Peranan Otoritas Jasa Keuangan Untuk Melindungi Investor Yang Mengalami Kerugian Pada Transaksi Short Selling Dalam Pasar Modal

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Landasanpolitik dari keberadaan Hukum Ekonomi Indonesia secara jelas didasarkan pada Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945 (selanjutnya disebut UUD1945), Pancasila, GBHN dan Repelita yang secara luas merupakan penjabaran Demokrasi Ekonomi.1Adapun didalam menjalankan perekonomian nasional pemerintah menetapkan suatu Program Pembangunan Nasional selanjutnya disebut Propenas yang memiliki tujuan dan arah pembangunan nasional di Indonesia yaitu, untuk berusaha mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur itu dengan diwujudkan melalui pembangunan di berbagai bidang, diantaranya dalam bidang ekonomi.2Pembangunan ekonomi nasional dan pencapaian kesejahteraan rakyat di Indonesia perlu diatur didalam suatu konstitusi, sebab hak masyarakat untuk turut serta didalam setiap pembangunan ekonomi nasional dan juga menikmati hasil dari setiap pembangunan ekonomi nasional merupakan hak dasar dari warga negara. Landasan Konstitusi mengenai pembangunan nasional di Indonesia, termasuk landasan pembangunan ekonomi adalah UUD 1945.3

1

Sumantoro, Hukum Ekonomi (Jakarta: Universitas Indonesia, 1986), hlm 5.

Bab XIV UUD 1945 diatur tentang Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial, berisikan 2(dua) pasal, yaitu Pasal 33 dan Pasal 34. Pasal 33 UUD NKRI mengenai perekonomian nasional, memberi aturan sebagai berikut:

2

Aminuddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal Di Indonesia (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2004), hlm 1.

3

Janus Sidabalok dan Berlian Simarmata, Pokok-Pokok Hukum Ekonomi Indonesia


(2)

1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan; 2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat

hidup orang banyak dikuasai oleh negara;

3. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat;

4. Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.

Ketentuan Pasal 33 ini mencantumkan tentang dasar dari pemerintah Indonesia didalam menjalankan perekonomian Indonesia berdasarkan asas kekeluargaan dan segala sumber daya yang ada di negara Indonesia dikuasai oleh negara dan diperuntukan untuk kelangsungan hidup rakyat Indonesia. Perekonomian nasional Indonesia diselenggarakan berdasarkan demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi keadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian serta menjaga kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. Melalui hal tersebutlah maka dapat dilihat tentang peran pemerintah dan masyarakat di dalam menjalankan perekonomian Indonesia.

Pembangunan ekonomi sangat identik dengan pembangunan sektor-sektor ekonomi yang terdapat dinegara Indonesia, seperti; sektor pertanian, kehutanan, perikanan, peternakan, pertambangan, industri, perdagangan, jasa-jasa, dan lain-lain.4

4

Aminuddin Ilmar, Op.Cit. hlm 1.

Pelaksanaan pembangunan nasional memerlukan modal yang tidaklah sedikit dan tersedia dalam waktu yang tepat. Modal tersebut dapat disediakan oleh pemerintah dan oleh masyarakat luas, khususnya dalam dunia usaha swasta. Idealnya dari segi nasionalisme modal tersebut sepenuhnya dapat disediakan secara langsung oleh modal dalam negeri sendiri, namun kenyataan negara-negara


(3)

berkembang seperti Indonesia masih sering mengalami kesulitan-kesulitan dalam hal modal dalam negeri yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain; tingkat tabungan masyarakat yang masih rendah, akumulasi modal yang belum efektif dan efisien, keterampilan yang belum memadai serta tingkat teknologi yang masih dalam tahap perkembangan.5

Peran aktif pemerintah dibutuhkan didalam mengawasi perkembangan proses penanaman modal asing yang semakin pesat di Indonesia. Pada tahun 1953 pemerintah Indonesia mulai menyusun suatu rencana undang-undang penanaman modal asing sebagai persyaratan minimum sambil mendorong penanaman modal asing.6

Seiring dengan hal tersebut pemerintah membuat suatu wadah untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan pembangunan, yaitu pasar modal untuk mengoptimalkan juga potensi dana masyarakat Indonesia. Lahirlah suatu peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh pemerintah sebagai landasan hukum untuk mengatur pasar modal di Indonesia yaitu Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (selanjutnya disebut UUPM). Mengacu

Akhirnya pemerintah Indonesia pada tahun 1967 mengesahkan suatu peraturan perundang-undangan untuk mengawasi penanaman modal asing di Indonesia yaitu Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing yang selanjutnya di ganti menjadi Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal yang lebih mengatur secara luas tentang proses penanaman modal dan pengawasan penanaman modal di Indonesia agar tidak terjadi praktek monopoli yang dilakukan oleh para investor.

5

Ibid, hlm. 2.

6


(4)

padakonsideransdari UUPM, ada tiga dasar pemikiran sebagai alasan lahirya undang-undang ini:7Pasal 1 angka (13) UUPM, menyebutkan bahwa, Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek8, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek.9Terdapat beberapa term yang muncul dalam pasar modal seperti modal, efek, sekuritas, pedagang perantara, bursa. Modal yang dipasarkan didalam pasar modal berupa surat berharga atau dalam istilah lain disebut dengan efek yang dapat berupa saham atau obligasi atau sertifikat atas saham atau dalam bentuk surat berharga lainnya atau surat berharga yang merupakan penjabaran dari bentuk surat berharga saham atau saham yang diperjualbelikan di pasar modal tersebut. Sekuritas adalah surat berharga yang dapat ditukar dengan sejumlah uang yang nilainya sesuai yang tertera dengan surat berharga tersebut. Kata bursa diambil dari kata asing yaitu bourse yang berarti tempat bertemunya penjual dan pembeli utnuk komoditi tertentu dan yang penyelenggaraannya dilakukan oleh seorang pedagang perantara.10Pasar Modal dalam aktivitasnya memainkan peranan penting bagi perusahaan dan perkembangan ekonomi, oleh karena pasar modal memiliki fungsi sebagai berikut:11

7

Janus Sidabalok dan Berlian Simarmata, Op.Cit.,hlm. 219.

8

Pengaturan tentang efek terdapat di Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal Pasal 1 angka (5), yang menyatakan bahwa Efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan hutang, surat berharga komersial,saham, obligasi, tanda bukti hutang, Unit Penyetoran kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas Efek, dan setiap derivatif dari Efek. Dalam Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Bab I, Pasal 1 angka (5).

9

Ibid, Bab I, Pasal 1 angka (13).

10

Yulfasni, Hukum Pasar Modal (Depok: Badan Penerbit IBLAM, 2005), hlm. 2.

11


(5)

1. Sarana untuk menghimpun dana-dana masyarakat untuk disalurkan kedalam kegiatan-kegiatan yang produktif;

2. Sumber pembiayaan yang mudah, murah dan cepat bagi dunia usaha dan pembangunan nasional;

3. Mendorong terciptanya kesempatan berusaha dan sekaligus menciptakan kesempatan kerja;

4. Mempertinggi efisiensi alokasi sumber produksi;

5. Memperkokoh beroperasinya mekanisme market dalam menata sistem moneter, karena pasar modal dapat menjadi sarana open market operation

sewaktu-waktu oleh Bank Sentral;

6. Menekan tingginya tingkat bunga menuju suatu rate yang reasonable; 7. Sebagai alternatif investasi bagi para pemodal.

Sejak awal keberadaan pasar modal di Indonesia adalah untuk mendukung ekonomi nasional. Hal ini dapat dilihat dari keberadaan pasar modal di Indonesia sebagai wahana untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan pembangunan, oleh karena itu menyebabkan pemerintah amat berkepentingan atas perkembangan dan kemajuan pasar modal karena berpotensi utnuk menghimpun dana secara masif sehingga dapat dimanfaatkan untuk memperbesar kegiatan pembangunan.12

Dalam pelaksanaan pasar modal, tidak jarang nilai saham mengalami naik dan turun yang menyebabkan untung dan ruginya para investor, dan dalam perkembangan pasar modal untuk menghindari rugi atas saham yang dimiliki maka dikenal suatu transaksi yaitu shortselling. Short selling adalah suatu cara yang digunakan dalam penjualan saham dimana investor/trader meminjam dana dengan menjual saham yang belum dimiliki dengan harga tinggi dan dengan harapan dapat membeli kembali dan mengembalikan pinjaman saham ke pialangnya pada saat saham tersebut turun.13

12

M. Irsan Nasarudin, et.al., Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2004), hlm. 1

13

Fajri Gelu. “Short Selling.” pasardana.com/short-selling/ (diakses pada tanggal 22 Mei 2015).


(6)

Menurut Komisi Bursa dan Surat Berharga (The Securities and Exchange Commission/SEC) definisi dari short selling adalah penjualan surat0surat berharga yang tidak dimilik oleh penjualnya atau yang dimilik oleh penjualnya namun tidak dipindahkan tangankan. Agar surat-surat berharga ini bisa dipinjamkan kepada para pembeli para penjual short akan meminjam surat-surat berharga biasanya daripada broker-dealer atau investor institusi.14

Transaksi short selling merupakan salah satu bentuk kegiatan transaksi efek yang dilakukan oleh investor dimana investor meminjam efek dari perusahaan. Pelaksanaan transaksi short selling sudah dilakukan sejak keluarnya Keputusan Ketua Bapepam-LK Nomor 09/PM/1997 peraturan V.D.6 kemudian direvisi menjadi peraturan Nomor V.D.6 Tahun 2008 lampiran keputusan Ketua Bapepam-LK Nomor Kep-258/BL/2008 tentang Pembiayaan Penyelesaian Transaksi Efek Oleh Perusahaan Efek Bagi Nasabah dan Transaksi Short Selling

Oleh Perusahaan Efek.

Pada dasarnya di Indonesia transaksi short selling diperbolehkan untuk kepentingan pasar dikarenakan transaksi ini dapat merangsang investor untuk bertransaksi di bursa.15

14

Tom Taulli, Short Selling Trik Kaya Dari Kejatuhan Harga Saham. Diterjemahkan oleh Dedes Ekarini (Jakarta: Erlangga, 2009), hlm. 3.

Namun kembali lagi transaksi short selling boleh dilaksanakan dengan batasan-batasan tertentu yang diatur pelaksanaannya oleh Bapepam-LK.

15

SUT. “Jual Kosong yang Bisa Menjatuhkan Bursa.” m.hukumonline.com/berita/baca/hol20606/jual-kosong-yang-bisa-menjatuhkan-bursa(diakses pada tanggal 3 Juni 2015).


(7)

Hal-hal yang menjadikan short selling harus dibatasi pelaksanaannya karena dapat membahayakan adalah :16

1. Pada pembelian saham (yang disebut going long) memiliki risiko yang berbeda dengan menjual short. Pada long, kerugian adalah terbatas (harga hanya dapat turun maksimal menjadi nol) namun keuntungan adalah tidak terbatas. Pada penjualan short yang merupakan kebalikannya dimana kemungkinan perolehan keuntungan adalah terbatas (harga hanya dapat turun maksimal menjadi nol) namun penjual dapat menderita kerugian tanpa batas. Untuk keperluan inilah maka penjualan short biasanya digunakan sebagai

bagian dari strategi

2. Kebanyakan penjual short memberikan "order stop kerugian" (stop loss order) kepada pialangnya setelah melakukan penjualan short saham. Ini adalah order kepada pialang untuk melindungi posisi apabila harga dari saham naik hingga tingkat harga tertentu guna membatasi risiko kerugian serta menghindari timbulnya kewajiban yang tidak terbatas seperti disebutkan diatas.

3. Penjualan short kadang-kadang disebut juga sebagai "strategi investasi pemasukan negatif" (negative income investment strategy) sebab tidak adanya potensi untuk memperoleh penghasilan deviden atau penghasilan dimana penghasilan satu-satunya adalah hanya dari selisih harga.

Pada Tahun 1976 dibuatlah suatu instansi pemerintah yang dapat melakukan pengawasan terhhadap pasar modal, untuk hal tersebut dibentuklah Badan Pengawas Pasar Modal-Lembaga Keuangan (selanjutnya disebut

16


(8)

Bapepam-LK) pada tahun 1976. Pada awal berdirinya Bapepam-LK merupakan lembaga multifungsi, sebagai regulator, pengelola bursa efek, pengawas pihak-pihak yang terlibat dan pelaksana kegiatan di bidang pasar modal, melakukan pemeriksaan, penyidikan, dan menjatuhkan sanksi.17

Seiring berjalannya waktu terjadi keresahan yang dirasakan oleh beberapa pihak dalam hal fungsi pengawasan dari Bank Indonesia, terdapat tiga hal yang melatarbelakangi hal tersebut, yaitu :18

1. Perkembangan industri sektor jasa keuangan di Indonesia, 2. Permasalahan lintas sektoralindustri jasa keuangan, dan

3. Amanat Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia (Pasal 34). Pasal 34 ini merupakan suatu respon terhadap dari krisis Asia yang terjadi pada tahun 1997-1998 yang berdampak sangat berat terhadap Indonesia, khususnya sektor perbankan.

Krisis yang melanda Indonesia pada tahun1997-1998 tersebut mengakibatkan banyak bank-bank yang ada di Indonesia mengalami kejatuhan sehingga banyak yang mempertanyakan pengawasan Bank Indonesia terhadap bank-bank. Kelemahan kelembagaan dan pengaturan yang tidak mendukung diharapkan dapat diperbaiki untuk menciptakan kerangka sistem keuangan yang tangguh.19

17

Ibid, hlm. 2.

Menjawab hal tersebut maka pemerintah Indonesia akhirnya mulai memikirkan suatu badan pengawas industri keuangan yang bersifat independen yang dapat efektif dalam menjalankan tugas pengawasannya dengan baik, oleh

18

Adrian Sutedi. Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan (Jakarta: Raih Asa Sukses, 2014), hlm. 36.

19


(9)

karena itu dibentuklah suatu rancangan tentang pembentukan Otoritas Jasa Keuangan dan barulah seiring disahkannya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (selanjutnya disebut UUOJK)terbentuklah Otoritas Jasa Keuangan selanjutnya disebut OJK sebagai lembaga yang berfungsi untuk menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan didalam sektor jasa keuangan.20 OJK setelah dibentuk pada tahun 2011 mempunyai wewenang didalam mengawasi dan mengatur segala sektor keuangan di Indonesia. Pengaturan menegenai pasar modal juga tidak lepas dari peranan OJK, hal ini dapat dilihat dari UUOJK pasal 6 huruf (b) menyatakan Otoritas Jasa Keuangan melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan di sektor pasar modal.21 Sebelumnya kegiatan jasa keuangan di sektor pasar modal ada didalam wewenang Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK), namun barulah pada tahun 2013 Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) melebur kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sehingga seluruh kewenangan dari Bapepam-LK beralih kepada OJK.22

Berdasarkan uraian diatas, maka hal yang akan dibahas adalah peranan OJK didalam melindungi investor-investor yang mengalami kerugian pada saat melakukan transaksi short selling di pasar modal. Pembahasan tersebut akan dibahas dengan mengangkat judul “Peranan Otoritas Jasa Keuangan untuk

20

id.m.wikipedia.org/wiki/Otoritas_Jasa_Keuangan (diakses pada tanggal 9 Juli 2015).

21

Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, Bab II, Pasal 6 huruf (b).

22

lipsus.kontan.co.id/v2/ojk/read/86/selamat-datang-wasit-baru-industri-keuangan(diakses pada tanggal 3 Juni 2015).


(10)

Melindungi Investor yang Mengalami Kerugian pada Transaksi Short Selling

dalam Pasar Modal.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan paparan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana peran Otoritas Jasa Keuangan dalam mengawasi pasar modal di Indonesia?

2. Bagaimana pengaturan mengenai short sellingdalam pasar modal Indonesia? 3. Bagaimana peranan Otoritas Jasa Keuangan untuk melindungi investor yang

mengalami kerugian pada transaksi short sellingdalam pasar modal?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Dilihat dari judul dan permasalahan dalam penelitian ini maka dapat dikemukakan bahwa tujuan dari skripsi ini adalah untuk memberikan gambaran atas permasalahan di atas, yaitu sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui peran Otoritas Jasa Keuangan dalam mengawasi pasar modal di Indonesia.

2. Untuk mengetahui pengaturan mengenai short sellingdalam pasar modal Indonesia.

3. Untuk mengetahui peranan Otoritas Jasa Keuangan untuk melindungi investor yang mengalami kerugian pada transaksi short sellingdalam pasar modal.


(11)

Adapun manfaat penulisan yang diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Secara teoritis

Secara teoritis, pembahasan mengenai Peranan Otoritas Jasa Keuangan untuk Melindungi Investor yang Mengalami Kerugian pada Transaksi Short Selling

dalam pasar modal ini akan memberikan suatu pemahaman dan pengetahuan kepada setiap pembaca tentang peranan dari Otoritas Jasa Keuangan didalam mengatasi masalah short sellingdi dalam pasar modal Indonesia khususnya dalam hal ini mengenai perlindungan yang diberikan oleh Otoritas Jasa Keuangan kepada investor yang mengalami kerugian dari praktek transaksi

short selling di pasar modal. 2. Secara praktis

Secara praktis, pembahasan ini diharapkan dapat memberikan suatu masukan kepada setiap pembaca yang khususnya bagi pembaca yang belum mengetahui segala aspek mengenai short selling. Dan untuk memberikan suatu masukan kepada setiap pihak yang berkecimpung di dunia pasar modal agar mendapatkan suatu acuan didalam melakukan ataupun menghadapi permasalahan short selling didalam pasar modal.

D. Keaslian Penulisan

Ada beberapa penulisan penelitian dengan topik short selling di Universitas Sumatera Utara, antara lain :


(12)

1. Tesis yang berjudul Perlindungan Hukum Dalam Transaksi Margin Trading Dan Short Sales Di Pasar Modal oleh Ferry Kiandi

2. Skripsi yang berjudul Tinjauan Yuridis Megenai Short Selling Dalam Pasar Modal, Suatu Analisis Hukum Terhadap UU No. 8 Tahun 1995 Mengenai Pasar Modal Dan Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal. Dari kedua penelitian tersebut topik yang menjadi bahasan sama-sama mengenai short selling dan margin trading namun yang menjadi pembeda dengan penulisan penelitian ini, dua penelitian yang diatas lebih menitik beratkan kepada bagaimana perlindungan hukum terhadap transaksi short selling dan margin

tradingdari aspek lembaga-lembaga yang berhubungan dengan pasar modal

seperti OJK, bursa efek dan Lembaga Kliring dan Penjamin serta bagaimana landasan yuridis dari transaksi short selling dan margin trading.

Untuk mengetahui keaslian penulisan, melalui surat tertanggal 26 Februari 2015yang dikeluarkan oleh pihak Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang menyatakan bahwa tidak ada judul yang sama dengan judul

“Peranan Otoritas Jasa Keuangan untuk Melindungi Investor yang Mengalami Kerugian pada Transaksi Short Selling dalam Pasar Modal.”

Apabila dikemudian hari terdapat judul yang sama atau telah tertulis orang lain dalam tingkat kesarjanaan sebelum skripsi ini dibuat, maka hal tersebut dapat diminta pertanggungjawaban.


(13)

E. Tinjauan Kepustakaan

1. Otoritas Jasa Keuangan

Otoritas Jasa Keuangan sebagai lembaga yang memiliki fungsi mengawasi dan mengatur sektor jasa keuangan. Pengaturan mengenai OJK diatur didalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan yang pada dasarnya memuat ketentuan tentang organisasi dan tata kelola dari lembaga yang memiliki otoritas pengaturan dan pengawasan terhadap sektor jasa keuangan.23Menurut UUOJK Pasal 1 ayat (1), Otoritas Jasa Keuangan adalah lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan sebagaimana dimaksud dengan Undang-Undang ini.24

2. Perlindungan Investor

Definisi perlindungan investor secara tegas tidak ada dijelaskan di dalam UUPM, namun bila di lihat secara teliti perlindungan investor tersebut sama dengan perlindungan konsumen pada umumnya, investor di dalam pasar modal merupakan konsumen dari pasar modal tersebut. Definisi perlindungan konsumen diatur di dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (selanjutnya disebut). Pasal 1 angka (1) UUPK menyatakan :

Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen.

23

Adrian Sutedi, Op.Cit.,hlm. 111.

24

Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. Bab I, Pasal 1 ayat (1).


(14)

UUPK selanjutnya menjelaskan tentang definisi konsumen, yang menyatakan bahwa konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak diperdagangakan.25Investor sebagai konsumen didalam pasar modal mendapatkan jaminan untuk terhindar dari kesewang-wenangan yang mengakibatkan ketidakpasatian hukum didalam memakai barang dan/atau jasa.26

3. Pasar Modal

Istilah pasar modal pertama kali muncul pada Keputusan Presiden RI Nomor 52 Tahun 1976 tentang Pasar Modal, sebelumnya istilah pasar modal dikenal dengan sebutan Bursa Dagang27 yang terlebih dahulu diatur pada Kitab Undang-Undang Hukum Dagang selanjutnya disebut KUHD Stb. 1847 Nomor 23, secara yuridis formil diatur dalam Buku ke-1, Bab ke-4 Bagian ke-1 tentang Bursa Dagang, Makelar dan Kasir. Selanjutnya diatur dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1952 tentang penetapan “Undang-Undang Darurat tentang Bursa” sebagai Undang-Undang, kemudian diubah menjadi Keputusan Presiden RI No. 52 Tahun 1976 tentang Pasar Modal.28

25

Shidarta, Hukum Perlindugan Konsumen Indonesia(Jakarta : Grasindo, 2006), hlm. 1. Terjadi perubahan dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modalpengertian pasar modal

26

Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 1 .

27

Bursa Dagang adalah tempat pertemuan para pedagang, juragan perahu, makelar, kasir , dan orang lain yang termasuk dalam gelanggang perdagangan. Dalam Sumantoro, Op.Cit., hlm. 221.

28


(15)

menurut UUPM adalah menyebutkan bahwa, Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek.29

4. Short Selling

Transaksi short selling pertama kali diatur melalui Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-09/PM/1997 tanggal 30 April 1997 tentang Pembiayaan Penyelesaian Transaksi Efek oleh Perusahaan Efek Bagi Nasabah (selanjutnya disebut Peraturan Bapepam V.D.6). Kemudian Bapepam-LK merevisi Peraturan Bapepam V.D.6 tahun 1997 menjadi Keputusan Ketua Bapepam-LK Nomor Kep-258/BL/2008.30 Transaksi

short selling menurut V.D.6 Tahun 2008 Lampiran Keputusan Ketua

Bapepam-LK Nomor Kep-258/BL/2008, nomor 1 huruf (l), adalah transaksi penjualan Efek dimana Efek dimaksud tidak dimiliki oleh penjual pada saat transaksi dilaksanakan.31

F. Metode Penulisan

Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan cara melakukan analisis. Selain

29

Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Bab I, Pasal 1 angka (13).

30

Slamet Widodo. Pengaturan Mengenai Short

Selling.m.hukumonline.com/klinik/detail/cl4663/pengaturan-mengenai-short-selling(diakses pada tanggal 10 Juli 2015).

31

Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal-Lembaga Keuangan Republik Indonesia. Peraturan V.D.6, Nomor 1 huruf (l).


(16)

itu, diadakan pada pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum yang relevan, untuk kemudian mengupayakan suatu pemecahan atas permasalahan-permasalahan yang timbul dalam gejala yang bersangkutan.32

1. Spesifikasi penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian hukum normatif.Penelitian hukum normatif bisa juga disebut sebagai penelitian hukum doktrinal33Pada penelitian ini, hukum dikonsepsikan sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan atau hukum yang dikonsepsikan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan berperilaku masyarakat terhadap apa yang dianggap pantas. Penelitian hukum normatif hanya meneliti peraturan perundang-undangan, dan mempunyai beberapa konsekuensi, dan sumber data yang digunakan berasal dari data sekunder.34

Penelitian ini dikaji atas peraturan perundang-undangan, antara lain:UUOJK, UUPM, dan Peraturan Bapepam V.D.6 tentang Pembiayaan Penyelesaian Transaksi Efek oleh Perusahaan Efek Bagi Nasabah.

Sifat penelitian yang dipergunakan adalah penelitian deskriptif.Penelitian deskriptif adalah penelitian untuk mempertegas hipotesa tertentu, dan memberikan data seteliti mungkin.35

32

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: Universitas Indonesia, Jakarta, 2007), hlm. 3.

Pendekatan yang digunakan adalah

33

Amiruddin dan H. Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum (Jakarta: Raja Garafindo Persada, 2006), hal. 118.

34

Penelitian Hukum Normatif, http://www.informasi-pendidikan.com/2013/08/ penelitian-hukum-normatif.html (diakses pada tanggal 7 Februari 2015, pukul 22.10).

35

Bahan Ajar Metode Penelitian Hukum oleh Edy Ikhsan dan Mahmul Siregar, tanggal 10 April 2014.


(17)

pendekatan yuridis.Pendekatan yuridis tersebut melakukan pengkajian peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan tema sentral penelitian.

2. Data penelitian

Materi dari penelitian ini diambil dari data sekunder.36 Dimana data sekunder adalah, data yang tidak diperoleh dari sumber pertama, data sekunder bisa diperoleh dari dokumen-dokumen resmi, buku-buku penelitian, laporan, buku harian, surat kabar, makalah, dan lain sebagainya.37

a. Bahan hukum primer, yaitu peraturan perundang-undangan terkait, antara lain :

1) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan;

2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal; 3) Peraturan BapepamV.D.6 Tahun 2008 tentang Pembiayaan

Penyelesaian Transaksi Efek oleh Perusahaan Efek Bagi Nasabah. b. Bahan hukum sekunder, yaitu berupa buku-buku yang berkaitan

dengan judul skripsi, artikel-artikel, hasil-hasil penelitian, laporan-laporan dan sebagainya yang dapat diperoleh melalui media cetak maupun media elektronik.

36

Ciri-ciri umum dari data sekunder menurut Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, adalah: 1. Pada umumnya data sekunder dalam keadaan siap terbuat dan dapat

dipergunakandengan segera,

2. Isi dan bentuk data sekunder, telah dibentuk dan diisi oleh peneliti-peneliti terdahulu, 3. Tidak terbatas oleh tempat dan waktu

Dalam Soerjono Soekanto, Op.Cit., hlm. 12.

37

Bahan Ajar Metode Penelitian Hukum oleh Edy Ikhsan dan Mahmul Siregar, tanggal11 Maret 2014.


(18)

c. Bahan hukum tersier, yaitu semua dokumen yang memberikan petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti: jurnal ilmiah, kamus hukum, dan bahan-bahan lain yang sesuai dan dapat digunakan dalam penyusunan skripsi ini.

3. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dalam penulisan skripsi ini dilakukan dengan teknik studi pustaka yaitu dengan cara mengumpulkan, mempelajari, menganalisa dan membandingan dengan buku-buku yang berhubungan dengan judul skripsi ini. Dan juga dilakukan pengumpulan data melalui media elektronik.

4. Analisis data

Metode analisis data yang dipergunakan dalam penulisan skripsi ini adalah dengan metode kualitatif. Dalam hal ini data yang diperoleh disusun secara sistematis dan selanjutnya dianalisis secara kualitatif untuk mendapatkan kejelasan masalah yang akan dibahas. Dan hasilnya akan dituangkan dalam bentuk skripsi. Penggunaan metode kualitatif ini akan menghasilkan data yang bersifat deskriptif analistik.

G. Sistematika Penulisan

Penulisan penelitian ini dibagi atas lima bab untuk mempermudah penulisan dan penjabaran dengan sistematika sebagai berikut :

Bab I tentang Pendahuluan, pada bab ini dikemukakan tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan,


(19)

tinjauan kepustakaan, metode penulisan yang berkaitan dengan pembahasan peranan Otoritas Jasa Keuangan untuk melindungi investor yang mengalami kerugian pada transaksi short selling dalam pasar modal .

Bab II tentang Peran Otoritas Jasa Keuangan dalam MengawasiPasar Modal Di Indonesia, pada bab ini yang menjadi pembahasan adalah kewenangan dari Otoritas Jasa Keuangan dalam mengawasi sektor jasa keuangan, dan peran serta kedudukan Otoritas Jasa Keuangan dalam menggantikan Badan Pengawasan Pasar Modal-Lembaga Keuangan di dalam mengawasi pasar modal.

Bab III tentang Pengaturan Mengenai Short Selling dalam Pasar Modal Indonesia, pada bab ini yang menjadi pembahasan adalah pasar modal di Indonesia, pengaturan mengenai short selling dalam pasar modal di Indonesia, dan pengaturan short selling di pasar modal Indonesia.

Bab IV tentang Peranan Otoritas Jasa Keuangan Untuk MelindungiInvestor yang Mengalami Kerugian pada Transaksi Short Selling

dalam Pasar Modal, pada bab ini yang menjadi pembahasan adalah perlindungan terhadap investor berdasarkan prinsip keterbukaan dalam pasar modal, peranan Otoritas Jasa Keuangan untuk melindugi investor yang mengalami kerugian pada transaksi short selling dalam pasar modal.

Bab V tentang Penutup, pada bab ini berisikan kesimpulan dan saran menyangkut permasalahan yang ada dalam penulisan ini.


(1)

UUPK selanjutnya menjelaskan tentang definisi konsumen, yang menyatakan bahwa konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak diperdagangakan.25Investor sebagai konsumen didalam pasar modal mendapatkan jaminan untuk terhindar dari kesewang-wenangan yang mengakibatkan ketidakpasatian hukum didalam memakai barang dan/atau jasa.26

3. Pasar Modal

Istilah pasar modal pertama kali muncul pada Keputusan Presiden RI Nomor 52 Tahun 1976 tentang Pasar Modal, sebelumnya istilah pasar modal dikenal dengan sebutan Bursa Dagang27 yang terlebih dahulu diatur pada Kitab Undang-Undang Hukum Dagang selanjutnya disebut KUHD Stb. 1847 Nomor 23, secara yuridis formil diatur dalam Buku ke-1, Bab ke-4 Bagian ke-1 tentang Bursa Dagang, Makelar dan Kasir. Selanjutnya diatur dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1952 tentang penetapan “Undang-Undang Darurat tentang Bursa” sebagai Undang-Undang, kemudian diubah menjadi Keputusan Presiden RI No. 52 Tahun 1976 tentang Pasar Modal.28

25

Shidarta, Hukum Perlindugan Konsumen Indonesia(Jakarta : Grasindo, 2006), hlm. 1.

Terjadi perubahan dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modalpengertian pasar modal

26

Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 1 .

27

Bursa Dagang adalah tempat pertemuan para pedagang, juragan perahu, makelar, kasir , dan orang lain yang termasuk dalam gelanggang perdagangan. Dalam Sumantoro, Op.Cit., hlm. 221.

28


(2)

menurut UUPM adalah menyebutkan bahwa, Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek.29

4. Short Selling

Transaksi short selling pertama kali diatur melalui Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-09/PM/1997 tanggal 30 April 1997 tentang Pembiayaan Penyelesaian Transaksi Efek oleh Perusahaan Efek Bagi Nasabah (selanjutnya disebut Peraturan Bapepam V.D.6). Kemudian Bapepam-LK merevisi Peraturan Bapepam V.D.6 tahun 1997 menjadi Keputusan Ketua Bapepam-LK Nomor Kep-258/BL/2008.30 Transaksi

short selling menurut V.D.6 Tahun 2008 Lampiran Keputusan Ketua

Bapepam-LK Nomor Kep-258/BL/2008, nomor 1 huruf (l), adalah transaksi penjualan Efek dimana Efek dimaksud tidak dimiliki oleh penjual pada saat transaksi dilaksanakan.31

F. Metode Penulisan

Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan cara melakukan analisis. Selain

29

Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Bab I, Pasal 1 angka (13).

30

Slamet Widodo. Pengaturan Mengenai Short

Selling.m.hukumonline.com/klinik/detail/cl4663/pengaturan-mengenai-short-selling(diakses pada tanggal 10 Juli 2015).

31

Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal-Lembaga Keuangan Republik Indonesia. Peraturan V.D.6, Nomor 1 huruf (l).


(3)

itu, diadakan pada pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum yang relevan, untuk kemudian mengupayakan suatu pemecahan atas permasalahan-permasalahan yang timbul dalam gejala yang bersangkutan.32

1. Spesifikasi penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian hukum normatif.Penelitian hukum normatif bisa juga disebut sebagai penelitian hukum doktrinal33Pada penelitian ini, hukum dikonsepsikan sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan atau hukum yang dikonsepsikan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan berperilaku masyarakat terhadap apa yang dianggap pantas. Penelitian hukum normatif hanya meneliti peraturan perundang-undangan, dan mempunyai beberapa konsekuensi, dan sumber data yang digunakan berasal dari data sekunder.34

Penelitian ini dikaji atas peraturan perundang-undangan, antara lain:UUOJK, UUPM, dan Peraturan Bapepam V.D.6 tentang Pembiayaan Penyelesaian Transaksi Efek oleh Perusahaan Efek Bagi Nasabah.

Sifat penelitian yang dipergunakan adalah penelitian deskriptif.Penelitian deskriptif adalah penelitian untuk mempertegas hipotesa tertentu, dan memberikan data seteliti mungkin.35

32

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: Universitas Indonesia, Jakarta, 2007), hlm. 3.

Pendekatan yang digunakan adalah

33

Amiruddin dan H. Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum (Jakarta: Raja Garafindo Persada, 2006), hal. 118.

34

Penelitian Hukum Normatif, http://www.informasi-pendidikan.com/2013/08/ penelitian-hukum-normatif.html (diakses pada tanggal 7 Februari 2015, pukul 22.10).

35

Bahan Ajar Metode Penelitian Hukum oleh Edy Ikhsan dan Mahmul Siregar, tanggal 10 April 2014.


(4)

pendekatan yuridis.Pendekatan yuridis tersebut melakukan pengkajian peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan tema sentral penelitian.

2. Data penelitian

Materi dari penelitian ini diambil dari data sekunder.36 Dimana data sekunder adalah, data yang tidak diperoleh dari sumber pertama, data sekunder bisa diperoleh dari dokumen-dokumen resmi, buku-buku penelitian, laporan, buku harian, surat kabar, makalah, dan lain sebagainya.37

a. Bahan hukum primer, yaitu peraturan perundang-undangan terkait, antara lain :

1) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan;

2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal; 3) Peraturan BapepamV.D.6 Tahun 2008 tentang Pembiayaan

Penyelesaian Transaksi Efek oleh Perusahaan Efek Bagi Nasabah. b. Bahan hukum sekunder, yaitu berupa buku-buku yang berkaitan

dengan judul skripsi, artikel-artikel, hasil-hasil penelitian, laporan-laporan dan sebagainya yang dapat diperoleh melalui media cetak maupun media elektronik.

36

Ciri-ciri umum dari data sekunder menurut Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, adalah: 1. Pada umumnya data sekunder dalam keadaan siap terbuat dan dapat

dipergunakandengan segera,

2. Isi dan bentuk data sekunder, telah dibentuk dan diisi oleh peneliti-peneliti terdahulu, 3. Tidak terbatas oleh tempat dan waktu

Dalam Soerjono Soekanto, Op.Cit., hlm. 12.

37

Bahan Ajar Metode Penelitian Hukum oleh Edy Ikhsan dan Mahmul Siregar, tanggal11 Maret 2014.


(5)

c. Bahan hukum tersier, yaitu semua dokumen yang memberikan petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti: jurnal ilmiah, kamus hukum, dan bahan-bahan lain yang sesuai dan dapat digunakan dalam penyusunan skripsi ini.

3. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dalam penulisan skripsi ini dilakukan dengan teknik studi pustaka yaitu dengan cara mengumpulkan, mempelajari, menganalisa dan membandingan dengan buku-buku yang berhubungan dengan judul skripsi ini. Dan juga dilakukan pengumpulan data melalui media elektronik.

4. Analisis data

Metode analisis data yang dipergunakan dalam penulisan skripsi ini adalah dengan metode kualitatif. Dalam hal ini data yang diperoleh disusun secara sistematis dan selanjutnya dianalisis secara kualitatif untuk mendapatkan kejelasan masalah yang akan dibahas. Dan hasilnya akan dituangkan dalam bentuk skripsi. Penggunaan metode kualitatif ini akan menghasilkan data yang bersifat deskriptif analistik.

G. Sistematika Penulisan

Penulisan penelitian ini dibagi atas lima bab untuk mempermudah penulisan dan penjabaran dengan sistematika sebagai berikut :

Bab I tentang Pendahuluan, pada bab ini dikemukakan tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan,


(6)

tinjauan kepustakaan, metode penulisan yang berkaitan dengan pembahasan peranan Otoritas Jasa Keuangan untuk melindungi investor yang mengalami kerugian pada transaksi short selling dalam pasar modal .

Bab II tentang Peran Otoritas Jasa Keuangan dalam MengawasiPasar Modal Di Indonesia, pada bab ini yang menjadi pembahasan adalah kewenangan dari Otoritas Jasa Keuangan dalam mengawasi sektor jasa keuangan, dan peran serta kedudukan Otoritas Jasa Keuangan dalam menggantikan Badan Pengawasan Pasar Modal-Lembaga Keuangan di dalam mengawasi pasar modal.

Bab III tentang Pengaturan Mengenai Short Selling dalam Pasar Modal Indonesia, pada bab ini yang menjadi pembahasan adalah pasar modal di Indonesia, pengaturan mengenai short selling dalam pasar modal di Indonesia, dan pengaturan short selling di pasar modal Indonesia.

Bab IV tentang Peranan Otoritas Jasa Keuangan Untuk

MelindungiInvestor yang Mengalami Kerugian pada Transaksi Short Selling

dalam Pasar Modal, pada bab ini yang menjadi pembahasan adalah perlindungan terhadap investor berdasarkan prinsip keterbukaan dalam pasar modal, peranan Otoritas Jasa Keuangan untuk melindugi investor yang mengalami kerugian pada transaksi short selling dalam pasar modal.

Bab V tentang Penutup, pada bab ini berisikan kesimpulan dan saran menyangkut permasalahan yang ada dalam penulisan ini.