Pariwisata Di Odaiba

BAB II
GAMBARAN UMUM TENTANG ODAIBA
2.1 Sejarah Singkat Kota Odaiba
Odaiba (お台場) adalah sebuah pulau buatan di Teluk Tokyo, Jepang yang
dihubungkan dengan pusat kota Tokyo dengan Jembatan Rainbow. Odaiba adalah
salah satu tujuan objek wisata terbaik di Tokyo, sekaligus lokasi pusat
perbelanjaan dan permukiman, tetapi pengembangan potensi wisata daerah ini
baru dimulai beberapa puluh tahun lalu. Odaiba adalah kota yang dibangun
melalui reklamasi. Tempat ini beberapa ratus tahun lalu adalah daerah laut
Shinagawa-Oki. Di Jepang, kapal digunakan sebagai sarana transportasi barang.
Kapal-kapal kargo berukuran besar akan berlabuh dan menurunkan muatan
barangnya di Shinagawa-Oki, lalu barang-barang tersebut akan dinaikkan ke kapal
berukuran kecil yang akan membawanya ke Edo. Ditambah lagi, daerah ini
dikenal sebagai derah penghasil rumput laut, bahan baku nori (lembaran rumput
laut kering), yang tidak bisa dihilangkan dalam pembuatan sushi. Sebuah lukisan
ukiyo-e terkenal yang menggambarkan suasana panen kerang laut, sehingga kita
bisa mengetahui bahwa daerah ini adalah kota pelabuhan yang ramai.
Dari tahun 1639 sampai tahun 1854, ada pemberlakuan hukum yang
melarang masuknya orang asing ke Jepang, kecuali untuk pulau Dejima (saat ini
menjadi bagian dari prefektur Nagasaki) yang menjadi gerbang niaga. Saat hukum
itu berlaku, 4 buah kapal datang dan berlabuh di lepas pantai Uraga, prefektur

Kanagawa pada tahun 1853 dengan membawa surat pribasi Presiden AS yang
isinya meminta pembukaan negara Jepang. Setelah berlabuh di lepas pantai

Universitas Sumatera Utara

Uraga, prefektur Kanagawa, kelompok misi itu mendekat ke Edo dengan penuh
semangat, sehingga pemerintah Jepang pada saat itu meminta penangguhan
selama 1 tahun untuk menjawab permintaan Presiden AS tersebut. Selama 1 tahun
masa penangguhan itu, Jepang membangun kubu-kubu merim untuk mencegah
penyusupan oleh para awak keempat kapal itu.
Nama “Odaiba” berasal dari sebutan untuk enam pulau di Teluk Tokyo
yang dibangun sebagai benteng oleh Keshogunan Tokugawa. Pemerintah Jepang
saat itu memutuskan untuk membangun kubu-kubu meriam dengan tujuan
melindungi Istana Edo dari serangan tembakan meriam kapal-kapal AS.
Bangunan benteng yang menjadi sumber muasal nama daerah ini dibangun
menjelang akhir periode Edo (1603-1868) untuk melindungi Tokyo terhadap
kemungkinan serangan dari laut dan secara khusus dalam menanggapi diplomasi
kapal meriam Commodore Perry. Lokasi pembangunan diputuskan berada di
lepas pantai Shinagawa yang tingkat sedimentasinya parah sehingga sulit dilewati
oleh kapal. Maka dikerahkanlah 5.000 orang untuk membuat pulau buatan dan

mendirikan 11 buah kubu meriam di sana.
Kubu-kubu

meriam

yang

membutuhkan

waktu

lama

untuk

membangunnya itu belum pernah dipakai sekali pun sejak pemerintah Jepang saat
itu mengubah kebijakannya dan

menandatangi konvensi Kanagawa. Pada


akhirnya kubu-kubu ini tidak digunakan sesuai tujuan awalnya, melainkan
digunakan sebagai galangan kapal atau disiapkan sebagai mercusuar. Pada perang
dunia ke II, kubu-kubu ini dibuat sebagai kampun anak yatim piatu korban
perang. Kubu-kubu meriam yang dulunya berjumlah 11 buah pada saat dibangun
itu sebagian besar telah lenyap oleh proses reklamasi. Sekarang juga hanya kubu

Universitas Sumatera Utara

No. 3 dan No. 6 yang masih ada sebagai peninggalan bersejarah. Pada tahun 1928,
sebuah pulau buatan yang disebut Dai-San Daiba (meriam nomor 3) dibuka
sebagai Taman Metropolitan Daiba yang sekarang berkembang dan disebut
sebagai Odaiba. Di sana masih tersisa batu penjuru dari barak yang dibangun di
atas gundukan tanah dan landasan batu berketinggian 5-7 meter. Menurut literatur,
di situlah meriam sebera 16 kilogram di letakkan.
Lebih dari satu abad kemudian, Tokyo memulai proyek pembangunan
spektakuler yang bertujuan untuk mengubah pulau menjadi perumahan dan
kawasan bisnis futuristik selama tahun 1980-an. Namun, pembangunan melambat
setelah adanya guncangan ekonomi pada awal tahun 1990-an. Hal tersebut
membuat Odaiba hampir kosong dan tidak ada aktivitas pembangunannya
lagi.Tidak sampai akhir 1990-an, Odaiba berkembang menjadi salah satu tempat

wisata paling populer. Beberapa hotel, pusat perbelanjaan dan jalur kereta pun
sudah tersedia. Bahkan, tempat ini menjadi tempat dengan berbagai pilihan
belanja, makan dan rekreasi pilihan.Meskipun sempat mengalami kemunduran di
awal, tetapi beberapa proyek pembangunan mewah itu akhirnya terwujud. Tidak
terkecuali beberapa kreasi arsitektur paling berani di Tokyo, seperti Gedung Fuji
TV, Telecom Center, dan Tokyo Big Sight. Perencanaan modern kota selanjutnya
memberikan Odaiba dengan banyak ruang hijau dan hiburan yang menyenangkan.
Selain itu, lalu lintas kendaraan bermotor dan pejalan kaki menggunakan trotoar
ditinggikan untuk memudahkan wisatawan berkunjung ke tempat ini.

Universitas Sumatera Utara

2.2 Transportasi Menuju Odaiba
2.1 Bus
Untuk berwisata di Tokyo memang sangat praktis jika menggunakan
kereta. Akan tetapi, untuk menuju ke Odaiba dari Tokyo, mau tidak mau
penumpang harus berpindah kereta beberapa kali. Sebagai konsekuensinya, tiap
kali berpindah kereta, ongkosnya pun makin meningkat. Dengan menggunakan
bus, Anda bisa menuju ke Odaiba tanpa harus berpindah kendaraan dan
ongkosnya pun murah.


2.1.1 Odaiba Rainbow Bus, Km Flower Bus (Berangkat dari Shinagawa/Tamachi)
“Odaiba Rainbow Bus” dan “Km Flower Bus” (Suica tidak berlaku untuk
keduanya) yang menghubungkan Stasiun Shinagawa serta Stasiun Tamachi akan
langsung menyeberangi Rainbow Bridge hingga sampai ke Taman Odaiba
Kaihama. Rute dari kedua stasiun ini ke Odaiba adalah rute yang paling cepat dan
murah.
2.1.2

Toei Bus (Berangkat dari Monzen Nakacho)

Interval waktu keberangkatan Toei Bus yang berangkat dari Stasiun Monzen
Nakacho adalah tiap 10 menit. Bus ini merupakan bus yang keberangkatannya
paling banyak di antara bus-bus yang menuju ke Odaiba.

Universitas Sumatera Utara

2.1.3 Toei Bus (Berangkat dari Stasiun Oimachi/Omori)
Bus yang berangkat dari Stasiun Oimachi/Stasiun Omori akan melewati Shuto
Expressway sehingga bisa jadi menawarkan sensasi yang berbeda dengan bus

yang melewati jalur biasa.
2.2 Rinkai Line (Kereta)
Jika berencana berangkat dari Ikebukuro, Shinjuku, atau Shibuya, maka
Rinkai Line yang beroperasi dari JR Saikyo Line merupakan alternatif yang
paling cepat dan praktis.Hanya saja, frekuensi keberangkatan dan kedatangan
kereta di Rinkai Line sedikit. Selain itu, waktu keberangkatan kereta terakhir dari
Shinjuku pun sedikit lebih awal. Maka perlu memperhatikan waktu jika ingin
menuju Odaiba di waktu yang larut atau jika ingin ke Odaiba untuk melihat
suasana malam.
2.3 Yurikamome (Monorel)
Moda transportasi yang sering direkomendasikan oleh banyak orang
adalah kereta “Yurikamome”. Kereta Yurikamome adalah kereta otomatis yang
beroperasi dari Stasiun Shimbashi memutari Odaiba sampai ke Stasiun
Toyosu.Kereta ini mengelilingi Odaiba, sehingga bisa dibilang merupakan jalur
yang mempermudah akses ke fasilitas-fasilitas bisnis dan tempat-tempat wisata
seperti Odaiba Kaihama Koen (Taman Odaiba Kaihama), Venus Fort, Tokyo Big
Sight, dan lain-lain.
Selain itu, karena kereta ini merupakan kereta otomatis, penumpang dapat duduk
di kursi masinis yang berada di bagian paling depan. Walaupun bukan berarti bisa


Universitas Sumatera Utara

mengoperasikan kereta, tapi tempat ini menjadi tempat yang sangat populer untuk
menikmati pemandangan jalur kereta dari bagian kereta paling depan.
2.4 Jalan Kaki / Naik Sepeda
Jika ingin ke Odaiba tanpa mengeluarkan biaya sepeser pun. Sebenarnya
bisa menuju ke Odaiba dengan berjalan kaki. Dari Stasiun Machida dan Stasiun
Toyosu terdapat jembatan yang menghubungkan ke Odaiba, sehingga bisa
menyeberangi jembatan dengan berjalan kaki atau naik sepeda.Jika berjalan
sedikit ke arah laut dari Stasiun Machida, maka akan sampai di Rainbow Bridge.
Di Rainbow Bridge tidak diperbolehkan untuk naik sepeda. Namun, bisa menaruh
sepeda di kereta kecil khusus sepeda (bisa dipinjam secara gratis) dan
menyeberangi Rainbow Bridge dengan berjalan kaki sambil mendorong sepeda.
Waktu untuk menyeberang adalah dari pukul 9 pagi sampai pukul 8 malam. Hal
ini di sebabkan karena Rainbow Bridge adalah jembatan yang menghubungkan
laut, terpaan angin yang kencang menjadi karakteristik dari jembatan ini. Jika
menyeberang dengan menggunakan topi, berhati-hatilah agar topi tidak terbang.

Universitas Sumatera Utara