PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA : Studi Deskriptif Presentase pada Mata Pelajaran IPA di SMP Negeri se-Kecamatan Lembang.

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH MENENGAH

PERTAMA

(Studi Deskriptif Presentase pada Mata Pelajaran IPA di SMP Negeri se-Kecamatan Lembang)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan

Oleh

Syahrizal Komarudin 1000764

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN

DEPARTEMEN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015


(2)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS

PROYEK DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM

2013 DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

(Studi Deskriptif Presentase pada Mata Pelajaran IPA di SMP Negeri se-Kecamatan Lembang)

Oleh

Syahrizal Komarudin

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Syahrizal Komarudin 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

April 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

ABSTRAK

Syahrizal Komarudin (1000764). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek Dalam Implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Menengah Pertama (Studi Deskriptif Presentase pada Mata Pelajaran IPA di SMP Negeri se-Kecamatan Lembang).

Skripsi. Program Studi Teknologi Pendidikan, Departemen Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia, Tahun 2015.

Penelitian ini berkenaan dengan penerapan model pembelajaran berbasis proyek dalam implementasi kurikulum 2013, khususnya dalam perencanaan penerapan model pembelajaran berbasis proyek pada mata pelaaran IPA, pelaksanaan penerapan model pembelajaran berbasis proyek pada mata pelaaran IPA, evaluasi pemanfaatan media TIK penerapan model pembelajaran berbasis proyek pada mata pelaaran IPA. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Populasi diambil dari seluruh jumlah guru IPA Terpadu di SMP Negeri se-Kecamatan Lembang. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini berupa angket. Teknik analisis data menggunakan persentase. Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa, sebagian besar guru IPA Terpadu di SMP Negeri se-Kecamatan Lembang sudah baik dalam menerapkan model pembelajaran berbasis proyek pada mata pelajaran IPA Terpadu. Adapun simpulan khusus dari penelitian ini adalah 1) Sebagian besar guru IPA Terpadu di SMP Negeri se-Kecamatan Lembang melakukan perencanaan penerapan model pembelajaran berbasis proyek dengan baik, namun belum semua guru dapat mengimplementasikan semua langkah perencanaan tersebut dalam model pembelajaran berbasis proyek seperti masih terdapatnya guru yang tidak mempersiapkan rubrik penilaian untuk merekam kegiatan siswa, 2) Sebagian besar guru IPA Terpadu di SMP Negeri se-Kecamatan Lembang melakukan pelaksanaan model pembelajaran berbasis proyek dengan pendekatan saintifik pada mata pelajaran IPA Terpadu dengan cukup baik, namun masih terdapat kekurangan-kekurangan dalam pelaksanaannya seperti masih terdapatnya guru yang tidak menjalankan salah satu langkah dalam model pembelajaran berbasis proyek ini yaitu pemonitoringan siswa, 3) Sebagian besar guru IPA Terpadu di SMP Negeri se-Kecamatan Lembang melakukan evaluasi dalam model pembelajaran berbasis proyek dengan cukup baik.

Kata kunci: Model Pembelajaran Berbasis Proyek, guru IPA Terpadu di SMP Negeri se-Kecamatan Lembang


(5)

IN CURRICULUM 2013 IMPLEMENTATION IN JUNIOR HIGH SCHOOL "

(Percentage Descriptive Study of Science Subject in Lembang Subdistrict Schools)

Abstract: Mini-Thesis. Study Program. Education Technology, Education Technology and Curriculum Department, Educational Science Faculty, Indonesia University of Education. 2015.

This study relates to the implementation of project-based learning model in curriculum 2013 implementation, especially in designing the implementation of project-based learning model in Science subject, implementing project-based learning model in science subject and evaluating the use of ICT media in project-based learning model in science subject. This study is descriptive study by quantitative approach. The population is all Integrated Science subject teachers in State Junior High schools in Lembang Subdistrict. The technique of data collecting in this study is questionnaire. Data anlysis technique used is percentage. Based on the study, it can be concluded that most of Integrated Science subject teachers in State Junior High School in Lembang Subdistrict has been capable to implement the project-based learning model in integrated science subject. The specific conclusion of this study are 1) Most of Integrated Science teachers in State Junior High Schools in Lembang Subdisctrict did the planning of project-based learning model implementation, but not all of them can implement such planning in project-based learning model such as there were still some teachers did not prepare assessment rubric to record the students’ activity 2) Most of Integrated Science teachers in State Junior High Schools in Lembang Subdisctrict did the project-based learning model implementation by scientific approach, meanwhile there were some weaknesses or lack in its implementation such as there were some teacher did not do one of the steps of project-based learning model that is monitoring the students, and 3) Most of Integrated Science teachers in State Junior High Schools in Lembang Subdisctrict did evaluation in project-based learning model quite well.

Key words: Project-based learning model, Integrated Science Teachers in State Junior High Schools in Lembang Subdistrict.


(6)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia bergantung pada kualitas pendidikan. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan masyarakat yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis. Oleh karena itu, pembaharuan pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan suatu bangsa. Kemajuan bangsa Indonesia hanya dapat dicapai melalui penataan pendidikan yang baik. Salah satu upaya meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas adalah melalui pendidikan. Suatu Negara dikatakana maju atau tidak apabila sistem pendidikan didalamnya berlangsung dengan baik dan berkembang pesat mengikuti perkembangan zaman. Pendidikan merupakan tolak ukur terwujudnya generasi muda untuk siap bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Tujuan Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa :

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pernyataan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya supaya memiliki kekuatan spiritual keagamaan, emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.


(7)

Sekolah merupakan suatu tempat terjadinya proses belajar mengajar bagi para peserta didik dan guru, sekolah juga merupakan suatu lingkungan pendidikan yang menyediakan berbagai kesempatan bagi para peserta didik atau peserta didik untuk melakukan berbagai kegiatan belajar. Kesempatan belajar yang diperoleh oleh setiap peserta didik dilingkungan sekolah tersebut dapat membatu peserta didik dalam pengembangan diri dan berperan pula dalam membangun cita-cita yang ditujunya. Sekolah sabagai suatu lembaga pendidikan formal, secara sistematis merencanakan bermacam-macam lingkungan, yakni lingkungan pendidikan yang menyediakan berbagai kesempatan bagi peserta didik untuk melakukan berbagai kegiatana pembelajaran. Dalam berbagai kesempatan belajar itu, pertumbuhan dan perkembangan peserta didik diarahkan dan didorong ke pencapaian tujuan yang dicita-citakan.

Dewasa ini masyarakat sudah sangat memahami peran penting dari pendidikan, masyarakat sudah begitu mengerti betapa pendidikan itu adalah suatu hal yang dapat menopang masa depannya baik secara individu maupun terhadap bangsanya, dalam peraturan pemerintah Republik Indonesia No. 47 tahun 2008 telah dijelaskan yang pada intinya adalah wajib belajar sembilan tahun bagi setiap anak di Indonesia. Hal tersebut menunjukan bahwa pemerintah pun sangat mendorong bagi para masyarakat khususnya anak-anak pada usia efektif belajar untuk terus belajar selama sembilan tahun, arti wajib belajar sembilan tahun disini adalah setiap anak harus mengenyam pendidikan selam sembilan tahun disetiap tingkatan satuan sekolah mulai dari sekolah dasar sampai sekolah menengah pertama. Adapun peraturan lain yang lain mengenai wajib belajar selama 12 tahun, tapi peraturan ini diterbitkan oleh pemerintah daerah bukan oleh pemerinta pusat sehingga peraturan ini hanya digunakan oleh daerah yang sekiranya mampu untuk mengaplikasikan wajib belajar 12 tahun tersebut, mengingat disetiap daerah di Indonesia memiliki standar yang berbeda maka peraturan wajib belajar 12 tahun tersebut tidak semua daerah menggunakannya.


(8)

3

Perkembangan pendidikan di Indonesia dari masa ke masa semakin berkembang pesat, ini dapat dilihat dari penyempurnaan-penyempurnaan yang dilakukan Pemerintah Republik Indonesia terhadap sektor pendidikannya, seperti pengembangan dalam kurikulum yang digunakan di Indonesia. Kurikulum 2013 muncul sebagai pengembangan dan penyempurnaan dari kurikulum terdahulunya yaitu kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), Pemerintah Republik Indonesia menilai bahwa Kurikulum 2013 ini sebagai kurikulum yang lebih efektif dan efisien dibanding kurikulum sebelumnya. Terdapat beberapa perbedaan antara Kurikulum 2013 dengan kurikulum terdahulunya, diantaranya Kurikulum 2013 memiliki tiga model pembelajaran yang dianjurkan untuk digunakan dalam proses pembelajaran, yaitu Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning), Model Pembelajaran Penemuan (Dicovery Learning), dan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning), sementara dalam kurikulum sebelumnya pemerintah tidak membatasi penggunaan model pembelajaran. Seiring perkembangan zaman metode dalam pembelajaran semakin berkembang pula, ada banyak sekali model pembelajaran yang guru gunakan, seperti model pembelajarana berbasis proyek ini, pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning) merupakan metoda belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata. Project-Based Learning dirancang untuk digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik dalam melakukan insvestigasi dan mahaminya. Pengertian dari pembelajaran berbasis proyek juga dikemukakan oleh beberapa ahli, menurut Cord et al. (Khamdi, 2007)

Pembelajaran berbasis proyek adalah suatu model atau pendekatan pembelajaran yang inovatif, yang menekankan belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks. Pembelajaran berbasis proyek adalah penggunaan proyek sebagai model pembelajaran.Proyek-proyek meletakkan peserta didik dalam sebuah peran aktif yaitu sebagai pemecah masalah, pengambil keputusan, peneliti, dan pembuat dokumen.


(9)

Pada struktur kurikulum 2013 jenjang SMP terdapat setidaknya 10 jenis mata pelajaran, salah satunya mata pelajaran IPA yang identik dengan pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik merupakan pendekatan pembelajaran yang mengajarkan kepada peserta didik untuk mengedintifikasi, merumuskan, memecahkan, menarik kesimpulan dan menyajikannya, dengan kata lain pendekatan saintifik ini merupakan metode pembelajaran dengan menggunakan langkah-langkah dan cara-cara yang ilmiah. Berdasarkan hal tersebut mata pelajaran IPA dinilai sangat cocok jika diterapkan dengan model pembelajaran berbasis proyek karena model pembelajaran berbasis proyek dengan pendekatan saintifik dinilai memiliki karakteristik yang sama yaitu menggunakan langkah-langkah ilmiah dalam pembelajaran.

Berdasarkan pengamatan peneliti pada beberapa sekolah memang sudah diterapkan model pembelajaran berbasis proyek pada mata pelajaran IPA, oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai implementasi model pembelajaran berbasis proyek pada mata pelajaran IPA tersebut apakah berjalan baik atau tidak. Berdasarkan hal tersebut peneliti bermaksud melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek Dalam Implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Menengah Pertama”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar masalah yang telah dirumuskan di atas, peneliti mengidentifikasi masalah-masalah yang ada dalam penelitian ini:

1. Munculnya Kurikulum 2013 membawa dampak perubahan dari kurikulum sebelumnya yaitu sulitnya guru untuk memahami konsep Kurikulum 2013.

2. Salah satu elemen pembelajaran pada Kurikulum 2013 yaitu adanya model pembalajaran berbasis proyek yang mengacu pada pendekatan


(10)

5

saintifik, hal itu tentunya menuntut guru untuk menerapkan model pembelajaran berbasis proyek.

3. Pembelajaran IPA merupakan mata pelajaran yang bersifat saintifik sehingga mengharuskan model pembelajaran berbasis proyek untuk diterapkan pada mata pelajaran IPA.

C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian digunakan untuk merumuskan ke dalam suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2011:35). Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah umum dari penelitian tersebut “Bagaimana Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek Dalam Implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Menengah Pertama”.

Dengan demikian dapat dirumuskan tujuan khusus dari permasalahan penelitin ini sebagai berikut :

1. Bagaimana perencanaan penerapan model pembelajaran berbasis proyek pada mata pelajaran IPA di SMP Negeri di Lembang?

2. Bagaimana pelaksanaan model pembelajaran berbasis proyek pada mata pelajaran IPA di SMP Negeri di Lembang?

3. Bagaimana evaluasi dalam penerapan model pembelajaran berbasis proyek pada mata pelajaran IPA di SMP Negeri di Lembang?

D. Batasan Masalah

Peneliti membatasi masalah penelitian untuk memperjelas arah dan tujuan penelitian untuk menghindari pengkajian masalah yang terlalu luas, tidak menyimpang dan tidak melebar kemana-mana. Penelitian ini ditujukan bagi seluruh guru SMP Negeri pada mata pelajaran IPA diseluruh kecamatan lembang. Terdapat 3 model pembelajaran yang digunakan dalam kurikulum 2013, di antaranya Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning), Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning), dan Pembelajaran Berbasis Proyek


(11)

(Project-Based Learning) maka dari itu peneliti membatasi hanya Model Pembelajaran berbasis Proyek saja yang digunakan dalam penelitian ini

E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran penerapan model pembelajaran berbasis proyek dalam implementasi kurikulum 2013 di SMP Negeri di Lembang.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk memeperoleh gambaran mengenai perencanaan penerapan model pembelajaran berbasis proyek pada mata pelajaran IPA di SMP Negeri di Lembang.

b. Untuk memperoleh gambaran mengenai penerapan model pembelajaran berbasis proyek dalam pendekatan saintifik pada mata pelajaran IPA di SMP Negeri di Lembang.

c. Untuk mengetahui bagaimana evaluasi dalam penerapan model pembelajaran berbasis proyek pada mata pelajaran IPA di kurikulum 2013 di SMP Negeri di Lembang.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi, wawasan dan informasi yang berguna bagi Departemen Kurikulum dan Teknologi Pendidikan ,khususnya dalam bidang kajian pembelajaran berbasis proyek dalam implementasi kurikulum 2013.


(12)

7

a. Bagi guru–guru diharapakan penelitian ini dapat menambah wawasan dan memberikan informasi tentang penerapan model pembelajaran berbasis proyek dalam implementasi kurikulum 2013 di SMP Negeri di Lembang. b. Bagi Departemen Kurikulum dan Teknologi Pendidikan diharapkan

penelitian ini dapat menjadi sebuah referensi yang berhubungan dengan studi mengenai model penerapan model pembelajaran berbasis proyek ini didalam kurikulum 2013.

c. Bagi peneliti selanjutnya, dapat dijadikan alternatif dan referensi ataupun sebagai inspirasi dalam penerapan model pembelajran berbasis proyek dalam kurikulum 2013.


(13)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat dilaksanakannya penelitian guna untuk memperoleh data yang diperlukan. Penelitian dilakukan diseluruh Sekolah Menengah Pertama Negeri se-Kecamatan Lembang, diantaranya adalah SMPN 1 Lembang, SMPN 2 Lembang, SMPN 3 Lembang, SMPN 4 Lembang. SMPN 5 Lembang. Penelitian ini lakukan di Sekolah Menengah Pertama se-Kecamatan Lembang karena berdasarkan studi penahuluan yang telah peneliti lakukan sebelumnya peneliti mendapatkan fakta bahwa di sekolah-sekolah tersebut telah menerapkan kurikulum 2013. Berdasarkan hal tersebut peneliti ingin menggali lebih jauh mengenai kurikulum yang telah diterapkan di sekolah-sekolah tersebut sehingga dapat menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini.

2. Populasi Penelitian

Populasi merupakan keseluruhan dari subjek yang akan diteliti dan memenuhi syarat-syarat tertentu untuk menjawab masalah penelitian. Pernyataan tersebut senada dengan apa yang telah dikemukakan Sugiyono (2011:117), bahwa

“populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru mata pelajaran IPA terpadu yang sudah menerapkan kurikulum 2013 diseluruh Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kecamatan Lembang. Adapun jumalah dari guru mata pelajaran IPA terpadu tersebut berjumlah 30 orang.

3. Sampel Penelitian

Sampel merupakan subyek penelitian yang dapat mewakili dari seluruh populasi penelitian. Sampel yang diambil dari populasi harus benar-benar representatif (mewakili). Sebagai mana yang telah dikemukakan Sugiyono


(14)

30

(2011:188), bahwa “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiki oleh populasi tersebut”. Senada dengan penyataan di atas, Arifin

(2011:215) pun mengatakan bahwa “sampel adalah sebagian dari populasi yang akan diselidiki atau juga dapat dikatakan bahwa sampel adalah populasi dalam bentuk mini (miniature population)”.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini mengunakan teknik pengambilan sampel nonprobability sampling dengan sampling jenuh. Peneliti menggunakan teknik sampling ini karena jumlah populasi sebanyak 30 orang. Menurut Riduwan

(2012:64) menjelaskan “sampling jenuh ialah teknik pengambilan sampel apabila

semua populasi digunakan sebagai sampel dan dikenal juga dengan istilah sensus”. Sampling jenuh digunakan apabila populasinya kurang dari 30 orang.

Lebih lanjut menurut Arikunto (2006:134) mengemukakan bahawasanya “apabila

subyek kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya

merupakan penelitian populasi”. Dalam penelitian ini, melihat jumlah populasi

sebanyak 30 orang, oleh karena itu, semua anggota populasi dijadikan sampel penelitia. Oleh karena itu, sampel yang digunakan untuk penelitian ini sebanyak 30 orang.

B. Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan positivistik. Pendekatan positivistik digunakan berdasarkan pertimbangan bahwa penelitian mengenai penerapan model pembelajaran berbasisi proyek dalam implementasi kurikulum 2013 pada mata pelajaran IPA ini memerlukan data yang akurat berdasarkan bukti-bukti yang empiric dan dapat diukur disertai analisis secara statistic. Seperti yang di

ungkapkan Arifin (2012: 15) bahwa “pendekatan positivistik pada umumnya

digunakan dalam penelitian kuantitatif, di mana prosesnya berlangsung secara ringkas, terbatas dan memilah-milih permasalahan menjadi bagian yang dapat


(15)

Penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian berlandaskan firasat positivism (memandang realitas/gejala/fenomena itu dapat diklarifikasikan, relative tetap, kongkret, teramati, terukur, dan hubungan gejala bersifat sebab akibat), digunakan untuk meneliti populasi dan sempel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik.

Peneliti ingin mendapatkan informasi/data yang akurat dan dapat diukur dari suatu populasi, dalam hal ini adalah seluruh SMP Negeri di Kecamata Lembang yang telah menerapkan model pembelajaran berbasis proyek dalam implementasi kurikulum 2013.

2. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan dalam sebuah penelitian uantuk mencapai tujuan penelitian. Menurut Sugiyono (2011:3) menjelaskan

bahwa “metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Penelitian ini mengunakan pendekatan kauntitatif dengan metode penelitian deskriptif, karena penelitian ini memusatkan perhatian kepada masalah aktual yang terjadi pada saat berlangsungnya penelitian. Metode penelitian deskriptif merupakan metode yang berusaha menggambarkan objek yang diteliti secara rinci yang terjadi saat ini dan dalam keadaan apa adanya. Sebagai mana yang telah dikemukakan oleh Arifin (2012:42) bahwa penelitian deskriptif adalah:

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang digunakan untuk mendeskripsikan dan menjawab persoalan-persoalan suatu fenomena atau peristiwa yang terjadi saat ini, baik tentang fenomena dalam variabel tunggal maupun korelasi dan atau perbandingan berbagai variabel.

Berdasarkan pengertian di atas peneliti menyimpulkan bahwa metode deskriptif dalam penelitian ini , berusaha menggambarkan, menjelaskan, dan melukiskan situasi atau kejadian yang ada di lapangan dalam hal ini di SMP Negeri di Lembang pada masa sekarang secara lengkap sesuai dengan masalah penelitian..


(16)

32

C. Definisi Operasional

Definisi operasional ini dirumuskan agar tidak terjadi perbedaan persepsi dalam menafsirkan konsep variabel yang telah dilakukan peneliti. Menurut Arifin

(2011:90), “definisi operasional adalah definisi khusus yang didasarkan atas sifat-sifat yang dii definisikan, dapat diamati, dan dilaksanakan oleh peneliti”. Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Model Pembelajaran

Suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.

2. Project-Based Learning (Pembalajaran Berbasis Proyek)

Project Based Learning adalah metode pengajaran sistemik yang

mengikutsertakan peserta didik ke dalam pembelajaran pengetahuan dan keahlian yang komplek, pertanyaan authentic dan perancangan produk dan tugas.

3. IPA

Mata pelajaran IPA dalam kurikulum 2013 adalah mata pelajaran terpadu yang berisikan pelajaran yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan alam diantaranya pelajaran biologi, fisika, kimia, dan lain-lain yang dikemas dalam satu mata pelajaran yaitu IPA.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket, pedoman wawancara dan pedoman studi dokumentasi. Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian. Dalam mengumpulkan data penelitian digunakan instrumen penelitian. Karena pada prinsipnya penelitian adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Seperti yang dikemukakan Sugiyono


(17)

mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati”. Secara spesifiksemua fenomena disebut variabel penelitian.

Angket sebagai sumber instrumen penelitian yang dilakukan dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan tertulis kepada subjek penelitian atau responden. Dalam penelitian ini, angket sebagai instrumen utama. Angket ini digunakan untuk melihat gambaran mengenai penerapan PBL pada mata pelajaran IPA di kurikulum 2013. Sedangkan pedoman wawancara digunakan untuk mengumpulkan data yang lebih mendalam lagi dengan cara melakukan wawancara dengan kepala sekolah ataupun kepada pihak yang bersentuhan dengan masalah ini. Pedoman studi dokumentasi digunakan untuk melihat hasil dari penerapan PBL pada mata pelajaran IPA di sekoalh tersebut.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan oleh seorang peneliti untuk memperoleh data yang diperlukan. Data dikumpulkan dalam penelitian ini digunakan untuk menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan, karena data yang diperoleh akan dijadikan landasan dalam mengambil suatu kesimpulan . agar data yang dikumpulkan baik dan benar, maka instrumen pengumpulan data harus baik pula. Cara menyusun instrumen menurut Sugiyono (2011:149) ialah:

Titik tolak dari penyusunan adalah variabel-variabel penelitian yang ditetapkan untuk di teliti. Dari variabel-variabel tersebut diberikan definisi operasional, dan selanjutnya ditentukan indikator yang akan diukur, dari indikator ini kemudian dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan atau pernyataan. Untuk memudahkan penyusunan instrumen, maka perlu digunakan matrik pengembangan instrumen atau kisi-kisi instrumen”. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ,diantaranya sebagai berikut:


(18)

34

1. Angket

Angket merupakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan seperangkat pertanyaan tertulis yang diberikan kepada responden. Seperti yang

dikemukakan Arifin (2011:228), “angket adalah instrumen penelitian data atau

informasi yang harus dijawab responden secara bebas sesuai dengan pendapatnya”. Hal ini senada denga apa yang telah disampaikan Sugiyono

(2011:199). “angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis

kepada responden untuk dijawabnya”. Dalam penelitian ini, angket diberikan kepada sampel penelitian, yaitu guru mata pelajaran IPA terpadu di sekolah menengah pertama di kecamatan Lembang sebanyak 30 orang. Penelitian menggunakan angket sebagai alat pengumpulan data karena diharapkan dengan penyebaran angket ini peneliti dapat emeperoleh informasi mengenai masalah penelitian yang menjadi fokus utama dalam penelitian ini.

Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk angket berstruktur dengan bentuk jawaban tertutup, yaitu angket yang menyediakan beberapa pertanyaan dimana setiap pertanyaan sudah tersedia berbagai alternatif jawaban. Riduwan (2012:72) menjelaskan bahwa “angket tertutup adalah yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan cara memberikan tanda silang (x) atau tanda checklist (√)”. Dengan digunakannya angket tertutup ini, responden tidak dapat memberikan jawaban lain kecuali yang telah tersedia sebagai alternatif jawaban. Skala yang digunakan dengan penelitian ini adalah Likert. Dalam penelitian ini, penelitia menggunakan skala Likert kategori pilihan genap, yaitu empat pilihan kategori. Menurut Sukardi (2004:147), “untuk menskor skala kategori Likert, jawaban diberi bobot atau disamakan dengan nilai kuantitatif 4,3,2,1 untuk empat pilihan pernyataan positif dan 1,2,3,4 untuk


(19)

Tabel 3.1

Rentang Sekala Likert

Pernyataan Sangat Setuju

Setuju Tidak

Setuju

Sangat Tidak Setuju

Positif 4 3 2 1

Negatif 1 2 3 4

(Sukardi, 2004:147)

Adapun langkah-langkah mengumpulkan data dengan angket dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Menyusun kisi-kisi angket dengan merumuskan instrumen pertanyaan. b. Menyusun pertanyaan dengan bentuk pertanyaan berstruktur dan

jawaban tertutup.

c. Membuat pedoman atau petunjuk cara menjawab pertanyaan, guna memudahkan responden untuk menjawab pertanyaan.

d. Jika angket sudah tersusun baik, dilakukan uji coba lapangan agar dapat diketahui kelemahannya.

e. Angket yang telah diujicobakan dan terdapat kelemahan direvisi, baik dari segi bahasa atau pun pertanyaan lain masih dapat mewakili instrumen yang ada.


(20)

36

2. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data untuk memperoleh informasi langsung dari sumber guna menemukan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti, menurut Arifin (2011:233) menjelaskan bahwa

“wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui

percakapan dan 36nstr jawab, baik langsung maupun tidak langsung dengan

responden untuk mencapai tujuan tertentu”.

Dalam penelitian ini, wawancara yang dilakukan adalah wawancara bebas, dimana terjadi tanya jawab bebas antara peneliti dengan responden, namun peneliti tetap menggunakan tujuan penelitian sebagai pedoman. Wawancara ini dilakukan guna untuk memperoleh informasi secara lebih mendalam lagi dari responden. Data yang diperoleh melalui wawancara ini dapat digunakan sebagai data penunjang mengenai perasalahan dalam penelitian ini, yakni penerapan PBL pada mata pelajaran IPA pada kurikulum 2013 di sekolah menengah pertama. Wawancara ini dilakukan secara langsung dengan Kepala Sekolah pada setiap sekolah menengah pertama negeri di kecamatan Lembang.

Adapun langkah-langkah teknik pengumpulan data denan wawancara adalah sebagai berikut:

a. Merumuskan tujuan wawancara.

b. Membuat kisi-kisi dan pedoman wawancara.

c. Menyusun pertanyaan sesuai dengan data yang diperlukan d. Melaksanakan wawancara.

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi adalah teknik untuk mempelajari dan menganalisis bahan-bahan tertulis kantor atau sekolah, seperti :silabus, program tahunan, program bulanan, program mingguan, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Studi


(21)

PBL pada mata pelajaran IPA terpadu ada kurikulum 2013. Studi dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan data-data yang dapat menjawab rumusan masalah seperti silabus dan pedoman penelitian.

F. Teknik Uji Instrumen

Teknik uji instrument dilakukan untuk mengukur sejauh mana instrument yang digunakan dalam penelitian memiliki kualitas yang baik. Dalam sebuah penelitian, kualitas dari sebuah instrument penelitian sangat mempengaruhi kualitas data hasil penelitian tersebut. Sebuah instrument penelitian pada umumnya mempunyai dua syarat penting, yaitu validitas dan reliabilitas. Dalam pelaksanaan uji coba instrument, peneliti menyebarkan instrument penelitian berupa angket kepada 30 orang respnden guru. Instrumen yang diujicobakan adalah instrument angket untuk variabel x mengenai penerapan PBL pada mata pelajaran IPA, sedangkan untuk variabel Y mengenai kurikulum 2013 tidak dilakukan uji instrument karena diperoleh dengan studi dokumentasi. Uji coba instrument dilakukan dengan uji validitas dan uji reliabilitas.

1. Uji Validitas

Valid dapat diartikan shahih, sehingga validitas instrument dapat diartikan sebaga keshahihan sebuah intrumen tersebut. Uji validitas dilakukan untuk mengukur seberapa besar kevalidan suatu instrument. Senada dengan Arikunto

(2006:168), “validitas adalah suatu ukuran yang menunjang tingkat-tingkat kevalidan atau keshahihan suatu instrument”. Sebuah instrument dikatakn valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat menangkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Sebelum melakukan penelitian instrument penelitan tersebut harus di uji validitasnya oleh para ahli atau Expert Judgement. Pada peneliti kali ini, validitas yang digunakan adalah validitas isi. Validitas isi berkaitan dengan kemampuan suatu instrument mengukur isi (konsep) yang harus diukur, yang berarti alat ukur mampu mengungka isi suatu konsep atau variabel


(22)

38

2. Validitas Konstruk

Arifin (2012:247) mengemukakan “validitas konstruk berkenaan dengan pertanyaan hingga mana suatu tes betul-betul dapat mengobservasi dan

mengukur”. Validitas konstruk dalam penelitian ini berkenaan dengan

kesanggupan instrument dalam mengukur pengertian-pengertian yang terkandung dalam materi yang diukurnya. Pengujian validitas konstruk juga menggunakan bantuan para ahli (Expert Judgement) untuk menilainya. Menurut Sugiyono

(2013:182) “secara teknis pengujian validitas konstruk dan validitas isi dapat

dibantu dengan penggunaan kisi-kisi instrument atau matrik pengembangan

instrument”. Dalam memenuhi validitas konstruk, peneliti meminta bantuan kepada pembimbing skripsi.

G. Teknik Analisis Data

Pengolahan data untuk proses penarikan kesimpulan perlu dilakukan mengingat data yang diperoleh dalam penelitian ini bersifat kuantitatif. Analisis data dilakukan untuk menyederhanakan seluruh data yang terkumpul, menyajikan dalam susunan yang sistematis, kemudian mengolah dan menafsirkan.

Analisis ini menggunakan perhitungan persentase. Teknik persentase digunakan untuk mengetahui banyaknya responden yang menjawab suatu item dalam pernyataan angket. Melalui teknik persentasi ini peneliti dapat mempersentasekan setiapjawaban responden terhadap pernyataan yang diajukan peneliti.

Teknik persentase ini menggunakan rumusan sebagai berikut:

(Siregar,S. 2010, hlm. 11) Keterangan :


(23)

: jumlah skor maksimal

: konstanta

Untuk memperoleh penafsiran maka persentase dari kemungkinan jawaban yang dipilih ditafsirkan berdasarkan kriteria sebagai berikut:

Tabel 3.2 Penafsiran Persentase

Persentase Penafsiran

0%-1% Tidak ada

1%-25% Sebagian kecil

26%-49% Kurang dari setengahnya

50% Setengahnya

51%-75% Lebih dari setengahnya

76%-99% Sebagian besar

100% Seluruhnya

(Sumber: Arikunto dalam Nugraha, 2006:49)

Sebagai pedoman dalam menentukan kriteria jawaban responden digunakan skala penilaian dan kategori pengukuran variabel sebagaimana dikemukakan Sugiyono ( 2004:16) yakni : “penggunaaan instrument dengan skala linkert

merupakan jenis data interval yang dapat diubah menjadi data ordinal”.

Sesuai dengan skala penilaian skor jawaban kuisioner yang digunakan yakni skala likert dengan empat pilihan jawaban , maka skor akhir akan berkisar antara 20% - 100% dari skor maksimum. Jarak antara skor minimum ke skor maksimum adalah 80. Maka didapat jarak kriteria adalah 80 dibagi 4 yaitu 20.


(24)

40

Pedoman pengkategorian untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah :

a) Kategori I = Sangat Setuju b) Kategori II = Setuju

c) Kategori IV = Tidak Setuju


(1)

Tabel 3.1 Rentang Sekala Likert Pernyataan Sangat

Setuju

Setuju Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju

Positif 4 3 2 1

Negatif 1 2 3 4

(Sukardi, 2004:147)

Adapun langkah-langkah mengumpulkan data dengan angket dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Menyusun kisi-kisi angket dengan merumuskan instrumen pertanyaan. b. Menyusun pertanyaan dengan bentuk pertanyaan berstruktur dan

jawaban tertutup.

c. Membuat pedoman atau petunjuk cara menjawab pertanyaan, guna memudahkan responden untuk menjawab pertanyaan.

d. Jika angket sudah tersusun baik, dilakukan uji coba lapangan agar dapat diketahui kelemahannya.

e. Angket yang telah diujicobakan dan terdapat kelemahan direvisi, baik dari segi bahasa atau pun pertanyaan lain masih dapat mewakili instrumen yang ada.


(2)

2. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data untuk memperoleh informasi langsung dari sumber guna menemukan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti, menurut Arifin (2011:233) menjelaskan bahwa

“wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui

percakapan dan 36nstr jawab, baik langsung maupun tidak langsung dengan

responden untuk mencapai tujuan tertentu”.

Dalam penelitian ini, wawancara yang dilakukan adalah wawancara bebas, dimana terjadi tanya jawab bebas antara peneliti dengan responden, namun peneliti tetap menggunakan tujuan penelitian sebagai pedoman. Wawancara ini dilakukan guna untuk memperoleh informasi secara lebih mendalam lagi dari responden. Data yang diperoleh melalui wawancara ini dapat digunakan sebagai data penunjang mengenai perasalahan dalam penelitian ini, yakni penerapan PBL pada mata pelajaran IPA pada kurikulum 2013 di sekolah menengah pertama. Wawancara ini dilakukan secara langsung dengan Kepala Sekolah pada setiap sekolah menengah pertama negeri di kecamatan Lembang.

Adapun langkah-langkah teknik pengumpulan data denan wawancara adalah sebagai berikut:

a. Merumuskan tujuan wawancara.

b. Membuat kisi-kisi dan pedoman wawancara.

c. Menyusun pertanyaan sesuai dengan data yang diperlukan d. Melaksanakan wawancara.

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi adalah teknik untuk mempelajari dan menganalisis bahan-bahan tertulis kantor atau sekolah, seperti :silabus, program tahunan, program bulanan, program mingguan, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Studi dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan untuk melihat gambaran penerapan


(3)

PBL pada mata pelajaran IPA terpadu ada kurikulum 2013. Studi dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan data-data yang dapat menjawab rumusan masalah seperti silabus dan pedoman penelitian.

F. Teknik Uji Instrumen

Teknik uji instrument dilakukan untuk mengukur sejauh mana instrument yang digunakan dalam penelitian memiliki kualitas yang baik. Dalam sebuah penelitian, kualitas dari sebuah instrument penelitian sangat mempengaruhi kualitas data hasil penelitian tersebut. Sebuah instrument penelitian pada umumnya mempunyai dua syarat penting, yaitu validitas dan reliabilitas. Dalam pelaksanaan uji coba instrument, peneliti menyebarkan instrument penelitian berupa angket kepada 30 orang respnden guru. Instrumen yang diujicobakan adalah instrument angket untuk variabel x mengenai penerapan PBL pada mata pelajaran IPA, sedangkan untuk variabel Y mengenai kurikulum 2013 tidak dilakukan uji instrument karena diperoleh dengan studi dokumentasi. Uji coba instrument dilakukan dengan uji validitas dan uji reliabilitas.

1. Uji Validitas

Valid dapat diartikan shahih, sehingga validitas instrument dapat diartikan sebaga keshahihan sebuah intrumen tersebut. Uji validitas dilakukan untuk mengukur seberapa besar kevalidan suatu instrument. Senada dengan Arikunto

(2006:168), “validitas adalah suatu ukuran yang menunjang tingkat-tingkat kevalidan atau keshahihan suatu instrument”. Sebuah instrument dikatakn valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat menangkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Sebelum melakukan penelitian instrument penelitan tersebut harus di uji validitasnya oleh para ahli atau Expert Judgement.

Pada peneliti kali ini, validitas yang digunakan adalah validitas isi. Validitas isi berkaitan dengan kemampuan suatu instrument mengukur isi (konsep) yang harus diukur, yang berarti alat ukur mampu mengungka isi suatu konsep atau variabel yang hendak diukur (Suharsaputra, U 2012:99).


(4)

2. Validitas Konstruk

Arifin (2012:247) mengemukakan “validitas konstruk berkenaan dengan pertanyaan hingga mana suatu tes betul-betul dapat mengobservasi dan

mengukur”. Validitas konstruk dalam penelitian ini berkenaan dengan kesanggupan instrument dalam mengukur pengertian-pengertian yang terkandung dalam materi yang diukurnya. Pengujian validitas konstruk juga menggunakan bantuan para ahli (Expert Judgement) untuk menilainya. Menurut Sugiyono

(2013:182) “secara teknis pengujian validitas konstruk dan validitas isi dapat

dibantu dengan penggunaan kisi-kisi instrument atau matrik pengembangan

instrument”. Dalam memenuhi validitas konstruk, peneliti meminta bantuan kepada pembimbing skripsi.

G. Teknik Analisis Data

Pengolahan data untuk proses penarikan kesimpulan perlu dilakukan mengingat data yang diperoleh dalam penelitian ini bersifat kuantitatif. Analisis data dilakukan untuk menyederhanakan seluruh data yang terkumpul, menyajikan dalam susunan yang sistematis, kemudian mengolah dan menafsirkan.

Analisis ini menggunakan perhitungan persentase. Teknik persentase digunakan untuk mengetahui banyaknya responden yang menjawab suatu item dalam pernyataan angket. Melalui teknik persentasi ini peneliti dapat mempersentasekan setiapjawaban responden terhadap pernyataan yang diajukan peneliti.

Teknik persentase ini menggunakan rumusan sebagai berikut:

(Siregar,S. 2010, hlm. 11) Keterangan :

P : persentase jawaban responden


(5)

: jumlah skor maksimal : konstanta

Untuk memperoleh penafsiran maka persentase dari kemungkinan jawaban yang dipilih ditafsirkan berdasarkan kriteria sebagai berikut:

Tabel 3.2 Penafsiran Persentase

Persentase Penafsiran

0%-1% Tidak ada

1%-25% Sebagian kecil

26%-49% Kurang dari setengahnya

50% Setengahnya

51%-75% Lebih dari setengahnya

76%-99% Sebagian besar

100% Seluruhnya

(Sumber: Arikunto dalam Nugraha, 2006:49)

Sebagai pedoman dalam menentukan kriteria jawaban responden digunakan skala penilaian dan kategori pengukuran variabel sebagaimana dikemukakan Sugiyono ( 2004:16) yakni : “penggunaaan instrument dengan skala linkert

merupakan jenis data interval yang dapat diubah menjadi data ordinal”.

Sesuai dengan skala penilaian skor jawaban kuisioner yang digunakan yakni skala likert dengan empat pilihan jawaban , maka skor akhir akan berkisar antara 20% - 100% dari skor maksimum. Jarak antara skor minimum ke skor maksimum adalah 80. Maka didapat jarak kriteria adalah 80 dibagi 4 yaitu 20.


(6)

Pedoman pengkategorian untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah :

a) Kategori I = Sangat Setuju b) Kategori II = Setuju

c) Kategori IV = Tidak Setuju


Dokumen yang terkait

KEKREATIFAN GURU DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN PEMBELAJARAN BERBASIS KURIKULUM 2013 PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS VII SMP NEGERI 01 GABUS PATI

0 9 217

Penerapan Model Pembelajaran Quantum Berbasis Media Interaktif pada Mata Pelajaran IPA Sekolah Menengah Pertama

0 4 6

ANALISIS KESIAPAN GURU IPA DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI SMP NEGERI SE- KECAMATAN STABAT.

0 2 30

ANALISIS KESIAPAN GURU IPA DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI SMP NEGERI SE- KECAMATAN STABAT.

0 2 16

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DITINJAU DARI INSTRUMEN PENILAIAN TERHADAP KESESUAIAN Implementasi kurikulum 2013 ditinjau dari instrumen penilaian terhadap kesesuaian pelaksanaan pembelajaran di kelas VIII pada mata pelajaran IPA SMP Negeri se-Kecamatan Moj

0 4 15

IMPLEMENTASI RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BERBASIS KURIKULUM 2013 PADA MATA PELAJARAN EKONOMI Implementasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran Ekonomi Di SMA Negeri 2 Sukoharjo.

0 2 14

IMPLEMENTASI RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BERBASIS KURIKULUM 2013 PADA MATA PELAJARAN EKONOMI Implementasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran Ekonomi Di SMA Negeri 2 Sukoharjo.

0 2 16

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENGANTAR AKUNTANSI DI SMK 45 LEMBANG.

1 1 41

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DALAM PROSES PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP NEGERI 1 BANTUL

0 2 13

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF BERBASIS LESSON STUDY PADA MATA PELAJARAN IPA BIOLOGI DI SMP NEGERI

1 1 12