Kesesuaian Jenis untuk Perencanaan Restorasi Lanskap Hutandi DAS Lepan Kabupaten Langkat

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lanskap Hutan
Ekologi lanskap didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari pengaruh
pola (pattern) dan proses, yang mengacu pada struktur lanskap. Definisi lain
menyebutkan, ekologi lanskap merupakan sub disiplin ekologi dan geografi yang
khusus mempelajari variasi spasial dalam lanskap yang mempengaruhi prosesproses ekologi seperti distribusi, aliran energi, materi dan individu dalam
lingkungannya (Wijaya, 2016).
Lanskap hutan adalah suatu seni mengorganisasi bentang alam berupa
hutan untuk menghasilkan sejumlah manfaat dari tegakan hutan yang
mempertimbangkan ruang dan waktu tertentu (Fandeli dan Muhammad, 2009).
Lanskap hutan dicirikan oleh karakteristiknya sebagai bentang alam yang
didominasi oleh adanya hutan di wilayahnya, meliputi dari bagian hulu hingga ke
bagian hilir suatu Daerah Aliran Sungai (DAS). (Litbang Hutan, 2010)
2.2 Pengertian Daerah Aliran Sungai (DAS)
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu kesatuan ekosistem alami yang
utuh dari hulu hingga hilir beserta kekayaan sumber daya alam dan sumber daya
buatan.Untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakat Indonesia, DAS
perlu dikembangkan secara maksimal dan berkelanjutan melalui upaya
pengelolaan DAS.Pengelolaan DAS merupakan upaya yang sangat penting
sebagai akibat terjadinya penurunan kualitas lingkungan DAS di Indonesia

(Sudarwanto, 2013).
Ekosistem DAS dibagi menjadi daerah hulu, tengah, dan hilir. Secara
biogeofisik, daerah hulu merupakan daerah konservasi, mempunyai kerapatan

Universitas Sumatera Utara

drainase lebih tinggi, dengan kemiringan lereng lebih besar dari 15%, bukan
daerah banjir, pengaturan pemakaian air ditentukan oleh pola drainase, dan jenis
vegetasi umumnya tegakan hutan. Sementara daerah hilir DAS merupakan daerah
pemanfaatan dengan kemiringan lereng kecil (kurang dari 8%), pada beberapa
tempat merupakan daerah banjir, pengaturan pemakaian air ditentukan oleh
bangunan irigasi, dan jenis vegetasi didominasi oleh tanaman pertanian.Ekosistem
DAS hulu merupakan bagian yang penting, karena mempunyai fungsi
perlindungan terhadap seluruh bagian DAS. Perlindungan ini antara lain dari segi
fungsi tata air. Perencanaan DAS hulu seringkali menjadi fokus perencanaan
mengingat bahwa dalam suatu DAS, daerah hulu dan hilir mempunyai keterkaitan
biofisik melalui daur hidrologi.(Ismeldo, 2015).
2.3 Perencanaan Restorasi
Perencanaan merupakan kegiatan penting dalam setiap upaya pemulihan
ekosistem terdegradasi yang menjadi acuan secara sistematik guna pencapaian

tujuan restorasi secara efektif dan efisien. Dalam penyusunan perencanaan
restorasi, ada beberapa kajian dasar yang perlu dilakukan diantaranya kajian
biofisik kawasan yang akan direstorasi dan ekosistem sekitar dengan kondisi
vegetasi yang baik dan utuh, kajian antropologi sekitar tapak, kesiapan kawasan
untuk direstorasi dan pelaksana restorasi, penyusunan rancangan teknis restorasi
serta penyusunan sistem monitoring dan evaluasi. (Heriansyah, et al, 2014)
Restorasi merupakan upaya memulihkan kawasan hutan yang mengalami
kerusakan (degraded) atau terganggu (disturbed) akibat aktivitas manusia atau
gangguan alam. Tujuannya adalah menetapkan ekosistem yang memiliki sifat
tertentu, asli, dan bersejarah (Basyuni, 2002).Lebih lanjut restorasi juga ditujukan

Universitas Sumatera Utara

untuk mengembalikan fungsi hutan menyerupai atau mendekati fungsi hutan
sebelum terdegradasi.Restorasi selain berupaya mengembalikan hutan menyerupai
kondisi sebelumnya juga bertujuan untuk mengembalikan bentuk lanskap
mendekati bentuk lanskap sebelumnya atau yang dikenal juga dengan sebutan
Forest Lanscape Restoration (FLR).Dalam melakukan kegiatan restorasi suatu
lanskap hutan harus mempertimbangkan karakteristik ekologi lanskapnya. Luas
area hutan yang terdegradasi sangat besar dan ketergantungan masyarakat akan

hutan juga sangat tinggi. (Samsuri, 2014).
2.4 Kesesuaian jenis
Apabila kondisi hutan dan penggunaannya sudah terdegradasi atau rusak,
diperlukan perencanaan untuk mengembalikan fungsi hutan sebagaimana
sebelumnya. Pengembalian fungsi hutan seperti itu dapat digunakan dengan
melakukan restorasi.Kegiatan restorasi dapat berupa menanam kembali pohonpohon untuk dapat mengembalikan fungsi hutan. Arsyad (1989) mengemukakan
bahwa jenis-jenis pohon untuk ditanam pada lahan-lahan terdegradasi sebaiknya
memenuhi kriteria berikut: jenis tanaman cepat tumbuh, menghasilkan serasah
yang banyak, memiliki sistem perakaran melebar dan kuat, mempunyai nilai
ekonomis, mampu memperbaiki tanah, dan mempunyai tajuk pohon yang lebat.
Pemilihan jenis-jenis tanaman untuk tujuan reboisasi atau pemulihan lahan
terdegradasi

perlu dipenuhi antara lain;

mampu tumbuh di tempat terbuka

dengan penyinaran penuh (jenis pioner, intoleran, beriap sehat), dapat tumbuh dan
bersaing dengan alang-alang serta cepat menutup tanah, mudah bertunas setelah
terbakar atau dipangkas, biji atau bagian vegetatif untuk pembiakan mudah

didapat atau diperoleh, dan untuk tujuan penghijauan, serta jenis-jenis pohon yang

Universitas Sumatera Utara

dipilih harus disenangi oleh masyarakat. Selain itu, faktor lain yang perlu
diperhatikan untuk keberhasilan kegiatan pemulihan lahan-lahan terdegradasi atau
lahan kritis adalah adanya kesesuaian antara kualitas lahan dengan persyaratan
tumbuh jenis yang terpilih. (Ginting et al, 1995).
2.5 Tanah
Tanah adalah suatu benda alami yang terdapat di permukaan kulit bumi,
terdiri dari bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukan batuan dan bahan
organik sebagai hasil pelapukan sisa-sisa tanaman dan hewan.Tanah juga
merupakan medium pertumbuhan tanaman dengan sifat-sifat tertentu, sebagai
terjadi akibat gabungan dari faktor iklim, bahan induk, bentuk wilayah, dan waktu
pembentukan tanah (Mubai, 2011). Analisis tanah merupakan salah satu cara
untuk menilai status hara dan kesuburan tanah. Apabila kadar hara kurang atau
jumlah yang tersedia tidak cukup untuk pertumbuhan secara optimal harus ada
pengelolaan lanjutan. (Nurmegawati dan Makruf, 2013).
Apabila penggunaan lahan dilakukan secara terus menerus, maka proses
degradasi akan berjalan cepat sehingga menurunkan produktivitas tanahnya.

Kehilangan produktivitas tanah diakibatkan oleh pendangkalan tanah atau
perubahan lapisan bawah menyebabkan terganggunya pertumbuhan akar. Selain
itu, penurunan produktivitas tanah disebabkan oleh penurunan sifat fisik dan
kimia tanah (Asmar et al, 2010).
Sifat fisik tanah adalah sifat sifat yang berpengaruh terhadap udara, panas,
air, dan zat lainnya melalui tanah. Sifat fisik tanah anatara lain tekstur tanah,
struktur tanah, porositas, dan stabilitas agregat (Darmayanti, 2012). Sifat fisik
tanah yang digunakan dalam penelitian ini adalah tekstur tanah perbandingan

Universitas Sumatera Utara

antara butir-butir pasir (2mm - 50µ), debu (2µ-50 µ), dan liat (< 2µ) di dalam
fraksi tanah. Di dalam segitiga tekstur terdapat 12 kelas tekstur tanah yaitu pasir,
pasir berlempung, lempung berpasir, lempung berdebu, debu, lempung liat,
lempung liat berpasir, lempung liat berdebu, liat berpasir, liat berdebu, dan liat.
Apabila tanah didominasi oleh pasir maka akan banyak mempunyai pori-pori
makro (besar) disebut lebih poreus, tanah yang didominasi debu akan banyak
mempunyai pori-pori meso (sedang) agak poreus, sedangkan yang didominasi liat
akan mempunyai pori-pori mikro (kecil) atau tidak poreus (Sitepu, 2007).
Sedangkan sifat kimia tanah adalah sifat yang berpengaruh terhadap bahan-bahan

kimia yang terkandung pada tanah.Komponen kimia tanah meliputi pH tanah, N,
P, K, C-organik, KTK, dan lain-lain.

Universitas Sumatera Utara