CHOERIN AMRI (K2512025)

(1)

commit to user

PENGARUH PENAMBAHAN BIODIESEL KE DALAM BAHAN BAKAR SOLAR TERHADAP OPASITAS

PADA MESIN DIESEL

ARTIKEL ILMIAH

Oleh: CHOERIN AMRI

K2512025

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA Agustus 2016


(2)

commit to user

) $ . 8/ 7 $ 6 . ( *85 8$ 1 ' $ 1 ,/ 08 3( 1' ,' ,. $ 1

81,9 ( 5 6 ,7 $ 6 6 ( % ( / $ 6 0$ 5 ( 7

6 85 $ . $ 5 7 $

$ JXVWXV 2OHK

& +2( 5 ,1 $ 05 ,

.

$ 5 7 ,. ( / ,/ 0,$ +

3( 1*$ 5 8+ 3( 1$ 0% $ +$ 1 %,2' ,( 6( / . ( ' $ / $ 0

' $ +$ 1 ' $ . $ 5 6 2/ $ 5 7 ( 5 ,,$ ' $ 3 23$ 6 ,7 $ 6


(3)

commit to user

1

PENGARUH PENAMBAHAN BIODIESEL KE DALAM BAHAN BAKAR SOLAR TERHADAP OPASITAS

PADA MESIN DIESEL

Choerin Amri, Husin Bugis, Basori

Program Studi Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta

Kampus V UNS: Jl. Ahmad Yani 200 Pabelan, Kartasura, Telp/Fax (0271)718419

E-mail: akunugraha84@gmail.com

ABSTRACT

The purpose of this study are: (1) To prove that there is an effect of addition of biodiesel of Kepoh seed extract for the opacity of diesel engines. (2) To prove that there is an effect of addition of biodiesel from waste cooking oil for the opacity of diesel engines. (3) To prove that the biodiesel from Kepoh seed extract and waste cooking oil which one has a better opacity in diesel engines. The method used was descriptive quantitative method. The population in this study was the biodiesel fuel of the Kepoh seed extract and the waste cooking oil, with samples are addition of 10%, 20%, 30%, 40%, 50% respectively of biodiesel with diesel fuel sold in the market. Data were taken from the test using smoke analyzer tool that will be known the value of the opacity of each mixture. Then the data obtained was inserted into tables and displayed in graphs for analysis. Based on the results of this study can be concluded that: (1) In the mixture of biodiesel of Kepoh seed extract from 10% until 50%, there is an influence on the opacity with the efficiency values of maximum decreasing of opacity of 45,4%. (2) On the mixture of biodiesel of waste cooking oil from 10% until 50%, there is an influence on the opacity with the efficiency values of maximum decreasing of opacity of 30%. (3) Comparison of the value of the opacity of biodiesel between Kepoh seed extract and waste cooking oil is better on Kepoh seed extract biodiesel which has the greatest value of efficiency decreasing of opacity.

Keywords: biodiesel, Kepoh seed extract, waste cooking oil, opacity, addition of a


(4)

commit to user ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Membuktikan adanya pengaruh penambahan biodiesel dari ekstrak biji Kepuh terhadap opasitas pada mesin diesel. (2) Membuktikan adanya pengaruh penambahan biodiesel dari minyak Jelantah terhadap opasitas pada mesin diesel. (3) Membuktikan antara biodiesel

dari ekstrak biji Kepuh dan minyak Jelantah yang memiliki opasitas lebih baik pada mesin diesel. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif. Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah bahan bakar

biodiesel dari ekstrak biji Kepuh dan minyak Jelantah, dengan sampel penelitian

berupa penambahan 10%, 20%, 30%, 40%, 50% masing-masing biodiesel dengan

solar yang terjual di pasaran. Data penelitian diambil dari pengujian menggunakan alat smoke analyzer yang akan diketahui nilai opasitas dari masing-masing campuran. Kemudian hasil data yang diperoleh dimasukkan ke dalam tabel dan ditampilkan dalam bentuk grafik untuk dianalisis. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) Pada campuran biodiesel ekstrak Kepuh dari 10% sampai dengan 50% terdapat pengaruh terhadap opasitas dengan nilai efisiensi penurunan opasitas maksimal sebesar 45,4%. (2) Pada campuran biodiesel minyak Jelantah dari 10% sampai dengan 50% terdapat pengaruh terhadap opasitas dengan nilai efisiensi penurunan opasitas maksimal sebesar 30%. (3) Perbandingan dari nilai opasitas biodiesel ekstrak biji Kepuh dan minyak Jelantah lebih baik nilai opasitasnya pada biodiesel ekstrak biji Kepuh yang memiliki nilai efisiensi penurunan opasitas paling besar.

Kata kunci : biodiesel, ekstrak biji Kepuh, minyak Jelantah, opasitas, penambahan campuran.

I. PENDAHULUAN

Penggunaan teknologi yang

ramah lingkungan ini lebih pada sumber energi yang ada, akan tetapi penggunaan sumber energi saat ini masih banyak yang belum ramah lingkungan. Seperti halnya bahan bakar minyak yang dewasa ini menjadi sumber energi nomor satu dalam penggunaannya. Hampir seluruh peralatan teknologi tidak terlepas pada

penggunaan minyak yaitu secara

langsung maupun tidak langsung.

Namun bahan bakar minyak yang ada saat ini masih menggunakan minyak

bumi yang jika digunakan dapat

mencemar lingkungan terkhusus pada pencemaran udara.

Menurut Wardhana 1984 dalam Sugiarti (2009: 3), di dunia dikenal zat pencemar udara utama yang berasal dari kegiatan manusia berupa gas buangan hasil pembakaran bahan bakar fosil dan

industri. Gas buangan ini dapat

membahayakan dan mengganggu

aktivitas manusia, bukan hanya

dikarenakan unsur senyawa yang

terkandung saja namun juga dapat mengganggu jarak pandang.


(5)

commit to user

Di Indonesia sekarang ini

kurang lebih 70% pencemaran udara di sebabkan emisi kendaraan bermotor yang mengeluarkan zat-zat berbahaya

yang dapat menimbulkan dampak

negatif, baik terhadap kesehatan manusia maupun terhadap lingkungan, seperti timbal/timah hitam (Pb) kendaraan bermotor menyumbang hampir 100% timbal (Sugiarti, 2009: 2). Pada mesin diesel lebih banyak menghasilkan asap yang pekat. Asap pekat ini yang disebut dengan opasitas, semakin besar tingkat opasitasnya semakin besar efeknya terhadap lingkungan. Pengaruh dari efek tersebut bukan hanya terhadap kesehatan namun juga pada aktivitas kerja seperti jarak pandang.

Minyak bumi yang pada hari ini masih menjadi sumber energi utama, perlu menjadi alasan untuk pencarian solusi. Peralihan dari yang sebelumnya tidak ramah lingkungan menjadi ramah lingkungan dapat dilakukan dengan

mengalihkan bahan bakar minyak

menjadi bahan bakar nabati. Pemerintah

Indonesia pun telah memberikan

kebijakan agar peralihan dari bahan bakar minyak menjadi biofuel agar dilakukan secara bertahap sesuai dengan sesuai dengan Peraturan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2013.

Di Eropa yang memiliki

penetapan standar EURO terhadap emisi gas buang, telah mempromosikan biofuel

sebagai energi yang ramah lingkungan di masa yang akan datang. Pada sebuah

paper berjudul “Biofuel In the European

Union – A Vision For 2030 And

Beyond” menyebutkan visi

pengembangan biofuel pada 2030 Uni

Eropa akan mencakup seperempat dari kebutuhan bahan bakar transportasi jalan menggunakan biofuel yang efisiensi bersih dan gas CO2 yang sebagian besar disediakan oleh industri Eropa yang

kompetitif dengan menggunakan

teknologi yang berkelanjutan dan

inovatif, sehingga menciptakan peluang

bagi penyedia biomassa, produsen

biofuel dan industri otomotif di Uni Eropa (EC 2006).

Secara umum biofuel terbagi menjadi dua macam yaitu bioethanol dan

biodiesel. Fungsi dari keduanya adalah sama-sama sebagai pengganti bahan

bakar minyak namun memiliki

karakteristiknya berbeda. Penggunaan

bioethanol digunakan pada mesin petrol

atau bensin sedangkan biodiesel

digunakan pada mesin diesel atau solar. Pada biodiesel yang mempunyai sifat-sifat fisika yang mirip dengan bahan bakar diesel sehingga dapat digunakan langsung pada mesin-mesin diesel tanpa adanya modifikasi (Direktorat Jendral Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, 2013: 8).

Pada produksi biodiesel dapat dibuat dari berbagai macam tanaman

seperti Jarak, Sawit, Nyamplung,

Kemiri, Kepuh dan masih banyak lagi. Pada penelitian ini difokuskan pada Kepuh dan Jelantah sebagai sampel dikarenakan dari segi produksi pada saat panen buah Kepuh dapat menghasilkan biji lebih banyak dibanding beberapa tanaman lain yang sejenis. Selain itu pertumbuhan yang liar seperti di area makam membuat tidak membutuhkan banyak perawatan. Kemudian Jelantah

yang hanya limbah dapur dapat


(6)

commit to user ini Kepuh dan Jelantah dari segi

ekonomis lebih menguntungkan. II. KAJIAN PUSTAKA

1. Bahan Bakar Biodiesel

Biodiesel merupakan bahan

bakar pengganti solar yang diproduksi dari minyak nabati, daur ulang sisa minyak masakan atau minyak lemak hewan (Biodiesel Handling, 2006: 2). Secara umum karakteristik biodiesel adalah memiliki angka setana yang lebih

tinggi dari minyak solar, dapat

terdegradasi dengan mudah

(biodegradable), tidak mengandung sulfur (atau sangat rendah, jika ada) dan

senyawa aromatik sehingga emisi

pembakaran yang dihasilkan lebih ramah lingkungan dari pada bahan bakar minyak jenis minyak solar (Direktorat Jendral Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, 2013: 8).

Tabel 1. Karakteristik bahan bakar antara solar dan biodiesel

Physical Properties ASTM Standar (Solar) SNI Biodiesel Flash point o C

Viscosity (40oC) cSt. Cetane number Cloud point oC

Sulfur content % m/m

Calorific value kJ/kg

Density (15oC) kg/l

Free Glycerin wt.% Min. 100 1m9-6,5 Min.40 - 0,05 max 45,343 0,84 Maks. 0,02 Min.100 2,3-6,0 Min. 48 Maks. 18 Maks. 0,05 - 0,86-0,9 Maks. 0,02 Sumber: Siti Miskah, dkk, 2013

2. Biodiesel Biji Kepuh

Tanaman Kepuh adalah

tanaman yang masih berkerabat dengan tanaman kapuk randu. Ketinggiannya dapat mencapai 40 m dengan diameter 90-120 cm (Hendrati, dkk, 2014: 2). Asam lemak minyak Kepuh dapat digunakan sebagai zat adaptif biodiesel yang diolah menjadi bahan bakar pengganti solar.

Tabel 2. Karakteristik Biodiesel Kepuh

Parameter Biodiesel

Kepuh Density 15o C Kg/m3

Viskositas Kinetik 40o C mm2/s(cSt)

Angka Cetane Flash point o C Pour point o C Cloud point o C

Bilangan asam mg

KOH/g

Bilangan Iodium %

massa (g I2/100 g)

873,0 4,92 56,5 160,5 151 38 0,14 103 Sumber: Hwai Chyuan, dkk, 2013

3. Biodiesel Minyak Jelantah Minyak Jelantah adalah minyak limbah yang berasal dari berbagai jenis minyak goreng seperti minyak jagung, minyak sayur, minyak samin dan sebagainya (Satriana, dkk, 2012: 15). Minyak goreng dalam penggunaannya mengalami perubahan kimia akibat oksidasi dan hidrolisis, sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada minyak goreng tersebut.

Melalui proses-proses tersebut

beberapa trigliserida akan terurai

menjadi senyawa-senyawa lain, salah satunya Free Fatty Acid (FFA) atau


(7)

commit to user asam lemak bebas. Kandungan asam

lemak bebas inilah yang kemudian akan

diesterifikasi dengan metanol

menghasilkan biodiesel (Suirta, 2009: 2). Tabel 3. Karakteristik Biodiesel Minyak Jelantah

Parameter Biodiesel

Jelantah Desnsitas (40o C), Kg/L

Viskositas Kinetik 40o C mm2/s(cSt)

Flash point o C Pour point o C

Water content % Vol Bilangan asam, mg KOH/g Indeks Cetane

850 3,2 176 9 0,02

0,5 51 Sumber: Isalmi Aziz, dkk 2011

4. Transesterifikasi

Teknologi pengolahan biodiesel

yang umum dikenal adalah

transesterifikasi. Penggunaan teknologi tersebut cocok untuk diterapkan pada minyak sawit, minyak kelapa, atau minyak sejenisnya yang mudah tengik atau asam (Sudrajat, 2006: 84).

5. Opasitas

Nilai opasitas pada kendaraan bermotor ditekankan pada kepekatan gas

buang yang dihasilkan. Biasanya

penentuan opasitas ini lebih dikaitkan pada kendaraan dengan mesin diesel.

Pengujian yang dilakukan untuk

mengetahui nilai dari opasitas pada gas buang dapat digunakan dengan berbagai

cara yang standar salah satunya

menggunakan alat smoke analyzer.

III. METODE PENELITIAN

Metode penelitian pada

penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan teknik analisis data

menggunakan metode deskriptif

kuantitatif.

1. Alat dan Bahan a. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

1) Mesin Diesel

Gambar 1. Mesin Diesel

Mesin diesel yang digunakan

bermerek Yanmar TF85H dengan

jenis motor Single-Cylinder,

Horizontal (4-Cycle), Direct

Injection. Penggunaan mesin diesel ini sebagai media pembakaran

biodiesel.

2) Smoke Analyzer

Smoke Analyzer merupakan alat yang digunakan sebagai pengukur kadar kepekatan gas buang hasil

pembakaran yang dikeluarkan

melalui pipa saluran buang (knalpot) pada mesin.


(8)

commit to user b. Bahan Uji

Bahan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah biodiesel dari ekstrak biji Kepuh dan Minyak Jelantah yang dicampur dengan bahan bakar solar dalam persentase konsentrasi biodiesel sebesar 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50%.

Gambar 4. Skema Desain Penelitian 2. Prosedur Penelitian

Gambar 5. Skema Prosedur Penelitian Pelaksanaan eksperimen dalam penelitian ini dilakukan dalam dua tahapan yaitu tahap persiapan dan tahan pengujian. Tahap persiapan dilakukan untuk mempersiapkan alat dan bahan dalam pengujian agar penelitian dapat terlaksana dengan baik. Pada tahapan pengujian diuraikan sebagai berikut:

1) Menyiapkan alat dan bahan

penelitian

2) Memasukkan bahan bakar Solar ke dalam mesin diesel.

3) Menghidupkan mesin dan

menaikkan putaran mesin mencapai 1900 rpm sampai 2300 rpm selama satu menit.

4) Tarik gas dan masukkan probe alat uji (Smoke Analyzer probe) ke pipa gas buang.

5) Mematikan mesin setelah

pengukuran pertama selesai,

kemudian mengulangi kembali tiga kali pada langkah 4) sampai 5).

6) Mengganti bahan bakar dengan

campuran bahan bakar 10%

biodiesel dari ekstrak biji Kepuh dan lakukan kembali langkah 4) sampai 5).

7) Melakukan langkah 7) untuk bahan bakar biodiesel dari ekstrak biji Kepuh sebesar 20%, 30%, 40%, 50% secara bertahap.

8) Melakukan langkah 1) sampai 7)

untuk campuran bahan bakar

biodiesel dari minyak Jelantah. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Nilai Opasitas Solar

Tabel 4. Nilai Uji Opasitas pada Solar

Pengujian Nilai Rerata (%)

1 2 3

11,2 11,2 11,3

Rata-rata 11,2

Berdasarkan tabel 4.1. hasil rata-rata pengujian opasitas bahan bakar solar pada percobaan pertama adalah

11,3% kemudian percobaan kedua


(9)

commit to user

adalah 11,2%. Nilai dari ketiga

percobaan tersebut cenderung memiliki angka opasitas yang relatif sama dengan rata-rata 11,2%. Hasil dari pengujian ini

nantinya akan digunakan sebagai

variabel dependen dan sebagai

pembanding pada pengujian

penambahan biodiesel dari ekstrak biji Kepuh dan minyak Jelantah pada bahan bakar solar.

2. Nilai Opasitas Penambahan

Biodiesel dari Ekstrak Biji Kepuh

Tabel 5. Hasil Uji Opasitas Penambahan

Biodiesel Ekstrak Biji Kepuh pada Solar Pencampuran

(%)

Nilai Rerata Opasitas Tiap Pengujian (%)

1 2 3

Rata-rata 10 20 30 40 50 10,3 8,6 8,1 7,5 6,0 10,8 9,4 8,3 7,7 6,1 10,6 9,7 8,7 7,7 6,6 10,6 9,2 8,4 7,6 6,1

Gambar 6. Grafik Hasil Uji Opasitas

Penambahan Biodiesel Ekstrak Biji

Kepuh pada Solar

Jika dilihat dari grafik adanya penurunan dari penambahan konsentrasi 10% terhadap solar dari nilai opasitas

solar. Penurun terjadi pada nilai

penambahan konsentrasi 10% biodiesel

ekstrak biji Kepuh yaitu dengan rata-rata 10,6% menjadi 9,2% pada penambahan konsentrasi 20% biodiesel ekstrak biji Kepuh dan seterusnya hingga pengujian pada penambahan konsentrasi 50%

biodiesel ekstrak biji Kepuh dengan nilai opasitas 6,1.

3. Nilai Opasitas Pada Penambahan

Biodiesel Minyak Jelantah

Tabel 6. Hasil Uji Opasitas Penambahan

Biodiesel Minyak Jelantah pada Solar Pencampuran

(%)

Nilai Opasitas Tiap Pengujian (%)

1 2 3 Rata

-rata 10 20 30 40 50 11,3 10,3 10,3 8,3 7,8 12,5 10,5 10,3 8,1 7,9 11,4 10,7 10,4 9,3 7,9 11,7 10,5 10,3 8,5 7,8

Gambar 6. Grafik Hasil Uji Opasitas Penambahan Biodiesel Miunyak Jelantah pada Solar

Meninjau dari gambar grafik terlihat pada penambahan konsentrasi 10% terjadi kenaikan nilai opasitas namun pada penambahan konsentrasi 20% sampai dengan 50% pengujian opasitas terlihat cenderung menurun.


(10)

commit to user

Perubahan nilai opasitas pada

penambahan biodiesel minyak Jelantah

terlihat dari angka hasil temuan

pengujian. Pada penambahan konsentrasi 10% biodiesel minyak Jelantah memiliki nilai opasitas rata-rata sebesar 11,7%.

Pada penambahan konsentrasi 20% biodiesel minyak Jelantah terhadap solar mengalami penurunan dari pada penambahan konsentrasi 10%, yaitu sebesar 10,5%. Penurunan tersebut terus berlanjut hingga pada penambahan konsentrasi biodiesel minyak Jelantah 50%.

Gambar 7. Grafik Rerata Opasitas

Penambahan Biodiesel Ekstrak Biji

Kepuh dan Minyak Jelantah

Meninjau dari gambar 7. terlihat grafik nilai opasitas biodiesel ekstrak biji Kepuh dan minyak Jelantah pada masing-masing persentase penambahan terhadap solar. Nilai opasitas pada

penambahan biodiesel keduanya

cenderung menurun meskipun pada solar terdapat kenaikan pada penambahan konsentrasi 10%. Meskipun sama-sama menurun pada nilai opasitas penambahan

biodiesel minyak Jelantah cenderung lebih tinggi dari pada penambahan

biodiesel ekstrak biji Kepuh.

Perbandingan penurunan nilai opasitas

mulai terlihat dari penambahan

konsentrasi biodiesel 10% sampai

dengan 50%. Terlihat pada gambar grafik pada penambahan konsentrasi

biodiesel 10% dengan perbandingan nilai opasitas sebesar 10,6% : 11,7%. Perbandingan lainnya juga ditunjukkan pada penambahan konsentrasi biodiesel

20%, 30%, 40%, 50% ke dalam bahan bakar solar.

Gambar 8. Grafik Rerata Efisiensi

Penurunan Opasitas Penambahan

Biodiesel Ekstrak Biji Kepuh dan Minyak Jelantah

Ditinjau dari perhitungan nilai efisiensi penurunan opasitasnya terhadap kondisi setandar pada biodiesel ekstrak biji Kepuh memiliki angka yang lebih

besar dari pada biodiesel minyak

Jelantah. Pada perhitungan nilai efisiensi penurunan nilai opasitas, penambahan

biodiesel ekstrak biji Kepuh lebih tinggi yaitu pada penambahan konsentrasi 50%

sebesar 45,4% dari pada biodiesel

minyak Jelantah dengan persentase penambahan yang sama dengan besar nilai efisiensinya hanya 30%.

Pada hasil temuan penelitian yang telah diuraikan tersebut di atas dengan dikaitkan pada temuan dari penelitian yang dilakukan oleh Moch. Setyadji dan Endang Susantini (2007) menunjukkan hasil yang berkaitan yaitu adanya penurunan nilai opasitas pada


(11)

commit to user penambahan biodiesel terhadap solar.

Hal ini dapat terjadi karena meninjau dari karakteristik biodiesel yang lebih unggul dari pada solar. Seperti angka

cetane yang tinggi dan nilai asam yang terkandung dari bahan bakar biodiesel.

Seperti yang telah diuraikan oleh penelitian Hwai Chyuan, dkk (2013) dan penelitian Islami Aziz, dkk (2011) menunjukkan bahwa pada biodiesel biji Kepuh dan minyak Jelantah memiliki karakteristik yang berbeda. Karakteristik pada biodiesel biji Kepuh terlihat lebih unggul dari pada biodiesel minyak Jelantah sebagai contoh pada indeks

cetane yang terkandung biodiesel biji Kepuh sebesar 56,5 sedangkan biodiesel

minyak Jelantah hanya 51.

V. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan maka dapat

disimpulkan beberapa hal sebagai

berikut :

1. Terdapat pengaruh pada

penambahan biodiesel dari ekstrak biji Kepuh dengan bahan bakar solar terhadap opasitas pada mesin diesel. Ini ditunjukkan pada hasil pengujian

bahwa terjadi perubahan pada

penambahan biodiesel ekstrak biji Kepuh yaitu mengalami penurunan terhadap nilai opasitas bahan bakar kontrol berupa bahan bakar solar.

Pada nilai efisiensi penurunan

opasitas penambahan biodiesel

ekstrak biji Kepuh di hasilkan angka maksimal sebesar 45,4% yaitu pada penambahan 50% biodiesel ekstrak biji Kepuh terhadap bahan bakar solar.

2. Terdapat pengaruh pada

penambahan biodiesel dari minyak Jelantah dengan bahan bakar solar terhadap opasitas pada mesin diesel. Ini ditunjukkan pada hasil pengujian

bahwa nilai opasitas pada

penambahan biodiesel minyak

Jelantah mengalami perubahan dari nilai pada bahan bakar kontrol yang berupa bahan bakar solar. Pada harga efisiensi penurunan opasitas

penambahan biodiesel minyak

Jelantah memiliki angka maksimal sebesar 30% yaitu pada penambahan 50% biodiesel minyak Jelantah terhadap bahan bakar solar.

3. Pada penambahan biodiesel dari

ekstrak biji Kepuh memiliki opasitas lebih baik dari pada penambahan biodiesel dari minyak Jelantah. Ini ditunjukkan pada nilai efisiensi penurunan opasitas pada biodiesel

ekstrak biji Kepuh lebih besar dari

pada biodiesel minyak Jelantah.

Dilihat pula hasil dari gambar grafik yang terlihat bahwasanya pada penambahan biodiesel ekstrak biji Kepuh memiliki nilai opasitas yang lebih rendah pada setiap persentase penambahannya.

Berdasarkan uraian hasil

penelitian yang telah dipaparkan di atas, maka dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi pengguna kendaraan ataupun

alat khususnya yang menggunakan mesin diesel maka penggunaan

biodiesel yang ramah lingkungan

sangat disarankan agar dapat

mengurangi polusi udara.

2. Penggunaan biodiesel dari ekstrak biji Kepuh dan minyak Jelantah


(12)

commit to user dapat dijadikan referensi sebagai

penambahan solar bagi pengguna diesel apalagi jika sudah dapat dijual dengan skala besar.

3. Pada penggunaan bahan bakar yang

ramah lingkungan

direkomendasikan pada penggunaan

biodiesel Kepuh dengan konsentrasi 50%.

DAFTAR PUSTAKA

A.S.,Silitonga; hwai chyuan, ong;

T.M.I., Mahlia; H.H., Masjuki; W.T., Chong; Yusaf, Talal F. (2013). Production of Biodiesel from Sterculia Foetida and Its Process Optimization. Fuel, 111: 478–484.

Biodiesel Handling and Use Guidelines.

(2006). Oak Ridge: U.S.

Department of Energi.

Chandra, Bayu Biru; Setiawan, Filan; Gunawan, Setiyo; Widjaja, Tri. (2013). Pemanfaatan Biji Buah Nyamplung(Callophylum

Inophylum) sebagai Bahan

Baku Pembuatan Biodisel.

Jurnal Teknik Pomits, 2(1): B-13 – B-15.

Direktorat Jendral Energi Baru

Terbarukan dan Konservasi

Energi. (2013). Informasi teknis Biodiesel. Jakarta: Kementerian

Energi dan Sumber Daya

Mineral Republik Indonesia. EC (Commission Of The European

Communities). (2006). Biofuel In the European Union A Vision for 2030 and beyond.

SEC(2006), 142. Brussels; 29 p.

Havendri, Adly. 2008. Kaji

Eksperimental Perbandingan

Prestasi dan Emisi Gas Buang

Motor Bakar Diesel

Menggunakan Bahan Bakar

Campuran Solar dengan

Biodiesel CPO, Minyak Jarak

Dan Minyak Kelapa. TeknikA,

29(1): 38-46.

Hendrati, Rina Laksmi & Hidayati, Nur.

(2014). Budi Daya Kepuh

(Sterculia Foetida Linn)untuk Antisipasi Kondisi Kering.

Jakarta: IPB Press.

Hwai Chyuan, Ong; A.S., Silitonga; H.H., Masjuki; T.M.I. Mahlia; W.T., Chong; M.H., Boosroh.

(2013). Production and

Comparative Fuel of Biodiesel from Non-edible oils: Jatropha curcas, Sterculia Foetida and

Ceiba Pentandra. Energy

Conversion and Management,

73: 245–255.

Ketaren, S. 2005. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: UI –Press.

Kristanto, Philip. (2015). Motor Bakar Torak-Teori dan Aplikasinya. Yogyakarta: Penerbit Andi. Miskah, Siti; Arita, Susila; Mawarni.

(2013). Characteristics of

Mixture fuel of Biodiesel from Waste Cooking Oil and Solar used as fuel in Diesel Engine. Journal of Mechanical Science and Engineering, 1(1): 19-23. Satriana; El Husna, Nida; Desrina; &

Supardan, M. Dani. (2012).

Karakteristik Biodiesel Hasil

Transesterifikasi Minyak

Jelantah Menggunakan Teknik Kavitasi Hidrodinamik. Jurnal

Teknologi dan Industri

Pertanian, 4(2): 15-20.

Setiawati, Evy & Edwar, Fatmir. (2012).

Teknologi Pengolahan

Biodiesel dari Minyak Goreng

Bekas dengan Teknik

Mikrofiltrasi dan

Transesterifikasi sebagai

Alternatif Bahan Bakar Mesin Diesel. Jurnal Riset Industri,


(13)

commit to user Setyadji, Moch. & Susiantini, Endang.

(2007). Pengaruh Penambahan

Biodiesel dari Minyak Jelantah pada Solar Terhadap Opositas dan Emisi Gas Buang Co,CO2,

dan HC. Proceeding

PPI-PDIPTN 2007, hlm. 190-200. Yogyakarta: Pustek Akselerator dan Proses Bahan-Batan.

Sub Direktorat Statistik Lingkungan

Hidup. (2015). Indikator

Perilaku Peduli Lingkungan Hidup 2014. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Sudradjat. 2006. Memproduksi Biodiesel Jarak Pagar. Depok: Penebar Swadaya.

Sudradjat; Yogie; Hendra; Setiawan. 2010. Pembuatan Biodiesel Biji

Kepuh Dengan Proses

Transesterifikasi. Jurnal

Penelitian Hasil Hutan, 28(2): 145-155.

Sugiarti. (2009). Gas Pencemar Udara

dan Pengaruhnya Bagi

Kesehatan Manusia. Jurnal Chemica, 10(1): 50-58.

Suirta, IW. (2009). Preparasi Biodiesel dari Minyak Jelantah Kelapa Sawit. Jurnal Kimia, 3(1): 1-6. Suratman. (2008). Pemeliharaan/Servis

Sistem Bahan Bakar Bensin dan Diesel. Bandung: Penerbit Arfino Raya.


(1)

commit to user

b. Bahan Uji

Bahan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah biodiesel dari ekstrak biji Kepuh dan Minyak Jelantah yang dicampur dengan bahan bakar solar dalam persentase konsentrasi biodiesel sebesar 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50%.

Gambar 4. Skema Desain Penelitian 2. Prosedur Penelitian

Gambar 5. Skema Prosedur Penelitian Pelaksanaan eksperimen dalam penelitian ini dilakukan dalam dua tahapan yaitu tahap persiapan dan tahan pengujian. Tahap persiapan dilakukan untuk mempersiapkan alat dan bahan dalam pengujian agar penelitian dapat terlaksana dengan baik. Pada tahapan pengujian diuraikan sebagai berikut:

1) Menyiapkan alat dan bahan penelitian

2) Memasukkan bahan bakar Solar ke dalam mesin diesel.

3) Menghidupkan mesin dan menaikkan putaran mesin mencapai 1900 rpm sampai 2300 rpm selama satu menit.

4) Tarik gas dan masukkan probe alat uji (Smoke Analyzer probe) ke pipa gas buang.

5) Mematikan mesin setelah pengukuran pertama selesai, kemudian mengulangi kembali tiga kali pada langkah 4) sampai 5). 6) Mengganti bahan bakar dengan

campuran bahan bakar 10% biodiesel dari ekstrak biji Kepuh dan lakukan kembali langkah 4) sampai 5).

7) Melakukan langkah 7) untuk bahan bakar biodiesel dari ekstrak biji Kepuh sebesar 20%, 30%, 40%, 50% secara bertahap.

8) Melakukan langkah 1) sampai 7) untuk campuran bahan bakar biodiesel dari minyak Jelantah.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Nilai Opasitas Solar

Tabel 4. Nilai Uji Opasitas pada Solar Pengujian Nilai Rerata (%)

1 2 3

11,2 11,2 11,3

Rata-rata 11,2

Berdasarkan tabel 4.1. hasil rata-rata pengujian opasitas bahan bakar solar pada percobaan pertama adalah 11,3% kemudian percobaan kedua adalah 11,2% dan percobaan ketiga


(2)

commit to user adalah 11,2%. Nilai dari ketiga

percobaan tersebut cenderung memiliki angka opasitas yang relatif sama dengan rata-rata 11,2%. Hasil dari pengujian ini nantinya akan digunakan sebagai variabel dependen dan sebagai pembanding pada pengujian penambahan biodiesel dari ekstrak biji Kepuh dan minyak Jelantah pada bahan bakar solar.

2. Nilai Opasitas Penambahan

Biodiesel dari Ekstrak Biji Kepuh

Tabel 5. Hasil Uji Opasitas Penambahan Biodiesel Ekstrak Biji Kepuh pada Solar Pencampuran

(%)

Nilai Rerata Opasitas Tiap Pengujian (%)

1 2 3

Rata-rata 10

20 30 40 50

10,3 8,6 8,1 7,5 6,0

10,8 9,4 8,3 7,7 6,1

10,6 9,7 8,7 7,7 6,6

10,6 9,2 8,4 7,6 6,1

Gambar 6. Grafik Hasil Uji Opasitas Penambahan Biodiesel Ekstrak Biji Kepuh pada Solar

Jika dilihat dari grafik adanya penurunan dari penambahan konsentrasi 10% terhadap solar dari nilai opasitas solar. Penurun terjadi pada nilai

penambahan konsentrasi 10% biodiesel ekstrak biji Kepuh yaitu dengan rata-rata 10,6% menjadi 9,2% pada penambahan konsentrasi 20% biodiesel ekstrak biji Kepuh dan seterusnya hingga pengujian pada penambahan konsentrasi 50% biodiesel ekstrak biji Kepuh dengan nilai opasitas 6,1.

3. Nilai Opasitas Pada Penambahan

Biodiesel Minyak Jelantah

Tabel 6. Hasil Uji Opasitas Penambahan Biodiesel Minyak Jelantah pada Solar Pencampuran

(%)

Nilai Opasitas Tiap Pengujian (%)

1 2 3 Rata

-rata 10

20 30 40 50

11,3 10,3 10,3 8,3 7,8

12,5 10,5 10,3 8,1 7,9

11,4 10,7 10,4 9,3 7,9

11,7 10,5 10,3 8,5 7,8

Gambar 6. Grafik Hasil Uji Opasitas Penambahan Biodiesel Miunyak Jelantah pada Solar

Meninjau dari gambar grafik terlihat pada penambahan konsentrasi 10% terjadi kenaikan nilai opasitas namun pada penambahan konsentrasi 20% sampai dengan 50% pengujian opasitas terlihat cenderung menurun.


(3)

commit to user Perubahan nilai opasitas pada

penambahan biodiesel minyak Jelantah terlihat dari angka hasil temuan pengujian. Pada penambahan konsentrasi 10% biodiesel minyak Jelantah memiliki nilai opasitas rata-rata sebesar 11,7%.

Pada penambahan konsentrasi 20% biodiesel minyak Jelantah terhadap solar mengalami penurunan dari pada penambahan konsentrasi 10%, yaitu sebesar 10,5%. Penurunan tersebut terus berlanjut hingga pada penambahan konsentrasi biodiesel minyak Jelantah 50%.

Gambar 7. Grafik Rerata Opasitas Penambahan Biodiesel Ekstrak Biji Kepuh dan Minyak Jelantah

Meninjau dari gambar 7. terlihat grafik nilai opasitas biodiesel ekstrak biji Kepuh dan minyak Jelantah pada masing-masing persentase penambahan terhadap solar. Nilai opasitas pada penambahan biodiesel keduanya cenderung menurun meskipun pada solar terdapat kenaikan pada penambahan konsentrasi 10%. Meskipun sama-sama menurun pada nilai opasitas penambahan biodiesel minyak Jelantah cenderung lebih tinggi dari pada penambahan biodiesel ekstrak biji Kepuh. Perbandingan penurunan nilai opasitas mulai terlihat dari penambahan

konsentrasi biodiesel 10% sampai dengan 50%. Terlihat pada gambar grafik pada penambahan konsentrasi biodiesel 10% dengan perbandingan nilai opasitas sebesar 10,6% : 11,7%. Perbandingan lainnya juga ditunjukkan pada penambahan konsentrasi biodiesel 20%, 30%, 40%, 50% ke dalam bahan bakar solar.

Gambar 8. Grafik Rerata Efisiensi Penurunan Opasitas Penambahan Biodiesel Ekstrak Biji Kepuh dan Minyak Jelantah

Ditinjau dari perhitungan nilai efisiensi penurunan opasitasnya terhadap kondisi setandar pada biodiesel ekstrak biji Kepuh memiliki angka yang lebih besar dari pada biodiesel minyak Jelantah. Pada perhitungan nilai efisiensi penurunan nilai opasitas, penambahan biodiesel ekstrak biji Kepuh lebih tinggi yaitu pada penambahan konsentrasi 50% sebesar 45,4% dari pada biodiesel minyak Jelantah dengan persentase penambahan yang sama dengan besar nilai efisiensinya hanya 30%.

Pada hasil temuan penelitian yang telah diuraikan tersebut di atas dengan dikaitkan pada temuan dari penelitian yang dilakukan oleh Moch. Setyadji dan Endang Susantini (2007) menunjukkan hasil yang berkaitan yaitu adanya penurunan nilai opasitas pada


(4)

commit to user penambahan biodiesel terhadap solar.

Hal ini dapat terjadi karena meninjau dari karakteristik biodiesel yang lebih unggul dari pada solar. Seperti angka cetane yang tinggi dan nilai asam yang terkandung dari bahan bakar biodiesel. Seperti yang telah diuraikan oleh penelitian Hwai Chyuan, dkk (2013) dan penelitian Islami Aziz, dkk (2011) menunjukkan bahwa pada biodiesel biji Kepuh dan minyak Jelantah memiliki karakteristik yang berbeda. Karakteristik pada biodiesel biji Kepuh terlihat lebih unggul dari pada biodiesel minyak Jelantah sebagai contoh pada indeks cetane yang terkandung biodiesel biji Kepuh sebesar 56,5 sedangkan biodiesel minyak Jelantah hanya 51.

V. SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

1. Terdapat pengaruh pada penambahan biodiesel dari ekstrak biji Kepuh dengan bahan bakar solar terhadap opasitas pada mesin diesel. Ini ditunjukkan pada hasil pengujian bahwa terjadi perubahan pada penambahan biodiesel ekstrak biji Kepuh yaitu mengalami penurunan terhadap nilai opasitas bahan bakar kontrol berupa bahan bakar solar. Pada nilai efisiensi penurunan opasitas penambahan biodiesel ekstrak biji Kepuh di hasilkan angka maksimal sebesar 45,4% yaitu pada penambahan 50% biodiesel ekstrak biji Kepuh terhadap bahan bakar solar.

2. Terdapat pengaruh pada penambahan biodiesel dari minyak Jelantah dengan bahan bakar solar terhadap opasitas pada mesin diesel. Ini ditunjukkan pada hasil pengujian bahwa nilai opasitas pada penambahan biodiesel minyak Jelantah mengalami perubahan dari nilai pada bahan bakar kontrol yang berupa bahan bakar solar. Pada harga efisiensi penurunan opasitas penambahan biodiesel minyak Jelantah memiliki angka maksimal sebesar 30% yaitu pada penambahan 50% biodiesel minyak Jelantah terhadap bahan bakar solar.

3. Pada penambahan biodiesel dari ekstrak biji Kepuh memiliki opasitas lebih baik dari pada penambahan biodiesel dari minyak Jelantah. Ini ditunjukkan pada nilai efisiensi penurunan opasitas pada biodiesel ekstrak biji Kepuh lebih besar dari pada biodiesel minyak Jelantah. Dilihat pula hasil dari gambar grafik yang terlihat bahwasanya pada penambahan biodiesel ekstrak biji Kepuh memiliki nilai opasitas yang lebih rendah pada setiap persentase penambahannya.

Berdasarkan uraian hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas, maka dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi pengguna kendaraan ataupun alat khususnya yang menggunakan mesin diesel maka penggunaan biodiesel yang ramah lingkungan sangat disarankan agar dapat mengurangi polusi udara.

2. Penggunaan biodiesel dari ekstrak biji Kepuh dan minyak Jelantah


(5)

commit to user dapat dijadikan referensi sebagai

penambahan solar bagi pengguna diesel apalagi jika sudah dapat dijual dengan skala besar.

3. Pada penggunaan bahan bakar yang

ramah lingkungan

direkomendasikan pada penggunaan biodiesel Kepuh dengan konsentrasi 50%.

DAFTAR PUSTAKA

A.S.,Silitonga; hwai chyuan, ong; T.M.I., Mahlia; H.H., Masjuki; W.T., Chong; Yusaf, Talal F. (2013). Production of Biodiesel from Sterculia Foetida and Its Process Optimization. Fuel, 111: 478–484.

Biodiesel Handling and Use Guidelines. (2006). Oak Ridge: U.S. Department of Energi.

Chandra, Bayu Biru; Setiawan, Filan; Gunawan, Setiyo; Widjaja, Tri. (2013). Pemanfaatan Biji Buah Nyamplung(Callophylum

Inophylum) sebagai Bahan Baku Pembuatan Biodisel. Jurnal Teknik Pomits, 2(1): B-13 – B-15.

Direktorat Jendral Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi. (2013). Informasi teknis Biodiesel. Jakarta: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia. EC (Commission Of The European

Communities). (2006). Biofuel In the European Union – A Vision for 2030 and beyond. SEC(2006), 142. Brussels; 29 p. Havendri, Adly. 2008. Kaji Eksperimental Perbandingan Prestasi dan Emisi Gas Buang Motor Bakar Diesel Menggunakan Bahan Bakar Campuran Solar dengan Biodiesel CPO, Minyak Jarak

Dan Minyak Kelapa. TeknikA, 29(1): 38-46.

Hendrati, Rina Laksmi & Hidayati, Nur. (2014). Budi Daya Kepuh (Sterculia Foetida Linn)untuk Antisipasi Kondisi Kering. Jakarta: IPB Press.

Hwai Chyuan, Ong; A.S., Silitonga; H.H., Masjuki; T.M.I. Mahlia; W.T., Chong; M.H., Boosroh. (2013). Production and Comparative Fuel of Biodiesel from Non-edible oils: Jatropha curcas, Sterculia Foetida and Ceiba Pentandra. Energy Conversion and Management, 73: 245–255.

Ketaren, S. 2005. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: UI –Press.

Kristanto, Philip. (2015). Motor Bakar Torak-Teori dan Aplikasinya. Yogyakarta: Penerbit Andi. Miskah, Siti; Arita, Susila; Mawarni.

(2013). Characteristics of Mixture fuel of Biodiesel from Waste Cooking Oil and Solar used as fuel in Diesel Engine. Journal of Mechanical Science and Engineering, 1(1): 19-23. Satriana; El Husna, Nida; Desrina; &

Supardan, M. Dani. (2012). Karakteristik Biodiesel Hasil Transesterifikasi Minyak Jelantah Menggunakan Teknik Kavitasi Hidrodinamik. Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian, 4(2): 15-20.

Setiawati, Evy & Edwar, Fatmir. (2012). Teknologi Pengolahan Biodiesel dari Minyak Goreng Bekas dengan Teknik Mikrofiltrasi dan Transesterifikasi sebagai Alternatif Bahan Bakar Mesin Diesel. Jurnal Riset Industri, 6(2): 117-127.


(6)

commit to user Setyadji, Moch. & Susiantini, Endang.

(2007). Pengaruh Penambahan Biodiesel dari Minyak Jelantah pada Solar Terhadap Opositas dan Emisi Gas Buang Co,CO2, dan HC. Proceeding PPI-PDIPTN 2007, hlm. 190-200. Yogyakarta: Pustek Akselerator dan Proses Bahan-Batan.

Sub Direktorat Statistik Lingkungan Hidup. (2015). Indikator Perilaku Peduli Lingkungan Hidup 2014. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Sudradjat. 2006. Memproduksi Biodiesel Jarak Pagar. Depok: Penebar Swadaya.

Sudradjat; Yogie; Hendra; Setiawan. 2010. Pembuatan Biodiesel Biji Kepuh Dengan Proses Transesterifikasi. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 28(2): 145-155.

Sugiarti. (2009). Gas Pencemar Udara dan Pengaruhnya Bagi Kesehatan Manusia. Jurnal Chemica, 10(1): 50-58.

Suirta, IW. (2009). Preparasi Biodiesel dari Minyak Jelantah Kelapa Sawit. Jurnal Kimia, 3(1): 1-6. Suratman. (2008). Pemeliharaan/Servis

Sistem Bahan Bakar Bensin dan Diesel. Bandung: Penerbit Arfino Raya.