Analisis Biaya dan Produktivitas Produksi Kayu Pada Hutan Tanaman Industri (Studi Kasus: PT. Sumatera Riang Lestari-Blok I, Sei Kebaro, Kab. Labuhanbatu Selatan dan Kab. Padang Lawas Utara)

TINJAUAN PUSTAKA

Kegiatan Penebangan (Felling)
Penebangan merupakan tahap awal kegiatan dalam pemanenan hasil hutan
yang dapat menentukan jumlah dan kualitas kayu bulat yang dibutuhkan. Menurut
Ditjen Pengusahaan Hutan (1993), penebangan merupakan kegiatan pemanenan
kayu dari pohon-pohon berdiameter sama atau lebih besar dari limit yang telah
ditetapkan. Dengan tujuan yaitu untuk mendapatkan bahan pasokan industri
pengolahan kayu dengan jumlah yang cukup dan kualitas yang memenuhi
persyaratan.
Urutan-urutan pekerjaan penebangan menurut Hariyani (2000) dapat
diuraikan sebagai berikut:
a. Menentukan arah rebah
Merupakan langkah awal untuk melakukan penebangan. Dengan tujuannya
yaitu untuk mengurangi besarnya kerusakan pada batang pada saat jatuh ke
tanah.
b. Membersihkan tanaman semak disekitar pohon
Tujuannya adalah untuk memberikan ruang bagi penebang dalam menebang
pohon.
c. Membuat takik rebah
Pembuatan takik rebah haruslah serata mungkin dengan permukaan tanah

supaya hasil yang dicapai semaksimal mungkin.
d. Membuat takik balas
Pembuatan takik balas berguna untuk memudahkan pohon untuk tumbang ke
arah yang diinginkan.

Kegiatan Pembagian Batang (Bucking)
Menurut Suhartana dan Dulsalam (1994), pembagian batang adalah
membagi batang kayu menjadi sortimen-sortimen yang lebih kecil dengan
kegunaan antara lain sebagai berikut:
1. Berat yang lebih kecil dari kayu-kayu yang akan diangkut lebih lanjut.
2. Kemungkinan mengeluarkan bagian-bagian yang berpenyakit, cacat-cacat dan
bagian-bagian yang tidak dapat dijual dalam pembagiannya agar tidak
memberatkan biaya pengangkutan.
3. Penyesuaian yang lebih baik pada kapasitas alat-alat penyaradan dan
pengangkutan yang tersedia.
4. Penyesuaian yang secepat-cepatnya kepada permintaan pasar, sehingga biaya
pengangkutan yang tidak perlu dapat dihindarkan.
Elias (1998) dalam Retno (2001) mengatakan bahwa tujuan dari kegiatan
pembagian batang adalah untuk meningkatkan nilai ekonomis, memisahkan
berbagai sortimen kayu sesuai dengan peruntukkannya dan untuk mempermudah

pengangkutan dari satu batang pohon dengan memperhatikan azas peningkatan
mutu sesuai penggunannya. Nilai sortimen kayu dari satu batang pohon
ditentukan oleh variasi kualitas, panjang, dan diameter. Ketiga variabel yang
menentukan nilai tersebut diatur dalam pembagian batang.
Kegiatan Penumpukan (Pre-Bunching)
Kegiatan

penumpukan

(Pre-Bunching)

merupakan

kegiatan

yang

dilakukan untuk mengumpulkan pohon yang telah ditumbang menjadi tumpukan

yang rapi dengan tujuan agar memudahkan batang pohon dikupas. Beberapa hal

yang perlu diperhatikan dalam kegiatan penumpukan adalah sebagai berikut:
1. Tumpukan kayu jangan terlalu tinggi agar pengupasan dengan debarker tidak
mendapat kesulitan.
2. Tumpukan diletakkan di areal yang mudah dijangkau oleh alat debarker untuk
mengupas.
Kegiatan Pengupasan (Debarking)
Kegiatan pengupasan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan tujuan
membersihkan batang kayu dari kulit kayu. Pengupasan merupakan bagian dari
kegiatan pemanenan yang dilakukan di hutan tanaman industri yang memiliki alat
pengupas. Tidak semua hutan tanaman industri yang ada di Sumatera yang
melakukan pengupasan dengan alat kupas.
Kegiatan Penyaradan (Extraction)
Kegiatan penyaradan merupakan salah satu bagian dari kegiatan
pemanenan kayu yang dilakukan di hutan tanaman industri. Elias (1988) dalam
Fajri (2000) menyatakan bahwa penyaradan merupakan tahap awal dari
pengangkutan kayu, yang dimulai pada saat diikatkan pada rantai penyarad di
tempat penebangang, kemudian disarad ke tempat tujuan (TPn/landing, tepi
sungai, tepi jalan rel atau tepi jalan mobil) dan berakhir setelah kayu dilepas dari
rantai penyarad.
Kegiatan Pemuatan (Loading)

Pemuatan merupakan kegiatan pemanenan untuk memuat kayu berupa
potongan-potongan kecil berukuran panjang 2,50 meter dari tempat penumpukan
(TPn) ke dalam alat angkut (truck). Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan agar

kayu dibawa oleh alat angkut ke tempat pengolahan kayu. Pemuatan merupakan
bagian awal dari kegiatan pengangkutan kayu ke tempat pengolahan kayu.

Analisis Biaya
Elias (1987) dalam Rakhman (2004) mendefinisikan biaya sebagai jumlah
uang yang harus dibayarkan untuk penggunaan faktor-faktor produksi atau jasa
dan merupakan komponen dalam menjalankan usaha untuk suatu perusahaan.
Biaya juga merupakan nilai yang harus diberikan terhadap penggunaan peralatan
dalam mendukung berlangsungnya kegiatan. Biaya dalam kegiatan pemanenan
kayu secara mekanis dibagi menjadi enam golongan, yaitu:
1. Biaya usaha, ialah biaya mesin ditambah biaya operator (Rp/jam).
2. Biaya operator, ialah biaya untuk operator (supir, kernet, atau orang yang
menjalankan alat produksi mesin, dinyatakan dalam Rp/jam atau Rp/m3).
3. Biaya mesin, ialah biaya tetap ditambah biaya operasi/variable (Rp/jam).
4. Biaya tetap, ialah biaya yang berlangsung terus sepanjang masa pakai alat
(Rp/satuan waktu).

5. Biaya operasi, ialah biaya yang dikeluarkan jika alat tersebut digunakan, yang
meliputi biaya perbaikan dan pemeliharaan serta biaya bahan bakar dan
pelumas (Rp/jam).
Waktu Kerja
Menurut ILO (1983), waktu kerja merupakan waktu yang diperlukan oleh
seorang pekerja untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu pada tingkat prestasi
yang ditetapkan. Waktu kerja efektif adalah waktu yang digunakan untuk suatu
kegiatan yang sudah merupakan bagian tertentu dari pekerjaan yang bersangkutan.

Sedangkan waktu kerja tidak efektif adalah waktu kerja yang diperlukan untuk
suatu kerja yang tidak efektif dalam suatu proses produksi.
Penelaahan waktu kerja (time study) dipelopori oleh Taylor pada tahun
1881 dan sampai sekarang penelaahan dan pengukuran waktu kerja telah
dikembangkan dalam metoda dan alat pengukur waktu kerja. Menurut Sanjoto
(1958) dalam Andri (2000), ukuran prestasi kerja dapat dinyatakan dengan
banyaknya hasil kerja dalam satu satuan waktu tertentu, dimana pekerjaan
seseorang terdiri dari sebagian waktu kerja dan sebagaian waktu istirahat.
Pengukuran waktu kerja dalam pengamatan waktu kerja menurut Sanjoto
(1958) dalam Sulistiyanto (2001) adalah sebagai berikut:



Metode Null Stop (berulang)
Dalam metode ini, waktu kerja yang sesunguhnya dari tiap elemen kerja
dibaca seketika menurut stopwatch yang pada setiap awal elemen kerja
perhitungan dimulai dari nol. Pada kegiatan ini biasanya dipergunakan dua
buah stopwatch atau lebih yang dipasang pada papan pencatat waktu.



Metode Berurut (komulatif)
Dalam metode ini waktu kerja yang sesungguhnya dihitung dengan cara
mengurangi dua pengukuran yang beruntun. Pada kegiatan ini dapat
digunakan stopwatch minimal satu buah.



Metode Kombinasi Null Stop dan Berurut
Waktu kerja dihitung dengan menggunakan kedua metode di atas. Kombinasi
ini dimaksudkan untuk menghilangkan kesalahan yang mencolok. Pada
kegiatan ini penggunaan stopwatch lebih dari satu buah.


Produktivitas

ILO (1983) dalam Rahman (2001), menyatakan bahwa produktivitas
dirumuskan sebagai perbandingan antara output dengan input perusahaan,
industri, dan ekonomi secara keseluruhan. Produktivitas juga merupakan suatu
gabungan sumber (intput). Dengan demikian sama dengan jumlah barang-barang
atau jasa (output) yang dihasilkan dari sumber itu. Sumber-sumber meliputi tanah
dan bangunan, bahan baku, mesin, dan tenaga kerja. Produktivitas harus ditinjau
dari sudut waktu, karena output produksi memuaskan dari sebuah mesin, alat atau
seorang pekerja dalam waktu tertentu itulah yang digunakan sebagai dasar untuk
menghitung produktivitas.
Produktivitas pemanenan dapat dihitung dengan mengetahui waktu kerja
dan hasil kerja peralatan yang digunakan. Biaya pemanenan dapat dihitung
dengan cara mengetahui produktivitas pemanenan dan biaya memiliki dan biaya
menjalankan alat pemanenan. Pengaruhnya terhadap lingkungan didekati dengan
wawancara kepada pelaksana pemanenan (Dulsalam dan Tinambunan, 2003).

Dokumen yang terkait

Analisis Biaya Manfaat Pengembangan Program Desa Siaga Aktif di Kabupaten Langkat Tahun 2012

5 159 133

Isolasi dan Karakterisasi Fungi Endofit Pada Akar tanaman Akasia (Acacia sp) di PT Sumatera Riang Lestari Sei Kebaro Labuhan Batu Selatan Sumatera Utara

8 106 49

Analisis Biaya dan Produktivitas Produksi Kayu Pada Hutan Tanaman Industri (Studi Kasus: PT. Sumatera Riang Lestari-Blok I, Sei Kebaro, Kab. Labuhanbatu Selatan dan Kab. Padang Lawas Utara)

15 92 73

Analisis Biaya dan Produktivitas Produksi Kayu Pada Hutan Tanaman Industri (Studi Kasus: PT. Sumatera Riang Lestari-Blok I, Sei Kebaro, Kab. Labuhanbatu Selatan dan Kab. Padang Lawas Utara)

3 24 73

RUP Kab Padang Lawas Utara 2013

0 0 1

Analisis Biaya dan Produktivitas Produksi Kayu Pada Hutan Tanaman Industri (Studi Kasus: PT. Sumatera Riang Lestari-Blok I, Sei Kebaro, Kab. Labuhanbatu Selatan dan Kab. Padang Lawas Utara)

0 0 9

Analisis Biaya dan Produktivitas Produksi Kayu Pada Hutan Tanaman Industri (Studi Kasus: PT. Sumatera Riang Lestari-Blok I, Sei Kebaro, Kab. Labuhanbatu Selatan dan Kab. Padang Lawas Utara)

0 0 2

Analisis Biaya dan Produktivitas Produksi Kayu Pada Hutan Tanaman Industri (Studi Kasus: PT. Sumatera Riang Lestari-Blok I, Sei Kebaro, Kab. Labuhanbatu Selatan dan Kab. Padang Lawas Utara)

0 0 2

Analisis Biaya dan Produktivitas Produksi Kayu Pada Hutan Tanaman Industri (Studi Kasus: PT. Sumatera Riang Lestari-Blok I, Sei Kebaro, Kab. Labuhanbatu Selatan dan Kab. Padang Lawas Utara)

0 0 2

Analisis Biaya dan Produktivitas Produksi Kayu Pada Hutan Tanaman Industri (Studi Kasus: PT. Sumatera Riang Lestari-Blok I, Sei Kebaro, Kab. Labuhanbatu Selatan dan Kab. Padang Lawas Utara)

0 1 19