Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu p

MAKALAH
TEKNIK PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TERPADU PADA
SERANGAN JAMUR AKAR PUTIH (Rigidoporus lignosus)
Diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah Teknologi Perlindungan Tanaman (HPT)

Disusun Oleh:

Rosi Rosidah

(150510140026)

Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian
Universitas Padjadjaran
2015

Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Alah SWT yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang, dipanjatkan puja dan puji syukur kehadirat-Nya.
Yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Dalam makalah

ini dibahas mengenai teknik pengendalian hama dan penyakit
terpadu .
Adapun

makalah

ini

mengambil

fokus

bahasan

pada

pengendalian serangan penyakit Jamur akar putih (Rigidoporus
lignosus). Makalah ini telah diusahakan semaksimal mungkin dan
tentunya


dengan

memperlancar

bantuan

pembuatan

berbagai
makalah

pihak

ini.

sehingga

Untuk

itu


dapat

diucapkan

terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini. Namun tidak lepas dari semua itu disadari
sepenuhnya, bahwa banyak kekurangan baik dari segi penyusunan
bahasa maupun dari segi lainnya. Makadari itu kritik dan saran dari
pembaca untuk perbaikan makalah ini sangat diharapkan.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi
inspirasi

bagi

pembaca.

Sumedang, 4 Desember
2015


Penulis,

2

3

Daftar isi

Kata Pengantar...................................................................................................................2
Daftar isi............................................................................................................................3
Daftar Gambar...................................................................................................................4
Pendahuluan......................................................................................................................5
Pembahasan.......................................................................................................................6
1.1

Jamur Akar Putih (Rigidoporus lignosus)...........................................................6

1.1.1

Daur Peyakit................................................................................................7


1.1.2

Gelaja yang muncul.....................................................................................8

1.2

Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu.........................................................8

1.2.1

Teknik Pengendalian Kultur Teknis.............................................................9

1.2.2

Teknik Pengendalian Biologi......................................................................9

1.2.3

Teknik Pengendalian Fisik-Mekanik.........................................................11


1.2.4

Teknik Pengendalian Kimia......................................................................12

Penutup............................................................................................................................12
Daftar Pustaka.................................................................................................................13

4

Daftar Gambar
Gambar 1.Peta Tingkat Serangan Jamur Akar Putih.........................................................5
Gambar 2.Morfologi Jamuur Akar Putih...........................................................................7
Gambar 3.Tricoderma sp. Pada Pangkal Batang.............................................................10
Gambar 4.Biofungisida....................................................................................................10
Gambar 5.Bentuk Mikroskopis Tricoderma sp...............................................................11

5

Pendahuluan

Jamur akar putih (JAP) merupakan salah satu pathogen yang menyumbangkan
kerugian besar bagi bidang perkebunan. Umumnya tanaman yang diserang oleh jamur
akar putih adalah tanaman karet (Hevea brasiliensis Muel-Agr.). Pada budidaya
tanaman karet akar putih merupakan penyakit yang paling merugikan dibandingkan
dengan penyakit akar lainnya (Semangun,2000)
Dilangsir dari berita yang dimuat oleh kompas.com (2012) bahwa kerugian
akibat jamur akar putih berdasarkan data Dinas Perkebunan Kalimantan Selatan pada
akhir 2010 menyerang lahan seluas 4.078 hektar dengan kerugian Rp 9,34 miliar. Data
lainnya menyebutkan bahwa kerugian yang ditimbulkan oleh jamur akar putih
diperkirakan mencapai 3 % pada perkebunan besar dan 5 % pada perkebunan karet Di
Indonesia dengan kerugian setiap tahunnya mencapai Rp 300 miliar (Situmorang, 2004
dalam Susanti n.d)
Berdasarkan data dari BBPPTP Surabaya (2013) dari 8 provinsi yang menjadi
wilayah kerja BBPPTP Surabaya yaitu Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
DIY, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur di dapatkan pemetaan yang
mengklasifikasikan tingkat serangan jamur akar putih pada tanaman perkebunan.

Gambar 1.Peta Tingkat Serangan Jamur Akar Putih

6


Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa serangan jamur akar putih di Jawa
Barat tergolong tinggi. Selain itu dari beberapa ulasan sebelumnya dijelaskan mengenai
kerugian yang ditimbulkan oleh jamur akar putih menguatkan alasan untuk melakukan
pengendalian terhadap serangan jamur akar putih

Pembahasan
Akar putih merupakan peyakit yang menyerang pada akar tanaman. umumnya
tanaman yang diserang merupakan tanaman perkebunan. seperti Kina, Jambu mete, teh,
kopi, kakao, kelapa sawit dan terutama pada tanaman karet. akar putih di sebabkan oleh
pathogen Rigidoporus lignosus. R. lignosus merupakan pathogen tular tanah
penyebarannya dapat melalui kontak antar akar tanaman. Akar tanaman yang terjangkit
akan menyebarkan pathogen pada tanaman lainya.

1.1 Jamur Akar Putih (Rigidoporus lignosus)
Dalam sistem taksonomi R. lignosus diklasifikasikan sebagi berikut :
Kingdom

: Fungi


Filum

: Basidiomycota

Kelas

: Basidiomycetes

Subkelas

: Agaricomycetidae

Ordo

: Polyporales

Family

: Meripilaceae


Genus

: Rigidoporus

Spesies

: Rigidoporus lignosus
Morfologi R. Lignosus adalah berbentuk bulat membentuk kipas tebal, agak

berkayu, didapati zona-zona pertumbuhan, umumnya mempunyai srtuktur serat, tepian
tipis, warna pada tubuh tergantung pada umur dan kandungan air yang dimiliki.
Miselium berwarna kuning jingga dengan ketebalan 2,8-4,5

μ m memiliki sekat yang

tebal. Saat stadia muda berwarna jingga jernih sampai merah kecoklatan dengan zona
gelap yang agak menonjol. Warna jingga pada permukaan bawah dan kuning jernih atau
putih kekuningan pada tepianya.

7


Gambar 2.Morfologi Jamuur Akar Putih

1.1.1 Daur Peyakit
Secara umumya fase perkembangan R. Lignosus diawali dengan kontak baik
dari rizomorf atau melalui miselum yang melekat pada leher akar. Rizomorf dapat
menyebar sampai dengan kurang lebih 180 cm (Semangun, 2000). Rizomorf mampu
menginfeksi akar tanaman yang sehat meski masih bertumpu ppada kayu lain yang
menjadi alas makanannya.
Sebelum melakukan penetrasi kedalam jaringan akar, lebih dahulu rizomorf
tumbuh secara epifitik pada permukaan akar. Jamur akan lebih mudah menginfeksi
apabila terdapat luka atau pada lenti sel. Setelah masuk kedalam jaringan jamur masuk
kedalam kayu melalui jalur-jalur empulur. Pada umumnya tanaman setelah terinfeksi
akan membentuk kambium gabus atau barrier luka utntuk menahan serangan jamur
akan tetapi kebanyakan jamur dapat menembus kambium tersebut. Pertumbuhan dan
penetrasi jamur 2 kali lebih cepat bila terjadi di akar kearah pangkal dari pada akar ke
arah ujung. (Semangun, 2000) jamur dapat bertahan pada sisa-sisa tanaman yang
terinfeksi. Sehingga sanitasi yang menyeluruh harus dilakukan saat akan membuka
lahan baru yang disinyalir sebelumnya terdapat serangan R. Lignosus.

1.1.2 Gelaja yang muncul

8

Gejala dapat timbul pada semua umur tanaman. Pada tanaman karet umumya gejala
timbul pada perkebunan karet muda. Gejala dari serangan R. lignosus adalah sebagai
berikut :
1. Daun tampak kusam, tidak mengkilat dan seerti perahu melengkung ke bawah.
setelahnya daun menguning lalu rontok.
2. Pada tanaman dewasa gugurnya daun diikuti dengan ranting yang gugur.
3. Tanaman yang sakit biasanya akan membentuk bunga daun buah bukan pada
musimnya. atau bukan ada siklusnya untuk berbunga dan berbuah.
4. Akar busuk sehingga pohon mudah rebah.
5. Akar yang terinfeksi konturnya menjadi kasar dan berwarna sesuai dengan jamur
yang menginfeksinya.
6. Didapati rizomorf jamur berwarna putih yang menjalar sepanjang akar. benanng
meluas dan membentuk seperti jala. pada ujungnya benang meluas seperti
bulu.Benang melekat erat pada akar.
7. Kulit yang sakit busuk dan berwarna coklat.
8. Kayu dari akar yang baru mati tetap keras dan berwarna coklat atau kadangkadang keabuan.
9. Pembusukan yang lebih jauh kayu berwarna putih atau krem dengan batang
tetap padat dan kering. (Semangun, 2000)

1.2 Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu
Pengendalian hama dan penyakit terpadu adalah sebuah sistem
perlindungan tanaman yang mengatur tata cara pegendalian serangan hama dan
penyakit. Pengendalian secara terpadu terbagi menjadi pengendalian pencegahan
(preventif) dan pengendalian penanggulangan (kuratif). Perbedaan pengendalian
terpadu dengan sistem pengendalian lainnya adalah, pada pengendalian hama dan
penyakit terpadu hanya akan dilakukan pengendalian apabila intensitas serangan
dari OPT telah melewati ambang ekonomi (sudah dianggap merugikan).
Pengendalian terpadu dalam teknisnya memadukan beberapa teknik
pengendalian. Dalam pelaksanaannya diurutkan mulai dari pengendalian

9

pencegahan

sampai

dengan

pengendalian

penanggulanangan.

Adapun

pengendalian hama dan penyakit terpadu bagi serangan R. lignosus adalah sebagai
berikut.
1.2.1 Teknik Pengendalian Kultur Teknis
Teknik pengendalian secara kultur teknis adalah dengan merekayasa proses
budidaya. Untuk pengendalian R. lignosus dapat dilakukan dengan, Penanaman bibit
yang sehat dan bersih dari inokulum R.lLignosus.
Merekayasa sistem pertanaman juga merupakan alah satu cara pengendalian
serangan R.lignosus yaitu dengan cara penambahan belerang dan tanah yang steril dari
inokulum R. lignosus pada setiap lubang tanam.. Penambahan belerang, guna
meningkatkan kemasaman tanah sehingga tidak cocok bagi perkembangan pathogen R.
Lignosus . Karena R. lignosus mampu tumbuh optimal pada tanah yang memiliki ph
netral yaitu antara 6,0-7,0. Selain itu pemasaman tanah mampu meningkatkan
pertumbuhan jamur antagonis pathogen yaitu Tricoderma koningii Oud.
Dapat dilakukan juga teknik isolasi dengan pembuatan parit pada setiap barisan
tanaman. Hal ini bertujuan untuk memutus area penyebaran akar. Karena R. lignosus
menginfeksi lewat kontak antara akar yang terinfeksi dengan akar yang sehat.
1.2.2 Teknik Pengendalian Biologi
Teknik pegendalian secara biologi yaitu teknik yang memanfaatkan agen hayati
untuk menendalikan serangan hama dan penyakit. agen hayati pengendali dapat berupa
parasitoid, predator (musuh alami),

jamur entomopatogen dan jamur antagonis

pathogen.

10

Gambar 3.Tricoderma sp. Pada Pangkal Batang

Untuk pengendalian R. lignosus melalui pengendalian biologi telah banyak
dilakukan penelitian mengenai efektifitas Tricoderma koningii dalam megendalikan R.
lignosus. T.koningii merupakan jamur antagonis pathogen R. lignosus. T.koningii telah
dimanfaatkan sebagai biofungisida.

Gambar 4.Biofungisida

T.koningii bersifat antagonis patogen karena dalam interaksinya dengan
pathogen mampu menghambat ertumbuhan pathogen mealui proses mikroparasitisme,
antibiosis dan kompetisi.

11

Gambar 5.Bentuk Mikroskopis Tricoderma sp.

1.2.3 Teknik Pengendalian Fisik-Mekanik
Pengendalian

secara

fisik

yaitu

pengendalian

secara

tidak

langsung.

pengendalian secara fisik akan memberikan perlakuan yang diharapkan memberi
dampak terhadap pertumbuhan dan perkembangan pathogen. contoh dari pengendalian
secara fisik pada serangan R.lignosus adalah dengan penanaman tanaman penutup tanah
(LCC = Legume Cover Crop).
Tujuan dari penanaman LCC ini adalah mencegah erosi pada awal pembukaan
lahan. dikarenakan lahan masih kosong dan belum terdapat vegetasi tanaman yang
mampu mengikat tanah maka sangat rawan untuk terjadi erosi. selain itu penanaman
LCC juga bertujuan untuk membantu perkembangan organisme yang bersifat antagonis
dengan R. lignosus. LCC juga bukan merupakan inang yang cocok bagi R. lignosus,
karena akar yang dimiliki LCC bukan merupakan akar berkayu serta perakaranya tidak
dapat menjadi “food base” bagi R. lignosus.
Pengendalian secara mekanik merupakan pengendalian yang dilakukan secara
langsung pada target yang akan dikendalikan. jenis pengendalian mekanik seperti
pemangkasan, pencabutan, pembabatan, dan pembakaran. Adapun pengendalian secara
mekanik yang dapat dilakukan dalam pengendalian R. lignosus seperti, pembukaan
leher akar. R. lignosus tidak dapat berkembang dengan baik pada akar yang berada
diatas permukaan tanah. makadari itu sala satu pengendalian R. lignosus. penyebaran R.
lignosus akan terhambat apabila ada leher akar tanaman yang dibuka.

12

pengendalian secara mekanik lainnya dapat dilakukan melalui peremajaan
kembali. Pertanaman yang terlah terinfeksi oleh R. lignosus dibongkar dan dibersihkan
agar tidak ada sisa-sisa inoculum R. lignosus yang tertingga didalam tanah. setelah
dilakukan

sanitasi

maka

dilakukan

penanaman

kembali

(repanting)

dengan

menggunakan bibit tanaman yang sehat dan bebas inoculum pathogen.
1.2.4 Teknik Pengendalian Kimia
Teknik pengendalian secara kimia ditempatkan pada urutan terakhir dalam
pegendalian hama dan penyakit terpadu. Kesadaran akan tingkat bahaya dalam
penggunaan bahan kimia menjadi latar belakang pengurangan penggunaan bahan kimia
dalam perlindungan tanaman. akan tetapi kegiatan perlindungan tanaman tidak dapat
lepas sepenuhnya dari peggunaan bahan kimia. dengan pertimbangan efektifitas waktu
tenaga dan ekonomi maka diputuskan untuk tidak melarang penggunaan senyawa kimia
dalam perlindungan tanaman, dengan catatan senyawa kimia harus digunakan secara
bijak dan tepat guna sesuai dosis yang dianjurkan.
Dalam pengendalian R. lignosus dapat menggunakan fungisida sistemik yang
diaplikasikan pada pangkal batang tanaman yang terinfeksi. untuk fungisida kontak
dapat menggunakan bahan pelindung leher akar (collar protectant) yang meganung
bahan aktif PCNB (Pentacloronitro-benzene) atau quintozene. Fungisida tersebut
diaplikasikan pada pangkal leher akar, bahan pelumas ini memiliki waktu efektif selama
2 tahun akan tetapi pada 1 tahun pertama harus dilakukan pengecekan untuk melihat ada
tidaknya serangan R. lignosus.

Penutup
R. lignosus merupakan salah satu pathogen yang merugikan khususnya bagi
bidang perkebunan. Dalam mengendalikan serangan R. lignosus diperlukan perpaduan
teknik pengendalian. Perpaduan tersebut bertujuan untuk mengotimalkan efektifitas
pengendalian. Sebuah teknik pegendalian memiliki kelebihan dan kekurangan makadri
itu perlu dilakukan kombinasi dari berbagai teknik untuk mendapatkan hasil yang
optimum.

13

Kelebihan dari teknik hayati adalah tidak memberi dampak pencemaran
lingkugan. akan tetapi respon yang diharapkan memerlukan waktu yang relative lama.
sifat ini bertolak belakang dengan teknik pengendalian secara kimia. pada teknik
pengendalian secara kimia respon yang muncul akan cepat akan tetapi berdampak
teerhadap pencemaran lingkungan apabila aplikasinya melebihi dosis yang diajurkan,
selain itu juga mampu menyebabkan munculnya sifat resistensi OPT terhadap pestisida.

Daftar Pustaka
Gusnawaty. dkk.,2014. Karakterisasi Morfologis Trichoderma Spp. Indigenus Sulawesi
Tenggara. Jurnal Agroteknos Juli 2014 Vol. 4 No. 2. Hal 88-94.ISSN: 2087-7706
http://indonesiabertanam.com/2014/10/24/pengendalian-hayati-terhadap-jamur-akarputih-jap-pada-tanaman-karet/
http://regional.kompas.com/read/2012/06/22/16085173/Jamur.Akar.Putih.Masih.Jadi.M
omok.bagi.Petani.Karet
Ismail nurmasita dan Andi Tenrirawe.n.d. Potensi Agens Hayati Trichoderma Spp.
Sebagai Agens Pengendali Hayati. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
(BPTP) Sulawesi Utar
Rahayu amini dan Dina ernawati.2013. Tingkat Serangan Penyakit Jamur Akar Putih
(Jap) Rigidoporus lignosus Pada Tanaman Karet Triwulan 2 Tahun 2013
Wilayah Kerja BBPPTP Surabaya.Surabaya.
Semangun, haryono.2000.Penyakit-penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia.Gadjah
Mada University press;Yogyakarta
Susanti yuliana.n.d. Pengendalian Hayati Penyakit Jamur Akar Putih (Jap) Pada
Tanaman Karet Secara In Vitro Dengan Menggunakan Trichoderma sp.
Kabupaten Rokan Hulu

14