Islam dan Seni Rebana (1)

ISLAM DAN SENI REBANA
(Sejarah dan Perkembanganya di Kampung Arar-Sorong)
Zaenal Arifin
Abstrak: Kampung Arar merupakan salah satu tempat berlangsung dan
berkembangnya Islam yang menghuni pulau kecil yang dinamakan Pulau Arar yang
berkedudukan di Kabupaten Sorong Papua Barat. Keberadaan Islam di Kampung
Arar tidak lepas dari berkembangnya seni rebana dalam kesenian Islam. Isu yang
menarik tentunya masih banyaknya orang yang belum mengetahui sejarah Islam di
tanah Papua. Maka dari itu, Islam di Kampung Arar bisa mewakili dari sekian umat
muslim yang tersebar di tanah Papua. Selain itu, perkembangan media dakwah yang
digunakan dalam syiar Islam hingga sekarang adalah seni rebana. Riset ini
bertujuan utnuk mencari sejarah Islam dan seni rebana serta hubungannya dalam
pengamalan ajaran Islam di Kampung Arar. Karenanya, untuk mengupasnya
digunakan tiga metode, yaitu observasi, interviu, dan thick description. Data
tersebut diolah dengan teknik analisis fenomenologi.Analisis ini mengungkap
sejarah Islam di Kampung Arar yang berawal dari migrasi masyarakat suku Biak
Numfor dari Pulau Salawati, Kerajaan Raja Ampat yang telah menjadi salah satu
lokasi berkembangnya penyebaran Islam di tanah Papua dan membawa tradisi seni
rebana sebagai media dakwah dalam syiar agama Islam. Tradisi seni rebana sendiri
digunakan dalam menemani aktivitas dzikir kepada Allah dan membaca maulid nabi
Muhammad atau sholawat. Harapannya adalah seni rebana dan sholawat dapat

mendekatkan diri kepada Allah dan lebih mengenal suri taulan Nabi Muhammad
saw. Peranan seni rebana dan sholawat menjadi media penting dalam misi Islam di
Kampung Arar yang begitu diminati masyarakat, sehingga syiar Islam dapat lebih
mudah diterima melalui pesan-pesan islami meskipun disampaiakn dalam bentuk
hiburan.
Kata Kunci:Islam, Seni Rebana, Sholawat, Nabi Muhammad saw,Kampung Arar.
I.

Pendahuluan
Aktivitas dakwah Islam di Papua merupakan bagian dari rangkaian panjang syiar Islam

di Nusantara. Dikatakan bahwa sejarah masuknya Islam di Nusantara sudah terjadi sekitar
abad ke-7 Masehi yang dibawa oleh para pedagang Arab (muslim) dari semenanjung Arabia
1

ke pesisir utara Sumatera (Aceh). Selain berdagang mereka juga menyebarkan ajaran agama
Islam dan melakukan perkawinan dengan warga setempat. Sebagian dari mereka ada yang
menetap beberapa tahun diwilayah mereka berdagang untuk berdakwah, sehingga
terbentuklah komunitas muslim atau komunitas orang Arab yang menghuni daerah pesisir
utara Sumatera (Aceh).1

Islam mulai berkembang di Nusantara dalam penyebarannya pada sekitar abad ke-12
dan abad ke-13 oleh para dai dan pedagang muslim yang datang dari Arab, Persia dan India.
Para juru dakwah tersebut memiliki peran penting dalam mentransformasikan ajaran
Islamkepda masyarakat dalam proses penyebaran Islam di kawasan Nusantara. Keberhasilan
dakwah para dai ditunjang dengan kemampuan para dai dalam menyajikan kemasan ajaran
Islam yang dapat menyesuaikan dengan kondisi sosio-kultural setempat, sehingga mudah
dipahami oleh masyarakat.2Kita ketahui bahwa ajaran Islam bersifat akomodatif yakni
memberi makna baru yang tidak keluar dari syari’at agama Islam terhadap ajaran atau
kepercayaan masyarakat sebelumnya.3 Misalnya, dalam pergelaran wayang kulit yang
dimasukkan ajaran bernafaskan Islam yang dapat dengan mudah dipahami oleh masyarakat.
Penyiaran agama Islam berkembang pesat di Indonesia terutama di Pulau Jawasekitar
abad ke-15 yangdipelopori oleh Wali Songo (Wali Sembilan). Mereka adalah Maulana Malik
Ibrahim yang tertua, Sunan Ampel anak Maulana Malik Ibrahim, Sunan Giri adalah
keponakan Maulana Malik Ibrahim yang berarti juga sepupu Sunan Ampel, Sunan Bonang
dan Sunan Drajad adalah anak Sunan Ampel, Sunan Kalijaga merupakan sahabat sekaligus
murid Sunan Bonang, Sunan Muria anak Sunan Kalijaga, Sunan Kudus murid Sunan
Kalijaga, dan Sunan Gunung Jati adalah sahabat para Sunan lain, kecuali Maulana Malik
Ibrahim yang lebih dahulu meninggal.4Merekainilah yang mempunyai peran penting dalam
penyebaran Islam di tanah Jawa yang murid-muridnya juga banyak berasal dari luar Jawa,
baik dari Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku. Oleh karena itu, dakwah Islam

di Nusantara dilanjutkan oleh para murid Walisongo dengan ilmu yang didapat dari gurugurunya tersebut untuk disebarkan di daerah masing-masing mereka berasal maupun daerah di
sekitarnya.

1 Aceng Abdul Azis, dkk, Islam Ahlussunnah Waljama’ah di Indonesia: Sejarah, Pemikiran, dan
Dinamika Nahdlatul Ulama, (Jakarta: Pustaka Ma’arif NU, 2007), h. 11-12.
2Ibid, h. 12.
3Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta : Rajawali Press, 2011), h. 125.
4Aceng Abdul Azis, dkk, op.cit., h. 15-19.

2

Wacana tentang masuknya Islam di Papua, sampai hari ini masih menyisakan
perdebatan panjang di kalangan para ahli, baik tempat kedatangannya Islam, para
pembawanya dan waktu kedatangannya. Berbagai upaya penelitian yang dilakukan oleh para
ahli, di antaranya mengatakan bahwa Islam masuk di Papua sekitar abad ke-15 Masehi
melalui dua jalur. Pertama melalui pengaruh Sultan Ternate di Raja Ampat dan kedua melalui
jalur Kerajaan Islam dari Kesultanan Bacan di Ambon di daerah Fak-Fak.5 Dalam
perkembangannya, Islam mulai menyebar dengan adanya migrasi para penduduk muslim dari
pulau ke pulau, baik pulau-pulau sekitar daerah Fak-Fak maupun pulau-pulau kecil di wilayah
Raja Ampat sampai di sebagian wilayah Sorong.

Di Kabupaten Sorong sendiri terdapat Kampung Arar yang menghuni sebuah pulau
kecil, yaitu Pulau Arar yang menjadi salah satu tempat berlangsungnya agama Islam
masyarakat

asli

Papua.

Perkembangan

Islam

di

Pulau

Arar

tidak


lepas

dari

perkembanganIslamdi wilayah Raja Ampat,dikarenakandahulu masih wilayah kekuasaan
kerajaan Raja Ampat sampai daerah Distrik Inanwatan di Kabupaten Sorong Selatan termasuk
suku Kokoda yang sebagian penduduknya telah beragama Islam. Jadi, Kampung Arar masih
menjadi wilayah dari kekuasaan kerajaan Raja Ampat sebagai salah satu pintu gerbang Islam
masuk di tanah Papua. Sehingga praktek ke-Islam-an di Kampung Arar tidak lepas berasal
dari sejarah dan perkembangan Islam di daerah Raja Ampat, terutama di Pulau Salawati
sebagai basisnya.
Kehadiran Islam di tanah Papua sebagaimana di Kampung Arar tidak beda jauh deng
apa yang disyiarkan atau diajarkan oleh para Walisongo yang dilanjutkan para muridnya yaitu
memperhatikan kebudayaan lokal masyarakat setempat dalam kegiatan berdakwah. Kreatifitas
para juru dakwah tersebut dalam memanfaatkan kebudayaan lokal yang dipengaruhi oleh
kebudayaan dari kepercayaan Hindu-Budha atau animisme dan dinamisme. Maka dari itu,
kebudayaan lokal tidak diubah seluruhnya, hanya diubah secara Islam dalam praktek dan
tujuannya tetap berpaku pada syariat Islam. Sehingga proses islamisasi yang ditokohi para
Walisongo dan murid-muridnya tersebut dapat dengan mudah diterima oleh penduduk lokal.
Selain itu, dakwah Islam di tanah Papua telah membawa kebudayaan Islam sendiri yang

berkembang sejak masa Nabi Muhammad saw, sahabat dan sampai zaman kekalifahan. Hal
ini membawa pengaruh terhadap kebudayaan lokal, terutama terhadap seni dan tradisi di
Papua. Salah satu seni tradisi Islam yang masih dipertahankan maupun dilestarikan di daerah
5Ismail Asso, Perkembangan Islam di Papua, http://id-id.facebook.com/topic.php?uid= 1305182
73653280 &topic=200diakses tanggal 20 Juni 2011.

3

Fak-Fak dan Raja Ampat adalah seni rebana. Seni rebana adalah seni musik tradisional yang
bernafaskan Islam dari zaman dahulu sampai sekarang yang saat ini masih eksis di beberapa
daerah di Indonesia, termasuk di tanah Papua, khususnya di Kampung Arar. Seni musik ini
memiliki nilai yang sangat berharga, terutama dalam mempelajari agama Islam. Dalam kaidah
Fiqih kita kenal “al muhafadhah ‘ala al qadim al shalih wa al akhdzu bi al jadid al ashlah”,
yaitu melestarikan nilai-nilai terdahulu yang baik dan melakukan adopsi nilai-nilai baru yang
baik.6 Termasuk seni rebana tradisional juga dilestarikan dan dikembangkan oleh masyarakat
muslim di Kampung Arar sebagai seni tradisi Islam yang menjadi kebanggaan masyarakat
setempat. Seni tradisi tersebut telah mengakar sejak nenek moyang Islam mereka hingga saat
ini dijaga kelestariannya.
Pemanfaatan seni rebana sebagai media dakwah memang saat ini mulai menjadi
primadona di kalangan masyarakat Kampung Arar. Dalam kehidupan manusia yang selalu

berkembang yang berbudaya tentunya tidak lepas dari sebuh seni. Islam sendiri mengenal seni
yang dalam hal ini seni rebana sudah mendominasi di hati umat. Hal itu menjadi bukti bahwa
perlu adanya kesenian yang patut dipelihara sebagai media dakwah. Pendekatan sosio-kultural
dalam dakwah kan lebih mudah dalam mensyiarkan nilai-nilai dakwah.7
Berdasarkan uraian di atas, hubungan erat antara ajaran Islam dengan seni tradisi Islam
dalam perjalanan dakwah Islam di Indonesia juga telah sampai di tanah Papua terutama seni
rebana sebagai salah satu media dakwah, antara lain telah berkembang di Kampung Arar
sampai saat ini. Maka dari itu, tulisan ini akan menitikberatkan pembahasan pada tiga
persoalan utama. Pertama, bagaimana sejarah dan perkembangan Islam di Kampung Arar?
Kedua, bagaimana seni rebana menjadi kesenian Islam di Kampung Arar? Ketiga, bagaimana
pengaruh seni rebana dalam membangun spiritulitas agama Islam di Kampung Arar? Sebelum
ketiga persoalan tersebut diuraikan, pada bagian berikut akan diuraikan setting masyarakat
muslim di Kampung Arar. Hal tersebut akan menjadi dasar pengetahuan tentang Islam dan
seni rebana di Kampung Arar.
II.

Arar: Potret Masyarakat Muslim Asli Papua
Kampung Arar adalah kampung masyarakat muslim asli Papua yang menghuni pulau

kecil di Pulau Arar yang dahulu masih merupakan wilayah kekuasaan Kerajaan Raja Ampat.

Perkembangan Islam di kerajaan Raja Ampat sendiri sudah terjadi sekian lama sebelum danya
6 Aceng Abdul Azis, dkk, op.cit., h. 197.
7Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2010), h. 104-105.

4

para misionaris Kristen di tanah Papua. Hal itu menjadi bukti bahwa Islam telah mendahului
Islam daripada kedatangannya agama Kristen, dimana tanah Papua sering disebut-sebut
sebagai tanah Kristen adalah tidak benar.8Maka dari itu, keberadaan Islam di tanah Papua
harus diangkat kembali dalam pergerakan syiarnya dengan fakta yang menjadi sebuah wacana
bagi umat muslim di tempat lain di Indonesia. Hal tersebut harus didukung oelh bagaimana
respon umat Islam di tempat lain untuk dapat membantu perjuangan risalah Islam yang berada
di tanah Papua. Dengan asumsinya bahwa masyarakat Papua sangat memerlukan perhatian
sebagai sesama saudara muslim bagi kita.
Keberadaan tanah Papua setelah Irian Jaya Barat menjadi bagian dari Negara Kesatuan
Republik Indonesia pada tahun 1963 oleh PBB melalui perjuangan berat melawan Kolonial
Belanda yang berkuasa. Kolonial belanda sendiri selain menjajah juga menyebarkan ajaran
Kristen kepada masyarkata di Papua melanjutkan pekerjaan para misonaris terdahulu. Para
misionaris terdahulu telah menanamkan ajaran Kristen dengan cukup kuat, meskipun medang
di tanah Papua cukup sulit ditemput dengan perjalanan darat karena masih berupa hutan

belantara dan rawa-rawa yang hampir menyebar di seluruh wilayah Papua. Dalam
perkembanganya, agama Kristen menjadi kuat dengan ditopang distribusi dana dari Eropa.
Hal itu menjadikan Papua dikenal sebagai pulaunya orang-orang yang bergama Kristen.
Perkembangan wilayah di Irian Barat dengan diadakannya pemekaran wilayah oleh
pemerintah menjadi Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat serta dibentuknya pemerintahan
daerah di Tingkat Kabupaten, kini Kampung Arar menjadi bagian dari pemerintahan Distrik
Mayamuk Kabupaten SorongProvinsi Papua Barat.
Lokasi Kampung Arar terletak sekitar 15 km di sebelah barat Kota Aimas, Ibu kota
Pemerintahan Daerah Kabupaten Sorong. Untuk menuju lokasi ditempuh perjalanan dari
Kota Aimas melalui jalan PT Petrochina (perusahaan pengeboran minyak di Kabupaten
Sorong) sampai di dermaga PT Henrison Iriana (perusahaan yang memproduksi kayu lapis),
kemudian menyeberang dengan perahu ketinting atau jonkson -begitu masyarakat
menyebutnya- sekitar 15 menit untuk sampai ke Pulau Arar.
Kampung Arar mempunyai luas sekitar + 1000 m2 dengan jumlah penduduk yang
menghuninya sekitar kurang lebih 400-500 jiwa, baik dari kanak-kanak sampai dewasa.
Sebagian besar penduduknya adalah warga asli Papua yang berasal dari Suku Biak Numfor,
8Wawancara dengan Bapak Fadhal Rumbrawer, Kepala Kampung Arar, pada tanggal 19 Juni 2011 di
Kampung Arar.

5


Papua. Pada awalnya, mereka melakukan migrasi dari Biak Numfor ke Raja Ampat yang
menjadi salah satu perkembangan Islam, khususnya Pulau Salawati, kemudian beberapa
penduduk berpindah ke Pulau Arar. Sedangkan sebagian kecil yang lain adalah pendatang
yang berasal dari Pulau Seram maupun Ternate, Maluku. Penduduk Kampung Arar sebagai
kampung muslim ada sekitar 90 % penduduknya yang beragama Islam, sedangkan sisanya
yang lain beragama Kristen.9
Pulau Arar sendiri dengan tanah pasir tidak mungkin ditanami tanaman pertanian.
Keberadaanya dikelilingi oleh air laut yang kaya akan ikan. Maka tidak lain, potensi ekonomi
penduduk di Kampung Arar sebagian besar sebagai nelayan yang mengambil dari kekayaan
laut di sekitar pulau, seperti ikan baik yang memakai pancing maupun jaring jala. Hasil ikan
yang didapat seperti ikan cakalan, puri, lema, samander, sembula, dan lain-lain. Selain itu,
penduduk setempat mengembangkan budidaya rumput laut untuk menunjang perekonomian
keluarga. Sebagian penduduk yang lain juga bekerja membuat perahu dari kayu, baik dari
ukuran kecil sampai yang besar. Pembuatan perahu ini dijual kepada warga setempat maupun
warga lain di sekitar Pulau Arar yang mayoritas menjadi nelayan. Sebagian kecil warga juga
memanfaatkan jasa penyeberangan antar warga setempat yang mau menyeberang ke Sorong.
Sebagian yang lain, penduduk setempat menjadi karyawan di PT Henrison Iriana yang
mempunya karyawan mencapai ribuan orang.10
Di bidang pendidikan, di Kampung Arar sudah dibangun SD Inpres 57 dan SMP

Laboratorium Muhammadiyah untuk menunjang pendidikan formal. Sedangkan pendidikan
ke jenjang lebih tinggi, baik SMA dan Perguruan Tinggi mereka terpaksa harus keluar pulau,
misalnya di Sorong, karena belum tersedianya lembaga pendidikan di tempat tinggal mereka.
Dalam pendidikan agama Islam, warga dididik oleh ustadz dan ustadzah setempat yang
sudah mendapat pendidikan pesantren di Jawa, Seram maupun Ternate. Pendidikan agama
Islam sendiri telah menjadi kegiatan wajib mulai anak-anak hingga dewasa. Masih banyak
pengamalan ajaran Islam yang bercorak dengan keberadaan budaya. Praktik kegamaan
mereka mayoritas mengikuti amalan ajaran Islam yang ada pada umumnya di Indonesia,
berkat peranan para wali maupun ulama terdahulu. Dalam praktiknya seperti peleksanaan
tahlilan, yasinan, maulidan dan sebagainya.

9Ibid.
10 Wawancara dengan Muhammad Nur, salah satu tokoh tua Kampung Arar, pada tanggal 19 Juni 2011
di Masjid An Nur Kampung Arar.

6

Dalam sejarah dan perkembangan Islam di Kampung Arar proses pelaksanaannya
serupa dengan sejarah dan perkembangan Islam yang dibawa dari Islam sejak para wali di
Indonesia yang menyebar hingga wilayah Maluku dengan diantaranya berada di Pulau
Salawati Kabupaten Raja Ampat.
III. Sejarah Islam di Kampung Arar
Warga Kampung Arar berasal dari Suku Biak Numfor yang merupakan salah satu
kelompok masyarakat Papua yang hidup dan tinggal di Kabupaten Biak Numfor Provinsi
Papua. Menurut Teteh(kakek) Abdul Halik, orang Islam tertua di Kampung Arar yang sudah
berusia 101 tahun, beliau menceritakan sejarah dari Kampung Arar. Berawal dari penduduk
suku Biak Numfor yang bermigrasi dari Pulau Biak dan Pulau Numfor kePulau Salawati,
Kepulauan Raja Ampat. Mereka bermigrasi dalam beberapa periode waktu dan sejarah,
bermula dari pelayaran hongi11 dan pembayaran upeti kepada Sultan Tidore karena Biak
Numfor pada saat itu masih berada dalam wilayah kerajaan Tidore, kemudian disusul dengan
perjalanan kelompok suku Biak mengikuti arah perjalanan koreri12oleh pemimpin
ManArmaker dalam legenda kepercayaan tradisional yang menjadi nenek moyang orang
Biak.13
Konon menurut sumber cerita rakyat mengisahkan bahwa daerah Biak Numfor telah
menjadi bagian dari wilayah kekuasaan Sultan Tidore sejak abad ke-15. Sejumlah tokoh lokal
telah diangkat oleh Sultan Tidore menjadi pemimpin-pemimpin di Biak.Mereka diberi
berbagai macam gelar, yang merupakan jabatan suatu daerah. Sejumlah nama jabatan itu
sekarang ini dapat ditemui dalam bentuk marga/fam penduduk Biak Numfor, diantaranya
marga Rumaur. Marga Rumaur inilah yang menjadi cikal bakal orang pertama yang menghuni
Pulau Arar yang sudah membawa ajaran agama Islam dari Biak Numfor.
Penghuni Pulau Arar yang pertama adalah Bokiyor Rumaur bersama suaminya yang
tidak diketahui namanya telah membawa agama Islam dalam menghuni pulau baru yang
belum berpenghuni. Perpindahan Bokiyor Rumaur dari Biak Numfor ke Pulau Arar ini dapat
di perkirakan sekitar awal 1800-an, melihat usia Teteh Abdul Halik yang sudah satu abad.
Beliau adalah cucu dari orang pertama penghuni Pulau Arar ini. Meskipun beliau sudah usia
lanjut namun panca indera masih terlihat sehat, bahkan suaranya masih lantang dan keras
11Pelayaran hongi adalah pelayaran dengan menggunakan perahu bersampan dalam mengaruhi laut.
12Perjalanan Koreri adalah perjalanan dalam mencari perdamaian dunia dan akhirat.
13 Wawancara dengan Bapak Abdul Khalik, di Mariat Pantai pada tanggal 26 Juni 2011, beliau adalah
orang Islam tertua di Kampung Arar yang saat ini berusia 101 tahun, dan juga salah satu 36 orang anggota
Delegasi Penyerahan Irian Barat kepada Presiden Soekarno di Instana Presiden, Jakarta pada tahun 1963.

7

sebagai mantan pejuang Irian Barat di tanah Papua menjadi bagian dari Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Setelah lahirnya keturunan dari Bokiyor Rumaur, Islam mengalami perkembangan
setelah adanya perpindahan penduduk muslim dari Pulau Salawati. Menurut Muhammad
Yunus Mayalibit, beliau mengatakan bahwa penduduk muslim di pulau Salawati melakukan
migrasi ke Pulau Arar dilatarbelakangi adanya kesalahpahaman antara Raja Arfan, Raja
Salawati(raja yang berkuasa saat itu) dengan penduduk muslim suku Biak Numfor. Raja
Salawati mengusir penduduk muslim Biak Numfor dari wilayahnya dikarenakan adanya
masalah yang sepele, namun sangat mempengaruhi citra penduduk muslim yaitu masalah
perebutan wanita.14
Maka dari itu, inilah salah satu pesan para wali untuk umat Islam untuk hati-hati
menjaga nafsunya dari harta, tahta dan wanita. Dalam realita sekarang ini, dapat kita lihat
harta menjadi tumpuan utama yang dikejar-kejar umat manusia di dunia, sehingga lupa
akhirat karena gemerlapnya dunia. Sedangkan tahta menjadi perebutan para penguasa di
Indonesia, padahal banyak dari meraka adalah beragama Islam yang saling memfitnah dan
saling menjatuhkan. Dan wanita dikatakan sebagai racun dunia seandaianya tidak ditempatkan
secara fitrahnya, yakni sebagai makhluk ciptaan Allah yang pada awalnya untuk
mendampingi Nabi Adam as dalam kehidupannya, yang pada akhirnya mampu tergoda
dengan bisikan iblis.
Ikatan keluarga yang terbangun dari Pulau Biak Numfor yaitu ikatan suku Biak Numfor
disertai ikatan silaturahmi sebagai saudara sesama muslim, mereka berpindah dari Pulau
Salawati Kerajaan Raja Ampat ke Pulau Arar dan diterima dengan baik oleh penghuni
pertama di Pulau Arar yakni keluarga keturunan dari Bokiyor Rumaur. Migrasi penduduk ini
berlangsung sekitar tahun 1850 Masehi berpindah ke Pulau Arar untuk melanjutkan
kelangsungan hidup mereka. Sampai hari ini, kerukunan warga muslim di Kampung Arar
cukup kuat meskipun kedatangan beberapa warga non muslim dari luar pulau.
Dari itulah dalam sejarah, ajaran agama Islam yang berkembang di Kampung Arar yang
merupakan warisan syiar Islamyang berkembang di Pulau Salawati kerajaan Raja Ampat.
Maka dari itu, ajaran Islam yang diamalkan warga muslim di Kampung Arar tidak berbeda
dengan ajaran Islam yang disampaikan oleh para ulama terdahulu di Nusantara. Hal itu dapat
14Wawancara dengan Bapak Muhammad Yunus Mayalibit, Imam Masjid An Nur Kampung Arar, pada
tanggal 19 Juni 2011 di Kampung Arar.

8

dilihat dengan adanya warga muslim Kampung Arar yang masih memelihara dan melestarikan
ajaran Islam terdahulu, seperti amaliah membaca Surah Yaasiin, dzikir dengan hizib maupun
ratib, tahlil atau doa untuk orang yang sudah meninggal dan pembacaan Maulid al Barzanji
yang biasanya diiringi dengan seni musik rebana. Amaliah-amaliah tersebut masih tetap
dilaksanakan oleh warga muslim setempat.Selain mudah pelaksanaannya, juga mudah
dipahami, terutama yang menjadi menarik perhatian warga muslim adalah melestarikan seni
rebana tradisional dalam mengiringipujian kepad Allah swt dan sholawat kepada Nabi
Muhammad saw.
IV. Seni Rebana sebagai Kesenian Islam di Kampung Arar
Menurut Quraish Shihab dalam bukunya Wawasan Al Qur’anmengemukakan:
“Seni adalah keindahan. Ia merupakan ekspresi ruh dan budayamanusia yang mengandung
dan mengungkapkan keindahan. Ia lahirdari sisi terdalam manusia didorong oleh
kecenderungan senimankepada yang indah, apa pun jenis keindahan itu. Dorongantersebut
merupakan naluri manusia, atau fitrah yangdianugerahkan Allah kepada hamba-hambaNya”.15
Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam jiwa manusia terdapat jiwa untuk mengapresiasikan
dirinya dalam menyenangkan jiwanya. Secara harfiah, seni sebagai bentuk karya manusia
yang

mengandung

nilai

keindahan,

mengandung

pesona rasa

jika

diamati

dan

dinikimati.16Kemudian memberik kepuasan dan kesenangan bagi setiap jiwa manusia.Dan
seni adalah keindahan yang memberi kepuasan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Seni adalah suatu jelmaan dari rasa keindahan yang diujud karya manusia untuk
mencapai suatu kesejahteraan hidupnya, yang disusun berdasarkan pemikiran-pemikirannya,
sehingga ia menjadi suatu karya yang indah, yang menimbulkan kesenangan untuk dinikmati.
Maka secara filsafat, kalau sesuatu nilai baik dan buruk dapat dibahas dengan menggunakan
demensi etika, maka nilai seni dan keindahan ini selalu dibahas dengan menggunakan
demensi estetika, yaitu melalui penghayatan dan pengalaman-pengalaman indra manusia.17
Dalam Islam, salah satu seni yang masih terpelihara adalah adalah seni musik Islami
yaitu dengan seni rebana. Seni rebana adalah seni musik tradisional yang bernuansa Islam
15Quraish Shihab, Wawasan al Qur’an: Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat, (Bandung:
Mizan, 1996), h. 377.
16Yusuf al Qaradhawi, Anatomi Mayarakat Islam, penerjemah: Setiawan Budi Utomo, (Cet.1, Jakarta:
Pustaka al Kautsar, 1999), h. 235.
17Inu Kencana Syafiie, Pengantar Filsafat, (Bandung: Refika Aditama, 2004), h. 37-38.

9

dikembangkan oleh umat Islam sejak zaman dahulu sampai sekarang. Dalam Kamus Bahasa
Indonesia disebutkan, rebana adalah gendang pipih bundar yang dibuat dari tabung kayu
pendek dan agak lebar ujungnya, pada salah satu bagiannya diberi kulit.18
Seni rebana merupakan seni musik Islam yang sudah menjadi tradisi Islam dan
menyebar luas diseluruh dunia. Rebana sendiri merupakan alat musiak yang dibolehkan dala,
Islam.19Alat musik tradisionalini mulai memasyarakat pada umat Islam yang sering
diperdengarkan untuk mengiringi pujian-pujian keagamaan, seperti pujian kepada Allah,
sholawat Nabi, nyayian kasidah, dan acara keagamaan lain. Hingga pada akhirnya, alat musik
ini menjadi ciri khas untuk kesenian bernuansa Islami.
Di Indonesia, seni rebana sudah lama menjadi idola umat Islam dalam memainkan alat
musik tradisional ini. Seni rebana beraneka ragam bentuk dan cara pemukulannya. Dalam
perkembangan seni rebana di Indonesia, telah berkembang di Aceh ada yang memukul rebana
yang mengiri tari Saman, di Jakarta atau Betawi juga ada seni rebana yang dinamakan rebana
Biang, rebana Dor, di Banjarmasin ada reban al Banjari, ada rebana Ketimpring, rebana
Maulid, reban Hadrah,rebana Qasidah, dan rebana Marawis.20
Di Kampung Arar, seni rebana mendapat prioritas utama dalam melestarikan seni tradisi
Islam yang diwariskan oleh para ulama terdahulu. Pada awalnya, seni rebana yang dibuat
secara sederhana oleh masyarakat setempat terbuat dari kayu pohon sukun yang dibentuk
bulat pipih dan dilubangi, kemudian salah satu lubangnya diberi penutup kulit binatang
seperti kulit kambing atau kulit sapi. Meskipun tidak terlalu bagus, hal yang utama dapat
menghasilkan paduan suara yang enak didengar dan dinikmati diantara bunyi beberapa rebana
yang dipukul dengan tangan. Seni rebana yang dipakai dahulu sekitar tiga buah, yaitu 2
disebut dengan trofel21berdiameter sekitar 20-25cm dan 1 buah bass berdiameter 30-40 cm,
untuk lebih semarak ditambah dengan tifayang bentuknya memanjang dan macam
pukulannya masih terbilang sederhana dengan kreasi sendiri oleh warga setempat.22
Seni rebana yang sekarang telah mengalami perkembangan di Kampung Arar
mempunyai ciri yang berbeda, baik dari segi alat maupun teknik pukulannya. Renovasi
18Tim Penyusun Kamus Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), h. 1275.
19Sidi Gazalba, Islam dan Kesenian: Relevansi Islam dan Seni Budaya, (Jakarta: Pustaka Alhusna,
1988), h. 140.
20Jenis-jenis Musik Rebana, http://bumicuekcommunity.wordpress.com/2011/04/22/jenis-jenis-musikrebana/ diakses tanggal 16 Juni 2011.
21Trofel adalah rebana yang sederhada dengan beberapa teknik pukulan yang berbeda, hingga
dipadukan menjadi irama sebuah musik.
22Wawancara dengan Bapak Muhammad Yunus Mayalibit, op.cit

10

pertama yang dilakukan adalah dalam teknik pukulan rebana yang menghasilkan suara
tertentu secara berirama. Hal ini dipelopori oleh Ibu Nur Jila Warway yang berasal dari
Ternate, beliau mempunyai peran penting dalam perkembangan seni rebana di Kampung Arar.
Berangkat dari pengalaman selama hidup di Ternate, Nur Jila Warway dididik oleh
orang tua yang taat dalam menjalankan ajaran agama Islam. Selain itu, perkembangan seni
rebana di Ternate sebagai media dakwah telah lebih dahulu berkembang daripada yang berada
seni rebana yang berkembang di tanah Papua. Maka dari itu, setelah pernikahannya dengan
salah satu putra dari Abdul Halik, tetua Islam Kampung Arar, sekitar tahun 1995 beliau
berpindah hidup dan tinggal di Kampung Arar.
Pada awalnya, alat rebana yang dibuat secara sederhana, hasil buah tangan masyarakat
setempat dimanfaatkan dengan baik. Rebana sederhanan ini dikemas kembali dengan bentuk
pukulan yang berbeda dari sebelumnya. Hasilnya tidak sia-sia, ditemukanlah suara yang
syahdu dari alat sederhana tersebut dan terbukti dalam perlombaan qasidah yang diadakan
oleh LPTQ Kabupaten Sorong menjadi Juara I. Kemudian uang hadiah dari perlombaan
tersebut diupayakan untuk membeli alat rebana dari Gresik dengan kualitas yang lebih baik. 23
Hal ini menjadi sesuatu yang menarik minat para warga terhadap seni rebana, didukung oleh
suara warga Kampung Arar ditemukan mempunyai suara yang merdu. Jadi, sangatlah tepat
digunakan dalam nyanyian alunan musik rebana.
Dalam perkembangannya, alat musik rebana yang baru mampu meningkatkan semangat
warga muslim untuk berlatih seni rebana. Tentunya, harus menyesuaikan dengan irama dan
nada dari alat musik lainnya sehingga terdengar alunan musik yang syahdu. Dalam
aplikasinya, seni rebana dapat merangkul segala lini masyarakat di Kampung Arar dari anakanak hingga dewasa. Harapan ke depan adalah untuk menjadikan Kampung Arar sebagai basis
pelestarian seni musik Islami yakni seni rebana, meskipun tinggal di pulau kecil yang
terpencil sekalipun.
Seni rebana yang dipelihara dan dilestarikan di Kampung Arar sering digunakan dalam
acara Maulid Nabi Muhammad saw yaitu dengan membaca Maulid al Barzanji karya Syekh
Ja’far bin Hasan Al Barzanji. Didalam Maulid tersebut dikisahkan sejarah Nabi Muhammad
saw sejak lahir, perjuangan dalam menegakkan agama Islam, akhlak kehidupan beliau, sampai
beliau wafat dituliskan dengan karya sastra yang tinggi dengan menggunakan sastra bahasa
23Wawancara dengan Ibu Nur Jila Warway, pelopor seni rebana di Kampung Arar, pada tanggal 20
Juni 2011 di Mariat Pantai.

11

Arab.24 Selain itu, masyarakat muslim dapat melagukan syair-syair pujian kepada Allah swt
dan kepada Nabi Muhammad saw sebagai bentuk rasa syukur. Bahkan bermain rebana
dibolehkan dalam kegiatan dzikir, maulid maupun pengajian dalam memperingati hari-hari
besar Islam yang dilaksanakan di masjid.25
Dalam prakteknya, seni musik rebana di Kampung Arar adalah sebagai salah satu cara
yang paling tepat untuk mensyiarkan dakwahagama Islam yaitu untuk mengiringi nyanyian
dzikir kepada Allah swtdan dalam acara Maulid Nabi Muhammad sawyaitu memperingati hari
kelahiran beliau serta yang utama sebagai pengiring sholawat atau syair-syair pujian kepada
Nabi Muhammad saw.Pembacaan sholawat Nabi merupakan aplikasi dari perintah Allah swt
yang menjadi ajaran Islam sendiri. Sebagaimana Allah swt berfirman dalam QS Al Ahzab
[33]: 56:
‫عل تي سله توتسللمموا تتسسلليمما‬
‫عتلى الن لتلبلي تيا أ تي لمتها ال ل تلذيتن آتممنوا تص لملوا ت‬
‫لإ لتن الل ل تته توتمللئك تتتمه ي متص لملوتن ت‬
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersholawat untuk nabi.Hai orangorang yang beriman, bersholawatlah kamu untuk nabi danucapkanlahsalam
penghormatan kepadanya.”26
Dari ayat di atas, ada beberapa redaksi menyangkut pengertian sholawat.Sholawat juga
berarti doa, baik untuk diri sendiri, orang banyak atau kepentinganbersama. Sedangkan
sholawat sebagai ibadah ialah pernyataan hamba atasketundukannya kepada Allah swt, serta
mengharapkan pahala dari-Nya,sebagaimana yang dijanjikan Nabi Muhammad saw, bahwa
orang yangbersholawat kepadanya akan mendapat pahala yang besar, baik shalawat itu
dalambentuk tulisan maupun lisan (ucapan).
Menurut Ahmad Mustafa Al Maraghi dalam Tafsir Al Maraghi menerangkan tentang
ayat di atas, beliau mengemukakan bahwa sholawat yang di lakukan Allah maksudnya adalah
memberi rahmat kepada Nabi saw, sedangkan yang dilakukan Malaikat maksudnya adalah
memohon ampun untuk Baginda Nabi Muhammad saw. Kemudian Allah memerintah orang
yang beriman untuk bersholawat kepada Nabi saw, maksudnya adalah mendoakan Nabi agar

24Habib Munzir Al Musawa, Meniti Kesempurnaan Iman, (Jakarta: Majelis Rasulullah, 2009), h. 3233.

25 Habib Munzir Al Musawa, Kenali Aqidahmu, (Jakarta: Majelis Rasulullah, 2009), h. 42-43.
26 Kementrian Urusan Agama Islam, Wakaf, Dakwah dan Irsyad Kerajaan Saudi Arabia, Al Qur’an
dan Terjemahan Maknanya, (hadiah dari Khadim al Harmain asy Syarifain Raja Fahd ibn Abd Azizi al Saud,
1422 H), h. 678.

12

mendapat rahmat dari Allah dan manusia menampakkan kemuliaannya dengan cara apa pun
yaitu mengikuti segala ajarannya dengan baik.27
Selain itu, seni musik rebana yang diamalkan oleh masyarakat Kampung Arar berfungsi
untuk meneladani Rasulullah saw, baik dalam pembacaan Maulid Nabi maupun pesan-pesan
yang disampaikan dalam syair-syair sholawat. Hal tersebut dilakuakan sesuai dengan Allah
swt berfirman dalam QS Al Ahzab [33]: 21:
‫ل تتقسد تكاتن ل تك مسم لفي ترمسولل الل ل تله أ مسستوةة تحتسن تةة للتمسن تكاتن ي تسرمجو الل ل تته توال سي تسوتم اللختر توتذك تتر الل ل تته ك تلثيمرا‬
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan
dia banyak menyebut Allah.”28
Menurut M. Quraish Shihab, Nabi Muhammad Faw adalah manusia seperti manusia
yang lain dalam naluri, fungsi fisik, dan kebutuhannya, tetapi bukan dalam sifat-sifat dan
keagungannya, karena beliau mendapat bimbingan Allah swt dan kedudukan istimewa di sisiNya, sedang yang lain tidak demikian. Seperti halnya permata adalah jenis batu yang sama
jenisnya dengan batu yang dijalan, tetapi ia memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh
batu-batu lain.29 Oleh karena itu, umat muslim diperintahkan untuk meneladani beliau yang
menjadi uswatun hasanah.
Amri Khalid mengatakan bahwa salah satu cara yang dapat membantu umat Islam
mencintai Nabi Muhammad Faw adalah dengan sering membaca sholawat kepadanya, yakni
sering menyebut namanya. Seseorang yang mencintai seseorang tentunya akan sering-sering
menyebut orang yang dicintainya. Itulah sebagai bukti sebuah hakiakat kecintaan, dan
berupaya meneladaninya.30 Membaca sholawat adalah bagian dari do'a kita untuk tauladan
kita, Nabi Muhammad saw. Salah satu hadits yang membuat umat Islam membaca shalawat
ialah bahwa Rasulullah sawbersabda:
Siapa membaca shalawat untukku, Allah akan membalasnya 10 kebaikan, diampuni 10
dosanya, dan ditambah 10 derajat baginya.31

27Ahmad Mustafa al Maraghi, Terjemah Tafsir al Maraghi, (Juz XXII, Semarang: Toha Putra, 1992),
h. 55-57.
28Kementrian Urusan Agama Islam, Wakaf, Dakwah dan Irsyad Kerajaan Saudi Arabia, op.cit., h. 670.
29Quraish Shihab,op.cit, h. 54.
30 Amru Khalid, Belajar Hidup dari Hidup Rasulullah Saw, Penerjemah: Atik Fikri Ilyas, dkk,
(Jakarta: Maghfirah Pustaka, 2006). h. 37.
31 Hussein Bahreisj, Al Jami’ush Shaih Hadits Shahih Bukhari-Muslim, (Surabaya: Karya Utama,
2000), h. 272.

13

Maka dari itu, bagi orang-orang Islam di Kampung Arar, setiap kegiatan keagamaan
biasa disisipi bacaan sholawat Nabi dengan segala ragam kegiatannya. Hal ini sangat efektif
untuk menumbuhkan rasa cinta kepada Rasulullah saw dan untuk menambah semangat dalam
menjalankan syariat Islam, sehingga sarana tersebut tidak hanya dilakukan di masjid tetapi
dianjurkan setiap acara atau hajatan umat muslim seperti pernikahan (disarankan dalam suatu
pernikahan untuk meramaikan dengan memukul rebana)32, khitanan, dan lain-lain. Sehingga
dengan perkembangan waktu, acara-acara tersebut lebih semarak dan sangat bervariatif
V.

Pengaruh Seni Rebana dalam Membangun Spiritualitas Agama Islam di
Kampung Arar
Salah satu sarana untuk pengembangan syi’ar dakwah Islam di Kampung Arar yang

mengikuti faham Ahlussunnah wal Jama’ah adalah pembacaan sejarah lahirnya Rasulullah
saw yang disebut Maulid Nabi dan disertai dengan pembacaan syair-syair pujian kepada
Rasulullah saw yang diiringi dengan alat musik rebana.
Keunikan musik rebana di Kampung Arar adalah hanya terdapat beberapa alat musik
yaitu rebana yang dimainkan dengan cara dipukul secara langsung oleh tangan pemain tanpa
menggunakan alat pemukul. Paduang suara rebana yang dipukul sangat rame dan penuh
semangat. Rebana tersebut dapat digunakan untuk mengiringi beberapa macam lagu seperti
sholawatan, qasidahan, hadrah, dan lain-lain. Seni rebana pun dapat dimainkan oleh siapapun
untuk mengiringi nyanyian dzikir, yang bertemakan pesan-pesan agama dan juga pesan-pesan
sosial budaya,terutama dengan memperbanyak membaca sholawat kepada Nabi Muhammad.
Hikmah dari keberadaan seni rebana dan sholawat sangat dominan bagi umat Islam di
Kampung Arar, baik secara vertikal maupun horisontal. Secara vertikal, yaitu hubungan
manusia kepada Tuhannya, Allah swt. Untuk mencapai hubungan kedekatan kepada Allah
swt, Islam yang diajarkan melalui Rasulullah Muhammad saw harus dengan mengenal beliau.
Kita tidak akan kenal Islam kalau tidak melalui beliau. Maksudnya adalah ajaran Islam tidak
lepas dari perjuangan beliau dalam menyampaikan ajaran al Qur’an dengan berbagi problema
yang dihadapinya di tengah-tengah perlawanan kafir Quraisy. Hal tersebut, diwujudkan umat
Islam dalam bersholawat kepada Nabi Muhammad saw sebagai ungkapan rasa cinta para
umatnya. Bukan hanya hal itu, implikasinya adalah kemauan dan kesadaran umatnya untuk
belajar dari apa yang sudah diajarkannya. Dan pada akhirnya tentu menjadi amalan umat
Islam sebagai syariat yang harus dipatuhi oleh mereka.
32Hasyim ‘Asy’ari, At Tanbihatu Al Wajibat, (Jombang: Ma’had Tebu Ireng, t.t), h. 11.

14

Implementasi dari membaca sholawat kepada Nabi Muhammad saw sendiri merupakan
perintah Allah swt. Sebagaimana tertulis dalam firman-Nya dalam al Qur’an Surah Al Ahzab
ayat 56

‫ل‬
‫صللوُّا ع لل لي يهه‬
‫ي ليِاَ أيِ للهاَ ال ل ه‬
‫صللوُّ ل‬
‫إه ل‬
‫نآ ل‬
‫ملَئ هك لت ل ن‬
‫ه ول ل‬
‫ن الل ل ل‬
‫مننوُّا ل‬
‫ه يِ ن ل‬
‫ذيِ ل‬
‫ن ع لللىَ الن لب ه ي‬
َ‫ما‬
‫موُّا ت ل ي‬
‫ول ل‬
‫سهلي م‬
‫سل ي ن‬

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersholawat untuk nabi.Hai orangorang yang beriman, bersholawatlah kamu untuk nabi danucapkanlah salam
penghormatan kepadanya.” 33
Sebagaimana ayat di atas menerangkan bahwa Allah swt bersholawat kepada Nabi-Nya
sebagai rahmat Allah swt kepada makhluk-Nya yang terpuji. Malaikat bersholawat kepada
Nabi saw adalah doa bagi beliau. Kemudian Allah memerintahkan kepada orang-orang yang
beriman pun untuk bersholawat kepada Nabi-Nya tersebut.
Muhammad Muhyidin mengutip di dalam kitab Bad’ul Khalq pada bab Dzikrul
Malaaikah, juz IV, hal. 111, Imam Bukhori telah meriwayatkan bahwasanya Rasulullah saw
bersabda :
“Jika Allah mencintai seorang hamba, maka Dia akan menyeru kepada Jibril,
‘Sesungguhnya Allah mencintai si fulan, maka cintailah dia!’ Jibril pun akan mencintai
orang itu. Lalu, Jibril akan menyeru, ‘Sesungguhnya Allah menyeru kepada penghuni
langit, Sesungguhnya Allah mencintai si fulan, maka cintailah dia!’ Para penghuni
langit akhirnya turun mencintai orang itu. Kemudian akan diletakkan pada diri orang
tersebut potensi untuk bisa diterima (oleh semua penghuni) yang ada di bumi.”34
Selain itu, sholawat mempunyai keutamaan-keutaman yang banyak bermanfaat bagi
umat Islam. Banyak diterangkan dalam hadits-hadits beliau tentang keutamaan sholawat
kepada beliau. Menurut Ibnu Qayyim sebagaimana yang dikutip oleh Muhammad Muhyidin
yang menyebutkan diantara keutamaan sholawat adalah melaksanakan perintanh Allah,
mendapat rahmat dari Allah, mendapat syafaat Nabi Muhammad sawdi hari kiamat, dan
sebagainya.35
Rebana sebagai musik pengiring menjadi asyik dan nikmat dalam pembacaan sholawat
kepada baginda Nabi Muhammad saw, yang dapat menumbuhkan rasa cinta kepada sang
33 Kementrian Urusan Agama Islam, Wakaf, Dakwah dan Irsyad Kerajaan Saudi Arabia, loc.cit.
34Muhammad Muhyidin, Sejuta Keajaiban Shalawat Nabi, (Yogyakarta: Diva Press, 2007), h. 57.
35Ibid., h. 129-133.

15

pemimpin umat Islam di seluruh dunia. Beliau adalah manusia nomor wahid di bumi ini
dalam mengajak dalam kebenaran dan memberantas kebathilan. Dapat dilihat bahwa ajaran
Islam sebagai rahmat bagi alam semesta telah mampu memenuhi dan menyebar di seluruh
wilayah di daratan bumi ini dari ujung timur hingga ujung barat. Allah berfirman dalam QS Al
Anbiyaa’ [21]:107

‫ل‬
‫سل يلناَ ل‬
‫ن‬
‫م م‬
‫ة ل هل يلعاَل ل ه‬
‫ك هإلِ لر ي‬
‫ماَ أير ل‬
‫ح ل‬
‫ول ل‬
‫مي ل‬

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta
alam.”36
Peranan seni rebana di Kampung Arar adalah salah satu sarana untuk mensyiarkan
dakwah agama Islam serta untuk melestarikan musik tradisional Islami. Qasidah atau Hadraha
dalah salah satu dari sekian banyakmodel rebana sebagai media syiar Islam, karena pesanpesan yang disampakan dapat menyentuh jiwa seseorang. Dalam bentuk sebagai hiburan,
tentunya dapat memikat seseorang untuk menikmatinya. Hal ini untuk memudahkan umat
dalam memahami dan mencerna pesan-pesanislami yang disampaikan dengan alunan lagu
sholawat dengan syairnya yang diiringi musik rebana. Karena pesan-pesan yang disampaikan
dalam bentuk musik sebagai hiduran cenderung lebih disukai masyarakat daripada dalam
bentuk ceramah yang kadang juga terkesan membosankan. 37 Implikasinya adalahadalah
timbulnya pengertian, kesadaran, sikap penghayatan dan pada akhirnya dilakukan dalam
bentuk pengamalan ajaran Islam. Tujuan pokoknya adalah sebagai hubbun nabi.
Mencintai Nabi Muhammad saw merupakan manifestasi keimanan umat Islam sebagai
proses dalam islamisasi seseorang dalam hidupnya. Ke-islam-an seseorang selalu
dihubungkan dengan ajaran beliau sebagai Rasulullah saw suri tauladan yang tiada
bandingannya. Karena ajaran Islam bersumber dari al Qur’an yang merupakan akhlak
Rasulullah, dan segala perkataan, perbuatan serta ketetapan beliau yang disebut as Sunah.
Keduanya menjadi sumber rujukan ajaran Islam bagi umat manusia di seluruh dunia hingga
akhir zaman yang tak tergantikan jika umat manusia ingin mendapat kebahagiaan di dunia dan
di akhirat.
Dalam prakteknya, media seni rebana dengan sholawat menjadi penting keberadaannya
di masyarakat Kampung Arar karena media inilah yang lebih mudah mengenalkan Islam
kepada generasi-generasi penerus Islam. Dalam majelis-majelis ta’lim hampir tidak lepas
36Kementrian Urusan Agama Islam, Wakaf, Dakwah dan Irsyad Kerajaan Saudi Arabia, op.cit., h. 508.
37Fathul Bahri An Nabiry, Meniti Jalan Dakwah: Bekal Perjuangan Para Dai, (Jakarta: Amzah, 2008),
h. 236.

16

dari ,menggunakan seni rebana dalam melantunkan lagu-lagu sholawat. Kemudian diisi
dengan ceramah atau mauidhatil hasanah sehingga tidak berkesan membosankan dan rajin
untuk hadir. Dengan keberadaan seni rebana ini, mampu menarik simpati para warga untuk
lebih memperdalam ajaran agama Islam. Misalnya, bagi anak-anak akan diajari latihan seni
rebana asalkan mau mengaji. Itulah diantara efek positif dalam mensyiarkan Islam kepada
generasi muda Islam.
Selain itu, hikmah seni rebana dan sholawat yang dikembangkan di Kampung Arar
secara horisontal dapat mempererat ukhuwah islamiyah antar warga sesama muslim. Para
remaja sering berkumpul untuk latihan bersama. Orang dewasa berkumpul untuk saling
menghibur dengan memukul rebana. Kehidupan sosial kemasyarakatan dapat terjamin dengan
baik. Sehingga jalinan silaturahmi terbangun dengan baik, mereka begitu ramah tamah dan
saling bergotong royong dan bekerja sama dalam membangun kampung halamannya. Dan
juga, seni rebana menjadi media hiburan bagi warga disela-sela kesibukannya masing-masing.
Maka dari itu, seni rebana mendapat keunggulan utama dalam seni tradisi Islam sebagai
media dakwah.
VI. Kesimpulan
Ternyata keberadaan Islam dan seni rebana sangat erat berhubungan dengan
perkembangan umat muslim di Kampung Arar. Islam dengan seni rebana sebagai media
dakwahyang berkembang di Kampung Arar, di pulau kecil sudah sejak lama berlangsung,
dalam rangkaian panjang penyebaran Islam di Nusantara, khususnya di tanah Papua.
Islam di Kampung Arar merupakan salah satu tempat berkembangnya agama Islam di
tanah Papua. Islam yang dibawa oleh para wali dan murid-muridnya dalam pengajarannya
menyesuaikan kondisi sosio-kultural yang berkembang di masyarakat. Sehingga Islam mudah
diterima karena dipahami melalui kemasan dakwah kultural. Diantaranya dalam memelihara
tradisi Islam yang disajikan dalam nilai-nilai ajaran Islam dengan media tradisional pula.
Selain itu, seni tradisi Islam yang menjadi media dakwah para wali telah mengakar di
tanah Papua antara lain berkembang di Kampung Arar. Seni tradisi Islam yang dilestarikan
dan dikembangkan masyarakat muslim Kampung Arar adalah melestarikan seni musik rebana.
Melalui seni rebana ini dijadikan sebagai media dakwah diharapkan mampu menggugah
kesadaran kualitas keberagamaan Islam yang menyentuh jiwa yang pada gilirannya mampu

17

mernbentuk sikap dan perilaku Islami yang diarahkan pada pengisian makna dan nilai-nilai
Islami yang integratif.
Seni rebana dan sholawat menjadi amaliah penting bagi warga muslim Kampung Arar
yang biasa digunakan dalam memperingati mauli Nabi Muhammad saw, acara pernikahan,
khitanan maupun perayaan hari-hari besar agama Islam. Dalam peranannya, seni rebana dapat
mengajak masyarakat untuk sama-sama berdzikir kepada Allah swtsebagai ungkapan rasa
syukur dan bersholawat kepada Nabi Muhammad saw sebagai rasa cinta dan teladan bagi
umat muslim.
Umat Islam harus ta’aruf kepada junjungannya Nbi Muhammad saw secara lebih
mendalam yang salah satunya melalui maulid dan sholawat yang diiringi dengan rebana. Hal
itu dilakukan dengan harapan dapat lebih mengenal sosok Nabi sawpembawa ajaran Islam
dan pada implikasinya adalah dapat meniru apa yang sudah menjadi perjuangan Nabi
sawbeserta segala tingkah laku Nabi dalam mensyiarkan ajaran Islam. Karena Nabi sawadalah
suri tauladan bagi umatnya.
Sangat tepat, di era kemajuan zaman sekarang ini, kesenian rebana sebagai nilai
tradisional yang harus dipelihara kelestariannya, tapi justru seni rebana ini seharusnya di
kelola dan dilestrarikan serta diberdayakan oleh umat Islam.

18

DAFTAR PUSTAKA

Al Maraghi, Ahmad Mustafa, Terjemah Tafsir al Maraghi, Juz XXII, Semarang: Toha Putra,
1992.
Al Musawa, Habib Munzir, Kenali Aqidahmu, Jakarta: Majelis Rasulullah, 2009.
-------------, Meniti Kesempurnaan Iman, Jakarta: Majelis Rasulullah, 2009
Al Qaradhawi,Yusuf, Anatomi Mayarakat Islam, penerjemah: Setiawan Budi Utomo, Cet.1,
Jakarta: Pustaka al Kautsar, 1999.
AnNabiry, Fathul Bahri, Meniti Jalan Dakwah: Bekal Perjuangan Para Dai, Jakarta: Amzah,
2008.
Asy’ari, Hasyim, At Tanbihatu Al Wajibat, Jombang: Ma’had Tebu Ireng, t.t.
Azis, Aceng Abdul, dkk, Islam Ahlussunnah Waljama’ah di Indonesia: Sejarah, Pemikiran,
dan Dinamika Nahdlatul Ulama,Jakarta: Pustaka Ma’arif NU, 2007.
Bahreisj, Hussein, Al Jami’ush Shaih Hadits Shahih Bukhari-Muslim, Surabaya: Karya
Utama, 2000.
Gazalba, Sidi, Islam dan Kesenian: Relevansi Islam dan Seni Budaya, (Jakarta: Pustaka
Alhusna, 1988.
Ilaihi, Wahyu, Komunikasi Dakwah, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2010.
Kementrian Urusan Agama Islam, Wakaf, Dakwah dan Irsyad Kerajaan Saudi Arabia, Al
Qur’an dan Terjemahan Maknanya, hadiah dari Khadim al Harmain asy Syarifain
Raja Fahd ibn Abd Azizi al Saud, 1422 H.
Khalid, Amru, Belajar Hidup dari Hidup Rasulullah Saw, Penerjemah: Atik Fikri Ilyas, dkk,
Jakarta: Maghfirah Pustaka, 2006.
Muhyidin, Muhammad, Sejuta Keajaiban Shalawat Nabi, Yogyakarta: Diva Press, 2007.
Nata, Abudin, Metodologi Studi Islam, Jakarta : Rajawali Press, 2011.
Shihab,Quraish, Wawasan al Qur’an: Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat,
Bandung: Mizan, 1996.
Syafiie,Inu Kencana, Pengantar Filsafat, Bandung: Refika Aditama, 2004.
Tim Penyusun Kamus Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa, 2008.
Jenis-jenis Musik Rebana, http://bumicuekcommunity.wordpress.com/2011/04/22/jenis-jenismusik-rebana/ diakses tanggal 16 Juni 2011.
Ismail Asso, Perkembangan Islam di Papua, http://id-id.facebook.com/topic.php?uid=
130518273653280&topic=200 diakses tanggal 20 Juni 2011.
19