PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN PARTISIPATIF ANDRAGOGIS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR.

(1)

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN

PARTISIPATIF ANDRAGOGIS UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

HALAMAN JUDUL i

LEMBAR PENGESAHAN ii

PERNYATAAN iii

ABSTRACT iv

KATA PENGANTAR vi

PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH viii

DAFTAR ISI x

DAFTAR BAGAN xii

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR GAMBAR xiv

DAFTAR LAMPIRAN xv

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Identifikasi Masalah 13

C. Rumusan dan Pertanyaan Penelitian 14

D. Defenisi Operasional 15

E. Tujuan Penelitian 19

F. Manfaat Penelitian 19

G. Karangka Berpikir 20

BAB II : LANDASAN TEORETIK

A. Hakikat Partisipatif Andragogis 24

B. Hakikat Pembelajaran 52

C. Hakikat Hasil Belajar 92

D. Hakikat Pendidikan Kesetaraan Program Paket C 105

E. Penelitian Yang Relevan 113

BAB III : METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian\ 116


(2)

Iskandar Polapa, 2012

Pengembangan Model Pembelajaran Partisipatif Andragogis Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

C. Prosedur Penelitian 119

D. Lokasi dan Sukjek Penelitian 122

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 123

F. Teknik Analisis Data 129

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kondisi Objektif 135

B. Pengembangan Model Pembelajaran 144

C. Kajian Efektivitas Model Pembelajaran 170

D. Pembahasan Hasil Penelitian 200

BAB V : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan 226

B. Rekomendasi 227

DAFTAR PUSTAKA 228


(3)

Iskandar Polapa, 2012

Pengembangan Model Pembelajaran Partisipatif Andragogis Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

DAFTAR BAGAN

No Judul Halaman

1.1 Kerangka Berpikir 22

2.1 Keadaan Sekarang, Keadaan Yang Diinginkan dan Masalah 73

3.1 Langkah-langkah Kegiatan Penelitian 122

3.2 Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif 131

4.1 Kondisi Objektif Pembelajaran di SKB Kota Gorontalo 143

4.2 Pengembangan Model Pembelajaran Partisipatif Andragogis Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Warga Belajar

150

4.3 Pengembangan Model Pembelajaran Partisipatif Andragogis Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Warga Belajar (Setelah di Validasi dan Siap Diuji Coba)

169

4.4 Model Pembelajaran Partisipatif Andragogis Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Warga Belajar (Hasil UJi Coba)

189

4.5 Proses Pendidikan Pendidikan Menurut CREEMERS dan SHEERENS


(4)

Iskandar Polapa, 2012

Pengembangan Model Pembelajaran Partisipatif Andragogis Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

2.1 Perubahan Peran Tutor 49

2.2 Tuntutan Pembelajaran dan Peran Tutor 50

2.3 Komponen Pendidikan Kesetaraan 110

4.1 Mekanisme Pelaksanaan Model Pembelajaran Partisipatif Andragogi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Warga Belajar

190

4.2 Hasil Uji t Hasil Post-test Uji Coba Tahap I dan II

Kelompok Eksperimen (KE) dan Kelompok Kontrol (KK)

193

4.3 Hasil Uji t Aspek Sikap Uji Coba Tahap I dan II

Kelompok Eksperimen (KE) dan Kelompok Kontrol (KK)

197

4.4 Hasil Uji t Aspek Keterampilan Uji Coba Tahap I dan II Kelompok Eksperimen (KE) dan Kelompok Kontrol (KK)


(5)

Iskandar Polapa, 2012

Pengembangan Model Pembelajaran Partisipatif Andragogis Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

2.1 Hubungan Fungsional Antara Komponen Proses, dan Tujuan Pendidikan Nonformal

80

4.1 Hasil Posttest Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen Tahap I dan II

196

4.2 Skor Sikap Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen Tahap I dan II

198

4.3 Skor Keterampilan Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen Tahap I dan II

200


(6)

Iskandar Polapa, 2012

Pengembangan Model Pembelajaran Partisipatif Andragogis Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran Halaman

1 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian 237

2 Pedoman Wawancara dengan Penyelenggara Program 238

3 Pedoman Wawancara dengan Tutor 240

4 Pedoman Wawancara Untuk Warga Belajar 242

5 Pedoman Observasi 244

6 Pedoman Dokumentasi 245

7 Pedoman Wawancara (Validasi) 246

8 Pedoman Wawancara (Uji Coba Model) 247

9 Pedoman Observasi (Uji Coba Model) 249

10 Pedoman Dokumentasi (Uji Coba Model) 250

11 Kriteria Keberhasilan Pengembangan Model 251

12 Instrumen Soal Pre-tes dan Post-tes 252

13 Struktur Organisasi SKB 261

14 Komponen Yang Dikembangkan dalam Model Pembelajaran

262

15 Format Kegiatan Pengembangan Model 263

16 Format Kegiatan Pengembangan Model (setelah Validasi) 267

17 Format Yang digunakan pada Uji Coba Tahap I 271

18 Format Yang digunakan pada Uji Coba Tahap II 282

19 Panduan Kerja 293

20 Dokumen Penelitian 298


(7)

Iskandar Polapa, 2012

Pengembangan Model Pembelajaran Partisipatif Andragogis Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

PANITIA PENGUJI DISERTASI

Promotor Merangkap Ketua/Penguji

Prof. Dr. H. Ishak Abdulhak, M.Pd.

Ko. Promotor Merangkap Sekretaris/Penguji

Prof. Dr. H. Enceng Mulyana, M.Pd.

Anggota/Penguji

Dr. H. Ayi Olim, M.Pd

Penguji

Prof. Dr. H. Tuhpawana S. Senjaya, M.Si


(8)

Iskandar Polapa, 2012

Pengembangan Model Pembelajaran Partisipatif Andragogis Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Prof. Dr. Hj. Ihat Hatimah, M.Pd NIP. 195404021980112001


(9)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan pendidikan nasional masih menghadapi berbagai tantangan yang semakin luas dan kompleks, hal ini sejalan dengan makin pesatnya perubahan kebudayaan yang berimplikasi terhadap kemajuan pada berbagai bidang yang dipengaruhi oleh globalisasi maupun dinamika internal dalam negeri (Ghai,1997). Beberapa hal yang terkait langsung dengan kepentingan pelaksanaan pembangunan pendidikan antara lain : 1) ancaman perubahan karakter bangsa yang dikhawatirkan semakin menjauh dari nilai-nilai luhur budaya bangsa Indonesia; 2) tuntutan sumber daya manusia yang semakin tinggi dan bervariasi, meskipun hal ini dapat meningkatkan persaingan pasar tenaga kerja, namun di sisi lain merupakan peluang sekaligus tantangan bagi upaya pelaksanaan pendidikan yang semakin kreatif dan inovatif (Ayiro,2010).

Sementara tantangan semakin berat, persoalan pembangunan pendidikan masih banyak yang harus diselesaikan. Diperlukan kerja keras, kerja cerdas, dan kerja kreatif untuk mengatasi masalah sekaligus memanfaatkan peluang (Bharadwaj, 2010). Pembangunan pendidikan tidak saja harus menuntaskan program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 tahun, melainkan juga mendorong lulusan pendidikan dasar agar dapat melanjutkan pendidikan pada jenjang berikutnya (EfSD, 2009). Selain itu, peningkatan mutu pendidikan akan menjadi tugas yang berkesinambungan secara intensif dan kreatif. Ditekankan dalam kesepakatan Dakar mengenai keberkualitasan, keterukuran dan life skills, seperti


(10)

2

improving all aspects of the quality of education and ensuring excellence of all so that recognized and measurable learning outcomes are achieved by all, especially in literacy, numeracy and essential life skills (Unesco, 2000).

Pendidikan non-formal dengan penekanan pada planned learning goals planned learning opportunities sebagai kebalikan dari penggunaan pengalaman tidak berbasis kesadaran dan semata-mata mempersiapkan seseorang pada saat dihadapkan pada situasi mendesak (Eraut, 2000) merupakan jalur pendidikan di luar jalur pendidikan formal yang bertujuan untuk melayani kebutuhan pendidikan masyarakat dalam rangka meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai yang dilaksanakan secara berjenjang dan berstruktur dengan sistem yang luwes, fungsional dan mengembangkan kecakapan hidup untuk belajar sepanjang hayat. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tantang Sistem Pendidikan Nasional pasal 26 ayat 1 mengamanatkan bahwa pendidikan nonformal berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat dan pemerataan pendidikan (Hoppers, 2007). Selanjutnya dalam pasal 26 ayat 2 dinyatakan bahwa pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional. Oleh karena itu, penyelenggaraan pendidikan nonformal perlu dikembangkan sejalan dengan tuntutan perkembangan kebutuhan masyarakat dan untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia (Henschke & Cooper, 2004).

Masyarakat yang sedang mengikuti pendidikan nonformal harus dibekali berbagai pengetahuan, sikap dan keterampilan sehingga mereka memiliki kemampuan untuk mengembangkan potensinya dalam menanggapi stimulus yang datang dari


(11)

3

lingkungannya. Hal ini sejalan dengan pendapat yang oleh Abdulhak (1990:1) bahwa : Pendidikan pada dasarnya merupakan usaha untuk mengembangkan potensi sumber daya manusia sehingga lebih fungsional dalam menjawab segala rangsangan yang datang pada dirinya. Usaha ini dinyatakan dalam kegiatan proses belajar yang diikuti oleh setiap orang yang membutuhkannya.

Dalam rangka memenuhi kebutuhan belajar masyarakat, maka pelayanan yang optimal terhadap masyarakat sebagai warga belajar (Fisher & Spiegel, 1995). Pelayanan yang dimaksud di atas adalah pelayanan pada proses pembelajaran dalam rangka mengembangkan potensi warga belajar melalui penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian professional (Heron, 1999). Pelayanan dapat diwujudkan melalui pembelajaran yang efektif agar warga belajar dapat mengembangkan potensinya pada segi pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Program pendidikan kesetaraan menempati posisi strategis untuk mengatasi sekurang-kurangnya tiga tantangan penting, yakni:

1) membantu penuntasan program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun melalui penyelenggaraan program pendidikan kesetaraan Paket A dan B; 2) memberikan dorongan dan bantuan kepada lulusan pendidikan dasar yang tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan menengah dan memfasilitasi siswa putus sekolah di pendidikan menengah untuk mengikuti program kesetaraan Paket C; 3) memberikan muatan pendidikan kecakapan hidup dengan keterampilan praktis yang relevan dengan kebutuhan dunia kerja, serta kemampuan merintis dan mengembangkan usaha mandiri (enterpreneurship) untuk mengatasi persoalan ekonomi (...). Belajar adalah berubah. Berubah dalam arti usaha mengubah tingkah laku (Roschelle, 1999). Jadi belajar akan membawa sesuatu suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berkaitan dengan kecakapan,


(12)

4

keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, dan penyesuaian diri. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa belajar sebagai rangkaian dari kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju perkembangan pribadi seutuhnya yang menyangkut unsur cipta, rasa, karsa, ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. (Sardiman, 2010 : 21).

Secara psikologis, belajar adalah proses perubahan tingkah laku dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang merupakan hasil interaksi dengan

lingkungannya. “Belajar ialah suatu proses perubahan tingkah laku seseorang

yang dilakukan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”( Slameto. 2003 : 2). (http://fuddinbatavia.com/?p=336)

Melihat pada pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan dan dialami langsung oleh seseorang yang dapat menimbulkan terjadinya perubahan baik pengetahuan, pengalaman, keterampilan maupun sikap dan tingkah laku termasuk perubahan yang berbentuk kecakapan dan kebiasaan.

Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) Program Pendidikan Kesetaraan (Direktorat Pendidikan Kesetaraan, 2010) menjelaskan bahwa tujuan khusus pendidikan kesetaraan adalah :

1) meningkatkan pengetahuan warga belajar untuk mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan dunia kerja,

2) meningkatkan kemampuan sikap dan perilaku warga belajar sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, ekonomi dan alam sekitarnya, 3) meningkatkan pengetahuan keterampilan dan kemampuan warga belajar

untuk bekerja, usaha mandiri, serta memberikan peluang bagi warga belajar yang memenuhi persyaratan dan ketentuan untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.


(13)

5

Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa proses pembelajaran pada warga belajar khususnya mereka yang sedang mengikuti program kesetaraan hendaknya dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap. Dalam kenyataan pendidikan kesetaraan terjebak oleh pola pembelajaran kejutan (Botkin), padahal seharusnya lebih banyak berpola pada pada prinsip dan karakteristik pendidikan orang dewasa. Gagne dan Briggs (1979:52) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan internal (capability) yang meliputi pengetahuan dan keterampilan yang menjadikan seseorang memiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu. Senada dengan hal tersebut, Dick dan Reiser (1989:11) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan prestasi yang diperoleh oleh warga belajar sebagai hasil kegiatan pembelajaran, yang nampak dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan sikap. Sumarno, pengertian hasilbelajar.

http://blog.elearning.unesa.ac.id/alim-sumarno/pengertian-hasil-belajar (diakses

26 Pebruari 2012)

Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh warga belajar setelah kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Hasil belajar warga belajar dapat dilihat pada perubahan tingkah laku, pengetahuan, pemahaman, sikap dan keterampilan warga belajar sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya (Azizan, 2012). Namun, fakta menunjukkan bahwa kemampuan yang dimiliki warga belajar program kesetaraan Paket C belum menunjukkan perubahan yang signifikan, baik pengetahuan, pemahaman, sikap dan keterampilan yang merupakan hasil belajar. Hasil belajar yang di peroleh melalui proses pembelajaran belum mampu mengantarkan mereka menuju peningkatan seperti yang diharapkan. Dengan kata


(14)

6

lain bahwa warga belajar memiliki daya serap yang masih rendah setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.

Jika dilihat dari segi kognitif, hasil belajar yang diperoleh belum menunjukkan kemampuan untuk mengingat, memahami dan mengaplikasikan materi-materi yang telah dibelajarkan. Kesulitan dan tantangan untuk mengembalikan seseorang sebagai pembelajar sangat tergantung pada pandangan tentang belajar dan lingkungan sosial budaya. Adalah kenyataan banyak sekali urusan dalam kehidupan yang tidak dapat dipisahkan dari pendidikan di luar sekolah akan tetapi komunitas tertentu memiliki kesulitan untuk melakukan emansipasi memiliki kesulitan untuk keluar dari berbagai tenanan dan kemiskinan absolut (Niehoff, 1977). Sementara ...Education and training are the keys to improving the life opportunities of our people and enabling them. Dalam kenyataan tantangan yang dihadapi yaitu:

... The main challenges facing recurrent education are the need to increase the number and quality of classes under the post-literacy program so that gains in literacy are sustained, the need to improve conditions for monitors and teachers and provide better professional development opportunities, and improving coordination between recurrent education program to reach their full potential (Horta, 2011).

Di samping itu, kemampuan untuk memahami antara bagian yang satu dengan lainnya, memadukan konsep serta memberi pertimbangan terhadap nilai-nilai materi untuk tujuan tertentu masih sangat rendah. Hal ini ditunjukkan dengan adanya tingkat kelulusan warga belajar program Paket C baik secara nasional maupun di tingkat daerah.

Jumlah peserta Ujian Nasional Pendidikan Kesetaraan (UNPK) Paket C secara nasional dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2006 adalah berjumlah


(15)

7

355.228 orang. Untuk tahun 2006 jumlah peserta UNPK berjumlah 321.343 orang termasuk diantaranya 130.764 orang (44%) berasal dari mereka yang tidak UN formal dengan prosentase kelulusan 70%. http://www.putussekolah. com/2011/04/lulusan-paket-c-memiliki-hak-eligibilitas/

Ella Yulaelawaty (Direktur Kesetaraan Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah Departemen Pendidikan Nasional) dalam jumpa pers di Gerai Informasi Media (GIM) Depdiknas, Jl Jenderal Sudirman, Senin (2/10/2006) mengatakan bahwa 332.149 atau 86,34 persen dari 384.698 peserta ujian kesetaraan paket A, B dan C periode dua dinyatakan lulus. Dengan tingkat kegagalan Paket C IPS sebesar 2,5%, Paket B sebesar 5%, dan Paket C IPA 4%. Peserta ujian terdiri dari, 9178 dari Paket A, lulus 8068 peserta atau 87,91 persen; 210.169 peserta Paket B, lulus 194674 orang atau 92,63 persen yang terdiri dari peserta Paket B reguler dan gagal UN SMP/MTs; 23682 peserta Paket C IPA, lulus 17.008 atau 71,82 persen, terdiri dari peserta program Paket C reguler dan peserta yang gagal UN SMA/MA IPA; 141.669 peserta Paket C IPS, lulus 112.399 peserta atau 79,34 persen, terdiri dari peserta program Paket C reguler dan peserta yang gagal UN SMA/MA IPS/SMK. http://news.detik.

com/read/2006/10/03/014735/687476/10/8634-peserta-ujian-kesetaraan-paket-a-b-c-tahap-ii-lulus.

Di Yogyakarta, dari 4.512 siswa di DIY yang mengikuti UN Kejar Paket C tahun 2006, peserta yang lulus hanya 3.080 siswa atau hanya 68 persen saja.

http://pls-pkbm.blogspot.com/2009/02/lulusan-paket-c-memiliki-hak.html.

Peserta UNPK tahun 2009 di Pontianak Selatan dan Tenggara dengan persentase kelulusan 84,9 persen. Sedangkan di Kecamatan Pontianak Kota persentase kelulusannya 76,8 persen, dan Kecamatan Pontianak Utara hanya 58,3


(16)

8

persen (seluruhnya jurusan IPS). Hanya di Kecamatan Pontianak Timur yang ada jurusan IPA, dengan persentase kelulusan 50 persen. Untuk IPS di kecamatan tersebut sebesar 84,1%.

http://www.bpplsp-reg5.go.id/berita-90-id-kelulusan-ujian-paket.html.

Di Kota Gorontalo tahun 2011, dari 1090 orang peserta Ujian Nasional yang dinyatakan lulus hanya 719 orang atau hanya mencapai 65,96%. Ini berarti masih ada 371 orang yang tidak lulus ujian nasioanl atau 34,04%.

Selanjutnya jika dilihat dari segi afektif, kemampuan merespon stimulan, kerelaan partisipasi (Knowles, 2005) dalam kegiatan maupun kemampuan mengapresiasi suatu kejadian tertentu belum menunjukkan adanya perubahan ke arah lebih baik. Demikian pula dengan aspek keterampilan yang dimiliki oleh warga belajar belum menunjukkan kemampuan berkreasi atas dasar prakarsa sendiri. Rendahnya partisipasi memiliki kaitan dengan sistem pendidikan sendiri yang tidak berpihak pada peserta didik (Knowles, 2005), yang berimplikasi pada tanggungjawab dan sustainabilitas pendidikan.

Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Kota Gorontalo merupakan salah satu lembaga atau satuan pendidikan nonformal yang melaksanakan berbagai program terkait dengan penyelenggaraan pendidikan nonformal diharapkan menjadi solusi dalam upaya mengembangkan potensi warga belajar melalui proses pembelajaran agar memiliki hasil belajar yang lebih baik. Namun fakta menunjukkan bahwa warga belajar yang sedang mengikuti program kesetaraan di SKB Kota Gorontalo belum memiliki kemampuan terhadap penguasaan matei pelajaran yang telah diajarkan oleh tutor. Hal ini dibuktikan dengan adanya hasil penilaian terhadap pencapaian kompetensi dasar oleh warga belajar yang masih rendah atau belum


(17)

9

mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang dipersyaratkan bagi keberhasilan suatu proses pembelajaran.

Penilaian hasil belajar yang dilakukan pada warga belajar masih di bawah standar KKM yakni 82,86% warga belajar yang belum mampu mencapai KKM pada setiap kompetensi dasar (KD) dalam pelaksanaan ulangan harian maupun pada standar kompetensi (SK) mata pelajaran setiap ujian semester. Ini berarti hanya 6 orang dari 35 orang, jumlah warga belajar mampu mencapai KKM pada setiap KD dalam pelaksanaan ulangan harian maupun pada SK mata pelajaran pada setiap ujian semester. Hal ini menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan di SKB Kota Gorontalo terdapat masalah yang harus segera diatasi. Permasalahan terkait dengan proses pembelajaran yang dilaksanakan untuk meningkatkan hasil belajar warga belajar. Gintings (2008:4) mengatakan bahwa proses belajar berkaitan dengan proses kognitif aktual yang harus dilalui oleh warga belajar dalam rangka mencapai keberhasilan belajar. Selanjutnya ditambahkan pula bahwa sebelum menyelenggarakan kegiatan belajar dan pembelajaran, ada empat pertanyaan mendasar yang diajukan kepada pendidik yaitu : (1) apa yang akan diajarkan ? (2) siapa yang akan belajar? (3) bagaimana mereka belajar ? dan (4) bagaimana saya harus menyelenggarakan pembelajaran ?. Di samping itu, Knirk dan Gustafon (1986:15) dalam Sagala (2007:64) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan dan evaluasi.

Kesulitan untuk mencapai kualitas pembelajaran tidak terlepas dari pandangan terhadap belajar sendiri baik dari peserta belajar maupun dari tutor sebagai penanggungjawab pembelajaran. Pandangan klasik terhadap pembelajaran


(18)

10

lebih menekankan pada tranfering, yang mengandalkan pada kemampuan mendengar dan melihat yang berimplikasi pada kemampuan mengingat dan konsep ini secara bertahap sudah mulai ditinggalkan. Pembelajaran yang diharapkan lebih menekankan pada kemampuan mengkonstruksi mencari dan menemukan, mengungkap, pembelajaran berbasis pengalaman dan memiliki kemampuan Cognitive Apprenticeship, seperti dinyatakan Albert Bandura's (1997) theory of modeling, which posits that in order for modeling to be successful, the learner must be attentive, must have access to and retain the information presented, must be motivated to learn, and must be able to accurately reproduce the desired skill (untuk keberhasilan pembelajaran dibutuhkan perhatian penuh dari peserta belajar, kemampuan mengakses dan memanfaatkan informasi, motivasi yang tinggi untuk belajar dan secara akurat menghasilkan keterampilan yang diharapkan)

Proses pembelajaran yang baik adalah proses pembelajaran yang memungkinkan warga belajar aktif melibatkan diri secara keseluruhan proses baik secara mental maupun fisik. Oleh karena itu rancangan pembelajaran hendaknya memberikan peluang bagi warga belajar untuk mencari, mengolah, dan menemukan sendiri pengetahuan agar warga belajar dapat mengembangkan keterampilan dasar mata pelajaran yang bersangkutan. Dalam proses pembelajaran, tutor hendaknya melibatkan warga belajar baik secara pisik fisik maupun mental.

Sagala, (2007:63) menyatakan bahwa pembelajaran mempunyai dua karakteristik yaitu :


(19)

11

...(1) dalam proses pembelajaran melibatkan proses mental warga belajar secara maksimal, bukan hanya menuntut warga belajar sekedar mendengar, mencatat, akan tetapi menghendaki aktivitas warga belajar dalam proses berpikir. (2) dalam proses pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses tanya jawab terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berpikir warga belajar, yang pada gilirannya kemampuan berpikir itu dapat membantu warga belajar untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa dalam proses pembelajaran, partisipasi aktif warga belajar menjadi keharusan dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran itu sendiri. Partisipasi aktif warga belajar ini bukan hanya dalam pembelajaran tetapi diharapkan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian kegiatan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudjana (1993:117) bahwa kegiatan belajar partisipatif mengandung arti ikut sertanya warga belajar di dalam program pembelajaran. Keikutsertaan warga belajar itu diwujudkan dalam tiga tahapan yaitu perencanaan program (program planning), pelaksanaan (program implementation), dan penilaian (program evaluation) kegiatan pembelajaran.

Beradasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan beberapa tutor dan warga belajar di SKB Kota Gorontalo bahwa pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan metode ceramah yang diselingi dengan satu atau dua pertanyaan. Hal ini berakibat pada timbulnya kemalasan warga belajar untuk mengikuti pembelajaran. Mereka tidak termotivasi untuk belajar sehingga keadaan ini berdampak pada hasil belajar yang dicapai oleh warga belajar tidak mencapai KKM. Tidak tercapainya KKM standar kompetensi maupun kompetensi dasar dari suatu mata pelajaran membuktikan bahwa masih rendahnya hasil belajar dari warga belajar.


(20)

12

Rendahnya hasil belajar warga belajar program Paket C di SKB Kota Gorontalo lebih disebabkan oleh faktor : 1) faktor dari dalam diri warga belajar dan 2) faktor dari luar diri warga belajar. Hal ini sejalan dengan pendapat yang menyatakan bahwa faktor yang berasal dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa dapat mempengaruhi hasil belajar siswa itu sendiri. (Sudjana, 1989 : 39). Faktor yang berasal dari dalam diri warga belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa itu sendiri untuk melakukan perubahan dalam dirinya. Clark (1981 : 21) menyatakan bahwa 70% hasil belajar siswa di sekolah dipengaruhi oleh kemampuan internal siswa itu sendiri dan 30 % dipengaruhi oleh lingkungan.

http://www.sarjanaku.com/2011/03/pengertian-definisi-hasil-belajar.html diakses

20 Maret 2012)

Dari pendapat ini, maka pembelajaran dalam pendidikan nonformal hendaknya menggunakan pendekatan yang dapat mendorong warga belajar untuk: 1) ingin terus belajar, dan bukan sebaliknya, walaupun diakui dalam beberapa hal ada yang bisa menghalangi proses pembelajaran. Jelas ada banyak motivasi yang menggerakkan orang dewasa untuk terus belajar, 2) termotivasi untuk belajar dari beberapa sumber: pencarian kenikmatan atau harga diri, pencarian jawaban dan pemenuhan kebutuhan yang dirasakan, 3) berorientasi masalah yakni mereka mencari pengetahuan untuk menjawab masalah yang nyata dalam hidup mereka, 4) belajar mandiri yakni mereka ingin ikut berpartisipasi tentang bagaimana dan apa yang mereka pelajari, 5) Memiliki rasa takut untuk gagal dalam konteks pembelajaran.

Faktor lain yang juga mempengaruhi hasil belajar warga belajar adalah faktor dari luar diri warga belajar yakni faktor lingkungan yang terkait dengan baik tidaknya kualitas proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh tutor. (Sudjana, 2002 : 39). Hasil belajar warga belajar dipengaruhi oleh kamampuan warga belajar dan kualitas pembelajaran. Kualitas pembelajaran yang dimaksud adalah profesionalisme yang dimiliki oleh tutor.


(21)

13

Berdasarkan pendapat di atas, maka hasil belajar warga belajar dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam individu warga belajar berupa kemampuan yang berasal dari dalam diri dan faktor dari luar diri warga belajar yakni faktor lingkungan yang terkait dengan kualitas proses pembelajaran. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan prestasi yang diperoleh warga belajar karena adanya usaha atau pikiran sehingga menimbulkan perubahan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang nampak pada berbagai aspek kehidupan warga belajar.

B. Identifikasi Masalah

Masalah pokok dalam pembelajaran yang selama ini dilaksanakan di SKB Kota Gorontalo adalah hasil pembelajaran warga belajar yang belum mencapai KKM (hasil belajar warga belajar yang masih rendah). Dari masalah pokok ini dapatlah dipahami bahwa proses pembelajaran yang dilaksanakan belum optimal sehingga belum mampu meningkatkan hasil belajar warga belajar. Hal ini dapat dilihat dari belum adanya perubahan yang terjadi pada warga belajar baik pengetahuan, sikap maupun keterampilan setelah mengikuti proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang diharapkan adalah proses pembelajaran yang terjadi dalam suasana dimana warga belajar tdak merasa tegang, adanya suasana yang saling menghormati dan saling menghargai baik antara tutor dan warga belajar maupun antar warga belajar, saling membelajarkan, adanya kerja sama sehingga tercipta iklim belajar yang diinginkan oleh warga belajar.

Permasalahan lain yang dihadapi oleh warga belajar dalam pembelajaran adalah proses pmbelajaran yang masih didominasi oleh tutor. Warga belajar


(22)

14

belum diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam hal mengidentifikasi minat dan kebutuhan belajarnya sehingga materi pembelajaran tidak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh warga belajar. Demikian pula dalam hal perumusan tujuan dan penyusunan perencanaan pembelajaran, masih cenderung dilakukan oleh tutor sendiri sehingga warga belajar belum memperoleh kesempatan untuk berpartisipasi menentukan apa yang menjadi tujuan serta bagaimana cara belajarnya. Hal ini berakibat pada rendahnya motivasi warga belajar untuk belajar sehingga tidak mampu mengembangkan potensi yang mereka miliki termasuk dalam hal meningkatkan kemampuan berpikir untuk mengatasi masalah yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Acuan yang benar: the programs have all evolved in the closest collaboration with the villagers served and compatibly with their cistom and social organizations (Niehoff, 1977)

Demikian pula dalam hal pelaksanaan evaluasi. Warga belajar belum mendapatkan kesempatan untuk melakukan evaluasi diri terhadap hasil belajarnya sehingga warga belajar tidak mengetahui perubahan dalam dirinya terkait dengan pengetahuan, sikap maupun keterampilan sebagai hasil pembelajaran. Pelaksanaan evaluasi masih cenderung dilakukan oleh tutor dan hanya bertujuan untuk mengukur tingkat ketercapain kriteria ketuntasan minimal yang sudah ditentukan sebelumnya oleh tutor.

Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, terdapat kecenderungan belum adanya model pembelajaran partisipatif andragogis untuk meningkatkan hasil belajar watrga belajar.


(23)

15

Dari masalah yang dikemukakan di atas, maka dalam hal ini peneliti merumuskan masalah yang akan diteliti secara umum yaitu “Bagaimana

Penerapan Model Pembelajaran Partisipatif Andragogis menjadi model pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar warga belajar pada pendidikan

kesetaraan Paket C di Kota Gorontalo ?”

Rumusan masalah umum tersebut diuraikan dalam bentuk rumusan masalah khusus sebagai berikut :

1. Bagaimana gambaran kondisi obyektif proses kegiatan pembelajaran Pendidikan Kesetaraan program Paket C yang dilaksanakan oleh SKB Kota Gorontalo?

2. Bagaimana pengembangan model pembelajaran partisipatif andragogis untuk meningkatkan hasil belajar warga belajar Pendidikan Kesetaraan program Paket C yang dilaksanakan oleh SKB Kota Gorontalo?

3. Bagaimana implementasi model pembelajaran partisipatif andragogis untuk meningkatkan hasil belajar warga belajar Pendidikan Kesetaraan program Paket C yang dilaksanakan oleh SKB Kota Gorontalo?

4. Bagaimana efektivitas model pembelajaran partisipatif andragogis untuk meningkatkan hasil belajar warga belajar Pendidikan Kesetaraan program Paket C yang dilaksanakan oleh SKB Kota Gorontalo?

D. Definisi Operasional

Istilah-istilah yang digunakan dalam judul penelitian ini secara operasional dapat dijelaskan sebagai berikut:


(24)

16

Pengembangan adalah menjadikan sesuatu menjadi lebih sempurna (Poerwadarminta, 1976:415). Model adalah pola dari sesuatu yang akan dibuat (kamus besar bahasa Indonesia, 1976:534). Sukmadinata (2004;209) berpandangan bahwa model pembelajaran adalah suatu desain yang menggambarkan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan warga belajar berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada diri warga belajar.

Dalam penelitian ini yang dimaksudkan dengan pengembangan model adalah menjadikan pola yang sudah ada dalam hal ini pembelajaran partisipatif yang dilaksanakan oleh SKB menjadi lebih sempurna atau lebih efektif.

2. Pembelajaran Partisipatif Andragogis

Pembelajaran partisipatif andragogis dapat diartikan sebagai upaya sumber belajar untuk mengikutsertakan warga belajar dalam pembelajaran yang merupakan seni dan ilmu dalam membantu warga belajar (orang dewasa) untuk belajar. Keikutsertaan warga belajar itu diwujudkan dalam tiga tahapan yaitu perencanaan program (program planning), pelaksanaan (program implementation), dan penilaian (program evaluation) kegiatan pembelajaran (Sudjana, 1993:117; Knowles, 2005).

Dalam pembelajaran partisipatif andragogis setiap sumber belajar dituntut untuk mampu mengikutsertakan warga belajar dalam pembelajaran sehingga mereka benar-benar terlibat dalam kegiatan belajar dan dapat berpartisipasi aktif dalam setiap langkah pembelajaran (Srinivasan ; Sujana, 1993:50). Di samping itu, tutor juga harus mampu membantu warga belajar dalam hal: a) menciptakan suasana yang kondusif untuk belajar melalui kerjasama dalam mengembangkan


(25)

17

struktur kerjasama, b) menemukan kebutuhan belajar, c) merumuskan tujuan dan materi yang dapat memenuhi kebutuhan belajar, d) merancang pola belajar dalam sejumlah pengalaman belajar untuk warga belajar, e) melaksanakan kegiatan belajar dengan menggunakan metode, teknik dan sarana belajar yang tepat, dan f) menilai kegiatan belajar serta mendiagnosis kembali kebutuhan belajar. (Knowles, 1986:117).

Pembelajaran partisipatif andragogis dalam penelitian ini adalah upaya tutor untuk mengikutsertakan, membantu dan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada warga belajar untuk: a) mengidentifikasi dan menemukan kebutuhan belajar, b) merumuskan tujuan dan materi yang dapat memenuhi kebutuhan belajar, c) merancang pola belajar dalam sejumlah pengalaman belajar untuk warga belajar, d) melaksanakan kegiatan belajar dengan menggunakan metode, teknik dan sarana belajar yang tepat, dan e) menilai kegiatan belajar serta mendiagnosis kembali kebutuhan belajar.

4. Hasil Belajar

Gagne dan Briggs (1979:52) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan internal (capability) yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap yang telah menjadi milik pribadi seseorang dan memungkinkan orang itu melakukan sesuatu. Dick dan Reiser (1989:11) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan prestasi yang diperoleh oleh warga belajar sebagai hasil kegiatan pembelajaran, yang nampak dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan sikap.

Senada dengan hal tersebut Sukmadinata, (2003:102) menyatakan bahwa penguasaan hasil belajar dari seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik


(26)

18

perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir, maupun keterampilan motorik. Sudjana (2000:28) menyatakan bahwa pada dasarnya kegiatan pembelajaran dapat memberikan pada hasil belajar bagi warga belajar.

Hasil belajar dalam penelitian ini adalah perubahan perilaku warga belajar yang dapat diamati baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan maupun sikap sebagai hasil proses pembelajaran yang memungkinkan warga belajar memiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu.

5. Pendidikan Kesetaraan Program Paket C

Pendidikan kesetaraan meliputi program Kejar Paket A setara SD ( 6 tahun) , Paket B setara SMP ( 3 tahun ), dan Paket C setara SMA ( 3 tahun ). Program ini semula ditujukan bagi peserta didik yang berasal dari masyarakat yang kurang beruntung, tidak pernah sekolah, putus sekolah dan putus lanjut, serta usia produktif yang ingin meningkatkan pengetahuan dan kecakapan hidup.

Definisi mengenai setara adalah sepadan dalam civil effect, ukuran, pengaruh, fungsi dan kedudukan. Sebagaimana yang tercantum dalam UU No 20 / 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 26 Ayat (6) bahwa " Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan."

http://www.suaramerdeka.com/harian/0607/04/opi03.htm

Pendidikan kesetaraan program paket C dalam penelitian ini adalah jalur pendidikan nonformal yang diikuti oleh masyarakat lulusan SMP/sederajat atau mereka yang putus sekolah di tingkat SMA/sederajat dengan standar kompetensi


(27)

19

lulusan sama dengan sekolah lulusan yang sama dengan sekolah formal. Warga belajar yang lulus ujian kesetaraan Paket C mempunyai hak eligibilitas yang sama dan setara dengan pemegang ijazah SMA/MA untuk dapat mendaftar pada satuan pendidikan yang lebih tinggi. Status kelulusan Paket C mempunyai hak eligibilitas yang setara dengan pendidikan formal dalam memasuki lapangan kerja

E. Tujuan Penelitian 1. 1. Tujuan Umum

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menemukan model pembelajaran partisipatif andragogi untuk meningkatkan hasil belajar warga belajar pada pendidikan kesetaraan Program Paket C di SKB Kota Gorontalo?. 2. Tujuan Khusus

a. Menggambarkan kondisi obyektif proses kegiatan pembelajaran Pendidikan Kesetaraan program Paket C yang dilaksanakan oleh SKB Kota Gorontalo. b. Mengembangkan model pembelajaran partisipatif andragogis untuk

meningkatkan hasil belajar warga belajar Pendidikan Kesetaraan program Paket C yang dilaksanakan oleh SKB Kota Gorontalo.

c. Mengimplementasikan model pembelajaran partisipatif andragogis untuk meningkatkan hasil belajar warga belajar Pendidikan Kesetaraan program Paket C yang dilaksanakan oleh SKB Kota Gorontalo.

d. Mengkaji efektifitas model pembelajaran partisipatif andragogis untuk meningkatkan hasil belajar warga belajar Pendidikan Kesetaraan program Paket C yang dilaksanakan oleh SKB Kota Gorontalo.


(28)

20

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoretis maupun secara praktis.

Secara teoretis temuan dalam penelitian ini merupakan masukan bagi praktisi PLS dalam bentuk formula untuk mengalihkan pembelajaran klasik menjadi pembelajaran partisipatif dan anstisipatif dari Botkin

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat diperoleh manfaat sebagai berikut: pertama, Sebagai bahan kajian bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam rangka pembinaan usaha peningkatan mutu pendidikan nonformal. Kedua, memberikan masukan kepada lembaga pembina program dan satuan pendidikan nonformal dalam hal peningkatan hasil belajar warga belajar melalui pengelolaan kegiatan pembelajaran. Ketiga, menunjang tiga program unggulan Provinsi Gorontalo di bidang pengembangan sumber daya manusia, pertanian, serta perikanan dan kelautan. Keempat, memberikan masukan kepada tenaga pendidik untuk melibatkan warga belajar mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam setiap kegiatan pembelajaran.

Kelima, Memberikan arah bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian lanjutan.

G. Kerangka Berpikir

Untuk meningkatkan hasil belajar warga belajar dapat dilakukan melalui suatu proses pembelajaran yang dapat menjadikan terjadinya perubahan perilaku dalam diri warga belajar baik dalam bentuk pengetahuan, sikap maupun keterampilan. Proses pembelajaran yang dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar warga belajar adalah proses pembelajaran yang


(29)

21

ditujukan bagi warga belajar pendidikan kesetaraan program Paket C yang kegiatannya masih perlu didukung oleh pengembangan model pembelajaran partisipatif andragogis.

Melalui pengembangan model ini diharapkan proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh tutor dapat meningkatkan hasil belajar warga belajar sehingga terjadi perubahan perilaku yang dapat diamati baik dalam bentuk pengetahuan, sikap maupun keterampilan. Hal ini dilakukan agar warga belajar benar-benar memiliki kemampuan internal (capability) yang memungkinkan mereka mampu melakukan sesuatu.

Dalam pengembangan model ini memperhatikan prinsip heutagogy dan

humanagogy serta perubahan peran dan fungsi tutor dalam upaya membelajarkan orang dewasa (andragogi) yang lebih menekankan pada kegiatan membimbing dan membantu orang dewasa untuk menemukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam rangka memecahkan masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya.


(30)

22

Bagan 1.1 Kerangka Berpikir

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN

Hasil Belajar Warga

Berlajar Masih Rendah

Warga Belajar

Hasil Belajar Warga Belajar

MENINGKATNYA HASIL BELAJAR WARGA BELAJAR

MODEL PEMBELAJARAN PARTISIPATIF ANDRAGOGIS

Kemampuan Internal (capability)

Warga Belajar

Perubahan Perilaku

Pengetahuan, Sikpa dan Keterampilan Konsep

heutagogy dan

humanagogy

.

Perubahan Fungsi


(31)

23

Berdasarkan pada pola pikir di atas disertasi ini dikembangkan sebagai berikut :

Bab I terdiri dari : Latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan dan pertanayaan penelitian, defenisi operasional, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka berpikir

Bab II terdiri dari : Hakikat andragogi, hakikat pembelajaran, hakikat hasil belajar, hakikat pendidikankesetaraan program paket C, dan penelitian yang relevan.

Bab III terdiri dari : Pendekatan penelitian, metode penelitian, prosedur penelitian, lokasi dan subjek penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data, dan teknis analisis data

Bab IV terdiri dari : Deskripsi kondisi objektif, pengembangan model pembelajaran, kajian efektivitas model pembelajaran, dan pembahasan hasil penelitian.


(32)

116

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan dua pendekatan secara bersama, bergantian dan saling membantu, yaitu pendekatan kualitatif (qualitative approach) dan pendekatan kuantitatif (quantitative approach). Hal ini sejalan dengan pendapat Bryman (Syamsudin dan Damaianti, 2007:141) yang menyebutkan bahwa cara penggabungan penelitian kuantitatif dan kualitatif dapat dilakukan dengan maksud untuk 1) logika triangulasi, temuan-temuan dari satu jenis studi dapat dicek pada temuan-temuan yang diperoleh dari jenis studi yang lain, 2) penelitian kualitatif membantu penelitian kuantitatif, 3) penelitian kuantitatif membantu penelitian kualitatif, 4) penelitian kualitatif dan kuantitatif digabungkan untuk memberikan gambaran umum.

Taylor & Bogdan (Moleong, 2008:4) menjelaskan bahwa pendekatan kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif, ucapan atau tulisan dan perilaku yang dapat diamati dari orang-orang (subjek) itu sendiri, dilakukan dalam situasi wajar (natural setting), data yang dikumpulkan umumnya bersifat kualitatif, berdasarkan pada filsafat fenomenologis yang mempergunakan penghayatan dan berusaha memahami serta menafsirkan dalam situasi tertentu menurut perspektif peneliti. Dalam penelitian ini yakni pada tahap studi pendahuluan dan penyusunan pengembangan model, menggunakan pendekatan kualitatif.


(33)

117

Pendekatan kuantitatif merupakan penelitian dengan karakteristik penalaran logis dan deduktif, berbasis pengetahuan, hubungan sebab akibat, menguji teori, melakukan uji analisis statistik dan objektif. Pada penelitian ini pendekatan kuantitatif digunakan pada tahap uji coba (Danim, 2002:34)

B. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian dan Pengembangan (research and development). Research and Development (R&D) adalah penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji efektivitasnya. Produk tersebut dapat berupa model pembelajaran, model pemberdayaan, dan lain-lain. Untuk dapat menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk menguji efektivitas produk tersebut supaya dapat berfungsi di masyarakat luas, maka diperlukan penelitian untuk menguji efektivitasnya.

Gall and Borg (2003:569) mendefinisikan bahwa penelitian dan pengembangan dalam pendidikan adalah

Educational research and development (R &D) is a process used to develop and validate educational products. Goal of educational research is not to develop products, but rather to discover new knowledge (through basic research) or to answer specific questions about practical problems (through applied research).

Penelitian dan pengembangan dalam pendidikan adalah suatu proses untuk mengembangkan dan memvalidasi produk. Tujuan penelitian dan pengembangan adalah tidak hanya untuk mengembangkan produk, namun


(34)

118

lebih dari itu untuk menemukan pengetahuan baru (melalui penelitian dasar) atau untuk menjawab pertanyaan khusus mengenai masalah-masalah praktis (melalui penelitian terapan). Selanjutnya dikatakan bahwa :

Research and development is an industry-based development model in which the findings of research are uswd to design new products and procedures, which than are systematically field-tested, evaluated and refined until they meet specified criteria effectiveness, quality, or smiliar standards.

Penelitian dan pengembangan adalah penelitian yang digunakan untuk merancang produk dan prosedur baru yang harus diuji lapangan secara sistematik, dievaluasi, diperbaiki sampai menemukan kriteria efektivitas tertentu.

Gall dan Borg (2003:570) mengemukakan bahwa model penelitian dan pengembangan dapat memberikan manfaat bagi perbaikan pendidikan sebab dalam R&D terdapat hubungan erat antara evaluasi program secara sistematis dengan pengembangan program.

Menurut Borg dan Gall (2003:572) yang dimaksud dengan produk pendidikan tidak hanya objek- objek material seperti buku teks dan film untuk pengajaran, tetapi juga termasuk bangunan, prosedur, dan proses seperti metode mengajar dan organisasi pengajaran. Tujuan akhir dari R&D dibidang pendidikan adalah lahirnya produk baru atau perbaikan terhadap produk lama untuk meningkatkan unjuk kerja pendidikan, Hal ini berarti bahwa melalui hasil R&D diharapkan proses pendidikan menjadi lebih efektif dan/atau lebih sesuai dengan tuntutan kebutuhan.


(35)

119

Sukmadinata (2005:57) menjelaskan ada tiga langkah R&D, yaitu 1) studi pendahuluan, mengkaji teori dan mengamati produk atau kegiatan yang ada, 2) melakukan pengembangan produk atau program kegiatan baru, 3) menguji atau memvalidasi produk atau program kegiatan yang baru.

Produk pendidikan yang akan dikembangkan dan divalidasi di SKB Kota Gorontalo sebagai lokasi penelitian melalui pendekatan R&D dalam penelitian ini adalah model pembelajaran partisipatif andragogi untuk meningkatkan hasil belajar warga belajar. Tujuan utama adanya pengembangan model pembelajaran partisipatif andragogi ini diharapkan program pembelajaran di SKB Kota Gorontalo dapat meningkatkan hasil belajar warga belajar.

C. Prosedur Penelitian

Dalam pelaksanaan R&D, terdapat 10 tahapan yang harus dilakukan yaitu : 1) research and information collecting, includes review of literature, class room observation, and preparation of report of state the art (penelitian pengumpulan informasi, termasuk didalamnya merujuk sumber atau literatur yang sesuai, observasi lapangan dan persiapan laporan), 2) planning, includes defining skills, stating objectives determining course sequence, and small scale feasibility testing. (Perencanaan, termasuk pendefinisian keahlian/kecakapan, penentuan urutan dan tes kelayakan dalam skala kecil), 3) develop preliminary form of product, includes preparation of instructional materials, handbooks, and evalution devices. (Mengembangkan produk awal, termasuk materi pengajaran, buku pegangan dan tujuan evaluasi), 4) preliminary field testing,


(36)

120

conducted in from 1 to 3 scholls, using 6 to 12 subjects, interview, observational, and questionnaire data cloocted and analyzed (uji coba pengembangan produk awal, diambil satu sampai tiga lembaga pendidikan, enam hingga 12 peserta didik. Kegiatan ini meliputi wawancara, pengamatan, pengumpulan data pertanyaan dan dianalisa), 5) main product revision- Revision of product as suggested by the preliminary field test results. (melakukan revisi dari model awal berdasarkan saran-saran dan hasil temuan pengujian lapangan model awal), 6) main field testing. (Pengujian lapangan utama, yaitu melakukan uji coba lapangan terhadap model yang sudah direvisi), 7) operational product revision), (Revisi produk operasional, maksudnya melakukan revisi terhadap hasil pengujian pada langkah sebelumnya), 8) operasional field testing. (Pengujian lapangan operasional, maksudnya melakukan uji coba kembali), 9) final product revision. (Revisi produk akhir, maksudnya melakukan kembali revisi berdasarkan hasil langkah sebelumnya), 10) dissemination and distribution. (diseminasi dan distribusi, maksudnya penyebarluasan dan penerapan). (Borg and Gall, 2003; 775)

Secara operasional, langkah-langkah penelitian tersebut di atas dilakukan dalam beberapa tahap kegiatan meliputi: a) melakukan studi pendahuluan, tahap ini merupakan kegiatan yang bertujuan untuk pengumpulan data sebagai dasar penyusunan dan pembuatan model konseptual. Kegiatannya berupa kajian kepustakaan, melihat laporan penyelenggaraan program pendidikan yang diselenggarakan oleh SKB Kota Gorontalo, mengamati secara umum terhadap penyelenggaraan kegiatan


(37)

121

pembelajaran yang diselenggarakan oleh tutor di SKB Kota Gorontalo sehingga menemukan model di lapangan secara empirik (kondisi objektif), b) mengembangkan desain penelitian berdasarkan kerangka pemikiran pada langkah awal, c) mengembangkan instrumen penelitian, d) mengembangkan model konseptual pembelajaran partisipatif andragogi. Kegiatan yang dilakukan dalam mengembangkan model konseptual ini meliputi mengolah dan mendeskripsikan temuan studi pendahuluan, menelaah berbagai laporan penyelenggaraan pembelajaran untuk dijadikan sebagai rujukan dalam penyusunan model konseptual, mengkaji berbagai teori dan konsep yang akan dijadikan acuan dalam pengembangan model. Hasil kajian teori dapat menjadi kerangka berpikir peneliti, menyusun draf model konseptual berdasarkan kajian empirik dan konsep, membicarakan dengan praktisi melalui diskusi terbatas tentang model konseptual yang akan dikembangkan, dan merevisi draf model konseptual berdasarkan masukan dari praktisi, e) melakukan validasi model konseptual kepada teman sejawat, praktisi dan pakar bidang pendidikan nonformal, f) merevisi model konseptual berdasarkan masukan dari praktisi, pakar bidang pendidikan nonformal, dan teman sejawat, g) melakukan uji coba model konseptual di lapangan yang ditujukan untuk menghasilkan model pembelajaran partisipatif andragogi untuk meningkatkan hasil belajar warga belajar. Kegiatan yang dilakukan meliputi melakukan uji coba model, h) Melakukan evaluasi hasil uji coba, i) Penyempurnaan model, dengan cara melakukan pengolahan dan analisa data


(38)

122

temuan, melakukan revisi dan formulasi model, dan j) menyusun laporan penelitian sebagai akhir kegiatan penelitian,

Langkah-langkah penelitian ini digambarkan dalam bagan sebagai berikut :

STUDI PENDAHULUAN

(IDENTIFIKASI KAJIAN EMPIRIK DAN TEORI)

DESAIN PENELITIAN

PENGEMBANGAN INSTRUMEN

PENGEMBANGAN MODEL KONSEPTUAL

VALIDASI MODEL

REVISI MODEL

UJI COBA MODEL TAHAP I

UJI COBA MODEL TAHAP II

REVISI I

REVISI II MODEL II

MODEL I

MODEL AKHIR

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN PARTISIPATIF ANDRAGOGIS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR WARGA

BELAJAR

LAPORAN AKHIR

PRAKTISI PAKAR


(39)

123

Bagan 3.1

Langkah-Langkah Kegiatan Penelitian

D. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada SKB Kota Gorontalo. Dasar pertimbangan menjadikan SKB Kota Gorontalo sebagai lokasi penelitian adalah sebagai berikut :

1.SKB Kota Gorontalo menyelenggarakan kegiatan pembelajaran bagi warga belajar program Kesetaraan Paket C

2.Warga belajar pada SKB Kota Gorontalo tergolong aktif dan konsisten mengikuti kegiatan pembelajaran

3.Warga belajar pada SKB Kota Gorontalo pada umumnya peserta didik putus sekolah yang kemudian melanjutkan studi di SKB dan berekonomi lemah.

4.Adanya kesediaan Pimpinan SKB Kota Gorontalo bersama tutor untuk dijadikan sebagai lokasi penelitian

5.Memiliki sarana dan prasarana serta fasilitas yang cukup memadai untuk pelaksanaan proses pemebelajaran sehingga dapat menunjang pelaksanaan kegiatan penelitian.

Dengan mempertimbangkan bahwa fokus penelitian ini adalah pengembangan model pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar warga belajar maka sumber utama sebagai subjek dalam penelitian ini adalah Kepala SKB, tutor dan warga belajar dengan fokus penelitian pada program pembelajaran partisipatif andragogis.


(40)

124

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif teknik pengumpulan data dapat dilaksanakan dengan cara observasi, wawancara, dokumentasi, dan peralatan yang dapat memotret situasi seperti kamera. (Danim, 2002:121). Selain itu, Margono (2007:158) mengemukakan bahwa teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan teknik observasi, teknik komunikasi, dan teknik pengukuran. Berdasarkan pendapat tersebut di atas, maka teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Teknik Observasi

Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti. Observasi ini ditekankan untuk membuat makna atas peristiwa atau kejadian dari situasi yang tampak dan memungkinkan untuk direfleksikan dari peristiwa-peristiwa tersebut. Kegiatan observasi dilakukan baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Observasi langsung dilakukan dengan cara melakukan pengamatan dan pencatatan terhadap objek ditempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa sehingga kegiatan observasi berada bersama objek yang diamati. Observasi tidak langsung adalah pengamatan yang dilakukan tidak pada saat berlangsungnya suatu peristiwa yang akan diselidiki seperti melihat foto-foto dari objek penelitian dan dokumentasi lainnya yang relevan.

Penelitian ini menggunakan cara observasi non eksperimental, sistemik dan non partisipan. Artinya peneliti mengamati gejala yang ada dan dalam


(41)

125

mengumpulkan datanya menggunakan pedoman observasi yang disusun secara sistematis. Dalam hal ini peneliti tidak melibatkan diri dalam situasi dan kondisi subjek yang sedang diteliti. Observasi akan menjaring data tentang dokumen-dokumen yang berkaitan dengan pembelajaran pada pendidikan kesetaraan paket C.

2. Teknik Wawancara

Wawancara merupakan kegiatan tanya jawab antara dua orang atau lebih antara pewawancara dengan responden. Wawancara merupakan proses dengan maksud untuk merekonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan organisasi, motivasi, perasaan dan sebagainya yang dilakukan dua pihak pewancara (interviewer) dan yang diwawancarai (interviewee).

Pedoman wawancara dikembangkan untuk mengumpulkan informasi dalam studi pendahuluan yang terkait dengan penyelenggaraan program paket C terutama yang berhubungan dengan proses pembelajaran dan kompetensi akademik peserta didik. Pedoman wawancara untuk menggali informasi tersebut adalah pedoman wawancara terbuka yang disusun untuk memberikan keleluasaan kepada sumber informasi (data) dalam memberikan jawaban yang lebih terbuka sesuai dengan pendapat masing-masing. Jawaban yang diperoleh dari setiap butir pertanyaan dideskripsikan secara kualitatif. Sedangkan wawancara untuk mengumpulkan informasi pelengkap dan menjadi faktor pendukung atau kendala dalam proses uji coba dan implementasi model yang dikembangkan, peneliti sendiri bertindak sebagai instrumennya dan jawaban yang diperoleh dideskripsikan secara kualitatif.


(42)

126

Kuesioner adalah suatu alat pengumpul informasi dengan cara menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis pula oleh responden. Kuesioner seperti halnya wawancara dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang diri respon atau informasi tentang orang lain. 3. Teknik Pengukuran

Teknik pengukuran yang digunakan untuk mengumpulkan data antara lain adalah tes. Tes adalah seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapat jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor angka.

Untuk menunjang pengumpulan data maka diperlukan peralatan yang berupa audio visual yang dapat membantu melihat situasi dan memberikan gambaran yang nyata seperti melalui pemotretan. Pemotretan dapat memberikan informasi faktual dan spesifik yang dapat digunakan dalam kaitannya dengan sumber lain.

Instrumen penelitian pendekatan kualitatif adalah peneliti sendiri yang didukung oleh seperangkat alat bantu yang dapat merekam apa yang terjadi di lapangan, meliputi :

a. Untuk teknik observasi instrumennya menggunakan pedoman observasi b. Untuk teknik wawancara instrumennya menggunakan pedoman wawancara c. Untuk teknik tes menggunakan tes tertulis dengan instrumennya daftar

pertanyaan yang sudah disediakan aternatif jawabannya (tes objektif pilihan ganda)


(43)

127

Secara garis besar langkah-langkah teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, dikelompokkan ke dalam tiga tahap pokok, yaitu 1) studi pendahuluan, 2) pengembangan model, dan 3) kajian efektivitas.

1) Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan dimaksudkan untuk mendapatkan data tentang gambaran umum yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan proses pembelajaran di SKB serta berbagai faktor yang mempengaruhinya. Teknik pengumpulan data yang digunakan di studi pendahuluan ini adalah a) wawancara, b) observasi, dan c) mempelajari dokumen-dokumen.

Kegiatan wawancara dilakukan dengan, tutor dan warga belajar. Teknik wawancara ini dilakukan untuk mendapatkan data tentang (1) Standar kompetensi mata pelajaran (2) alokasi waktu pembelajaran, (3) pelaksanaan kegiatan perencanaan pembelajaran, (4) pelaksanaan kegiatan pembelajaran, (5) pelaksanaan evaluasi, (6) aktivitas warga belajar dalam kegiatan pembelajaran, (7) program pascabelajar, (8) penggalian sumber dana, (9) masalah yang ditemui dan upaya pemecahannya baik warga belajar, maupun tutor, (10) bagaimana pemanfaatan sumber belajar, dan (11) keterlibatan warga belajar dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan penilain pembelajaran.

Kegiatan observasi digunakan peneliti untuk mengamati secara langsung tentang (a) kondisi sarana dan prasarana pembelajaran di SKB, (b) aktivitas di SKB baik yang dilakukan tutor maupun warga belajar, (c) kegiatan proses pembelajaran.


(44)

128

Kegiatan mempelajari dokumen dilakukan untuk memperoleh data pendukung hasil wawancara dan observasi seperti data daftar nama tutor SKB dan warga belajar, kelengkapan administrasi tutor, daftar nilai warga belajar, absensi warga belajar, serta dokumen lainnya yang terkait dengan aktivitas pembelajaran di SKB.

2) Pengembangan Model

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam pengembangan model adalah a) wawancara, dan b) mempelajari dokumentasi. Wawancara dilakukan dengan pakar, praktisi dan teman sejawat. Dokumentasi yang dipelajari adalah data yang terhimpun ketika studi pendahuluan dilakukan.

3) Kajian Efektivitas Model

Kajian efektivitas dilakukan melalui uji coba model dan uji efektivitas model. Pada tahap kajian efektivitas model ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah a) wawancara, b) observasi, c) mempelajari dokumen, d) tes. Wawancara dilakukan dengan tutor SKB, dan peserta didik. Wawancara dengan tutor SKB, dalam upaya memperoleh informasi mengenai (1) fasilitas yang tersedia yang dapat digunakan pada uji coba model, (2) dukungan yang dapat diberikan pada saat uji coba model, (3) program yang akan disajikan pada saat uji coba model, (4) tanggapan terhadap model pembelajaran partisipatif andragogi, (5) kemudahan dan kesulitan yang dihadapi dalam melakukan uji model, dan (6) tanggapan terhadap hasil belajar warga belajar. Wawancara dengan warga belajar dilakukan dalam upaya memperoleh informasi mengenai tanggapan terhadap (a) model pembelajaran


(45)

129

partisipatif andragogi, (b) kemudahan dan kesulitan yang dihadapi dalam proses uji model, dan (c) tanggapan terhadap hasil belajar

Observasi dilakukan untuk mengamati seluruh aktivitas terkait dengan uji coba model mulai dari tahap perencanaan sampai tahap pengembangan. Mempelajari dokumentasi dilakukan untuk mempelajari dokumen yang dihasilkan dari kegiatan uji coba model mulai dari tahap perencanaan sampai tahap pengembangan.

Tes dilakukan dalam bentuk post-test yang diberikan pada akhir kegiatan pembelajaran untuk mengetahui kemampuan akhir warga belajar setelah mengikuti pembelajaran.

Oleh karena dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dokumentasi dan tes akhir maka peneliti menyiapkan kisi-kisi instumennya beserta pedoman wawancara, observasi, dokumentasi dan kisi-kisi test disertai uraian pertanyaannya. sebagaimana lampiran 1 sampai dengan lampiran 13.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penggabungan antara analisis deskriptif dan kuantitatif. Untuk analisis deskrptif didasari atas pertimbangan bahwa secara harfiah penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk 1) membuat pencandraan (deskripsi) mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian. Penelitian deskriptif biasa juga disebut penelitian survey yang bertujuan untuk mencari informasi faktual


(46)

130

mendetail yang mencandra gejala yang ada. 2) mengidentifikasi masalah-masalah atau untuk mendapatkan justifikasi keadaan dan praktek-praktek yang sedang berlangsung, membuat komparasi dan evaluasi, 3) untuk mengetahui apa yang dikerjakan oleh orang-orang lain dalam menangani masalah atau situasi yang sama agar dapat belajar dari mereka untuk kepentingan pembuatan rencana dan pengambilan keputusan di masa depan (Suryabrata, 2003:41).

Digunakannya analisis deskriptif dalam penelitian ini mengingat bahwa penelitian ini dilakukan untuk a) mencari informasi faktual yang mendetail mengenai kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di SKB selama ini maupun model yang dikembangkan, b) untuk mengidentifikasi masalah-masalah atau untuk mendapatkan justifikasi keadaan dan praktek-praktek yang sedang berlangsung baik mengenai kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di SKB selama ini maupun model yang dikembangkan, c) untuk membuat komparasi dan evaluasi mengenai kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di SKB selama ini dan model yang dikembangkan, dan d) untuk mengetahui apa yang dikerjakan oleh tutor dan warga belajar dalam menangani kegiatan pembelajaran baik itu mengenai pembelajaran yang dilaksanakan di SKB selama ini maupun model yang dikembangkan yakni model pembelajaran partisipatif andragogi untuk kepentingan pembuatan model pembelajaran yang direkomendasikan.

Aplikasi teknik analisis data dalam penelitian ini dikelompokkan atas tiga tahap, yakni studi pendahuluan, pengembangan model dan kajian efektivitas.


(47)

131

1) Tahap Studi Pendahuluan

Pada tahap studi pendahuluan digunakan teknik analisis data kualititatif. Huberman dan Miles (Bungin, 2003;63) mengatakan bahwa analisis data dan pengumpulan data kualitatif memperlihatkan sifat interaktif, sebagai suatu sistem dan merupakan siklus. Pengumpulan data ditempatkan sebagai bagian komponen yang merupakan bagian integral dari kegiatan analisis data sebagaimana gambar berikut.

Bagan 3.2.

Komponen-Komponen Analisis Data Model Interaktif sumber, Bungin, 2003

Berdasarkan gambar di atas dapat dipahami bahwa analisis data terdiri dari a) reduksi data, yaitu data yang dikumpulkan dipisahkan sedemikian rupa mulai dari editing, koding dan tabulasi termasuk di dalamnya kegiatan mengikhtisarkan hasil pengumpulan data selengkap mungkin dan memilah-milahnya kedalam satuan konsep tertentu, kategori tertentu atau tema tertentu, b) display data, adalah seperangkat hasil reduksi data diorganisasikan kedalam suatu bentuk tertentu sehingga terlihat sosoknya lebih utuh. Hal ini dapat berbentuk sketsa, sinopsis, matriks, atau chart, c) pengambilan keputusan dan

Data collection

Data Dispaly Data

Reduction

Conclusion Drawing verification


(48)

132

verifikasi, yaitu pemaparan kesimpulan yang diperoleh dari display data, dan tahap berikutnya adalah teknik triangulasi data, yaitu pengumpulan dan pemeriksaan kebenaran data yang diperoleh dari pihak lain (pihak ketiga).

2) Tahap Pengembangan Model

Pada tahap pengembangan model dilakukan analisis kualitatif deskriptif, dimana berdasarkan hasil studi pendahuluan dan kajian teoretik peneliti menyusun model pembelajaran partisipatif andragogi. Model yang disusun ini kemudian divalidasi oleh pakar, praktisi, dan teman sejawat serta dikonsultasikan dengan dosen pembimbing.

3) Tahap Kajian Efektivitas Model

Pada tahap kajian efektivitas model ini menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. Analisis deskriptif digunakan terhadap instrumen observasi, wawancara dan dokumentasi sedangkan analisis kuantitatif digunakan terhadap tes hasil belajar.

Analisa data kuantitatif dalam penelitian ini menggunakan model eksperimen

”RANDOMIZED POSTTEST-ONLY CONTROL GROUP DESIGN” (Desain

kelompok kontrol Pasca test beracak) yang bagannya sebagai berikut : KELOMPOK PERLAKUAN PASCATEST

A (KE) X 0 B (KK) 0 (Diadaptasi dari, Sukmadinata;2005; 206)

Keterangan :


(49)

133

B : Kelompok yang dibentuk KE : Kelompok Eksperimen KK : Kelompok Kontrol

X : Perlakukan yang diberikan 0 : Tes yang diberikan

Kelompok A dan kelompok B memiliki karakteristik yang sama atau homogen. Kelompok A diberi perlakuan dalam hal ini kegiatan pembelajarannya menggunakan model pembelajaran partisipatif andragogi (model yang dikembangkan). Kelompok B kegiatan pembelajarannya menggunakan model yang selama ini biasa dilaksanakan di SKB. Setelah kegiatan pembelajaran berakhir kelompok A dan Kelompok B diberi tes yang sama. Hasil tes kedua kelompok ini diuji perbedaannya dengan menggunakan statistika melalui Uji t.

Sukmadinata (2005:204) mengemukakan bahwa dalam pelaksanaan penelitian, kesamaan karakteristik subjek memang dibuat sama atau disamakan. Penyamaannya dilakukan melalui pengujian kecerdasan, bakat, kecakapan, ketahanan fisk dan lain-lain. Pengujian tersebut dalam bidang sosial, seringkali tidak bisa dilakukan terhadap semua karakteristik dan kemampuan. Apabila tidak bisa dilakukan pengujian, maka kesamaan (penyamaan) karakteristik tersebut didasarkan atas asumsi atau keyakinan peneliti. Asumsi tersebut diambil berdasarkan alasan yang kuat, yang diambil dari hasil-hasil penelitian terdahulu, fakta-fakta atau alasan logis yang kuat.

Aplikasi dalam penelitian ini adalah warga belajar yang dijadikan peneliti sebagai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dalam penelitian


(50)

134

ini adalah kelompok yang sengaja dibentuk secara acak yang nama-namnya diambil dari data peserta didik yang ada di SKB. 35 orang dijadikan sebagai kelompok eksperimen, 35 orang lainnya dijadikan sebagai kelompok kontrol, terbagi atas 15 orang pada uji coba tahap pertama dan 20 orang lainnya pada uji coba tahap kedua. Kelompok yang dibentuk ini diyakini oleh peneliti memiliki karakteristik yang sama dengan alasan a) mempunyai tujuan yang sama, yakni ingin memperoleh pengetahuan dari materi yang dipelajarinya dalam kegiatan pembelajaran, b) Rentang usia yang relatif sama, berkisar antara 18-20 tahun, c) latar belakang pendidikan yang relatif sama, yakni lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) sederajat.

Penetapan kelompok memperhatikan hal-hal sebagai berikut : (a) penetapan peserta didik sebagai anggota kelompok baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol dilakukan secara rambang (acak), (b) kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdomisili tidak dalam satu wilayah (kelurahan) sehingga kecenderungan untuk saling mengenal dan berhubungan terjaga, (c) kegiatan pembelajaran kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berlainan lokasi/tempat sehingga kecenderungan untuk saling melihat pelaksanaan pembelajaran terjaga. Penetapan kelompok yang demikian ini sengaja dilakukan sebagai upaya agar beberapa faktor pengganggu dapat dikontrol, walaupun dari aspek efeknya terutama mengenai history dan


(51)

226 BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan permasalahan dan tujuan dari penelitian pengembangan model pembelajaran partisipatif andragogis untuk meningkatkan hasil belajar warga belajar pendidikan kesetaraan program Paket SKB Kota Gorontalo, secara garis besar disimpulkan sebagai berikut:

1. Proses pembelajaran yang selama ini dilaksanakan di SKB Kota Gorontalo belum mampu meningkatkan hasil belajar warga belajar. Pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dimiliki oleh warga belajar pendidikan kesetaraan program Paket C sebagai hasil proses pembelajaran belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal ini dikarenakan proses pembelajaran yang belum optimal.

2. Untuk meningkatkan hasil belajar warga belajar pendidikan kesetaraan program Paket C dapat dilakukan melalui pengembangan model pembelajaran partisipatif andragogis dengan mengikuti langkah-langkah kegiatan secara berututan melalui tahapan-tahapan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi.

3. Untuk menguji efektivitas model, maka model pembelajaran partisipatif andragogis untuk meningkatkan hasil belajar warga belajar dalam implementasinya dilakukan melalui uji coba model tahap I dan uji coba model tahap II terhadap warga belajar pendidikan kesetaraan program Paket C yang dilaksanakan di SKB Kota Gorontalo.


(52)

227 4. Model pembelajaran partisipatif andragogis efektif untuk meningkatkan hasil

belajar warga belajar pendidikan kesetaraan program Paket C. Hal ini dibuktikan dengan adanya perubahan perilaku warga belajar yang dapat diamati baik dalam bentuk pengetahuan, sikap maupun keterampilan setelah melalui proses pembelajaran.

B. Rekomendasi

Beberapa rekomendasi yang diajukan berdasarkan hasil penelitian adalah sebagai berikut:

1. Bagi pemerintah Kota Gorontalo melalui Dinas Pendidikan perlu mendorong dan memfasilitasi para tutor dan warga belajar dan semua komponen yang terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan nonformal untuk senantiasa meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan.

2. Bagi SKB dan penyelenggara program kesetaraan Paket C di Kota Gorontalo agar senantiasa memberikan dorongan kepada para tutor untuk mempelajari dan menerapkan model pembelajaran.

3. Bagi tutor pendidikan kesetaraan, disarankan agar dapat menerapkan model pembelajaran dan pengembangannya dalam proses pembelajaran sesuai dengan karakteristik warga belajar.

4. Bagi peneliti lanjut, penelitian ini terbatas pada peningkatan hasil belajar warga belajar pendidikan kesetaraan program Paket C dilaksanakan oleh SKB Kota Gorontalo. Oleh karena itu, disarankan agar menguji kembali dan memperluas pada warga belajar pendidikan kesetaraan program Paket C lainnya.


(53)

228

DAFTAR PUSTAKA

Abdulhak, I. (2000). Metodelogi pembelajaran orang dewasa. Bandung: Andira

Bandura, A. (1997). Self-efficacy: The exercise of control. New York: W.H. Freeman.

Bungin, B. (2003). Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana

Borg, W.R. & Gall, M.D. (1979). Educational Research, An Introduction. New York & London: Longman

Coombs dan Ahmad, M. (1973). New Path to Learning. New York: International Counciil for Educational Development

Dahar, R.W. (1989). Teori-Teori Belajar. Jakarta: PT Airlangga

Danim, S. (2000). Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung : Pustaka Setia

Dimyati dan Mudjiono, (2002). Belajar dan Pembelajaran, , Jakarta: Rineka cipta.

(1999). Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta. Getzels, J.W. (1964). Creative Thinking, Problem Solving, and Instruction.

Chicago : University of Chicago Press

Gintings, A. (2008). Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Humaniora

Hamalik, O. (2003). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan pendekatan Sistem. Bandung: Bumi Aksara

(2006) Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara. Hendayat. S. (2005). Pendidikan dan Pembelajaran (Teori dan Praktek)

Universitas Muhammadiyah Malang.

Heron, John (1999) The Complete Facilitator's Handbook. London: Kogan Page.


(1)

231

(1989), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosda Karya

Sudjana, D. (2004). Pendidikan Non Formal. Bandung: Falah Production __________(2004). Manajemen Program Pendidikan untuk Pendidikan Non

Formal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: Falah Production.-

__________(1993). Strategi Pembelajaran Dalam Pendidikan Luar Sekolah. Bandung: Nusantara Press

__________(2006). Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah, Bandung: Remaja Rosdakarya

Suparno, Paul. (2006). Filsafat Konstruktivisme dam Pendidikan. Yogyakarta, Srinivasan, L. (1977). Perspective of Nonformal Adult Learning.Functional

education for Individual, Community, and National Development. Nort Haven, Connecticut: The Van Dyik Printing, Co

Sukmadinata, Nana S. (2003). Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung: PT.Remaja Rosda Karya.

Sukmadinata, S.N. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran Kompotensi.

Bandung: Yayasan Kusuma Karya

Suryabrata, S. (2003). Metodelogi Penelitian. Jakarta; Raja Grafindo Persada Suryanto, A. dan Hewindati, Yuni Tri. (2004). Pemahaman Murid Sekolah

Dasar terhadap Konsep IPA Berbasis Biologi:Suatu Diagnosis Adanya Miskonsepsi. Jurnal Pendidikan, Vol.5, No.1, Jakarta:Lembaga Penelitian Universitas Terbuka.

Syah, Muhibbin, 2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Rosdakarya

Syamsudin dan Damaianti, V. (2007). Metode Penelitian Pendidikan Bahasa.

Bandung: PT Remaja Rosda Karya

Trianto. (2007). Model-Model pembelajaran Inovatif berorientasi konstruktivistik : Konsep, Landasan, Teoritis, Praktis dan Implementasinya. Jakarta: Perpustakaan Nasional


(2)

232

Undang-Undang Republik Indonesia No.20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Citra Umbara

Usman, Uzer. (1993). Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Wlodkowski, R., (1985). Enhancing adult motivation to learn. San Francisco: Jossey-Bass.

Artikel dan Jurnal Internasional :

Apoorva Bharadwaj. (2010). Globalization in Management Education: Challenges and Strategies. International Journal of Arts and Sciences 3(7): 466 - 477 (2010) CD-ROM. ISSN: 1944-6934 © InternationalJournal.org Indian Institute of Management Calcutta, India

Atherton, J. (2003). Knowles' Andragogy. Retrieved February 18, 2004 from

http://www.dmu.ac.uk/~jamesa/learning/knowlesa.htm

Bert P. M. Creemers and JAAP Scheerens. (2012). Development in the educational effectiveness research programme. University of Groningen, RION, P.O. Box 1286, 9701 BG Groningen, The Netherlands tuniversity of Twente, Faculty of Educational Science and Technology, Division of Educational Administration, P.O. Box 217, 7500 AE Enschede, The Netherlands

Boktin.W. No Limts to Learning Bridging the Human Gap a Report to be Club of Rome Jemas W. Boktin Mahdi Elmandjra Mircea Maliatza Pergamon Press OXFORD • NEW YORK • TORONTO • SYDNEY • PARIS • FRANKFURT Copyright Club Of Rome 1998

TIMOR-LESTE

Dharam Ghai. (1997). Globalization, Intitutional Change and Human Security

United Nation Research Institute For Social Development DP 91 Economic UNRISD Discussion Papers are preliminary documents circulated in a limited number of copies to stimulate discussion and critical comment.

Dr José Ramos-Horta. Strategic Development Plan 2011 -2013 Republic. Presiden of the Republik Timor Leste halaman 26


(3)

233

Horta, Korinna. (2011). Two decades after the Rio Earth Summit: sustainable development Quo Vadis?. JANUS.NET e-journal of International Relations, Vol. 2, N.º 2, Autumn 2011. Accessed [online] on date of last visit, observare.ual.pt/janus.net/en_vol2_n2_art2

Huitt, W. 1995, (December). The teaching-learning process: A discussion of models. Valdosta, GA: Valdosta State University. Centered Learning, Vol. 2, No. 1, New Forums Press

International Association of Facilitators (2003) Core Facilitator CompetenciesFoundational Facilitator Competencies, ©. IAF™, 2003

Jennifer Mencl. (2010). A Comparison of Pedagogy and Andragogy in the Development of an Undergraduate. HRM Course. University of Minnesota at Deluth. Journal of Human Resources Education Volume 4, No. 1, Winter 2010

Jeremy Roschelle. (1999).Learning by Collaborating: Convergent Conceptual Change. Institute for Research on Learning published as:Roschelle, J. (1992). Learning by collaborating: Convergent conceptual change. Journal of the Learning Sciences, 2(3),235-276.

John A. Henschke Mary K. Cooper. (2004). International research foundation for andragogy and the implications for the practice of education with adults University of Missouri – St. Louis

Laban P. Ayiro and James K. Arap. (2010). Education leadership in a globalized economy: A Kenyan perspective SangInternational Journal of Science and Technology Education Research Vol. 1(4), pp. 62 – 72, September 2010 ©2010 Academic Journals

Michael Eraut. (2000). Non-formal learning and tacit knowledge in professional work. British Journal of Educational Psychology 70, 113– 136 Printed in Great Britain © 2000 The British Psychological Society Institute of Education, University of Sussex

Niehoff, Richard O. (1984)..Non-formal education and the rural poor. East Lansing: Michigan State University. 248 pages. (Review by Wroge 1984.)

NUI Maynooth, The Adult Learner 2009, ISSN No. 0790-8040 The views expressed in this journal are those of the authors and not necessarily those of AONTAS or the Adult Education Officers’ Association. Normal rules of copyright apply.©2009


(4)

234

Tim L. Wentling. Kah Khee Lai Food an Agricultur Organization of The United Nation (Corporate Author). Planning for Effective Training. (Guide to Curriculum Development (Arabic and English Edition. Paper back. Food & Agriculture Org. Pub. Date : 1993-05. Listprince:$60.00. ISBN : 9251034133. ISBN-13:9789251034132

Ummu Husna Azizan. (2012). Identifying Pupil’s Cognitive Level in Fractions Using Bloom’s Taxonomy Education Section. International Journal of Business and Social Science Vol. 3 No. 9; May 2012 254 School of Distance Education Universiti Sains Malaysia 11800 Minden, Pulau Pinang Malaysia.

UNESCO. (2000). Education for All. Word Education Forum. Dakar, Senegal. Global Synthesis

Wim Hoppers (2007) Integrating formal and non-formal basic education: A policy case-study from Uganda. International Institute for Educational Planning – UNESCO. Towards systemic integration of non-formal education – case-study from Uganda – Draft 1, June’07

Wentling. R.M. (2000). Evaluation of diversity initiatives in multinational Corporations. Human Resource Development International. ISSN

1367-8868 print/ISSN 1469–8374 online © 2000 Taylor & Francis Ltd. http://www. tandf.co.uk/journals

Sumber Internet

Agus Marsidi : Konsep dan Metode Pembelajaran Orang Dewasa. http://

metodependidikan.blogspot.com/ diakses 20 Pebruari 2012

Atherton, J. S. (2003). Learning and teaching: Knowles’ andragogy. Retrieved January 24, 2006, from http://www.dme.ac.uk/ ~jamesa/ learning/ knowlesa.htm

Bambang S. dan Lukman : Kelemahan Dan Keunggulan Teori Belajar Andragogi http://www.oocities.org/teknologipembelajaran/ andragogi. html diakses 10-11-2011

Dejavu. http://novemdejavu.blogspot.com/2011/01/kajian-teori-hasil-belajar. html


(5)

235

Hamzah. 2008. Teori Belajar Konstruktivisme. http://akhmadsudrajat.

wordpress.com/2008/08/20/teori-belajar-konstruktivisme. Diakses 12

April 2012

Huitt, W. (1999, October). Measurement. Educational Psychology Interactive. Valdosta State University. Retrieved December 2006, from http:// chiron.valdosta.edu/whuitt/col/intro/measure.html

Indra Munawar. Hasil Belajar. (2009). http://indramunawar. blogspot. Com / 2009/06/hasil-belajar-pengertian-dan-definisi.html

Ivo Yani : Pengembangan Spektrum Pendidikan Kesetaraan http://www. bpplsp-reg-1.go.id/buletin/ read.php?id=81&dir= 1& idStatus=0 diakses 15 Januari 2012

Kamil, Mustofa. Andragogi, http://file.upi.edu/Direktori/ FIP/JUR._ PEND.

LUAR_ SEKOLAH/196111091987031001-MUSTOFA_KAMIL/

Andragogi.pdf

Muhammad Zainal Abidin : Pengertian Hasil Belajar menurut ahli http://www.masbied.com/2012/02/21/pengertian-hasil-belajar-menurut-para-ahli/ diakses 26 Maret 2012

Pengertian, definisi hasil belajar http://www.sarjanaku.com/2011/03/ pengertian-definisi-hasil-belajar.html diakses 20 Maret 2012

Sudjana, D. (2000). Strategi Pembelajaran. Bandung : Falah Production

http://tliindonesia.wordpress.com/2009/02/03/dasar-dasar-pembelajaran-partisipatif-participatory-learning/ diakses 16 Maret 2012 Sumber : Pengertian Hasil Belajar menurut ahli http://www.inforppsilabus.

com/ 2012/03/pengertian-hasil-belajar-menurut-ahli.html diakses 26 Maret 2012

Usman : Teori Hasil Belajar http://fuddinbatavia.com/?p=336 diakses 22 Pebruari 2012


(6)

236

Sumber lain :

Balai Pengembangan Kegiatan Belajar Jayagiri. (1982). Suatu Petunjuk untuk Pelatih dalam Pendekatan Andragogy. Bandung: BPKB

Banare, D. A. (2009). Meningkatkan Hasil Belajar IPA Fisika pada Konsep Wujud Zat dan Perubahannya dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. UNJ. Tidak diterbitkan

Depdiknas RI. (2003). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasiona. Jakarta : Depdiknas RI.

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. (2004). Standar Kompetensi Lulusan pendidikan Luar Sekolah (SKL PLS). Jakarta: Depdiknas.

Direktorat Pendidikan Kesetaraan. (2009). Executive Summary Spektrum Pendidikan Kesetaraan. Jakarta.

Ditjen PLSP Diktentis. (2005). Penyelenggaraan Pendidikan Kesetaraan.

Jakarta: Depdiknas.

Ditjen Pendidikan Nonformal dan Informal. (2010). Juknis Bantuan Sosial Penyelenggaran Pendidikan Kesetaraan Paket C Umum. Jakarta : Depdiknas

Hiryanto, (2011). Optimalisasi Penerapan Konsep Andragogi Dalam Diklat Aparatur Pemerintah Sebagai Upaya Peningkatan Mutu Lulusan Di Badan Diklat Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Karya Ilmiah. UNY. Tidak diterbitkan

Olim Ayi, (2011). Modul Teori dan Praktek Pembelajaran Orang Dewasa. Bandung : UPI. Tidak dterbitkan.

Raharjo, Tri Joko dan Tri Suminar (2010). Penerapan Pedagogi Dan Andragogi Pada Pembelajaran Pendidikan Kesetaraan Kelompok Belajar Paket A, B, dan C Di Kota Semarang. Disertasi. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Tidak dterbitkan.

Yuliadi, Rahmat. (2006). Pengembangan model pembelajaran partisipatif pada pelatihan keterampilan fungsional bagiu peningkatan kewirausahaan. Disertasi Doktor pada SPS UPI Bandung. Tidak diterbitkan.