Bahasa Simbol dan Kekuasaan docx

Bahasa Simbol dan Kekuasaan
OPINI | 11 December 2011 | 07:31

Dibaca: 376

Komentar: 0

0

Dalam hubungan komunikasi terdapat kaitan antara pengirim pesan atau pembicara( sender) dan
penerima pesan ( receiver), yang berdasar atas tulisan dan pembacaan pesan kode,
memperlihatkan hubungan kekuasaan simbolik antara produsen yang memiliki modal linguistic
dankonsumen yang memperoleh keuntungan material atausimbolik tertentu. Ada pendapat ahli:
Bourdieu, pesan berupa wacana/kode bukan hanya diterima sebagai kumpulan tanda yang harus
dipahami. Wacana sebagai kumpulan tanda-tanda juga merupakan tanda kesejahteraan (signs of
wealth) yang perlu dinilai dan di apresiasi, juga merupakan penunjuk dirinya sebagai tanda
otoritas( signs of authority) yang harus diyakini dan dipatuhi.
Bourdieu memperlihatkan bahwa bahasa/wacana merupakan bagian dari aktivitas dimana
sebagian orang mendominasi yang lain. Sepertihalnyapelaku social yang memiliki modal
finansial yang besar mampu mengontrol mereka yang tidak memiliki, begitupun pelaku social
yang mampu mengakulmulasi modal linguistiknya. Karenaitu, bahasa/wacana berperan penting

untuk mendefinisikan suatu kelompok, memberi otoritas bagi pelaku social serta menghadirkan
kekuasaan untuk berbicara atas nama kelompok itu. Otoritas untuk dipercayai dan dipatuhi
menjadi tujuan dari setiap pelaku social dalam kaitannya dengan kekuasaan simbolik.
Dari paparan di atas, dapat dilihat bahwa pertautan kekuasaan dan kekerasan semakin
kompleks.Kondisi ini didukung oleh fakta social yang mengalam iperubahan terus-menerus
akibat globalisasi ekonomi pasar dan teknologi informasi yang terjadi di abad 21 ini.Arus
globalisasi tidak hanya menandai kaburnya batas-batas Negara, melainkan praktik kekuasaan dan
kekerasan.Jika sebelumnya Negara menjadi gugus institusi sentra ldalam penggunaan kekuasaan
dan kekerasan untuk mengendalikan masyarakat ,maka dalam konteks masyarakat global saatini
Negara tidak lagi menempatkan posisi sentral.
Fenomena yang menarik dewasa ini ialah munculnya pusat-pusa tkekuasaan - kekerasan
disamping Negara, sepertl lembaga ilmu pengetahuan yang berfungsisebagai ” think-thank”
perubahan, institusi - institusi bisnis,organisasi masyarakat sipil, danseterusnya. Perubahan ini
memperlihatkan pola-pola baru penggunaan kekuasaan dan kekerasan untuk mengendalikan
masyarakat, selaras dengan majemuknya kehidupan ekonomi,social,budaya, danpolitik. Strategi,
taktik, dan tehnik yang digunakan pun semakinhebat ,sehingga pola kekuasaan di bangun seolahseolah lepas dar ikekerasan atau sebaliknya.
Selanjutnya, relasi kekuasaan dan kekerasan menjadi tidak kentara dalam artian kekerasan yang
tertutupi oleh kekuasaan yang berkerja secara halus melalui representasi symbolsymbol.Polabaru yang menandai relasi k ekuasaan dan kekerasan melalui sistim representasi
symbol mengharuskan adanya pergeseran pemahaman mengenai keduanya, baikkekuasaan
maupun kekerasan.


Bangunan baru kekuasaan dan kekerasan yang telah bermetamoforsa tersebut tidak lagi terobses
ipada narasi-narasi besar, melainkan menjelma dalam Pratik simbolis yang dekat kita.Pola
peralihan tersebut selaras dengan kecenderungan ” pembalikan kearah bahasa” ( linguistic turn)/
Borgman, 1974:37. Juga tokoh yang memberikan perspekstif baru tentang kekuasaan dan
kekerasan, Pierre Bourdieu yang mengatakan, modus operandi kekuasaan yang terpatri di dalam
praktik simbolik bahasa/wacana sehingga melahirkan kekerasan simbolik sebagai sebuah
mekanisme social untuk meresproduksi kekuasaan.
Kekuasaan simbolis, bagi Bourdieu, dalam mengoptimalisasikan kekuasaan sangat tergantung
pada dua hal( Bourdieu, 1991: 170). Pertama, halnya wacana performatif, kekuasaan simbolis,
didasarkan pada kepemilikan modal simbolis (symbolic capital) .semakin besar seseorang atau
suatu kelompok memiliki modal simbolis, semakin besar peluangnya untuk menang. Artinya
modal simbolis merupakan kredit bagi terbentuknya otoritas social yang diperoleh dari
pertarungan sebelumnya . kedua, bergantung pada efektifitas symbol dimana strategi ivestasi
simbolis bekerja. Effektifit sin ibekerja atas dasar pandangan yang ditawarkan atau sejauh manas
trategi inventasi simblis dijalankan .dalam pandangan ini , kekuasaan simboli smerupakan
kekuasaan pentahbisan , sebuah kekuasaan untk menyembunyikan atau menampakan sesuatu
lewat kata-kata.
Mekanisme kekerasan simbolis bekerja secara effektif ketika yang didominasi merasakan
ketahuan sekaligus mengakuinya.Karena itu menurut Bourdieu,kekerasan symbol beroperasi

melalui prinsip symbol yang diketahui dan dikenal ioleh keduabelah pihak, yaitu yang
didominasi dan yang mendominasi. Entah itu bahasa gaya hidup, caraberpikir, caraberbicara,
bahkan cara bertindak sekalipun…(2001:2)
Lebih gamblangnya, kekerasan simbolis selalu megandaikan bahasa sebagai alat efektif ntuk
melakukan “dominasi terselubung” . karena bahasa sebagai simbolis tidak saja dipakai sebagai
alatkomunikasi , tapi juga berperan sebagai instrument kekuasaan dengan memanfaatkan
mekanisme kekerasan simbolis. Yang selalu perlu kita waspadai :untuk selalu curiga terhadap
bahasa, konsep, wacana, tanda, dengan ataupun symbol pula lah dunia ini di tafsirkan ,
dinamakan dan di definisikan untuk menggirin gkelas sub-dominan kepada pengakuan serta
penerimaan terhadap pandangan dunia mereka yang bermodal besar. Pandangan ini sudah
terbukti dengan jelas dimulai jamannya orde lama, ordebaru, sampai orde reformasi.Tahun 2014,
perlu sangat-sangat hati-hati.Banyak kucing liar dimasukkan karung.