Pengaruh Manajemen Modal Kerja, Likuiditas, dan Solvabilitas Terhadap Profitabilitas Perusahaan Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kemajuan perekonomian di Indonesia tidak terlepas dari peran serta industri–
indutri yang beroperasi di Indonesia. Salah satu perusahaan industri di Indonesia
yang berperan serta dalam pembangunan perekonomian di Indonesia adalah
perusahaan otomotif. Industri otomotif merupakan salah satu industri yang paling
berkembang saat ini di Indonesia. Perkembangan ini dapat terlihat dari semakin
bertambahnya jumlah kendaraan bermotor baik beroda dua maupun beroda empat
di setiapdaerah di Indonesia, meningkatnya pendirian (showroom) kendaraan
bermotor yang baru, jalan-jalan yang semakin macet akibat kendaraan bermotor
yang jumlahnya semakin bertambah.
Hal ini menunjukkan bahwa industri otomotif merupakan bidang industri
yang memiliki peluang bisnis yang cukup baik. Namun, perusahaan otomotif yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009 sampai dengan 2013 masih
belum mampu mempertahankan kemampuannya dalam memperoleh laba, hal ini
ditunjukkan dengan banyaknya perusahaan yang mengalami tingkat profitabilitas
yang menurun, dimana pada tahun 2009 produksi mobil anjlok hingga 22,6%
menjadi hanya 464.816 unit. Penurunan produksi ini karena tekanan krisis
finansial global, yang menyebabkan pasar mobil tidak bergairah sehingga

menekan tingkat produksi. Dengan produksi sebesar 464.816 unit, maka utilisasi
industri otomotif nasional pada 2009 lalu terpangkas menjadi 53,5%. Pada tahun

1
Universitas Sumatera Utara

2010 produksi kendaraan bermotor meningkat pesat, sejalan dengan membaiknya
kondisi ekonomi global, maupun domestik. Konsumen yang sebelumnya menunda
pembelian mobil pada tahun 2009, melakukan pembelian pada tahun 2010,
sehingga produksi meningkat sebesar 51,14% menjadi 702.508 unit. Pada tahun
2011 diperkirakan akan melampaui penjualan tahun 2010, melihat kinerja
penjualan hingga Maret 2011 yang menunjukan peningkatan yang besar.
Penjualan pada triwulan pertama 2011 telah mencapai 29,5% dari total penjualan
2010. Oleh karena itu, perusahaan otomotif di Indonesia dihadapkan pada suatu
keputusan penting untuk dapat meningkatkan kemampuan perusahaan dalam
memperoleh laba melalui pengelolaan sumber-sumber daya perusahaan agar
semakin efektif dan efisien.
(www.datacon.co.id/Otomotif-2011Sepedamotor.html)
Sebagai perusahaan yang berorientasi pada laba, maka laba memiliki
peranan yang sangat dominan dalam sebuah perusahaan untuk menentukan

apakah perusahaan tersebut akan pailit atau dapat terus bertahan di dunia
perindustrian. Salah satu cara agar perusahaan dapat mempertahankan serta
memajukan perusahaannya yaitu dengan terus memantau tingkat likuiditas
perusahaannya. Perusahaan harus dapat menjaga likuiditasnya dengan cara
mengatur kewajiban jangka pendeknya. Semakin banyak perusahaan menahan
uang kasnya maka semakin likuid perusahaan tersebut, dan semakin berkurang
pula uang kas yang digunakan oleh perusahaan dalam peredarannya.
Dalam usaha untuk memperoleh laba, uang kas tersebut harus beredar.
Semakin besar dan cepat perputarannya maka semakin besar pula kemungkinan

2
Universitas Sumatera Utara

dalam memperoleh laba. Likuiditas akan sangat dirasakan perusahaan sebagai
akibat yang dapat merugikan dan mengurangi kesempatan unutk memperoleh
keuntungan. Ketika perusahaan dalam keadaan kurang likuid, ada kemungkinan
perusahaan tidak bisa memanfaatkan potongan (pembelian kredit atau tunai) yang
ditawarkan oleh leveransiarnya. Akibatnya perusahaan beroperasi pada tingkat
biaya yang tinggi dan hal itu dapat mengurangi kesempatan bagi perusahaan untuk
meraih laba yang lebih besar. Menghadapi keadaan yang kurang atau tidak likuid

ini, perusahaan dapat mengambil keputusan untuk menarik atau mengambil
pinjaman yang baru dengan tingkat bunga yang relatif tinggi. Bahkan
menyebabkan perusahaan tersebut menjual investasi jangka panjang atau aktiva
tetapnya untuk melunasi hutang jangka pendek tersebut.
Selain likuiditas, faktor lain yang harus diperhatikan oleh perusahaan adalah
faktor modal kerja. Setiap aktivitas yang dijalankan oleh perusahaan baik dalam
melakukan kegiatan operasionalnya sehari – hari maupun untuk melunasi hutang–
hutangnya dan membiayai investasi jangka panjangnya akan membutuhkan dana.
Dana yang digunakan untuk hal–hal yang demikianlah yang disebut sebagai
modal kerja.
Menurut Keown, dkk (2005: 646), modal kerja adalah “the firm’s total
investment in current assets or assets that it expect to be converted into cash
within a year or less”. Dimana seluruh investasi perusahaan diharapkan kembali
ke perusahaan dalam jangka waktu kurang dari satu tahun atau paling lama satu
tahun. Modal kerja dapat dilihat dari perputaran modal kerja (working capital
turnover), perputaran persediaan (inventory turnover), perputaran aset (asset
3
Universitas Sumatera Utara

turnover) dan perputaran piutang (receivable turnover). Perputaran modal kerja

dimulai dari saat kas di investasikan dalam komponen modal kerja sampai saat
kembali menjadi kas. Makin pendek periode perputaran modal kerja, makin cepat
perputarannya sehingga perputaran modal kerja makin tinggi dan perusahaan
makin efisien yang pada akhirnya rentabilitas semakin meningkat. Modal kerja
dalam suatu perusahaan harus dikelola dengan baik, modal kerja tersebut harus
cukup jumlahnya dalam arti harus mampu membiayai pengeluaran-pengeluaran
untuk kegiatan operasi perusahaan sehari-hari.
Secara langsung, manajemen modal kerja yang baik akan mempengaruhi
profitabilitas perusahaan. Manajemen modal kerja akan berusaha untuk menekan
bahkan berusaha menghilangkan resiko yang bersifat jangka panjang seperti
melakukan investasi secara berlebihan. Mengingat bahwa manajemen modal kerja
mempunyai pengaruh terhadap profitabilitas dalam perusahaan, maka manajemen
modal kerja akan menjadi sesuatu yang sensitif dalam suatu perusahaan.
Manajemen modal kerja melibatkan komposisi dan berapa jumlah aset lancar
yang harus dimiliki oleh perusahaan dan juga memikirkan bagaimana cara untuk
mendapatkan aktiva lancar tersebut yang kemudian dari aset lancar ini akan
mendukung kegiatan operasional hingga pada saat yang dibutuhkan aset lancar ini
dapat di konversi untuk menimbulkan dana-dana yang menganggur yang
sebenarnya dapat digunakan untuk berinvestasi dalam proyek-proyek yang
menguntungkan perusahaan.

Selain masalah tersebut di atas perusahaan juga dihadapkan pada masalah
penentuan sumber dana. Pemenuhan kebutuhan dana suatu perusahaan dapat
4
Universitas Sumatera Utara

dipenuhi dari sumber intern perusahaan, yaitu dengan mengusahakan penarikan
modal melalui penjualan saham kepada masyarakat atau laba ditahan yang tidak
dibagi dan digunakan kembali sebagai modal. Pemenuhan kebutuhan dana
perusahaan dapat juga dipenuhi dari sumber ekstern yaitu dengan meminjam dana
kepada pihak kreditur seperti bank, lembaga keuangan bukan bank, atau dapat
pula perusahaan menerbitkan obligasi untuk ditawarkan kepada masyarakat.
Sawir (2009:11) menyebutkan bahwa
leverage dapat digunakan untuk meningkatkan hasil pengembalian
pemegang saham, tetapi dengan risiko akan meningkatkan kerugian pada
masa-masa suram”. Jika perusahaan menggunakan lebih banyak hutang
dibanding modal sendiri maka tingkat solvabilitas akan menurun karena
beban bunga yang harus di tanggung juga meningkat. Hal ini akan
berdampak terhadap menurunnya profitabilitas. Pada dasarnya, jika
perusahaan meningkatkan jumlah utang sebagai sumber dananya hal
tersebut dapat meningkatkan risiko keuangan. Jika perusahaan tidak

dapat mengelola dana yang diperoleh dari utang secara produktif, hal
tersebut dapat memberikan pengaruh negatif dan berdampak terhadap
menurunnya profitabilitas perusahaan. Sebaliknya jika utang tersebut
dapat dikelola dengan baik dan digunakan untuk proyek investasi yang
produktif, hal tersebut dapat memberikan pengaruh yang positif dan
berdampak terhadap peningkatan profitabilitas perusahaan.

Semakin besar rasio solvabilitas (leverage) berarti semakin besar biaya
yang harus ditanggung perusahaan untuk memenuhi kewajiban yang dimilikinya.
Hal ini dapat menurunkan profitabilitas perusahaan karena semakin tinggi
solvabilitas maka kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba semakin
rendah.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat profitabilitas suatu
perusahaan antara lain tingkat pengembalian atas investasi, kinerja operasi dan
pemanfaatan aset, namun dalam penelitian ini penulis hanya menggunakan salah

5
Universitas Sumatera Utara

satu indikator penilaian profitabilitas yaitu melalui pendekatan pemanfaatan aset

dengan menggunakan tingkat pengembalian aset (return on asset) atau yang
disingkat dengan ROA sebagai alat ukur profitabilitas perusahaan, alasannya
karena tingkat pengembalian aset berkaitan erat dalam menilai efektivitas dan
intensitas aktivitas dalam menghasilkan penjualan yang merupakan salah satu
faktor penilaian modal kerja dan profitabilitas dan selain itu aset (persediaan)
diangggap sebagai faktor yang paling likuid dibandingkan indikator yang
mempengaruhi profitabilitas lainnya. ROA dapat dijadikan sebagai indikator
untuk mengetahui seberapa mampu perusahaan memperoleh laba yang optimal
dilihat dari posisi asetnya.
Penelitian ini merupakan penelitian replikasi dari penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Nugroho (2012) menganalisis pengaruh efisiensi modal kerja,
likuiditas, dan solvabilitas terhadap profitabilitas studi kasus PT Telekomunikasi
Indonesia, TBK. Hasil pengujian menunjukkan bahwa Efisiensi modal kerja,
likuiditas ,dan solvabilitas secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap profitabilitas pada PT Telekomunikasi Indonesia, TBK.
Maretha (2013) juga meneliti pengaruh manajemen modal kerja dan likuditas
terhadap profitabilitas pada industri farmasi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia(BEI). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa manajemen modal
kerja tidak memiliki pengaruh positif secara parsial terhadap profitabilitas,
sedangkan likuiditas berpengaruh terhadap profitabilitas.

Menurut teori yang ada, dimana secara teori dikatakan apabila perusahaan
yang memiliki tingkat modal kerja (working capital turnover dan inventory

6
Universitas Sumatera Utara

turnover) yang tinggi, maka tingkat profitabilitasnya juga tinggi. Peneliti juga
merasa bahwa sangat perlu untuk memperhatikan tingkat likuiditas dari suatu
perusahaan untuk mengetahui apakah perusahaan tersebut layak untuk para
investor dapat berinvestasi.Selain itu untuk melihat peluang investasi dapat juga
dengan memperhatikan kinerja dari manajemen modal kerja perusahaan karena
manajemen modal kerja yang baik kemungkinan berdampak besar terhadap
profitabilitas perusahaan. Di samping itu, peneliti sebelumnya sudah melakukan
penelitian dengan menggunakan semua indikator penilaian modal kerja. Hal ini
yang membuat peneliti ingin menerapkan praktek dari teori ini terhadap
perusahaan otomotif yang sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk
tahun 2010–2013.
Oleh karena itu, skripsi ini berjudul :
“Pengaruh manajemen modal kerja, likuiditas, dan solvabilitas terhadap
profitabilitas pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia ”

1.2. Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah sebelumnya, maka peneliti merumuskan
masalah dalam penelitian ini “apakah manajemen modal kerja (working capital
turnover, inventory turnover, fixed asset turnover, dan receivable turnover)
,likuiditas (current ratio dan quick ratio), dan solvabilitas (debt to asset ratio dan
debt to equity ratio) berpengaruh baik secara parsial maupun simultan terhadap
profitabilitas perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2010-2013”

7
Universitas Sumatera Utara

1.3.

Tujuan Penelitian
Sesuai dengan pokok permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya,

maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui manajemen modal kerja
(working capital turnover, inventory turnover, fixed asset turnover, dan receivable
turnover) , likuiditas (current ratio dan quick ratio), dan solvabilitas (debt to asset

ratio dan debt to equity ratio) terhadap profitabilitas baik secara parsial maupun
simultan pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2010-2013.
1.4.

Manfaat Penelitian
a) Bagi peneliti, sebagai bahan masukan apabila ditanya pendapatnya
mengenai pengaruh manajemen modal kerja, likuiditas, dan solvabilitas
terhadap profitabilitas pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode 2010-2013.
b) Bagi peneliti selanjutnya dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk
menyempurnakan

penelitian

selanjutnya

yang

sejenis


dengan

menggunakan atau menambah variabel agar hasil penelitian menjadi lebih
lengkap dan baik.
c) Bagi para praktisi dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk
pengambilan keputusan mengenai pengaruh manajemen modal kerja,
likuiditas, dan solvabilitas terhadap profitabiltas pada perusahaan otomotif
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010 – 2013.

8
Universitas Sumatera Utara