Analisis Nilai-Nilai Religius Yang Terkandung Dalam Kitab Al-Barzanji

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Sastra adalah ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman, pemikiran,
perasaan, semangat, keyakinan, dalam suatu bentuk gambaran kongkret yang
membangkitkan pesona dengan alat-alat bahasa (Sumardjo dan Saini, 1991:3).
Pernyataan diatas mengandung makna bahwa manusia menggunakan karya sastra
sebagai sarana untuk mengungkapkan gagasan, pengalaman, pemikiran, dan
sebagainya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa karya sastra sangat bermanfaat
bagi manusia dan pembacanya.
Kata sastra berasal dari bahasa latin yaitu “literature” yang mengandung
makna puisi. Namun kenyataannya, pengertian yang dikenalsaatini kata
“literature” mengacu pada makna segala sesuatu yang tertulis. Dalam bahasa
Inggris misalnya dikenal istilah “literature”, sedangkan dalam bahasa Perancis
“literature”, dalam bahasa Jerman adalah “literature”, dan dalam bahasa Belanda
“letterkunde” (Fananie, 2004:4).
Istilah bahasa Arab sastra disebut dengan ‫ اﻷدب‬/al-`adabu/ (Al-Bisri, 1999:
312). Menurut Muzakki (2006 : 32):

‫اﺣﺪﳘﺎاﻷدب ﺑﺎﳌﻌﲎ اﳋﺎص وﻫﻮ اﻟﻜﻼم اﳉﻴﺪاﻟﺬي ﳛﺪث ﰱ ﻧﻔﺲ‬: ‫ان ﻟﻜﻠﻤﺔ ﻣﻌﻨﻴﲔ ﳐﺘﻠﻔﲔ ان‬

‫ واﻟﺜﺎﱐ اﻷدب ﺑﺎﳌﻌﲎ اﻟﻌﺎم وﻫﻮاﻻﻧﺘﺎج‬.‫ ﺳﻮاء أآان ﻫﺬا اﻟﻜﻼم ﺷﻌﺮا أم ﻧﺜﺮا‬,‫ﻗﺎرﺋﻪ وﺳﺎﻣﻌﻪ ﻟﺬة ﻓﻨﻴﺔ‬
‫ ﻓﺎﻟﻘﺼﻴﺪة اﻟﺮاﺋﻌﺔ واﳌﻘﺎﻟﺔ اﻟﺒﺎرﻋﺔ و اﳋﻄﺒﺔ اﳌﺆﺛﺮة‬.‫ وﻳﻜﺘﺐ ﰱ اﻟﻜﺘﺐ‬,‫اﻟﻌﻘﻠﻲ اﻟﺬي ﻳﺼﻮر ﰱ اﻟﻜﻼم‬
‫ ﻷﻧﻚ ﺗﻘﺮؤﻩ وﺗﺴﻤﻌﻪ ﻓﺘﺠﺪ ﻓﻴﻪ ﻟﺬة ﻓﻨﻴﺔ آاﻟﻠﺬة اﻟﱵ‬,‫واﻟﻘﺼﺔ اﳌﻤﺘﺎزة آل ﻫﺬا أدب ﺑﺎﳌﻌﲎ اﳋﺎص‬
‫ ﻓﻬﻮ اذن‬,‫ وﺣﲔ ﺗﺮى اﻟﺼﻮرة اﳉﻤﻴﻠﺔ واﻟﺘﻤﺎﺛﻞ اﻟﺒﺪﻳﻊ‬,‫ﲡﺪﻫﺎ ﺣﲔ ﺗﺴﻤﻊ ﻏﻨﺎء اﳌﻐﲎ وﺗﻮﻗﻴﻊ اﳌﻮﺳﻴﻘﻰ‬
‫ﻳﺘﺼﻞ ﺑﺬوﻗﻚ وﺣﺴﻚ و ﺷﻌﻮرك وﳝﺲ ﻣﻠﻜﺔ ﺗﻘﺪﻳﺮ اﳉﻤﺎل ﰱ ﻧﻔﺴﻚ‬

1
Universitas Sumatera Utara

/Inna likalimatin ma‘nayaini mukhtalifaini: ahadahumā al-adabu bilma‘nā
alkhāssi wa huwa al-kalāmu al-jayyidu al-lazi yuhdasu fī nafsi qāri`ihi wasāmi‘ihi
lazzatun fanniyyatun, sawā’un `akāna hazā al-kalāmu syi‘ran am nasran. Wa
alsānī al-`adabu bilma‘nā al-‘āmmi wa huwa al-`intāju al-’aqlī al-lazī yusawwiru
fī al-kalāmi, wa yaktubu fī al-kutubi. Falqasīdatu al-rā`i‘atu wa al-maqālatu
albāri‘ atu wa al- khutbatu al-mu`assaratu wa al-qissatu al-mumtāzatu kullu hazā
adabun bilma‘nā al-khāssi, li`annaka taqra’uhu wa tasma‘uhu fatajidu fīhi
lazzatun fanniyyatun kā al-lazzati al-latī tajiduhā hīna tasma‘u ginā`u al-mugnī
wa tawqī‘u al-mūsīqī, wa hīna tarā al-sūratu al-jamī’latu wa al-tamāsilu albadī‘u,
fahua azinun yattasilu bizauqika wa hissika wa syu‘ūrika wa yamissu malikatun
taqdīrun al-jamāli fī nafsika/. ‘‘Kata adab terbagi dalam dua arti yang berbeda,

yang pertama adalah adab dengan arti khusus, yaitu kata-kata indah yang dapat
menimbulkan kelezatan estetika jiwa pembaca dan pendengar, baik kata-kata itu
berupa puisi maupun berupa prosa. Yang kedua adalah adab dengan arti umum
yaitu karya yang ditimbulkan oleh pikiran, tergambar dalam kata-kata dan tertulis
dalam buku. Qasidah yang dapat menggetarkan jiwa, artikel yang dapat
menimbulkan keindahan, pidato yang mengesankan, dan cerita yang istimewa,
semua termasuk kategori adab dengan arti khusus. Hal ini terjadi ketika membaca
dan mendengar, kemudian menemukan kelezatan estetis seperti halnya mendengar
nyanyian dan sentuhan musik dan seperti melihat gambar yang indah dan patung
yang anggun. Semua itu berhubungan dengan perasaan menyentuh penilaian
keindahan’’.
Menurut Abdul Azis dalam (Muzakki, 2006: 32) secara lebih spesifik
menyebutkan sastra adalah:

‫اﻷدب ﻛﻞ ﺷﻌﺮ او ﻧﺜﺮ ﻳﺆﺛﺮ ﰲ اﻟﻨﻔﺲ وﻳﻬﺬب اﳋﻠﻖ و ﻳﺪﻋﻮ اﱃ اﻟﻔﻀﻴﻠﺔ وﻳﺒﻌﺪ ﻋﻦ اﻟﻔﻀﻴﻠﺔ وﻳﺒﻌﺪ‬
‫ﻋﻦ اﻟﺮذﻳﻠﺔ ﺑﺎﺳﻠﻮب ﲨﻴﻞ‬
/al-adabu kullu syi’rin au naśrin yu’asiru fi al-nafsi wa yuhażżibu al-khuluqi wa
yad’ū ilā al-fadilati wa yubai’du ‘an al-rażīlati bi uslūbin jamīlin/ “sastra adalah
setiap puisi atau prosa yang memberi pengaruh kepada kejiwaan, mendidik budi
pekerti dan mengajak kepada akhlak yang mulia serta menjauhkan perbuatan

tercela dengan menggunakan gaya bahasa yang indah”.
Sastra dalam bahasa Indonesia berarti: (1) bahasa (kata-kata, gaya bahasa)
yang dipakai di kitab-kitab (bukan bahasa sehari-hari), (2) karya tulis, yang jika
dibandingkan dengan tulisan lain memiliki berbagai ciri keunggulan, seperti
keaslian, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya, drama, epik, dan
lirik, (3) kitab suci (Hindu), (kitab) ilmu pengetahuan, (4) pustaka, kitab primbon

2
Universitas Sumatera Utara

(berisi) ramalan, hitungan, dan sebagainya, dan (5) tulisan, huruf (Kamus Besar
Bahasa Indonesia, 2007:786).
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menanamkan dan mengajarkan
nilai-nilai moral bagi masyarakat, salah satunya ialah melalui karya sastra. Karya
sastra diharapkan mampu menjadi suatu media pengajaran bagi masyarakat di
samping memberi kenikmatan dalam “menyaksikan” berbagai cerita yang
dibangun oleh pengarang. Cerita yang “diangkat” pengarang bisa berdasarkan
pengamatan terhadap keadaan sosial di sekitar pengarang, bisa juga pengalaman
pengarang itu sendiri. Refleksi tindakan sosial di sekitar pengarang kemudian
“diangkat” menjadi satu cerita yang memuat ajaran moral di dalamnya. (Watt

dalam Endraswara, 2011:23) menyatakan bahwa seni dan sastra adalah refleksi
tindakan sosial manusia. Itulah sebabnya, membaca karya sastra sama halnya
sedang memetik ajaran penting dari kehidupan. Keterkaitan sastra dan masyarakat
sudah tidak dapat ditawar lagi. Sastra menjadi potret keadaan sosial yang memuat
ajaran dan hiburan karya sastra dalam hidup bermasyarakat. Oleh karena itu,
mungkin sekali karya sastra akan mempererat persaudaraan, kerukunan, dan peran
serta manusia sebagai anggota masyarakat.
Karya sastra yang mengekspresikan seorang pengarang lahir dari pengaruh
lingkungan masyarakat di sekitar tempat pengarang menciptakan karyanya. Sastra
menjadi wadah untuk mengekspresikan dan mencurahkan buah pikiran pengarang
yang didasarkan pada pengalaman, baik itu pengalaman si pengarang sendiri
maupun pengalaman orang lain yang diterima oleh pengarang. Hal iniseperti yang
dinyatakan oleh (Suwondo2001:58) “Di dalam karya sastra, fungsi sarana sastra
adalah memadukan fakta sastra dengan tema sehingga makna karya sastra itu
dapat dipahami dengan jelas.”
Banyak defenisi sastra yang telah dikemukakan oleh para ahli sastra. Pada
dasarnya pengertian tersebut saling berkaitan meskipun dengan bahasa yang
berbeda akan tetapi jika ditelaah lebih lanjut maka akan terlihat tujuan dan
maksud yang sama.
Karya sastra yang baik adalah karya sastra yang mampu meninggalkan

kesan yang mendalam bagi pembacanya. Pembaca dapat dengan bebas melarutkan

3
Universitas Sumatera Utara

diri bersama karya sastra tersebut, dan mendapat kepuasan oleh karenanya.
Sehingga suatu karya sastra bisa dijadikan media dakwah. Sebagai media dakwah,
karya sastra merupakan elemen penting untuk membangun watak insan. Karya
sastra dengan bahasa yang dapat mendorong pembacanya untuk menjiwai nilainilai kerohanian, kemanusiaan, kemasyarakatan, dan kebudayaan.
Karya sastra yang dijadikan media dakwah ini jenisnya banyak, misalnya
dalam bentuk puisi, drama, novel, prosa dan lain-lain, itu semua merupakan genre
sastra. Genre sastra menurut (Sumardjo dan Saini, 1991:17) dapat dikelompokkan
menjadi dua kelompok yaitu: sastra imajinatif dan sastra non imajinatif. Sastra
imajinatif terdiri dari puisi, prosa dan drama, sedangkan sastra non imajinatif
terdiri dari essai, kritik, biografi, catatan dan surat-surat.
Salah satu karya sastra klasik yang berbentuk prosa atau nasr’dan populer
sampai saat ini ialah al-Barzanji. Keindahan Al-Barzanjisudah diakui di seluruh
kalangan umat Islam bahkan dunia.
Menurut Hamid (16: 1994), prosa didefinisikan sebagai berikut:


‫ و‬،‫ و اﻟﻮﺻﻴﺔ‬،‫ و اﻟﺮﺳﺎﻟﺔ‬،‫ و ﻣﻨﻪ اﳋﻄﺒﺔ‬،‫ و ﻫﻮ اﻟﻜﻼم اﳉﻤﻴﻞ اﻟﺬي ﻟﻴﺲ ﻟﻪ وزن و ﻗﺎﻓﻴﺔ‬: ‫ﻧﺜﺮ‬
.‫ و اﻟﻘﺼﺔ‬،‫ و اﳌﺜﻞ‬،‫اﳊﻜﻤﺔ‬
/naṡrun: wa huwa al-kalāmu al-jamīlu allażī laysa lahu waznun wa qāfiyatun, wa
minhu al-khuṭbatu wa al-risālatu wa al-waṣiyyatu wa al-ḥikmatu wa al-miṡlu wa
al-qiṣatu/ “prosa adalah: sebuah perkataan indah yang tidak memiliki wazan dan
qafiyah, termasuk didalamnya khutbah, risalah, wasiat, hikmah, misal dan kisah.”
Al-Barzanji merupakan prosa yang menceritakan sejarah perjalanan nabi
dari kecil dan silsilah keluarganya hingga proses kenabiannya, maka al-Barzanji
dapat digolongkan kedalam kisah, yaitu karya sastra yang menceritakan tentang
kisah seseorang atau tokoh kedalam bentuk sastra dan kalimat kalimat yang indah.
Pesan moral memiliki dua unsur atau jenis yang terdapat didalamnya yaitu
pesan religius dan kritik sosial. Kehadiran unsur religius dan keagamaan dalam
sastra adalah setua keberadaan sastra itu sendiri. Bahkan, sastra tumbuh dari
sesuatu yang bersifat religious. Pada awal mula segala sastra adalah religius
(Mangunwijaya dalam Nurgiyantoro, 1995:327). Istilah religius membawa

4
Universitas Sumatera Utara

konotasi pada makna agama. Religius dan agama memang erat berkaitan,

berdampingan, bahkan dapat melebur dalam satu kesatuan, namun sebenarnya
keduanya menyaran pada makna yang berbeda.
Dalam kitab al-Barzanji terdapat pesan moral religius yang akan peneliti
kaji dalam penelitian ini, banyak unsur-unsur pesan moral yang terkandung
didalam kitab tersebut yang bisa menjadi panutan dan contoh bagi masyarakat
luas dan umat ini.
Kitab Al-Barzanjiyang dikarang oleh Ja’far Al-Barzanji yang terlahir di
daerah Barzinj (Kurdistan) merupakan salah satu karya sastra yang sudah ratusan
tahun dipakai namun belum ada yang menggeser lewat keindahan kalimat-kalimat
yang disusunnya sampai sekarang. Bagi yang paham bahasa Arab, tentu untaian
kata-katanya sangat indah dan memukau. Umumnya, mereka terkesima dengan
sifat-sifat Rasulullah yang memang sulit ditiru, indah, menarik dan mengharukan
(Fattah,2008:302).
Al-Barzanji berisikan tentang sejarah biografi Nabi Muhammad SAW,
didalamnya mengandung keunikan gaya serta memiliki irama yang khas, penuh
metafora dan simbol. Dalam kajian sastra Arab, keunikan itu disebut al-Madaih
al-Nabawiyah atau puisi-puisi kenabian (Wargadinata, 2010:102). Barzanji juga
biasanya dipakai saat pernikahan ketika pihak perempuan menunggu kedatangan
rombongan lelaki maka pembacaan al-Barzanji dan pukulan kompang diadakan
sembari sampainya pengantin laki - laki tersebut (Wan Syaifuddin, 2008:16).

Menurut Ashari (2012: 279) teks Al-Barzanji ini berisikan tentang pujian
dan sejarah biografi kehidupan Nabi Muhammad atau juga disebut sebagai
almadaih al-nabawiyah (puisi kenabian). Teks Al-Barzanji dalam bentuk prosa
terdiri atas 19 (sembilan belas) pasal dengan 359 (tiga ratus lima puluh sembilan)
lirik, dan mengolah bunyi “ah” pada tiap-tiap rima akhir, sedangkan dalam bentuk
puitisnya terdiri dari 16 (enam belas) pasal dengan 205 (dua ratus lima) bait.
Kitab al-Barzanji terdiri dari dua bagian besar, yaitu natsar dan nadhom.
Natsar berupa prosa liris yang menceritakan kehidupan nabi maupun silsilah
beliau. Bagian ini terdiri dari 19 sub. Sedangkan nadhom berbentuk puisi yang

5
Universitas Sumatera Utara

ditulis dalam bentuk bait-bait. Nadhom terdiri dari 205 untaian syair. Bagian ini
menyatu dalam 16 sub bagian.
Kitab Al-Barzanji ditulis oleh seorang sastrawan yang bernama Ja’far bin
Hasan bin ‘Abd al-Karim bin Muhammad Al-Barzanji al-Kurdi (1184 H).
Muhammad Al-Barzanji al-Kurdi ini dikenal sebagai seorang ulama dan
pengarang beberapa buku sastra lainnya. Adapun buku yang sebenarnya yang
ditulis Muhammad Al-Barzanji al-Kurdi dalam konteks ini berjudul “Qiṣaṣ

alMaulid al-Nabī Ṣallah Allāh ‘Alaih wa Sallam” (Kisah Kelahiran Nabi Saw.),
tetapi lebih popular disebut “Al-Barzanji”. Nama kitab ini sangat berkaitan
dengan tradisi tulis menulis dalam dunia Islam yang selalu menisbahkan karya
kepada penulisnya atau asal daerahnya dari Barzinj sebuah daerah yang ada di
Kurdistan, maka judul asli buku ini tidak banyak dikenal sebab yang dikenal
adalah penulisnya.
Banyak penyair Arab yang menjadikan sastra pujian sebagai bagian dari
karya sastranya. Para penyair berlomba-lomba dalam menciptakan puisi pujian,
yang akhirnya menjadikannya sebagai tradisi. Karya puisi itu bukan hanya
sembarang puisi, melainkan puisi pujaan bagi Rasulullah SAW. Dalam sejarah
sastra Islam, cukup banyak karya sastra berupa puisi pujaan bagi Rasulullah yang
ditulis oleh para sastrawan maupun ulama dari masa-kemasa. Puisi-puisi pujian
bagi Rasulullah lahir dengan maksud untuk mengungkapkan kepribadian Rasul
yang agung dan sempurna dengan cara yang jelas dan mendetail. Tradisi ini lahir
dari penghormatan dan rasa cinta kaum muslimin yang begitu mendalam kepada
junjungannya. Bahkan Allah memuji dengan tegas mengungkapkan kebesaran
kepribadian hamba-Nya yang mulia itu dengan Firman Allah SWT dalam QS. AlAhzab : 56 yang berkaitan dengan perintah sholawat:
   





   
  
/`inna allāha wa malā`ikatahu yuṣallūna ‘ala al-nabiyyi yā`ayyuhā al-lażīna
`āmanū ṣallū ‘alaihi wa sallimū taslīmā/“Sesungguhnya Allah dan malaikatmalaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman!
6
Universitas Sumatera Utara

bersalawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam denganpenuh
penghormatan kepadanya”. (Q.S Al-Ahzab:56).
Dalam catatan Annemarie Schimmel, penghormatan kepada Nabi dan
perhatian kepada rincian yang paling kecil pun dari perilaku serta kehidupan
pribadinya tumbuh sejalan dengan semakin jauhnya jarak waktu kehidupan kaum
muslim dengan Nabi. Mereka ingin mengetahui lebih banyak lagi mengenai
kepribadiannya, pandangan-pandangannya, dan perkataan perkataannya, untuk
menyakinkan mereka bahwa mereka telah mengikutinya dengan cara yang benar
(Schimmel, 1991: 52).
Pengembangan moral adalah makna lain dari tradisi pembacaan kitabAlBarzanji yang dilaksanakan oleh masayarakat. Dengan melakukan tradisi ini,
masyarakat lebih mengenal dan mencintai Nabinya. Kalau seseorang sudah

mengenal dan mencintai Nabinya, maka segala hal yang terkait dengan Nabi,
terutama apa saja yang dilakukan oleh Nabi, akan diikutinya.
Berikut merupakan contoh yang terdapat dalam penggalan bait-bait
barzanji bab 18 pada bait ke 12:

‫وﻳﺘﻟﻟ اﻫﻞ اﻟﺮﺮ وﻳﻜﺮم اﻫﻞ اﻟﻔﻀﻞ وﳝح و ﻻ ﻳﻘﻮل اﻻ ﺣﻘﺎّ ﲢﺒﻪ اﷲ ﺗﻌﺎﱃ و ﻳﺮﺿﺎﻩ‬
/wa yata`allafu ahla al-syarafi wa yukrimu ahla al-faḍli wa yamzaḥu wa lā
yaqūlu illā ḥaqqan yuhibbuhu allāhu ta’ālā wa yarḍāhu/ “Beliau menyukai orang
yang mulia, menghormati orang yang utama, bersenda gurau dengan sahabatsahabatnya. Dan beliau tidak pernah berbicara melainkan yang benar-benar saja,
yang disukai allah ta’ala dan diridhoi-Nya.”
Pesan moral yang terkandung dalam penggalan bait diatas merupakan
bentuk pesan religius adalah “Rasulullah SAW tidak pernah berbicara yang sia-sia
terhadap sesamanya ataupun sahabat-sahabatnya bahkan orang yang membenci
beliau sekalipun, melainkan berbicara yang bermanfaat dan disukai Allah
sehingga semua perkataannya menjadi panutan dan acuan bagi ummat dalam
hubungan antar sesama manusia atau hubungan manusia terhadap sang pencipta”.
Alasan peneliti memilih judul Analisis Pesan Moral adalah pentingnya
suatu pesan atau amanat yang terkandung dalam suatu karya sastra karena jika
suatu karya sastra tidak memiliki pesan atau amanat maka ia tidak mempunyai

7
Universitas Sumatera Utara

manfaat bagi para pembacanya dan tujuan yang jelas dalam pembuatannya.
Alasan peneliti memilih kitab al-barzanji sebagai data penelitiannya adalah
banyaknya para pembaca yang hanya sekedar mengetahui lirik atau bait-bait
barzanji tanpa mengetahui maksud dan pesan yang terkandung didalam alBarzanji. Rincian alasan dapat dipaparkan sebagai berikut:
a. Memudarnya tradisi pembacaan Al-Barzanji khususnya pada kalangan remaja.
b. Melestarikan budaya al-Barzanji yang mulai menghilang.
c. Mengingatkan tentang perjalanan dan perjuangan nabi Muhammad SAW
dalam menegakkan agama Islam, dan
d. Menanamkan nilai-nilai religius serta menjadikan beliau sebagai suri tauladan.
Dari itu peneliti tertarik untuk menganalisis pesan moral yang terkandung
dalam kitab al-Barzanji. Maka diangkat penelitian skripsi ini dengan judul :
“ANALISIS NILAI - NILAI RELIGIUS DALAM KITAB AL - BARZANJI”

1.2 Rumusan Masalah
Agar penelitian ini terstruktur dan tidak menyimpang dari pokok bahasan,
maka diperlukan adanya rumusan masalah sebagai berikut :
Apa saja nilai religius yang terkandung dalam kitab al-Barzanji?

1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui nilai religius yang terkandung dalam kitab al-barzanji.

1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
Memberikan pengembangan keilmuan bagi Deparemen Sastra Arab dalam
seni al-Barzanji baik dari seni tarik suara maupun pemahaman teks secara
keseluruhan.

2. Manfaat Praktis

8
Universitas Sumatera Utara

a. Untuk masyarakat: dengan adanya penelitian ini, masyarakat dapat
menambah keilmuan atau wawasan tentang Barzanji. Serta dapat
menjadikan acuan bagi masyarakat dalam melestarikan budaya-budaya
terdahulu khususnya al-Barzanji.
b. Untuk pemerintah: pemerintah kota Medan agar dapat melestarikan atau
menggalakkan minat mempelajari barzanji khususnya dikalangan remaja.
c. Untuk akademisi: penelitian ini dapat menambah literature ilmiah pada
akademisi khususnya pada program sarjana Departemen Sastra Arab
Fakultas Ilmu Budaya.

1.5 Metode Penelitian
Fungsi penilitian adalah mencari penjelasan dan jawaban terhadap
permasalahan yang ada. Metode penelitian bermakna seperangkat pengetahuan
tentang langkah-langkah sistematis dan logis dalam pencarian data yang
berkenaan dengan masalah tertentu untuk diolah, dianalisis, diambil kesimpulan
dan selanjutnya dicarikan pemecahannya (Bahtiar, 1997:1).
Pendekatan penelitian yang akan digunakan adalah aspek yang sangat
penting dalam suatu penelitian. Pendekatan penelitian yang sesuai dengan tujuan
penelitian akan mendukung kemudahan bagi penelitian dalam menjalankan proses
penelitian (Iskandar, 2009:177).
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, sebuah
metodologi atau prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati
(Moleong 1990:3). Penelitian dengan pendekatan kualitatif ini bertujuan untuk
mengkritisi kelemahan dari penelitian kuantitatif, serta bertujuan untuk
menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau fenomena
realitas sosial yang ada di masyarakat yang menjadi objek penelitian, dan
berupaya menarik realitas kepermukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model,
tanda, atau gambaran tentang kondisi tertentu (Bungin, 2011:68)

9
Universitas Sumatera Utara

A. Sumber Data
Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi
mengenai data berdasarkan sumbernya, data dibedakan menjadi dua, data primer
dan data sekunder.
1. Data Primer
Data primer yaitu data yang dibuat oleh peneliti untuk maksud khusus
menyelesaikan permasalahan yang sedang ditanganinya dan dikumpulkan
langsung dari sumber. Data primer dalam penelitian ini adalah data yang
didapatkan dari kitab Al-Barzanji karya Ja’far Bin Hasan.
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang didapat atau dikumpulkan dari semua sumber
literatur yang relevan dengan penelitian yang sedang diteliti. Data sekunder
bisa didapat dari berbagai sumber seperti, jurnal buku, laporan penelitian
dan lain sebagainya. Data sekunder dalam penelitian ini adalah literaturliteratur yang relevan mengenai Tradisi Barzanji dari buku, jurnal dan
laporan penelitian.

B. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini berupaya untuk mengetahui dan mendeskripsikan tentang
nilai-nilai religius yang terkandung dalam kitab al-Barzanji. Penelitian ini
menggunakan penelitian deskriptif analisis. Metode deskriptif analisis adalah
metode yang dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian
disusul dengan analisis. Secara etimologi deskripsi dan analisis berarti
menguraikan. Meskipun demikian analisis telah diberi arti tambahan, tidaksematamata menguraikan melainkan juga memberi pemahaman dan penjelasan
secukupnya (Ratna, 2004:54).
Adapun tahap-tahap yang perlu dilakukan untuk memperoleh jawaban dari
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Mengumpulkan data yang berkaitan dengan judul penelitian yaitu kitab alBarzanji.
2. Mengumpulkan referensi yang berkaitan dengan judul penelitian.

10
Universitas Sumatera Utara

3. Membaca berulang-ulang, menerjemahkan dan memahami al-Barzanji
dengan cermat.
4. Menentukan nilai-nilai religius yang terkandung dalam kitab al-Barzanji dan
disajikan dalam bentuk laporan penelitian.
5. Tahap akhir, mengolah data dan disajikan dalam bentuk laporan penelitian
berupa skripsi.

11
Universitas Sumatera Utara