Analisis Tingkat Kemungkinan Partisipasi Masyarakat Terhadap Rencana Kegiatan Restorasi Lanskap Hutan di Das Lepan Kabupaten Langkat

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Seratus tahun yang lalu Indonesia masih memiliki hutan yang melimpah,
pohon-pohonnya menutupi 80 sampai 95 persen dari luas lahan total. Tutupan
hutan total pada waktu itu diperkirakan sekitar 170 juta ha. Saat ini tutupan hutan
sekitar 98 juta hektar, dan paling sedikit setengahnya diyakini sudah mengalami
degradasi akibat kegiatan manusia. Tingkat deforestasi makin meningkat.
Indonesia kehilangan sekitar 17 persen hutannya pada periode tahun 1985 dan
1997. Rata-rata, negara kehilangan sekitar satu juta hektar hutan setiap tahun pada
tahun 1980-an, dan sekitar 1,7 juta ha per tahun pada tahun 1990-an. Sejak tahun
1996, deforestasi tampaknya malah meningkat lagi sampai sekitar 2 juta ha per
tahun. Pada tingkat ini, tampaknya seluruh hutan dataran rendah Indonesia yang
paling kaya akan keanekaragaman hayati dan berbagai sumber kayu akan lenyap
dalam dekade mendatang (Holmes, 2000 dalam FWI/GFW, 2001).
Banyaknya ancaman terhadap hutan Indonesia, mulai dari berbagai
kegiatan pembalakan skala besar sampai pembukaan hutan skala kecil oleh para
keluarga petani; dari tebang habis untuk membuka lahan industri pertanian sampai
kehancuran akibat kebakaran hutan yang berulang. Pembalakan ilegal dilakukan
di setiap tingkat masyarakat oleh para pejabat yang korup, militer, para operator
liar dan kelompok perusahaan kayu (HPH) yang resmi (FWI/GFW, 2001).
Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan menyebutkan

bahwa

penyelenggaraan

kehutanan

bertujuan

untuk

sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat dengan meningkatkan daya dukung Daerah Aliran Sungai
(DAS) dan mempertahankan kecukupan hutan minimal 30% dari luas DAS

ix
Universitas Sumatera Utara

2


dengan sebaran proporsional. Menurut Nurmayanti (2010), DAS merupakan suatu
wilayah daratan atau lahan yang mempunyai komponen topografi, batuan, tanah,
vegetasi, air, sungai, iklim, hewan, manusia dan aktivitasnya yang berada pada, di
bawah, dan di atas tanah. Pengelolaan DAS adalah upaya dalam mengelola
hubungan timbal balik antara sumberdaya alam terutama vegetasi, tanah dan air
dengan sumberdaya manusia di DAS dan segala aktivitasnya untuk mendapatkan
manfaat ekonomi dan jasa lingkungan bagi kepentingan pembangunan dan
kelestarian ekosistem DAS.
Provinsi Sumatera Utara khususnya Kabupten Langkat memiliki beberapa
Daerah Aliran Sungai (DAS), salah satunya yaitu DAS Lepan. DAS Lepan sendiri
dikategorikan ke dalam DAS prioritas I di Sumatera Utara yang artinya DAS
Lepan memiliki prioritas pengelolaannya yang tinggi karena menunjukkan kondisi
dan permasalahan biofisik dan sosial ekonomi yang dapat dikatakan kritis atau
tidak sehat. Dengan kata lain DAS Lepan adalah salah satu DAS vital yang tidak
dapat diabaikan. Kondisi DAS Lepan saat ini cukup mengkhawatirkan karena
banyaknya konversi lahan hutan di wilayah hulu yang merupakan bagian dari
daerah Ekosistem Taman Nasional Gunung Leuser berbatasan langsung dengan
areal perkebunan kelapa sawit. Daerah Aliran Sungai Lepan yang merupakan
kawasan konservasi yang harus tetap dijaga keberadaannya. Akibat pertumbuhan
penduduk kebutuhan masyarakat akan lahan semakin meningkat, sehingga salah

satu langkah yang diambil dengan mengkonversi hutan untuk memenuhi
kebutuhan mereka (Meliala, 2016).
Berdasarkan penelitian (Meliala, 2016) menunjukkan bahwa tutupan lahan
hutan pada tahun 2015 sebesar 28,1% dari total DAS Lepan artinya tidak

Universitas Sumatera Utara

3

memenuhi standar minimal yang ditetapkan oleh pemerintah dalam Undangundang No.41 tahun 1999 tentang Kehutanan yakni kawasan hutan harus
memiliki minimal 30% dari luas total suatu DAS. Hal ini menandakan bahwa
kondisi yang terdapat pada DAS Lepan tidak baik.
Permasalahan yang terdapat pada DAS Lepan ini dapat diperbaiki dengan
melakukan kegiatan restorasi. Restorasi didefinisikan sebagai upaya untuk
mengembalikan unsur biotik (flora dan fauna) serta unsur abiotik (tanah, iklim,
dan topografi) pada kawasan hutan (produksi), sehingga tercapai keseimbangan
hayati (Permenhut No: SK.159/Menhut-II/2014).
Restorasi lanskap hutan adalah kegiatan untuk mengembalikan lanskap
hutan mendekati bentuk lanskap hutan seperti sebelumnya. Restorasi lanskap
hutan juga harus mendapat dukungan dari masyarakat di dalam dan sekitar hutan.

Tingkat kemungkinan partisipasi masyarakat menjadi salah satu faktor penting
dalam menentukan keberhasilan restorasi lanskap hutan (Samsuri, 2014). Dalam
Manurung, dkk. (2012), Agar kegiatan restorasi ini juga dapat berjalan dengan
baik dan berhasil, masyarakat setempat dengan komunikasi yang efektif sebagai
stakeholder haruslah terlibat secara penuh mulai dari perencanaan kegiatan
sampai pada pemeliharaan tanaman dan pemilihan jenis yang digunakan.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian Analisis Tingkat Kemungkinan Partisipasi Masyarakat
Terhadap Rencana Kegiatan Restorai Lanskap Hutan di DAS Lepan Kabupaten
Langkat adalah:
1. Mendapatkan tingkat kemungkinan partisipasi masyarakat di DAS Lepan
Kabupaten Langkat dalam kegiatan restorasi lanskap hutan.

Universitas Sumatera Utara

4

2. Mendapatkan jenis tanaman yang sesuai untuk kegiatan restorasi lanskap
hutan di DAS Lepan, Kabupaten Langkat.


Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai tingkat
kemungkinan partisipasi masyarakat di DAS Lepan, Kabupaten Langkat terhadap
kegiatan restorasi lanskap hutan serta dapat mengetahui jenis tanaman yang sesuai
untuk digunakan pada kegiatan restorasi di DAS Lepan.

Universitas Sumatera Utara