Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Pariwisata Bahari Pantai Bina Ria Di Desa Kalibukbuk, Buleleng, Bali COVER

(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN PARIWISATA BAHARI PANTAI BINA RIA DI DESA KALIBUKBUK,

BULELENG, BALI

TESIS

Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Sosiologi

Oleh: Gede Kamajaya

S251108004

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013


(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user


(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user


(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa:

1. Tesis yang berjudul: “Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan pariwisata Bahari Pantai Bina Ria di Desa kalibukbuk, Buleleng, Bali” ini adalah karya penelitian saya sendiri dan bebas plagiat, serta tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis digunakan sebagai acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber acuan serta daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan (Permendiknas No 17, tahun 2010).

2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah lain harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs-UNS sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu semester (enam bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan publikasi dari sebagian atau keseluruhan Tesis ini, maka Prodi Sosiologi PPs-UNS berhak mempublikasikannya pada jurnal ilmiah yang diterbutkan oleh Prodi Sosiologi PPs-UNS. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik yang berlaku.

Surakarta, 2013 Mahasiswa


(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati peneliti mengucapkan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmatnya peneliti bisa menyelesaikan tulisan ini. Merampungkan tulisan ini bukan perkara mudah, dibutuhkan kesabaran, perjuangan tanpa lelah dan pengorbanan, peneliti berkeyakinan atas berkat dan anugerah-Nyalah Tesis yang berjudul “Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Pariwisata Bahari Pantai Bina Ria di Desa Kalibukbuk, Buleleng, Bali” ini dapat diselesaikan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan.

Penelitian ini membahas tentang partisipasi masyarakat Desa Kalibukbuk dalam pengembangan pariwisata bahari di Pantai Bina Ria. Ada beberapa hal yang dilakukan masyarakat Desa Kalibukbuk sebagai wujud partisipasi baik dalam bentuk ide, dan tenaga. Partisipasi dalam bentuk ide dalam istilah masyarakat lokal biasa disebut dengan Paum. Dalam Paum ini masyarakat menyumbangkan ide dan gagasan mereka sebagai bentuk partisipasi dalam pengembangan pariwisata bahari yang dituangkan dalam kegiatan rapat-rapat. Sedangkan partisipasi dalam bentuk tenaga dalam istilah masyarakat lokal disebut dengan Tedun. Tedun adalah kegiatan fisik yang dilakukan masyarakat sebagai bentuk partisipasi dalam pengembangan pariwisata bahari biasanya dilakukan ketika kegiatan Beach Cleaning. Berdasarkan drajat kesukarelaannya bentuk partisipasi masyarakat Desa Kalibukbuk dalam pengembangan pariwisata bahari ada dua yaitu Keneh Pedidi dan Orahina. Keneh pedidi adalah partisipasi yang


(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

muncul atas inisitiatif sendiri sedangkan Orahina adalah partisipasi yang muncul sesudah adanya pemberitahuan atau penyeluhan dan sejenisnya.

Dengan selesainya penulisan tesis ini yang tidak lepas dari adanya bantuan berbagai pihak yang telah banyak memberi kontribusi. Maka dalam kesempatan yang baik ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Dr. Argyo Demartoto, M.Si selaku Ketua Program Studi Sosiologi Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret yang telah banyak membantu memberikan masukan dan arahan terkait dengan tesis yang yang penulis kerjakan.

2. Bapak Prof. Dr. RB. Soemanto, MA selaku pembimbing I yang selama ini dengan sabar membimbing dan memberikan masukan kepada penulis selama penulisan tesis ini sehingga dapat selesai tepat pada waktunya.

3. Bapak Dr. Drajat Tri Kartono, M.Si selaku Pembimbing II dalam penulisan Tesis ini yang dengan sabar membimbing dan memberikan masukan sehingga tesis ini dapat selesai sesuai dengan waktu yang ditentukan.

4. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Buleleng yang telah banyak membantu selama penelitian ini berlangsung

5. Bapak MD. Sutama selaku Kepala Desa, Desa Kalibukbuk, beserta seluruh staf desa dinas yang dengan senang hati membantu banyak hal yang dibutuhkan selama penelitian

6. Bapak MD. Mudana selaku Kelian Desa Pakraman Desa Adat Kalibukbuk yang dengan senang hati memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini.


(7)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7. Seluruh masyarakat Desa Kalibukbuk yang telah membantu memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini

8. Meme, Bapa (Ibuk dan Bapak) dengan kasih yang tak terbatas, dengan doa yang tak henti terucap, dengan nasehat penuh ketulusan, dengan materi yang tak terhitung, tak ada kata yang mampu mewakili untuk membalas, adik dan kakak-kakakku terimaksih atas dukungan kalian, mari kita bertekad bahwa ini baru di mulai untuk hal yang lebih baik, keluarga besarku terimakasih atas doa dan dukungan kalian.

9. Teman-teman seangkatan yang telah banyak memberikan sumbangan pemikiran dan dengan ikhlas meminjamkan buku-buku sumber yang tidak dimiliki penulis dan atas waktu luangnya untuk melakukan diskusi secara nonformal terkait dengan tesis ini.

Akhir kata penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan semoga Tuhan membalas dan memudahkan jalan kita semua.

Surakarta, Februari 2013


(8)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING……….. ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI………. iii

SURAT PERNYATAAN………... iv

KATA PENGANTAR……… v

DAFTAR ISI………... iv

DAFTAR TABEL………... vii

DAFTAR FOTO……… viii

DAFTAR BAGAN………. ix

GLOSARIUM……… x

ABSTRAK……….. xi

ABSTRACT……….. xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 11

A. Konsep... 11

1. Partisipasi ... 11

2. Pariwisata ... 21

3. Sosiologi Pariwisata ... 28


(9)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

C. Landasan Teori ... 33

D. Kerangka Pikir Penelitian ... 39

BAB III METODE PENELITIAN ... 42

A. Lokasi dan Waktu penelitian ... 42

B. Bentuk Penelitian ... 43

C. Sumber Data ... 46

D. Teknik Sampling ... 47

E. Teknik Pengunpulan Data ... 48

F. Validitas Data ... 52

G. Teknik Analisis ... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 54

1. Keadaan Demografi ... 54

2. Pantai Bina Ria... 56

3. Karateristik Sosial Budaya Masyarakat Desa kalibukbuk ... 64

4. Investor di Pantai Bina Ria ... 67

5. Wisatawan/tamu ... 71

6. Karateristik Informan ... 73

B. Sajian Data ... 77

1. Bentuk- BentukPartisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Pariwisata Bahari Pantai Bina Ria Desa Kalibukbuk, Buleleng, Bali ... 77

2. Faktor-Faktor Pendorong dan Penghambat Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Pariwisata Bahari Pantai Bina Ria di Desa Kalibukbuk, Buleleng, Bali... .... 122

C. Analisi dan Pembahasan ... 134 1. Bentuk- Bentuk Partisipasi Masyarakat dalam


(10)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Di Desa kalibukbuk, Buleleng, Bali ... 134

2. Faktor-Faktor Pendorong dan Penghambat partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Pariwisata Bahari Pantai Bina Ria... 164

D. Pokok-Pokok Temuan ... 171

BAB V PENUTUP... 174

A. Kesimpulan ... 174

B. Implikasi ... 177

C. Saran... 183 DAFTAR PUSTAKA


(11)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Jadwal Penelitian ... 43

Tabel 4.1 : Perbedaan pola partisipasi Keneh Pedidi dan Orahina... .... 93

Tabel 4.3 : Bentuk Partisipasi Tedun ... 115

Tabel 4.4 : Bentuk Partisipasi Paum ... 121

Tabel 4.5 : Perbedaan Paum dan Tedun... 121

Tabel 4.6 : Hubungan Antar bentuk Partisipasi ... 122


(12)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

DAFTAR FOTO

Foto 4.1 : Maskot Pantai Bina Ria dan lokasi penelitian ... 63 Foto 4.2 : Deretan Kios Souvenir yang di Usulkan Masyarakat ... 88 Foto 4.3 : Beach Cleaning yang di Ikuti Oleh Masyarakat (Salah Satu

Kegiatan dalam Tedun)... 113 Foto 4.4 : Suasana Paum yang Membahas Festival Lovina ... 118


(13)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR BAGAN


(14)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

GLOSARIUM No Istilah lokal Keterangan

1 Awig-awig Aturan/Undang-undang yang dibuat oleh desa adat dan diperuntukkan untuk warga adat 2 Bendesa/Kelian Desa

pakraman

Kepala adat yang bertugas mengurusi 3 Banjar Unit terkecil yang secara struktural berada di

bawah naungan Desa Dinas ataupun desa adat atau biasa di sebut dusun secara umum

4 kurenan

5 Manyama braya Hubungan persaudaraan dalam suka ataupun duka 6 Matetulung Membantu tanpa pamerih

7 Nyama Saudara

8 Palemahan Hubungan manusia dengan alam 9 Parahyangan Hubungan manusia tuhan

10 Pawongan Hubungan manusia dengan manusia 11 pecalang Petugas keamanan adat

12 Perbekel Kepala desa

13 Pura kahyangan tiga Tiga pura pusat sebagai representasi fungsi tuhan sebagai pemelihara, pelebur dan pencipta

14 Subak Organisasi pertanian yang bertugas dalam pembagian air untuk pertanian

15 Trihitakarana Tiga penyebab kebahagiaan

16 Udeng Ikat kepala yang biasa digunakan ketika masyarakat Bali ke pura untuk melakukan persembahyangan/pakaian adat Bali

17 Sekeha Teruna-Teruni Organisasi kepemudaan yang berada di bawah naungan desa adat

18 Kasepekang Hukum adat berupa sanksi sosial bagi masyarakat yang melanggar peraturan adat


(15)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

GEDE KAMAJAYA. NIM: S251108004. 2013. Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Pariwisata Bahari Pantai Bina Ria di Desa Kalibukbuk,

Buleleng, Bali. TESIS. Pembimbing I: Prof Dr. RB.Soemanto, MA. II: Dr. Drajat

Trikartono, M.Si. Program Studi Sosiologi, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk, faktor pendorong dan penghambat partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata bahari Pantai Bina Ria di Desa Kalibukbuk, Buleleng, Bali dengan menggunakan teori tindakan sosial Weber.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan strategi penelitian fenomenologi. Sumber data pada penelitian ini adalah informan, arsip dan dokumen. Dengan pourposive sebagai teknik samplingnya. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam, dan observasi. Teknik triangulasi digunakan untuk mendapatkan validitas data sedangkan teknik analisis yang digunakan adalah analisis domain.

Hasil penelitian ini menunjukkan empat bentuk partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata bahari Pantai Bina Ria di Desa Kalibukbuk, Buleleng, Bali yaitu bentuk partisipasi Keneh Pedidi dan Orahina. partisipasi Keneh Pedidi adalah bentuk partisipasi yang muncul atas dasar inisiatif sendiri maka tindakan sosial yang muncul adalah Zwerkrational action sedangkan partisipasi Orahina adalah partisipasi yang muncul setelah adanya pemberitahuan dari pihak lain maka tindakan sosial yang muncul adalah Werkrational action. Dua bentuk lain partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata bahari Pantai Bina Ria yaitu Tedun dan Paum. Tedun adalah partisipasi yang ditunjukkan oleh masyarakat dalam bentuk kegiatan fisik tindakan sosial yang muncul adalah Werkrational actioan sedangkan Paum adalah kegiatan sejenis rapat tempat dimana masyarakat bisa berpartisipasi dengan menyumbangkan ide atau gagasan mereka dan tindakan yang muncul adalah Zwerkational action. Faktor pendorong internal masyarakat dalam berpartisipasi adalah adanya kesadaran dalam masyarakat akan pentingnya keterlibatan warga dalam pengembangan pariwisata faktor eksternalnya adalah adanya sosialisasi dan pemberitahuan untuk berpartisipasi menjaga dan merawat fasilitas yang ada, faktor penghambat internalnnya adalah dalam partisipasi fisik sikap masyarakat masih cenderung menunggu adanya pemberitahuan, sedangkan faktor penghambat eksternalnya adalah minimnya akses yang di dapat masyarakat dalam berpartisipasi.


(16)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

GEDE KAMAJAYA. NIM: S251108004. 2013. Community Participation in Developing Marine Tourism of Bina Ria Beach in Kalibukbuk Village,

Buleleng, Bali. THESIS. Advisor I: Prof Dr. RB.Soemanto, MA. II: Dr. Drajat

Trikartono, M.Si. Sociology Study Program, Postgraduate Program, Surakarta Sebelas Maret University.

ABSTRACT

This research aimed to determine the forms, factors driving and inhibiting community participation in the developing of marine tourism Bina Ria beach in Kalibukbuk Village, Buleleng, Bali using Weber's social action theory.

This study was a qualitative research with phenomenological strategy. Sources of data in this study is the informant, archives and documents. With pourposive as sampling technique. Data collection techniques in this study were in-depth interviews, and observations. Techniques of collecting data used in this

research were in-depth interview and observation. Triangulation technique was used to validate the data, while technique of analyzing data used was domain analysis.

The result of research showed that the community participation in supporting the development of Bina Ria Beach marine tourism in Kalibukbuk Village, Buleleng, Bali fell into four form: Keneh Pedidi and Orahine participation form. Keneh Pedidi was the one resulting on the basis of own initiative, so that the social action emerging was Zwerkrational action, while Orahina was the one emerging after the presence of other’s information, so that the social action resulting was Werkrational action. There was two form of community participation in developing Bina Ria Beach marine tourism : Tedun was the participation the community demonstrated in the form of physical activity, the social action resulting was Werkrational action, while Paum was a kind of meeting activity, in which the community could participate by contributing their idea or thought, and the action emerging was Zwerkational action. The internal factor supporting the community in participation was the society’s awareness of the importance of community participation in developing tourism; while the external factor was the socialization and information to participate in keeping and maintaining the existing facility. The internal inhibiting factor was that in physical participation, the society’s attitude still tended to wait for information, while the external inhibiting one was the society’s limited access to participation.


(17)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di Indonesia pemakaian kata pariwisata tampaknya baru dikenal secara populer sejak tahun 1970-an. Secara etimologi pariwisata dapat dibagi menjadi dua kata yaitu pari dan wisata yang berasal dari bahasa Sansekerta. Pari berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar dan wisata berarti perjalanan atau bepergian. Jadi pariwisata dapat diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar dari suatu tempat ke tempat lainya (Yoeti,1983:105).

Pariwisata adalah salah satu penghasil devisa terbesar bagi Indonesia di luar sektor migas (Yoeti, 1997:44), maka tidak heran jika sektor ini menjadi perhatian besar pemerintah Indonesia untuk menunjang pembangunan. Ini terbukti dengan berbagai upaya yang dilakukan dinas terkait dalam hal ini adalah Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata mencanangkan Tahun Kunjungan Indonesia untuk menarik minat wisatawan datang ke Indonesia. Perkembangan pariwisata di Indonesia tidak terlepas dari perkembangan pariwisata dunia dengan kemajuan teknologi informasi dan kebutuhan sosial ekonomi masyarakat global untuk pemenuhan kebutuhan berlibur.

Kekayaan alam dan budaya merupakan komponen penting dalam pariwisata di Indonesia. Kekayaan alam dan budaya menawarkan sesuatu yang menarik bagi wisatawan untuk dilihat dan dinikmati ,sehingga dua kompenen ini menjadi andalan pariwisata di Indonesia. Daya tarik budaya dan alam


(18)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

kekayaan flora dan fauna di Indonesia merupakan anugrah yang tidak banyak negara di belahan dunia memilikinya dan merupakan potensi yang sempurna untuk menunjang perkembangan pariwisata. Dengan demikian agar pengembangan pariwisata dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat dalam pelaksanaannya maka dibutuhkan strategi dan rencana yang sistematis bagi masyarakat lokal. Keterlibatan atau partisipasi masyarakat setempat dalam pembangunan dalam hal ini adalah pengembangan pariwisata menjadi demikian penting dalam beberapa aspek yang mencakup perlindungan terhadap lingkungan maupun manfaatnya bagi kesejahteraan masyarakat. Hal inilah kemudian menjadi perspektif penting dalam pengembangan pariwisata. Sebagaimana dijelaskan Budiman yang menjelaskan bahwa pembangunan diartikan sebagai usaha untuk memajukan kehidupan masyarakat (Budiman, 200:1)

Pariwisata sebagai industri padat karya akan membuka lapangan pekerjaan yang sangat besar dimana obyek wisata itu berada. Dari segi ekonomi dan budaya pariwisata menjadi lahan subur untuk Pendapatan Asli Daerah melalui retribusi dan pajak, pariwisata juga menjadi tempat pelemparan produksi kerajinan dan industri kecil menengah barupa souvenir khas dimana obyek wisata itu berada. Berbagai implikasi positif dari pariwisata ini tentunya akan mampu menjamin pendapatan masyarakat setempat. Perkembangan pariwisata tidak akan berarti apa-apa jika masyarakat tidak dapat menikmatinya karena masyarakat terutama penduduk lokal


(19)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

merupakan faktor penentu keberlangsungan dan berkembangnya suatu obyek wisata.

Dengan semakin berkembangnya kebutuhan sosial ekonomi masyarakat global berupa rekreasi maka pariwisata adalah sektor yang sangat menjanjikan untuk menopang pembangunan nasional. Pariwisata diharapkan mampu membawa aspek positif bagi masyarakat lokal dan pendapatan daerah. Namun untuk menunjang perkembangan pariwisata pihak-pihak terkait harus mengkemas, dan menggali setiap potensi yang ada tanpa mengabaikan faktor-faktor penting didalamnya termasuk partisipasi masyarakat lokal.

Salah satu daerah yang menjadi tujuan wisata di Indonesia adalah Bali. Bali menjadi magnet dan tolak ukur pariwisata di Indonesia dalam beberapa dekade terakhir. Keunikan budaya dan pesona alam baik laut maupun darat mampu memanjakan wisatawan yang berkunjung di Bali. Hampir setiap daerah di Bali memiliki daerah obyek wisata tersendiri baik obyek wisata alam maupun budaya yang menawarkan kenyamanan bagi wisatawan. Demikian pula dengan Kabupaten Buleleng, sebagai salah satu Kabupaten di Bali, Buleleng memiliki potensi wisata yang tinggi baik wisata budaya maupun alam. Wisata alam berupa gunung, pantai, danau dan air terjun dapat dinikmati di Bueleleng dengan penunjang pariwisata yang lengkap baik akomodasi maupun yang lainnya.

Sebagai Kabupaten terluas di Bali, Buleleng memiliki garis pantai yang sangat panjang untuk menunjang pariwisata bahari. Sebagian wilayah di


(20)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Kabupaten Buleleng merupakan daerah pantai. Dari segi fungsinya daerah pantai dapat berkembang sebagai suatu pusat rekreasi, dan sebagai suatu kegiatan fungsional khusus seperti industri, stasiun angkutan laut, pusat pengolahan atau kegiatan khusus lainnya seperti pariwisata (Mulyadi, 2005). Perkembangan dan pertumbuhan daerah pantai terjadi karena potensi sumber daya alam yang dimiliki oleh daerah pantai yang dapat dimanfaatkan secara ekonomis, seperti perikanan dan hasil laut lainya (batu karang, tanaman laut, garam laut dan lain-lain) serta potensi keindahan alam pantai yang dapat dinikmati yang kemudian menjadi daerah tujuan wisata yaitu wisata bahari.

Belakangan ini wisata bahari banyak ditonjolkan oleh beberapa Kabupaten/Kota di Indonesia. Hal ini dapat dimengerti karena banyak daerah di Indonesia yang memiliki daerah pesisir salah satunya adalah Buleleng. Di samping itu tidak dapat dipungkiri bahwa wisata bahari sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan sumber devisa negara yang diperkirakan sangat besar.

Salah satu ikon wisata di Buleleng adalah wisata bahari yaitu Lovina. Lovina adalah sebuah kawasan wisata bahari yang meliputi enam desa yaitu Desa Kalibukbuk yang merupakan sentralnya dengan pantai Bina Ria sebagai pusat aktivitas pariwisata di kawasan Lovina, Desa Tukad Mungga, Desa Anturan, Desa Kaliasem, Desa Temukus, dan Desa Pemaron. Pantai Bina Ria terletak sekitar 10 kilometer dari pusat kota. Tingkat kunjungan wisata yang semakin meningkat di kawasan wisata Lovina yang terus meningkat dari bulan ke bulan dapat dilihat dari data jumlah kunjungan wisatawan pada daya tarik


(21)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

wisata pada tahun 2012 Kabupaten Buleleng yang mengalami peningkatan jika dilihat pada bulan Juni jumlah wisata yang berkunjung ke obyek wisata Lovina sejumlah 6.305 jiwa maka pada bulan Juli meningkat menjadi 9.015 jiwa. Hal ini mengindikasikan bahwa kawasan Lovina memiliki daya tarik yang menjadikan daerah tersebut layak untuk dikunjungi.

Pantai Bina Ria terkenal akan keindahan bawah laut dan atraksi lumba-lumba yang dapat dilihat para wisatawan. Berbeda dengan pantai yang berada di Bali bagian Selatan yang berpasir putih, pantai Bina Ria pantainya berpasir hitam dengan air yang relatif tenang sehinggga menawarkan suasana baru bagi wisatawan untuk menikmati keindahan pantai sembari menyaksikan matahari tenggelam maupun matahari terbit, menyelam, dan juga snockling untuk menikmati keindahan bawah laut pantai Bina Ria dengan air lautnya yang tenang. Pantai Bina Ria terkenal akan atraksi lumba-lumbanya di habitat aslinya, hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan asing maupun domestik karena hanya di kawasan Lovina para wisatawan dapat menyaksikan langsung segerombolan lumba-lumba beraksi di habitat aslinya. Maskot utama kawasan pantai Bina Ria adalah Dolphin atau lumba-lumba yang ada dikawasan pantai Desa Kalibukbuk (Pantai Bina Ria). Ini menjadikan obyek wisata Pantai Bina Ria merupakan obyek yang paling potensial di antara obyek wisata yang ada di Kabupaten Buleleng.

Pantai Bina Ria sendiri merupakan pusat industri pariwisata bahari di Kabupaten Buleleng yang ada di Desa Kalibukbuk dimana banyak terdapat akomodasi baik hotel berbintang, hotel melati, pondok wisata maupun


(22)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

homestay, rumah makan, toko cenderamata, angkutan, money changer, pelayanan informasi pariwisata, warnet, dan lain-lain. Pantai Lovina juga ditunjang oleh banyak tempat-tempat wisata disekitarnya seperti Air Panas Banjar, Air Terjun Gitgit, dan kawsan-kawasan desa eko wisata.

Untuk menjamin keberlangsungan pariwisata yang handal dan optimal maka salah satu aspek yang sangat penting adalah aspek sosial, ekonomi dan budaya. Aspek ini bermaksud bahwa masyarakatlah sebagai penggerak, pelaku sekaligus tujuan dari pariwisata itu sendiri. Dengan demikian diharapkan pariwisata dapat memberikan manfaat terbesar bagi masyarakat lokal. Untuk itu maka dibutuhkan peran serta dari berbagai pihak untuk tujuan tersebut diatas. Sesuai dengan pendekatan partisipastif dalam pengembangan pariwisata yang mendorong terbentuknya kemitraan di antara stakeholder terkait hal tersebut sebagaimana dalam pendekatan Community bassed tourism (Demartoto, 2009:21).

Lebih jauh dari itu Diana Conyers menjelaskan bahwa ada tiga alasan mengapa partisipasi masyarakat mempunyai sifat penting adalah sebagai berikut: (a) Partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memproleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat setempat yang tanpa kehadirannya perogram-program pembangunan akan gagal; (b) Masyarakat akan lebih mempercayai program pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaan, karena mereka akan lebih mengetahui seluk beluk program tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap program tersebut; (c) Merupakan suatu hak demokrasi bila


(23)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat sendiri ( Conyers, 1994: 154) . Dengan demikian jelaslah bahwa partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata demikian penting karena keberlangsungan sebuah obyek wisata sangat bergantung dari respons masyarakat dimana sebuah obyek wisata berada.

Partisipasi masyarakat secara tidak langsung mempengaruhi peningkatan pendapatan. Hal ini berupa pemeliharaan situasi dan kondisi obyek wisata yang aman, nyaman, tertib, bersih dan penuh kenangan sehingga mendorong wisatawan untuk tinggal lebih lama. Kondisi ini tentu akan menguntungkan karena masyarakat mendapat kesempatan untuk membuka lapangan pekerjaan berupa jasa pelayanan dan sebagainya sesuai dengan kebutuhan wisatawan selama tinggal di obyek wisata tersebut. Ada beberapa bidang untuk partisipasi masyarakat yaitu: (1) Dalam proses pengambilan keputusan atau proses perencanaan; (2) Dalam proses pelaksanaan program; (3) Dalam proses monitoring serta evaluasi (Sastropoetro, 1986).

Sebenarnya sejak tahun 1988 Desa Kalibukbuk sudah mengembangkan wisata bahari di pantai Bina Ria secara mandiri oleh Paguyuban Pengelola Desa Wisata Kalibukbuk dan sudah tersentuh proyek wisata dari pemerintah (Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Desa Kalibukbuk, 2010), namun dalam kenyataannya hal itu tidak berjalan secara kontiyu hal ini dapat dilihat pada tahun 2010 sampai dengan 2012 pada Format Laporan Profil Desa tidak lagi tercantum nama Lembaga Pengelola Desa Wisata Kalibukbuk yang memiliki misi khusus mengatur dan mengembangkan Kalibukbuk sebagai


(24)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

daerah wisata tanpa mengabaikan partisipasi masyarakat didalamnya. Hal ini menjadi tanda tanya besar mengapa badan ini kemudian tidak berjalan sebagaimana mestinya mengingat badan pengelola ini adalah badan yang bertugas untuk mengembangkan, menggali dan mengakomodir partisipasi masyarakat dalam menunjang pengembangan pariwisata bahari Pantai Bina Ria.

Jika diperhatikan lebih jauh terdapat banyak bangunan yang terbengkalai, rusak dan tidak terawat merupakan indikator yang secara kasat mata bisa mencirikan mengapa masyarakat tidak mau merawat dan menjaga bangunan tersebut dan hal ini pula mencirikan partisipasi masyarakat masih minim dalam pengembangan pariwisata bahari di Pantai Bina Ria. Hal ini tentu bertolak belakang dengan teori yang menyebutkan bahwa partisipasi masyarakat begitu penting dalam setiap proses pembangunan tidak terkecuali pembangunan pariwisata.

Dengan melihat pentingnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan dan pengembangan pariwisata maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang partisipasi masyarakat dalam pengembangan obyek wisata.


(25)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimana bentuk-bentuk partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata bahari Pantai Bina Ria di Desa Kalibukbuk, Buleleng, Bali?

2. Apa faktor-faktor penghambat dan pendorong partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata bahari Pantai Bina Ria di Desa Kalibukbuk, Buleleng, Bali?

C. Tujuan Penelitian

1. Mendiskripsikan bentuk-bentuk masyarakat dalam perkembangan pariwisata bahari Pantai Bina Ria di Desa Kalibukbuk, Buleleng, Bali 2. Mendiskripsikan faktor-faktor penghambat dan pendorong masyarakat

dalam pengembangan pariwisata bahari Pantai Ria di Desa kalibukbuk, Buleleng, Bali

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai berikut: a. Manfaat Teoritis

Dengan menerapkan teori tindakan sosial dalam penelitian ini maka tindakan masyarakat dalam berpartisipasi akan dilihat tindakan apa yang muncul dalam masyarakat sebagai bentuk partisipasi sebagaimana dijelaskan Weber tentang tindakan sosial berdasarkan rasionalitas. Teori tentang partisipasi masyarakat dalam pariwisata yang menyatakan bahwa partisipasi masyarakat dalam pariwisata selalu berkaitan dengan sejauh mana manfaat secara ekonomi yang


(26)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

diperoleh oleh masyarakat juga akan dilihat apakah masyarakat Desa Kalibukbuk berpartisipasi dalam pariwisata hanya berkaitan dengan kepentingan ekonomi atau lebih dari itu.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan pariwisata di Bali pada umumnya dan di Desa Kalibukbuk pada khususnya dan memberikan gambaran pentingnya partisipasi masyarakat untuk menunjang pengembangan pariwisata


(27)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep

1. Partisipasi

Webler menyatakan partisipasi sebagai berikut:

“ Participation is understood not as an end in itself but as a means to facilitate processes of deliberation between different stakeholders who-based on the principles of fairness and empathy-collectively use and broaden public spaces, aiming at structural and personal transformations in view of more sustainable forms of development” .

“Partisipasi dipahami bukan sebagai tujuan itu sendiri tetapi sebagai sarana untuk memfasilitasi proses-proses deliberasi antara stakeholder yang berbeda-yang berdasarkan prinsip-prinsip keadilan dan empati-kolektif digunakan dan memperluas ruang publik, dengan tujuan transformasi struktural dan pribadi sebagai bentuk pengembangan berkelanjutan”.

(Webler dan Tuler dalam Wiesman,Dee , 2005)

Kemauan dan kemampuan berpartisipasi berasal dari yang bersangkutan (warga atau kelompok masyarakat), sedangkan kesempatan berpartisipasi datang dari pihak luar yang memberikan peluang. Apabila ada kemauan tetapi tidak ada kemampuan dari warga atau kelompok masyarakat, meskipun pemerintah juga telah memberikan peluang, maka partisipasipun juga tidak akan terjadi. Demikian juga, jika ada kemauan dan kemampuan tetapi tidak adanya ruang atau kesempatan yang diberikan oleh pemerintah untuk warga atau kelompok masyarakat, maka partisipasipun juga tidak akan terjadi.

Dalam implementasi partisipasi masyarakat, seharusnya anggota masyarakat merasa bahwa tidak hanya menjadi objek kebijakan dari


(28)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

pemerintah, tetapi harus dapat mewakili masyarakat itu sendiri sesuai dengan kepentingan mereka. Perwujudan partisipasi masyarakat dapat dilakukan, baik secara individu atau kelompok, bersifat spontan atau terorganisasi, secara berkelanjutan atau sesaat, serta dengan cara-cara tertentu yang dapat dilakukan.

Demikian halnya dengan partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata Indonesia, perlu ditumbuhkan adanya kemauan dan kemampuan warga atau kelompok masyarakat untuk berpartisipasi dalam menunjang keberlangsungan pariwisata . Sebaliknya pihak pemerintah atau Negara juga memberikan ruang atau kesempatan kepada warga atau kelompok masyarakat untuk berpartispasi seluas mungkin sehingga masyarakat bisa mencetuskan sebuah ide yang kreatif dan imajinatif sebagai penunjang perkembangan pariwisata.

Selama ini, peran serta masyarakat hanya dilihat dalam konteks yang sempit, artinya manusia cukup dipandang sebagai tenaga kasar untuk mengurangi biaya pembangunan. Dengan kondisi ini, partisipasi masyarakat terbatas pada implementasi atau penerapan program, masyarakat tidak dikembangkan dayanya menjadi kreatif dari dalam dirinya dan harus menerima keputusan yang sudah diambil pihak luar. Akhirnya, partisipasi menjadi bentuk yang pasif dan tidak memiliki kesadaran kritis (Nasdian, 2004). Untuk mengoreksi pengertian tersebut, Nasdian memaknai partisipasi sebagai berikut:


(29)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

“Proses aktif, inisiatif diambil oleh warga komunitas sendiri, dibimbing oleh cara berfikir mereka sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif” (Nasdian, 2004).

Alashi (1994) dalam penelitiannya di Afrika tentang pengelolaan hutan partisipatif menjelaskan bahwa:

“Local community have their own ideas about enverotman and participation, wich differ from those of interested aoutsider as park management, goverment, and donors. It is sugested that this difference and management lack of information about comunity agendas, is a major reason why participation management is not succeeding”

“masyarakat lokal memiliki ide-ide mereka sendiri tentang pemberdayaan dan partisipasi, yang berbeda dari pihak luar yaitu pemerintah dan lembaga donor yang berminat mengelola hutan sebagai taman. perbedaan, dan kurangnya manajemen terhadap informasi tentang agenda masyarakat, merupakan alasan utama mengapa manajemen partisipatif tidak berhasil”.

Cohen dan Uphoff (1977) membagi partisipasi ke dalam beberapa tahapan, yaitu: (a) Tahap pengambilan keputusan (perencanaan) yang diwujudkan dengan keikutsertaan masyarakat dalam rapat-rapat; (b) Tahap pelaksanaan dengan wujud nyata partisipasi berupa partisipasi dalam bentuk sumbangan pikiran, partisipasi dalam bentuk sumbangan materi, partisipasi dalam bentuk keterlibatan sebagai anggota proyek, Partisipasi dalam menjaga lingkungan (c) Tahap menikmati hasil, yang dapat dijadikan sebagai indikator keberhasilan partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan proyek. Selain itu, dengan melihat posisi masyarakat sebagai subyek pembangunan, maka semakin besar manfaat proyek yang dirasakan berarti proyek tersebut berhasil menangani sasaran; (d) Tahap evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada


(30)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

tahap ini dianggap sebagai umpan balik yang dapat memberi masukan demi perbaikan pelaksanaan proyek selanjutnya.

Sejalan dengan penjelasan di atas Demartoto menjelaskan bahwa pariwisata berbasis masyarakat dikembangkan berdasarkan prinsip keseimbangan dan keselarasan antara kepentingan berbagai stakeholder pembangunan pariwisata termasuk pemerintah, swasta dan masyarakat yang secara ideal prinsip pembangunan tersebut menekankan pembangunan pariwisata dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat dalam setiap tahapan pembangunan yang dimulai dari perencanaan, pengelolaan dan pengambangan sampai dengan pemantauan (Demartoto, 2009: 20).

Berdasarkan jenis sumbangannya, Kuncoro (1995) menjelaskan partisipasi dapat berupa partisipasi ide, partisipasi tenaga, partisipasi benda, partisipasi keterampilan dan partisipasi sosial. Koentjaraningrat berpendapat bahwa partisipasi berarti frekuensi tinggi turut sertanya rakyat pedesaan dalam aktifitas-aktifitas bersama. Partisipasi masyarakat menyangkut dua bentuk yaitu:

a. Partisipasi dalam aktifitas-aktifitas bersama dalam proyek-proyek pembangunan yang khusus. Dalam bentuk ini rakyat di ajak, diperintahkan/dipaksa oleh wakil-wakil dari beraneka warna departemen/oleh pamong desa, untuk berpartisipasi dan menyumbangkan tenaga/hartanya kepada proyek-proyek pembangunan yang khusus yang biasanya bersifat fisik.


(31)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

b. Partisipasi sebagai individu di luar aktivitas-aktivitas bersama dalam pembangunan. Dalam bentuk partisipasi yang kedua ini, tidak ada proyek aktifitas bersama yang khusus, tetapi ada proyek-proyek pembangunan biasanya yang tidak bersifat fisik dan tidak memerlukan suatu partisipasi rakyat atas perintah/paksaan dari atasannya, tetapi selalu atas dasar kemauan mereka sendiri

(Koentjaraningrat 1981:79).

Tjokrowonoto mendifinisikan partisipasi sebagai penyertaan mental dan emosi seseorang di dalam situasi yang mendorong mereka untuk menyumbangkan ide, pikiran dan perasaan, dan tenaga yang terciptanya tujuan bersama-sama bertanggung jawab terhadap tujuan tertentu (TJokrowonoto, 1987:29). Partisipasi menurut Soerjono Soekanto merupakan setiap proses identifikasi atau menjadi peserta, suatu proses komunikasi atau kegiatan bersama dalam suatu situasi sosial tertentu. Partisipasi itu terdiri dari beberapa jenis diantaranya partisipasi politik dan partisipasi sosial (Soekanto 1993: 335) . Partisipasi sosial adalah derajat partisipasi individu dalam kehidupan sosial. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa partisipai adalah keterlibatan masyarakat baik dalam bentuk fisik maupun non fisik dalam sebuah aktivitas tertentu.

Pengembangan pariwisata berbasis masyarakat menuntut koordinasi dan kerjasama serta peran yang berimbang antara berbagai unsur stakeholder termasuk pemerintah, swasta dan masyarakat. Oleh karena itu salah satu pendekatan yang dapat dugunakan untuk mengembangkan pariwisata berbasis masyarakat adalah pendekatan partisipastif (Demartoto, 2009:21).


(32)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Model pendekatan masyarakat menjadi standar baku bagi proses pengembangan pariwisata, dimana melibatkan masyarakat didalamnya adalah faktor yang sangat penting bagi kesuksesan produk wisata. D,amore memberikan model bagi pengembangan pariwisata berbasis masyarakat yakni:

a. Mengidentifikasi prioritas pembangunan yang dilakukan penduduk lokal

b. Mempromosikan dan mendorong produk lokal c. Pelibatan penduduk lokal dalam industri

d. Investasi modal lokal atau wirausaha sangat dibutuhkan

e. Partisipasi penduduk dalam event-event dan kegiatan yang luas f. Produk wisata untuk menggambarkan identitas masyarakat lokal g. Mengatasi masalah-masalah yang muncul sebelum pengembangan

lebih jauh (Mualisin 2007).

Menurut Sumahadi (1998), partisipasi masyarakat dalam pariwisata sebagai salah satu kegiatan pemanfaatan sumber daya alam secara lestari banyak ditentukan seberapa jauh tingkat manfaat ekonomi yang yang dapat dirasakan langsung oleh masyarakat terutama masyarakat disekitar daerah wisata. Dalam Laporan Akhir Study Pembangunan Wisata Minat Khusus yang dikeluarkan oleh Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta (1995) menjelaskan bahwa pariwisata yang bertumpu pada masyarakat bertujuan untuk:

a. Memajukan tingkat hidup masyarakat dan sekaligus melestarikan identitas serta tradisi lokal

2. Meningkatkan pendapatan secara ekonomis dan sekaligus mendistribusikan pada masyarakat lokal

3. ada pengembangan wirausaha berskala kecil dan menengah dengan daya serap tenaga kerja besar dan berorientasi pada teknologi tepat guna.


(1)

commit to user

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep

1. Partisipasi

Webler menyatakan partisipasi sebagai berikut:

“ Participation is understood not as an end in itself but as a means to facilitate processes of deliberation between different stakeholders who-based on the principles of fairness and empathy-collectively use and broaden public spaces, aiming at structural and personal transformations in view of more sustainable forms of development” .

“Partisipasi dipahami bukan sebagai tujuan itu sendiri tetapi sebagai sarana untuk memfasilitasi proses-proses deliberasi antara stakeholder yang berbeda-yang berdasarkan prinsip-prinsip keadilan dan empati-kolektif digunakan dan memperluas ruang publik, dengan tujuan transformasi struktural dan pribadi sebagai bentuk pengembangan berkelanjutan”.

(Webler dan Tuler dalam Wiesman,Dee , 2005)

Kemauan dan kemampuan berpartisipasi berasal dari yang

bersangkutan (warga atau kelompok masyarakat), sedangkan kesempatan berpartisipasi datang dari pihak luar yang memberikan peluang. Apabila ada kemauan tetapi tidak ada kemampuan dari warga atau kelompok masyarakat, meskipun pemerintah juga telah memberikan peluang, maka partisipasipun juga tidak akan terjadi. Demikian juga, jika ada kemauan dan kemampuan tetapi tidak adanya ruang atau kesempatan yang diberikan oleh pemerintah untuk warga atau kelompok masyarakat, maka partisipasipun juga tidak akan terjadi.

Dalam implementasi partisipasi masyarakat, seharusnya anggota


(2)

commit to user

pemerintah, tetapi harus dapat mewakili masyarakat itu sendiri sesuai dengan kepentingan mereka. Perwujudan partisipasi masyarakat dapat dilakukan, baik secara individu atau kelompok, bersifat spontan atau terorganisasi, secara berkelanjutan atau sesaat, serta dengan cara-cara tertentu yang dapat dilakukan.

Demikian halnya dengan partisipasi masyarakat dalam

pengembangan pariwisata Indonesia, perlu ditumbuhkan adanya kemauan dan kemampuan warga atau kelompok masyarakat untuk berpartisipasi dalam menunjang keberlangsungan pariwisata . Sebaliknya pihak pemerintah atau Negara juga memberikan ruang atau kesempatan kepada warga atau kelompok masyarakat untuk berpartispasi seluas mungkin sehingga masyarakat bisa mencetuskan sebuah ide yang kreatif dan imajinatif sebagai penunjang perkembangan pariwisata.

Selama ini, peran serta masyarakat hanya dilihat dalam konteks yang sempit, artinya manusia cukup dipandang sebagai tenaga kasar untuk mengurangi biaya pembangunan. Dengan kondisi ini, partisipasi masyarakat terbatas pada implementasi atau penerapan program, masyarakat tidak dikembangkan dayanya menjadi kreatif dari dalam dirinya dan harus menerima keputusan yang sudah diambil pihak luar. Akhirnya, partisipasi menjadi bentuk yang pasif dan tidak memiliki kesadaran kritis (Nasdian, 2004). Untuk mengoreksi pengertian tersebut, Nasdian memaknai partisipasi sebagai berikut:


(3)

commit to user

“Proses aktif, inisiatif diambil oleh warga komunitas sendiri, dibimbing oleh cara berfikir mereka sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif” (Nasdian, 2004).

Alashi (1994) dalam penelitiannya di Afrika tentang pengelolaan hutan partisipatif menjelaskan bahwa:

“Local community have their own ideas about enverotman and participation, wich differ from those of interested aoutsider as park management, goverment, and donors. It is sugested that this difference and management lack of information about comunity agendas, is a major reason why participation management is not succeeding”

“masyarakat lokal memiliki ide-ide mereka sendiri tentang pemberdayaan dan partisipasi, yang berbeda dari pihak luar yaitu pemerintah dan lembaga donor yang berminat mengelola hutan sebagai taman. perbedaan, dan kurangnya manajemen terhadap informasi tentang agenda masyarakat, merupakan alasan utama mengapa manajemen partisipatif tidak berhasil”.

Cohen dan Uphoff (1977) membagi partisipasi ke dalam beberapa tahapan, yaitu: (a) Tahap pengambilan keputusan (perencanaan) yang diwujudkan dengan keikutsertaan masyarakat dalam rapat-rapat; (b) Tahap pelaksanaan dengan wujud nyata partisipasi berupa partisipasi dalam bentuk sumbangan pikiran, partisipasi dalam bentuk sumbangan materi, partisipasi dalam bentuk keterlibatan sebagai anggota proyek, Partisipasi dalam menjaga lingkungan (c) Tahap menikmati hasil, yang dapat dijadikan sebagai indikator keberhasilan partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan proyek. Selain itu, dengan melihat posisi masyarakat sebagai subyek pembangunan, maka semakin besar manfaat proyek yang dirasakan berarti proyek tersebut berhasil menangani sasaran; (d) Tahap evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada


(4)

commit to user

tahap ini dianggap sebagai umpan balik yang dapat memberi masukan demi perbaikan pelaksanaan proyek selanjutnya.

Sejalan dengan penjelasan di atas Demartoto menjelaskan bahwa pariwisata berbasis masyarakat dikembangkan berdasarkan prinsip keseimbangan dan keselarasan antara kepentingan berbagai stakeholder pembangunan pariwisata termasuk pemerintah, swasta dan masyarakat

yang secara ideal prinsip pembangunan tersebut menekankan

pembangunan pariwisata dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat dalam setiap tahapan pembangunan yang dimulai dari perencanaan, pengelolaan dan pengambangan sampai dengan pemantauan (Demartoto, 2009: 20).

Berdasarkan jenis sumbangannya, Kuncoro (1995) menjelaskan partisipasi dapat berupa partisipasi ide, partisipasi tenaga, partisipasi benda, partisipasi keterampilan dan partisipasi sosial. Koentjaraningrat berpendapat bahwa partisipasi berarti frekuensi tinggi turut sertanya rakyat pedesaan dalam aktifitas-aktifitas bersama. Partisipasi masyarakat menyangkut dua bentuk yaitu:

a. Partisipasi dalam aktifitas-aktifitas bersama dalam proyek-proyek pembangunan yang khusus. Dalam bentuk ini rakyat di ajak, diperintahkan/dipaksa oleh wakil-wakil dari beraneka warna

departemen/oleh pamong desa, untuk berpartisipasi dan

menyumbangkan tenaga/hartanya kepada proyek-proyek pembangunan yang khusus yang biasanya bersifat fisik.


(5)

commit to user

b. Partisipasi sebagai individu di luar aktivitas-aktivitas bersama dalam pembangunan. Dalam bentuk partisipasi yang kedua ini, tidak ada proyek aktifitas bersama yang khusus, tetapi ada proyek-proyek pembangunan biasanya yang tidak bersifat fisik dan tidak memerlukan suatu partisipasi rakyat atas perintah/paksaan dari atasannya, tetapi selalu atas dasar kemauan mereka sendiri

(Koentjaraningrat 1981:79).

Tjokrowonoto mendifinisikan partisipasi sebagai penyertaan mental dan emosi seseorang di dalam situasi yang mendorong mereka untuk menyumbangkan ide, pikiran dan perasaan, dan tenaga yang terciptanya tujuan bersama-sama bertanggung jawab terhadap tujuan tertentu (TJokrowonoto, 1987:29). Partisipasi menurut Soerjono Soekanto merupakan setiap proses identifikasi atau menjadi peserta, suatu proses komunikasi atau kegiatan bersama dalam suatu situasi sosial tertentu. Partisipasi itu terdiri dari beberapa jenis diantaranya partisipasi politik dan partisipasi sosial (Soekanto 1993: 335) . Partisipasi sosial adalah derajat partisipasi individu dalam kehidupan sosial. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa partisipai adalah keterlibatan masyarakat baik dalam bentuk fisik maupun non fisik dalam sebuah aktivitas tertentu.

Pengembangan pariwisata berbasis masyarakat menuntut

koordinasi dan kerjasama serta peran yang berimbang antara berbagai unsur stakeholder termasuk pemerintah, swasta dan masyarakat. Oleh karena itu salah satu pendekatan yang dapat dugunakan untuk mengembangkan pariwisata berbasis masyarakat adalah pendekatan partisipastif (Demartoto, 2009:21).


(6)

commit to user

Model pendekatan masyarakat menjadi standar baku bagi proses pengembangan pariwisata, dimana melibatkan masyarakat didalamnya adalah faktor yang sangat penting bagi kesuksesan produk wisata. D,amore memberikan model bagi pengembangan pariwisata berbasis masyarakat yakni:

a. Mengidentifikasi prioritas pembangunan yang dilakukan penduduk lokal

b. Mempromosikan dan mendorong produk lokal

c. Pelibatan penduduk lokal dalam industri

d. Investasi modal lokal atau wirausaha sangat dibutuhkan

e. Partisipasi penduduk dalam event-event dan kegiatan yang luas

f. Produk wisata untuk menggambarkan identitas masyarakat lokal

g. Mengatasi masalah-masalah yang muncul sebelum pengembangan

lebih jauh (Mualisin 2007).

Menurut Sumahadi (1998), partisipasi masyarakat dalam pariwisata sebagai salah satu kegiatan pemanfaatan sumber daya alam secara lestari banyak ditentukan seberapa jauh tingkat manfaat ekonomi yang yang dapat dirasakan langsung oleh masyarakat terutama masyarakat disekitar daerah wisata. Dalam Laporan Akhir Study Pembangunan Wisata Minat Khusus yang dikeluarkan oleh Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta (1995) menjelaskan bahwa pariwisata yang bertumpu pada masyarakat bertujuan untuk:

a. Memajukan tingkat hidup masyarakat dan sekaligus melestarikan identitas serta tradisi lokal

2. Meningkatkan pendapatan secara ekonomis dan sekaligus

mendistribusikan pada masyarakat lokal

3. ada pengembangan wirausaha berskala kecil dan menengah dengan daya serap tenaga kerja besar dan berorientasi pada teknologi tepat guna.