MIKROENKAPSULASI VERAPAMIL HIDROKLORIDA MENGGUNAKAN METODE KOASERVASI DENGAN PENYALUT ALBUMIN.
MIKROENKAPSULASI VERAPAMIL HIDROKLORIDA
MENGGUNAKAN METODE KOASERVASI
DENGAN PENYALUT ALBUMIN
SKRIPSI SARJANA FARMASI
Oleh :
RAHMADINI HARLYA
No. BP 06 131 027FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2012
(2)
iv
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahirabbil’alamin segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan
penelitian dan penulisan skripsi ini dengan judul “MIKROENKAPSULASI
VERAPAMIL HIDROKLORIDA MENGGUNAKAN METODE
KOASERVASI DENGAN PENYALUT ALBUMIN”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program pendidikan strata satu pada Fakultas
Farmasi Universitas Andalas.
Selesainya penulisan skripsi ini tidak lepas dari do’a dan dukungan yang diberikan oleh orang tua, adik, keluarga dan rekan-rekan penulis baik moril maupun
materil. Pada kesempatan ini izinkanlah penulis mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga kepada Bapak Prof. Dr. rer. nat. Auzal Halim, Apt dan Bapak Syofyan,
S.Si, M.Farm, Apt selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu, memberi
petunjuk, ilmu, nasehat, dan bimbingan selama masa penelitian dan penyusunan
skripsi ini.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Elfi Sahlan Ben, Apt selaku kepala laboratorium
Teknologi Farmasi Sediaan Padat Universitas Andalas, Bapak Drs.
Mahyuddin selaku kepala laboratorium Analisa Fisiko Kimia Universitas
(3)
v
penelitian Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Padang, yang telah memberikan izin
penggunaan laboratorium dan alat kepada penulis selama penelitian.
2. Ibu Dra. Hj. Asmi Ilyas dan Ibu Prof. Dr. Hj. Marlina, MS, Apt selaku
penasehat akademik yang telah membimbing dan membantu dalam
kelancaran studi penulis.
3. Bapak Dr. Muslim Suardi, M.S, Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Andalas.
4. Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi Universitas Andalas yang
selama ini telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berguna bagi
penulis.
5. Orang tua, adik dan seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan serta
doanya.
6. Rekan-rekan kerja serta analis labor di Laboratorium Unit Bidang Teknologi
Farmasi yang telah memberikan bantuan dan dukungan selama pelaksanaan
penelitian.
7. Rekan-rekan mahasiswa farmasi, terutama keluarga besar Farmasi 2006
(Phorensix), dan semua pihak yang telah membantu penulis selama
pendidikan, penelitian dan penulisan skripsi ini.
Segala kritik dan saran sangat diharapkan untuk membantu dalam kesempurnaan
skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Amin.
Padang, Januari 2012
(4)
vi
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang mikroenkapsulasi verapamil hidroklorida dengan penyalut albumin menggunakan metode koaservasi. Perbandingan antara verapamil hidroklorida dan albumin untuk formula I, II, III dan IV adalah 2:0,5 ; 2:1: ; 2:1,5 dan 2:2. Mikrokapsul yang dihasilkan dievaluasi meliputi fotomikroskopis, analisa spektroskopi infrared, distribusi ukuran partikel, penetapan kadar, dan uji disolusi dalam medium HCl 0,1N serta kinetika pelepasannya. Hasil fotomikroskopis menunjukkan mikrokapsul yang dihasilkan berbentuk multinuklear irreguler. Mikrokapsul mempunyai distribusi ukuran partikel 66,65 µm – 733,816 µm. Kadar verapamil hidroklorida dalam mikrokapsul yaitu 52,8769 ± 4,132, 58,6274 ± 0,631, 67,0695 ± 1,044, dan 67,0695 ± 1,044 berturut – turut dalam formula I, II, III, dan IV. Hasil disolusi menunjukkan bahwa semakin besar jumlah konsentrasi albumin yang digunakan dalam kombinassebagai penyalut maka semakin besar penghambatan pelepasan verapamil hidroklorida dari mikrokapsul. Model kinetika pelepasan verapamil hidroklorida dari mikrokapsul mengikuti persamaan Langenbucher.
(5)
vii
ABSTRACT
An investigation of microencapsulation verapamil hydrochloride with albumin as coating agent by using coaservation method had been done. Comparison between verapamil hydrochloride and albumin to the formula I, II, III and IV were 2:0,5 ; 2:1: ; 2:1,5 and 2:2. The resulting microcapsules were evaluated include photomicroscopic, analysis spectroscopy of IR, particle size distribution, determination of verapamil hydrochloride in microcapsules, dissolution test in 0.1N HCl medium and the kinetics of its release. The results showed microcapsules photomicroscopic produced multinucleated irregular shaped. Particle size distribution of microcapsules was 66.65 μm - 733.816 μm. Determination of verapamil hydrochloride in the microcapsules were 52,8769 ± 4,132, 58,6274 ± 0,631, 67,0695 ± 1,044, and 67,0695 ± 1,044 respectively - participated in the formula I, II, III, and IV. Dissolution results showed that the greater amount of albumin used in coating gave the greater inhibition release of verapamil hydrochloride from the microcapsules. Model release kinetics of verapamil hydrochloride from the microcapsules followed the Langenbucher equation.
(6)
viii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR iv
ABSTRAK vi
ABSTRACT vii
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR LAMPIRAN xv
I. PENDAHULUAN 1
II. TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1. Verapamil Hidroklorida 4
2.1.1. Tinjauan kimia 4
2.1.2. Tinjauan farmakokinetika 4
2.1.3. Tinjauan farmakodinamik 5
2.2. Albumin 6
2.3. Mikroenkapsulasi 7
2.3.1. Tinjauan umum 7
2.3.2. Prinsip dasar mikroenkapsulasi 8
2.3.3. Tujuan mikroenkapsulasi 8
2.3.4. Metoda mikroenkapsulasi 9
2.3.5. Ukuran mikrokapsul 13
(7)
ix
2.4. Sediaan Lepas Lambat 14
2.5. Disolusi 18
2.5.1. Teori disolusi 18
2.5.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju disolusi 20
2.5.3. Kegunaan penentuan uji disolusi 21
2.5.4. Metoda uji disolusi 22
2.5.5. Tahapan proses disolusi dan absorpsi sediaan padat 23
2.5.6. Efisiensi disolusi 23
2.6. Kinetika Pelepasan Obat 24
III. PELAKSANAAN PENELITIAN 28
3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian 28
3.2. Metodologi Penelitian 28
3.2.1. Penyiapan alat dan bahan 28
3.3. Pembuatan reagensia 29
3.4. Prosedur kerja 29
3.4.1. Pemeriksaan pendahuluan bahan baku 29
3.4.2. Pembuatan mikrokapsul 30
3.4.3. Evaluasi mikrokapsul kaptopril 31
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 34
4.1. Hasil penelitian 34
4.2. Pembahasan 36
V. KESIMPULAN DAN SARAN 43
5.1. Kesimpulan 43
(8)
x
RUJUKAN 44
(9)
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
II.1 Proses mikroenkapsulasi dan penerapannya 13
III.1 Formula mikrokapsul 30
IV.1 Hasil pemeriksaan bahan baku verapamil hidroklorida 47
IV.2 Hasil pemeriksaan bahan baku albumin 47
IV.3 Hasil pemeriksaan bahan pembantu natrium sulfat 48
IV.4 Hasil pemeriksaan bahan pembantu glutaraldehid 48
IV.5 Sertifikat Analisis Bahan Baku Verapamil Hidroklorida 49
IV.6 Hasil distribusi ukuran partikel menggunakan okulomikrometer 54
IV.7 Data penimbangan mikrokapsul yang dihasilkan, perolehan 55
kembali dan kadar verapamil hidroklorida dalam mikrokapsul IV.8 Data serapan maksimum verapamil hidroklorida dalam metanol 56
IV.9 Data serapan verapamil hidroklorida dalam metanol 57
IV.10 Data serapan maksimum verapamil hidroklorida dalam HCL 0.1 N 58
IV.11 Data serapan verapamil hidroklorida dalam medium HCl 0.1 N 59
IV.12 Data hasil disolusi mikrokapsul verapamil hidroklorida dalam 60
medium HCl 0.1 N IV.13 Data hasil perhitungan efisiensi disolusi mikrokapsul verapamil 61
IV.14 Data persen terdisolusi model pelepasan kinetika dari mikrokapsul 62 IV.15 Model kinetika pelepasan zat aktif dalam mikrokapsul 65
IV.16 Data hasil perhitungan persentase verapamil hidroklorida terdisolusi 67
(10)
xii
IV.17 Data efisiensi disolusi mikrokapsul verapamil hidroklorida 73
IV.18 Hasil perhitungan statistik secara analisa varian satu arah 75
efisiensi disolusi mikrokapsul verapamil hidroklorida
IV.19 Hasil perhitungan statistik secara analisa varian satu arah terhadap 76
efisiensi disolusi mikrokapsul verapamil hidroklorida menggunakan
(11)
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
II.1 Struktur kimia verapamil hidroklorida 4
II.2 Struktur kimia albumin 6
II.3 Prinsip pembentukan mikrokapsul dengan teknik penguapan pelarut 10
II.4 Bentuk-bentuk mikrokapsul 14
II.5 Gambaran umum pelepasan obat sediaan lepas berkesinambungan 16
II.6 Skema proses disolusi pada sediaan padat 23
IV.1 Spektrum IR dari verapamil hidroklorida 50
IV.2 Spektrum IR dari albumin 50
IV.3 Spektrum IR dari mikrokapsul kosong 51
IV.4 Spektrum IR dari mikrokapsul verapamil hidroklorida 51
IV.5 Mikroskopis mikrokapsul verapamil hidroklorida formula 1 52
dengan perbesaran 20x IV.6 Mikroskopis mikrokapsul verapamil hidroklorida formula 2 52
dengan perbesaran 20x IV.7 Mikroskopis mikrokapsul verapamil hidroklorida formula 3 53
dengan perbesaran 20x IV.8 Mikroskopis mikrokapsul verapamil hidroklorida formula 4 53
dengan perbesaran 20x IV.9 Kurva distribusi ukuran partikel 54
(12)
xiv
IV.11 Kurva kalibrasi verapamil hidroklorida dalam metanol 57
IV.12 Serapan maksimum verapamil hidroklorida dalam HCL 0.1 N 58
IV.13 Kurva kalibrasi verapamil hidroklorida dalam medium HCl 0.1 N 59
IV.14 Profil disolusi mikrokapsul verapamil hidroklorida 61
dalam medium HCl 0.1 N IV.15 Profil kinetika pelepasan zat aktif dari mikrokapsul 63
berdasarkan orde 0 IV.16 Profil kinetika pelepasan zat aktif dari mikrokapsul 63
berdasarkan orde 1 IV.17 Profil kinetika pelepasan zat aktif dari mikrokapsul 64
berdasarkan persamaan Higuchi IV.18 Profil kinetika pelepasan zat aktif dari mikrokapsul 64
berdasarkan persamaan Langerbucher IV.19 Profil kinetika pelepasan zat aktif dari mikrokapsul 65
berdasarkan persamaan Korsmeyer peppas IV.20 Efisiensi disolusi mikrokapsul formula 1 71
(13)
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Pemeriksaan bahan baku 47
2. Evaluasi mikrokapsul 55
3. Penentuan panjang gelombang serapan maksimum dan kurva 56
kalibrasi verapamil hidroklorida dalam metanol dan HCl 0,1 N
4. Disolusi mikrokapsul verapamil hidroklorida 60
5. Model kinetika pelepasan obat dari mikrokapsul 62
6. Contoh perhitungan perolehan kembali dan penetapan kadar zat 65
aktif dalam mikrokapsul formula 1
7. Contoh perhitungan persentase verapamil hidroklorida terdisolusi dalam 67
mikrokapsul formula 1 dalam medium HCl 0,1 N
8. Contoh perhitungan efisiensi disolusi 71
(14)
(15)
(16)
I. PENDAHULUAN
Sediaan lepas lambat merupakan bentuk sediaan yang dirancang untuk melepaskan obat
ke dalam tubuh secara perlahan-lahan atau bertahap supaya pelepasannya lebih lama dan
memperpanjang aksi obat (Ansel, 2005). Tujuan utama dari sediaan lepas terkendali adalah
untuk mencapai efek terapetik yang diperpanjang disamping memperkecil efek samping yang
tidak diinginkan yang disebabkan oleh fluktuasi kadar obat dalam plasma. Keuntungan bentuk
sediaan lepas lambat antara lain adalah mengurangi fluktuasi kadar obat dalam darah sehingga
efek farmakologisnya lebih stabil, mengurangi frekuensi pemberian, meningkatkan kepuasan
dan kenyamanan pasien, mengurangi efek samping yang merugikan, kondisi pasien lebih cepat
terkontrol, meningkatkan bioavailabilitas pada beberapa obat, mengurangi biaya pemeliharaan
kesehatan karena lebih sedikit satuan dosis yang harus digunakan (Ansel, 1999 ; Shargel,
2005).
Ada beberapa macam metode formulasi sediaan lepas lambat, salah satunya dengan
cara penyalutan. Penyalutan ini berfungsi mengendalikan ketersediaan bahan aktif dalam
bentuk larutan. Penyalutan serbuk bahan aktif dapat dilakukan dengan metode
mikroenkapsulasi (Benita, 2001). Mikroenkapsulasi adalah suatu proses penggunaan penyalut
yang relatif tipis pada partikel-partikel kecil zat padat atau tetesan cairan dan dispersi zat cair.
Mikroenkapsulasi meliputi penyalutan partikel dengan besar partikel yang berkisar antara 1– 5000 µm. Keuntungan dari mikroenkapsulasi adalah memberikan sarana mengubah cairan
menjadi zat padat , mengubah sifat koloidal dan sifat-sifat permukaan, memberi perlindungan
terhadap pengaruh lingkungan, serta mengontrol pelepasan karakteristik atau penyediaan
bahan-bahan tersalut, kecilnya partikel yang tersalut dan penggunaan lebih lanjut serta adaptasi
terhadap berbagai bentuk takaran dan penggunaan produk. Karena kecilnya partikel, maka
bagian-bagian obat dapat dibagikan secara luas melalui saluran cerna, sehingga menaikkan
(17)
Penggunaan mikroenkapsulasi dapat digunakan untuk tujuan lepas lambat atau obat
dengan kerja diperpanjang, penutupan rasa tablet kunyah,tablet tipis tunggal yang mengandung
bahan-bahan tak tercampurkan secara kimia, dan konsep formulasi baru untuk berbagai
sediaan farmasi (Lachman, Lieberman & Kanig, 1994).
Sifat fisika dan sifat kimia dari mikrokapsul ditentukan oleh pemilihan bahan penyalut
dan metoda mikroenkapsulasi yang digunakan. Salah satu metoda yang umum digunakan
adalah metoda koaservasi. Koaservasi diartikan sebagai pemisahan koloid terlarut menjadi fase
yang kaya koloid dan miskin koloid. Pemisahan fase ini dapat diinduksi dengan penambahan
suatu garam anorganik yang larut di dalam larutan koloid tersebut (Swarbrick, 1990).
Pemilihan bahan penyalut yang tepat sangat menentukan sifat akhir dari mikrokapsul,
sehingga pemilihan ini harus mendapat pertimbangan semestinya. Dalam rangka
pengembangan sistem pembawa obat dalam sediaan mikrokapsul telah digunakan albumin
yang dapat membentuk mikrokapsul dan diharapkan zat aktif akan dilapisi oleh lapisan tipis,
sehingga zat aktif akan dilapiskan secara konstan dan berkesinambungan serta akan bertahan
dalam jangka waktu yang lama (Novita, 1995 ; Sudha & Deshpande, 2008).
Albumin stabil secara fisika dan kimia, cepat dipindahkan dari sistem vaskular dengan
cara fagositosis, bersifat non-antigenik dan dapat dimetabolisme. Berdasarkan sifat-sifat
tersebut, albumin dapat digunakan untuk sediaan.
Albumin merupakan serbuk berwarna kuning pucat yang diperoleh dari putih telur
ayam. Albumin mengembang dalam air yang kemudian sedikit demi sedikit akan melarut.
Albumin dikenal juga dengan protein telur yang tersusun dari beberapa asam amino. Asam
amino berikatan satu sama lain dengan ikatan peptida (Anonim, 1995 ; Anonim, 2009).
Verapamil hidroklorida merupakan obat antiangina golongan penghambat kanal
kalsium. Mekanisme kerjanya adalah menghambat masuknya ion kalsium yang terdapat pada
membrane sel atau sarkolema. Absorbsi oral dari verapamil hidroklorida adalah dari 90% dan
obat ini apabila diberikan dalam dosis tunggal akan memiliki waktu paruh 3-7 jam tetapi
memiliki bioavailabilitas hanya sekitar 20%. Obat ini didistribusikan dengan cepat dan terikat
(18)
15% oleh saluran gastrointestinal. Verapamil hidroklorida juga memiliki efek samping yaitu
konstipasi, nyeri kepala, pusing, muka merah, hipotensi, gagal jantung, dan lain-lain. Sebagai
obat antiangina, dosis yang biasa diberikan adalah 80-120 mg sehari digunakan 3 kali sehari
(Katzung, 1995 ; Shargel, 2005).
Dengan waktu paruh eliminasi cepat, diperlukan pemberian secara berulang. Untuk
menunjang keberhasilan pengobatan pada penyakit kronis, diperlukan kadar terapi efektif yang
konstan sepanjang waktu serta kepatuhan pasien. Bentuk sediaan dengan sistem pelepasan
terkendali merupakan alternatif yang dapat digunakan untuk menjaga kadar terapi obat
terus-menerus dan meningkatkan kepatuhan pasien (Sutriyo, 2004).
Berdasarkan uraian diatas, maka dicoba untuk membuat mikrokapsul verapamil
hidroklorida dengan penyalut albumin dengan menggunakan metoda koaservasi, agar
(1)
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Pemeriksaan bahan baku 47
2. Evaluasi mikrokapsul 55
3. Penentuan panjang gelombang serapan maksimum dan kurva 56
kalibrasi verapamil hidroklorida dalam metanol dan HCl 0,1 N 4. Disolusi mikrokapsul verapamil hidroklorida 60 5. Model kinetika pelepasan obat dari mikrokapsul 62 6. Contoh perhitungan perolehan kembali dan penetapan kadar zat 65
aktif dalam mikrokapsul formula 1
7. Contoh perhitungan persentase verapamil hidroklorida terdisolusi dalam 67 mikrokapsul formula 1 dalam medium HCl 0,1 N 8. Contoh perhitungan efisiensi disolusi 71 9. Hasil analisa statistik mikrokapsul verapamil hidroklorida 75
(2)
(3)
(4)
I. PENDAHULUAN
Sediaan lepas lambat merupakan bentuk sediaan yang dirancang untuk melepaskan obat ke dalam tubuh secara perlahan-lahan atau bertahap supaya pelepasannya lebih lama dan memperpanjang aksi obat (Ansel, 2005). Tujuan utama dari sediaan lepas terkendali adalah untuk mencapai efek terapetik yang diperpanjang disamping memperkecil efek samping yang tidak diinginkan yang disebabkan oleh fluktuasi kadar obat dalam plasma. Keuntungan bentuk sediaan lepas lambat antara lain adalah mengurangi fluktuasi kadar obat dalam darah sehingga efek farmakologisnya lebih stabil, mengurangi frekuensi pemberian, meningkatkan kepuasan dan kenyamanan pasien, mengurangi efek samping yang merugikan, kondisi pasien lebih cepat terkontrol, meningkatkan bioavailabilitas pada beberapa obat, mengurangi biaya pemeliharaan kesehatan karena lebih sedikit satuan dosis yang harus digunakan (Ansel, 1999 ; Shargel, 2005).
Ada beberapa macam metode formulasi sediaan lepas lambat, salah satunya dengan cara penyalutan. Penyalutan ini berfungsi mengendalikan ketersediaan bahan aktif dalam bentuk larutan. Penyalutan serbuk bahan aktif dapat dilakukan dengan metode mikroenkapsulasi (Benita, 2001). Mikroenkapsulasi adalah suatu proses penggunaan penyalut yang relatif tipis pada partikel-partikel kecil zat padat atau tetesan cairan dan dispersi zat cair. Mikroenkapsulasi meliputi penyalutan partikel dengan besar partikel yang berkisar antara 1– 5000 µm. Keuntungan dari mikroenkapsulasi adalah memberikan sarana mengubah cairan menjadi zat padat , mengubah sifat koloidal dan sifat-sifat permukaan, memberi perlindungan terhadap pengaruh lingkungan, serta mengontrol pelepasan karakteristik atau penyediaan bahan-bahan tersalut, kecilnya partikel yang tersalut dan penggunaan lebih lanjut serta adaptasi terhadap berbagai bentuk takaran dan penggunaan produk. Karena kecilnya partikel, maka bagian-bagian obat dapat dibagikan secara luas melalui saluran cerna, sehingga menaikkan potensi penyerapan obat (Lachman, Lieberman & Kanig, 1994).
(5)
Penggunaan mikroenkapsulasi dapat digunakan untuk tujuan lepas lambat atau obat dengan kerja diperpanjang, penutupan rasa tablet kunyah,tablet tipis tunggal yang mengandung bahan-bahan tak tercampurkan secara kimia, dan konsep formulasi baru untuk berbagai sediaan farmasi (Lachman, Lieberman & Kanig, 1994).
Sifat fisika dan sifat kimia dari mikrokapsul ditentukan oleh pemilihan bahan penyalut dan metoda mikroenkapsulasi yang digunakan. Salah satu metoda yang umum digunakan adalah metoda koaservasi. Koaservasi diartikan sebagai pemisahan koloid terlarut menjadi fase yang kaya koloid dan miskin koloid. Pemisahan fase ini dapat diinduksi dengan penambahan suatu garam anorganik yang larut di dalam larutan koloid tersebut (Swarbrick, 1990).
Pemilihan bahan penyalut yang tepat sangat menentukan sifat akhir dari mikrokapsul, sehingga pemilihan ini harus mendapat pertimbangan semestinya. Dalam rangka pengembangan sistem pembawa obat dalam sediaan mikrokapsul telah digunakan albumin yang dapat membentuk mikrokapsul dan diharapkan zat aktif akan dilapisi oleh lapisan tipis, sehingga zat aktif akan dilapiskan secara konstan dan berkesinambungan serta akan bertahan dalam jangka waktu yang lama (Novita, 1995 ; Sudha & Deshpande, 2008).
Albumin stabil secara fisika dan kimia, cepat dipindahkan dari sistem vaskular dengan cara fagositosis, bersifat non-antigenik dan dapat dimetabolisme. Berdasarkan sifat-sifat tersebut, albumin dapat digunakan untuk sediaan.
Albumin merupakan serbuk berwarna kuning pucat yang diperoleh dari putih telur ayam. Albumin mengembang dalam air yang kemudian sedikit demi sedikit akan melarut. Albumin dikenal juga dengan protein telur yang tersusun dari beberapa asam amino. Asam amino berikatan satu sama lain dengan ikatan peptida (Anonim, 1995 ; Anonim, 2009).
Verapamil hidroklorida merupakan obat antiangina golongan penghambat kanal kalsium. Mekanisme kerjanya adalah menghambat masuknya ion kalsium yang terdapat pada membrane sel atau sarkolema. Absorbsi oral dari verapamil hidroklorida adalah dari 90% dan obat ini apabila diberikan dalam dosis tunggal akan memiliki waktu paruh 3-7 jam tetapi memiliki bioavailabilitas hanya sekitar 20%. Obat ini didistribusikan dengan cepat dan terikat protein plasma ± 90%. Verapamil hidroklorida dieliminasikan oleh ginjal sebanyak 70% dan
(6)
15% oleh saluran gastrointestinal. Verapamil hidroklorida juga memiliki efek samping yaitu konstipasi, nyeri kepala, pusing, muka merah, hipotensi, gagal jantung, dan lain-lain. Sebagai obat antiangina, dosis yang biasa diberikan adalah 80-120 mg sehari digunakan 3 kali sehari (Katzung, 1995 ; Shargel, 2005).
Dengan waktu paruh eliminasi cepat, diperlukan pemberian secara berulang. Untuk menunjang keberhasilan pengobatan pada penyakit kronis, diperlukan kadar terapi efektif yang konstan sepanjang waktu serta kepatuhan pasien. Bentuk sediaan dengan sistem pelepasan terkendali merupakan alternatif yang dapat digunakan untuk menjaga kadar terapi obat terus-menerus dan meningkatkan kepatuhan pasien (Sutriyo, 2004).
Berdasarkan uraian diatas, maka dicoba untuk membuat mikrokapsul verapamil hidroklorida dengan penyalut albumin dengan menggunakan metoda koaservasi, agar pelepasan zat aktif maksimum pada saluran usus dan regimen dosis dapat diperpanjang.