unsur kimia dan sifat golongan VI B.docx

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Unsur transisi sebenarnya tidak jauh dari kehidupan kita sehari-hari.
Bagaimana kita mengetahui unsur transisi di sekitar kita? KitaKita dapat
mengenali unsur-unsur transisi di kehidupan sekitar kitadari sifat-sifatnya, antara
lain : semua unsur transisi adalah unsur-unsur logam. Logam bersifat lunak,
mengkilap, dan penghantar listrik dan panas yang baik, unsur-unsur logam transisi
mempunyaibeberapa bilangan oksidasi dan lain-lainnya.
IUPAC kemudian mendefinisikan logam transisi sebagai semua unsur yang
memiliki orbit elektron d yang tidak lengkap atau yang hanya dapat membentuk
ion stabil dengan orbit d yang tidak lengkap. Unsur transisi adalah unsur yang
dapat menggunakan elektron pada kulit terluar dan kulit pertama terluar untuk
berikatan dengan unsur-unsur yang lain.
Logam transisi didefinisikan secara tradisional sebagai semua unsur kimia
pada blok-d pada tabel periodik, termasuk Kromium (Cr), Molibdenum (Mo),
Tungsten (W), dan Seaborgium (Sg). Unsur-unsur tersebut termasuk golongan
VIB. Unsur dalam golongan VIB memiliki karakteristik, kegunaan dan ada unsur
yang baru-baru ini di temukan dari hasil sintesis dan lainya. Karakteristik yang
dimiliki unsur golongan VIB belum banyak kita ketahui. Oleh karena itu, melalui
makalah ini kita akan lebih mengenal sifat-sifat dari unsur dalam golongan VI B.


1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang pembuatan makalah ini, maka diperoleh
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah penemuan unsur-unsur golongan VI B ?
2. Bagaimana sifat-sifat atau reaktivitas dari unsur-unsur golongan VI B ?
3. Bagaimana kegunaan senyawa-senyawa yang di bentuk oleh golongan VI B ?

1

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah
1. Mengetahui sejarah penemuan unsur-unsur dalam golongan VI B.
2.

Mengetahui kegunaan dari senyawa-senyawa yang terbentuk dari golongan
VIB dalam kehidupan manusia.

3. Mempelajari kereaktifan unsur-unsur golongan VI B.


2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kromium
A. Sejarah Kromium
Kromium sebagai unsur logam pertama kali ditemukan dua ratus tahun yang
lalu, pada 1797. Namun sejarah kromium benar-benar dimulai beberapa dekade
sebelum ini. Kromium ditemukan pada tahun 1797 oleh Louis-Nicholas Vauquelin
seorang profesor kimia dan analis di School of Mines di Paris, yang menerima
beberapa sampel bijih crocoites untuk dianalisis sehingga ia mengungkapkan adanya
unsur baru yang ia sebut Kromium.
Nama Kromium berasal dari kata Yunani “kroma” yang berarti “warna”,
dinamakan demikian karena banyaknya macam warna dalam senyawanya. Namun
sebelumnya, Vauquelin menganalisis zamrud dari Peru dan menemukan bahwa warna
hijau adalah karena adanya unsur baru, yaitu kromium. Satu atau dua tahun kemudian
seorang kimiawan dari Jerman, Tassaert yang bekerja di Paris menemukan kromium
dalam bijih Kromit, Fe(CrO2)2, yang merupakan sumber utama kromit hingga
sekarang.
B. Sifat Fisika dan Kimia

Kromium merupakan unsur yang berwarna perak atau abu-abu baja, berkilau
dan keras sehingga memerlukan proses pemolesan yang cukup tinggi. Kromium tidak
ditemukan sebagai logam bebas di alam. Kromium ditemukan dalam bentuk bijih
kromium, khususnya dalam senyawa PbCrO4 yang berwarna merah. PbCrO4 dapat
digunakan sebagai pigmen merah untuk cat minyak. Kromium merupakan logam
masif, berwarna putih perak dan lunak jika dalam keadaan murni dengan titik leleh
kira-kira 1900 0C dan titik didih kira-kira 2690 0C.
Nama, Lambang, Nomor atom
Deret kimia
Golongan, Periode, blok

Kromium, Cr, 24
Logam transisi
VIB, 4, d

3

Penampilan
Massa atom
Konfigurasi electron

Jumlah elektron tiap kulit

Perak metalik
51,9961 (6) g/mol
[Ar] 3d5 4s1
2,8,13,1

Sifat Kimia
Struktur Kristal
Bilangan oksidasi
Elektronegativitas
Afinitas electron
Energy Ionisasi

Cubic body centered
+2, +3, +4, +6 (oksida asam kuat)
1,66 (skala Pauling)
64,3 kJ / mol -1
E1: 652,9 kJ/mol
E2: 1590,6 kJ/mol


Jari-jari atom
Jari-jari atom (terhitung)
Jari-jari kovalen
Ikatan energi dalam gas
Panjang Ikatan Cr-Cr
Senyawa beracun dan mudah terbakar

E3: 2987 kJ/mol
128 pm
166 pm
127 pm
142,9 ± 5,4 kJ / mol -1.
249 pm

Sifat Fisika
Massa Jenis

7,15 g/cm3 (250C)


Titik Lebur

2180 K, 19070C, 3465 ° F

Titik Didih

2944 K, 26710C, 4840 ° F

Entalpi Peleburan

20,5 kJ mol -1

Panas Penguapan

339 kJ mol -1

Entalpi Atomisasi

397 kJ mol -1


Kapasitas Kalor (250C)

23,25 J/mol.K

Konduktivitas Termal

94 W m -1 K -1

Koefisien ekspansi termal linier

4,9 x 10 -6 K -1

Kepadatan

7,140 kg m -3

Volum Molar

7,23 cm 3


Sifat Resistivitas listrik

12,7 10 -8 Ω m

4

Isotop Kromium
Isotop
48

Cr
Cr
50
Cr
51
Cr
52
Cr
53
Cr

54
Cr
55
Cr
56
Cr
49

Massa Atom
47,95404
48,951341
49,9460464
50,944772
51,09405098
52,9406513
53,9388825
54,940844
55,94065

Waktu paruh


Kelimpahan

Momen

21,6 hari
42,3 menit
27,70 detik
3,497 menit
5,9 menit

di alam (%)
4.345
83,789
9,501
2,365
-

nuklir
0,476

-0,934
-0,47454
-

magnetik

C. Sumber Kromium
Logam kromium relatif jarang ditemukan dan kandungannya dalam kerak
bumi diperkirakan hanya 0,0122 % atau 122 ppm, lebih rendah daripada vanadium
(136 ppm) dan klorin (126 ppm). Sumber kromium yang terpenting dalam
perdagangan adalah bijih kromit (chromite), FeCrO4, yang banyak terdapat di Rusia
dan Afrika Selatan (kira-kira 96 % cadangan kromium dunia), Pilipina, Brazil,
Amerika Serikat, dan Tasmania. Selain itu, kromium juga dapat ditemukan di
matahari, meteorit, kerak batu dan air laut. Sumber kromium lainnya yang lebih
sedikit jumlahnya adalah krokoit (crocoites), PbCrO4, dan oker kroma (chrome),
Cr2O3. Batu-batuan permata seperti zamrud (emerald) yang berwarna hijau dan merah
ruby yang mengandung sekelumit kromium sebagai pengotor.
Tabel berikut merupakan kelimpahan dari unsur kromium dalam berbagai
lingkungan. Nilai-nilai yang diberikan dinyatakan dalam satuan ppb (bagian per
miliar; 1 miliar = 10 9), baik dalam hal berat maupun dalam hal jumlah atom. Nilai
kelimpahan sulit untuk ditentukan dengan pasti, sehingga semua nilai harus
diperlakukan dengan hati-hati, khususnya bagi unsur-unsur yang kurang umum.

Tempat
Alam semesta
Matahari
Meteorit (karbon)
Kerak batu
Air laut

Ppb berat
15000
20000
3100000
140000
0.6

Ppb oleh atom
400
400
1200000
55000
0.071

5

Arus
manusia

1
30

0.02
4

D. Persenyawaan Kromium

Reaksi dan senyawa kromium yang penting hanya menyangkut kromium dengan
bilangan oksidasi +2, +3, dan +6.
Oksida Kromium
Tabel 1. karakterisasi beberapa oksida dan ion kromium
Tingkat

Oksida

Oksidasi
+2

(a)
CrO

Hidroksida
Cr(OH)2

Sifat
Basa

Ion
2+

Cr (b)

Nama

Warna

Kromo

Ion
Biru

atau

muda

kromium
+3

Cr2O3

Cr(OH)3 (c) amfoterik

hijau

+6

CrO3

CrO2(OH)2

merah

Cr2O5(OH)2

Asam

Cr

3+

(II)
atau Kromi

Violet

[Cr(H2O)6]3+

atau

[Cr(OH)4]-

kromium

(d)
CrO42-

(III)
Kromat

Kuning

Cr2O72-

atau

oranye

hijau

tua
dikromat
(a): kromium (IV) dikenal oksida sebagai CrO2; (b): ion ini dalam air sebagai
[Cr(H2O)6]2+ ; (c): formula lain adalah [Cr(H2O)3(OH)3] ; (d): formula lain adalah
[Cr(H2O)2(OH)4]-

E. Reaksi-reaksi yang Terjadi pada Kromium
 Reaksi kromium dengan udara
Logam kromium tidak bereaksi dengan udara atau oksigen pada suhu kamar.
 Reaksi kromium dengan air
Logam kromium tidak bereaksi dengan air pada suhu kamar.
 Reaksi kromium dengan halogen
a) Fluorida
Kromium bereaksi langsung dengan fluorin, F2, pada suhu 400°C, dan 200300 atmosfer untuk membentuk kromium (VI) fluorida, CrF6.

6

Cr (s) + 3F2 (g) → CrF6 (s) [kuning]
Di bawah kondisi ringan, kromium (V) bereaksi dengan fluorida, membentuk CrF5
2Cr (s) + 5F2 (g) → 2CrF5 (s)
[merah]
2Cr (s) + 3F2 (g) → 2CrF3 (s) [hijau]
Selain membentuk kromium heksafluorida, CrF6, kromium trifluorida, CrF3 dan
kromium pentafluorida, CrF5, reaksi kromium dengan fluorida juga dapat membentuk
kromium difluorida, CrF2, dan kromium tetrafluorida, CrF4.
b) Klorida
Di bawah kondisi yang masih ringan, logam kromium dapat bereaksi dengan
unsur klorin, Cl2 membentuk CrCl3.
2Cr (s) + 3Cl2 (g) → 2CrCl3 (s) [merah-violet]
Selain membentuk kromium triklorida, CrCl3, reaksi kromium dengan klorida juga
dapat membentuk kromium diklorida, CrCl2 dan kromium tetraklorida, CrCl4
c) Bromida
Di bawah kondisi yang masih ringan, logam kromium dapat bereaksi dengan
unsur bromida, Br2 membentuk CrBr3.
2Cr (s) + 3Br2 (g) → 2CrBr3 (s) [sangat hijau]
Selain membentuk kromium tribromida, CrBr3, reaksi kromium dengan bromida juga
dapat membentuk kromium dibromida, CrCl2 dan kromium tetrabromidaa, CrCl4
d) Iodida
Di bawah kondisi yang masih ringan, logam kromium dapat bereaksi dengan
unsur iodida, I2 membentuk CrI3
2Cr (s) + 3I2 (g) → 2CrI3 (s) [hijau gelap]
Selain membentuk kromium triiodida, CrI3, reaksi kromium dengan iodida juga dapat
membentuk kromium diiodida, CrI2 dan kromium tetraiodida, CrI4
 Reaksi kromium dengan asam
Logam kromium larut dalam asam klorida encer membentuk larutan Cr(II) serta gas
hidrogen, H2. Dalam keadaan tertentu, Cr(II) hadir sebagai ion kompleks [Cr(OH2)6]2+.
Hasil yang sama terlihat untuk asam sulfat, tetapi kromium murni tahan terhadap
serangan. Logam kromium tidak bereaksi dengan asam nitrat, HNO3.
Contoh reaksi kromium dengan asam klorida:
Cr (s) + 2HCl (aq) → Cr 2+ (aq) + 2Cl - (aq) + H2 (g)
 Oksida
Reaksi kromium dengan oksida dapat membentuk beberapa senyawa, diantanya:
Kromium dioksida, CrO2, Kromium trioksida, CrO3, Dikromium trioksida, Cr2O3 dan
Trikromium tetraoksida, Cr3O4.
 Sulfida
Reaksi kromium dengan sulfida dapat membentuk beberapa senyawa, diantanya :
kromium sulfida, CrS dan dikromium trisulfida, Cr2S3
7

 Nitrida
Reaksi kromium dengan nitrida dapat membentuk senyawa kromium nitrida, CrN.
 Karbonil
Reaksi kromium dengan karbonil dapat membentuk senyawa kromium heksakrbonil,
Cr(CO)6. Kromium juga dapat bereaksi dengan unsur tertentu membentuk senyawa
kompleks, misalnya reaksi kromium dengan kompleks nitrat membentuk nitrat
hexaaquakromium trihidrat, [Cr(NO3)3.9H2O].
F. Kegunaan Kromium
 Digunakan untuk mengeraskan baja, untuk pembuatan stainless steel, dan
untuk membentuk paduan
 Digunakan dalam plating untuk menghasilkan permukaan yang indah dan
keras, serta untuk mencegah korosi
 Digunakan untuk memberi warna hijau pada kaca zamrud
 Digunakan sebagai katalis. seperti K2Cr2O7 merupakan agen oksidasi dan
digunakan dalamanalisis kuantitatif dan juga dalam penyamakan kulit
 Merupakan suatu pigmen, khususnya krom kuning
 Digunakan dalam industri tekstil sebagai mordants
 Industri yang tahan panas menggunakan kromit untuk membentuk batu bata
dan bentuk, karenamemiliki titik lebur yang tinggi, sedang ekspansi termal,
dan stabil struktur Kristal
 Dibidang biologi kromium memiliki peran penting dalam metabolisme
glukosa
 Digunakan untuk aplikasi medis, seperti Cr-51 yang digunakan untuk
mengukur volume darah dan kelangsungan hidup sel darah merah
 Digunakan sebagai pigmen merah untuk cat minyak, khususnya senyawa
PrCrO4
 Digunakan dalam pembuatan batu permata yang berwarna. Warnanya kerap
digunakan adalah warna merah, yang diperoleh dari kristal aluminium oksida
yang kedalamnya dimasukkan kromium
 Bahan baku dalam pembuatan kembang api. Hal ini diperoleh dari Hasil
pembakaran amoniumdikromat, (NH4)2Cr2O7, yang berisi pellet dari raksa
tiosianat (HgCNS).
 Penggunaan utama kromium adalah sebagai paduan logam seperti pada
stainless steel, chrome plating, dan keramik logam.
 Chrome plating pernah digunakan untuk memberikan lapisan keperakan
seperti cermin pada baja.

8












Kromium digunakan dalam metalurgi sebagai anti korosi dan pemberi kesan
mengkilap.
Digunakan pada pewarna dan cat, untuk memproduksi batu rubi sintetis, dan
sebagai katalis dalam pencelupan dan penyamakan kulit.
Kromium (IV) oksida (CrO2) digunakan untuk pembuatan pita magnetik.
Khrom digunakan untuk mengeraskan baja, pembuatan baja tahan karat dan
membentuk banyak alloy (logam campuran) yang berguna. Kebanyakan
digunakan dalam proses pelapisan logam untuk menghasilkan permukaan
logam yang keras dan indah dan juga dapat mencegah korosi. Khrom
memberikan warna hijau emerald pada kaca. Industri refraktori menggunakan
khromit untuk membentuk batu bata, karena khromit memiliki titik cair yang
tinggi, pemuaian yang relatif rendah dan kestabilan struktur kristal.
Beberapa senyawa kromium digunakan sebagai katalis. Misalnya Phillips
katalis untuk produksi polietilen adalah campuran dari kromium dan silikon
dioksida atau campuran dari krom dan titanium dan aluminium oksida.
Kromium (IV) oksida (CrO 2) merupakan sebuah magnet senyawa
Kromium merupakan logam tahan korosi (tahan karat) dan dapat dipoles
menjadi mengkilat. Dengan sifat ini, kromium (krom) banyak digunakan
sebagai pelapis pada ornamen-ornamen bangunan, komponen kendaraan,
seperti knalpot pada sepeda motor, maupun sebagai pelapis perhiasan seperti
emas, emas yang dilapisi oleh kromium ini lebih dikenal dengan sebutan emas
putih.
Perpaduan Kromium dengan besi dan nikel menghasilkan baja tahan karat.
Kromium (IV) oksida digunakan untuk pembuatan pita magnetik digunakan
dalam performa tinggi dan standar kaset audio. Asam kromat adalah agen
oksidator yang kuat dan merupakan senyawa yang bermanfaat untuk
membersihkan gelas laboratorium dari setiap senyawa organik. Hal ini
disiapkan dengan melarutkan kalium dikromat dalam asam sulfat pekat, yang
kemudian digunakan untuk mencuci aparat. Natrium dikromat kadang-kadang
digunakan karena lebih tinggi kelarutan (5 g/100 ml vs 20 g/100 ml masingmasing). Kalium dikromat merupakan zat kimia reagen, digunakan dalam
membersihkan gelas laboratorium dan sebagai agen titrating.
Dalam industri logam, kromium terutama digunakan untuk membuat paduan
(aliase) dengan besi, nikel, dan kobalt. Penambahan kromium memberikan
kekuatan dan kekerasan serta sifat tahan karat pada paduan logam. Baja tahan
karat (stainless steels) mengandung sekitar 14% kromium. Oleh karena
kekerasannya, paduan kromium dengan kobalt dan tungsten (wolfram)
digunakan untuk membuat mesin potong cepat. Kromium digunakan dalam

9



membuat berbagai macam pernik kendaraan bermotor karena sangat
mengkilap. Penggunaan kromium sebagai refraktori terutama karena
mempunyai titik leleh yang tinggi (1857°C), koefisien muai yang tidak terlalu
besar dan mempunyai bentuk kristal yang stabil.
Kromium digunakan untuk melapisi baja untuk variasi (pernik) kendaraan
bermotor dan untuk tujuan dekoratif lainnya. Pelapisan itu dilakukan secara
elektrolisis, yaitu dengan electroplating. Untuk tujuan itu digunakan senyawa
kromium dengan tingkat oksidasi +6. Dalam prosesnya, kromium mula-mula
direduksi menjadi Cr+ baru kemudian menjadi kromium. Akan tetapi, jika
larutan yang digunakan adalah Cr3+, ternyata pelapisan tidak teijadi. Hal itu
disebabkan ion Cr3* dalam air terikat sebagi ion kompleks yang stabil, yaitu
[Cr(H20)6]3+. Ion kompleks ini tidak mudah direduksi. Jika yang digunakan
adalah Cr6+, maka ion Cr3"1" terbentuk dalam suatu lapisan di permukaan
logam dan tidak lagi bereaksi dengan air, melainkan langsung direduksi
menjadi unsur kromium (Cr).

G. Efek Kesehatan Kromium
Kromium (III) adalah esensial bagi manusia dan kekurangan dapat menyebabkan
kondisijantung, gangguan dari metabolisme dan diabetes. Tapi terlalu banyak
penyerapan kromium (III)dapat menyebabkan efek kesehatan juga, misalnya ruam
kulit.
Kromium (VI) adalah bahaya bagi kesehatan manusia, terutama bagi orang-orang
yangbekerja di industri baja dan tekstil. Orang yang merokok tembakau juga
memiliki kesempatanyang lebih tinggi terpapar kromium.
Kromium (VI) diketahui menyebabkan berbagai efek kesehatan. sebuah senyawa
dalamproduk kulit, dapat menyebabkan reaksi alergi, seperti ruam kulit. Pada saat
bernapas ada krom(VI) dapat menyebabkan iritasi dan hidung mimisan. Masalah
kesehatan lainnya yangdisebabkan oleh kromium (VI) adalah:
 Kulit ruam
 Sakit perut dan bisul
 Masalah pernapasan
 Sistem kekebalan yang lemah
 Ginjal dan kerusakan hati
 Perubahan materi genetic
 Kanker paru-paru
 Kematian

10

Bahaya kesehatan yang berkaitan dengan kromium bergantung pada keadaan
oksidasi.Bentuk logam (krom sebagaimana yang ada dalam produk ini) adalah
toksisitas rendah. Bentukyang hexavalent beracun. Efek samping dari bentuk
hexavalent pada kulit mungkin termasukdermatitis, dan reaksi alergi kulit. Gejala
pernafasan termasuk batuk, sesak napas, dan hidung gatal.
Bentuk Keracunan Kromium
Efek racun akan timbul, jika menghirup udara tempat kerja yang terkontaminasi,
misalnya dalam pengelasan stainless steel, kromat atau produksi pigmen krom,
pelapisan krom, dan penyamakan kulit. Selain itu, jika menghirup serbuk gergaji dari
kayu yang mengandung kromium akan menimbulkan efek keracunan. Efek toksik
kromium dapat merusak dan mengiritasi hidung, paru-paru, lambung, dan usus.
Dampak jangka panjang yang tinggi dari kromium menyebabkan kerusakan pada
hidung dan paru-paru. Mengonsumsi makanan berbahan kromium dalam jumlah yang
sangat besar, menyebabkan gangguan perut,bisul, kejang, ginjal, kerusakan hati, dan
bahkan kematian
Efek Klinis
Efek dari chromium terhadap kesehatan yakni bisa mengalami gangguan
pernapasan dan juga mengganggu alat pencernaan. Chromium(Vi) dikenal untuk
menyebabkan berbagai kesehatan mempengaruhi. Ketika chromium merupakan suatu
campuran di dalam produk kulit, itu dapat menyebabkan reaksi alergi, seperti ruam
kulit. Setelah bernafas chromium(VI) dapat menyebabkan gangguan hidung dan
mimisan.
Keracunan Akut
 Bila terhirup / inhalasi
 Bila debu atau uap kromium terhirup pada konsentrasi tinggi dapat
menyebabkan iritasi.
 Bila kontak dengan kulit
 Kontak langsung dengan debu atau serbuk kromium dapat menyebabkan
iritasi pada kulit.
 Bila kontak dengan mata
 Kontak langsung dengan debu atau serbuk kromium dapat menyebabkan
iritasi pada mata.
 Bila tertelan
 Logam kromium sangat sulit diabsorbsi melalui saluran pencernaan. Absorbsi
dalam jumlah yang cukup dari beberapa senyawa kromium dapat
menyebabkan pusing, haus berat, sakit perut, muntah, syok, oliguria atau
anuria dan uremia yang mungkin bisa fatal.
Keracunan Kronis

11










Bila terhirup / inhalasi
Paparan berulang dalam jangka waktu yang lama dari beberapa senyawa
kromium dilaporkan menyebabkan borok (ulcerasi) dan berlobang (perforasi)
pada nasal septum, iritasi pada tenggorokan dan saluran pernafasan bagian
bawah, gangguan pada saluran pencernaan, tapi hal ini jarang terjadi,
gangguan pada darah, sensitisasi paru, pneumoconiosis atau fibrosis paru dan
efek pada hati hal ini jarang terjadi. Pada hakekatnya efek ini belum pernah
dilaporkan terjadi akibat paparan logam.
Bila kontak dengan kulit.
Paparan berulang dalam jangka waktu yang lama dari beberapa senyawa
kromium dilaporkan menyebabkan berbagai tipe dermatitis, termasuk eksim
“Chrome holes” sensitisasi dan kerusakan kulit dan ginjal. Pada hakekatnya
efek ini belum pernah dilaporkan akibat paparan logam.
Bila kontak dengan mata
Paparan berulang dalam jangka waktu yang lama untuk beberapa senyawa
krom dapat menyebabkan radang selaput mata (konjungtivities) dan lakrimasi.
Pada hakekatnya efek ini belum pernah dilaporkan akibat paparan logam.
Dampak Lingkungan
Ada beberapa jenis kromium yang berbeda dalam efek pada
organisme. Kromium memasuki udara, air dan tanah di krom (III) dan
kromium (VI) bentuk melalui proses-prosesalam dan aktivitas manusia.
kegiatan utama manusia yang meningkatkan konsentrasi kromium(III) yang
meracuni kulit dan manufaktur tekstil. Kegiatan utama manusia yang
meningkatkan kromium (VI) konsentrasi kimia, kulit dan manufaktur tekstil,
elektro lukisan dan kromium (VI) aplikasi dalam industri. Aplikasi ini
terutama akan meningkatkan konsentrasi kromium dalamair. Melalui
kromium pembakaran batubara juga akan berakhir di udara dan melalui
pembuanganlimbah kromium akan berakhir di tanah.
Sebagian besar kromium di udara pada akhirnya akan menetap dan
berakhir di perairanatau tanah. Kromium dalam tanah sangat melekat pada
partikel tanah dan sebagai hasilnya tidakakan bergerak menuju tanah.
Kromium dalam air akan menyerap pada endapan dan menjadi
takbergerak.Hanya sebagian kecil dari kromium yang berakhir di air pada
akhirnya akan larut.Kromium (III) merupakan unsur penting untuk organisme
yang dapat mengganggu metabolisme gula dan menyebabkan kondisi hati,
ketika dosis harian terlalu rendah.Kromium (VI) adalah terutama racun bagi
organisme.Dapat mengubah bahan genetik danmenyebabkan kanker.

12

Tanaman mengandung sistem yang mengatur kromium-uptake harus
cukup rendah tidak menimbulkan bahaya. Tetapi ketika jumlah kromium
dalam tanah meningkat, hal ini masih dapatmengarah pada konsentrasi yang
lebih tinggi dalam tanaman. Peningkatan keasaman tanah jugadapat
mempengaruhi pengambilan kromium oleh tanaman. Tanaman biasanya hanya
menyerapkromium (III). Ini mungkin merupakan jenis penting kromium,
tetapi ketika konsentrasi melebihinilai tertentu, efek negatif masih dapat
terjadi.
Kromium tidak diketahui terakumulasi dalam tubuh ikan, tetapi
konsentrasi tinggikromium, karena pembuangan produk-produk logam di
permukaan air, dapat merusak insangikan yang berenang di dekat titik
pembuangan. Pada hewan, kromium dapat menyebabkanmasalah pernapasan,
kemampuan yang lebih rendah untuk melawan penyakit, cacat lahir,infertilitas
dan pembentukan tumor.
Toksiksitas Kromium
Kontaminasi logam berat di lingkungan merupakan masalah besar
dunia saat ini. Persoalan spesifik logam berat di lingkungan terutama karena
akumulasinya sampai pada rantai makanan dan keberadaannya di alam, serta
meningkatnya sejumlah logam berat yang menyebabkan keracunan terhadap
tanah, udara dan air meningkat. Proses industri dan urbanisasi memegang
peranan penting terhadap peningkatan kontaminasi tersebut. Suatu organisme
akan kronis apabila produk yang dikonsumsikan mengandung logam berat.
Kromium (Cr) merupakan elemen berbahaya di permukaan bumi dan
dijumpai dalam kondisi oksida antara Cr(II) sampai Cr(VI), tetapi hanya
kromium bervalensi tiga dan enam memiliki kesamaan sifat biologinya.
Kromium bervalensi tiga umumnya merupakan bentuk yang umum
dijumpai di alam dan dalam material biologis kromium selalu berbentuk tiga
valensi, karena kromium enam valensi merupakan salah satu material organik
pengoksida tinggi. Kromium tiga valensi memiliki sifat racun yang rendah
dibanding dengan enam valensi. Pada bahan makanan dan tumbuhan
mobilitas kromium relatif rendah dan diperkirakan konsumsi harian
komponen ini pada manusia di bawah 100 µg, kebanyakan berasal dari
makanan, sedangkan konsumsinya dari air dan udara dalam level yang rendah.
Kromium adalah zat gizi esensial untuk hewan dan mungkin untuk
manusia. Teloransi glukosa akan terganggu pada hewan yang kekurangan
kromium, tetapi suatu postulat tentang faktor teloransi glukosa belum
diisolasikan atau dicirikan. Konsumsi yang di anjurkan oleh Food and
Nutition Board National Research Council serta dianggap aman dan cukup
adalah 50 sampai 200 µg per hari. Penentuan kebutuhan kromium yang tepat
13

untuk manusia, tetap merupakan pekerjaan yang sulit, meliputi indentifkasi
fungsi fisiologik khusus yang berhubungan dengan kadar kromium, tidak
terang-terangan melawan dan berpengaruh terutama terhadap fungsi-fungsi
tersebut dengan faktor-faktor yang berdampingan.
2.2 Molibdenum
A. Sejarah Molibdenum
Pada tahun 1778 seorang ahli kimia terkenal Swedia, C. W. Scheele telah
berhasil membuat suatu oksida unsur baru dari mineral molibdenit, MoS2, dengan
demikian ia mampu membedakan mineral ini dengan grafit yang pada waktu itu
diduga identik. Kemudian setelah 3 tahun kemudian, P.J. Helm berhasil mengisolasi
molibdenum dari pemanasan molibdenit dengan batubara. Nama molibdenum berasal
dari bahasa Yunani, molibdos, yang artinya mengandung makna kebingungan ketika
menghadapi mineral-mineral lunak hitam yang dapat dipakai untuk menulis, yaitu
grafit yang disebut timbel hitam dan plumbako.
B. Sifat Fisika dan Kimia
Logam molibdenum merupakan logam golongan 6, dimana logam ini
cenderung memiliki tingkat oksidasi rendah sehingga membuat unsure ini semakin
tidak stabil dengan naiknya nomor atom. Seperti halnya kromium, konfigurasi
elektron molibdenum menyimpang dari diagram aufbau. Konfigrasi elektron tingkat
dasar Molibdenum adalah d5s1, dengan sebuah konfigurasi terisi setengah d5 yang
stabil. Apabila dilihat dari struktur elektronnya, Molibdenum diharapkan untuk
membentuk senyawa-senyawa dengan tingkat oksidasi dari (+1) sampai (+6).
Tingkat oksidasi Molibdenum yang paling penting adalah (+5) dan (+6).
Mo(+6) bersifat stabil, sedangkan Mo(+3) bersifat sangat mereduksi. Hal ini sesuai
dengan kecenderungan bahwa semakin menurun posisi unsur dalam satu golongan
maka semakin tinggi tingkat oksidasi menjadi lebih stabil dan tingkat oksidasi lebih
lemah menjadi kurang stabil.
Nama, Lambang, Nomor atom

Molibdenum, Mo, 42

Deret Kimia

Logam transisi

Golongan, periode, Blok

VIB, 5, d

Penampilan

abu-abu

Massa atom

95,94(2) g/mol

14

Konfigurasi Elektron

[Kr] 4d5 5s1

Jumlah elektron tiap kulit

2, 8, 18, 13, 1

Sifat Kimia
Struktur Kristal

Cubic body centered

Bilangan oksidasi

+3, +4, +5, +6 (oksida asam kuat)

Elektronegativitas

1,8 (skala Pauling)

Energi Ionisasi

E1: 684,3 kJ/mol
E2: 1560 kJ/mol
E3: 2618 kJ/mol

Jari-jari atom

139 pm

Jari-jari atom (terhitung)

190 pm

Jari-jari kovalen

145 pm

Sifat Fisika
Fase
Massa jenis (sekitar suhu kamar)
Titik lebur
Titik didih
Kalor peleburan
Kalor penguapan
Kapasitas kalor
Resistivitas listrik
Konduktivitas termal
Ekspansi termal

Padat
10,28 g/cm3
2896 K, 2623 oC, 4753 oF
4912 K, 4639 oC, 8382 oF
37,48 kJ/mol
617 kJ/mol
(25 oC) 24,06 J/(mol.K)
(20 °C) 53.4 nΩ·m
(300 K) 138 W/(m·K)
(25 °C) 4.8 µm/(m·K)

C. Sumber Molibdenum
Sumber molibdenum yang terpenting adalah molibdenit sulfida, MoS 2, dan yang
lainnya adalah bijih wulfenit, PbMoO4, dan powelit, Ca(Mo,W)O4 (Sugiyarto dan
Suyani, 2010). Logam molibdenum diproduksi sebagai hasil utama maupun hasil
sampingan dalam pengolahan tembaga. Pada proses tersebut, bijih molibdenit terlebih
dahulu dipisahkan dengan teknik flotasi, kemudian dipanggang untuk memperoleh
oksidanya, MoO3. Jika ingin digunakan langsung sebagai paduan logam seperti pada
pabrik baja, oksidasi ini diubah menjadi feromolibdenum dengan proses
aluminotermik. Untuk memperoleh logam yang lebih murni, molibdenum oksida
dilarutkan dalam larutan amonia untuk dikristalkan sebagai amonium molibdat,
15

kadang-kadang sebagai dimolibdat, [NH4]2[Mo2O7], atau sebagai paramolibdat,
[NH4]6[Mo7O24].4H2O dengan bergantung pada kondisinya. Molibdat ini kemudian
dapat direduksi dengan gas H2 menjadi serbuk logam molibdenum yang berwarna
abu-abu. Selain itu, MoO3 dapat dibuat dengan memanaskan logamnya atau
sulfidanya dalam oksigen. Oksida-oksida ini tidak bereaksi dengan asam, tetapi larut
dalam larutan basa membentuk larutan molibdat.
MoO2 dapat diperoleh dari reduksi MoO 3 dengan H2 atau NH3 pada temperatur di
bawah 470 oC, diatas temperatur ini terjadi reduksi lebih lanjut menjadi logamnya.
Selain itu, MoO2 juga dapat diperoleh dari reaksi molibdenum dengan uap air panas
pada suhu ~800 oC.
Mo2O5 dapat diperoleh dari reduksi MoO3 dengan serbuk molibdenum pada ~750
o
C. Penambahan amonia ke dalam larutan yang mengandung Mo(V) hasil reduksi
tersebut akan diperoleh endapan coklat MoO(OH)3 dan apabila endapan ini
dipanaskan akan menghasilkan Mo2O5.
D. Persenyawaan Molibdenum
Oksida molibdenum banyak yang sudah dikenal, yaitu MoO3, Mo2O5, dan MoO2.
Oksida MoO2 berupa padatan coklat violet, tidak larut dalam asam nitrat pekat dan
terjadi oksidasi lebih lanjut menjadi Mo(VI). MoO2 mengadopsi struktur rutil (TiO2).
E. Reaksi-reaksi yang Terjadi pada Molibdenum
Molibdenum tidak dapat bereaksi dengan air pada suhu kamar. Molibdenum juga
tidak dapat bereaksi dengan udara atau oksigen pada suhu kamar, akan tetapi pada
suhu tinggi (di atas suhu 790 oC) akan membentuk molibdenum(VI) trioksida:
2Mo (s) + 3O2 (g) 2MoO3 (s)
Reaksi dengan halogen akan membentuk molibdenum halida, misalnya jika
molibdenum direaksikan dengan fluorin, maka akan membentuk molibdenum(VI)
fluorida.
Mo (s) + 3F2 (g) MoF6 (l)
Molibdenum(VI) biasanya membentuk spesies dioksida dengan kedua ikatan Mo =
O adalah cis. Jadi, MoO3 dalam 12MHCl membentuk kompleks [MoO2Cl4]2-. Selain
itu, molibdenum(VI) juga membentuk kompleks molibdenum pentaklorida [MoCl 5]
(= Mo2Cl10)
Selain itu, kompleks yang mudah didapatkan yang digunakan untuk sintesis
kompleks lain adalah ion pentaklorooksomolibdat(V) yang berwarna hijau jambrut,
[MoOCl5]2-. Senyawa kompleks ini dapat diperoleh dengan reduksi MoO 42- dalam
larutan HCl atau dengan pelarutan Mo2Cl10 dalam larutan akua pekat HCl.
F. Kegunaan Molibdenum
16

Sekitar 75 persen dari molibdenum yang digunakan di Amerika Serikat pada tahun
1996 dijadikan campuran untuk baja dan besi. Hampir setengah dari campuran ini
digunakan untuk membuat stainless dan baja tahan panas. Hasilnya dapat digunakan
dalam pesawat terbang, pesawat ruang angkasa, dan rudal bagian. Penggunaan
penting lainnya adalah campuran molibdenum dalam produksi alat-alat khusus,
seperti: busi, shaft baling-baling, senapan barel, peralatan listrik digunakan pada
temperatur tinggi, dan boiler pelat.
Penggunaan penting lainnya adalah sebagai katalis molibdenum. Katalis adalah zat
yang digunakan untuk mempercepat atau memperlambat suatu reaksi kimia. Katalis
tidak mengalami perubahan wujud selama reaksi. Katalis molybdenum digunakan
dalam berbagai operasi kimia, dalam industri minyak bumi, dan dalam produksi
polimer dan plastik. Pada jumlah yang kecil, molibdenum efektif untuk mengeraskan
baja. Molibdenum digunakan pada komponen pesawat terbang, peluru, filamen pada
pemanas elektrik dan lapisan pelindung pada ketel. Molibdenum orange merupakan
pigmen antara merah-kuning ke merah-orange terang dan digunakan pada cat, tinta,
plastik, dan senyawa-senyawa karet.
Molibdenum disulfida merupakan pelumas yang baik, terutama pada suhu tinggi.
Molibdenum juga digunakan pada beberapa aplikasi elektronik, sebagai pelapis
logam konduktif pada transistor film-tipis.
Molibdenum merupakan salah satu bahan paduan baja yang menjadikan baja
bersifat keras dan kuat. Selain itu, molibdenum digunakan dalam oksida dan sistem
lain sebagai katalis untuk berbagai reaksi, salah satu contoh adalah “amonoksidasi”
akrilonitril menurut persamaan reaksi.
MoS2 digunakan sebagai pelumas padat yang ditambahkan ke oli dan digunakan
sebagai katalis dalam reaksi hidrogenasi.

G. Ekstraksi Molibdenum
Logam Molibdenum murni dapat diperoleh dari Molibdenum trioksida (Mo0 3)
dalam berbagai cara. Molibdenit ini pertama dipanaskan sampai suhu 700 ° C (1292 °
F) dan sulfida yang teroksidasi menjadi oksida (VI) molibdenum melalui udara:
2MoS2 + 7O2 → 2MoO3 + 4SO2
Bijih teroksidasi kemudian dipanaskan sampai 1.100 ° C (2010 ° F) untuk
menghaluskan oksida, atau pencucian dengan amonia yang kemudian bereaksi
dengan oksida (VI) molibdenum untuk membentuk molybdate yang larut dalam air:
MoO3 → NH4OH + 2(NH4) 2(MoO4) + H2O
Tembaga merupakan pengotor yang kurang larut dalam amonia sehingga
digunakan hidrogen sulfida untuk mengendapkannya.
17

-

H. Efek Kesehatan Molibdenum
Pada manusia, molybdenum dikenal berfungsi sebagai kofaktor untuk tiga enzim:
 Sulfit oksidase mengkatalisis transformasi sulfit ke sulfat, reaksi yang
diperlukan untuk metabolisme kandungan asam amino (metionin dan sistein).
 Xanthine oksidase mengkatalisis pemecahan nukleotida (prekursor untuk
DNA dan RNA) untuk membentuk asam urat, yang berkontribusi terhadap
kapasitas antioksidan plasma darah.
 Oksidase Aldehyde dan xanthine oksidase mengkatalisis reaksi hidroksilasi
yang melibatkan beberapa molekul yang berbeda dengan struktur kimia yang
sama. oksidase Xanthine dan oksidase aldehida juga berperan dalam
metabolisme obat dan racun.
Nilai ambang batas Mo dalam tubuh manusia
 Anak-anak 1-3 tahun 300 µg / hari
 Anak-anak 4-8 tahun 600 µg / hari
 Anak-anak 9-13 tahun 1.100 µg / hari (1,1 mg / hari
 Remaja 14-18 tahun 1.700 µg / hari(1,7 mg / hari
 Dewasa 19 tahun dan lebih tua 2.000 (2,0 mg / hari)
Molibdenum diperlukan untuk oksidasi belerang, suatu komponen dari protein.
Molibdenum terdapat dalam susu, buncis, roti dan gandum.
Kekurangan Molibdenum
Kekurangan molibdenum yang disebabkan karena asupan yang tidak memadai
pada orang yang sehat, belum pernah diteliti. Tetapi kekurangan molibdenum terjadi
pada keadaan tertentu misalnya jika seorang malnutrisi yang menderita penyakit
Chron mendapatkan makanan parenteral dalam waktu yang lama tanpa tambahan
molibdenum.
Gejalanya berupa:
denyut jantung yang cepat
sesak nafas
mual
muntah
disorientasi
koma.
Kelebihan Molibdenum
Orang yang mengkonsumsi molibdenum dalam jumlah besar dapat mengalami
gejala yang menyerupai penyakit gout, termasuk peningkatan kadar asam urat dalam

18

darah dan nyeri sendi. Penambang yang terpapar debu molibdenum bisa mengalami
gejala-gejala yang tidak spesifik.
2.3 Wolfram
A. Sejarah Wolfram
Wolfram atau Tungsten ditemukan oleh Juan Jose dan Fausto de Elhuyar pada
tahun 1783 di negara Spain. Dalam bahasa Swedia, Tungsten memiliki arti batu berat.
Nama lain dari Tungsten adalah Wolfram yang berasal dari bahasa Jerman dengan
simbol W.
Pada tahun 1779, Peter Woulfe menguji mineral tungstenit dan menyimpulkan
adanya zat baru dalam mineral tersebut. Pada tahun 1758, Scheele menemukan bahwa
asam yang baru dapat dibuat dari tungsten. Scheele dann Bergman mengusulkan
adanya kemungkinan mendapatkan logam yang baru dengan mereduksi logam ini. De
Elhuyar menemukan bahwa asam dalam tungstenit sama dengan asam tungsten.
Tahun 1783, unsur tungsten diperoleh dengan mereduksi asam tungstat
dengan arang. Pada tahun 1781, Scheele dan T. Bergmann mengisolasi oksida baru
dari mineral yang disebut skelit, CaWO4. Dua tahun kemudian, dua bersaudara J. J
dan F. De Elhuyar dari spanyol menunjukkan bahwa oksida yang sama merupakan
konstituen dari mineral wolframit dan pemanasan oksida ini dengan barubara berhasil
mereduksinya menjadi logam yang kemudian diberi nam wolfram. Nama ini
direkomendasikan oleh IUPAC, namun komunikasi bahasa Inggris memilih memakai
nama tungsten.
B. Sifat Fisika dan Kimia
Tungsten murni adalah logam yang berwarna putih timah hingga abu-abu
baja. Tungsten yang sangat murni dapat dipotong dengan gergaji besi dan dapat
dibentuk dengan mudah. Dalam keadaan tidak murni, dibutuhkan usaha keras untuk
membentuk tungsten. Logam transisi yang sangat keras ini ditemukan pada mineral
seperti wolframit dan schelit.
Wolfram memiliki titik lebur yang lebih tinggi dari semua unsur logam dan
pada suhu 16500C memiliki kekuatan regang tertinggi. Bentuk murni wolfram
digunakan terutama dalam perangkat elektronik. Senyawa dan aloy-nya digunakan
secara luas dalam berbagai seperti filamen bola lampu, tabung sinar-X, dan superaloy.
Adapun sifat-sifat dari wolfram secara rici akan disebutkan pada tabel di bawah ini :
Spesifikasi
Rincian
Nama
Wolfram
Lambang
W
Nomor Atom
74
19

Penampilan
Massa Atom
Konfigurasi Elektron
Jumlah elektron tiap kulit
Fase
Massa Jenis (T kamar)
Titik lebur
Titik didih
Struktur Kristal
Bilangan Oksidasi
Elektronegatifitas
Energi ionisasi

Putih keabu-abuan mengkilap
183,948 g/mol
(Xe)4f14 5d4 6s2
2, 8, 18, 32, 12, 2
Padat
19,25 g/cm3
3695 K, 34220C, 61920F
5828 K, 55550C, 100310F
Cubic body centered (kubus berpusat muka)
+2, +3, +4, +5, +6 (Oksida asam lemah)
1,7 (skala Pauling)
E1 : 770 kj/mol
E2 : 1700 kj/mol
E3 : 2300 kj/mol

C. Sumber dan Ekstraksi Wolfram
Tungsten terdapat dalam mineral tungstenit wolframit Fe(Mn)WO4, CaWO4,
huebnerit MnWO4, dan ferberit FeWO4(Cotton dan Wilkinson, 1989). Tempat
penambangan tungsten yaitu di Klifornia, Kolorado, Korea Selatan, Bolivia, Rusia
dan Portugal. Di China dilaporkan memiliki persediaan tungsten 75% di dunia.
Unsur tungsten diperoleh secara komersial dengan mereduksi tungsten oksida
dengan hidrogen atau karbon. Proses pembuatannya yaitu dengan menghancurkan
mineral tungsten secara mekanik dan direaksikan dengan lelehan NaOH. Lelehan
kemudian dilarutkan dalam air untuk memperoleh Na-tungstenat yang kemudian
diasamkan untuk mendapatkan WO3 yang selanjutnya direduksi dengan hidrogen
ungtuk memperoleh logamnya.
Logam Wolfram juga dapat diperoleh dengan pemanasan langsung campuran bijih,
tungstat scheelit, CaWO4 dan wolframit, Fe(Mn)WO4 (hingga meleleh) dengan alkali,
kemudian diendapkan dalam air sebagai WO3 dengan penambahan asam. Reduksi
oksida dengan H2 pada suhu ~8500C akan menghasilkan serbuk logam wolfram
berwarna abu-abu. Serbuk logam juga dapat diubah menjadi padatan dengan
kompresi tinggi menggunakan gas H2.
D. Persenyawaan Wolfram
Beberapa oksida yang umum adalah WO 3 (kuning) dan WO2. Trioksida dibuat
dengan memanaskan logam wolfram dengan senyawa lain seperti sulfida dalam
oksigen. Oksida tersebut tidak bereaksi dengan asam tetapi larut dalam basa
membentuk larutan wolframat. WO3 merupakan padatan kuning lemon dengan titik

20

leleh ~1200 0C. Dioksida (WO2) dibuat dengan mereduksi trioksida dengan hidrogen
atau NH3 pada suhu kurang lebih 4700C.
E. Reaksi-reaksi yang Terjadi pada Wolfram
 Reaksi dengan air
Pada suhu ruangan, tungsten tidak bereaksi dengan air
 Reaksi dengan udara
2W(s) + 3 O2 → 2WO3 (s)
 Reaksi dengan Halogen
W(s) + 3F2 (g) → 3F6 (g)
W (s) + 3Cl2 (g) → WCl6 (s)
W(s) + 3Br2 (g) → WBr6 (s)
2W(S) + 5Cl2 (g) → 2WCl5 (s)
Reaksi dengan asam
Secara umum logam tungsten tidak terpengaruh oleh kebanyakan asam. Menurut
Cotton dan Wilkinson (1989), wolfram tidak diserang oleh asam selain HF. Artinya
logam tungsten tidak dapat bereaksi dengan asam selain HF.


 Reaksi dengan basa
Logam tungsten tidak berekasi dengan larutan basa lemah.
F. Kegunaan Wolfram
Tungsten beserta aloynya dapat digunakan pada pembuatan filament lampu pijar,
tabung elektron, dan televisi, untuk titik kontak pada distributor mobil, unsur
windings (proses pencarian logam pada tungku listrik), pemanasan pada tungku
listrik, paduan logam untuk alat pemotong bersuhu tinggi dan pada pesawat luar
angkasa. Aloy yang digunakan untuk peralatan berkecepatan tinggi seperti Hastelloy.
G. Bahaya Wolfram
Tungsten dapat terbakar dan dapat bertindak sebagai iritan pernapasan

21

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
 Titik didih, titikleleh, jari-jari atom, kerapatan, elektronegativitas, dan energi
ionisasi dari atas kebawah (kromium sampai seaborgium) adalah semakin besar.
 Kromium ditemukan pada Pada 26 Juli 1761, Johann Gottlob Lehmann
menemukan mineral oranye-merah di Pegunungan Ural, yang sekarang banyak
digunakan sebagai komponen zat dan banyak digunakan di industri kimia,
industri refraktory dan pengecoran
 Molibdenum adalah salah satu logam pertama yang ditemukan oleh para ahli
kimia modern. Ditemukan pada tahun 1778 oleh kimiawan Swedia Carl Wilhelm
Scheele.
 Molibdenum tahan panas dan tahan zat kimia sehingga dapat digunakan sebagai
elektroda, sebagai katalis dalam pembuatan minyak bumi,sebagai pelumas pada
suhu yang tinggi, dan unsur penting dalam pengikatan oksigen dan proses
metabolisme
 Tungsten ditemukan oleh seorang ahli Swedia yang bernama Peter
Woulfe,tungsten digunakan dalam petrolium dan industri kontraktil

22

3.2 Saran
 Bagi Penulis
Semoga karya tulis dapat membantu dalam memahami sifat-sifat dan kegunaan dari
unsur golongan VI B dan bisa menjadi acuan bagi para penulis untuk membuat
karya tulis yang lebih baik.
 Bagi Mahasiswa
Semoga karya tulis ini menjadi suatu motivasi bagi para siswa agar meningkatkan
minat belajarnya untuk mempelajari sifat-sifat dan kegunaan unsur-unsur golongan
VI B, mengingat mempelajari unsur-unsur yang ada pada sistem periodik adalah
salah satu materi yang sangat penting.

23

DAFTAR PUSTAKA
Cotton dan Wilkinson. 1989. Dasar Kimia Anorganik. UI Press, Yogyakarta.
Day dan Underwood. 1981. Analisa Kimia Kuntitatif. Erlangga, Jakarta.
Petrucci. 1985. Kimia Dasar: Prinsip dan Terapan Modern. Erlangga, Jakarta.
Sunardi. 2006. 116 Unsur Kimia Deskripsi dan Pemanfaatannya. Yrama Widya,
Bandung

24