Efektivitas Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar.

(1)

Pelajaran 2014/2015)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Ujian Sidang Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Manajemen Bisnis

Oleh

Hafizhotunnisa Ishmatullah 1005895

FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

PROBLEM BASED LEARNING

TERHADAP

HASIL BELAJAR

Oleh

Hafizhotunnisa Ishmatullah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

© Hafizhotunnisa Ishmatullah 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.


(3)

TeknikMesin 4 TahunPelajaran 2014/2015)

Skripsi ini disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing

Drs. H. EdedTarmedi, MA NIP. 19580105 198002 1 002

Mengetahui, DekanFakultas

PendidikanEkonomidanBisnis Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. H. Edi Suryadi, M.S. NIP. 19600412 198603 1 002

Ketua ProgramStudi Pendidikan Manajemen Bisnis

Dr. Lili Adi Wibowo,S.Sos.,S.Pd.,M.M. NIP. 196904041999031001

Tanggung Jawab Yuridis Ada Pada Penulis

HafizhotunnisaIshmatullah NIM.1005895


(4)

Hafizhotunnisa Ishmatullah (1005895), “Efektivitas Model Pembelajaran

Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar” (Penelitian Tindakan Kelas

pada Mata Pelajaran Kewirausahaan Siswa Kelas X Teknik Mesin 4 SMKN 2 Bandung Tahun Pelajaran 2014/2015).” Pembimbing Drs. H. Eded Tarmedi, MA Kurikulum terbaru yang dikeluarkan oleh pemerintah dan digunakan oleh sekolah-sekolah ialah kurikulum 2013. Dalam kurikulum 2013 ini penilaian dilakukan secara otentik atau mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil. Hasil belajar merupakan alat ukur keberhasilan yang telah dicapai siswa. Salah satu model pembelajaran yang digunakan pada kurikulum 2013 ialah Problem Based Learning (PBL). Model pembelajaran akan mempengaruhi pencapaian prestasi belajar siswa yang tergambar dalam hasil belajar.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Objek penelitian ini adalah siswa kelas X Teknik Mesin 4 SMKN 2 Bandung pada bulan September 2014. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan tiga siklus pembelajaran. Analisis data hasil penelitian menggunakan catatan anekdot dari pengamatan secara langsung terhadap kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan berdasarkan proses yang digunakan pada tiap siklus dan kemudian dibandingkan antara siklus satu, siklus dua dengan siklus tiga.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan ini terlihat dari ketiga aspek penilaian hasil belajar proses siswa dari tiap siklus. Pada siklus I hasil yang diperoleh 6 siswa aktif mengikuti kegiatan pembelajaran atau hanya 1 kelompok yang mampu memecahkan masalah. Pada siklus II hasil yang diperoleh 31 siswa aktif mengikuti kegiatan pembelajaran atau seluruh kelompok mampu memecahkan masalah. Pada siklus III hasil yang diperoleh 34 siswa aktif mengikuti kegiatan pembelajaran atau seluruh kelompok mampu memecahkan masalah lebih terampil dari siklus sebelumnya.


(5)

Hafizhotunnisa Ishmatullah, 2014

Entrepreneurship Students of Grade X Engineering Mechanical 4 Department

SMK Negeri 2 Bandung in the 2014/2015’s year).” Under Guidance Drs. H. Eded Tarmedi, MA.

The latest curriculum issued by the government and used by schools is ‘2013

curriculum’. In this 2013 curriculum authentic assessment done or measure all

competency attitudes, skills and knowledge based on the process and results. Learning outcomes is a measure of success that has been achieved by students. One model of learning that is used in ‘2013 curriculum’ is problem based learning. Learning model will affect the learning achievement of students is reflected in the learning outcomes.

This research aims to determine the effectiveness of problem based learning instructional model to increase student learning outcomes. Object of this research is students of grade X engineering mechanical 4 department SMK Negeri 2 Bandung in September 2014. This type of research is classroom action research with three cycles of learning. Analysis of research data using anecdotal records from direct observation of competence attitudes, skills and knowledge based processes used in each cycle and then compared between cycle one, cycle two to three cycles.

The result of this research indicate that problem based learning can improve student learning outcomes. This increase can be seen from the three aspects of the assessment process of students learning outcomes of each cycle. In cycle I the results obtained 6 students actively participating in learning activities or only one group that is able to solve the problem. In cycle II results 31 students actively participating in learning activities or the whole group was able to solve the problem. In cycle III the results obtained 34 students actively participating in learning activities or the whole group was able to solve the problem is more skilled than the previous cycyle.


(6)

ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined. ABSTRACT ... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined. UCAPAN TERIMAKASIH ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI ... vi DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR GAMBAR ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined. BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. 1.1 Latar Belakang Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1.2 Identifikasi Masalah ... Error! Bookmark not defined. 1.3 Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined. 1.4 Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1.5 Kegunaan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS ... Error! Bookmark not defined.

2.1 Model Pembelajaran ... Error! Bookmark not defined. 2.1.1 Pengertian Pembelajaran ... Error! Bookmark not defined. 2.1.2 Pengertian Model Pembelajaran ... Error! Bookmark not

defined.

2.2 Model Problem Based Learning ... Error! Bookmark not defined. 2.2.1 Keunggulan Model Problem Based Learning ... Error!

Bookmark not defined.

2.2.2 Hambatan Model Problem Based LearningError! Bookmark

not defined.

2.2.3 Karakteristik Model Problem Based Learning ... Error!

Bookmark not defined.

2.2.4 Manfaat Model Problem Based Learning .. Error! Bookmark

not defined.

2.2.5 Tahapan Model Problem Based Learning . Error! Bookmark

not defined.

2.3 Hasil Belajar ... Error! Bookmark not defined. 2.3.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... Error!

Bookmark not defined.

2.4 Keterkaitan antara Model PBL dengan Hasil BelajarError! Bookmark not defined. 2.5 Orisinalitas Penelitian ... Error! Bookmark not defined.


(7)

Hafizhotunnisa Ishmatullah, 2014

3.2Model Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 3.3Waktu dan Tempat Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 3.4 Subjek Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 3.5Definisi Istilah ... Error! Bookmark not defined. 3.6Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined. 3.7 Prosedur Penelitian ... Error! Bookmark not defined. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not

defined.

4.1 Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 4.1.1Hasil Pratindakan ... Error! Bookmark not defined.

4.1.1.1Hasil Refleksi Awal PratindakanError! Bookmark not defined. 4.1.1.2Hasil Penelitian PratindakanError! Bookmark not defined. 4.1.1.3Perencanaan TindakanError! Bookmark not defined. 4.1.2Hasil Tindakan ... Error! Bookmark not defined.

4.1.2.1Perencanaan Tindakan IError! Bookmark not defined. 4.1.2.2Proses Pelaksanaan Tindakan IError! Bookmark not defined. 4.1.2.3Hasil Penelitian Tindakan IError! Bookmark not defined.

4.1.2.4Identifikasi Masalah Akhir Tindakan IError! Bookmark not defined. 4.1.2.5Perencanaan Tindakan IIError! Bookmark not defined.

4.1.2.6Proses Pelaksanaan Tindakan IIError! Bookmark not defined. 4.1.2.7Hasil Penelitian Tindakan IIError! Bookmark not defined.

4.1.2.8Identifikasi Masalah Akhir Tindakan IIError! Bookmark not defined. 4.1.2.9Perencanaan Tindakan IIIError! Bookmark not defined.

4.1.2.10Proses Pelaksanaan Tindakan IIIError! Bookmark not defined. 4.1.2.11Hasil Pelaksanaan Tindakan IIIError! Bookmark not defined. 4.1.3Hasil Pascatindakan ... Error! Bookmark not defined.

4.2 Pembahasan ... Error! Bookmark not defined. BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI . Error! Bookmark not defined. 5.1 Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined. 5.2 Rekomendasi ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined. RIWAYAT HIDUP ... Error! Bookmark not defined.


(8)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Pendidikan merupakan hal penting untuk mewujudkan kemajuan suatu bangsa. Dengan adanya pendidikan yang bermutu, akan diperoleh Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 (2003:3) mengenai pengertian pendidikan ialah: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Salah satu cara memperbaiki kualitas pendidikan ialah dengan terwujudnya lembaga pendidikan yang berkualitas. Disebabkan lembaga tersebut merupakan refleksi bagi peserta didik untuk mengembangkan segala potensi yang dimiliki sesuai dengan tujuan pendidikan secara umum.

Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pasal 3 menyebutkan bahwa, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”

Lembaga pendidikan dilaksanakan melalui jenjang pendidikan. Jenjang pendidikan dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan, yaitu pendidikan dasar,


(9)

pendidikan menengah serta pendidikan tinggi. Pendidikan dasar terdiri dari Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan menengah ialah tingkatan lanjutan dari pendidikan dasar, pendidikan menengah terdiri dari Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTS) atau bentuk lain yang sederajat.

Tingkatan selanjutnya dari pendidikan menengah ialah Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) atau bentuk lain yang sederajat. Sedangkan pendidikan tinggi merupakan tingkatan pendidikan paling akhir setelah pendidikan menengah. Pendidikan tinggi mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister dan doktoral yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.

Kurikulum menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (19) adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum terbaru yang dikeluarkan oleh pemerintah dan digunakan oleh sekolah-sekolah ialah kurikulum 2013. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum baru yang dicetuskan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk menggantikan kurikulum sebelumnya, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

Pada Tahun Pelajaran 2014/2015 seluruh sekolah di Indonesia akan serempak melaksanakan kurikulum 2013, setelah sebelumnya pada tahun pelajaran 2013/2014 dilaksanakan secara terbatas di beberapa sekolah pelaksana kurikulum 2013. Pengembangan kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan pengembangan


(10)

Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu. (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan: 2013)

TABEL 1.1

PERBEDAAN ESENSIAL KURIKULUM 2013

KTSP 2006 Kurikulum 2013

Bahasa Indonesia sebagai pengetahuan

Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dan carried of knowledge

Untuk SMA, ada penjurusan sejak kelas XI

Tidak ada penjurusan di SMA. Ada mata pelajaran wajib, peminatan,

antar minat, dan pendalaman minat

SMA dan SMK tanpa kesamaan kompetensi

SMA dan SMK memiliki mapel wajib yang sama terkait dasar pengetahuan,

keterampilan, dan sikap

Mapel tertentu mendukung kompetensi tertentu

Tiap mapel mendukung semua kompetensi (sikap, keterampilan, pengetahuan)

Mapel dirancang berdiri sendiri dan memiliki

Mapel dirancang terkait satu dengan yang lain dan memiliki kompetensi dasar

kompetensi dasar sendiri yang diikat oleh kompetensi inti tiap kelas Tiap mata pelajaran diajarkan dengan

Semua mapel diajarkan dengan pendekatan yang sama (saintifik) melalui

pendekatan berbeda mengamati, menanya, mencoba, menalar

Sumber: Sony Sugema 2013

Tabel di atas menggambarkan perbedaan esensial kurikulum 2013 dengan KTSP 2006. Pada KTSP 2006. SMA dan SMK tanpa kesamaan kompetensi namun pada kurikulum 2013 SMA dan SMK memiliki mata pelajaran (mapel) wajib yang sama terkait dasar pengetahuan, keterampilan dan sikap. Selain itu, pada kurikulum 2013 tiap mapel mendukung semua kompetensi (sikap, keterampilan, pengetahuan) sedangkan pada KTSP 2006 mapel tertentu hanya mendukung kompetensi tertentu.

Dalam kurikulum 2013 ini ada beberapa perubahan yang menjadi dasar pelaksanaan kurikulum 2013 dan menjadi pembeda dengan kurikulum sebelumnya, yaitu:


(11)

1. Standar Kompetensi Lulusan 2. Standar Proses

3. Standar Isi 4. Standar Penilaian

(Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan: 2013)

Adanya peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi:

a. Afektif (sikap)

b. Kognitif (pengetahuan), dan c. Psikomotor (keterampilan)

Sehingga setiap lulusan akan mempunyai kemampuan di tiga ranah pendidikan yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan, jadi tidak hanya kemampuan kognitif (pengetahuan) saja yang dikejar.

Proses pembelajaran di kelas dikemas ke dalam pembelajaran scientific dengan proses 6M: Mengamati, Menanya, Mengolah, Menyajikan, Menyimpulkan, dan Mencipta dalam kegiatan belajar mengajar. Di kelas guru bukan satu-satunya sumber belajar, sehingga proses pembelajaran di kelas lebih mengedepankan keaktifan siswa dan cara berpikir siswa untuk memecahkan masalah dan memanfaatkan berbagai sumber. Sedangkan pembelajaran mengenai sikap tidak diajarkan secara verbal, tetapi melalui contoh dan teladan semua stake holder atau dari semua guru dan semua pihak di sekolah.

Dalam kurikulum 2013 ini adanya pergeseran dari penilaian melalui tes (mengukur kompetensi pengetahuan berdasarkan hasil saja), menuju penilaian otentik (mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil), sehingga semua ranah kemampuan siswa bisa terukur dengan baik.


(12)

Salah satu jalur pendidikan pendidikan menengah pada Undang-Undang Sisdiknas Tahun 2003 dalam Pasal 18 Ayat 3 adalah SMK (Sekolah Menengah Kejuruan). SMK merupakan salah satu bentuk lembaga pendidikan yang diharapkan dapat menciptakan peserta didik yang berkualitas dan dapat mengembangkan potensi yang dimiliki para peserta didiknya agar mampu bekerja pada bidang tertentu.

Disebabkan tujuan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) secara khusus dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 ialah sebagai berikut: (a) menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif, mampu bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada sebagai tenaga kerja tingkat menengah sesuai dengan kompetensi dalam program keahlian yang dipilihnya; (b) menyiapkan peserta didik agar mampu memilih karir, ulet dan gigih dalam berkompetensi, beradaptasi di lingkungan kerja dan mengembangkan sikap profesional dalam bidang keahlian yang diminatinya; (c) membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni agar mampu mengembangkan diri di kemudian hari baik secara mandiri maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi; dan (d) membekali peserta didik dengan kompetensi-kompetensi yang sesuai dengan program keahlian yang dipilih.

Untuk SMK/MAK muatan kurikulum pada tingkat nasional adalah sebagaimana yang diatur dalam ketentuan, mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 70 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMK/MAK.


(13)

Berdasarkan hal tersebut maka siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) lebih dipersiapkan untuk memasuki lapangan pekerjaan baik melalui jenjang karir menjadi tenaga kerja maupun secara mandiri. Salah satu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri di kota Bandung adalah SMK Negeri 2 Bandung. SMK Negeri 2 Bandung merupakan salah satu SMK yang diharapkan mampu menyiapkan peserta didiknya untuk dapat langsung bekerja.

SMK Negeri 2 Bandung merupakan lembaga pendidikan formal yang berkonsentrasi pada keahlian teknik mesin dan teknik komputer dan informatika. SMK ini merupakan salah satu sekolah kejuruan yang diminati oleh masyarakat. Seperti sekolah-sekolah negeri lainnya SMKN 2 juga sudah menerapkan kurikulum 2013, terutama pada tingkat X.

Mata pelajaran kewirausahaan merupakan salah satu mata pelajaran wajib dipelajari di semua SMK karena merupakan dasar kompetensi keahlian peserta didik, sehingga predikat kompeten dengan rentang 2,50-4,00 pada kurikulum 2013 ini merupakan nilai yang harus ditempuh oleh peserta didik. Sementara itu nilai KKM yang harus ditempuh oleh peserta didik pada mata pelajaran kewirausahaan adalah 2,66.

Pendidikan kewirausahaan di Indonesia masih kurang memperoleh perhatian yang cukup memadai, baik oleh dunia pendidikan maupun masyarakat. Banyak pendidik yang kurang memperhatikan pertumbuhan sikap dan perilaku kewirausahaan peserta didik, baik di sekolah-sekolah kejuruan, maupun di pendidikan profesional. Orientasi mereka, pada umumnya hanya pada menyiapkan tenaga kerja. (dalam Sri Widorini, 2010)


(14)

Kewirausahaan di SMK sebaiknya dilihat sebagai konsep yang lebih luas bukan hanya sesuatu yang berkaitan dengan bisnis atau hanya ditanamkan melalui 1 (satu) mata pelajaran dan kelas wirausaha, tetapi juga sebuah konsep yang dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik melalui semua mata pelajaran. (Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 1, Maret 2013)

Sementara itu Pengembangan Ekonomi Kreatif (PEK) tahun 2010-2014 bercirikan pengembangan kegiatan ekonomi berdasarkan pada kreativitas, keterampilan, dan bakat individu untuk menciptakan daya kreasi dan daya cipta individu yang bernilai ekonomis dan berpengaruh pada kesejahteraan masyarakat Indonesia. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya pengembangan pendidikan kewirausahaan. (Renstra Ditjen Dikmen 2010-2014)

SMKN 2 ini memiliki masalah dalam hasil belajar peserta didiknya. Salah satunya terjadi pada mata pelajaran kewirausahaan. Berdasarkan Program Pengalaman Lapangan (PPL) penulis di SMKN 2 Bandung, dalam kegiatan belajar mengajar keaktifan siswa dinilai kurang. Model pembelajaran yang digunakan hanya sebatas ceramah dan tanya jawab. Hal ini menyebabkan siswa kurang bersemangat dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Seharusnya kegiatan belajar mengajar bisa dilakukan secara menyenangkan agar dapat meningkatkan minat siswa. Sehingga hasil belajar yang dicapai siswa pun dapat optimal. Berikut ini merupakan hasil belajar kelas X Teknik Mesin 4 pada mata pelajaran kewirausahaan:


(15)

GAMBAR 1.1

REKAPITULASI HASIL BELAJAR

KELAS X TEKNIK MESIN 4 PADA MATA PELAJARAN KEWIRAUSAHAAN SMKN 2 BANDUNG

TAHUN AJARAN 2012/2013 – 2013/2014

Sumber: Guru Mata Pelajaran Kewirausahaan

Tabel di atas menggambarkan, hasil belajar siswa kelas X Teknik Mesin 4, pada mata pelajaran kewirausahaan, di SMKN 2 Bandung, pada tahun ajaran

2.22 3.22 2.66 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5

1 2 3

KTSP

Series1 2.86 2.58 2.46 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9

1 2 3

2013


(16)

2012/2013 dan tahun ajaran 2013/2014. Tabel KTSP memperlihatkan bahwa rata-rata nilai mata pelajaran kewirausahaan siswa kelas X Teknik Mesin 4 SMKN 2 Bandung dari nilai Kognitif mendapat nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 2.22, pada nilai Psikomotor mendapat nilai di atas KKM yaitu 3.22 dan nilai Afektif mendapatkan nilai 2.66.

Sedangkan pada Tabel 2013 memperlihatkan bahwa rata-rata nilai mata pelajaran kewirausahaan siswa kelas X Teknik Mesin 4 SMKN 2 Bandung dari nilai Pengetahuan mendapat nilai di atas KKM yaitu 2.86 dan pada nilai Keterampilan dan Sikap mendapat nilai di bawah KKM yaitu 2.58 dan 2.46. Karena rata-rata siswa pada Kurikulum 2013 mendapatkan nilai di bawah ketuntasan terutama pada nilai Keterampilan dan Sikap ini menandakan bahwa hasil belajar siswa belum sesuai dengan harapan terlebih lagi jika dibandingkan dengan rata-rata siswa pada KTSP.

Dalam setiap proses belajar mengajar, hasil belajar akan menjadi alat ukur keberhasilan yang dicapai siswa. Menurut Darman Syah dalam Miftakhul Janah (2010:4) hasil belajar adalah hasil penilaian terhadap kemampuan siswa yang ditentukan dalam bentuk angka.

Ketercapaian tujuan pembelajaran dapat dilihat dari prestasi belajar yang tergambarkan oleh hasil belajar. Hasil belajar bergantung kepada cara guru mengajar dan aktivitas siswa sebagai pelajar. Guru sebagai pengajar sekaligus pendidik harus bisa menerapkan metode serta model pembelajaran yang tepat sehingga diharapkan hasil belajar siswa menjadi lebih baik. Hasil belajar yang diharapkan adalah hasil belajar yang mencapai ketuntasan belajar. Siswa dikatakan


(17)

tuntas belajar apabila hasil belajar siswa telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah. (Depdiknas, 2006)

Pada kurikulum 2013 ini metode pembelajaran yang digunakan yaitu melalui konsep pendekatan Scientific, sementara model pembelajaran yang digunakan ialah model Discovery Learning, Project Based Learning, dan Problem Based Learning. (Sumber: http://bdksemarang.kemenag.go.id/[Diakses pada 30 April 2014 pukul 4.35 WIB])

Dilihat dari permasalahan di atas, model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan pada mata pelajaran kewirausahaan. Problem Based Learning (PBL) adalah kurikulum dan proses pembelajaran. Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah konstektual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Pembelajaran berbasis masalah merupakan

suatu metode pembelajaran yang menantang peserta didik untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan: 2013)

Selain itu kegiatan belajar mengajar pun dikatakan efektif apabila proses belajar mengajarnya dapat mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Kompetensi dasar ini dapat tercapai apabila hasil belajar sebagai instrumen pembelajaran sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Roulette (1999:1) Efektivitas adalah dengan melakukan hal yang benar pada saat yang tepat untuk jangka waktu yang panjang, baik pada organisasi tersebut dan


(18)

pelanggan. (Sumber: http://www.academia.edu/[Diakses pada 5 Juni 2014 pukul 14.35 WIB])

Keefektifan pembelajaran, diukur dari tingkat pencapaian siswa, dan terdapat empat indikator untuk mendeskripsikannya, yaitu kecermatan penguasaan perilaku yang dipelajari, kecepatan untuk kerja, tingkat alih belajar, dan tingkat retensi (Wena, 2008:6 dalam Miya Nirwanti, 2013)

Untuk mengetahui sejauh mana efektivitas model pembelajaran pada kurikulum 2013 maka diadakanlah penelitian yang mengambil salah satu model pembelajaran, yaitu Problem Based Learning.

Berdasarkan latar belakang, maka peneliti perlu melakukan penelitian dengan judul Efektivitas Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa (Penelitian Tindakan Kelas pada Mata Pelajaran Kewirausahaan Siswa Kelas X Teknik Mesin 4 SMKN 2 Bandung Tahun Pelajaran 2014/2015).”

1.2 Identifikasi Masalah

Perkembangan dunia pendidikan yang terus berubah-ubah disebabkan oleh tujuan untuk memperbaiki kualitas pendidikan. Salah satu cara memperbaiki kualitas pendidikan ialah dengan menggunakan kurikulum yang tepat. Kurikulum terbaru yang dikeluarkan oleh pemerintah dan digunakan oleh sekolah-sekolah ialah kurikulum 2013. Salah satu lembaga pendidikan yang bertujuan untuk menciptakan sumber daya manusia yang siap untuk bekerja adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai salah


(19)

terjun ke dunia kerja. Salah satu SMKN di kota Bandung adalah SMKN 2, yang diharapkan mampu menghasilkan peserta didik yang berkualitas. Hasil belajar siswa secara tidak langsung dapat menunjukan kualitas dari siswa tersebut.

Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, maka yang menjadi masalah penelitian ini diidentifikasi ke dalam tema sentral sebagai berikut:

Hasil belajar siswa teknik mesin 4 sangat bervariasi, pada rata-rata keseluruhan siswa sebagian besar berada di bawah KKM ini dapat dilihat berdasarkan nilai sikap, keterampilan dan rata-rata keseluruhan. Hasil belajar digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa. Hasil belajar yang belum optimal tentu berdampak pada siswa SMKN 2 Bandung keseluruhan. Dan hasil belajar yang akan dicapai oleh siswa tersebut tidak terlepas dari faktor pendukungnya seperti model pembelajaran agar proses belajar mengajar dapat berlangsung dan tujuan pembelajaran dapat tersampaikan dengan baik.

Tema sentral penelitian ini berkenaan dengan model pembelajaran pada SMK Negeri 2 Bandung dan pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa kelas X jurusan Teknik Mesin 4, implementasi pada kurikulum 2013.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah yang akan diteliti sebagai berikut:

1. Bagaimanakah hasil belajar siswa sebelum penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran kewirausahaan siswa kelas X Teknik Mesin 4 SMKN 2 Bandung

2. Bagaimanakah hasil belajar siswa setelah menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran kewirausahaan siswa kelas X Teknik Mesin 4 SMKN 2 Bandung


(20)

3. Bagaimanakah efektivitas model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran kewirausahaan siswa kelas X Teknik Mesin 4 SMKN 2 Bandung

1.4 Tujuan Penelitian

Dari berbagai permasalahan yang tergambar dalam identifikasi masalah, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui gambaran hasil belajar siswa sebelum penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran kewirausahaan siswa kelas X Teknik Mesin 4 SMKN 2 Bandung

2. Untuk mengetahui gambaran hasil belajar siswa setelah menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran kewirausahaan siswa kelas X Teknik Mesin 4 SMKN 2 Bandung

3. Untuk mengetahui gambaran efektivitas model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran kewirausahaan siswa kelas X Teknik Mesin 4 SMKN 2 Bandung

1.5 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi bantuan baik secara teoritis maupun praktis sebagai berikut:

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bantuan dalam aspek teoritis (keilmuan) yaitu bagi perkembangan ilmu Manajemen Bisnis, khususnya pada bidang Pendidikan Kewirausahaan, yang menyangkut efektivitas model pembelajaran Problem Based Learning.


(21)

2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bantuan dalam aspek praktis (guna laksana) yaitu memberikan masukan positif bagi tenaga pendidik untuk dijadikan dasar pertimbangan dalam mengajar.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi atau acuan dan sekaligus untuk memberikan rangsangan dalam melakukan penelitian selanjutnya mengenai efektivitas model pembelajaran Problem Based Learning terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran kewirausahaan mengingat masih banyak yang belum terungkap dalam penelitian ini.


(22)

METODE PENELITIAN 3.1Metode Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk dapat meningkatkan hasil belajar kewirausahaan siswa kelas X Teknik Mesin SMKN 2 Bandung, dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning sebagai pemberian tindakan. Penelitian ini menggunakan pendekatan atau metode deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk menggambarkan kondisi yang sebenarnya dari suatu situasi. Pendekatan kualitatif digunakan untuk mendapatkan gambaran secara jelas dan nyata tentang proses pelaksanaan pembelajaran yang diterapkan dalam kelas dan hasil belajar siswa sebagai hasil dari penerapan model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran kewirausahaan.

Riduwan (2012:24) mengemukakan bahwa metode penelitian merupakan:

“Teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan

data.”

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau CAR (Classroom Action Research) Model Spiral dari Kemmis dan Taggart (1988). Menurut Mulyasa (2012: 34) Penelitian Tindakan Kelas dapat diartikan sebagai upaya yang ditujukan untuk memperbaiki proses pembelajaran atau memecahkan masalah yang dihadapi dalam pembelajaran. Selain itu penelitian tindakan merupakan upaya untuk meningkatkan kinerja sistem organisasi atau masyarakat agar lebih efektif dan efisien, termasuk untuk meningkatkan kinerja sistem pendidikan. (Mulyasa, 2012:33)


(23)

profesionalisme guru. Tujuan ini dapat dicapai dengan melakukan refleksi untuk merencanakan pembelajaran lalu kemudian mengujicobakan secara sistematis sebagai tindakan alternatif dalam memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Jadi, PTK umumnya dimaksudkan untuk mengembangkan keterampilan pendekatan baru pembelajaran dan untuk memecahkan masalah dengan penerapan langsung di ruang kelas. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan secara kolaboratif oleh peneliti dan guru sebagai praktisi dengan mengambil latar alamiah di kelas.

3.2Model Penelitian

Model penelitian adalah sebuah perencanaan yang akan dilakukan dalam melakukan sebuah penelitian, sehingga dengan menggunakan suatu model penelitian akan memudahkan peneliti melaksanakan penelitian. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Sanjaya (2011: 48) model pada dasarnya rancangan yang dapat digunakan untuk menerjemahkan sesuatu ke dalam realitas yang sifatnya lebih praktis.

Banyak model yang diterapkan dalam melakukan penelitian tindakan kelas, diantaranya model Kurt Lewin, Model Ebbut, Model Elliot, Model Hopkins, Model Kemmis dan Taggart, model tindakan kelas berbentuk siklus. Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti memakai siklus kegiatan mengacu pada model Hopkins yang diadopsi dari Kemmis dan Taggart (1988), di mana setiap siklus terdiri atas empat tahap yaitu tahap: perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Empat tahapan ini berlangsung secara simultan yang urutannya dapat mengalami modifikasi. Adapun langkah-langkah yang akan dilaksanakan dalam penelitian menurut Kemmis dan Taggart yaitu:


(24)

1. Refleksi Awal

2. Perencanaan Tindakan

Penyusunan perencanaan didasarkan pada hasil observasi refleksi awal. Secara rinci perencanaan mencakup tindakan yang akan dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau mengubah perilaku atau sikap yang diinginkan sebagai solusi dari permasalahan-permasalahan. Perencanaan ini bersifat fleksibel dalam arti dapat berubah sesuai kondisi nyata yang ada. 3. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan menyangkut apa yang dilakukan peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang dilaksanakan berpedoman pada rencana tindakan. Jenis tindakan yang dilakukan dalam PTK hendaknya selalu didasarkan pada pertimbangan teoritik atau empirik agar hasil yang diperoleh berupa peningkatan kinerja dan hasil program yang optimal.

4. Observasi, Refleksi, dan Evaluasi

Kegiatan observasi dalam PTK dapat disejajarkan dengan pengumpulan data pada penilitian formal. Dalam kegiatan ini peneliti mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa. Pada dasarnya kegiatan refleksi merupakan kegiatan analisis, sintesis, interpretasi terhadap semua informasi yang diperoleh saat kegiatan tindakan. Dalam kegiatan ini peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil-hasil atau dampak dari tindakan. Setiap informasi yang terkumpul perlu dipelajari kaitan yang satu dengan kaitan yang lainnya dan kaitannya dengan teori atau hasil penelitian yang telah ada dan relevan.


(25)

Kegiatan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMK Negeri 2 Bandung, yang bertempat di Jalan Ciliwung No. 4 Kota Bandung. Adapun penyelenggaraan penelitian dilaksanakan pada minggu pertama bulan September hingga minggu keempat bulan September 2014. Penelitian tindakan kelas mengenai penerapan model pembelajaran Problem Based Learning untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

3.4 Subjek Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas X Teknik Mesin 4 SMK Negeri 2 Bandung dengan jumlah siswa atau subjek yang diteliti sebanyak 34 orang yang terdiri dari 32 orang siswa laki-laki dan 2 orang siswa perempuan.

3.5Definisi Istilah

1. Model Pembelajaran Problem Based Learning

Model Pembelajaran Problem Based Learning adalah sebuah model pembelajaran didasarkan pada prinsip menggunakan masalah sebagai titik awal akuisisi dan integrasi pengetahuan baru. Problem Based Learning meliputi pengajuan pertanyaan atau masalah, memusatkan pada keterkaitan antar disiplin, penyelidikan autentik, kerjasama dan menghasilkan karya serta peragaan.

2. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa dalam periode tertentu.


(26)

3.6Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data menurut Sugiyono (2013:62) menyebutkan

bahwa ‘Langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.’ Data penelitian dikumpulkan dan disusun melalui teknik pengumpulan data meliputi: sumber data, jenis data, teknik pengumpulan data, dan instrumen yang digunakan. Dalam kaitannya dengan penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi sistematis. Sehubungan dengan ini Muslich (2009:59) menyatakan bahwa observasi sistematis adalah bentuk observasi yang diarahkan pada pengkategorian bentuk dan jenis data amatan yang disusun secara rinci.

Dalam penelitian ini siswa sebagai subjek yang diobservasi dan data yang dikumpulkan berupa catatan anekdot dan catatan harian. Herdiansyah (2010:133) menyatakan bahwa Anecdotal Record (Catatan Anekdot) merupakan salah satu metode yang digunakan peneliti melakukan observasi dengan hanya membawa kertas kosong untuk mencatat perilaku yang khas, unik, dan penting yang dilakukan subjek penelitian.

Selain itu, teknik pengumpulan data juga dilakukan melalui wawancara insidental. Wawancara insidental adalah jenis wawancara yang dilaksanakan sewaktu-waktu bila dianggap perlu. (Sanjaya, 2011:97) Wawancara insidental digunakan untuk mengetahui kesulitan yang dialami oleh siswa ataupun tim observer dengan model yang digunakan pada proses pembelajaran. Wawancara insidental digunakan juga untuk melengkapi pertanyaan yang belum terjawab dalam observasi.


(27)

Prosedur atau langkah-langkah penelitian yang dilakukan terbagi dalam bentuk siklus kegiatan mengacu pada model Hopkins yang diadopsi dari Kemmis dan Taggart (1988), di mana setiap siklus terdiri atas empat tahap yaitu tahap: perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Empat tahapan ini berlangsung secara simultan yang urutannya dapat mengalami modifikasi.

Desain Penelitian Tindakan Kelas mengikuti desain Model Spiral dari Kemmis dan Taggart (1988) (Rochiati Wiraatmadja):

GAMBAR 3.1 DIADOPSI DARI

MODEL SPIRAL DARI KEMMIS DAN TAGGART (1988)

Refleksi Awal

Plan I

Action I

Plan II

Action II ObservationII

Refleksi II ObservationI

Refleksi I


(28)

Berdasarkan desain di atas, tahapan penelitian dijelaskan sebagai berikut:

1. Refleksi Awal

Pada tahap ini dilakukan identifikasi kesulitan siswa dalam mata pelajaran kewirausahaan.

2. Perencanaan Tindakan

Pada tahap ini peneliti dan tim observer secara kolaboratif mengadakan kegiatan sebagai berikut: 1) mengamati teknik pembelajaran yang digunakan guru dalam pembelajaran kewirausahaan sebelumnya; 2) mengidentifikasi faktor-faktor hambatan dan kemudahan guru dalam pembelajaran kewirausahaan sebelumnya; 3) merumuskan alternatif tindakan yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran kewirausahaan sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa terutama dalam proses pembelajaran; 4) menyusun rancangan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

Rancangan pelaksanaan pembelajaran ini meliputi: 1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disesuaikan dengan pengimplementasian kurikulum 2013; 2) materi pembelajaran yang bersumber dari buku Prakarya dan Kewirausahaan Kelas X Semester 1 terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia; 3) media/kajian literatur yang berkaitan dengan materi yang disampaikan.

Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah sebagai berikut.

a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan mengacu pada implementasi kurikulum 2013.


(29)

mengajar di kelas ketika proses belajar mengajar sedang berlangsung. Catatan anekdot ini digunakan untuk mencatat perilaku yang khas, unik, dan penting yang dilakukan siswa.

c. Mempersiapkan materi berupa permasalahan terkait pokok bahasan yang sedang dipelajari.

3. Pelaksanaan Tindakan

Dalam tahap pelaksanaan tindakan, peran peneliti adalah: 1) merancang pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL); 2) bekerja dengan guru ppl dalam melaksanakan tindakan yang direncanakan; 3) peneliti berperan sebagai pendamping guru ppl untuk memberi pengarahan, motivasi, dan stimulus agar praktisi dapat melaksanakan perannya berdasarkan rencana.

Adapun pelaksanaan tindakan ini adalah dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas X Teknik Mesin 4 SMK Negeri 2 Bandung. Dalam setiap tahap pembelajaran yang diterapkan, masing-masing berisi langkah pembelajaran yang terdiri atas mengamati, menanya, menalar, mencoba dan membuat jejaring.

Mengamati adalah tahap mencari informasi, melihat, mendengar, membaca dan menyimak. Pada tahap ini siswa melakukan pengamatan dengan cara membaca dan menyimak dari kajian literatur/media agar terbangun rasa ingin tahu dan menunjukkan motivasi internal. Tahap selanjutnya adalah menanya, merupakan salah satu proses membangun pengetahuan siswa dalam


(30)

bentuk fakta, konsep, prinsip, prosedur, hukum dan teori. Setelah siswa terbangun pengetahuannya, maka tahap selanjutnya adalah menalar yaitu proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Pada tahap ini siswa melakukan kegiatan observasi.

Tahap selanjutnya adalah mencoba, yaitu mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Setelah siswa mengembangkan ranah tujuan belajarnya, maka tahap selanjutnya adalah membuat jejaring merupakan suatu filsafat personal, lebih dari sekadar teknik pembelajaran di kelas-kelas sekolah. Pada tahap ini siswa melakukan konsultasi dalam berkarya dengan guru dan sumber belajar lainnya serta mengevaluasi/menguji hasil.

4. Observasi, Refleksi, dan Evaluasi

Setelah tindakan dilakukan, peneliti melakukan observasi dan evaluasi secara komprehensif terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan instrumen pengumpul data yang telah dibuat sehingga diperoleh data empiris pelaksanaan pembelajaran, kendala yang dihadapi, serta kesempatan dan peluang yang berkaitan dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Data tersebut dijadikan sebagai bahan untuk melakukan refleksi.

Alat yang digunakan untuk menjaring data tentang peningkatan hasil belajar siswa adalah observasi sistematis. Observasi sistematis ini berupa catatan anekdot. Sedangkan alat yang digunakan untuk mengetahui kesulitan yang dialami oleh siswa ataupun tim observer dengan model yang digunakan pada proses pembelajaran adalah wawancara insidental.


(31)

kemampuan siswa dalam memecahkan masalah untuk memahami materi pelajaran yang disampaikan serta pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari.

Setelah pengamatan selesai dilakukan, kemudian peneliti bersama tim observer melakukan kegiatan refleksi pada akhir tiap tindakan. Pada kegiatan refleksi peneliti dan tim observer mendiskusikan hasil pengamatan tindakan yang telah dilaksanakan. Hal-hal yang dibahas adalah 1) analisis tentang tindakan yang dilakukan, dan 2) melakukan pemaknaan dan penyimpulan data yang telah diperoleh, serta melihat hubungan dengan teori dan rencana yang telah ditetapkan.


(32)

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 Kesimpulan

Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa di SMK Negeri 2 Kota Bandung dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) ini telah mampu meningkatkan hasil belajar proses siswa.

Penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yang digunakan sebagai model dalam pembelajaran ini ternyata mampu: 1) meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran; 2) meningkatkan keterampilan siswa dalam memecahkan masalah berupa tugas yang diberikan oleh guru; 3) meningkatkan kreatifitas siswa dalam menyelesaikan tugasnya; 4) meningkatkan minat dan semangat siswa dalam kegiatan pembelajaran; 5) mengurangi kebosanan dan kejenuhan siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Hal itu dapat dilihat dari hasil belajar proses siswa, dari kegiatan pratindakan ternyata tidak memenuhi standar prosentase minimal pencapaian indikator penilaian hasil belajar proses. Hasil penelitian tahap pratindakan terlihat bahwa tidak ada satu pun siswa yang mencapai KKM terutama dalam sikap dan keterampilan. Berdasarkan hasil penelitian kegiatan pratindakan di atas maka dapat diketahui bahwa hasil belajar proses siswa pada kegiatan pratindakan tersebut rendah.

Pada tahap siklus I, minat siswa lebih meningkat daripada pratindakan, dimana 6 siswa fokus mengerjakan tugas. Ini berarti minat siswa dengan


(33)

peningkatan dari tahap pratindakan, sebesar 17%. Sehingga dapat disimpulkan kegiatan pada siklus I ini, walaupun belum dapat dikatakan berhasil, tetapi dapat meningkatkan minat siswa dalam kegiatan pembelajaran. Kekurangan pada siklus I adalah observasi yang dilaksanakan sebagai kegiatan pembelajaran kurang menarik menurut siswa, sehingga siswa kurang fokus dalam kegiatan pembelajaran.

Pada siklus II, yaitu membuat laporan portofolio sebagai alternatif kegiatan dari model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Membuat laporan portofolio pada tindakan II ini berbeda dengan kegiatan pada tindakan I, perbedaannya terletak pada kesiapan siswa pada tindakan II yang telah dipersiapkan terlebih dahulu dengan menugaskan siswa mencari bahan-bahan untuk membuat laporan portofolio pada pertemuan sebelumnya. Hasil tindakan II adalah dari 31 jumlah keseluruhan subjek, seluruh siswa mulai terkondisikan dengan kelompoknya masing-masing dan semua kelompok bersemangat mengerjakan tugas. Tindakan II sebenarnya sudah dapat dikatakan berhasil. Tetapi permasalahannya siswa masih monoton dalam pengerjaan tugas. Sehingga masih diperlukan perbaikan dan pengayaan guna memperbaiki model pembelajaran yang diterapkan.

Pada siklus III yang merupakan perbaikan dari siklus-siklus sebelumnya, peneliti menggunakan kegiatan tambahan membuat karya kerajinan tekstil. Hal itu untuk memicu siswa dalam mengembangkan kreatifitasnya. Hasil yang diperoleh pada tindakan III adalah diskusi kelompok lebih kondusif, semua kelompok sudah


(34)

bersemangat dalam menyelesaikan tugas dan mayoritas siswa mengerjakan tugas lebih kreatif dari sebelumnya.

Berdasarkan hasil pembahasan pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) ataupun model pembelajaran berdasarkan masalah dapat digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan hasil belajar proses siswa secara efektif. Hal ini nampak dari adanya peningkatan dari ketiga aspek penilaian hasil belajar proses siswa dari pratindakan ke tindakan I, sampai tindakan II dan tindakan III. Pembelajaran pratindakan yang tanpa menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dinilai kurang efektif. Sedangkan pembelajaran pada siklus I dengan menggunakan observasi dengan teknik wawancara dinilai efektif, dan pembelajaran pada siklus II yang menggunakan laporan portofolio dinilai lebih efektif, serta pada siklus III dengan membuat karya kerajinan tekstil dinilai sangat efektif.

Berdasarkan rumusan masalah, maka hasil penelitian ini ialah sebagai berikut:

1) Hasil belajar siswa sebelum penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran kewirausahaan siswa kelas X Teknik Mesin 4 SMKN 2 Bandung belum sesuai dengan harapan terlebih lagi jika dibandingkan dengan rata-rata siswa pada KTSP.

2) Hasil belajar siswa setelah menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran kewirausahaan siswa kelas X Teknik Mesin 4 SMKN 2 Bandung lebih meningkat dari sebelumnya pada semua aspek.


(35)

meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran kewirausahaan siswa kelas X Teknik Mesin 4 SMKN 2 Bandung.

5.2 Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka perlulah kiranya penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) diterapkan di sekolah-sekolah, selain dikarenakan sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang digunakan dalam kurikulum 2013, untuk meningkatkan hasil belajar siswa terutama hasil belajar proses dan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman siswa akan materi pada umumnya.

1. Bagi guru

a. Guru diharapkan dapat menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) sebagai variasi dalam kegiatan pembelajaran, sehingga siswa tidak hanya memperoleh konsep materi tetapi juga bermakna dalam kehidupan sehari-hari.

b. Agar penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) ini dapat didayagunakan secara optimal.

c. Dengan adanya penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) ini diharapkan dapat menjadi pembelajaran alternatif bagi siswa yang mendapat kesulitan.

2. Bagi siswa

Dalam proses pembelajaran siswa sebaiknya lebih aktif dan mandiri. Tidak perlu takut dalam mengemukakan pendapatnya.


(1)

bentuk fakta, konsep, prinsip, prosedur, hukum dan teori. Setelah siswa terbangun pengetahuannya, maka tahap selanjutnya adalah menalar yaitu proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Pada tahap ini siswa melakukan kegiatan observasi.

Tahap selanjutnya adalah mencoba, yaitu mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Setelah siswa mengembangkan ranah tujuan belajarnya, maka tahap selanjutnya adalah membuat jejaring merupakan suatu filsafat personal, lebih dari sekadar teknik pembelajaran di kelas-kelas sekolah. Pada tahap ini siswa melakukan konsultasi dalam berkarya dengan guru dan sumber belajar lainnya serta mengevaluasi/menguji hasil.

4. Observasi, Refleksi, dan Evaluasi

Setelah tindakan dilakukan, peneliti melakukan observasi dan evaluasi secara komprehensif terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan instrumen pengumpul data yang telah dibuat sehingga diperoleh data empiris pelaksanaan pembelajaran, kendala yang dihadapi, serta kesempatan dan peluang yang berkaitan dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Data tersebut dijadikan sebagai bahan untuk melakukan refleksi.

Alat yang digunakan untuk menjaring data tentang peningkatan hasil belajar siswa adalah observasi sistematis. Observasi sistematis ini berupa catatan anekdot. Sedangkan alat yang digunakan untuk mengetahui kesulitan yang dialami oleh siswa ataupun tim observer dengan model yang digunakan pada proses pembelajaran adalah wawancara insidental.


(2)

Kriteria untuk mendeskripsikan peningkatan hasil belajar siswa adalah kemampuan siswa dalam memecahkan masalah untuk memahami materi pelajaran yang disampaikan serta pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari.

Setelah pengamatan selesai dilakukan, kemudian peneliti bersama tim observer melakukan kegiatan refleksi pada akhir tiap tindakan. Pada kegiatan refleksi peneliti dan tim observer mendiskusikan hasil pengamatan tindakan yang telah dilaksanakan. Hal-hal yang dibahas adalah 1) analisis tentang tindakan yang dilakukan, dan 2) melakukan pemaknaan dan penyimpulan data yang telah diperoleh, serta melihat hubungan dengan teori dan rencana yang telah ditetapkan.


(3)

5.1 Kesimpulan

Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa di SMK Negeri 2 Kota Bandung dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) ini telah mampu meningkatkan hasil belajar proses siswa.

Penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yang digunakan sebagai model dalam pembelajaran ini ternyata mampu: 1) meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran; 2) meningkatkan keterampilan siswa dalam memecahkan masalah berupa tugas yang diberikan oleh guru; 3) meningkatkan kreatifitas siswa dalam menyelesaikan tugasnya; 4) meningkatkan minat dan semangat siswa dalam kegiatan pembelajaran; 5) mengurangi kebosanan dan kejenuhan siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Hal itu dapat dilihat dari hasil belajar proses siswa, dari kegiatan pratindakan ternyata tidak memenuhi standar prosentase minimal pencapaian indikator penilaian hasil belajar proses. Hasil penelitian tahap pratindakan terlihat bahwa tidak ada satu pun siswa yang mencapai KKM terutama dalam sikap dan keterampilan. Berdasarkan hasil penelitian kegiatan pratindakan di atas maka dapat diketahui bahwa hasil belajar proses siswa pada kegiatan pratindakan tersebut rendah.


(4)

pembelajaran observasi dengan teknik wawancara pada siklus I ini mengalami peningkatan dari tahap pratindakan, sebesar 17%. Sehingga dapat disimpulkan kegiatan pada siklus I ini, walaupun belum dapat dikatakan berhasil, tetapi dapat meningkatkan minat siswa dalam kegiatan pembelajaran. Kekurangan pada siklus I adalah observasi yang dilaksanakan sebagai kegiatan pembelajaran kurang menarik menurut siswa, sehingga siswa kurang fokus dalam kegiatan pembelajaran.

Pada siklus II, yaitu membuat laporan portofolio sebagai alternatif kegiatan dari model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Membuat laporan portofolio pada tindakan II ini berbeda dengan kegiatan pada tindakan I, perbedaannya terletak pada kesiapan siswa pada tindakan II yang telah dipersiapkan terlebih dahulu dengan menugaskan siswa mencari bahan-bahan untuk membuat laporan portofolio pada pertemuan sebelumnya. Hasil tindakan II adalah dari 31 jumlah keseluruhan subjek, seluruh siswa mulai terkondisikan dengan kelompoknya masing-masing dan semua kelompok bersemangat mengerjakan tugas. Tindakan II sebenarnya sudah dapat dikatakan berhasil. Tetapi permasalahannya siswa masih monoton dalam pengerjaan tugas. Sehingga masih diperlukan perbaikan dan pengayaan guna memperbaiki model pembelajaran yang diterapkan.

Pada siklus III yang merupakan perbaikan dari siklus-siklus sebelumnya, peneliti menggunakan kegiatan tambahan membuat karya kerajinan tekstil. Hal itu untuk memicu siswa dalam mengembangkan kreatifitasnya. Hasil yang diperoleh pada tindakan III adalah diskusi kelompok lebih kondusif, semua kelompok sudah


(5)

bersemangat dalam menyelesaikan tugas dan mayoritas siswa mengerjakan tugas lebih kreatif dari sebelumnya.

Berdasarkan hasil pembahasan pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) ataupun model pembelajaran berdasarkan masalah dapat digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan hasil belajar proses siswa secara efektif. Hal ini nampak dari adanya peningkatan dari ketiga aspek penilaian hasil belajar proses siswa dari pratindakan ke tindakan I, sampai tindakan II dan tindakan III. Pembelajaran pratindakan yang tanpa menggunakan model pembelajaran Problem Based

Learning (PBL) dinilai kurang efektif. Sedangkan pembelajaran pada siklus I

dengan menggunakan observasi dengan teknik wawancara dinilai efektif, dan pembelajaran pada siklus II yang menggunakan laporan portofolio dinilai lebih efektif, serta pada siklus III dengan membuat karya kerajinan tekstil dinilai sangat efektif.

Berdasarkan rumusan masalah, maka hasil penelitian ini ialah sebagai berikut:

1) Hasil belajar siswa sebelum penggunaan model pembelajaran Problem Based

Learning pada mata pelajaran kewirausahaan siswa kelas X Teknik Mesin 4

SMKN 2 Bandung belum sesuai dengan harapan terlebih lagi jika dibandingkan dengan rata-rata siswa pada KTSP.

2) Hasil belajar siswa setelah menggunakan model pembelajaran Problem Based

Learning pada mata pelajaran kewirausahaan siswa kelas X Teknik Mesin 4


(6)

3) Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran kewirausahaan siswa kelas X Teknik Mesin 4 SMKN 2 Bandung.

5.2 Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka perlulah kiranya penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) diterapkan di sekolah-sekolah, selain dikarenakan sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang digunakan dalam kurikulum 2013, untuk meningkatkan hasil belajar siswa terutama hasil belajar proses dan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman siswa akan materi pada umumnya.

1. Bagi guru

a. Guru diharapkan dapat menggunakan model pembelajaran Problem Based

Learning (PBL) sebagai variasi dalam kegiatan pembelajaran, sehingga

siswa tidak hanya memperoleh konsep materi tetapi juga bermakna dalam kehidupan sehari-hari.

b. Agar penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) ini dapat didayagunakan secara optimal.

c. Dengan adanya penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) ini diharapkan dapat menjadi pembelajaran alternatif bagi siswa yang mendapat kesulitan.

2. Bagi siswa

Dalam proses pembelajaran siswa sebaiknya lebih aktif dan mandiri. Tidak perlu takut dalam mengemukakan pendapatnya.