary School based on the framework of Cambridge International Primary Program (CIPP). Henceforth, the improved SK-KD with its indicators forms Thematic Curriculum that satisfies Cambridge Certification standards. The main objective is to produce graduates with international qualifications. For the rest of the thesis, the improved SK-KD will be labeled SK-KD of Thematic Curriculum based on Cambridge Certification Standard. To achieve the objective, this thesis adopts „Research and Development‟ methodology as outlined by Sukmadinata. Data collections are obtained through interview, observation, and also by distributing questionnaire as research instrument. The first trial experiment was performed in Santa Angela Elementary School, followed by extended trial at Santa Melania, Santa Ursula, and Santo Yusup Elementary Schools. Validation process was performed by expert judgment that involves West-Java Cambridge International Education (CIE) Coordinator and consultant team from CIE-Centre of Integrated Education. The outcomes of this thesis are the set of SK-KD of Thematic Currikulum based on Cambridge Certification Standard, examples of Syllabus, Lesson Plans, Assessment Plans, equipped with the advantages of the standard Thematic Curriculum based on Certification Cambridge standards and some recommendations to the stakeholders.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR PENGESAHAN………...…………...……

PERNYATAAN………...………

KATA PENGANTAR………...…………...

UCAPAN TERIMA KASIH………...……….

ABSTRAK………...………

DAFTAR ISI………...………….

DAFTAR TABEL………...………….

DAFTAR GAMBAR………...…………

DAFTAR LAMPIRAN………...………….

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah……….………….. B. Identifikasi Masalah……….…..………….. C. Tujuan Penelitian dan Pertanyaan Penelitian …….………

D. Manfaat Penelitian………

BAB II PENGEMBANGAN KURIKULUM TEMATIK BERSTANDAR SERTIFIKASI CAMBRIDGE

A. Konsep Dasar Kurikulum ……..……….………. B. Pengembangan Kurikulum ……….…. 1. Landasan Pengembangan Kurikulum ... 2. Model-Model Konsep Kurikulum ... 3. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum ... 4. Model-Model Pengembangan Kurikulum ... C. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ………

D. Cambridge International Primary Program (CIPP) ...……...….

i ii iii iv vi viii xi xiv xv 1 13 22 24 26 35 37 41 46 49 51 68


(7)

E. Pengembangan Kurikulum Tematik Berstandar Sertifikasi Cambridge ...

1. Tujuan Kurikulum Tematk Berstandar Sertifikasi Cambridge 2. Kompetensi ... 3. Pembelajaran dan Bahan Ajar ... 4. Menghitung dan Menentukan Waktu ... 5. Menentukan Struktur Kurikulum ... F. Silabus ... 1. Pengertian ... 2. Prinsip Pengembangan Silabus ... 3. Format Silabus ... 4. Langkah-Langkah Pengembangan Silabus ... G. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 1. Pengertian ... 2. Prinsip Pengembangan RPP ... ... 3. Format RPP ... 4. Langkah-Langkah Pengembangan RPP ... H. Pedoman Penilaian Dalam Kurikulum Berstandar Sertifikasi Cambridge ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode ………..………

B. Pengumpulan Data ……….………

C. Pengolahan Data ………

D. Lokasi Penelitian ... BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN PENELTIAN

A. Temuan Dalam Studi Pendahuluan ………...

1. Studi Pustaka ……….

2. Studi Lapangan ……….

B. Penyusunan Draft Awal Dokumen Tematik berstandar Sertifikasi Cambridge ... Halaman 75 78 79 81 87 88 89 89 90 91 91 101 101 102 103 104 107 113 118 120 121 123 123 127 128


(8)

1. Melakukan Kajian KTSP vs CIPP ………..……….. 2. Pengembangan Silabus ……….……. 3. Pengembangan RPP ………….……….………

4. Rencana Penilaian ………

C. Uji Coba Draft Awal ………. D. Perbaikan dan Penyesuaian ……….……….. E. Uji Coba Lebih Luas ……….……….... F. Expert Judgment………... BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan……….

B. Rekomendasi………..

DAFTAR PUSTAKAAN……….

LAMPIRAN ...

Halaman 133 137 149 150 157 163 175 189 242

192 194 198 201


(9)

DAFTAR TABEL

1.1 Peringkat Indonesia Dalam TIMMS dan PISA ... 2.1 Cakupan Kelompok Mata Pelajaran ... 2.2 Kajian KTSP terhadap CIPP ... 2.3 Klasifikasi Materi Pembelajaran ... 2.4 Struktur Kurikulum SD Kelas 1,2,3 ... 2.5 Contoh Format Silabus ... 2.6 Teknik Penilaian dan Bentuk Instrumen ... 2.7 Contoh Format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 3.1 Daftar Lokasi Penelitian ... 4.1 Mata Pelajaran Dalam Struktur KTSP dan CIPP ... 4.2 Progression Test ... 4.3 Achievement Test ... 4.4 Daftar Responden Studi Pendahuluan ... 4.5 Matriks Kesesuaian KTSP dan CIPP Untuk Mencapai Standar Sertifikasi Cambridge

4.6 Kolom Pada Format Silabus Menurut Depdiknas (2000:6) ... 4.7 Kolom Pada Format Silabus Hasil Modifikasi ... 4.8 Hasil Nilai Siswa A ... 4.9 Hasil Nilai Siswa B ... 4.10 Daftar Responden Uji Coba Draft Awal ...

Halaman 3 58 80 85 88 91 100 104 121 123 126 126 127 129 137 138 143 144 148


(10)

4.11 Keunggulan/Hambatan Dalam Mempelajari Silabus Menurut

Responden ……….…

4.12 Keunggulan/Hambatan Dalam Membuat RPP Menurut Responden.... 4.13 SK-KD Bahasa Inggris Kurikulum Berstandar Sertifikasi Cambridge Kelas 1 ... 4.14 SK-KD Bahasa Inggris Kurikulum Berstandar Sertifikasi Cambridge Kelas 2 ... 4.15 SK-KD Bahasa Inggris Kurikulum Berstandar Sertifikasi Cambridge Kelas 3 ... 4.16 SK-KD Matematika Kurikulum Berstandar Sertifikasi Cambridge Kelas 1 ... 4.17 SK-KD Matematika Kurikulum Berstandar Sertifikasi Cambridge Kelas 2 ... 4.18 SK-KD Matematika Kurikulum Berstandar Sertifikasi Cambridge Kelas 3 ... 4.19 SK-KD IPA Kurikulum Berstandar Sertifikasi Cambridge Kelas 1 .. 4.20 SK-KD IPA Kurikulum Berstandar Sertifikasi Cambridge Kelas 2 ... 4.21 SK-KD IPA Kurikulum Berstandar Sertifikasi Cambridge Kelas 3 ... 4.22 Daftar Responden Uji Coba Lebih Luas ... 4.23 Perhitungan Rata-rata Lamanya Mengajar ... 4.24 Perhitungan Index Jawaban Responden ... 4.25 Hasil Judgment Terhadap Silabus Kurikulum Berstandar Sertifikasi Cambridge ...

Halaman

150 151

155

155

156

156

158

160 162 163 164 166 168 169


(11)

4.26 Hasil Judgment Terhadap RPP Kurikulum Berstandar Sertifikasi Cambridge ...

Halaman


(12)

DAFTAR GAMBAR

1.1 Analogi Kurikulum Sekolah Dasar Sebagai Fondasi Pendidikan ... 1.2 Diagram Identifikasi Masalah ... 1.3 Folus Penelitian ... 2.1 Bagan Pengembangan Kurikulum ... 2.2 Pola Desain Kurikulum Rekonstruksi Sosial ... 2.3 Pengembangan Kurikulum tingat KTSP ... 2.4 Proses Pemilihan Materi Pembelajaran ... 3.1 Modifikasi Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan

Kurikulum Berstandar Sertifikasi Cambridge ... 3.2 Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan Kurikulum

Berstandar Sertifikasi Cambridge ... 3.3 Langkah-langkah Penyusunan Draft Awal ... 4.1 Contoh Soal dan Pembobotan Dalam Mata Pelajaran Bahasa Inggris . 4.2 Contoh Soal dan Pembobotan Dalam Mata Pelajaran Matematika ... 4.3 Contoh Soal dan Pembobotan Dalam Mata Pelajaran IPA ... 4.4 Tingkat Pendidikan Responden ... 4.5 Histogram Lamanya Mengajar Responden ...

Halaman 10 18 21 36 44 78 87

113

114 116 145 146 146 167 167


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kurikulum Tematik Berstandar Sertifikasi Cambridge ... 2. Pemetaan Kompetensi Kurikulum Tematik Berstandar Sertifikasi Cambridge ... 3. Tabel Kompetensi – Indikator Kurikulum Tematik Berstandar Sertifikasi Cambridge ………….………... 4. Contoh-contoh Silabus Kurikulum Tematik Berstandar Sertifikasi Cambridge ... 5. Contoh-contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan

Rencana Penilaian Kurikulum Tematik Berstandar Sertifikasi

Cambridge ... 6. Kajian SK-KD KTSP vs CIPP Bahasa Inggris Kelas 1,2 dan 3 ……... 7. Kajian SK-KD KTSP vs CIPP Matematika Kelas 1,2 dan 3 ………… 8. Kajian SK-KD KTSP vs CIPP Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Kelas 1,2 dan 3 ………...……. 9. Pedoman wawancara dan Observasi ... 10. Instrumen Penelitian Tahap Uji Coba Draft Awal Terhadap Dokumen Kurikulum Berstandar Sertifikasi Cambridge ... 11. Pedoman Observasi Kegiatan Pembelajaran ... 12 . Instrumen Penelitian Tahap Uji Coba Lebih Luas Terhadap

Kurikulum Tematik Berstandar Sertifikasi Cambrdige ... 13. Surat-surat ... 14. Riwayat Hidup ...

Halaman 185

216

271

308

320 358 365

390 403

404 408

409 412 422


(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah.Apakah artinya hal tersebut bagi dunia pendidikan? Jawaban atas pertanyaan tersebut dengan bahasa yang sederhana dapat dijelaskan sebagai berikut: globalisasi ditandai dengan adanya persaingan antar negara, baik tingkat regional (ASEAN) maupun internasional. Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di tengah-tengah dunia yang baru, dunia terbuka sehingga orang bebas membandingkan keadaan Indonesia dengan keadaan negara lain.

Pendidikan merupakan aspek penting dalam era globalisasi. Globalisasi pendidikan di Indonesia harus mampu mengejar ketertinggalannya untuk menyamai kualitas pendidikan di negara-negara maju. Kenyataannya Indonesia belum siap untuk mencapai kualitas tersebut. Pendidikan di Indonesia masih berkutat menyuguhkan pengetahuan yang bersifat textbook yang menjadikan daya nalar siswa tidak berkembang dan hanya berpatokan pada satu buku pegangan yang dipakai di sekolah. Jika Indonesia tidak ikut dalam arus globalisasi, Indonesia akan semakin tertinggal.

Kesiapan pendidikan Indonesia menghadapi globalisasi dapat dilihat dengan berbagai takaran dan ukuran yang diakui dunia. Untuk mengetahui posisi Indonesia di dunia mungkin tidak harus membandingkannya dengan negara-negara yang secara geografis letaknya jauh, cukup dengan melihat posisinya di antara sesama negara Asia Tenggara.


(15)

2 Indeks Pembangunan Pendidikan atau EDI (Education Development Index) yang terdapat pada laporan EFA (Education For All) yang dipublikasikan dalam Global Monitoring Report yang dikeluarkan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa Bangsa (UNESCO) setiap tahun menunjukkan hasil pemantauan reguler pendidikan dunia.

Dalam laporan yang dipublikasikan bulan November 2007 (kabidsekmen, 2009),

EDI mengkompilasi data pendidikan dari 129 negara di seluruh dunia dengan membaginya menjadi tiga kategori penilaian, yaitu kelompok negara dengan indeks pendidikan tinggi (0,950 ke atas), sedang (0,800 sampai di bawah 0,950) dan rendah (di bawah 0,800).

Pada pembagian ini tercatat enam negara Asia Tenggara, yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Vietnam, Myanmar, dan Kamboja, berada di kelompok negara dengan kategori EDI sedang. Sementara itu, Brunei Darussalam pada tahun 2007 masuk dalam kelompok negara dengan indeks pembangunan pendidikan tinggi. Negara Asia Tenggara lain , yaitu Laos, termasuk dalam kelompok negara dengan indeks pendidikan rendah.

Pada Global Monitoring Report 2008, Indonesia berada pada EDI kategori sedang bersama 53 negara lainnya. Posisi Malaysia dibandingkan dengan posisi pada tahun 2007, melonjak enam tingkat dari peringkat 62 menjadi 56. Sebaliknya, peringkat Indonesia turun dari posisi 58 menjadi 62. Nilai total EDI yang diperoleh Indonesia juga turun 0,003 poin dari 0,938 menjadi 0,935. Sementara itu, Malaysia berhasil meraih total nilai 0,945 atau naik 0,011 poin dari tahun sebelumnya.

Satu hal yang patut dicatat, tahun 2008 Malaysia berhasil meraih poin 0,945 atau hanya memerlukan 0,005 poin lagi untuk masuk kelompok negara dengan indeks pendidikan tinggi. Di lain pihak, Indonesia sedikitnya membutuhkan 0,015 poin lagi


(16)

3 untuk masuk dalam kategori EDI tinggi. Hasil indeks pembangunan pendidikan ini menunjukkan adanya pergeseran posisi Indonesia dan Malaysia. Jika tahun-tahun sebelumnya peringkat Indonesia selalu berada di atas Malaysia, kali ini terjadi perbedaan hasil yang cukup signifikan sehingga hasilnya menjadi terbalik.

Fakta lain yang dihadapi Indonesia adalah hasil penilaian yang didapat dari keikutsertaan Indonesia dalam kegiatan penilaian yang dilakukan oleh TIMMS (Trends International in Mathematicss and Science Study) yang diperuntukan bagi siswa kelas 4 (usia 9 tahun) dan siswa kelas 8 (usia 13 tahun) dan PISA (Programme for International Students Assessment) yang diperutukan bagi siswa berusia 15 tahun.

Tabel 1.1. Peringkat Indonesia dalam TIMMS dan PISA

No. Kegiatan Penyelenggara Tahun Mata Pelajaran Peringkat Indonesia Jumlah Negara Peserta 1. TIMSS IEA

(International Educational Achievement)

1999 *) Matematika 34 38

IPA 32 38

2003 *) Matematika 35 46

IPA 37 46

2007 *) Matematika 36 49

IPA 35 49

2. PISA OECD

(Organization for Economic Co-operation and Development)

2000 **) Matematika 39 41

IPA 38 41

Membaca 39 41

2003 **) Matematika 38 40

IPA 38 40

Membaca 39 40

2006 *) Matematika 50 57

IPA 50 57

Membaca 48 56

2009 *) Matematika 61 65

IPA 60 65

Membaca 57 65

Sumber : *) Badan Penelitian Pengembangan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2011)

**) Thomson, Sue dan De Bortoli, Lisa (2008)

Dari hasil TIMMS dan PISA seperti tersaji dalam Tabel 1.1., tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan di Indonesia belum siap menghadapi globalisasi. Ketua Pusat Penilaian


(17)

4 Pendidikan Departemen Pendidikan Nasional, Bahrul Hayat, Ph.D, selaku ketua Tim peneliti OECD PISA Indonesia (Crocodilusdaratensis, 2009:1-3) mengatakan:

rendahnya kemampuan membaca rata-rata peserta didik Indonesia didasarkan atas fakta bahwa 69 persen peserta didik yang diteliti baru berkemampuan tahap-I, yakni sekadar membaca, belum mampu ke tahap-II (interpretatif), tahap-III (refleksi) dan tahap-IV (evaluasi). Dari penelitian itu juga diketahui bahwa 70 persen peserta didik Indonesia hanya mampu menguasai matematika dan ilmu pengetahuan alam sebatas memecahkan satu permasalahan sederhana (tahap-I), belum mampu menyelesaikan dua masalah (tahap-II), belum mampu menyelesaikan masalah kompleks (tahap-III) dan masalah rumit (tahap-IV).

Dengan kata lain, rata-rata peserta didik Indonesia hanya bisa membunyikan simbol bacaan dan masih jauh dari pemahaman yang lebih utuh lagi. Dari sisi matematika peserta didik Indonesia hanya mampu menyelesaikan satu langkah persoalan matematika, kemudian dari sisi ilmu pengetahuan alam, peserta didik Indonesia hanya mampu mengingat fakta, terminologi, dan hukum-hukum pengetahuan alam serta menggunakan pengetahuan alam yang bersifat umum dalam mengambil kesimpulan.

Dari hasil penelitian Tim Pusat Pengembangan Penataran Guru Matematika di beberapa Sekolah Dasar di Indonesia (Crocodilusdaratensis, 2009:1-3) diungkapkan :

kesulitan siswa dalam belajar matematika yang paling menonjol adalah keterampilan berhitung yaitu 51%, penguasaan konsep dasar yaitu 50%, dan penyelesaian soal pemecahan masalah yaitu 49%.. Dari data tersebut dapat dikatakan kemampuan atau kompetensi dasar peserta didik di Indonesia masih rendah.

Dari kelemahan membaca, penguasaan matematika dan ilmu pengetahuan alam, dapat ditengarai adanya permasalahan dalam proses pembelajaran di Indonesia hingga dipandang perlu untuk merevisi kurikulum pendidikan agar dapat mendorong siswa meningkatkan kemampuan di tiga bidang ilmu tersebut. Permasalahan Proses Pembelajaran yang dimaksud tentunya dikhususkan pada mata pelajaran Bahasa Inggris, Matematika dan IPA.


(18)

5 1. Bahasa Inggris

Menurut Depdiknas dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi: Bahasa Inggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan dan tulis. Berkomunikasi adalah memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan, dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya dengan menggunakan bahasa tersebut. Kemampuan berkomunikasi dalam pengertian yang utuh adalah kemampuan berwacana, yakni kemampuan memahami dan/atau menghasilkan teks lisan dan/atau tulis yang direalisasikan dalam empat keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keempat keterampilan inilah yang digunakan untuk menanggapi atau menciptakan wacana dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, mata pelajaran bahasa Inggris diarahkan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan tersebut agar lulusan mampu berkomunikasi dan berwacana dalam bahasa Inggris pada tingkat literasi tertentu. Sejalan dengan penjelasan di atas, tujuan pembelajaran bahasa Inggris di Indonesia diarahkan agar peserta didik memiliki kemampuan mengembangkan kompetensi berkomunikasi dalam bentuk lisan secara terbatas untuk mengiringi tindakan

(language accompanying action) dalam konteks sekolah, memiliki kesadaran tentang hakikat dan pentingnya bahasa Inggris untuk meningkatkan daya saing bangsa dalam masyarakat global, dan mengembangkan pemahaman peserta didik tentang keterkaitan antara bahasa dengan budaya.

Permendiknas No. 23 Tahun 2006, tentang Standar Kelulusan menyatakan bahwa secara umum tujuan pembelajaran bahasa Inggris di Indonesia adalah membawa peserta didik untuk mampu “menunjukkan keterampilan menyimak, membaca, menulis, dan berbicara dalam bahasa Inggris”.


(19)

6 Standar Isi dan Standar Kelulusan telah ditentukan, namun Bahasa Inggris di Sekolah Dasar hanya berstatus sebagai mata pelajaran muatan lokal. Materinya pun kemudian hanya sebatas mengerjakan soal tata bahasa (grammar) dan wacana

(reading comprehension). Kegiatan belajar-mengajar seperti ini mengarahkan peserta didik hanya mampu mengerjakan soal-soal reading dan grammar seperti yang dijumpai dalam Ujian Nasioal (UN). Kemampuan menyimak, berbicara dan menulis dianggap kurang begitu penting, karena memang tidak diujikan di UN, andaikata ini dilakukan hanyalah untuk keperluan ujian praktek. Pola pembelajaran seperti ini tidak menjadikan peserta didik mampu berwacana dan berkomunikasi dalam bahasa Inggris.

Apabila guru mengajar hanya berdasarkan halaman di buku dan terfokus pada pemahaman teks bacaan dan tata bahasa, maka sudah bisa dipastikan peserta didik tidak akan memiliki kesempatan untuk mempraktekkan penggunaan Bahasa Inggris dalam komunikasi. Hasilnya, peserta didik tidak mampu menggunakan bahasa Inggris secara aktif. Perlu diakui, permasalahan pembelajaran Bahasa Inggris terjadi karena pola pembelajaran yang salah.

2. Matematika

Tujuan pembelajaran matematika dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006 menunjukkan bahwa penguasaan matematika tidak hanya sebatas penguasaan fakta dan prosedur. Penguasaan matematika merupakan kemampuan proses cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten dan inkonsistensi. Kemampuan berpikir matematika menjadi salah satu tolok ukur


(20)

7 tercapainya tujuan pembelajaran matematika, seperti kemampuan berpikir kritis, kreatif, logis, analitis, dan reflektif.

Selama ini para guru matematika cenderung kurang mengoptimalkan kemampuan berpikir matematika siswa dalam pembelajaran. Guru hanya mengajarkan rumus-rumus matematika dan selanjutnya peserta didik menghafalkannya sehingga dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah. Guru cenderung mengajarkan matematika dengan menekankan proses penghafalan konsep atau prosedur, pemahaman konsep matematika yang rendah. Hal ini mengakibatkan tingkat kompetensi kognitif peserta didik hanya berada pada tataran rendah, sehingga tidak mampu menyelesaikan permasalahan yang kompleks.

Pendekatan pembelajaran yang digunakan umumnya masih berpusat pada guru. Dalam hal ini, guru menyampaikan pelajaran matematika dengan metode tradisional berbentuk ceramah, dan menekankan pada latihan-latihan soal atau drill and practice, prosedural,penggunaan rumus yang dihafalkan dan siap pakai. Meski guru setuju dengan pandangan bahwa matematika bukan pelajaran hafalan, namun guru berpendapat matematika harus disertai latihan-latihan soal yang banyak dan sering, karena menurut guru banyak hal dapat dijumpai dalam latihan soal. Konsep tidak akan membuat peserta didik mahir mengerjakan soal, drilling and

practice-lah yang mampu mengasah ketrampilan matematika pesera didik. Pandangan guru yang demikian membuat peserta didik mampu menyelesaikan banyak soal namun tanpa pemahaman yang mendalam, yang mengakibatkan kemampuan penalaran dan kompetensi berpikir tematis dan kritis tidak terbentuk. Peserta didik hanya memiliki kemampuan terbatas memecahkan satu permasalahan sederhana, belum


(21)

8 mampu menyelesaikan dua masalah, belum mampu menyelesaikan masalah kompleks apalagi masalah rumit.

3. IPA

Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar seperti yang diatur dalam Permendiknas No. 23 Tahun 2006 menyatakan bahwa pembelajaran IPA dibagi dalam dua aspek yaitu kerja ilmiah dan pemahaman konsep. Lingkup kerja ilmiah meliputi kegiatan penyelidikan, berkomunikasi ilmiah, pengembangan kreativitas, pemecahan masalah, sikap, dan nilai ilmiah untuk memperoleh pemahaman atau penemuan konsep IPA.

Lingkup kerja ilmiah bukanlah penguasaan kumpulan pengetahuan, tapi justru suatu proses untuk mencari pengetahuan secara sistematis. Hal ini memerlukan ketrampilan proses dasar misalnya mengamati, mengukur, mengklasifikasikan, mengkomunikasikan, mengenal hubungan ruang dan waktu, serta ketrampilan proses terintegrasi misalnya merancang dan melakukan eksperimen yang meliputi menyusun hipotesis, menentukan variabel, menyusun definisi operasional, menafsirkan data, menganalisis dan mensintesis.

Lingkup kerja ilmiah perlu diciptakan dalam pembelajaran sehingga mendorong peserta didik untuk aktif dan ingin tahu. Pembelajaran menjadi kegiatan investigasi untuk mengumpulkan fakta dan data, sehingga dapat dilakukan generalisasi agar peserta didik memiliki pemahaman konsep yang baik. Kegiatan belajar IPA seperti ini dapat menumbuhkan sikap ilmiah dalam diri peserta didik.

Aspek pembelajaran IPA sebagaimana tertuang dalam Permendiknas No. 23 Tahun 2006 setelah sampai di ruang kelas secara umum telah direduksi atau


(22)

9

dikurangi porsinya menjadi sekedar pemindahan konsep-konsep yang kemudian menjadi bahan hafalan bagi peserta didik. Tidak jarang pembelajaran IPA bahkan dilaksanakan dalam bentuk latihan-latihan penyelesaian soal-soal tes, semata-mata dalam rangka mencapai target nilai tes tertulis yang dilatihkan untuk menempuh

UASBN (Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional) sebagai “ukuran utama” prestasi

siswa dan kesuksesan guru dalam mengelola pembelajaran. Pembelajaran IPA yang demikian jelas lebih menekankan pada penguasaan sejumlah konsep dan kurang menekankan pada penguasaan kemampuan dasar kerja ilmiah atau keterampilan proses IPA.

Aspek pembelajaran IPA yang tereduksi ini mengakibatkan peserta didik hanya mampu mengingat fakta, terminologi, dan hukum-hukum pengetahuan alam. Tidak mengherankan apabila peserta didik Indonesia yang berkompetisi pada

TIMMS dan PISA dinilai tidak memiliki kemampuan berpikir ilmiah dan tidak mampu bekerja serta bersikap ilmiah. Disinilah letak kekalahan mutu pembelajaran IPA di Indonesia yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar peserta didik Indonesia di bidang IPA.

Permasalahan di atas adalah sebuah tantangan bagi semua pihak yang terlibat dalam usaha peningkatan mutu pendidikan di Indonesia, terutama pihak penyelenggara pendidikan dan pengelola pendidikan. Sekolah sebagai penyelenggara pendidikan formal harus mampu menciptakan iklim pembelajaran yang dapat membina anak-anak Indonesia menjadi insan yang berkualitas dan mampu bersaing di dunia global.

Perwujudannya harus dimulai sejak dini, yaitu sejak anak-anak Indonesia berada pada jenjang pendidikan pendidikan dasar. UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem


(23)

10 pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah serta Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah, atau bentuk lain yang sederajat.

Nyatalah bahwa sebagai penggalan pertama, pendidikan yang diselenggarakan di Sekolah Dasar harus mengarah kepada upaya pembinaan kemampuan yang fundamental agar menjadi dasar yang kuat bagi perkembangan selanjutnya. Pembelajaran di Sekolah Dasar merupakan dasar dari pembentukan insan-insan Indonesia seutuhnya. Lulusan Sekolah Dasar diharapkan dapat membekali dirinya dengan kemampuan dasar yang memungkinkan mereka mau dan mampu meningkatkannya dalam proses pendidikan formal di jenjang pendidikan selanjutnya.

Dengan memakai metode analogi, proses pendidikan bisa diibaratkan suatu bangunan, dengan pendidikan dasar sebagai fondamen atau peletak dasar dari berbagai kompetensi yang akan dibangun di atasnya. Tanpa fondasi yang kokoh, pendidikan, sebagaimana bangunan akan mudah runtuh. Oleh sebab itu, pembelajaran di tingkat Sekolah Dasar harus lah diupayakan sesempurna mungkin. Selain kompetensi yang terkait dengan mata pelajaran, pemupukan kecintaan belajar merupakan hal yang kritis untuk dibina di tingkat SD. Dengan demikian, kurikulum perlu dirancang dengan memerhatikan segala aspek, baik hard competencies maupun soft competencies.

Peningkatan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah

S e k o lah M e n e n g ah H ar d C o m p e te n ci e s So ft C o mp e te n ci e s


(24)

11

Gambar 1.1. Analogi Kurikulum Sekolah Dasar sebagai Fondasi Pendidikan

Kurikulum di Sekolah Dasar memegang peranan kunci karena bertugas meletakkan dasar-dasar bagi pembentukan manusia Indonesia seutuhnya. Laksana sebuah bangunan, kurikulum di Sekolah Dasar merupakan fondasi bagi pendidikan cita-cita kebangsaan dan merupakan bekal dasar bagi pengembangan kehidupan peserta didik baik dalam kehidupannya di masyarakat maupun untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Oleh sebab itu, pengembangan kurikulum di jenjang Sekolah Dasar merupakan kepentingan nasional yang sangat strategis.

Data-data pada EDI, TIMSS, PISA , data hasil penelitian terhadap pembelajaran di tingkat Sekolah Dasar, serta pandangan perlu adanya kurikulum Sekolah Dasar yang merupakan fondasi kokoh bagi kompetensi yang akan dibangun di jenjang pendidikan selanjutnya memberikan dorongan agar peningkatan mutu pendidikan harus dimulai dengan melakukan pembenahan kurikulum di jenjang Sekolah Dasar. Hal ini perlu dilakukan agar dapat dicapai peningkatan mutu pendidikan yang merupakan prioritas bagi Indonesia dalam menyelenggarakan pendidikan di abad 21.

Dari buku yang ditulis Tilaar (2002;6-7) disarikan bahwa terdapat empat ciri utama kehidupan masyarakat dunia abad 21, yaitu :

1) terbentuknya dunia tanpa batas (borderless world);

2) pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta aplikasinya dalam kehidupan manusia;

3) meningkatnya kesadaran terhadap hak asasi dan kewajiban manusia (human rights and obligation); serta


(25)

12 Pernyataan Tilaar ini mengingatkan masyarakat Indonesia untuk segera membangun kesiapan menghadapi AFTA (ASEAN Free Trade Area) di tahun 2015 mendatang, yakni kesiapan dalam menghadapi pasar bebas ASEAN. Indonesia akan menjadi daerah yang terbuka bagi segala jenis persaingan. Indonesia harus memiliki kesiapan ini bukan hanya di bidang ekonomi dan pariwisata tetapi juga dalam penyiapan persaingan pelayanan pendidikan.

Sekolah-sekolah asing akan tumbuh dan menjadi pesaing dalam hal kualitas. Oleh sebab itu, sistem pendidikan di Indonesia dituntut untuk menyiapkan SDM yang bermutu, yaitu memiliki kemampuan bersaing dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Dalam era persaingan global SDM Indonesia harus mampu menguasai keahlian yang terus berkembang, mampu bekerja secara profesional, mau belajar sepanjang hayat, serta mampu menghasilkan karya unggul yang dapat bersaing di pasar global. Oleh karena itu, kebijakan dan program-program pembangunan pendidikan nasional perlu dibangun dalam kerangka itu. Peningkatan mutu dan relevansi pendidikan adalah tantangan yang paling penting dalam pembangunan pendidikan nasional. Kompetisi antar sekolah di Indonesia sudah terjadi, kini perlu juga mempersiapkan diri untuk bersaing dengan sekolah asing yang akan segera membuka lahan di Indonesia.

Itulah makna dari globalisasi yang sering didengung-dengungkan saat ini, kelak akan memunculkan iklim persaingan yang ketat. Pengetahuan dan wawasan yang luas amat diperlukan agar dapat memenangi persaingan tersebut. Bagi dunia pendidikan, masalahnya adalah bagaimana agar tujuan pendidikan nasional dapat tercapai seiring dengan pemenuhan kebutuhan pendidikan global yang harus ditunaikan, agar lulusan dapat berfungsi secara efektif dalam kehidupan masyarakat global. Inilah tantangan untuk mengembangkan sistem pendidikan yang sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman,


(26)

13 yakni menghasilkan produk nasional yang berkualifikasi internasional. Untuk itu, dunia pendidikan memerlukan sekolah yang berkualitas, yang tidak hanya mengembangkan keunggulan lokal, tetapi juga perlu menyikapi tersedianya satuan pendidikan yang mampu menghasilkan lulusan kaliber dunia di Indonesia. Inilah salah satu upaya untuk meningkatkan daya saing melalui pendidikan. Sistem pendidikan yang baik akan mempengaruhi kualitas SDM.

Membangun sistem pendidikan tidak dapat terlepas dari kebijakan mengenai kurikulum. Kurikulum adalah inti dunia pendidikan. Untuk itu kurikulum perlu dirancang dan disempurnakan dari waktu ke waktu. Kurikulum juga perlu dijaga kesinambungannya dari pendidikan prasekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi untuk meningkatkan mutu pendidikan secara nasional. Makna dari kurikulum yang dimaksud adalah mencakup semua pengalaman yang dilakukan oleh siswa dan dirancang, diarahkan, diberikan, dibimbing serta dipertanggungjawabkan oleh sekolah.

B. Identifikasi Masalah

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perubahan yang terjadi dalam masyarakat merupakan hal yang harus segera ditanggapi dan dipertimbangkan. Pengembangan kurikulum merupakan suatu tuntutan yang harus dilakukan. Pertanyaan yang timbul adalah, kemana arah proses pengembangan kurikulum perlu dilakukan. Untuk menjawab hal ini, perlu dilihat beberapa pemicu atau faktor pendukung. Pemicu yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan diantaranya adalah:

1. Kebijakan yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan, pasal 1 dan pasal 2 menyatakan bahwa:


(27)

14 Satuan pendidikan dasar dan menengah mengembangkan dan menetapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah sesuai kebutuhan satuan pendidikan berdasarkan pada:

a. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 36 sampai dengan Pasal 38 tentang kurikulum

b. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 5 sampai dengan Pasal 18 tentang standar isi, dan Pasal 25 sampai dengan Pasal 27 tentang standar kompetensi lulusan

c. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah;

d. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Satuan pendidikan dasar dan menengah dapat mengembangkan kurikulum dengan standar yang lebih tinggi sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah serta Standar Kompentesi Lulusan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

2. Yayasan penyelenggara pendidikan (swasta) menangkap peluang dibalik adanya kompetisi yang tajam antar sekolah. Rencana Strategi (Renstra) Kementrian Pendidikan Nasional 2010-2014 (Depdiknas, 2009:21) mencantumkan bahwa sekurang-kurangnya 50% kabupaten/kota harus memiliki Sekolah Dasar SBI (Sekolah Bertaraf Internasional) atau RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf


(28)

15 Internasional). Dokumen Renstra Kementrian Pendidikan Nasional 2010-2014 (Depdiknas, 2009:44) juga mencantumkan bahwa sudah ada 22 sekolah SD bertaraf internasional atau dirintis internasional pada tahun 2006, tahun 2007 ada 141 sekolah, tahun 2008 ada 207 sekolah, dan tahun 2009 ada 273 sekolah.

Dengan realita di atas, yayasan penyelenggara pendidikan ditekan untuk melakukan terobosan supaya mampu bersaing dengan SBI atau RSBI yang semakin menjamur. Yayasan menghadirkan konsultan pendidikan, bersikap lebih membuka diri, serta berancang-ancang membuat rencana pembaharuan. Yayasan menyempurnakan visi, misi dan strategi. Yayasan juga menyusun Rencana Anggatan Pendapatan dan Belanja untuk meningkatkan segala jenis faktor pendukung yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan sesuai kebutuhan pendidikan di abad 21.

3. Banyak sekolah sudah mampu membuat KTSP sendiri. Sekolah memiliki Standar Isi dan Standar Kriteria Lulusan yag lebih tingi dari yang ditetapkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2006 dan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2006. Banyak sekolah memasukkan menu pelajaran bahasa Inggris sedini mungkin. disiapkan yayasan untuk menyambut era globalisasi, ada juga sekolah yang melaksanakan proses perujukan (benchmarking), menentukan dan meningkatkan indikator mutu yang sudah dicapai dan melakukan perbandingan dengan sekolah rujukan. Tanpa tanggung-tanggung ada juga sekolah yag sudah menerapkan kurikulum yang diperkaya dengan kurikulum sekolah unggul di negara lain.

4. Kepala sekolah dan para guru giat melakukan peningkatan kompetensi terutama dalam berbahasa Inggris dan memanfaatkan teknologi serta komputer. Sebagai


(29)

16 ujung tombak pendidikan turut memutar otak, berpikir dan mensiasati “rebutan” peserta didik. Mereka rela hati belajar ilmu baru “marketing strategy” yang sebelumnya tidak pernah mereka jamah, demi keberlangsungan hidup di tempat kerja mereka. Mereka berlomba merebut pasar, meningkatkan mutu pendidikan, dan mencari “warna” yang dapat diangkat menjadi ciri khas atau keungulan sekolah.

5. Banyak peserta didik yang bergairah mengikuti kompetisi pada tingkat nasional dan internasional baik di dalam maupun di luar negeri. Alhasil, banyak peserta didik berhasil mencapai berbagai prestasi internasional, sehingga dirasa sudah saatnya kurikulum dikembangkan dengan mengacu salah satu kurikulum internasional.

6. Arus kebutuhan masyarakat masa kini adalah menyekolahkan anak di sekolah bermutu. Para orang tua ingin agar anaknya mendapatkan pendidikan di sekolah yang kurikulum diakui secara internasional sekaligus memiliki kemampuan berkomunikasi bahasa Inggris yang lancar. Selain itu, masyarakat percaya bahwa kualitas pendidikan di luar negeri lebih tinggi dari pendidikan di dalam negeri. Arus (trend) kebutuhan di atas dan tuntutan pesaing mendorong pengembangan kurikulum menjadi setaraf dengan kurikulum di luar negeri.

7. Sistem nilai yang baru menyatakan bahwa kesejahteraan bangsa Indonesia di masa depan bukan lagi bergantung pada sumber daya alam dan modal yang bersifat fisik, tetapi pada modal intelektual, sosial, dan kredibilitas sehingga tuntutan untuk terus menerus memutakhirkan pengetahuan menjadi suatu keharusan. Mutu lulusan tidak cukup diukur dengan standar lokal saja sebab perubahan global telah sangat mempengaruhi pendidikan di Indonesia.


(30)

17

Latar belakang masalah yang telah disajikan di atas ditambah dengan adanya 7 (tujuh) pemicu atau faktor pendukung tersebut di atas, mendorong perlunya dilakukan pengembangan kurikulum yang mengarah kepada kurikulum yang diperkaya dengan kurikulum unggulan dari negara maju atau kurikulum yang mengacu pada salah satu kurikulum yang diakui secara internasional.

Langkah-langkah pengembangan kurikulum yang akan dilakukan mengacu pada Sukmadinata (2004:71), yakni:

a. Identifikasi kebutuhan pendidikan b. Analisis dan pengukuran kebutuhan c. Penyusunan desain kurikulum

d. Validasi kurikulum (ujicoba dan penyempurnaan) e. Implementasi kurikulum, dan

f. Evaluasi kurikulum

Identifikasi kebutuhan pendidikan ditujukan untuk menghimpun data mengenai jenis kompetensi yang dibutuhkan untuk dapat melanjutkan ke tingkat pendidikan berikutnya serta jenis program pendidikan yang masih langka namun sangat dibutuhkan masyarakat luas.

Analisis dan pengukuran kebutuhan pendidikan termasuk dalam tahap awal yang harus dilakukan apabila ingin melakukan pengembangan kurikulum atau ingin memperbaiki kurikulum agar sesuai dengan yang diharapkan. Tahap ini akan melalui jalan yang panjang. Secara umum, analisis dimulai dengan melakukan kajian terhadap keadaan sekarang dan membandingkannya dengan keadaan yang diharapkan (ideal). Dengan demikian akan ditemukan perbedaan yang disebut kesenjangan. Dengan ditemukannya penyebab kesenjangan, dapatlah dirumuskan masalah yang akan dipecahkan segera atau yang disebut kebutuhan. Dalam tahap ini diinventarisasi


(31)

18 mencapai harapan yang ideal tersebut, kemudian dilakukan analisis kompetensi dan sub kompetensi yang harus dimiliki.

Penyusunan desain atau rancangan kurikulum adalah langkah dalam membangun kurikulum ketika pekerja kurikulum membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk menghasilkan desain yang akan digunakan oleh guru dan peserta didik. Dalam tahap ini dilakukan perumusan tujuan, materi pembelajaran, metode atau strategi pembelajaran, media serta evaluasi hasil pembelajaran.

Validasi kurikulum (ujicoba dan penyempurnaan) dimaksudkan untuk melakukan ujicoba terhadap desain atau rancangan kurikulum yang telah disusun. Selama proses ini dijalankan, perlu dilakukan pemantauan secara terus-menerus hingga diketahui ketepatan, kelemahan dan kekuatan desain kurikulum sebagai bahan pertimbangan untuk penyempurnaan.

Implementasi kurikulum atau biasa disebut juga pelaksanaan kurikulum berusaha mengalihkan perencanaan kurikulum menjadi tindakan operasional. Dalam tahap ini sedapat mungkin segala faktor penunjang yang dituntut dalam desain kurikulum dapat tersedia dan digunakan sesuai rencana.

Evaluasi kurikulum merupakan tahap akhir pengembangan kurikulum untuk menentukan seberapa besar hasil-hasil pembelajaran, tingkat ketercapaian program yang telah direncanakan, dan hasil-hasil kurikulum itu sendiri. Hasil evaluasi dapat digunakan untuk penyempurnaan desain, implementasi, faktor pendukung maupun untuk modifikasi evaluasi itu sendiri.

Secara sederhana, identifikasi masalah dapat digambarkan sebagai berikut : FAKTOR-FAKTOR

PENDUKUNG :

* Kebijakan * Yayasan pengelola * Sekolah-sekolah

PENGEMBANGAN KURIKULUM :

* Identifikasi Kebutuhan pendidikan

* Analisis dan pengukuran kebutuhan

HASIL YANG DIHARAPKAN :

KURIKULUM YANG DIPERKAYA DENGAN KURIKULUM


(32)

19

Gambar 1.2. Diagram Identifikasi Masalah

Bertolak dari uraian di atas, persoalan selanjutnya adalah kurikulum unggulan dari negara mana yang akan dipilih, peserta didik di tingkat mana yang menjadi target, dan mata pelajaran apa saja yang perlu diprioritaskan. Jawaban pertanyaan di atas akan dibahas di uraian berikut ini.

Dari berbagai sistem sertifikasi yang dikenal, ada sistem sertifikasi yang populer digunakan di sekolah-sekolah di Indonesia, yakni sistem sertifikasi yang dilakukan oleh

University of Cambridge yang diakui secara internasional dan dikenal dengan nama

Cambridge International Examinations (CIE). Penyelenggaraan sertifikasi tersebut tersebar ke seluruh dunia karena banyaknya sekolah dari berbagai negara yang berminat mendapat pengakuan secara global. Meskipun negara tempat sekolah tersebut berlokasi sudah mempunyai sistem kurikulum sendiri, sekolah tetap melakukan pengembangan kurikulum berdasarkan kerangka yang digunakan CIE.

CIE adalah bagian dari Cambridge Assessment Group, organisasi nirlaba di bawah

University of Cambridge, jaringan penyelenggara ujian di Inggris yang diakui di seluruh dunia dan telah digunakan pada sekolah-sekolah di berbagai negara sejak tahun 1858. Saat ini terdapat 150 negara di dunia yang menyelenggarakan ujian dengan standar CIE. Kurikulum CIE menekankan fleksibilitas sejak pendidikan dasar hingga menengah.


(33)

20 pelajaran sesuai dengan kemampuan dan minat peserta didik, sehingga mereka bersama-sama dapat mengeksplorasi kemampuannya. Fleksibilitas ini juga terlihat dengan tidak adanya silabus, metode pembelajaran, sumber belajar, ataupun media spesifik yang diterbitkan University of Cambridge. Framework (kerangka kerja) yang diterbitkan hanya merupakan acuan dalam menempuh ujian yang dibuat University of Cambridge. Kerangka pembelajaran yang umum diterapkan di sekolah-sekolah di Inggris ini banyak juga digunakan di Amerika Serikat, Kanada, India, Selandia Baru, dan negara-negara lain di dunia dengan berbagai penyesuaian yang dilakukan terhadap kurikulum lokal yang dijalankan di berbagai negara tersebut. Untuk sekolah-sekolah anggota CIE, secara berkala Dewan dan Sindikasi Universitas akan memantau dan mengarahkan pelaksanaan sistem Cambridge di sekolah-sekolah yang menggunakan sistem ini.

Program pendidikan Cambridge terdiri dari empat kualifikasi:

Cambridge International Primary Program (CIPP): 5-11 tahun. Mempelajari bidang akademik Bahasa Inggris, Matematika, dan Ilmu Pengetahuan Alam melalui tahapan-tahapan yang disusun berdasarkan kemampuan alami anak saat itu.

Lower Secondary Program: 11-14 tahun. Meneruskan bidang pembelajaran dari pelajaran dasar (Bahasa Inggris, Matematika, dan Ilmu Pengetahuan Alam), ditambah dengan mempersiapkan anak untuk menempuh International General Certificate of Secondary Education (IGCSE) atau O Level.

Middle Secondary: 14-16 tahun. Tahap ini terkenal dengan kurikulum International General Certificate of Secondary Education (IGCSE) atau O level. Peserta didik yang hendak melanjutkan pendidikan ke tingkat lebih tinggi harus melalui ujian IGCSE atau

O level. Kualifikasi O level terutama dirancang untuk peserta didik yang bahasa utamanya bukan bahasa Inggris.


(34)

21  Upper Secondary: 16-18 tahun. Kualifikasi Internasional A level, diperlukan untuk melanjutkan pendidikan ke universitas di seluruh dunia. Kelulusan ujian A level

sekaligus merupakan bukti kemampuan akademik untuk melanjutkan studi ke universitas yang menerima sistem Cambridge. Sedikitnya diperlukan sekitar dua tahun untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat menuntaskan jenjang A level. Pada tahap ini peserta didik bebas memilih mata pelajaran yang diminati sesuai kemampuan mereka.

Untuk setiap kelulusan pada masing-masing kualifikasi tersebut, CIE mengeluarkan sertifikat yang menjelaskan mengenai pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki lulusannya, diukur dengan standar CIE yang telah diakui secara internasional. Hal tersebut menjadi alasan timbulnya isilah “standar sertifikasi Cambridge”.

Karakteristik-karakteristik CIE yang telah disebutkan di atas menjadi pertimbangan untuk dilakukannya pengembangan Kurikulum Berstandar Sertifikasi Cambridge, dengan cara menggabungkan SK-KD KTSP rancangan BSNP dengan SK-KD yang terdapat dalam framework CIPP. Fokus penelitian pengembangan kurikulum ini dapat dinyatakan dalam bentuk diagram sebagai berikut :

LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN KURIKULUM

* Identifikasi Kebutuhan pendidikan

* Analisis dan pengukuran kebutuhan

* Penyusunan desain kurikulum

* Validasi kurikulum (uji coba dan penyempurnaan) KURIKULUM BERSTANDAR SERTIFIKASI CAMBRIDGE * CIPP

* O Level

* As Level

JENJANG PENDIDIKAN

* PAUD

* SD Kls.1,2,3

* SD Kls.4,5,6

* SMP

MATA PELAJARAN

* Pendidikan Agama * Pendidikan Kewarganegaraan * Bahasa Indonesia

* Bahasa Inggris * Matmatika

* Ilmu Pengetahuan Alam

* Ilmu Pengetahuan Sosial * Seni Budaya & Ketrampilan * Pend.Jasmani, OR &


(35)

22

Gambar 1.3. Fokus Penelitian

Fokus pengembangan kurikulum berstandar sertifikasi Cambridge yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengembangan kurikulum dalam tahap penyusunan desain kurikulum Sekolah Dasar kelas rendah (kelas 1, 2 dan 3) dalam mata pelajaran Bahasa Inggris, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, dengan pertimbangan adanya jaminan keberhasilan (assurance) sesuai uraian berikut :

 Untuk mata pelajaran Bahasa Inggris, kelemahan KTSP adalah penekanan pembelajaran (delivery) hanya pada dua aspek, yakni tata-tulis (grammar) dan kemampuan membaca (reading comprehension). Aturan yang ada (Undang-Undang) mensyaratkan dicapainya kemampuan berkomunikasi. Hal ini dicakup di CIPP dengan penekanan pengajaran pada empat aspek, yakni listening (mendengarkan), speaking

(berbicara atau kemampuan lisan), reading (membaca dan mengartikan bacaan), dan

writing (menulis atau mengarang).

 Untuk mata pelajaran Matematika, pengajaran tradisional di Indonesia berpusat pada guru. Di kelas, guru sibuk mengajar dan memberi materi, sedangkan siswa dipaksa menghafal jurus pemecahan soal hasil drill and practice yang masif. Di CIPP, sesuai tuntutan undang-undang pendidikan, pembelajaran matematika mencakup berpikir kritis, kreatif, logis, analitis, disertai langkah refleksi yang membangkitkan kemampuan berpikir logis, daya nalar matematika, dan kecintaan memecahkan soal.  Untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, pengajaran klasik di Indonesia

sepenuhnya mengandalkan aspek hafalan, meski di beberapa sekolah bermutu dilengkapi dengan praktikum atau kerja laboratorium yang bermanfaat untuk


(36)

23 mengendapkan pemahaman. Pada CIPP, ditemukan konsep yang jauh berbeda, dengan penekanan pada lingkup kerja ilmiah dan pemahaman konsep.

 Hal yang lebih menguatkan lagi adalah bahwa dalam CIPP, instruksi pembelajaran untuk guru, siswa, dan sekolah telah terdokumentasi dengan lengkap dan tersusun sangat baik sebagai hasil perbaikan berkelanjutan (continuous improvement) sejak pertama kali sistem dibuat di Inggris (abad ke-XVIII). Bank soal dan tata-cara evaluasi juga sudah sangat mapan sehingga memudahkan bagi siapa saja yang berminat mengadopsi. Melalui cara ini, terbuka kemungkinan bahwa suatu saat kelak akan lahir sistem pendidikan khas Indonesia yang menyerap semua aspek unggul dari kearifan lokal dan keunggulan global.

C. Tujuan Penelitian dan Pertanyaan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah dihasilkannya Kurikulum Tematik Berstandar Sertifikasi Cambridge beserta dokumen-dokumen yang memuat kompetensi yang disyaratkan oleh BSNP ditambah kompetensi-kompetensi yang berstandar pada Sertifikasi Cambridge, serta mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pembuatan dokumen Kurikulum Tematik Berstandar Sertifikasi Cambridge yang meliputi:

1. Kurikulum Tematik Berstandar Sertifikasi Cambridge

2. Dokumen Kurikulum Tematik Berstandar Sertifikasi Cambridge yang terdiri dari : a. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kurikulum Tematik Berstandar


(37)

24 b. Contoh-contoh Silabus Kurikulum Tematik Berstandar Sertifikasi Cambridge c. Contoh-contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kurikulum Tematik

Berstandar Sertifikasi Cambridge

d. Contoh-contoh Rencana Penilain Kurikulum Tematik Berstandar Sertifikasi Cambridge

3. Keunggulan Kurikulum Tematik Berstandar Sertifikasi Cambridge

4. Faktor pendukung dan faktor penghambat yang dijumpai dalam pengembangan Kurikulum Tematik Berstandar Sertifikasi Cambridge

Tujuan di atas menghasilkan pertanyaan utama dalam penelitian ini berbunyi: “Bagaimana melakukan pengembangan Kurikulum Tematik Berstandar Sertifikasi Cambridge sehingga dapat menghasilkan lulusan nasional yang berkualifikasi internasional di tingkat Sekolah Dasar?”

Merujuk pada pertanyaan utama, penelitian ini membatasi bahwa pengembangan kurikulum yang dibahas hanyalah pada tahap penyusunan desain kurikulum, yakni penyusunan Kurikulum Tematik Berstandar Sertifikasi Cambridge disertai dokumen kurikulum berupa Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, contoh-contoh silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan rencana penilaian dari Kurikulum Berstandar Sertifikasi Cambridge.

Batasan tersebut memberikan rumusan sub pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana kurikulum tematik yang ada sekarang ?

2. Bagaimana dokumen Kurikulum Tematik berstandar Sertifikasi Cambridge yang sesuai untuk jenjang Sekolah Dasar kelas rendah ?


(38)

25 3. Apa keunggulan dari Kurikulum Tematik berstandar Sertifikasi Cambridge sehingga dapat menghasilkan lulusan nasional yang berkualifikasi internasional pada jenjang Sekolah Dasar ?

4. Faktor pendukung dan faktor penghambat apakah yang dijumpai pada proses pengembangan Kurikulum Tematik berstandar Sertifikasi Cambridge untuk jenjang Sekolah Dasar kelas rendah ?

D. Manfaat Penelitian

Signifikansi hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan antara lain sebagai berikut :

1. Secara Teoritis

Penelitian ini dapat menghasilkan prinsip yang dapat memperkaya khasanah teoritik di bidang pengembangan kurikulum, terutama dalam hal keterpaduan antara kurikulum dalam dan luar negeri suatu negara.

Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia.

2. Secara Praktis

Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan dapat memberi sumbangan : a. Bagi peserta didik :

Hasil penelitian ini dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya terutama dalam mata pelajaran Bahasa Inggris, Matematika dan IPA.


(39)

26 Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan pemahaman guru mengenai keterpaduan kurikulum terutama mengenai proses adopsi dan adaptasi kurikulum.

c. Bagi kepala Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan peningkatan peran guru sebagai pengembang kurikulum dan penyediaan sarana prasarana pendukung pelaksanaan kurikulum (pembelajaran).

d. Bagi Dinas Pendidikan setempat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam upaya melakukan binaan pada sekolah-sekolah yang ingin mencapai kualitas lulusan yang memenuhi standar nasional juga berkualifikasi internasional.


(40)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode

Research and development (penelitian dan pengembangan) yang digagas oleh Borg dan Gall (1989:624) berkeyakinan bahwa :

Education research and development is a process used to develop and validate education product. The steps of this process are usually referred to as R & D cycle, which consist of studying research findings pertinent to the product to be developed, developing the product based on the finding, field testing it in the setting where it will be used eventually, and revising it to correct the deficiencies found in the field-test data indicate that the product meet its behaviorally defined objectives.

Penelitian dan pengembangan adalah suatu proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk-produk pendidikan. Langkah-langkah proses penelitian dan pengembangan menujukkan suatu siklus, yang diawali dengan adanya kebutuhan, mengembangkan produk berdasarkan temuan, pengujian lapangan dimana produk tersebut akan digunakan, dan merevisi untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ditemukan di lapangan hingga data pengujian lapangan menunjukkan bahwa produk telah sesuai atau memenuhi tujuan yang telah ditetapkan. Sukmadinata (2008:182), memodifikasi 10 langkah dalam proses penelitian pengembangan Borg dan Gall menjadi langkah-langkah penelitian dan pengembangan sebagai berikut:


(41)

Seperti telah dikatakan pada Bab I, penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk berupa silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran dan sistem penilaian. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan berdasarkan metode penelitian Reasearch and Development dengan langkah-langkah penelitian sebagai berikut :

Gambar 3.2. Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan Kurikulum Berstandar Sertifikasi Cambridge

Langkah-langkah penelitian dan pengambangan seperti disebutkan di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Studi Pendahuluan

Dalam tahap kegiatan ini dilakukan :

a. Studi pustaka : mengkaji teori-teri kurikulum, teori-teori pengembangan kurikulum, kebijakan-kebijakan pengembangan KTSP, konsep dan kerangka kerja kurikulum Cambridge International Primary Programme(CIPP), kompetensi-kompetensi dalam KTSP dan dalam CIPP, dokumen-dokumen kurikulum (silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, sistem penilaian), metode penelitian, pembuatan instrumen penelitian.

b. Studi lapangan : melakukan survei ke sekolah untuk mendapatkan gambaran umum tentang kondisi sekolah, dokumen dan pengembangan kurikulum yang ada saat ini, melihat sarana pendukung yang telah ada, mengetahui dan

PENGEMBANGAN KURIKULUM STUDI PENDAHULUAN

Studi Pustaka

Studi Lapangan

Penyusunan Draft Awal

Uji Coba Draft Awal

Perbaikan dan Penyesuaian

Expert

Judgment Produk

Uji Coba Lebih Luas


(42)

mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan program pengembangan kurikulum.

2. Penyusunan draft awal kurikulum tematik berstandar sertifikasi Cambridge

Produk awal dari tahap ini adalah SK-KD kurikulum tematik berstandar sertifikasi Cambridge, dilanjutkan dengan draf awal silabus, RPP dan rencana penilaian untuk mata pelajaran Bahasa Inggris, Matematika dan IPA, masing-masing bagi kelas 1, 2 dan 3. Untuk itu, dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Mengkaji landasan konseptual dan kebijakan pendidikan terkait dengan pengembangan KTSP.

b. Menganalisa SK, KD dalam KTSP terhadap framework yang dimiliki CIPP

untuk menentukan perlunya adaptasi atau adopsi terhadap framework CIPP.

c. Mengidentifikasi SK, KD dan menjabarkannya dalam indikator d. Menentukan tema pembelajaran

e. Membuat pemetaan kompetensi dengan cara melakukan analisa pada setiap Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan indikator yang cocok untuk setiap tema sehingga semua standar kompetensi, kompetensi dasar terbagi habis dalam tema-tema yang ada

f. Membuat jaringan tema dengan cara menghubungkan indikator dari setiap kompetensi dasar dengan tema pemersatu, agar diketahui kaitan antara tema, KD, indikator dari setiap mata pelajaran.

g. Menetapkan alokasi waktu dari setiap tema, dilanjutkan dengan menetapkan materi pokok pembelajaran, kegiatan pembelajaran, jenis penilaian, dan sumber belajar yang diperlukan.


(43)

h. Menghasilkan draft awal dokumen kurikulum tematik berstandar sertifikasi Cambridge berupa contoh-contoh silabus, RPP dan rencana penilaian. Dalam tahap ini dilakukan analisa konsep, untuk menyiapkan bahan dokumen kurikulum (silabus, RPP dan rencana penilaian). Draft awal dokumen ini dirumuskan berdasarkan rumusan kompetensi, selanjutnya merumuskan isi, strategi pembelajaran dan sebagainya, sesuai dengan pola kurikulum sistemik agar dapat memadukan KTSP dengan CIPP.

Gambar 3.3. Langkah-langkah Penyusunan Draft Awal

3. Pelaksanaan uji coba draft awal

Uji coba draft awal merupakan uji coba terbatas yang dilakukan di satu sekolah, dimaksudkan untuk mengetahui apakah draft awal kurikulum berstandar sertifikasi Cambridge yang dihasilkan sudah cukup andal. Keandalan disini dilihat dari segi kemungkinan pelaksanaan dan keberhasilannya, hambatan dan masalah-masalah

Kaji Landasan Konseptual & Kebijakan KTSP Analisis SK-KD KTSP Penentuan : - tema - peta kompetensi

- jaringan tema - alokasi waktu - materi pokok pembelajaran, penilaian, sumber belajar, dll. Adaptasi/ Adopsi Identifikasi SK-KD & Penjabaran Indikator Analisis SK-KD Framework CIPP

Draft awal : Contoh-contoh:

Silabus, RPP, Rencana penilaian


(44)

yang timbul dan faktor-faktor pendukung yang tersedia, berkaitan dengan pelaksanaan kurikulum..

Selama pelaksanaan kurikulum dilakukan observasi yang berkenaan dengan pengembangan silabus, RPP dan rencana penilaian .

4. Pelaksanaan perbaikan dan penyesuaian

Berdasarkan hasil evaluasi dari uji coba draft awal dan berdasarkan hasil observasi pelaksanaan kurikulum, dilakukan revisi terhadap dokumen kurikulum (silabus, RPP dan rencana penilaian) yang dihasilkan pada tahap draft awal, juga dilakukan penyesuaian kurikulum dengan keadaan. Perbaikan dilakukan terhadap beberapa aspek dalam kurikulum tersebut.

5. Uji Coba lebih luas

Pelaksanaan perbaikan dan penyesuaian atas uji coba draft awal masih difokuskan pada pengembangan dan penyempurnaan materi produk. Uji coba draft awal belum memperhatikan kelayakannya apabila diterapkan di banyak sekolah. Oleh sebab itu perlu dilakukan uji coba lebih luas, yaitu melakukan uji coba pada skala yang lebih luas untuk mendapatkan hasil yang andal. Dalam hal ini uji coba lebih luas dilakukan di tiga sekolah dengan strata yang berbeda dilihat dari kemampuan daya beli masyarakat.

Tahap ini dilakukan untuk mengetahui apakah penyesuaian dan perbaikan yang dilakukan itu sudah tepat. Selain itu dilakukan observasi untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan faktor-faktor-faktor-faktor penghambat yang ditemukan.


(45)

6. Expert judgment dan produk akhir

Sebagai langkah validasi dilakukan proses expert judgment (pertimbangan ahli) yang melibatkan para pakar yang terdiri dari West Java CIE-Coordinator, dan tim konsultan dari CIE-Centre of IntegratedEducation.

Berdasarkan permasalahan yang telah teridentifikasi, peneliti mempergunakan pertimbangan para ahli tersebut untuk dapat menghasilkan dokumen kurikulum (contoh-contoh : silabus, RPP, rencana penilaian) bagi sekolah yang akan menggunakam kurikulum berdasarkan sertifikasi Cambridge.

B. Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian dilaksanakan pada semester 2 tahun ajaran 2009-2010 pada bulan Mei dan Juni 2009-2010. Rincian data yang diperlukan sesuai tahap langkah penelitian yang dilakukan adalah :

1. Dalam tahap Studi Pendahuluan dihimpun data-data yang diperlukan untuk penyusunan draft awal silabus, RPP dan rencana penilaian. Data tersebut adalah: a. data pandangan para guru tentang kurikulum yang sedang berjalan saat ini, b. data mengenai dokumen kurikulum yang saat ini dipakai,

c. data kondisi dan potensi sekolah,

d. data kondisi lingkungan dan sosial budaya setempat. e. data pengembangan kurikulum yang dilakukan sekolah, f. data harapan para guru tentang pengembangan kurikulum. g. informasi yang relevan terkait KTSP dan CIPP


(46)

a. data tentang keterbacaan draft awal silabus kurikulum tematik berstandar sertifikasi Cambridge

b. data kemudahan dan kesulitan membuat RPP dari yang dibuat berdasarkan draft awal silabus kurikulum tematik berstandar sertifikasi Cambridge

c. informasi hasil observasi tentang pelaksanaan kurikulum

d. informasi mengenai saran guru terhadap perencanaan penilaian kurikulum tematik berstandar sertifikasi Cambridge

Data dan informasi ini kelak digunakan pada saat perbaikan dan penyesuaian kurikulum tematik berstandar sertifikasi Cambridge.

3. Tahap setelah perbaikan dan penyesuaian adalah uji coba lebih luas yang dilaksanakan di 3 sekolah. Data yang dihimpun pada saat uji coba ini adalah :

a. Data penilaian terhadap dokumen kurikulum dari guru-guru di ketiga sekolah tersebut.

b. Informasi hasil observasi tentang pelaksanaan kurikulum di tiga sekolah, termasuk faktor-faktor pendukung dan penghambat yang dijumpai dalam proses pengembangan kurikulum tematik berstandar sertifikasi Cambridge. Seluruh data dan informasi yang ada menjadi pertimbangan pada tahap expert judgment.

Berdasarkan keperluan data di atas, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan penyebaran instrumen penelitian berupa angket. 1. Wawancara : digunakan untuk memperoleh data mengenai dokumen kurikulum

yang saat ini dipakai, pengembangan kurikukum yang saat ini berjalan, data kondisi dan potensi sekolah, data kondisi lingkungan dan sosial budaya setempat. Wawancara juga dilakukan untuk mendapatkan data tentang pandangan yayasan


(47)

2. Observasi digunakan untuk memperkuat hasil wawancara dalam memperoleh data tentang kondisi dan potensi sekolah, data tentang kondisi lingkungan dan sosial budaya setempat. Observasi juga dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat yang dijumpai dalam proses pengembangan kurikulum tematik berstandar sertifikasi Cambridge.

3. Instrumen penelitian berupa angket dilakukan pada saat :

a. Uji coba draft awal : angket deskriptif yang sifatnya terbuka, menjaring data tentang keterbacaan silabus, kemudahan dan kesulitan saat pembuatan RPP dan rencana penilaian.

b.Uji coba lebih luas : angket pertanyaan tertutup yang menjaring data berupa penilaian terhadap dokumen kurikulum tematik berstandar sertifikasi Cambridge.

C. Pengolahan Data

Berdasarkan data yang diperoleh, dilakukan analisis data dengan teknik analisis statistik deskriptif dengan perhitungan persen yang disajikan dalam bentuk tabel. Teknik analisis data digunakan untuk mengolah :

1. data pandangan guru terhadap draft awal silabus, RPP dan rencana penilaian 2. data tentang penilaian guru terhadap dokumen kurikulum yang telah

dikembangkan.

Prosedur statistik deskriptif dilakukan dengan langkah-langkah : 1. Identifikasi data : pemeriksaan dan klasifikasi data

2. Perhitungan data dengan menggunakan teknik statistika deskriptif 3. Membuat tabel data berdasarkan klasifikasi data


(48)

D. Lokasi Penelitian

Kegiatan penelitian ini di lakukan di empat sekolah yang sedang menjajaki kemungkinan penggunaan Kurikulum tematik berstandar sertifikasi Cambridge, yaitu :

1. SD Santa Angela, Jl. Merdeka no. 24, Bandung 2. SD Santa Melania, Jl. Melania no. 1-3, Bandung 3. SD Santa Ursula, Jl Bengawan no 2, Bandung 4. SD Santo Yusup, Jl. Jawa no. 2, Bandung

Pertimbangan pemilihan sekolah-sekolah tersebut sebagai objek penelitian, selain karena sekolah-sekolah tersebut sedang menjajaki kemungkinan penggunaan Kurikulum berstandar sertifikasi Cambridge juka dikarenakan :

1. Sekolah-sekolah tersebut seluruhnya berada di kota Bandung dan sudah menerapkan KTSP secara penuh dengan mendisain sendiri kurikulumnya.

2. Sekolah-sekolah tersebut merupakan sekolah-sekolah yang pengelolaannya dilakukan oleh yayasan-yayasan pendiikan anggota dari Majelis Pendidikan Katolik Bandung (MPK-Bandung). Berdasarkan data di MPK Bandung, sekolah-sekolah tersebut merepresentasikan kelompok masyarakat dengan kemampuan daya beli yang berbeda-beda, seperti terlihat pada tabel berikut :

Tabel 3.1. Daftar Lokasi Penelitian :

No. Nama Sekolah Kemampuan

Daya Beli Kelompok Masyarakat

1. Santa Angela Atas

2. Santa Melania Bawah

3. Santa Ursula Menengah

4. Santo Yusup Atas

3. SD Santa Angela dipilih sebagai tempat berlangsungnya uji coba draft awal, dengan pertimbangan bahwa SD Santa Angela akan mempersiapkan diri untuk melakukan pendaftaran sebagai salah satu Cambridge Center yang ada di Bandung


(49)

yang artinya akan menggunakan Kurikulum berstandar sertifikasi Cambridge, sekaligus menjadi tempat diselenggarakannya ujian-ujian Cambridge.

4. SD Santa Melania dalam pembelajaran Bahasa Inggris dibimbing langsung oleh

West Java CIE-Coordinator. Selain itu, Kurikulum SD Santa Melania secara bertahap akan mulai mengacu pada CIPP.

5. SD Santa Ursula mengarah kepada pendidikan Entrepreneurship, mengembangkan kurikulum terintegrasi untuk pembelajaran bahasa Inggris, matematika dan IPA. Khusus dalam pembelajaran bahasa Inggris, dimulai dengan Phonics di kelas 1 dan selanjutnya mengacu pada standar sertifikasi Cambridge, dibimbing langsung oleh

West Java CIE-Coordinator.

6. SD Santo Yusup merupakan sekolah yang dikelola oleh Yayasan Salib Suci. Oleh pengelolanya, SD Santo Yusup dimasukkan kedalam deretan sekolah unggulan, menggunakan bahasa Inggris sebagai pembiasaan, dan menekankan adanya pengayaan pada mata pelajaran matematika dan IPA.


(50)

175

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Setelah melaksanakan penelitian dan mengembangkan Kurikulum Tematik berstandar Sertifikasi Cambridge untuk Sekolah Dasar kelas rendah, dapatlah dikemukakan beberapa hal sebagai berikut:

1. Penelitian ini menghasilkan Kurikulum Tematik berstandar Sertifikasi Cambridge untuk Sekolah Dasar kelas rendah. Kurikulum ini disajikan berupa jaringan tema, yang menyajikan indikator-indikator kompetensi yang terikat didalamnya. Kurikulum ini disajikan di lampiran 1. Tema yang ditampilkan adalah tema dasar, sedangkan sub tema dapat ditentukan secara lugas dan fleksibel sesuai kondisi peserta didik.

2. Penelitian ini menghasilkan dokumen-dokumen Kurikulum Tematik berstandar Serifikasi Cambridge untuk Sekolah Dasar kelas rendah berupa SK-KD, contoh-contoh silabus, RPP, rencana penilaian, dengan rincian sebagai berikut :

a. Rumusan SK-KD Kurikulum Tematik berstandar Sertifikasi Cambridge merupakan integrasi antara SK-KD KTSP dan SK-KD CIPP. Pemetaan rumusan SK-KD Kurikulum Tematik berstandar Sertifikasi Cambridge terhadap tema disajikan pada lampiran 2. Rumusan SK-KD Kurikulum Tematik berstandar Sertifikasi Cambridge yang telah disertai dengan indikator ketercapaian kompetensinya disajikan secara lengkap di lampiran 3.

b. Silabus yang dibuat dengan menggunakan format yang dianjurkan oleh BSNP, mudah dimengerti dan memiliki tingkat keterbacaan yang baik sehingga dapat


(51)

176 dijadikan acuan yang sangat membantu dalam pembuatan RPP dan rencana penilaian (tersaji di lampiran 4). Silabus ini mengandung unsur-unsur:

- Materi ajar yang ditentukan sesuai dengan kompetensi yang telah ditetapkan. - Kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik, menekankan pada metode

pembelajaran yang memberikan pengalaman belajar yang variatif, melatih peserta didik trampil bekerja secara ilmiah, melatih peserta didik berpikir kritis dan analitis, berfokus pada pemahaman, tidak sekedar menekankan pada penguasaan materi yang cenderung didominasi oleh hafalan dan latihan-latihan soal.

- Sarana/sumber belajar sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik dan perkembangan teknologi.

- Penilaian yang sesuai dengan indikator

c. RPP dapat memfasilitasi peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran, meningkatkan kemampuan dan ketrampilan belajar, meningkatkan daya kompetisi, menumbuhkan karakter dalam pembelajaran (disajikan pada lampiran 5).

d. Rencana penilaian dibuat dengan memperhatikan bobot soal yang disesuaikan dengan jenis soal dan tingkat kesulitannya sehingga dapat lebih memberi penghargaan pada peserta didik yang mampu mengerjakan soal dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi (disajikan pada lampiran 5).

3. Keunggulan Kurikulum Tematik berstandar Sertifikasi Cambridge adalah :

 SK-KD Kurikulum Tematik berstandar Sertifikasi Cambridge merupakan hasil integrasi SK-KD KTSP-CIPP yang dibuat terstruktur dan sangat rinci, serta memenuhi tuntutan untuk mencapai tujuan pendidikan Indonesia tetapi juga


(52)

177 memenuhi standar sertifikasi Cambridge yang tentunya memenuhi kualifikasi internasional.

 Bahasa Inggris diberikan sejak kelas 1 dan direalisasikan dalam empat kompetensi berbahasa : mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis  Kompetensi dalam mata pelajaran matematika sejak kelas 1 sudah terfokus

pada :

- Bilangan dan sistem bilangan yang memiliki penekanan pada pemecahan masalah, pengorganisasian data dan pemakaian data. Fokus ini juga menentukan perlunya kompetensi ketrampilan mental dilatihkan sebagai upaya meningkatkan ketrampilan berpikir logik dan sistemastis.

- Bangun datar, bangun ruang dan pengukuran yang memiliki penekanan pada bangun datar, bangun ruang termasuk posisi dan pergerakannya.

 Kompetensi pembelajaran IPA ditumbuhkan dengan cara memberikan pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan ketrampilan proses dan sikap ilmiah.

 Indikator sebagai pengukur tingkat pencapaian kompetensi dibuat dengan sangat rinci, selaras dengan SK-KD hasil integrasi KTSP-CIPP yang juga sangat rinci

 Dengan adanya kompetensi dan indikator yang terstuktur dan rinci, Kurikulum Tematik Berstandar Sertifikasi Cambridge memiliki kualitas yang baik dari segi penjaminan mutu.


(53)

178 4. Faktor penghambat pengembangan kurikulum tematik berstandar sertifikasi

Cambridge adalah :

 Kurangnya kesadaran guru akan pentingnya penguasaan bahasa Inggris untuk meningkatkan daya saing bangsa dalam masyarakat global.

 Kurangnya tenaga guru yang mampu melakukan pengembangan kurikulum.

 Kurangnya kemampuan guru untuk mencari sumber belajar.

 Masih adanya rasa takut (kurang percaya diri) para guru yang menghambat dalam hal pembuatan media pembelajaran.

 Adanya dampak sosial akibat perbedaan perlakuan terhadap guru-guru yang mengajar dalam bahasa Ingris.

5. Faktor-faktor pendukung yang ditemukan dapat dirangkum sebagai berikut:

 Sekolah dengan daya dukung yang kuat mampu melibatkan konsultan dalam pengembangan Kurikulum Tematik berstandar Sertifikasi Cambridge.

 Sekolah memiliki tim kurikulum khusus yang ditugaskan untuk melakukan pengembagan kurkulum

 Fasilitas sarana dan prasarana sekolah sangat mendukung diadakannya pengembangan Kurikulum Tematik berstandar Sertifikasi Cambridge.

 Adanya penghargaan kepada para guru yang mampu melaksanakan Kurikulum Tematik berstandar Sertifikasi Cambridge membuat para guru semangat melakukan perubahan demi menghasilkan lulusan nasional yang berdaya saing atau berkualifikasi internasional.

 Penilaian hasil belajar langsung oleh CIE pada akhir tahun ajaran mememberikan keyakinan akan validitas Kurikulum Tematik berstandar Sertifikasi Cambridge.


(1)

179

B. Rekomendasi

Mengacu pada hasil pengembangan Kurikulum Tematik berstandar Sertifikasi Cambridge, berkenaan dengan potensi hambatan, berikut adalah rekomendasi yang dapat diberikan terkait keberhasilan implementasi kurikulum yang dihasilkan di sekolah dasar kelas rendah:

1. Bagi guru :

 Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan acuan untuk menerapkan dan mengembangkan kurikulum pada setiap mata pelajaran melalui proses adopsi dan adaptasi SK-KD untuk meningkatkan kemampuan dan daya saing peserta didik.

 Dalam menyusun dokumen kurikulum hendaknya guru benar-benar jeli dalam melihat tujuan pembelajaran dan menjabarkannya sehingga tepat dalam melakukan penilaian. Perlu diingat bahwa peserta didik tetap wajib menjalani penilaian oleh negara dalam ujian nasional, meski peserta didik perlu juga mendapatkan kualifikasi internasional.

 Perlu dibangun dan ditumbuhkan rasa percaya diri bahwa dokumen kurikulum yang terbaik adalah dokumen kurikulum yang dibuat sendiri, karena guru lah yang paling memahami kepentingan peserta didik, sekolah, dan yayasan. 2. Bagi Kepala Sekolah :

 Hendaknya Kepala Sekolah senantiasa berwawasan terbuka untuk menerima perubahan yang terus berlangsung akibat diimplementasikannya Kurikulum Tematik berstandar Sertifikasi Cambridge dan tiada lelah melakukan penyempurnaan pengembangan kurikulum sesuai kondisi terkini dan perkembangan di negara-negara lain.


(2)

180

 Kurikulum Tematik berstandar Sertifikasi Cambridge memerlukan daya dukung yang kuat. Oleh sebab itu, Kepala Sekolah perlu mendampingi pada guru-guru dalam menyusun dokumen kurikulum agar nantinya kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan berkaitan dengan Kurikulum Tematik berstandar Sertifikasi Cambridge dapat ditampilkan dalam penyusunan Renstra dan RAPB Sekolah. 3. Bagi Yayasan:

 Salah satu kunci keberhasilan dari Kurikulum Tematik berstandar Sertifikasi Cambridge terletak pada tenaga kependidikan. Oleh sebab itu, pembinaan terhadap terhadap tenaga kependidikan hendaknya ditingkatkan, misalnya dengan mengadakan:

- Kursus bahasa Inggris bagi penata usaha, keamanan, kebersihan, karena justru merekalah garda depan sekolah yang selalu menyambut konsumen. Kemampuan mereka berbahasa Inggris menunjukkan keseriusan sekolah mencapai kualifikasi internasional.

- Kursus bahasa Inggris dan kursus mengajar dalam bahasa Inggris bagi guru-guru diadakan secara berkesinambungan dan berkelanjutan.

- Peningkatan motivasi dan kepercayaan diri guru-guru dengan mengikutsertakan guru-guru dalam ujian-ujian internasional yang diadakan oleh University of Cambridge Examinations.

 Kurikulum Tematik berstandar Sertifikasi Cambridge memerlukan waktu adaptasi dari tahun ke tahun, untuk dapat melakukan evaluasi terhadap keberhasilan ini hendaknya pihak yayasan sudah siap melakukan alokasi dana yang cukup guna kepentingan “benchmarking” atau kesetaraan terhadap standar sertifikasi Cambridge.


(3)

181

4. Bagi Dinas Pendidian :

 Proses pengembagan Kurikulum Tematik berstandar Sertifikasi Cambridge dapat dimanfaatkan sebagai bahan rujukan dalam melakukan adaptasi atau adopsi kurikulum.

 Dokumen Kurikulum Tematik berstandar Sertifikasi Cambdridge dapat dimanfaatkan sebagai bahan rujukan dalam pembinaan sekolah-sekolah lain yang ingin menghasilkan lulusan nasional yang berkualifikasi internasional atau sekolah-sekolah rintisan yang memiliki tujuan untuk menjadi sekolah bertaraf internasional.

5. Bagi peneliti selanjutnya :

Perlu diadakan penelitian pengembangan Kurikulum berstandar Sertifikasi Cambridge untuk jenjang Sekolah Dasar kelas tinggi dan Sekolah Menengah, tentunya juga dengan melibatkan sampel yang lebih besar. Hal ini dimaksudkan untuk dapat menjaga keberlanjutan dan kesinambungan dari Kurikulum Tematik berstandar Sertifikasi Cambridge di Sekolah Dasar kelas rendah dalam meningkatkan kualititas pembelajaran dan mutu pendidikan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Aryans, Rb (2007), Apa Yang Harus Dilakukan Guru Dalam Mengembangkan Silabus, [on-line] 14 Februari 2010, http://rbaryans.wordpress.com/2007/07/25

Beauchamp, George A (1975), Curriculum Theory, Wilmette, Illinous : The Kagg Press. Borg, W.R, Gall, M.D., & Gall, J.P. (1989), Introduction to Educational Research,

Boston : Pearson Education, Inc.

BSNP (2006), Panduan Pengembangan KTSP, Jakarta : Badan Standar Nasional Pendidikan

BSNP (2008), Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional, [on line] 20 Juni 2010, http://bsnp-indonesia.org/id/?p=160

CIE (2005), Primary English Curriculum Framework, Cambridge, UK : University of Cambridge International Examinations

CIE (2005), Primary Mathematics Curriculum Framework, Cambridge, UK : University of Cambridge International Examinations

CIE (2005), Primary Science Curriculum Framework Cambridge, UK : University of Cambridge International Examinations

CIE (2007), Cambridge International Examinations, [on-line] 22 Januari 2009, http:// www.cie.org.uk/qualifications/academic/primary/cipp

Crocodilusdaratensis (2009), Sekolah dan Peranannya Dalam Memberantas Rendahnya Kemampuan Matematika dan Sains Siswa, [on-line] 22 januari 2010, http://www.crocodilusdaratensis.wordpress.com

Depdiknas (2005), Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional 2005-2009, Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional

Depdiknas (2006), Model Pengembangan Silabus Mata Pelajaran, Jakarta : Pusat Kurikulum-Badan Penelitian dan Pengembangan-Departemen Pendidikan Nasional

Depdiknas (2007), Model Pembelajaran Tematik SD/MI/SDLB, Jakarta : Pusat Kurikulum-Badan Penelitian dan Pengembangan-Departemen Pendidikan Nasional

Depdiknas (2009), Rencana Strategsi Kementrian Pendidikan Nasional 2010-2014, Jakarta


(5)

Hasan, S.H. (1988). Evaluasi Kurikulum. Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Kabidsekmen, (2009), Bagaimana Posisi Pendidikan Indonesia, [on-line] 7 Oktober 2009,http://kabidsekmen.blogspot.com/2009/02

Oliva, Peter F. (1992), Developing The Curriculum, New York : Harper Collins Publisher Print, Murray (1993), Curriculum Development and Design, St. Leaonards, NSW: Alien

Unwin Pty Ltd.

Pusat Kurikulum (2006), 36. Mata Pelajaran Bahasa Inggris Untuk Sekolah Dasar (SD) / Madrasah Ibtidaiyah (MI), [off-line], http://www.puskur.net/download/si/sd/ Bahasa-Inggris

Pusat Kurikulum (2006), 37. Mata Pelajaran Matematika Untuk Sekolah Dasar (SD) / Madrasah Ibtidaiyah (MI), [off-line], http://www.puskur.net/download/si/sd/ Matematika.pdf

Pusat Kurikulum (2006), 42. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Untuk Sekolah Dasar (SD) / Madrasah Ibtidaiyah (MI), [off-line], http://www.puskur.net/ download/si/sd/PengetahuanAlam.pdf

Pusat Kurikulum (2011), Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran IPA, Pusat Kurikulum, Badan Penelitian dan Pengembangan, Jakarta : Kemendikbud.

Sanjaya, Wina (2007), Kajian Kurikulum dan Pembelajaran, Bandung : Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia

Sukmadinata, N.S. (1997), Pengembangan Kurikulum : Teori dan Praktek, Bandung : Remaja Rosdakarya

Sukmadinata, N.S. (2004), Kurikulum dan pembelajaran Kompetensi, Bandung : Yayasan Kesuma Karya

Sukmadinata, N.S. (2008), Metode Penelitian Pendidikan, Bandung : Remaja Rosdakarya Sundiawan, Awan (2008), KTSP : Pengembangan Model Pembelajaran, [on line] 20 Juni

2009, http://awan965.wordpress.com/2008/12/20

Suparlan (2009), Modul Kurikulum dan Pengembangan Materi Pembelajaran, Jakarta : Fakultas Pendidikan dan Ilmu Keguruan-Universitas Tama Jagakarsa

Sutirjo dan Sri Istuti Mamik (2005), Tematik: Pembelajaran Efektif dalam Kurikulum 2004, Malang: Bayumedia Publishing.


(6)

Thomson, Sue dan De Bortoli, Lisa (2008), Exploring Scientific Literacy : How Australia Measure Up. The PISA 2006 Survey of Student’s Scientific, Reading, and Mathematical Literacy Skills, Camberwell Victoria-Australia : ACER Press

Tilaar (2002). Membenahi Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta.

Unruh, G.G. dan Unruh, A. (1984). Curriculum Development: Problems, Processes, and Progress. Berkeley, California: McCutchan Publishing Corporation

UPTD Balai Pelatihan Guru (2005), Modul Pengembangan Silabus, Bandung : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat

Yulaelawati, Ella (2004), Kurikulum dan Pembelajaran : Filosofi Teori dan Aplikasi, Bandung : Pakar Raya Pakarnya Pustaka