Hubungan antara tingkat pengetahuan suami dan keikutsertaan suami dalam KB di desa Karangjati Sragen ika apriyanti

(1)

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN SUAMI DAN KEIKUTSERTAAN SUAMI DALAM KB

DI DESA KARANGJATI SRAGEN

KARYA TULIS ILMIAH

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan

Oleh : Ika Apriyanti NIM R 0105051

PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2009


(2)

HALAMAN VALIDASI KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN SUAMI DAN KEIKUTSERTAAN SUAMI DALAM KB

DI DESA KARANGJATI SRAGEN

Telah Disetujui oleh Pembimbing untuk Diuji Di Hadapan Tim Penguji

Disusun oleh :

IKA APRIYANTI NIM: R0105051 Pada tanggal 21 Juli 2009

Pembimbing I Pembimbing II

S. Bambang W, dr, PHK, M. Pd Ked dr. Eti Poncorini P. M. Pd NIP : 19481231 197609 1 001 NIP : 19750311 200212 2 002

Ketua Tim KTI

Mochammad Arief Tq, dr, MS, PHK NIP : 19500913 198003 1 002


(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Penelitian dengan judul : HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN SUAMI DAN KEIKUTSERTAAN SUAMI DALAM KB DI DESA KARANGJATI SRAGEN

Nama Peneliti : IKA APRIYANTI ( R 0105051) Telah Diperiksa dan disetujui

Pada tanggal 29 Juli 2009

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

S. Bambang W, dr, PHK, M. Pd Ked dr. Eti Poncorini P. M. Pd

NIP : 19481231 197609 1 001 NIP : 19750311 200212 2 002

Penguji Ketua Tim KTI

Imam Syafi’i, dr Mochammad Arief Tq, dr, MS, PHK NIP : 130 815 438 NIP : 19500913 198003 1 002

Mengesahkan

Ketua Program Studi D IV Kebidanan FK UNS

H. Tri Budi Wiryanto, dr, Sp.OG (K) NIP : 19510421 198011 1 00


(4)

PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini kupersembahkan kepada :

Ayah, Bunda terima kasih buat semuanya

aku sayang kalian.

Kedua ade ku Ariga dan Ifa dan semua

keluargaku yang tiada henti-hentinya

memberi dukungan dan semangat dalam

meraih cita-cita ku


(5)

MOTTO

·

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada

kemudahan”

(Q.S AL_ Insyirah : 5)

·

“Do or Do not There is are Trying”

o

(Jode)

·

“God knows what I want before I ask him but

God

I’ll give me what I need not what I want”

SEMANGATTTTTTTT!!!!!!!!!!!!!!...


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN VALIDASI ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

PERSEMBAHAN... iv

MOTTO... v

ABSTRAK... vi

KATA PENGANTAR... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan Penelitian ... 3

1. Tujuan Umum ... 3

2. Tujuan Khusus ... 3

D. Manfaat ... 3


(7)

2. Praktis... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

A. Tingkat Pengetahuan ... 5

B. Keikutsertaan Suami Dalam KB ... 7

C. Metode Kontrasepsi ... 9

D. KIE Keluarga Berencana... 12

E. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Suami dan Keikutsertaan Suami Dalam KB………... 13

F. Kerangka Konsep……….. 14

G. Hipotesis Penelitian………... 14

BAB III METODOLOGI ... 15

A. Desain Penelitian ... 15

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 15

C. Populasi Penelitian... 15

D. Sampel dan Teknik Sampel... 16

E. Estimasi Besar Sampel ... 16

F. Kriteria Restriksi ... 17

G. Identifikasi Variabel Penelitian ... 17

H. Definisi Operasional... 18

I. Instrumentasi... 20

J. Prosedur Penelitian... 23


(8)

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Data Variabel Tingkat Pengetahuan Suami... 27 B. Data Variabel Keikutsertaan Suami Menjadi

Akseptor Keluarga Berencana... 28 C. Hubungan Tingkat Pengetahuan Suami dan Keikutsertaan

Suami Dalam KB di Desa

Karangjati Sragen... 31

BAB V PEMBAHASAN... 32

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan... 35 B. Saran ... 35

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


(9)

ABSTRAK

Ika Apriyanti, R 0105051, Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Suami dan Keikutsertaan Suami Dalam KB di Desa Karangjati Sragen.

Tak ada kendala yang paling besar yang menyebabkan partisipasi KB pria tidak mengalami peningkatan, hal ini disebabkan karena kurangnya sosialisasi ke masyarakat. Oleh karena itu dengan semakin tingginya tingkat pengetahuan maupun pendidikan di kalangan masyarakat, maka upaya peningkatan peran suami dalam KB merupakan tantangan program di masa yang akan datang.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara tingkat pengetahuan suami dan keikutsertaan suami dalam KB di Desa Karangjati Sragen

Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan

cross sectional dan populasi semua pria yang sudah menikah dari pasangan usia subur (PUS) berjumlah 67 responden. Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner yang dibuat peneliti sendiri, kemudian data dianalisis dengan teknik Chi Kuadrat (X2).

Hasil penelitian ini adalah ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan suami dan keikutsertaan suami dalam keluarga berencana di Desa Karangjati Sragen (p = 0,010).


(10)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT dengan segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “ Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Suami dan Keikutsertaan Suami Dalam KB di Desa Karangjati Sragen”.

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Saint Terapan di D IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari bantuan beberapa pihak, baik berupa bimbingan, dorongan dan nasehat-nasehat. Oleh karena itu perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. H. Tri Budi Wiryanto, dr, Sp.OG (K) selaku Ketua Program Studi D IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

2. Dr. S. Bambang Widjokongko, PHK, M. Pd Ked. selaku Sekretaris Program Studi D IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

3. Bapak Moch. Arief Tq, dr, MS, PHK selaku ketua tim KTI

4. Dr. S. Bambang Widjokongko, PHK, M. pd Ked. selaku dosen pembimbing I terima kasih untuk meluangkan waktu dan pikiran dalam memberikan bimbingan dengan sabar dan penuh tanggung jawab.


(11)

5. dr. Eti Poncorini P. M. pd selaku dosen Pembimbing II yang telah mencurahkan waktu dan pikiran untuk memberikan bimbingan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini

6. Seluruh dosen dan staf D IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis

7. H. Suminto selaku Kepala Desa Karangjati Sragen yang telah memberikan izin dalam pengambilan data.

8. Ayah, Bunda ku tercinta terima kasih atas doa dan dukungan nya baik moril dan spirituil yang tiada henti-henti nya dalam meraih cita-cita ku

9. Kedua adik ku yang ku sayangi ariga dan ifa yang tiada henti-hentinya memberiku dukungan dan semangat walau jarak membentang

10. Anggo penyemat ku, terima kasih atas segalanya

11. Sahabat-sahabat ku tercinta Eta, Imel, Ian thanks for all karena kalian hidup ku jadi penuh makna

12. Teman-teman Saraswati_ers (julie, nitha, lia, mb ayux, mb zannah, finna, fitri, anjayani, pujie, resthie, mb angga) moga keceriaan dan kebersamaan kita selalu menjadi kenangan yang tak terlupakan, Don’t forget me

13. Teman-teman angkatan 2005 terimakasih atas kebersamaan belajar di kampus sebagai angkatan pertama, suka duka tetap dilalui bersama

14. Buat semua responden terima kasih atas kerelaan menjadi responden dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini


(12)

16. Cera, Cona n black ph kalian setia menemani ku bergadang hingga larut malam

17. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dan memberi dukungan dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga dengan rendah hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun semoga Allah SWT memberikan balasan yang melimpah kepada Bapak / Ibu, Saudara / Saudari. Amin

Surakarta, Agustus 2008


(13)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Tak ada kendala yang paling besar yang menyebabkan partisipasi KB pria tidak mengalami peningkatan, hal ini disebabkan karena kurangnya sosialisasi ke masyarakat. Oleh karena itu dengan semakin tingginya tingkat pengetahuan maupun pendidikan di kalangan masyarakat, maka upaya peningkatan peran suami dalam KB merupakan tantangan program di masa yang akan datang (BKKBN, 2007).

Rendahnya partisipasi pria dalam KB sudah mulai menjadi pusat perhatian dalam keberhasilan program KB karena tidak bisa dipungkiri bahwa pria mempunyai kontribusi yang cukup tinggi demi tercapainya keluarga berkualitas tahun 2015. Masalah KB dan kesehatan reproduksi masih dipandang sebagai tanggung jawab perempuan. Oleh karena itu perlu adanya dorongan untuk meningkatkan kesadaran kaum pria dalam mensukseskan program KB (BKKBN, 2007).

Namun, dalam pelaksanaannya ternyata pria masih sukar untuk di ajak berpartisipasi aktif dalam program KB. Permasalahannya antara lain: kondisi lingkungan sosial, budaya, masyarakat, dan keluarga yang masih menganggap partisipasi pria belum penting dilakukan, pengetahuan dan kesadaran pria dan keluarga mengenai KB relatif masih rendah, keterbatasan penerimaan dan aksesabilitas pelayanan kontrasepsi pria, serta permasalahan lain yang turut


(14)

mendukung seperti peran tokoh agama yang masih kurang, sarana pelayanan KB bagi pria yang masih perlu ditingkatkan, terbatasnya pilihan alat kontrasepsi yang tersedia (BKKBN, 2007).

Dengan memperbanyak variasi pilihan alat dan obat kontrasepsi untuk pria partisipasi KB pria yang saat ini baru 1,3% diharapkan bisa meningkat menjadi 4,5% pada 2009 seperti yang telah ditargetkan (Sugiri, 2007).

Masih sangat rendahnya kesertaan KB pria (suami) di Indonesia, terlihat dari keikutsertaan yang baru mencapai sekitar 1,1% kontrasepsi modern dan 1,8% kontrasepsi alamiah. Angka-angka ini bila dibandingkan dengan negara-negara lainya, seperti Pakistan 5,2%, Bangladesh 14%, dan Malaysia 17%, adalah terendah. Dan hasil SDKI tahun 2002 kesertaan KB pria 1,8% dan hasil SDKI tahun 2007 sebesar 1,9 % (BKKBN, 2005). Dan sebesar 16% perempuan kawin tidak menggunakan alat metode kontrasepsi karena suami tidak setuju. Sementara diketahui jumlah istri sebagai akseptor KB dengan rincian IUD 8,1%, Pil 15,4%, Suntik 21,1%, Implant 6% dan MOW 3% (BKKBN, 2004).

Berdasarkan uraian diatas, maka judul dari penelitian ini adalah “ Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Suami dan Keikutsertaan Suami


(15)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti dapat merumuskan adakah hubungan antara tingkat pengetahuan suami dan keikutsertaan suami dalam KB di Desa Karangjati Sragen?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara tingkat pengetahuan suami dan keikutsertaan suami dalam KB di Desa Karangjati Sragen

2. Tujuan Khusus

a. Menjelaskan tentang tingkat pengetahuan suami tentang kontrasepsi pria

b. Menjabarkan mengenai bagaimana hubungan tingkat pengetahuan suami dan keikutsertaan suami dalam KB.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

a. Mendukung teori yang berhubungan dengan partisipasi KB pria b. Bagi Penulis; menambah wawasan tentang hubungan tingkat

pengetahuan suami dan keikutsertaan suami dalam KB

c. Bagi pihak lain; penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dan tambahan informasi bagi peneliti selanjutnya.


(16)

2. Manfaat Praktis a. Institusi

Sebagai bahan pertimbangan dalam rangka pembinaan dan pengembangan program KB pria.

b. Profesi.

Sebagai sumbangan masukan aplikatif bagi profesi bidan dalam memberikan pelayanan kontrasepsi pria.

c. Masyarakat

Sebagai acuan yang dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan pengetahuan tentang KB pria


(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui, kepandaian, segala sesuatu yang berkenaan dengan hal atau mata pelajaran (KBBI, 2002).

Pengetahuan yang tercakup dalam dominan kognitif mempunyai 6 tingkatan (Notoatmodjo, 2003).

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.


(18)

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat mmenjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi yang ada.


(19)

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini dikaitkan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian ini di dasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada.

Faktor-faktor yang mempengaruhi knowledge pengetahuan dalam masyarakat, antara lain: umur, pekerjaan, penghasilan, jumlah anak, dan pendidikan (Wijayanti, 2006)

Pengertian mengenai pengetahuan suami, adalah seberapa jauh suami mengetahui tentang peran, fungsi, dan tanggung jawabnya dalam sebuah kehidupan rumah tangga, apabila dikaitkan dalam penentuan metode kontrasepsi. Tentunya hal tersebut juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti di uraikan di atas.

B. Keikutsertaan Suami dalam KB

Kata ikut berarti menyertai atau melakukan sesuatu sebagaimana dikerjakan orang lain, kemudian ikut serta adalah turut bekerja bersama-sama jadi keikutsertaan adalah perihal ikut serta yaitu tindakan ikut serta (KBBI, 2002). Pengertian mengenai keikutsertaan suami adalah partisipasi suami baik ikut serta yang aktif dan pasif serta ketidak ikutsertaan suami menjadi akseptor KB.

Beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya partisipasi pria (suami) dalam Keluarga Berencana (KB), yaitu : (BKKBN, 2007)


(20)

1. Terbatasnya sosialisasi dan promosi KB pria

2. Adanya persepsi bahwa wanita yang menjadi target program KB 3. Keterbatasan akses pelayanan KB

4. Tingginya harga yang harus dibayar untuk MOP

5. Ketidaknyamanan dalam penggunaan KB pria (kondom) 6. Terbatasnya metode kontrasepsi pria

7. Kualitas pelayanan KB pria belum memadai dan penerapan program kebijakan partisipasi pria dilapangan masih belum optimal

8. Istri tidak mendukung suami ber-KB sebesar (66,26% di Sumsel dan Jabar)

9. Rendahnya kesertaan pria dalam KB dan kesehatan reproduksi di Indonesia.

10. Pengetahuan dan kesadaran pria (suami) terhadap KB dan kesehatan reproduksi rendah

Pada dasarnya, tingkat pengetahuan suami tentang KB dan kesehatan reproduksi, sangat mempengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain 1) pendidikan, 2) pekerjaan, 3) keterpaparan media massa, 4) faktor kondisi lingkungan, 5) pengalaman yang menggunakan (Wijayanti, 2006).

11. Kondisi politik, sosial, budaya masyarakat dan agama masih belum optimal

Dalam peraturan pemerintah tentang program KB maupun kesehatan reproduksi, yang selalu menjadi tujuan atau sasaran dalam hal


(21)

tersebut adalah wanita atau kaum perempuan. sedangkan dari sisi masyarakat sendiri, masih menganggap bahwa masalah KB merupakan sesuatu yang memang harus dijalankan oleh istri. Hal inilah yang akhirnya menjadi salah satu faktor, mengapa partisipasi suami dalam hal KB masih sangat kurang (Wijayanti, 2006).

Peran dan tanggung jawab bersama suami istri dalam keluarga berencana sebagai refleksi terwujudnya kesetaraan gender dalam keluarga, memerlukan sedikitnya dua hal yaitu : (BKKBN, 2002).

a. Partisipasi aktif suami sebagai kepedulian dan keikutsertaan nya dalam keluarga berencana, yang didukung oleh pengetahuan dan kesadaran suami yang tinggi terhadap pentingnya KB. Suami harus aktif mencari informasi kepada petugas, tempat pelayanan. Informasi yang didapat mampu memotivasi sekaligus meyakinkan suami untuk menjadi peserta KB

b. Kesadaran istri akan hak-hak reproduksinya dan posisi setara dengan suami dalam pengambilan keputusan mengenai KB. Istri harus memahami bahwa perencanaan keluarga tidak ditentukan oleh suami saja, tetapi perlu dibahas bersama istri.

C. Metode Kontrasepsi

Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadi kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan


(22)

kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi fasilitas (Prawirohardjo, 2006).

Dalam usaha untuk meningkatkan gerakan keluarga berencana nasional peranan pria sebenarnya sangat penting dan menentukan. Sebagai kepala keluarga pria merupakan tulang punggung keluarga dan selalu terlibat untuk mengambil keputusan tentang kesejahteraan keluarga, termasuk untuk menentukan jumlah anak yang diinginkan, selain itu dalam pemilihan kontrasepsi terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan. Faktor-faktor tersebut adalah faktor pasangan, motivasi dan rehabilitasi yang meliputi umur, gaya hidup, frekuensi senggama, jumlah keluarga yang diinginkan.

Dengan pertimbangan demikian telah dikembangkan bentuk kontrasepsi pria sebagai berikut:

1. Kondom

2. Pengendalian hubungan seks a. Pantang berkala

b. Senggama terputus 3. Pemakaian hormone

4. Penutupan vasdeferens reversible dengan karet silikon (Silicone rubber) 5. Medis operasi pria (vasektomi) (Manuaba, 1999).

Bidan sebagai tenaga terdidik di daerah pedesaan dapat menyampaikan metode KB untuk pria kepada masyarakat.


(23)

Menurut Kirana 2008, (Kompas, 2008) kontrasepsi bagi pria dibagi tiga jenis yakni :

a. Kontrasepsi hormonal 1) Pil KB

2) Suntik

b. Kontrsepsi non hormonal

1) Non hormonal dengan bahan kimia

2) Non hormonal dengan ramuan tumbuh-tumbuhan 3) Non hormonal fisik

a) Kondom

b) Pemanasan buah zakar

c) Penutupan buah zakar dengan polyester

c. Kontrasepsi mantap (vasektomi) d. Kontrasepsi alamiah

1) Koitus terputus 2) Sistem kalender.

Akseptabilitas suatu kontrasepsi ditentukan oleh beberapa faktor antara lain dapat dipercaya, tidak ada efek samping atau hanya ada efek samping ringan, mudah penanganannya dan harga obat atau alat kontrasepsi terjangkau (Prawirohardjo, 2006).


(24)

D. KIE Keluarga Berencana

KIE keluarga berencana adalah suatu kegiatan untuk mewujudkan proses penyampaian dan penerimaan informasi tentang KB dan aspek-aspek nya dalam rangka meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap dan perilaku masyarakat sehubungan dengan program KB Nasional sehingga tercipta suatu masyarakat yang bertanggung jawab dalam bentuk NKKBS.

Dalam pencapaian tujuan tersebut, diharapkan masyarakat mengalami proses perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak simpati menjadi simpati dan dari belum ber-KB menjadi peserta KB. Dengan demikian masyarakat akan menerima, menghayati, mengembangkan dan membudayakan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera.

Dalam kegiatan KIE, terutama mengenai aspek medis dan reproduksi sehat. Masyarakat khususnya suami/pria diberikan informasi tentang jenis, bentuk, kelebihan, kekurangan dan kontra indikasi dari setiap alat kontrasepsi secara jujur, terbuka tetapi penuh dengan tanggung jawab. Suami/pria juga diberikan informasi tentang adanya efek samping secara wajar dan tidak menakutkan. Dengan adanya penyebaran informasi efek samping dapat di atasi dengan cepat dan dapat melayani pengaduan konsumen dengan baik. Pasangan usia subur (PUS) dengan bimbingan fungsional tenaga medis, paramedic dan medis) dapat menentukan dan memilih kontrasepsi yang paling disukai, cocok, tepat dan paling aman bagi dirinya (BKKBN, 2001).


(25)

E. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Suami dan Keikutsertaan Suami Dalam KB

Sosialisasi KB pria memang masih sulit di temui di masyarakat. Oleh karena itu dengan semakin tingginya tingkat pengetahuan maupun pendidikan di kalangan masyarakat, maka upaya peningkatan peran suami dalam KB merupakan tantangan program di masa yang akan datang (BKKBN, 2007).

Pada dasarnya, tingkat pengetahuan suami tentang KB dan kesehatan reproduksi, sangat mempengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain 1) pendidikan, 2) pekerjaan, 3) media massa, 4) faktor kondisi lingkungan, 5) pengalaman yang menggunakan (Wijayanti, 2006).

Partisipasi aktif suami sebagai kepedulian dan keikutsertaan nya dalam keluarga berencana, yang didukung oleh pengetahuan dan kesadaran suami yang tinggi terhadap pentingnya KB. Suami harus aktif mencari informasi kepada petugas, tempat pelayanan. Informasi yang didapat mampu memotivasi sekaligus meyakinkan suami untuk menjadi peserta KB (BKKBN, 2002).


(26)

F. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Keterangan :

: Yang diteliti

: Tidak diteliti

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

G. Hipotesis Penelitian

Terdapat hubungan positif antara tingkat pengetahuan suami dan keikutsertaan suami dalam KB di Desa Karangjati Sragen

Tingkat pengetahuan

Keikutsertaan Suami dalam KB Tahu

Hub antara Tingkat pengetahuan dgn keikutsertaan

Evaluasi Sintesis

Analisis Aplikasi

Memahami

Pengalaman Lingkungan Media Massa Pekerjaan Pendidikan


(27)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah observasional analitik, dengan menggunakan pendekatan “cross sectional”.

B. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Karangjati Sragen. Penelitian ini dijadwalkan mulai dari minggu ke 8-14 pada bulan Mei-Juni 2009 (7 minggu).

C. Populasi penelitian 1. Populasi Target

Populasi target dalam penelitian ini adalah semua pasangan usia subur (PUS) yang berada di Desa Karangjati Sragen

2. Populasi Aktual atau Terukur

Populasi aktualnya adalah pria-pria yang sudah menikah dari pasangan usia subur (PUS) yang terdaftar di bidan praktek Desa Karangjati Sragen

D. Sampel dan Teknik Sampling

Penelitian ini dilakukan pada seluruh anggota populasi aktual yaitu pria yang sudah menikah dari pasangan usia subur (PUS) yang berjumlah 67


(28)

orang yang diambil dari populasi sebanyak 200 orang yaitu semua PUS yang ada di Desa Karangjati Sragen

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel secara non random didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang di ambil berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya.

E. Estimasi Besar Sampel

Besar sampel yang akan digunakan pada penelitian ini menggunakan rumus (Notoatmodjo, 2003):

n = Keterangan:

N = Besar populasi n = Besar sampel

d = Tingkat kepercayaan 0,1 (10%)

n =

n =

n =

n =

N 1 + N(d2)

N 1 + N(d2)

200 1 + 200 (0,12)

200 1 +200 (0,01)

200 1 + 2


(29)

n = = 66,66 dibulatkan 67 responden

F. Kriteria Retriksi

1. Kriteria Inklusi adalah karakter umum subyek dalam populasinya Subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi pada penelitian ini adalah pria yang sudah menikah dan merupakan pasangan usia subur (PUS), dan bertempat tinggal di Desa Karangjati Sragen.

G. Identifikasi Variabel Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep di atas, maka variabel-variabel penelitian ini adalah sebagai berikut

1. Variabel bebas (independent) ; tingkat pengetahuan suami 2. Variabel terikat (dependent) ; keikutsertaan keluarga dalam KB

3. Variabel perancu (tidak dikendalikan) ; pendidikan, pekerjaan, media massa, lingkungan, dan pengalaman.

H. Definisi Operasional

1. Variabel bebas (independent) : Tingkat pengetahuan suami

a. Tingkat pengetahuan suami : Pengetahuan suami tentang kontrasepsi b. Alat ukur : kuesioner

200 3


(30)

c. Cara ukur : dengan cara memberikan kuesioner tentang tingkat pengetahuan kepada responden untuk di isi kemudian dinilai dengan memberikan skor.

d. Skala : ordinal

e. Hasil ukur : Dibedakan dalam kategori tinggi dan rendah 2. Variabel terikat (dependent): Keikutsertaan suami dalam KB

a. Keikutsertaan suami dalam KB : Suami ikut berpartisipasi sebagai akseptor KB

b. Alat ukur : kuesioner

c. Cara ukur : dengan cara memberikan kuesioner tentang keikutsertaan kepada responden untuk di isi.

d. Skala : nominal

e. Hasil ukur : Dibedakan Kategori ikut serta: bila suami ikut sebagai akseptor KB baik yang aktif atau yang pasif, Kategori tidak ikut serta: bila suami tidak ikut sebagai akseptor KB

3. Variabel perancu (tidak dikendalikan): Variabel perancu dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan

a. Pendidikan

1) Definisi operasional : Pendidikan responden terhitung dari SD sampai dengan perguruan tinggi


(31)

3) Skala : ordinal b. Pekerjaan

1) Definisi operasional : Pekerjaan responden 2) Cara ukur : kuesioner

3) Skala : ordinal

c. Media massa

1) Definisi operasional : Pengetahuan responden tentang informasi baik media cetak maupun elektronik

2) Cara ukur : kuesioner

3) Skala : ordinal

d. Lingkungan

1) Definisi operasional : Budaya dan agama setempat 2) Cara ukur : kuesioner

3) Skala : ordinal

e. Pengalaman

1) Definisi operasional : Kondisi seseorang setelah menggunakan atau melakukan.

2) Cara ukur : kuesioner

3) Skala : ordinal

I. Instrumentasi a. Kuesioner

Sebelum kuesioner sebagai alat ukur, terlebih dahulu disusun kisi-kisi secara berurutan


(32)

Tabel 3.1 Kisi-kisi kuesioner

Variabel Indikator Butir

pertanyaan

Jumlah

Tingkat Pengetahuan

Pengertian

Macam-macam metode kontrasepsi Efek samping dari penggunaan

Pemberian KIE

1 2, 3, 4 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21

1 3 8

9

Kuesioner berisi pertanyaan-pertanyaan tertutup dengan 2 alternatif jawaban. Adapun skor penilaiannya seperti tertera pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.2 Skor Alternatif Jawaban Skor item No Alternatif jawaban

Positif negatif

1 Benar (B) 1 0

2 Salah (S) 0 1

Dengan jumlah pertanyaan 21 butir. Pengukuran pengetahuan menggunakan model skla Guttman. Secara kuantitatif skor tertinggi 21 dan skor terendah 0. secara kualitatif dikategorikan menjadi pengetahuan tinggi bila skor T ≥ mean T, pengetahuan rendah bila skor T ≤ mean T.


(33)

Setelah item-item kuesioner selesai dibuat, disusun dan dilakukan uji (try out). Untuk analisa data uji kuesioner dilakukan uji validitas dan reliabilitas.

1) Uji validitas

Uji validitas menggunakan rumus Pearson Product Moment.

Hasil perhitungan rxy, kemudian dikonsultasikan dengan r table

product moment atau rt pada taraf signifikasi 5%. Jika rxy > rt, maka

butir kuesioner yang diujicobakan valid. Selanjutnya jika rxy < rt, maka

butir soal yang diujicobakan tidak valid. 2) Uji reliabilitas

Untuk menguji reliabilitas instrument kuesioner menggunakan rumus K-R. 20.

Harga r11 dengan rumus K – R 20 tampak lebih tinggi, namun apabila

dikonsultasikan dengan product moment. Tetapi masih lebih kecil dari harga rt. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa instrument tersebut

reliabel.

Kriteria reliabilitas instrument adalah sebagai berikut : a) Apabila r11> r tabel, berarti instrumen dinyatakan reliabel

b) Apabila r11< r tabel, berarti instrumen dinyatakan tidak reliabel

3) Hasil uji coba instrumen a. Validitas

Hasil uji coba kuesioner tingkat pengetahuan suami menunjukkan dari 21 soal diperoleh 15 soal yang valid dan 6 soal


(34)

invalid (no 6, 8, 10, 14, 19,20). Sedangkan hasil uji coba kuesioner keikutsertaan keluarga dalam keluarga berencana adalah yang ikutserta 33 dan yang tidak ikut serta berjumlah 34. Hasil uji validitas terlampir.

b. Reliabilitas

Dari hasil uji coba kuesioner tingkat pengetahuan dan keikutsertaan keluarga dalam keluarga berencana diperoleh r11 =

0,9195. r tabel = 0,44 sehingga kuesioner tersebut tergolong reliabel. Hasil uji reliabilitas terlampir. Setelah uji validitas dan relibialitas dilakukan perbaikan kuesioner bagi pertanyaan yang tidak valid.

4) Cara pengukuran

Cara pengukuran tingkat pengetahuan dan keikutsertaan keluarga dalam keluarga berencana dilakukan dengan cara penelitian lapangan yaitu terjun langsung untuk mendapatkan data yang dibutuhkan. Penelitian lapangan dilakukan dengan menyebar kuesioner.

J. Prosedur Penelitian

Pria PUS


(35)

Gambar 3.2 Prosedur Penelitian

K. Rencana Analisis Data

Setelah data dikumpulkan dengan menggunakan instrumen yang telah diuji validitas dan reabilitasnya, selanjutnya data-data diolah agar dapat diubah menjadi informasi yang akurat.

Pengetahuan Tinggi

Ikut Serta Tidak Ikut serta

Analisis Data

Pengetahuan Rendah

Ikut Serta Tidak Ikut serta

Kuesioner Kuesioner


(36)

Secara garis besar, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: 1. Persiapan

a. Mengecek nama dan identitas responden

b. Mengecek kelengkapan data, yaitu memeriksa isi kuesioner, dan apakah ada kuesioner yang sobek atau rusak

c. Mengecek macam isian data (jawaban kuesioner) 2. Tabulasi

Klasifikasi dalam tahap ini adalah sebagai berikut : a. Tabulasi data

b. Penyimpulan data

c. Analisis data untuk tujuan testing hipotesis d. Analisis data untuk tujuan penarikan kesimpulan Kegiatan tabulasi ini antara lain :

a. Memberikan skor (scoring) terhadap item-item yang tidak perlu diberikan skor

b. Memberikan kode terhadap item-item yang tidak perlu diberikan skor

c. Mengubah jenis data, disesuaikan atau dimodifikasikan dengan teknik analisis yang akan digunakan

d. Memberikan kode (coding) jika akan melakukan pengolahan data dengan computer. Dalam hal ini pengolah data memberikan kode pada semua variable, kemudian menentukan tempatnya (baris, dan


(37)

kolom) didalam coding sheet (coding form). Kemudian dilanjutkan dengan penempatan setiap variable pada kartu kolom (punc cord)

3. Analisis Data Penelitian

Pengolahan data yang diperoleh dikerjakan dengan menggunakan rumus-rumus atau aturan-aturan yang ada sesuai dengan pendekatan penelitian atau desain yang diambil. Data yang sudah terkumpul, dianalisis dengan menggunakan rumus uji statistik Chi kuadrat dengan tingkat kemaknaan 5% (α = 0,05). Data di analisa menggunakan

software program komputer SPSS 11 for windows

Uji Chi Kuadrat dapat digunakan untuk mengestimasi atau mengevaluasi frekuensi yang diselediki atau menganalisis hasil observasi untuk mengetahui, apakah terdapat hubungan atau perbedaan yang signifikan pada penelitian yang menggunakan data nominal.

Adapun langkah-langkah analisis data (Hidayat, 2007) adalah sebagai berikut :

1. Mencari frekuensi harapan (fh) pada tiap sel dengan rumus:

å

å

-

å

=

T fb fk

fh ( )

Keterangan:

fh : frekuensi yang diharapkan ∑fk : jumlah frekuensi pada kolom ∑fb : jumlah frekuensi pada baris


(38)

2. Mencari nilai Chi Kuadrat hitung dengan rumus:

å

-=

fh fh fo X

2

2 ( )

Keterangan :

X2 : Nilai Chi Kuadrat fo : Frekuensi observasi

fh : Frekuensi harapan

3. Mencari nilai X2 tabel dengan rumus: dk = (k-1) (b-1)

Keterangan:

k : banyaknya kolom b : banyaknya baris

4. Membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel:

Jika X2 hitung ≥ X2 tabel maka Ho ditolak artinya signifikan

Jika X2 hitung ≤ X2 tabel maka Ho diterima artinya tidak signifikan

BAB IV

HASIL PENELITIAN


(39)

Data hasil penelitian dengan variabel tingkat pengetahuan suami yang di ambil dengan menggunakan kuesioner yang diperoleh dari 67 responden kemudian diolah dan diperoleh hasil seperti yang disajikan dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.1

Data Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Suami di Desa Karangjati Sragen

Sumber : Data Lapangan di Desa Karangjati Sragen periode 12 Juni - 22 Juni 2009

B. Data Variabel Keikutsertaan Suami dalam KB Tingkat pengetahuan

suami

Frekuensi Persentase (%) Rendah

Tinggi

32 35

47,8 52,2

Total 67 100.0


(40)

Dari 67 responden diperoleh data hasil penelitian dengan variabel keikutsertaan keluarga dalam keluarga berencana yang disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 4.2

Data Distribusi Keikutsertaan Suami Dalam KB di Desa Karangjati Sragen

Sumber : Data Lapangan di Desa Karangjati Sragen Periode 12 Juni - 22 Juni 2009

1. Distribusi frekuensi karakteristik responden Tabel 4.3

Data Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan umur Keikutsertaan

Suami

Frekuensi Persentase (%) Tidak ikut serta

Ikut serta

34 33

50,7 49,3

Total 67 100.0


(41)

Sumber : Data Lapangan di Desa Karangjati Sragen Periode 12 Juni - 22 Juni 2009

Tabel 4.4

Data Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan pekerjaan

Sumber : Data Lapangan di Desa Karangjati Sragen Periode 12 Juni - 22 Juni 2009

Tabel 4.5

Data Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan penghasilan

< 20 tahun 20-29 tahun ≥ 30 tahun

0 3 64 0 4,5 95,5

Total 67 100.0

Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)

Tani Swasta Tukang PNS 12 33 22 0 17,9 49,3 32,8 0

Total 67 100.0


(42)

Sumber : Data Lapangan di Desa Karangjati Sragen Periode 12 Juni - 22 Juni 2009

Tabel 4.6

Data Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jumlah anak

Sumber : Data Lapangan di Desa Karangjati Sragen Periode 12 Juni - 22 Juni 2009

Tabel 4.7

Data Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan pendidikan

Rp. 500.000 Rp. 1.000.000 ≥ Rp. 1.000.000

39 25 3 58,2 37,3 4,5

Total 67 100.0

Jumlah anak Frekuensi Persentase (%) 1 anak

2 anak ≥ 3 anak

27 33 7 40,3 49,3 10,4

Total 67 100.0


(43)

Sumber : Data Lapangan di Desa Karangjati Sragen Periode 12 Juni - 22 Juni 2009

C. Hubungan Tingkat Pengetahuan Suami dan Keikutsertaan Suami Dalam KB di Desa Karangjati Sragen

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Chi Kuadrat (X2) dengan menggunakan program SPSS 11 for windows.

Hasil analisis data tersebut diperoleh X2 hitung sebesar 6,569 dan p = 0,010. Sedangkan harga X2 tabel dengan α = 0,05 dan df = 1 adalah 3,841. Hal ini berarti bahwa X2 hitung > X2 tabel atau 6,569 > 3,841 dan p < α atau 0,010 < 0,05 maka dapat dinyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan suami dan keikutsertaan suami dalam KB di Desa Karangjati Sragen.

SD SMP SMA PT

20 27 20 0

29,9 40,3 29,8 0


(44)

BAB V PEMBAHASAN

Harga X2 hitung > X2 tabel (6,569 > 3,841) dan p < α (0,010 < 0,05). Dengan demikian hipotesis yang berbunyi ” terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan suami dan keikutsertaan suami dalam KB di Desa Karangjati Sragen ” diterima.

Notoatmodjo (2003) telah menjelaskan bahwa pengetahuan merupakan hasil

tahu, dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba

Berdasarkan penggolongan tingkat pengetahuan suami diketahui bahwa suami yang mempunyai tingkat pengetahuan rendah sebanyak 32 orang (47,8%) dan suami yang mempunyai tingkat pengetahuan tinggi sebanyak 35 orang (52,2%). Hasil dari tingkat pengetahuan diperoleh bahwa lebih banyak suami yang mempunyai tingkat pengetahuan yang positif. Namun selisih antara tingkat pengetahuan tinggi dan rendah tidak terlalu banyak hal ini disebabkan karena adanya perbedaan karakteristik individu berdasarkan tingkat pendidikan, agama dan budaya yang dapat mempengaruhi pola pikir dalam menanggapi, menerima dan menolak konsep tentang program KB pria. Dan dari penggolongan keikutsertaan suami dalam KB diketahui bahwa yang tidak ikut berpartisipasi sebanyak 34 orang (50,7%) sedangkan suami yang ikut berpatisipasi sebanyak 33


(45)

orang (49,3%). Hal tersebut menunjukkan bahwa suami masih sukar untuk ikut berpatisipasi aktif dalam program KB.

Dalam penelitian Tri Murgiyati (2002) dengan judul ” Pengaruh Status Sosial Ekonomi, Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Terhadap Partisipasi Pria Dalam Mengikuti Program Keluarga Berencana di Kelurahan Tipes, kecamatan Serengan Kota Surakarta” menggunakan jenis penelitian explanatory dengan hasil hubungan antara variabel signifikan terbukti hasil korelasi antara variabel X dan Y sebesar 0,4290 > dari nilai kritis 0,205.

BKKBN (2007) juga menjelaskan bahwa permasalahan partisipasi KB pria rendah dikarenakan oleh kondisi lingkungan sosial, budaya, masyarakat, dan keluarga yang masih menganggap partisipasi pria belum penting dilakukan, pengetahuan dan kesadaran pria dan keluarga mengenai KB relatif masih rendah, keterbatasan penerimaan dan aksesabilitas pelayanan kontrasepsi pria, serta permasalahan lain yang turut mendukung seperti peran tokoh agama yang masih kurang, sarana pelayanan KB bagi pria yang masih perlu ditingkatkan, terbatasnya pilihan alat kontrasepsi yang tersedia.

Berdasarkan kuesioner yang di lakukan pada penelitan di Desa Karangjati Sragen, dapat diketahui bahwa partisipasi aktif KB pria masih rendah. Hal ini disebabkan beberapa faktor antara lain : 1) pendidikan dapat mempengaruhi karena karakteristik individu berbeda-beda sehingga dapat mempengaruhi pola pikir dalam menanggapi, menerima, dan menolak. 2) pekerjaan juga dapat mempengaruhi ketika penghasilannya rendah biaya untuk memperoleh pelayanan menjadi lebih penting bagi suami, oleh karena itu untuk mengatasinya maka


(46)

diadakan program pelayanan gratis dan subsidi, dengan memanfaatkan Askeskin, 3) keterpaparan media massa termasuk tanda klinik yang dapat membantu suami/pria mendapatkan informasi, 4) faktor kondisi lingkungan dan budaya setempat yang diharapkan dapat menerima adanya sosialisasi tentang program KB pria, 5) pengalaman yang menggunakan kualitas pelayanan yang baik dimana klien diharapakan mendapatkan tingkat kepuasan sebagai akseptor KB (Wijayanti, 2006).


(47)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan suami dan keikutsertaan suami dalam KB di Desa Karangjati Sragen

2. Partispasi aktif KB pria masih rendah

B. Saran

1. Bagi institusi kesehatan

Diharapkan dapat memberikan pembinaan dan pengembangan program KB pria karena dalam pelaksanaanya KB pria masih terhitung rendah.

2. Bagi profesi kesehatan

Perlu adanya pemberian informasi dan pelayanan serta sosialisasi yang lebih banyak lagi tentang kontrasepsi pria bagi suami yang mempunyai tingkat pengetahuan rendah terhadap kontrasepsi pria agar suami memperoleh informasi yang benar dan tepat.


(48)

Diharapkan adanya kesadaran kaum pria untuk meningkatkan peran sebagai akseptor KB pria.

DAFTAR PUSTAKA

Arif Tq M. 2004. Pengantar Metodologi Penelitian untuk Ilmu Kesehatan. Jakarta: CSGF.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rhineka Cipta.

Balai Pustaka. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarata : Balai Pustaka BKKBN. 2002. Ada Apa dengan Gender dalam KB dan Kesetaraan Reproduksi,

Jakarta. http://www.gemapria.com. Maret 2009

. 2005. Upaya Percepatan Peningkatan Partisipasi Pria.

http://provbkkbn.go.id, Maret, 2009

. 2007, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Partisipasi Pria Dalam ber-KB. http://www.gemapria.com. Maret 2009

. 2008. Cara Meningkatkan Kesertaan KB Pria Dengan KIE Getook Tular Oleh Pelaku Sebagai Panutan. http://www.gemapria.com. Maret 2009

Hidayat, A. Aziz Alimul, 2007. Metode Penelitian Kebidanan Dan Teknis Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika

Manuaba, 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita, Jakarta : Arcan 35


(49)

Murgianti, T. 2004 Pengaruh Status Sosial Ekonomi Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reeproduksi Terhadap Partisipasi Pria Dalam Mengikuti Program Keluarga Berencana Di Desa Tipes, Kecamatan Serengan Kota Surakarta, Skripsi

Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta : Rineka

Cipta

Nursalam, 2003. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Untuk Ilmu Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika

Prawirohardjo, S. 2006. Ilmu Kebidanan, Jakarta : YBPSP

Sugiri. 2007. Pemerintah Dorong Penemuan Alat Kontrasepsi Baru,

http://www.antaranews.com. Maret, 2009

Sugiyono. 2007, Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Wijayanti. 2006. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Gender Suami Dan Pemilihan Kontrasepsi Pada Ibu Akseptor KB di BPS Elis Djoko P, Banyuanyar Surakarta, Universitas Sebelas Maret, KTI, D IV Kebidanan.


(50)

(1)

orang (49,3%). Hal tersebut menunjukkan bahwa suami masih sukar untuk ikut berpatisipasi aktif dalam program KB.

Dalam penelitian Tri Murgiyati (2002) dengan judul ” Pengaruh Status Sosial Ekonomi, Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Terhadap Partisipasi Pria Dalam Mengikuti Program Keluarga Berencana di Kelurahan Tipes, kecamatan Serengan Kota Surakarta” menggunakan jenis penelitian explanatory dengan hasil hubungan antara variabel signifikan terbukti hasil korelasi antara variabel X dan Y sebesar 0,4290 > dari nilai kritis 0,205.

BKKBN (2007) juga menjelaskan bahwa permasalahan partisipasi KB pria rendah dikarenakan oleh kondisi lingkungan sosial, budaya, masyarakat, dan keluarga yang masih menganggap partisipasi pria belum penting dilakukan, pengetahuan dan kesadaran pria dan keluarga mengenai KB relatif masih rendah, keterbatasan penerimaan dan aksesabilitas pelayanan kontrasepsi pria, serta permasalahan lain yang turut mendukung seperti peran tokoh agama yang masih kurang, sarana pelayanan KB bagi pria yang masih perlu ditingkatkan, terbatasnya pilihan alat kontrasepsi yang tersedia.

Berdasarkan kuesioner yang di lakukan pada penelitan di Desa Karangjati Sragen, dapat diketahui bahwa partisipasi aktif KB pria masih rendah. Hal ini disebabkan beberapa faktor antara lain : 1) pendidikan dapat mempengaruhi karena karakteristik individu berbeda-beda sehingga dapat mempengaruhi pola pikir dalam menanggapi, menerima, dan menolak. 2) pekerjaan juga dapat mempengaruhi ketika penghasilannya rendah biaya untuk memperoleh pelayanan menjadi lebih penting bagi suami, oleh karena itu untuk mengatasinya maka


(2)

diadakan program pelayanan gratis dan subsidi, dengan memanfaatkan Askeskin, 3) keterpaparan media massa termasuk tanda klinik yang dapat membantu suami/pria mendapatkan informasi, 4) faktor kondisi lingkungan dan budaya setempat yang diharapkan dapat menerima adanya sosialisasi tentang program KB pria, 5) pengalaman yang menggunakan kualitas pelayanan yang baik dimana klien diharapakan mendapatkan tingkat kepuasan sebagai akseptor KB (Wijayanti, 2006).


(3)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan suami dan keikutsertaan suami dalam KB di Desa Karangjati Sragen

2. Partispasi aktif KB pria masih rendah

B. Saran

1. Bagi institusi kesehatan

Diharapkan dapat memberikan pembinaan dan pengembangan program KB pria karena dalam pelaksanaanya KB pria masih terhitung rendah.

2. Bagi profesi kesehatan

Perlu adanya pemberian informasi dan pelayanan serta sosialisasi yang lebih banyak lagi tentang kontrasepsi pria bagi suami yang mempunyai tingkat pengetahuan rendah terhadap kontrasepsi pria agar suami memperoleh informasi yang benar dan tepat.


(4)

Diharapkan adanya kesadaran kaum pria untuk meningkatkan peran sebagai akseptor KB pria.

DAFTAR PUSTAKA

Arif Tq M. 2004. Pengantar Metodologi Penelitian untuk Ilmu Kesehatan. Jakarta: CSGF.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rhineka Cipta.

Balai Pustaka. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarata : Balai Pustaka

BKKBN. 2002. Ada Apa dengan Gender dalam KB dan Kesetaraan Reproduksi, Jakarta. http://www.gemapria.com. Maret 2009

. 2005. Upaya Percepatan Peningkatan Partisipasi Pria. http://provbkkbn.go.id, Maret, 2009

. 2007, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Partisipasi Pria Dalam ber-KB. http://www.gemapria.com. Maret 2009

. 2008. Cara Meningkatkan Kesertaan KB Pria Dengan KIE Getook Tular Oleh Pelaku Sebagai Panutan. http://www.gemapria.com. Maret 2009

Hidayat, A. Aziz Alimul, 2007. Metode Penelitian Kebidanan Dan Teknis Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika

Manuaba, 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita, Jakarta : Arcan 35


(5)

Murgianti, T. 2004 Pengaruh Status Sosial Ekonomi Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reeproduksi Terhadap Partisipasi Pria Dalam Mengikuti Program Keluarga Berencana Di Desa Tipes, Kecamatan Serengan Kota Surakarta, Skripsi

Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta

Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta

Nursalam, 2003. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Untuk Ilmu Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika

Prawirohardjo, S. 2006. Ilmu Kebidanan, Jakarta : YBPSP

Sugiri. 2007. Pemerintah Dorong Penemuan Alat Kontrasepsi Baru, http://www.antaranews.com. Maret, 2009

Sugiyono. 2007, Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Wijayanti. 2006. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Gender Suami Dan Pemilihan Kontrasepsi Pada Ibu Akseptor KB di BPS Elis Djoko P, Banyuanyar Surakarta, Universitas Sebelas Maret, KTI, D IV Kebidanan.


(6)

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SUAMI DALAM BER-KB DI DESA WONOREJO WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDAWUNG I SRAGEN.

0 1 10

HUBUNGAN PENGETAHUAN SUAMI TENTANG KELUARGA BERENCANA DENGAN SIKAP SUAMI DALAM Hubungan Pengetahuan Suami Tentang Keluarga Berencana Dengan Sikap Suami Dalam Ber-Kb Di Desa Mrisen Juwiring Klaten.

0 1 16

PENDAHULUAN Hubungan Pengetahuan Suami Tentang Keluarga Berencana Dengan Sikap Suami Dalam Ber-Kb Di Desa Mrisen Juwiring Klaten.

0 2 5

HUBUNGAN PENGETAHUAN SUAMI TENTANG KELUARGA BERENCANA DENGAN SIKAP SUAMI DALAM Hubungan Pengetahuan Suami Tentang Keluarga Berencana Dengan Sikap Suami Dalam Ber-Kb Di Desa Mrisen Juwiring Klaten.

0 1 14

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN SUAMI DENGAN PARTISIPASI SUAMI DALAM MENGHADAPI Hubungan Antara Pengetahuan Suami Dengan Partisipasi Suami Dalam Menghadapi Kehamilan Dan Persalinan Istri Di Kecamatan Polokarto.

0 2 16

Hubungan Tingkat Pengetahuan Istri tentang Vasektomi dengan Keikutsertaan Suami dalam Program KB (MOP) di Kecamatan Jaten.

0 0 1

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ISTRI TENTANG VASEKTOMI DENGAN KEIKUTSERTAAN SUAMI DALAM PROGRAM KB (MOP) DI KECAMATAN JATEN.

0 0 12

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN SUAMI TENTANG VASEKTOMI DENGAN KEIKUTSERTAAN PROGRAM KB VASEKTOMI DI KABUPATEN KARANGANYAR.

0 0 9

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN SUAMI TENTANG KB DENGAN PARTISIPASI SUAMI DALAM BER-KB DI KELURAHAN KEMANG KABUPATEN BOGOR

0 0 5

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN SUAMI TENTANG KESETARAAN GENDER DENGAN KEIKUTSERTAAN MENJADI AKSEPTOR KB DI DESA MURTIGADING SANDEN BANTUL YOGYAKARTA TAHUN 2011¹

0 0 11