Pengaruh Penagihan Pajak dengan Surat Teguran dan Surat Paksa terhadap Pencairan Tunggakan Pajak di KPP Pratama Bandung Tegallega.

(1)

vi Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

The purpose of this research is to know the effect of tax collection with a reprimand letter and force letter the toward disbursement of Tax Arrears in Tax Service Office Primary of Bandung Tegallega. Model analysis of data used in this study is descriptive statistics to examine and give an overview of how the effect of tax collection with a reprimand letter and force letter toward disbursement of tax arrears 2011-2013 in Tax Service Office Primary of Bandung Tegallega. Based on the analysis of the data with the help of SPSS 21 shows that the partial results of hypothesis testing (t-test) or simultaneously (F-test) to prove that tax collection with a reprimand letter and force letter a have no effect on the disbursement of tax arrears. which means liquidation of arrears of tax is not affected by the number of letters of reprimand and total Forced letters published. Dilution of tax arrears is influenced by other factors outside of this research.

Key words: Tax Collection, Reprimand Letter, Force Letter, Disbursement Tax Arrears


(2)

vii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penagihan pajak dengan surat teguran dan surat paksa terhadap pencairan tunggakan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega. Model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik deskriptif untuk menguji dan memberikan gambaran bagaimana pengaruh surat teguran dan surat paksa terhadap pencairan tunggakan pajak tahun 2011-2013 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega. Berdasarkan hasil analisis data dengan bantuan SPSS 21 menunjukkan bahwa hasil uji hipotesis secara parsial (t-test) maupun simultan (F-test) membuktikan bahwa panagihan pajak dengan surat teguran dan surat paksa tidak mempunyai pengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak. yang artinya pencairan tunggakan pajak tidak dipengaruhi oleh jumlah surat teguran dan jumlah surat paksa yang diterbitkan. Pencairan tunggakan pajak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar pembahasan ini.

Kata kunci: Penagihan Pajak, Surat Teguran, Surat Paksa, dan Pencairan Tunggakan Pajak.


(3)

viii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRACT ... vi

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 7

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA,KERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS ... 9

2.1 Kajian Pustaka ... 9

2.1.1 Pajak ... 9

2.1.1.1 Pengertian Pajak ... 9

2.1.1.2 Fungsi Pajak ... 11


(4)

ix Universitas Kristen Maranatha

2.1.2 Hambatan Dalam Pemungutan Pajak ... 14

2.1.3 Hutang Pajak... 15

2.1.4 Pemeriksaan Pajak ... 17

2.1.4.1 Tujuan Pemeriksaan ... 17

2.1.4.2 Hak WP apabila dilakukan pemeriksaan... 18

2.1.4.3 Kewajiban WP apabila dilakukan pemeriksaan ... 19

2.1.5 Surat Ketetapan Pajak (SKP) ... 22

2.1.6 Surat Tagihan Pajak (STP) ... 23

2.1.6.1 STP bunga penagihan ... 24

2.1.7 Penagihan pajak ... 25

2.1.7.1 Dasar Penagihan Pajak ... 25

2.1.7.2 Tindakan Penagihan Pajak ... 25

2.1.7.3 Daluwarsa Penagihan ... 28

2.1.8 Prosedur penagihan pajak ... 29

2.1.9 Surat Teguran ... 30

2.1.10 Surat Paksa ... 33

2.1.10.1 Pengertian Surat Paksa ... 33

2.1.10.2 Penerbitan Surat Paksa ... 34

2.1.10.3 Pemberitahuan Surat Paksa ... 35

2.1.11 Dasar hukum Penagihan Pajak ... 37

2.1.12 Pengaruh kegiatan penagihan pajak dengan suratteguran dan surat paksa terhadap pencairan tunggakan pajak ... 38

2.2 Kerangka pemikiran... 39


(5)

x Universitas Kristen Maranatha

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 42

3.1 Objek penelitian ... 42

3.2 Metode penelitian ... 42

3.3 Variabel penelitian dan definisi operasional variabel ... 43

3.3.1 Variabel Penelitian ... 43

3.3.1.1 Variabel bebas (Variabel X) ... 43

3.3.1.2 Variabel terikat (Variabel Y) ... 43

3.3.2 Operasional Variabel ... 44

3.4 Populasi dan Sampel ... 44

3.5 Teknik pengumpulan data... 45

3.6 Jenis dan sumber data ... 45

3.7 Metode analisis ... 46

3.7.1 Uji asumsi klasik ... 46

3.7.1.1 Uji normalitas ... 46

3.7.1.2 Uji multikolinearitas ... 47

3.7.1.3 Uji heterokedasitas ... 48

3.7.1.4 Uji autokorelasi... 49

3.7.2 Analisis regresi linear berganda ... 50

3.7.4 Uji hipotesis ... 50

3.7.4.1 Uji analisis koefisien determinasi ... 51

3.7.4.1 Uji statistik f (secara simultan) ... 51


(6)

xi Universitas Kristen Maranatha

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 53

4.1 Gambaran umum perusahaan ... 53

4.1.1 Sejarah terbentuknya KPP Pratama Bandung Tegallega ... 53

4.1.2 Visi, misi, motto dan slogan KPP Pratama Bandung Tegallega ... 55

4.1.3 Tata ruang kantor KPP Pratama Bandung Tegallega ... 57

4.1.4 Struktur Oraganisasi KPP Pratama Bandung Tegallega... 58

4.1.4.1 Uraian tugas dan jabatan... 59

4.1.5 Kondisi Tunggakan KPP Pratama Bandung Tegallega ... 63

4.2 Deskipsi data ... 63

4.3 Hasil Penelitian ... 65

4.3.1 Uji asumsi klasik ... 65

4.3.1.1 Uji normalitas ... 66

4.3.1.2 Uji multikolinearitas ... 66

4.3.1.3 Uji heterokedasitas ... 67

4.3.1.4 Uji autokorelasi... 68

4.3.2 Analisis regresi linear berganda ... 68

4.3.3 Uji hipotesis ... 69

4.3.3.1 Uji analisis koefisien determinasi ... 70

4.3.3.2 Uji statistik f (secara simultan) ... 70

4.3.3.3 Uji statistik t (secara parsial) ... 71


(7)

xii Universitas Kristen Maranatha

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 75

5.1 Simpulan ... 75

5.2 Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 77


(8)

xiii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Hasil dari pemeriksaan pajak ... 22

Gambar 2.2 Prosedur penagihan pajak... 29

Gambar 2.3 Kerangka Penelitian ... 39


(9)

xiv Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Operasional Variabel... 44 Tabel 4.1 Perkembangan tunggakan pajak tahun 2011-2013 ... 63 Tabel 4.2 Jumlah surat teguran dan surat paksa yang terbitkan serta pencairan


(10)

xv Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Jumlah surat teguran dan nilai tunggakannya ... 80

Lampiran B Jumlah surat paksa dan nilai tunggakannya ... 82

Lampiran C Nilai tunggakan pajak secara keseluruhan ... 84

Lampiran D Uji Normalitas ... 86

Lampiran E Multikolinearitas/Uji Regresi Berganda/Uji Statistik t ... 87

Lampiran F Uji Heteroskedastisitas ... 88

Lampiran G Uji Autokorelasi ... 89

Lampiran H Uji Statistik F ... 90


(11)

1

Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Sudah rahasia umum kalau pajak di Indonesia merupakan kontribusi paling besar untuk penghasilan dalam negeri dan juga merupakan sumber utama untuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Kontribusi pajak ini setiap tahunnya terus bertambah, ini juga dikarenakan perkembangan ekonomi di Indonesia dan seperti yang dinyatakan oleh Rimsky (1999:34) yang dikutip oleh Zakiah dan Hantoro (2008 :138) bahwa penerimaan dalam negeri dari sektor pajak adalah sesuatu yang wajar karena secara logis jumlah pembayar pajak dari tahun ke tahun akan semakin banyak sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk dan kesejahteraan masyarakat.

Secara umum definsi pajak seperti yang dikemukakan oleh Pusat Kebijakan Pendapatan Negara dalam situsnya mengemukakan bahwa pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Pajak juga merupakan sebagai wujud kemampuan bangsa Indonesia dalam membangun negaranya sendiri seperti yang disebutkan dalam Ketetapan MPR RI Nomor II/MPR/1998 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) bahwa


(12)

Universitas Kristen Maranatha 2 Bab I Pendahuluan

pelaksanaan pembangunan nasional harus berlandaskan kemampuan sendiri, sedangkan bantuan luar negeri merupakan pelengkap. Oleh karena itu kita sebagai warga negara Indonesia memiliki kewajiban dan peranan penting dalam mewujudkan pembangunan negara dan memenuhi kewajiban dalam membayar pajak merupakan salah satu kewajiban yang harus di penuhi dan tidak boleh diabaikan.

Sistem pemungutan pajak di Indonesia menggunakan self assessment system yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang member wewenang kepada Wajib Pajak (WP) untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang (Sugeng Wahono,2012:11) Sistem ini digunakan demi keadilan untuk masyarakat serta ini juga berarti pemerintah memberikan kepercayaan penuh dan kebebasan sebesar-besarnya bagi masyarakat yang nantinya dapat meningkatkan keadaran dalam masyarakat untuk membayar pajak. Kelemahan dalam sistem ini yaitu masyarakat harus benar-benar mengetahui tata caranya mulai dari melapor, menghitung sampai melaporkan pajaknya.

Selain itu Self assessment system ini sendiri memungkinkan para WP untuk tidak membayar pajaknya. Agar self assessment system ini berjalan dengan efektif maka sudah selayaknya diimbangi dengan upaya penegakan hukum dan pengawasan yang ketat atas kepatuhan WP dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.

Dalam prakteknya optimalisasi penerimaan pajak masih terbentur pada berbagai kendala seperti ketidakmampuan masyarakat untuk membayar pajak, sampai penghindaran pajak (tax avoidance) dari masyarakat yang merasa rugi kalau membayar pajak atau dari pihak-pihak yang tidak mempunyai kesadaran untuk


(13)

Universitas Kristen Maranatha 3 Bab I Pendahuluan

membayar pajak yang mengakibatkan tidak dilunasi utang pajak sebagaimana mestinya.

Akibat dari kendala itu mengakibatkan tunggakan pajak yang terus menerus meningkat yang tentu saja akan sangat merugikan bagi Negara berkembang seperti Indonesia Oleh karena itu, pihak fiskus diharapkan lebih memperhatikan dan mengawasi WP dalam melaksanakan perpajakannya.

Penerimaan pajak Direktorat Jenderal Pajak (DJP) pada semester I (satu) tahun 2013 belum begitu menggembirakan.Hal ini tercermin dari realisasi penerimaan pajak periode Januari hingga Juni 2013 lalu yang masih dibawah rencanapenerimaan. Penerimaan pajak yang dapat direalisasikan oleh DJP sampai dengan 28 Juni 2013 mencapai Rp 411,3 triliun atau sekitar 42% dari target penerimaan pajak yang dipatok Pemerintah dalam APBN-P tahun 2013. Di sisi lain, penerimaan pajak dalam APBN-P 2013 ditargetkan sebesar Rp 995,213 triliun dari target pendapatan negara tahun ini sebesar Rp1.502,0 triliun. "Jadi kalau 42% itu tidak terlalu buruk meskipun dibawah yang kita harapkan.Kita harapkan sebelumnya sebetulnya (bisa mencapai) 45% sehingga semester II 55%" ungkap A. Fuad Rahmany, DJP, ketika menggelar jumpa pers di Kantor Pusat DJP pada hari Kamis 4 Juli 2013 (Metrotvnews). Informasi terakhir sampai dengan tanggal 30 Agustus 2013, penerimaan pajak yang dapat direalisasikan oleh DJP baru mencapai Rp 556,349 triliun atau sekitar 55,90% (Irwan Aribowo, 2013, http:// www.bppk.depkeu.go.id).

Upaya yang dilakukan oleh pihak fiskus mempunyai peran yang besar bagi meningkatnya penerimaan pajak. Untuk menindaklanjuti kecurangan dan kelalaian


(14)

Universitas Kristen Maranatha 4 Bab I Pendahuluan

dari WP dibutuhkan tindakan penagihan pajak, seperti yang di atur dalam Undang-undang No.19 Tahun 2000 Tentang penagihan surat paksa yang merupakan revisi dari Undang-undang No.19 Tahun 1997 berbunyi bahwa Penagihan Pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung Pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita.

Kegiatan penagihan bukan pekerjaan mudah, pelaksanaannya sangat sulit di lapangan, karena berhadapan langsung dengan beberapa WP yang karakternya beraneka ragam dalam tindakan penagihan pajak fiskus di harapkan berperan aktif dalam pelaksanaan pencairan tunggakan pajak sebagai upaya untukmeningkatkan penerimaan dari sektor pajak. (Derlina, 2013:1521)

Penagihan pajak merupakan bagian dari administrasi pajak yang keberadaannya sangat di perlukan oleh fiskus, penagihan aktif meliputi penerbitan surat teguran, surat paksa, surat perintah melaksanakan penyitaan (SPMP), surat pemeberitahuan lelang, pencegahan dan penyanderaan, dimana hal ini diperlukan bilamana WP tidak atau belum memiliki kesadaran,kejujuran,tax mindness dan disiplin. Oleh karena itu masih dibutuhkan campur tangan dari Direktorat Jendral Pajak dalam berbagai bentuk. (Rudi dan charoline, 2013: 3)

Pemerintah menyadari bahwa upaya-upaya pelaksanaan pemeriksaan yang menghasilkan ketetapan yang efektif dengan berpegang pada asas keadilan serta


(15)

Universitas Kristen Maranatha 5 Bab I Pendahuluan

penagihan pajak terutama dengan cara aktif akan dapat meningkatkan penerimaanpajak melalui pencairan tunggakan pajak.

Dalam rangka meningkatkan efektifitas tindakan hukum pemerintah jugamelakukan perubahan terhadap Undang-undang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa, Peraturan-peraturan yang berkaitan dengan penagihan pajak, diantaranya merubah Undang-undang No.19 Tahun 1997 tentang penagihan pajak dengan SuratPaksa terakhir dengan Undang-undang No.19 Tahun 2000, dan tindakan-tindakanpenagihan pajak yang telah diatur dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan dilakukan penyempurnaan dalam Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000( dalam pasal 18 sampai pasal 24).

Kemudian dilakukan penyempurnaan kembali untuk ketiga kalinya dalamUndang-undang Nomor 28 Tahun 2007 dan penetapan PERPU Nomor 5 Tahun 2008 dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2009 sebagai perubahan keempat.

Perubahan tersebut mengindikasikan keseriusan pihak pemerintah dalam menggali pajak melalui penagihan pajak yang efektif, tindakan ini dilakukan mengingat peranan penagihan pajak cukup potensial terhadap penerimaan Negara dari sektor pajak.(Rudi dan Charoline, 2013:4)

Diharapkan Undang-undang penagihan pajak dapat mengatasi pemasalahan mengenai tunggakan pajak yang masih tinggi, tunggakan pajak ini akan semakin meningkat dari waktu kewaktu apabila tidak di imbangi dengan tindakan


(16)

Universitas Kristen Maranatha 6 Bab I Pendahuluan

pencairandan penagihan yang aktif dari pemerintah yang tentunya dapat berakibat kerugian yang sangat besar jika tidak segera di tangani.

Penelitian serupa sudah pernah dilakukan untuk masalah penagihan pajak ini diantarannya oleh Pandopotan Ritonga (2012) yang meneliti pengaruh penagihan pajak dengan surat paksa terhadap kepatuhan WP

di kantor pelayanan pajak pratama medan timur hasil dari penelitiannya adalah penagihan pajak dengan surat paksa mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan WP.

Kemudian penelitian oleh Derlina Sutria Tunas (2013) tentang efektivitas penagihan tunggakan pajak dengan surat paksa pada kantor pelayanan pajak pratama menado hasilnya pada tahun 2011 penggunaan dengan surat paksa tergolong belum efektif dalam pencairan pajak namun pada tahun 2012 mengalami peningkatan yang efektif.

Penelitian oleh Zakiah M. Syahab dan Hantoro Arief Gisijanto (2008) mengenai pengaruh penagihan pajak dan surat paksa terhadap penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) badan juga menyatakan bahwa penagihan dan surat paksa baik secara simultan maupun parsial berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan PPh Badan.

Namun Penelitian yang dilakukan oleh Affan Marhaendi (2009) mengenai pengaruh tindakan penagihan aktif dalam usaha mencairkan tunggakan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Taman Sari Satu Jakarta menyatakan bahwa Penelitian ini membuktikan bahwa jumlah surat – surat yang diterbitkan oleh KPP


(17)

Universitas Kristen Maranatha 7 Bab I Pendahuluan

Pratama Tamansari Satu Jakarta sebagai pelaksaan tindakan Penagihan Aktif tidak berpengaruh signifikan baik terhadap pencairan tunggakan pajak Akibat Penagihan aktif di KPP PratamaTamansari Satu Jakarta.

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Andi Marduati (2012) dengan objek penelitian yang berbeda tempat yaitu di KPP Bandung Tegallega.

Berdasarkan uraian diatas berkaitan dengan masalahdiatas penulis tertarik untuk membuat penelitian dengan judul: Pengaruh Penagihan Pajak Dengan Surat Teguran Dan Surat Paksa Terhadap Pencairan Tunggakan Pajak Di KPP

Pratama Bandung Tegallega

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan dari latar belakang diatas, maka perumusan masalah yang diajukan adalah untuk mengetahui:

Apakah penagihan dengan surat teguran dan surat paksa mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pencairan tunggakan pajak di Kantor KPP Pratama Bandung Tegallega?


(18)

Universitas Kristen Maranatha 8 Bab I Pendahuluan

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari perumusan masalah diatas maka tujuan dari skripsi ini adalah untuk menguji dan menganalisis pengaruh kegiatan penagihan pajak dengan jumlah surat teguran dan surat paksa yang diterbitkan terhadap pencairan tunggakan pajak di Kantor KPP Pratama Bandung Tegallega.

1.4Manfaat Penelitian

1) Bagi Penulis

Untuk menambah ilmu pengetahuan tentang dan wawasan tentang pajak yang terjadi di lapangan serta dapat menerapkan teori yang diperoleh dalam perkuliahan di kehidupan nyata.

2) Bagi Aparat Pajak

Dalam hal ini aparat pajak yang institusinya KPP semakin mengetahui pengaruh pelaksanaan penagihan pajak yang dilakukan aparat pajak terhadap tingkat pencairan tunggakan pajak oleh WP.

3) Bagi Pembaca

Dapat dijadikan bahan referensi khusus untuk pengkajian topik penelitian dalam masalah yang sama atau tambahan informasi bagi yang ingin memperlajarinnya.


(19)

75

Universitas Kristen Maranatha

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1Simpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh surat teguran dan surat paksa terhadap pencairan tunggakan pajak. Berdasarkan analisis data, simpulan yang dapat diambil dalan penelitian ini adalah:

1. Tidak terdapat pengaruh antara surat teguran dengan pencairan tunggakan pajak di KPP Pratama Bandung Tegallega karena dari hasil statistik t menunjukan variabel STeguran memiliki nilai p-value (Asymp Sig) sebesar 0.774. Nilai ini lebih besar dibandingkan dengan tingkat signifikansi yang digunakan yaitu 0.05.

2. Tidak terdapat pengaruh antara surat paksa dengan pencairan tunggakan pajak di KPP Pratama Bandung Tegallega karena dari hasil statistik t variabel SPaksa memiliki nilai p-value (Asymp Sig) sebesar 0.373.Nilai ini lebih besar dibandingkan dengan tingkat signifikansi yang digunakan yaitu 0.05.

3. Variabel surat teguran dan surat paksa secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak di KPP Pratama Bandung Tegallega karena dari hasil statistik f menunjukan bahwa nilai Sig. F sebesar 0.653. Nilai ini lebih besar dibandingkan dengan tingkat signifikansi yang digunakan yaitu 0.05


(20)

Universitas Kristen Maranatha Bab V Kesimpulan dan Saran 76

5.2Saran

Saran yang dapat diberikan sehubungan dengan hasil penelitian ini adalah:

1. Lebih menekankan lagi tindakan pelaksanaan hukum yang lebih tegas mengenai pajak baik terhadap WP maupun aparat pajak itu sendiri. Karena banyaknya WP yang tidak menaati dan sepenuhnya sadar terhadap pentingnya membayar pajak serta pelaksanaan penagihan aktif yang dilakukan aparat pajak di lapangan yang belum sesuai dengan aturan teknis yang berlaku, sehingga solusi yang paling baik adalah membuat hukum lebih bersifat memaksa agar para WP dan para aparat pajak taat akan hukum. 2. Penagihan pajak sebaiknya dilakukan oleh aparat pajak yang professional,

jujur, teliti dan bertanggung jawab sehingga hal-hal seperti tindakan penyogokan ataupun pemanipulasian data yang dilakukan oleh WP dapat dihindari, pemilihan SDM yang tepat juga harus diperhatikan.

3. Selalu update terus informasi-informasi terhadap WP terutama mengenai alamat si WP agar tidak kehilangan jejak pada saat mencari WP tersebut. 4. Diharapkan para aparat pajak lebih rajin dalam hal sosialisasi mengenai

pentingnya membayar pajak kepada masyarakat dan tegas dalam hal penagihanpajak.

5. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan lebih banyak variable dan jangka waktu yang lebih panjang dan juga dilakukan diberbagai KPP yang ada di Bandung.


(21)

77

Universitas Kristen Maranatha

Daftar Pustaka

Anggraini,Riana.(2012), Hutang Pajak Dan Penagihan Pajak , http://riana.student.esaunggul.ac.id/2012/10/28/hutang-pajak-dan-penagihan-pajak/, (diakses 4 Maret 2014).

Ariwibowo, Irwan. (2013). Bagaimana Strategi DJP Dalam Mengamankan Target Penerimaan Pajak 2013? ,

http://www.bppk.depkeu.go.id/webpajak/index.php/artikel/opini-kita-lain- lain/1430-bagaimana-strategi-djp-dalam-mengamankan-target-penerimaan-pajak-2013,(diakses 4 Maret 2014).

Dimas. (2012). Surat Teguran , http://dimas123456.blogspot.com/2012/06/surat-teguran.html, (diakses 6 Maret 2014).

Direktorat Jendral Pajak. (2013). Ketentuan Umum Perpajakan. Jakarta: Direktorat Jendral Pajak.

Direktorat Jendral Pajak. (2013). Lebih Dekat Dengan Pajak. Jakarta:Direktorat Jendral Pajak.

Hartono, Jogiyanto. (2011). Metodologi Penelitian Bisnis Salah Kaprah dan Pengalaman-pengalaman. Yogyakarta: BPFE.

Hidayat, R., & Cheisviyanny, C. (2013). Pengaruh Kualitas Penetapan Pajak dan Tindakan Penagihan Aktif Terhadap Pencairan Tunggakan Pajak. Jurnal WRA, Vol. 1, No. 1, April 2013 , 1-20.

id.wikipedia.org

Imam, Ghozali. (2009). Aplikasi Analisi Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponogoro.

Marduati, Andi. (2012). Pengaruh Penagihan Pajak Dengan Surat Teguran dan Surat Paksa Terhadap Pencairan Tunggakan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar Barat. Skripsi. Makassar : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hassanuddin.

Marhaendi, A. (2009). Pengaruh Tindakan Penagihan Aktif Dalam Usaha Mencairkan Tunggakan Pajak Pada KPP Pratama Tamansari Satu Jakarta. Skripsi. Depok: Fakultas Ekonomi Universtas Gunadarma.


(22)

78

Universitas Kristen Maranatha Nurdiansyah,Irfan. (2011). Timbulnya Hutang Pajak, http://ndeso-go-blog.blogspot.com/2011/12/timbulnya-hutang-pajak.html, (diakses 5 Maret 2014).

Pencegahan dan Penyanderaan. (2012). http://ein-blues.blogspot.com/2012/07/blog-post.html, (diakses 5 Maret 2014).

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 85/PMK.03/2010 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Penagihan Dengan Surat Paksa Dan Pelaksanaan Penagihan Seketika Dan Sekaligus.

Peraturan Pemerintah Nomor 135 Tahun 2000 Tentang Tata Cara Penyitaan Dalam Rangka Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa.

Peraturan Pemerintah Nomor 137 Tahun 2000 Tentang Tata Cara Penyanderaan,Rehabilitasi Nama Baik Penanggung Pajak, Dan Pemberian Ganti Rugi Dalam Rangka Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa.

Prasetyo,Joko.(2012). Penagihan Pajak (PPSP),

http://satudpajak2011.blogspot.com/2012/06/penagihan-pajak.html,(diakses 5 Maret 2014).

Ritonga, P. (2012). Pengaruh Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dikantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur. Jurnal SAINTIKOM Vol. 11, No. 3, September 2012 , 215-224.

Sugiyono. (2012). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.

Sunjoyo, Setiawan, R., Carolina, V., Magdalena, N., & Kurniawan, A. (2013). Aplikasi SPSS untuk Smart Riset. Bandung: Alfabeta.

Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE - 05/PJ.75/1998 Tentang Upaya Peningkatan Pencairan Tungakan Pajak.

Surat Paksa. http://www.pajakonline.com/engine/learning/view.php?id=627,

(diakses 6 Maret 2014).

Syahab, Z. M., & Gisijanro, H. A. (2008). Pengaruh Penagihan Pajak dan Surat Paksa Pajak. Jurnal Ekonomi Bisnis No. 2 Vol. 13 Agustus 2008 , 137-152. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan

Pajak Dengan Surat Paksa.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan.


(23)

79

Universitas Kristen Maranatha Tunas, D. S. (2013). Efektivitas Penagihan Tunggakan Pajak Dengan Menggunakan

Surat Paksa Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Manado. Jurnal EMBA Vol.1 No.4 Desember 2013 , 1520-1531.

Wahono, Sugeng. (2012). Teori dan Aplikasi Mengurus Pajak itu Mudah. Jakarta: PT Elex Media Komputindo .


(1)

8

Bab I Pendahuluan

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari perumusan masalah diatas maka tujuan dari skripsi ini adalah untuk menguji dan menganalisis pengaruh kegiatan penagihan pajak dengan jumlah surat teguran dan surat paksa yang diterbitkan terhadap pencairan tunggakan pajak di Kantor KPP Pratama Bandung Tegallega.

1.4Manfaat Penelitian

1) Bagi Penulis

Untuk menambah ilmu pengetahuan tentang dan wawasan tentang pajak yang terjadi di lapangan serta dapat menerapkan teori yang diperoleh dalam perkuliahan di kehidupan nyata.

2) Bagi Aparat Pajak

Dalam hal ini aparat pajak yang institusinya KPP semakin mengetahui pengaruh pelaksanaan penagihan pajak yang dilakukan aparat pajak terhadap tingkat pencairan tunggakan pajak oleh WP.

3) Bagi Pembaca

Dapat dijadikan bahan referensi khusus untuk pengkajian topik penelitian dalam masalah yang sama atau tambahan informasi bagi yang ingin memperlajarinnya.


(2)

75

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1Simpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh surat teguran dan surat paksa terhadap pencairan tunggakan pajak. Berdasarkan analisis data, simpulan yang dapat diambil dalan penelitian ini adalah:

1. Tidak terdapat pengaruh antara surat teguran dengan pencairan tunggakan pajak di KPP Pratama Bandung Tegallega karena dari hasil statistik t menunjukan variabel STeguran memiliki nilai p-value (Asymp Sig) sebesar 0.774. Nilai ini lebih besar dibandingkan dengan tingkat signifikansi yang digunakan yaitu 0.05.

2. Tidak terdapat pengaruh antara surat paksa dengan pencairan tunggakan pajak di KPP Pratama Bandung Tegallega karena dari hasil statistik t variabel SPaksa memiliki nilai p-value (Asymp Sig) sebesar 0.373.Nilai ini lebih besar dibandingkan dengan tingkat signifikansi yang digunakan yaitu 0.05.

3. Variabel surat teguran dan surat paksa secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak di KPP Pratama Bandung Tegallega karena dari hasil statistik f menunjukan bahwa nilai Sig. F sebesar 0.653. Nilai ini lebih besar dibandingkan dengan tingkat signifikansi yang digunakan yaitu 0.05


(3)

Bab V Kesimpulan dan Saran 76

5.2Saran

Saran yang dapat diberikan sehubungan dengan hasil penelitian ini adalah:

1. Lebih menekankan lagi tindakan pelaksanaan hukum yang lebih tegas mengenai pajak baik terhadap WP maupun aparat pajak itu sendiri. Karena banyaknya WP yang tidak menaati dan sepenuhnya sadar terhadap pentingnya membayar pajak serta pelaksanaan penagihan aktif yang dilakukan aparat pajak di lapangan yang belum sesuai dengan aturan teknis yang berlaku, sehingga solusi yang paling baik adalah membuat hukum lebih bersifat memaksa agar para WP dan para aparat pajak taat akan hukum. 2. Penagihan pajak sebaiknya dilakukan oleh aparat pajak yang professional,

jujur, teliti dan bertanggung jawab sehingga hal-hal seperti tindakan penyogokan ataupun pemanipulasian data yang dilakukan oleh WP dapat dihindari, pemilihan SDM yang tepat juga harus diperhatikan.

3. Selalu update terus informasi-informasi terhadap WP terutama mengenai alamat si WP agar tidak kehilangan jejak pada saat mencari WP tersebut. 4. Diharapkan para aparat pajak lebih rajin dalam hal sosialisasi mengenai

pentingnya membayar pajak kepada masyarakat dan tegas dalam hal penagihanpajak.

5. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan lebih banyak variable dan jangka waktu yang lebih panjang dan juga dilakukan diberbagai KPP yang ada di Bandung.


(4)

77

Universitas Kristen Maranatha

Daftar Pustaka

Anggraini,Riana.(2012), Hutang Pajak Dan Penagihan Pajak , http://riana.student.esaunggul.ac.id/2012/10/28/hutang-pajak-dan-penagihan-pajak/, (diakses 4 Maret 2014).

Ariwibowo, Irwan. (2013). Bagaimana Strategi DJP Dalam Mengamankan Target Penerimaan Pajak 2013? ,

http://www.bppk.depkeu.go.id/webpajak/index.php/artikel/opini-kita-lain- lain/1430-bagaimana-strategi-djp-dalam-mengamankan-target-penerimaan-pajak-2013,(diakses 4 Maret 2014).

Dimas. (2012). Surat Teguran , http://dimas123456.blogspot.com/2012/06/surat-teguran.html, (diakses 6 Maret 2014).

Direktorat Jendral Pajak. (2013). Ketentuan Umum Perpajakan. Jakarta: Direktorat Jendral Pajak.

Direktorat Jendral Pajak. (2013). Lebih Dekat Dengan Pajak. Jakarta:Direktorat Jendral Pajak.

Hartono, Jogiyanto. (2011). Metodologi Penelitian Bisnis Salah Kaprah dan Pengalaman-pengalaman. Yogyakarta: BPFE.

Hidayat, R., & Cheisviyanny, C. (2013). Pengaruh Kualitas Penetapan Pajak dan Tindakan Penagihan Aktif Terhadap Pencairan Tunggakan Pajak. Jurnal WRA, Vol. 1, No. 1, April 2013 , 1-20.

id.wikipedia.org

Imam, Ghozali. (2009). Aplikasi Analisi Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponogoro.

Marduati, Andi. (2012). Pengaruh Penagihan Pajak Dengan Surat Teguran dan Surat Paksa Terhadap Pencairan Tunggakan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar Barat. Skripsi. Makassar : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hassanuddin.

Marhaendi, A. (2009). Pengaruh Tindakan Penagihan Aktif Dalam Usaha Mencairkan Tunggakan Pajak Pada KPP Pratama Tamansari Satu Jakarta. Skripsi. Depok: Fakultas Ekonomi Universtas Gunadarma.


(5)

Nurdiansyah,Irfan. (2011). Timbulnya Hutang Pajak, http://ndeso-go-blog.blogspot.com/2011/12/timbulnya-hutang-pajak.html, (diakses 5 Maret 2014).

Pencegahan dan Penyanderaan. (2012). http://ein-blues.blogspot.com/2012/07/blog-post.html, (diakses 5 Maret 2014).

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 85/PMK.03/2010 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Penagihan Dengan Surat Paksa Dan Pelaksanaan Penagihan Seketika Dan Sekaligus.

Peraturan Pemerintah Nomor 135 Tahun 2000 Tentang Tata Cara Penyitaan Dalam Rangka Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa.

Peraturan Pemerintah Nomor 137 Tahun 2000 Tentang Tata Cara Penyanderaan,Rehabilitasi Nama Baik Penanggung Pajak, Dan Pemberian Ganti Rugi Dalam Rangka Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa.

Prasetyo,Joko.(2012). Penagihan Pajak (PPSP), http://satudpajak2011.blogspot.com/2012/06/penagihan-pajak.html,(diakses 5 Maret 2014).

Ritonga, P. (2012). Pengaruh Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dikantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur. Jurnal SAINTIKOM Vol. 11, No. 3, September 2012 , 215-224.

Sugiyono. (2012). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.

Sunjoyo, Setiawan, R., Carolina, V., Magdalena, N., & Kurniawan, A. (2013). Aplikasi SPSS untuk Smart Riset. Bandung: Alfabeta.

Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE - 05/PJ.75/1998 Tentang Upaya Peningkatan Pencairan Tungakan Pajak.

Surat Paksa. http://www.pajakonline.com/engine/learning/view.php?id=627,

(diakses 6 Maret 2014).

Syahab, Z. M., & Gisijanro, H. A. (2008). Pengaruh Penagihan Pajak dan Surat Paksa Pajak. Jurnal Ekonomi Bisnis No. 2 Vol. 13 Agustus 2008 , 137-152. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan

Pajak Dengan Surat Paksa.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan.


(6)

79

Universitas Kristen Maranatha Tunas, D. S. (2013). Efektivitas Penagihan Tunggakan Pajak Dengan Menggunakan

Surat Paksa Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Manado. Jurnal EMBA Vol.1 No.4 Desember 2013 , 1520-1531.

Wahono, Sugeng. (2012). Teori dan Aplikasi Mengurus Pajak itu Mudah. Jakarta: PT Elex Media Komputindo .