Pengembangan Model Buku Teks Pembelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar secara Terpadu dengan Pendekatan Kontekstual (Berbahasa dan Bersastra dengan Dunia Nyata).
(B. Pendidikan)
Pengembangan Model Buku Teks Pembelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar secara
Terpadu dengan Pendekatan Kontekstual (Berbahasa dan Bersastra dengan Dunia Nyata)
St.Y. Slamet
Fakultas KIP UNS, Penelitian, BOPTN UNS, Hibah Bersing, 2012
Kegiatan perkuliahan selalu memerlukan sarana dan prasarana yang memadai. Salah satu sarana yang
paling menonjol untuk menunjang dalam perkuliahan adalah buku. Selain buku pokok atau wajib yang
digunakan, ada juga buku lain sebagai buku suplemen yaitu buku teks. Kehadiran buku teks di dalam
perkuliahan amat penting karena buku tersebut digunakan untuk mendampingi atau melengkapi buku
ajar yang wajib digunakan. Hal ini senada dengan pendapat Wahyu Tri Hartati (2010:17) menyatakan
bahwa buku teks adalah buku yang memperkaya buku ajar yang dipakai di sekolah.
Buku teks yang membicarakan pembelajaran bahasa Indonesia sekolah dasar dalam menunjang
perkuliahan selama ini belum banyak dijumpai di sekolah. Kebanyakan buku yang ada di sekolah adalah
buku bahasa dan sastra Indonesia secara umum, pembahasannya belum mengkhusus kepada
pembelajaran bahasa Indonesia sekolah dasar. Kalaupun ada buku bahasa dan sastra Indonesia, hanya
sebatas tentang teori tentang pembelajaran bahasa Indonesia tersebut.
Perhatian dan kegiatan pembelajaran bahasa secara implisit termasuk sastra dikembangkan menjadi
pembelajaran keterampilan berbahasa. Pembelajaran bahasa bukan lagi ditekankan pada pengetahuan
bahasa, melainkan pada keterampilan berbahasa. Pembelajaran bahasa Indonesia yang menekankan
keterampilan berbahasa dan bersastratersebut meliputi keterampilan mendengarkan (menyimak),
berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan diberikan secara terpadu.
Dalam hal ini peran bahasa sangat menentukan keberhasilan peseta didik. Untuk itu pengajar perlu
menyiapkan diri dalam menyajikan bahan ajar termasuk buku teks bahasa dan sastra Indonesia,
menetukan kegiatan apa saja yang dilakukan bersama dengan peserta didiknya, mengupayakan agar
bahan sajiannya mampu meningkatkan keterampilan khusus tertentu. Alat dan sarana penujang yang
sesuai dengan bahan yang diajarkan. Semua diramu untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia sekolah dasar terintegrasi di dalam satu matakuliah pada
semester VII Prodi PGSD. Perkuliahan tersebut dibelakukannya sejak berdirinya Strata satu (S1) Prodi
PGSD FKIP UNS (2007). Pada Prodi PGSD tersebut, buku acuan pokok yang digunakan belum ada. Para
Dosen pengampu matakuliah dan para mahasiswa merasakan adanya keperluan yang mendesak
terbitnya buku teks sebagai pendamping untuk perkuliahan tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan
tersebut, perlu diadakan penyusunan buku teks yang memuat pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia
sekolah dasar.
Buku teks yang disusun harus memenuhi syarat: (1) sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi
dasar yang ditetapkan BSNP; (2) meliputi kurun waktu sampai dengan tahun sekitar tahun 2005; (3)
meliputi pengarang pengarang ibu kota, kota besar, dan pengarang daerah; (4) sesuai prinsip
multikulturalisme; dan (5) mudah dipahami dan meningkatkan motivasi belajar bahasa dan sastra
Indonesia (Herman J. Waluyo, 2011:4). Untuk buku teks yang disusun ini menggunakan pendekatan
kontekstual.
Buku teks dibedakan dengan buku ajar. Buku ajar sangat erat kaitannya dengan kurikulum, silabus,
standar kompetensi, dan kompetensi dasar. Dapat juga dikatakan bahwa buku ajar adalah buku yang
diterbitkan untuk menunjang kurikulum dan silabus serta diterbitkan oleh Pemerintah, dalam hal ini
adalah Pusat Perbukuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Buku ajar ada yang dicetak dan ada
yang berupa buku elektronik (Pusbuk, 2010).
Buku teks yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah salah satu buku yang sudah digunakan selama
ini. Namun, perlu pengembangan lebih lanjut, baik itu menyangkut segi substansinya maupun
pendekatan pembelajarannya. Dari segi substansi buku teks tersebut dilengkapi dengan materi
kebahasaan dan kesastraan anak-anak khususnya sekolah dasar dan dari segi pendekatan
pembelajarannya digunakan pembelajaran kontekstual.
Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia pada hakikatnya adalah pembelajaran keterampilan
berbahasa, bukan pembelajaran tentang bahasa. Tata bahasa, kosakata, dan sastra disajikan dalam
konteks, yaitu dalam kaitannya dengan keterampilan tertentu yang tengah diajarkan, bukan sebagai
pengetahuan tata bahasa, teori pengembangan kosakata, dan teori sastra sebagai atau alat penjelas.
Keterampilan-keterampilan berbahasa yang perlu ditekankan pada pembelajaran berbahasa Indonesia
adalah keterampilan reseptif (keterampilan mendengarkan dan membaca) dan keterampilan produktif
(ketrampilan berbicara dan menulis). Pembelajaran berbahasa diawali dengan pembelajaran
keterampilan reseptif, sedangkan keterampilan produktif dapat turut tertingkatkan pada tahap-tahap
selanjutnya. Seterusnya peningkatan keduanya itu menyatu sebagai kegiatan berbahasa yang terpadu.
Sastra diajarkan bukan sebagai pengetahuan, nama-nama pengarang dan karyanya yang harus dihafal.
Akan tetapi bahan ajar sastra disajikan kepada siswa sebagai karya untuk dinikmati dan dihayati
keindahan bahasanya dan diambil nilai-nilai moralnya. Pengalaman siswa membaca karya sastra akan
menumbuhkan apresiasi yang mendalam daripada sekadar menghafal ciri-ciri dan unsur-unsur karya
sastra.
Dari hasil pengamatan terhadap buku teks yang digunakan di lapangan padahakikatnya kebutuhan akan
buku teks Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Sekolah Dasar dilihat dari segi kuantitas dan
kualitas masih memerlukan penambahan. Dengan demikian, di dalam pembelajaran bahasa Indonesia
masih dibutuhkan model buku teks sebagai bahan ajar seperti yang diharapkan dapat digunakan untuk
mencapai tujuan pembelajaran sesui dengan tuntutan kurikulum. Permasalahan lain, bahwa
pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah masih cenderung berorientasi pada buku teks ( text book
oriented) yang belum dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari (Depdiknas, 2005:iii). Pembelajar masih
ada yang mengalami kesulitan untuk memahami konsep berbahasa dan bersastra. Pengajar sudah
terbiasa menggunakan sesuatu yang abstrak dan kebanyakan menggunakan metode ceramah. Akibatnya
motivasi belajar mahasiswa sulit ditumbuhkan dan pola belajar mahasiswa cenderung menghafal bahan
ajar.
Paradigma pendidikan modern telah mengubah beberapa prinsip pembelajaran. Semula arah
pembelajaran bersifat behavioristis, yaitu pembelajaran yang menekankan pentingnya latihan berulangulang (drill) untuk menumbuhkan kebiasaan (hebit), kini berkembang dan berubah menjadi
pembelajaran yang bersifat konstruktivistis, yaitu pembelajaran yang menekankan pentingnya peran
kognitif untuk mengkonstruksi informasi (Dian Roesmiati, 2005:9). Orientasi pembelajaran yang bersifat
teacher oriented kini ditinggalkan orang dengan menggantinya ke pembelajaran berorientasi pada
mahasiswa (student oriented), salah satunya dengan penerapan paradigma baru, yaitu pembelajaran
dikaitkan dengankontekstual.
Di dalam pembelajaran kontekstual, mahasiswa dibekali pengetahuan secara luwes (flexible) atau
ditransfer dari suatu permasalahan yang lain dari satu konteks personal, sosial, atau budaya ke konteks
personal, sosial, dan budaya lainnya (Johnson, 2002). Pembelajaran kontekstual menyandarkan pada
memori spesial. Pemilihan informasi didasarkan kepada kebutuhan individu mahasiswa. Pembelajaran
kontekstual juga selalu mengaitkan konsep yang sedang diajarkan dengan pengetahuan awal yang telah
dimiliki mahasiswa. Di dalam pelaksanaannya, pembelajaran kontekstual ini di antaranya menerapkan
penilaian otentik.
Pembelajaran kontekstual merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang mengakui dan
menunjukkan kondisi alamiah dari pengetahuan. Pendekatan ini memberikan pengalaman yang lebih
relevan dan berarti bagi mahasiswa dalam membangun pengetahuan yang akan diterapkannya seumur
hidup melalui hubungan di dalam dan di luar kelas (Depdiknas, 2002). Pembelajaran kontekstual
berusaha menyajikan suatu konsep yang dikaitkannya dengan konsep materi tersebut, sehingga
pengalaman belajar yang diperoleh mahasiswa menjadi sebuah pengalaman belajar yang lebih realistis
dan biasanya akan berdaya tahan lama.
Untuk kepentingan pemenuhan buku teks tersebut, maka penelitian pengembangan (R & D) ini
diadakan di Prodi PGSD Jawa Tengah. Penelitian ini dirancang selama tiga tahun (2012-2014). Untuk
tahap I (2012) ini dilakukan penelitian pendahuluan, yaitu mengadakan analisis kebutuhan akan buku
teks, hasil analisis tersebut kemudian digunakan untuk menyusun prototype buku teks “Pembelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia Sekolah Dasar secara terpadu dengan pendekatan kontekstual”. Hasil
luaran penelitian berupa artikel ilmiah dan prototype buku teks.
Pengembangan Model Buku Teks Pembelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar secara
Terpadu dengan Pendekatan Kontekstual (Berbahasa dan Bersastra dengan Dunia Nyata)
St.Y. Slamet
Fakultas KIP UNS, Penelitian, BOPTN UNS, Hibah Bersing, 2012
Kegiatan perkuliahan selalu memerlukan sarana dan prasarana yang memadai. Salah satu sarana yang
paling menonjol untuk menunjang dalam perkuliahan adalah buku. Selain buku pokok atau wajib yang
digunakan, ada juga buku lain sebagai buku suplemen yaitu buku teks. Kehadiran buku teks di dalam
perkuliahan amat penting karena buku tersebut digunakan untuk mendampingi atau melengkapi buku
ajar yang wajib digunakan. Hal ini senada dengan pendapat Wahyu Tri Hartati (2010:17) menyatakan
bahwa buku teks adalah buku yang memperkaya buku ajar yang dipakai di sekolah.
Buku teks yang membicarakan pembelajaran bahasa Indonesia sekolah dasar dalam menunjang
perkuliahan selama ini belum banyak dijumpai di sekolah. Kebanyakan buku yang ada di sekolah adalah
buku bahasa dan sastra Indonesia secara umum, pembahasannya belum mengkhusus kepada
pembelajaran bahasa Indonesia sekolah dasar. Kalaupun ada buku bahasa dan sastra Indonesia, hanya
sebatas tentang teori tentang pembelajaran bahasa Indonesia tersebut.
Perhatian dan kegiatan pembelajaran bahasa secara implisit termasuk sastra dikembangkan menjadi
pembelajaran keterampilan berbahasa. Pembelajaran bahasa bukan lagi ditekankan pada pengetahuan
bahasa, melainkan pada keterampilan berbahasa. Pembelajaran bahasa Indonesia yang menekankan
keterampilan berbahasa dan bersastratersebut meliputi keterampilan mendengarkan (menyimak),
berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan diberikan secara terpadu.
Dalam hal ini peran bahasa sangat menentukan keberhasilan peseta didik. Untuk itu pengajar perlu
menyiapkan diri dalam menyajikan bahan ajar termasuk buku teks bahasa dan sastra Indonesia,
menetukan kegiatan apa saja yang dilakukan bersama dengan peserta didiknya, mengupayakan agar
bahan sajiannya mampu meningkatkan keterampilan khusus tertentu. Alat dan sarana penujang yang
sesuai dengan bahan yang diajarkan. Semua diramu untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia sekolah dasar terintegrasi di dalam satu matakuliah pada
semester VII Prodi PGSD. Perkuliahan tersebut dibelakukannya sejak berdirinya Strata satu (S1) Prodi
PGSD FKIP UNS (2007). Pada Prodi PGSD tersebut, buku acuan pokok yang digunakan belum ada. Para
Dosen pengampu matakuliah dan para mahasiswa merasakan adanya keperluan yang mendesak
terbitnya buku teks sebagai pendamping untuk perkuliahan tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan
tersebut, perlu diadakan penyusunan buku teks yang memuat pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia
sekolah dasar.
Buku teks yang disusun harus memenuhi syarat: (1) sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi
dasar yang ditetapkan BSNP; (2) meliputi kurun waktu sampai dengan tahun sekitar tahun 2005; (3)
meliputi pengarang pengarang ibu kota, kota besar, dan pengarang daerah; (4) sesuai prinsip
multikulturalisme; dan (5) mudah dipahami dan meningkatkan motivasi belajar bahasa dan sastra
Indonesia (Herman J. Waluyo, 2011:4). Untuk buku teks yang disusun ini menggunakan pendekatan
kontekstual.
Buku teks dibedakan dengan buku ajar. Buku ajar sangat erat kaitannya dengan kurikulum, silabus,
standar kompetensi, dan kompetensi dasar. Dapat juga dikatakan bahwa buku ajar adalah buku yang
diterbitkan untuk menunjang kurikulum dan silabus serta diterbitkan oleh Pemerintah, dalam hal ini
adalah Pusat Perbukuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Buku ajar ada yang dicetak dan ada
yang berupa buku elektronik (Pusbuk, 2010).
Buku teks yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah salah satu buku yang sudah digunakan selama
ini. Namun, perlu pengembangan lebih lanjut, baik itu menyangkut segi substansinya maupun
pendekatan pembelajarannya. Dari segi substansi buku teks tersebut dilengkapi dengan materi
kebahasaan dan kesastraan anak-anak khususnya sekolah dasar dan dari segi pendekatan
pembelajarannya digunakan pembelajaran kontekstual.
Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia pada hakikatnya adalah pembelajaran keterampilan
berbahasa, bukan pembelajaran tentang bahasa. Tata bahasa, kosakata, dan sastra disajikan dalam
konteks, yaitu dalam kaitannya dengan keterampilan tertentu yang tengah diajarkan, bukan sebagai
pengetahuan tata bahasa, teori pengembangan kosakata, dan teori sastra sebagai atau alat penjelas.
Keterampilan-keterampilan berbahasa yang perlu ditekankan pada pembelajaran berbahasa Indonesia
adalah keterampilan reseptif (keterampilan mendengarkan dan membaca) dan keterampilan produktif
(ketrampilan berbicara dan menulis). Pembelajaran berbahasa diawali dengan pembelajaran
keterampilan reseptif, sedangkan keterampilan produktif dapat turut tertingkatkan pada tahap-tahap
selanjutnya. Seterusnya peningkatan keduanya itu menyatu sebagai kegiatan berbahasa yang terpadu.
Sastra diajarkan bukan sebagai pengetahuan, nama-nama pengarang dan karyanya yang harus dihafal.
Akan tetapi bahan ajar sastra disajikan kepada siswa sebagai karya untuk dinikmati dan dihayati
keindahan bahasanya dan diambil nilai-nilai moralnya. Pengalaman siswa membaca karya sastra akan
menumbuhkan apresiasi yang mendalam daripada sekadar menghafal ciri-ciri dan unsur-unsur karya
sastra.
Dari hasil pengamatan terhadap buku teks yang digunakan di lapangan padahakikatnya kebutuhan akan
buku teks Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Sekolah Dasar dilihat dari segi kuantitas dan
kualitas masih memerlukan penambahan. Dengan demikian, di dalam pembelajaran bahasa Indonesia
masih dibutuhkan model buku teks sebagai bahan ajar seperti yang diharapkan dapat digunakan untuk
mencapai tujuan pembelajaran sesui dengan tuntutan kurikulum. Permasalahan lain, bahwa
pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah masih cenderung berorientasi pada buku teks ( text book
oriented) yang belum dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari (Depdiknas, 2005:iii). Pembelajar masih
ada yang mengalami kesulitan untuk memahami konsep berbahasa dan bersastra. Pengajar sudah
terbiasa menggunakan sesuatu yang abstrak dan kebanyakan menggunakan metode ceramah. Akibatnya
motivasi belajar mahasiswa sulit ditumbuhkan dan pola belajar mahasiswa cenderung menghafal bahan
ajar.
Paradigma pendidikan modern telah mengubah beberapa prinsip pembelajaran. Semula arah
pembelajaran bersifat behavioristis, yaitu pembelajaran yang menekankan pentingnya latihan berulangulang (drill) untuk menumbuhkan kebiasaan (hebit), kini berkembang dan berubah menjadi
pembelajaran yang bersifat konstruktivistis, yaitu pembelajaran yang menekankan pentingnya peran
kognitif untuk mengkonstruksi informasi (Dian Roesmiati, 2005:9). Orientasi pembelajaran yang bersifat
teacher oriented kini ditinggalkan orang dengan menggantinya ke pembelajaran berorientasi pada
mahasiswa (student oriented), salah satunya dengan penerapan paradigma baru, yaitu pembelajaran
dikaitkan dengankontekstual.
Di dalam pembelajaran kontekstual, mahasiswa dibekali pengetahuan secara luwes (flexible) atau
ditransfer dari suatu permasalahan yang lain dari satu konteks personal, sosial, atau budaya ke konteks
personal, sosial, dan budaya lainnya (Johnson, 2002). Pembelajaran kontekstual menyandarkan pada
memori spesial. Pemilihan informasi didasarkan kepada kebutuhan individu mahasiswa. Pembelajaran
kontekstual juga selalu mengaitkan konsep yang sedang diajarkan dengan pengetahuan awal yang telah
dimiliki mahasiswa. Di dalam pelaksanaannya, pembelajaran kontekstual ini di antaranya menerapkan
penilaian otentik.
Pembelajaran kontekstual merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang mengakui dan
menunjukkan kondisi alamiah dari pengetahuan. Pendekatan ini memberikan pengalaman yang lebih
relevan dan berarti bagi mahasiswa dalam membangun pengetahuan yang akan diterapkannya seumur
hidup melalui hubungan di dalam dan di luar kelas (Depdiknas, 2002). Pembelajaran kontekstual
berusaha menyajikan suatu konsep yang dikaitkannya dengan konsep materi tersebut, sehingga
pengalaman belajar yang diperoleh mahasiswa menjadi sebuah pengalaman belajar yang lebih realistis
dan biasanya akan berdaya tahan lama.
Untuk kepentingan pemenuhan buku teks tersebut, maka penelitian pengembangan (R & D) ini
diadakan di Prodi PGSD Jawa Tengah. Penelitian ini dirancang selama tiga tahun (2012-2014). Untuk
tahap I (2012) ini dilakukan penelitian pendahuluan, yaitu mengadakan analisis kebutuhan akan buku
teks, hasil analisis tersebut kemudian digunakan untuk menyusun prototype buku teks “Pembelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia Sekolah Dasar secara terpadu dengan pendekatan kontekstual”. Hasil
luaran penelitian berupa artikel ilmiah dan prototype buku teks.