Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kurikulum Katekisasi Sidi Jemaat GMIT Kaisarea BTN Kolhua ditinjau dari Perspektif Pedagogi Pembebasan Paulo Freire T2 752014019 BAB I

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gereja hadir di tengah dunia dengan misinya untuk mendirikan tanda-tanda
kerajaan Allah. Sejumlah kecenderungan dalam perubahan zaman merupakan petunjuk
mengenai perubahan konteks, yang harus dijawab dalam implementasi misi gereja,
melalui program-program yang direncanakan gereja dan didukung oleh jemaat. 1 Dewasa
ini, gereja-gereja Kristen mulai menyadari bahwa pelayanan gereja tidak lagi terbatas
pada penyampaian Firman dalam ibadah semata tetapi juga mencakup aspek-aspek lain
kehidupan manusia, seperti kesehatan, pendidikan, psikologis, sosial dan lain sebagainya.
Kesadaran ini yang membuat banyak gereja mulai berlomba-lomba untuk membuat
program pelayanan yang dapat menyentuh segala aspek kehidupan anggota jemaatnya.
Salah satu pelayanan yang dilakukan oleh gereja-gereja Kristen di Indonesia
adalah Katekisasi. Di dalam Perjanjian Baru, gereja Kristen mula-mula menggunakan
istilah katekisasi sebagai suatu kegiatan mengajar, mendidik, dan membentuk jemaatnya
dalam iman.2 Pengajaran Katekisasi diberikan untuk mengembangkan iman jemaat
menuju kematangan, iman yang "hidup, sadar dan aktif". Pengajaran katekisasi berusaha
untuk mengkonkritkan pemahaman setiap orang tentang apa artinya menjadi anak Allah
dan memungkinkan mereka untuk rela memikul tanggung jawab pribadi dan kolektif dari
hubungan itu.3


1

Weinata Sairin, Visi Gereja Memasuki Milenium Baru: Bunga Rampai Pemikiran (Jakarta: Gunung Mulia, 2002), 20.
John Paul Zenollito, Theological Aspects of Catechesis in the United “tates o f America in the First Decade f the
st Century , Disertasi Doctor Facultatis Theologiae, Universitatis Navarrensis, 2014, 224.
3
Eva Lumas, Catechesis in a Multicultural Church . Journal New Theology Review. (Berkeley: Februari 2011), 32.
2

1

Vincent Nichols mengatakan bahwa katekisasi merupakan suatu bentuk
pengajaran tentang iman yang membantu seseorang untuk menemukan hidup baru. 4
Melalui pengajaran katekisasi ini, peserta akan dibimbing untuk menuju kedewasaan
iman sebagai seorang Kristen. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa melalui
pengajaran tersebut gereja berusaha turut serta dalam membentuk iman jemaat untuk
dapat mereka terapkan dan pertanggungjawabkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai
orang Kristen. Karena fungsinya yang membina dan mendidik jemaat, katekisasi dapat
dikategorikan sebagai salah satu bentuk pendidikan agama Kristen.
Sebagai suatu bentuk pendidikan agama kristen, katekisasi sidi harus memenuhi

aspek-aspek yang menjadi fondasi dari pendidikan agama kristen, antara lain fondasi
alkitabiah, fondasi teologis, fondasi psikologis, fondasi filosofis, fondasi historis, fondasi
sosiologis, dan yang terakhir adalah fondasi kurikulum. 5 Berbicara mengenai kurikulum
secara khusus, ada berbagai macam pandangan tentang hakekatnya. Untuk itu, kurikulum
yang akan penulis gunakan dalam penulisan ini adalah kurikulum yang bersifat holistik,
yang mengacu kepada empat pertanyaan, tentang apa yang harus diajarkan, mengapa,
kepada siapa, dan dalam kondisi apa? Di mana semua pertanyaan-pertanyaan ini saling
berhubungan dan dapat berguna sebagai panduan untuk perencanaan kurikulum. 6
Kurikulum Pendidikan agama Kristen secara khusus tentu saja berbeda dengan
kurikulum pendidikan umum, sehingga dalam pelaksanaannya tidak cukup hanya
menggunakan pertimbangan-pertimbangan yang biasa dipakai dalam kurikulum biasa.
Yang membedakan antara kurikulum pendidikan agama Kristen dengan kurikulum
pendidikan umum adalah penyusunan kurikulum pendidikan agama Kristen berorientasi
4

Vincent Nichols, The Challenge of Catechesis Today . Journal compilation The Dominican Council. (Oxford: USA,
2006), 165.
5
Untuk informasi lebih lanjut mengenai penjelasan dari fondasi-fondasi pendidikan agama kristen, lihat Robert W.
Pazmino, Fondasi Pendidikan Kristen: Sebuah Pengantar dalam Perspektif Injili (Bandung: STT Bandung, 2012).

6
Ted W. Ward, Curriculum: The Path to High-Worth Outcomes . Common Ground Journal. Volume 10, No. 1,
(Michigan: 2012), 42.

2

pada alkitab dan ajaran Kristiani. 7 Untuk itu, Kurikulum katekisasi sidi harus dirancang
agar dapat memenuhi tujuan dari pengajaran katekisasi sidi itu sendiri, yaitu membantu
seseorang untuk bertumbuh dan mempertanggung jawabkan imannya berdasarkan ajaran
Kristiani.
Peserta katekisasi sidi pada umumnya terdiri dari anak-anak muda yang bukan
saja secara lahiriah, tetapi juga secara rohaniah banyak memiliki perbedaan. Sebagian
besar peserta katekisasi yang berada dalam usia remaja akhir menjadi tantangan
tersendiri dalam proses pengajaran katekisasi. James Dobson mengatakan bahwa masa
remaja adalah masa yang penuh perubahan. Perasaan tidak menentu, ragu-ragu, rasa
rendah diri sering menguasai hati para remaja. Dalam keadaan sulit itu, tidak sedikit para
remaja yang terjerumus, dewasa tanpa diiringi perkembangan pribadi yang seimbang dan
sebagainya.8 Pertimbangan ini yang menjadi salah satu persoalan dan tantangan dalam
pengajaran dan penyusunan kurikulum katekisasi sidi. Katekisasi sidi diharapkan tidak
hanya sekedar menjadi penyampaian ajaran agama semata tetapi juga dapat menjadi

sarana bagi para peserta katekisasi untuk menemukan, mengembangkan dan
mempertanggung jawabkan iman mereka.
Berbeda dengan pendidikan di sekolah yang diatur oleh pemerintah dan telah
mengalami sejumlah perubahan, pendidikan di gereja ditentukan oleh sinode bahkan
adapula yang menjadi tanggung jawab masing-masing gereja. Hal ini yang menyebabkan
perkembangan kurikulum pengajaran tiap gereja berbeda-beda. Pendidikan dalam gereja,
khususnya katekisasi memang tidak bisa disamakan dengan pendidikan sekolah.
Mengacu kepada pengertian katekisasi itu sendiri, katekisasi sejak awal ditujukan untuk
mengajarkan doktrin-doktrin maupun iman gereja kepada calon-calon anggota sidi
7

John Hull, Education for Discipleship: A Curriculum Orientation for Christian Educators . Jurnal Of Education
&Christian Belief. Volume 13: no. 2 (Kuyers Institute: 2009), 156.
8
James Dobson, Menjelang Masa Remaja (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), 1 – 3 .

3

jemaat. Materi-materi pengajaran yang disampaikan merupakan sesuatu yang tidak dapat
diganggu-gugat menurut gereja. Hal ini membuat proses pengajaran menjadi sekedar

sebuah proses penerusan warisan dan penghafalan yang harus diterima oleh para peserta
katekisasi sidi sebagai anggota gereja.
Paulo Freire, dalam bukunya ”Pendidikan Sebagai Praktek Pembebasan”
menamakan model pengajaran tersebut sebagai model “pendidikan gaya bank (banking
system of education)”. Freire mengatakan bahwa dalam model ini, proses pendidikan
berlangsung dengan melibatkan seorang subyek yang bercerita (guru) dan obyek-obyek
yang patuh dan mendengarkan (murid-murid). Isi pelajaran yang diceritakan, baik yang
menyangkut nilai-nilai maupun segi-segi empiris dari realitas, dalam proses cerita
cenderung menjadi kaku dan tidak hidup. Murid-murid mencatat, menghafal dan
mengulangi ungkapan-ungkapan tersebut tanpa memahami apa arti sesungguhnya.
Pendidikan karenanya menjadi sebuah kegiatan menabung, di mana para murid adalah
celengan dan guru adalah penabungnya. Padahal menurutnya, tanpa usaha mencari, tanpa
praksis, manusia tidak akan menjadi benar-benar manusiawi. Dalam konsep pendidikan
gaya bank, pengetahuan merupakan sebuah anugerah yang dihibahkan oleh mereka yang
menganggap diri berpengatahuan kepada mereka yang dianggap tidak memiliki
pengetahuan apa-apa.9
Gereja - gereja Kristen di Indonesia telah lama melaksanakan katekisasi sidi,
tidak terkecuali di GMIT. Sinode GMIT menyadari tugas panggilan mereka dalam
pekabaran injil tidak terbatas pada pemberitaan Firman dalam kebaktian minggu saja
tetapi juga pengajaran Alkitab dan pembekalan iman bagi anggota jemaatnya. Hal ini

dapat dilihat melalui upaya sinode dengan menghadirkan badan yang bertanggung jawab
terhadap segala bentuk pengajaran di GMIT. Sinode GMIT telah lama menjadikan
9

Paulo Freire, Pendidikan Kaum Tertindas, terj. Tim Redaksi LP3ES, (Jakarta: LP3ES, 2008), 51-53.

4

katekisasi sebagai pengajaran yang wajib diikuti oleh setiap anggota jemaat berusia
muda sebagai syarat mengikuti peneguhan sidi, perjamuan kudus dan pernikahan.
Sinode GMIT telah memiliki suatu pedoman penyusunan kurikulum katekisasi
sidi yang mengatur jangka waktu pelaksanaan, metode pengajaran, isi pengajaran, tenaga
pengajar, dan tujuan pengajaran tersebut. Pengajaran katekisasi sidi di GMIT sendiri
mengacu pada kesadaran GMIT akan tugas dan panggilannya sebagai pemberita Firman
yang terkandung dalam Peraturan Pokok Jemaat GMIT mengenai Panca Pelayanan
(Koinonia, Diakonia, Marturia, Liturgia, dan Oikonomia). Dalam salah satu poin
disebutkan bahwa kesaksian dalam lingkup jemaat dilaksanakan dengan cara: Khotbah,
pengajaran, tulisan, kesenian, dan teknologi. Tujuan dari kesaksian itu sendiri salah
satunya adalah untuk saling membangun, memelihara, dan meningkatkan iman anggota
jemaat.10

Salah satu jemaat GMIT yang melaksanakan pengajaran katekisasi sidi adalah
Jemaat GMIT Kaisarea BTN Kolhua. Para peserta katekisasi sidi di GMIT Kaisarea
umumnya berada dalam usia remaja, usia di mana mereka membutuhkan perhatian yang
lebih dalam proses pendidikan. Katekisasi sidi menjadi salah satu wadah penting bagi
gereja untuk membimbing dan membina iman jemaat usia muda ke arah yang lebih baik.
Penyusunan kurikulum katekisasi sidi saat ini menghadapi tantangan besar, di mana
pengajaran katekisasi harus mampu membekali jemaat dalam menghadapi perubahan
yang ada dalam masyarakat. Remaja Kristen membutuhkan lebih dari sekedar
pemberitaan sejarah maupun dogma-dogma gerejawi semata yang hanya diwariskan oleh
para pengajar kepada mereka. Oleh sebab itu, berdasarkan latar belakang yang telah
dipaparkan, penulis ingin meneliti lebih dalam mengenai kurikulum katekisasi sidi dalam

10

Peraturan Pokok Jemaat GMIT Nomor: 3/TAP/SSI-GMIT/II/2010) Bab VII mengenai Panca Pelayanan, Bagian
Kedua tentang Kesaksian, 123.

5

sebuah karya ilmiah yang lebih terstruktur dengan mengangkat judul; “Kurikulum

Katekisasi Sidi Jemaat GMIT Kaisarea BTN Kolhua ditinjau dari Perspektif
Pedagogi Pembebasan Paulo Freire”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka
rumusan masalah yang akan dibahas adalah: Bagaimana Kurikulum Katekisasi Sidi
Jemaat GMIT Kaisarea BTN Kolhua ditinjau dari Perspektif Pedagogi Pembebasan
Paulo Freire?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk: Mendeskripsikan dan menganalisis
Kurikulum Katekisasi Sidi Jemaat GMIT Kaisarea BTN Kolhua ditinjau dari Perspektif
Pedagogi Pembebasan Paulo Freire.
1.4 Signifikansi Penelitian
Dengan melihat tujuan penulisan dan rumusan masalah di atas, maka signifikansi
dari penulisan ini adalah :
1. Secara akademik, penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan teoritis
mengenai kurikulum pendidikan agama Kristen di gereja, terutama kurikulum
katekisasi sidi yang membebaskan bagi anggota jemaat.
2. Secara praktis, penulisan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran
dan terapan tanggung jawab bagi semua pihak terkhusus Sinode GMIT dalam
menyusun dan mengembangkan kurikulum pengajaran di gereja, terutama

kurikulum katekisasi sidi yang membebaskan jemaat dalam memahami dan
merefleksikan iman Kristiani mereka.

6

1.5 Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang akan digunakan adalah metode deskriptif analisis dan
pendekatan yang akan digunakan adalah kualitatif. Proses penelitian kualitatif ini
melibatkan upaya-upaya penting, seperti mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan
prosedur-prosedur, mengumpulkan data yang spesifik dari partisipan, menganalisis data
secara induktif mulai dari tema-tema yang khusus ke tema-tema umum, dan menafsirkan
makna data.11 Yang akan dideskripsikan dalam penelitian ini adalah kurikulum
pengajaran katekisasi sidi di Jemaat GMIT Kaisarea BTN Kolhua, kemudian
menganalisisnya dari Perspektif Pedagogi Pembebasan Paulo Freire.
1)

Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan beberapa teknik
pengumpulan data:
 Wawancara Mendalam: Teknik ini memungkinkan penulis untuk bertanya

kepada responden guna mendapatkan informasi mengenai fenomena yang ingin
diteliti.12 Informan kunci dalam wawancara ini adalah pihak Sinode yang
berwenang dalam penyusunan kurikulum katekisasi sidi di GMIT, Pengajar
Katekisasi sidi dan Pendeta Jemaat GMIT Kaisarea BTN Kolhu.
 Focus Group Discussion: FGD merupakan diskusi yang dilakukan oleh
sekelompok kecil orang yang terorganisasi mengenai topik tertentu. 13 Dengan
menggunakan diskusi kelompok terarah, penulis akan berdiskusi dengan
sepuluh orang anggota jemaat selaku peserta katekisasi sidi (katekumen) dan
juga sepuluh orang anggota jemaat yang pernah mengikuti katekisasi sidi.
Anggota Jemaat yang pernah mengikuti katekisasi sidi ini dipilih secara acak.
11

John W. Creswell, Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed (Jogjakarta: Pustaka Pelajar,
2013), 20- 21.
12
Richard & Lynn, Pengantar Teori Komunikasi (Jakarta: Salemba Humanika, 2008), 83.
13
Jane Strokes, How To Do Media and Cultural Studies: Panduan Untuk Melaksanakan Penelitian dalam Kajian
Media dan Budaya (Jogjakarta: Bentang, 2006), 169.


7

Mereka ditahbiskan menjadi anggota sidi dalam waktu yang berbeda-beda,
mulai dari tahun 2007 sampai 2014.
 Studi Dokumentasi: Merupakan teknik pengumpulan data yang tidak langsung
ditujukan kepada subyek penelitian, tetapi mempelajari dokumen yang
tersedia.14 Melalu metode ini, penulis akan meneliti dokumen kurikulum
katekisasi sidi jemaat GMIT Kaisarea BTN Kolhua (mencakup di dalamnya
materi pengajaran dan aturan teknis penyelenggaraan katekisasi sidi).
 Observasi Lapangan: Mengumpulkan data-data yang diperlukan berdasarkan
indra penglihatan tanpa mengajukan pertanyaan. Melalui teknik ini, penulis
akan melihat bagaimana proses pengajaran katekisasi sidi GMIT Kaisarea
berlangsung.15
1.6 Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Sinode Gereja Masehi Injili di Timor, dengan
alamat: Jalan Perintis Kemerdekaan – Kupang dan Juga Jemaat GMIT Kaisarea BTN
Kolhua.
1.7 Sistematika Penulisan
Penelitian ini terdiri atas empat bab. Bab satu tentang pendahuluan yang meliputi
latar belakang penulisan mengenai kurikulum katekisasi sidi Jemaat GMIT Kaisarea BTN
Kolhua ditinjau dari perspektif Pedagogi Pembebasan Paulo Freire. Bab dua mengenai
landasan teoritis yang berisi tentang teori Katekisasi sebagai bentuk Pendidikan Agama
Kristen di Gereja: Perkembangan Katekisasi, Katekisasi Sidi; Kurikulum Pendidikan
Agama Kristen: Konsep Kurikulum, Komponen Kurikulum; Latar Belakang Munculnya
Pedagogi Pembebesasan Paulo Freire: Awal Kemunculan Pedagogi Pembebasan Paulo,
Kritik terhadap Model Pendidikan Gaya Bank Yang Menindas, Mengganti Model
14

Sarini Abdulah dan Taufik Edy Sutanto, Statistika Tanpa Stres: Panduan Lengkap Penelitian (Jakarta:
Transmedia, 2015), 38
15
Abdulah dan Sutanto, Statistika Tanpa Stres, 37

8

Pendidikan Gaya Bank Dengan Pendidikan Hadap Masalah, Konsientisasi sebagai Tujuan
Pendidikan Pembebasan, Pendidikan dan Teologi Pembebasan. Bab tiga tentang hasil
penelitian dan pembahasan yang meliputi Pengantar Gambaran Umum Lokasi Penelitian:
Profil Jemaat GMIT Kaisarea BTN Kolhua, Bentuk Penatalayanan Dan Pengorganisasian
Jemaat GMIT Kaisarea BTN Kolhua, Dasar Pengajaran Jemaat GMIT Kaisarea BTN
Kolhua, serta Deskripsi dan Analisa Kurikulum Katekisasi Sidi Jemaat GMIT Kaisarea
BTN Kolhua ditinjau dari perspektif Pedagogi Pembebasan Paulo Freire. Bab empat
berisi kesimpulan berupa temuan-temuan dari hasil penelitian, pembahasan dan analisa;
saran-saran dan yang terakhir rekomendasi untuk penelitian lanjutan.

9

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Katekisasi Pranikah (Pelaksanaan Katekisasi Pranikah dan Manfaatnya Bagi Kehidupan Keluarga Kristen di Jemaat GMIT Kota Kupang)

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Alienasi Atau Pembebasan?: Studi Mengenai Perspektif GMIT Jemaat Zaitun Tuapukan terhadap Pembangunan Gedung Ibadah T2 752015027 BAB V

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Alienasi Atau Pembebasan?: Studi Mengenai Perspektif GMIT Jemaat Zaitun Tuapukan terhadap Pembangunan Gedung Ibadah T2 752015027 BAB IV

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Alienasi Atau Pembebasan?: Studi Mengenai Perspektif GMIT Jemaat Zaitun Tuapukan terhadap Pembangunan Gedung Ibadah T2 752015027 BAB II

0 1 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Alienasi Atau Pembebasan?: Studi Mengenai Perspektif GMIT Jemaat Zaitun Tuapukan terhadap Pembangunan Gedung Ibadah T2 752015027 BAB I

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pelaksanaan Kegiatan Sekolah Minggu di GMIT Kamengtakali Ditinjau dari Perspektif Pendidikan Pembebasan Paulo Friere

0 0 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kurikulum Katekisasi Sidi Jemaat GMIT Kaisarea BTN Kolhua ditinjau dari Perspektif Pedagogi Pembebasan Paulo Freire T2 752014019 BAB II

0 9 37

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kurikulum Katekisasi Sidi Jemaat GMIT Kaisarea BTN Kolhua ditinjau dari Perspektif Pedagogi Pembebasan Paulo Freire T2 752014019 BAB IV

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kurikulum Katekisasi Sidi Jemaat GMIT Kaisarea BTN Kolhua ditinjau dari Perspektif Pedagogi Pembebasan Paulo Freire

0 0 1

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Studi tentang Metode Pengajaran Katekisasi bagi Katekumen di Jemaat GMIT Syalom Sakteo

0 3 36