HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN SUAMI TENTANG KB DENGAN PARTISIPASI SUAMI DALAM BER-KB DI KELURAHAN KEMANG KABUPATEN BOGOR

  627 HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN SUAMI TENTANG KB DENGAN PARTISIPASI SUAMI DALAM BER-KB DI KELURAHAN KEMANG KABUPATEN BOGOR Dedes Fitria

  ) pada taraf signifikan α=5 % menggunakan komputerisasi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara Pengetahuan Suami Tentang KB Dengan Partisipasi Suami Dalam Ber-KB Di Kelurahan Kemang Kabupaten Bogor dengan nilai X

  PENDAHULUAN

  Kata Kunci : Pengetahuan, Suami, KB, Partisipasi

  = 0,001, OR = 5.000 dan CI= 95%. Saran kepada responden/masyarakat khususnya suami agar lebih menambah wawasan dan pengetahuannya mengenai alat kontrasepsi bagi pria. Dan bagi pemerintah khususya di bidang kesehatan agar lebih mempromosikan mengenai alat kontrasepsi/KB bagi pria.

  value

  tabel 3,841 dengan P

  2

  hitung 5,32 > X

  2

  2

  1

, Sinta Nuryati

  Square (X

  jumlah 345 responden. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan skala Guttman. Analisis data menggunakan analisis univariat distribusi frekuensi dan analisis bivariat dengan uji statistik Chi

  Random Sampling yaitu suami pasangan usia subur di Kelurahan Kemang Kabupaten Bogor dengan

  Keluarga Berencana merupakan salah satu program pemerintah yang disusun pemerintah dalam rangka mengatur jumlah kelahiran, dimana tujuan akhir dari program ini adalah untuk membantu keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera. Namun hingga saat ini jumlah akseptor KB pria lebih sedikit jika dibandingkan akseptor KB wanita. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode dekskriptif analitik dengan rancangan cross sectional. Sampel diambil dengan Simple

  ABSTRAK

  (Alamat Korespondensi : dedesfitria@gmail.com/ 081253870489)

  2 Poltekkes Kemenkes Bandung

  1 Poltekkes Kemenkes Bandung

  2

  Keluarga Berencana merupakan salah satu program pemerintah yang disusun pemerintah dalam rangka mengatur jumlah kelahiran, dimana tujuan akhir dari program ini adalah untuk membantu keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera, sedangkan arti dari Keluarga Berencana itu sendiri adalah mengatur jumlah anak sesuai dengan kehendak pasangan suami istri dan menentukan sendiri pasangan suami istri yang ingin hamil. Setiap tahun terdapat 500.000 perempuan meninggal akibat berbagai masalah, yang melingkupi kehamilan, persalinan, pengguguran kandungan / aborsi yang tidak aman (Sumarjati, 2005). Menurut Christine Henderson (2006;96) Keluarga Berencana efektif berarti dapat dikatakan bahwa seorang individu dapat mengontrol kapan dan apakah mereka bisa memiliki anak; yakni mereka dapat menetapkan pilihan bebas. Selama ini akseptor KB pria lebih sedikit jika dibandingkan akseptor KB wanita. Hal ini dari data BKKBN tahun 2012 dengan perincian pengguna alat kontrasepsei kondom 0,9% dan MOP 0,4 % karena peserta KB pria di Indonesia hanya pada kisaran 1,3 %. Oleh karena itu dalam rancangan sasaran program KB tahun 2013 dan 2015 telah ditetapkan pencapaian peran serta pria dalam ber-KB sekitar 4,5 % hingga 7,5 % ( BKKBN, 2013). Di Provinsi Jawa Barat, jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) sebesar 8.500.421 pasangan, yang menjadi peserta KB aktif sebesar 7.120.319 peserta (83,47%). Dengan pencapaian akseptor KB pada tahun 2012 terdiri dari : suntik sebesar 3.642.600 (51,2 %), pil sebesar 1.904.224 (26,7 %), implant sebesar 328.986 (4,6 %), IUD sebesar 898.261 (12,6 %), Metode Operatif Wanita (MOW) sebesar 182.462 (2,6%), Metode Operatif Pria (MOP) sebesar 63.517(0,9%) dan kondom sebesar 100.341 (1,4%) (BKKBN Prov. Jawa Barat 2012). Sedangkan kabupaten Bogor, jumlah PUS sebesar 932.606 pasangan dan yang menjadi peserta KB aktif sebesar 686.959 peserta (73,66%). Dengan pencapaian akseptor KB pada tahun 2012 terdiri dari : suntik sebesar 371.986 (54.15%), pil sebesar 230.197 (33,51 %), implant sebesar 23.543 (3,43%), IUD sebesar 38.801 (5,65 %), MOW sebesar 12.271(1,8%), MOP sebesar 6.007 (0,9%), dan kondom sebesar 4.528 (0,66%). (BKKBN Prov. Jawa Barat 2012).

BAHAN DAN METODE

  628

  Dari data di atas dapat dilihat bahwa jumlah akseptor KB pria lebih sedikit dibandingkan jumlah akseptor KB wanita untuk provinsi Jawa Barat. Rendahnya partisipasi pria dalam menggunakan alat kontrasepsi disebabkan karena terbatasnya alat kontrasepsi yang dapat digunakan oleh pria, adanya rumor bahwa MOP dapat menurunkan kemampuan seksual, kekhawatiran para istri bahwa MOP dapat meningkatkan peluang penyelewengan, adanya stigma (prasangka negatif) yang melekat pada penggunaan kondom, serta adanya hambatan kultural dan psikologis. Pemikiran-pemikiran ini dikarenakan adanya mitos-mitos yang berkembang, hal ini cenderung menjadikan perempuan/istri sebagai sasaran dalam masalah reproduksi. Munculnya anggapan bahwa karena yang hamil dan melahirkan adalah perempuan, maka perempuanlah yang harus menggunakan alat kontrasepsi agar tidak karena perempuan yang mengalami masa hamil, persalinan dan menyusui masih harus menggunkan alat kontrasepsi yang kadangkala tidak cocok bagi dirinya. Penyebab lainnya adalah Pasangan Usia Subur (PUS), yang salah satunya terdiri dari suami merasa tidak diikutsertakan dalam program KB, dan memperoleh pengetahuan tentang KB dari membaca artikel di majalah, televisi, dan pengalaman dari istri bukan dari petugas kesehatan (www.bkkbn.go.id. ). Menurut Notoatmodjo (2010) mengatakan dalam salah satu buku karangannya bahwa perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Partisipasi atau keikutsertaan suami dalam KB sangat penting, karena pria adalah partner dalam reproduksi dan seksual, sehingga sangat beralasan apabila laki-laki dan perempuan berbagi tanggung jawab dan peran secara seimbang dalam kesehatan reproduksi. Pertisipasi pria dalam pelaksanaan program KB dan kesehatan reproduksi diharapkan mampu mengubah pandangan bahwa KB hanya hak dan tugas perempuan saja, melainkan merupakan hak bersama laki-laki dan perempuan. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di kelurahan Kemang Kabupaten Bogor pada bulan Januari 2014, jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) sebesar 2506 pasangan, sedangkan jumlah PUS yang menjadi peserta KB aktif sebesar 1578 peserta(62,9%). Dengan pencapaian akseptor KB adalah sebagai berikut, pemakai suntik sebesar 710 (44,9 %), Pil sebesar 625 (39,6%), implant sebesar 17 (1,3%), IUD sebesar 205 (12,9%),MOW sebesar 6 (0,4%), kondom sebesar 15 (0,9%), MOP sebesar 0 (0 %), hal ini menunjukkan rendahnya pencapaian akseptor KB pria di Kelurahan Kemang Kabupaten Bogor. Berdasarkan uraian di atas peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengetahuan suami mengenai KB yang dihubungkan dengan partisipasi suami dalam ber-KB. Oleh karena itu peneliti memilih penelitian dengan judul “ Hubungan Antara Pengetahuan Suami Tentang KB Dengan Partisipasi Suami Dalam Ber-KB” di Kelurahan Kemang Kabupaten Bogor”.

  Lokasi, populasi dan sampel

  Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif analitik yaitu melakukan analisis terhadap masing – masing variabel dalam bentuk narasi kemudian mencari hubungan sebab akibat dengan pengujian analisis statistik.

  sectional yaitu suatu penelitian dimana

  variabel – variabel yang termasuk faktor resiko (variabel bebas) dan variabel – variabel efek (variabel terikat) diukur atau dikumpulkan sekaligus pada waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2010). Lokasi Penelitian di Kelurahan Kemang Kabupaten Bogor, yang dilaksanakan pada tanggal 22 April 2014 sampai dengan 22 Mei 2014. Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh suami Pasangan Usia Subur (PUS) yang berada di wilayah Kelurahan Kemang berjumlah 2506 orang.

  Sampel pada penelitian ini adalah diambil secara simple random sampling yaitu semua suami pasangan usia subur yang berada di wilayah Kelurahan Kemang sebanyak 345 orang. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi penelitian ina adalah sebagai berikut : Kriteria inklusi

  1. Semua suami Pasangan Usia Subur (PUS) yang ada di Kelurahan Kemang

  2. Semua Pasangan Usia subur (PUS) yang ada di Kelurahan Kemang yang bersedia menjadi responden. Kriteria Eksklusi

  1. Suami Pasangan Usia Subur (PUS) yang bertempat tinggal di luar kelurahan Kemang.

  2. Istri Pasangan Usia Subur yang bertempat tinggal di Kelurahan Kemang sedang hamil

  Pengolahan Data

  1. Editing (Penyunting Data) Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isian formulir atau questioner

  629

  14 4,1% Jumlah 345 100%

  Tabel 7. Hubungan pengetahuan dengan partisipasi suami dalam ber KB

  Jumlah 345 100% Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa hanya sebagian kecil responden memilih kontrasepsi MOP (4,6%) dan kondom (1,5%). Sedangkan sebagian besar responden memilih tidak ber-KB (93,9%)

  Kondom 5 1,5% Tidak ber-KB 324 93,9%

  Frekuensi Persentase MOP 16 4,6%

  Kontrasepsi KB- Pria

  Jumlah 345 100% Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa hanya sebagian kecil responden berpartisipasi dalam ber-KB(6,1%). Dan sebagian besar responden tidak berpartisipasi dalam ber-KB (93,9%). Tabel 6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pemilihan Kontrasepsi KB-Pria

  Tidak/Non- Akseptor 324 93,9%

  Frekuensi Persentase Ya/Akseptor 21 6,1%

  Partisipasi Suami Dalam Ber-KB

  Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa , hampir sebagian responden memiliki tingkat pengetahuan tinggi (35,7%). Dan lebih dari sebagian responden memiliki rendah (64,3%) terhadap KB pria. Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Partisipasi Suami Dalam Ber-KB

  Pengetahuan Frekuensi Persentase Tinggi 123 35,7% Rendah 222 64,3% Jumlah 345 100%

  Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan

  Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar (95,9%) responden adalah bekerja dan sebagian kecil saja yang tidak bekerja (4,1%).

  PNS 4 1,2% Tidak bekerja

  2. Coding Merubah data dari angka huruf menjadi angka bilangan

  Swasta 317 91,9% Wiraswasta 10 2,8%

  Pekerjaan Jumlah Persentase

  Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa lebih dari sebagian (54,4 %) responden berpendidikan rendah dan hampir sebagian (45,6%) berpendidikan tinggi Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pekerjaan

  D-III/S1 5 1,5% Jumlah 345 100%

  SMP 34 9,8% SMA 152 44,1%

  Pendidikan Jumlah Persentase SD 154 44,6%

  Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pendidikan

  Jumlah 345 100% Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa hampir sebagian besar (90,2%) berada pada usia dewasa muda. Dan sebagian kecil (9,8%) responden berusia dewasa menengah.

  Umur Jumlah Persentase 21-35 311 90,2% 36-40 34 9,8%

  Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Umur

  1. Analisis univariat Analisis ini untuk menjelaskan dari masing – masing variabel, baik variabel terikat yaitu partisipasi suami dalam ber-KB maupun variabel bebas yaitu pengetahuan suami tentang KB. Pada data kategorik peningkatan data hanya menggunakan distribusi frekuensi dengan aturan presentase. analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga ada korelasi. Untuk mengetahui hubungan antara variabel kategorik dan variabel kategorik digunakan uji kai kuadrat

  Analisis Data

  4. Cleaning pengecekan kembali data – data yang sudah dientry apakah ada kesalahan atau tidak

  3. Processing Pemprosesan data dilakukan dengan cara mengentry data questioner ke paket program komputer yaitu SPSS 15

HASIL PENELITIAN

  630

  2

  2

  3. Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Partisipasi Suami Dalam Ber-KB Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan suami tentang KB dengan partisipasi suami dalam ber-KB di Kelurahan Kemang. Hasil ini dibuktikan oleh hasil analisis bivariat dengan menggunakan metode Chi Square (X

  2. Partisipasi Suami Dalam Ber-KB Berdasarkan tujuan penelitian ini suami dalam ber-KB di Kelurahan Kemang, maka dari hasil penelitian sebagiab kecil responden berpartisipasi dalam ber-KB dan sebagian besar responden tidak berpartisipasi dalam ber-KB . Rendahnya tingkat partisipasi pria dalam program KB disebabkan oleh beberapa faktor yaitu : sasaran program KB yang lebih mengutamakan perempuan, lingkungan sosial budaya yang masih beranggapan bahwa urusan KB dan kesehatan reproduksi adalah urusan perempuan, terbatasnya pengetahuan dan kesadaran pria tentang KB dan kesehatan reproduksi, terbatasnya jenis metode kontrasepsi bagi kaum pria dan rendahnya dukungan terhadap pengembangan jenis metode kontrasepsi pria, serta terdapat kesenjangan dalam pemberian pelayanan KB dan kesehatan reproduksi antara laki- laki dan perempuan. (BKKBN, 2012)

  Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi,sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang rendah akan menghambat perkembangan sikap seseorang (Notoatmodjo,2010). Rendahnya pengetahuan suami tentang KB mempengaruhi persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki karena salah satu yang menentukan persepsi seseorang adalah pengetahuan yang ia miliki. Seseorang yang memiliki pengetahuan baik tentang sesuatu akan memiliki persepsi yang lebih positif terhadap hal tersebut. Seseorang yang memiliki persepsi positif tentang sesuatu akan membuat individu tersebut memiliki sikap dan prilaku yang positif juga terhadap hal tersebut. (BKKBN, 2012). Menurut Notoadmodjo (2010) pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya sikap dan perilku seseorang. Penerimaan sikap dan perilaku yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka akan menghasilkan perilaku yang akan dapat dipertahankan lebih lama. PUS dikelompokkan pada usia 21-40 tahun. Semakin tua atau bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi keingintahuannya tentang kesehatan. (http:www.bkkbn.go.id.).

  1. Pengetahuan Suami Tentang KB Berdasarkan tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi pengetahuan suami tentang KB di Kelurahan Kemang, maka dari hasil penelitian hampir sebagian responden memiliki pengetahuan yang tinggi dan lebih dari sebagian responden memiliki pengetahuan yang rendah. Hal ini sangat dipengaruhi oleh pendidikan dan usia. Sebagian besar latar belakang pendidikan adalah rendah (SD dan SMP).

  PEMBAHASAN

  ) tabel ( X 2hitung = 5,32 > X 2tabel = 3,841) dengan sendirinya hipotesa nol ditolak dan menerima hipotesa alternatif yang mengatakan terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan suami tentang KB dengan partisipasi suami dalam ber-KB. Kemudian dari uji statistic juga didapatkan nilai OR = 5 dan CI= 95% (1.887 – 13.250), yang berarti bahwa faktor rendahnya pengetahuan suami tentang KB 5 kali kejadian suami untuk tidak berpartisipasi dalam ber-KB dibandingkan pengetahuan yang tinggi.

  2

  ) lebih besar daripada (X

  2

  square (X

  hitung 5,32. Jika dibandingkan dengan harga Chi

  0,001 dan X

  Pengetahuan suami tentang KB

  value

  (Chi square) maka diperoleh hasil P

  2

  Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa lebih dari sebagian responden memiliki pengetahuan yang rendah (64,3%) namun terdapat responden yang berpartisipasi dalam ber-KB yaitu (1,7%). Dan Hampir sebagian dari responden memiliki pengetahuan tinggi(35,7%) dan hanya sebagian kecil responden yang berpartisipasi (4,4%). Berdasarkan hasil analisis X

  222 Total 21 234 345

  216 (62.6%)

  6 (1.7%)

  123 Rendah

  108 (31.3%)

  15 (4.4%)

  (%) Tinggi

  Ya (%) Tidak

  Partisipasi Suami Total

  ) pada tabel 6 . Hal ini berarti bahwa pengetahuan seseorang dapat dinilai dari tingkat pendidikan seseorang, karena semakin rendah pendidikan maka cara memperoleh informasi tentang alat kontrasespsi lebih sedikit, baik dari orang lain maupun dari media massa begitu juga sebaliknya ( Notoatmodjo,2010). Penyebab lainnya adalah Pasangan Usia Subur (PUS), yang salah satunya terdiri dari

  631

  suami merasa tidak diikutsertakan dalam program KB, dan memperoleh pengetahuan tentang KB dari membaca artikel di majalah, televisi, dan pengalaman dari istri bukan dari petugas kesehatan (Widodo,A 2006). Hasil Penelitian ini sesuai dengan data dari kelurahan Kemang pada bulan Januari 2014, jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) sebesar 2506 pasangan, sedangkan jumlah PUS yang menjadi peserta KB aktif sebesar 1578 peserta (62,9%). Dengan pencapaian akseptor KB khususnya suami adalah sebagai berikut, kondom sebesar 15 (0,9%), MOP sebesar 0 (0 %). Dan dengan latar belakang pendidikan rata-rata adalah SD dan SMA. hal ini menunjukkan rendahnya pencapaian akseptor KB pria di Kelurahan Kemang. Sehingga dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti, peneliti menyatakan bahwa pengetahuan suami tentang KB memiliki hubungan yang ber-KB.

  KESIMPULAN

  1. Sebagian besar responden (90,2%) berada pada usia dewasa muda, dan lebih dari sebagian responden (54,4%) berpendidikan rendah, serta hanya sebagian kecil saja dari responden yang tidak bekerja (4,1%).

  2. Lebih dari sebagian responden (64,3%) memiliki pengetahuan yang rendah tentang KB-Pria dan angka partisipasi dalam ber-KB hanya (1,7%).

  3. Sebagian besar responden (93,9%) tidak berpartisipasi dalam ber-KB dan angka partisipasi dalam ber-KB (4,4%)

  4. Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan suami tentang KB dengan partisipasi suami dalam ber-KB, dengan nilai P value 0,001.

  SARAN

  1. Bagi responden/masyarakat khususnya suami agar lebih menambah wawasan dan pengetahuannya mengenai alat kontrasepsi pria yang dapat diperoleh melalui berbagai media massa, media elektronik, media cetak mengikuti penyuluhan dll.

  2. Bagi pemerintah terutama bidang kesehatan agar lebih mempromosikan para suami dapat berpartisipasi dalam keluarga berencana guna membentuk keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.

  3. Pihak-pihak terkait terutama PLKB dan tenaga kesehatan dapat mengadakan penyuluhan mengenai alat kontrasepsi yang dapat digunakan oleh para suami sehingga dapat meningkatkan pengetahuan mereka mengenai KB.

DAFTAR PUSTAKA

  Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan Glasier,A. Gebbie A. 2006. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta : EGC Rustam, Mochtar. 2008. Sinopsis Obstetri Operatif dan Sosial. Jakarta : EGC Nursalam. 2011. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Suyanto & Ummi salamah. 2009. Riset Kebidanan Metodologi & Aplikasi. Yogyakarta : Mitra Cendikia Riwidikdo, handoko. 2007. Statistik Kesehatan . Yogyakrta : Mitra Cendekia Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Saifuddin, Abdul Bari, et.al. 2008. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : JNPKKR-POGI dan

  Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo http:www.bkkbn.go.id. webs.detail program.html, diunduh 1 Maret 2014. Arjoso,sumarjati.2005. Pengelolaan Program Kependudukan dan Keluarga Berencana. Jurnal Keluarga Informasi KB dan Kependudukan. Singarimbun. 2000. Metode Penelitian Survey. Jakarta : Gadjah Mada University Press Hunneryager, S.G., I.L Heckman.1992. Partisipasi dan Dinamika Kelompok . Semarang : Dahara Prize . Profil Provinsi Jawa Barat Tahun 2012