Pengaruh Faktor Finansial Perusahaan Terhadap Indeks Perataan Laba Pada Perusahaan Properti, Real Estate, Dan Konstruksi Bangunan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian
Dunia bisnis telah mengalami perkembangan yang sangat pesat setiap
tahunnya sampai sekarang. Perkembangan ini terjadi di setiap bidang bisnis,
termasuk juga pada sektor properti, real estate, dan konstruksi bangunan.
Perkembangan perusahaan yang dialami sektor properti, real estate, dan
konstruksi bangunan sempat terganggu oleh krisis moneter yang terjadi pada
tahun 1997 dan krisis global pada tahun 2008 yang bersumber dari Amerika
Serikat. Krisis global yang terjadi tersebut berdampak luas pada seluruh negara di
dunia, termasuk Indonesia. Krisis global yang terjadi pada tahun 2008
mempengaruhi perekonomian Indonesia seperti melemahnya nilai mata uang
Indonesia. Nilai mata uang Rupiah terhadap Dollar pernah hinggap di Rp. 12.400
pada tahun 2008 tepatnya di 25 November 2008 dikarenakan adanya krisis
global,secara otomatis para investor asing menarik dananya dari Indonesia. Hal ini
yang menjadi salah satu penyebab melemahnya nilai mata uang Indonesia pada
saat itu. Selain melemahnya nilai mata uang pada saat iu, salah satu sektor bidang
bisnis di Indonesia yaitu sektor properti, real estate, dan konstruksi bangunan juga
mengalami kerterpurukan.
Setelah


mengalami

krisis,

perekonomian

Indonesia

mengalami

perkembangan dan prospek kedepan yang cukup baik. Sejalan dengan
perkembangan ekonomi tersebut, sektor properti, real estate, dan konstruksi

11
Universitas Sumatera Utara

bangunan juga mengalami perekembangan yang sama baiknya. Hal ini dapat
dilihat dengan banyaknya pembangunan perumahan, apartemen, perkantoran,
ruko-ruko, kondominium, dan juga mall atau pusat perbelanjaan yang terjadi di

berbagai kota-kota besar di Indonesia.
Perkembangan ini juga diikuti dengan adanya peningkatan persaingan
bisnis diantara perusahaan-perusahaan yang ada di sektor properti, real estate, dan
konstruksi bangunan. Ketatnya persaingan tersebut mengharuskan perusahaanperusahaan yang ada untuk menerapkan sebuah strategi yang tepat agar dapat
bertahan dalam persaingan antar perusahaan. Dalam menghadapi persaingan,
manajemen suatu perusahaan termotivasi untuk dapat bekerja dengan baik agar
perusahaannya bisa bersaing dengan perusahaan lain. Kinerja perusahaan akan
ditunjukan dengan sebaik apa pekerjaan yang dilakukan oleh manajemen
perusahaan. Kinerja dari perusahaan adalah hal yang sangat berpengaruh besar
bagi keberlangsungan perusahaan dan kinerja perusahaan menentukan seberapa
kuat suatu perusahaan untuk dapat bersaing dengan perusahaan lain.
Manajemen

perusahaan

menggunakan

laporan

keuangan


untuk

menunjukan kinerjanya. Secara umum dikatakan bahwa laporan keuangan adalah
laporan yang menunjukkan kondisi keuanngan perusahaan terkini (Kasmir,
2010:66). Laporan keuangan memberikan gambaran umum tentang perusahaan
dan mengenai berbagai informasi yang dibutuhkan oleh pihak-pihak yang
memiliki kepentingan terhadap perusahaan. Laporan keuangan suatu perusahaan
harus dapat menjelaskan keadaan keuangan perusahaan tersebut dengan baik
karena laporan keuangan adalah sarana yang digunakan perusahaan untuk

12
Universitas Sumatera Utara

mengkomunikasikan

keadaan

keuangannya


dengan

pihak-pihak

diluar

perusahaan.
Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan dapat dibedakan
menjadi dua kelompok, yaitu pihak internal (manajemen perusahaan) dan
eksternal (investor, pemegang saham, kreditur, pemerintah, karyawan perusahaan,
pemasok bahan baku, konsumen dan masyarakat). Dalam laporan keuangan, salah
satu informasi yang ditampilkan oleh perusahaan adalah informasi mengenai laba
perusahaan. Informasi laba adalah informasi yang terdapat dalam laporan
keuangan perusahaan sebagai salah satu ukuran atau parameter yang digunakan
oleh para investor untuk menilai bagaimana kinerja manajemen perusahaan dalam
mengelola laba. Manfaat-manfaat dari informasi laba adalah untuk menilai
perubahan potensi sumber daya ekonomis yang mungkin dapat dikendalikan di
masa depan, menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada dan untuk
perumusan pertimbangan tentang efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan
tambahan sumber daya. Hal inilah yang menjadikan informasi laba memainkan

suatu peranan yang signifikan dalam proses pengambilan keputusan oleh
pengguna laporan keuangan (Agriyanto, 2006).
Kinerja dari perusahaan akan berpengaruh langsung terhadap keadaan
finansial atau keuangan perusahaan. Hal itu juga mempengaruhi berbagai data
yang ada pada laporan keuangan yang disusun oleh pihak manajemen perusahaan
dan juga bepengaruh terhadap informasi laba perusahaan. Ini menyebabkan pihak
manajemen sebagai pengelola perusahaan terdorong untuk bekerja secara efektif
dan efisien, serta selalu berusaha untuk meningkatkan kinerja perusahaannya

13
Universitas Sumatera Utara

secara keseluruhan sehingga diharapkan membawa pengaruh positif terhadap
keadaan finansial atau keuangan perusahaan dan menumbuhkan kepercayaan para
investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan. Kinerja perusahaan yang
baik akan berdampak terhadap pertumbuhan laba perusahaan yang dikelola oleh
manajemen perusahaan.
Para investor menjadikan informasi laba sebagai parameter untuk menilai
bagaimana kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba. Para investor
menjadi enggan untuk menanamkan modalnya di perusahaan apabila perusahaan

tersebut dinilai buruk secara keuangan. Apabila kinerja yang diperlihatkan oleh
perusahaan dinilai baik, maka minat para investor untuk menanamkan modal di
perusahaan akan meningkat. Dan sebaliknya, apabila kinerja perusahaan dinilai
buruk, maka para investor tidak berminat untuk menanamkan modal. Laba
perusahaan yang stabil cenderung lebih diminati oleh para investor. Hal ini sejalan
dengan penelitian Atik (2008) dalam Amanza dan Rahardjo (2012:3), yang
menyatakan bahwa laba yang rata dari tahun ke tahun sangat disukai oleh
manajemen dan investor, karena laba yang rata mengindikasikan bahwa perusahan
tersebut kuat dan stabil.
Guna mendukung berbagai kepentingan dan tujuan manajer sebagai agen
dan sebagai pengelola perusahaan, manajer memilih menggunakan teknik
akuntansi tertentu untuk mengelola laba perusahaan. Berdasarkan kenyataan yang
ada, seringkali perhatian pengguna laporan keuangan hanya ditujukan kepada
informasi laba, tanpa memperhatikan bagaimana laba tersebut dihasilkan. Hal ini
mendorong manajemen perusahaan untuk melakukan beberapa tindakan yang

14
Universitas Sumatera Utara

disebut manajemen atas laba (earning management) atau manipulasi laba (earning

manipulation) (Suwito dan Herawaty, 2005:137). Manajemen laba adalah suatu
intervensi yang disengaja pada proses pelaporan eksternal dengan maksud untuk
mendapatkan beberapa keuntungan pribadi, yang dapat dilakukan melalui
pemilihan metode-metode akuntansi dalam GAAP (General Accepted Accounting
Principle) ataupun dengan cara menerapkan metode-metode yang telah ditentukan
(Schipper, 1989 dalam Belkaoui, 2006:75).
Salah satu metode dalam melakukan manajemen laba adalah perataan laba.
Perataan laba adalah cara yang digunakan manajemen untuk mengurangi fluktuasi
laba yang dilaporkan agar sesuai dengan target yang diinginkan baik melalui
metode akuntansi atau transaksi (Koch, 1981:574). Menurut Juniarti dan Corolina
(2005:149), Tindakan manajemen untuk melakukan perataan laba umumnya
didasarkan atas berbagai alasan baik untuk memuaskan kepentingan pemilik
perusahaan (seperti menaikkan nilai dari perusahaan, sehingga muncul anggapan
bahwa perusahaan yang bersangkutan memiliki risiko yang rendah, menaikkan
harga saham perusahaan maupun untuk memuaskan kepentingannya sendiri
(seperti mendapatkan kompensasi mempertahankan posisi jabatannya.
Adanya motivasi pihak manajemen perusahaan melakukan tindakan
perataan laba juga dikarenakan akibat terjadinya perbedaan kepentingan antara
pihak manajemen perusahaan yang diwakili oleh manajer perusahaan dengan
pihak pemilik perusahaan maupun pihak investor yang menanamkan modalnya

diperusahaan. Menurut Teori Keagenan (Agency Teory), keadaan ini didasarkan
atas terjadinya asimetri informasi atau perbedaan informasi. Dalam asimetri

15
Universitas Sumatera Utara

informasi, manajer akan bertindak sebagai agen, sedangkan pemilik perusahaan,
investor, serta pemegang saham perusahaan akan bertindak sebagai prinsipal.
Berkaitan dengan teori agency, seorang manajer sebagai pemegang kendali
manajemen perusahaan memiliki tujuan yang jelas, yaitu manajer harus bekerja
dan berupaya untuk memaksimumkan laba perusahaan agar tingkat laba
perusahaan selalu meningkat dari tahun-tahun sebelumnya dan sebagai seorang
agen yang mewakili pemilik perusahaan yang mana secara moral ia juga
bertanggungjawab untuk memaksimumkan kekayaan pemilik perusahaan
tersebut. Namun di sisi lain, seorang manajer juga memiliki kecenderungan untuk
dapat memaksimumkan keuntungan untuk dirinya sendiri sebagai seorang
manajer perusahaan, seperti memeroleh investasi, pinjaman, kompensasi, bonus,
dan fasilitas lainnya. Kondisi sperti ini dapat mendorong seorang manajer untuk
memilih kebijakan akuntansi yang sesuai dengan kepentingannya sendiri.
Alasan lain yang menjadi motivasi manajer dalam melakukan perataan

laba adalah adanya perbedaan kepentingan dan tujuan antara manajer dengan
pihak prinsipal mengenai laba yang dihasilkan oleh kegiatan atau aktivitas
perusahaan selama kurun waktu tertentu. Secara khusus, tujuan dari pihak
manajemen dapat berbeda dari tujuan para pemegang saham perusahaan (Van
Horne dan Machowicz JR, 2005 dalam Ratnasari, 2012). Manajer cenderung
untuk menginvestasikan kembali laba yang didapat oleh perusahaan atau
menggunakan laba tersebut untuk berbagai kepentingan perusahaan, sedangkan
pihak prinsipal menginginkan agar laba perusahaan tersebut dibagikan menjadi
dividen untuk meningkatkan kekayaannya. Keinginan pihak prinsipal ini

16
Universitas Sumatera Utara

bertentangan dengan manajer yang juga memiliki tanggungjawab terhadap
keberlangsungan perusahaan.
Dengan terjadinya berbagai perbedaan-perbedaan kepentingan antara
manajer dan pihak prinsipal, fluktuasi laba dan ketidakstabilan kondisi finansial
yang berdampak buruk pada minat investor terhadap perusahaan, dan dengan
adanya kesempatan serta motivasi tertentu, maka pihak manajemen melakukan
tindakan perataan laba sebagai solusi. Menurut Belkaoui (2007:192) Perataan laba

dapat dipandang sbagai proses normalisasi laba yang disengaja guna meraih suatu
tren ataupun tingkat yang diinginkan.
Perataan

laba

meliputi

penggunaan

teknik-teknik

tertentu

untuk

memperkecil atau memperbesar jumlah laba suatu periode sama dengan jumlah
laba periode sebelumnya (Salno dan Baridwan, 2000 dalam Dewi dan Zulaikha,
2011). Namun usaha ini bukan untuk membuat laba suatu periode sama dengan
jumlah laba periode sebelumnya, karena dalam mengurangi fluktuasi laba itu juga

dipertimbangkan tingkat pertumbuhan normal yang diharapkan pada periode
tersebut (Dewi dan Zulaikha, 2011). Perataan laba tidak akan terjadi jika laba
yang dihasilkan oleh perusahaan sesuai atau sama dengan laba yang diharapkan.
Perusahaan yang melakukan perataan laba harus mampu mengendalikan excess
return ketika perusahaan mengumumkan laba yang dihasilkan. Dengan
menampilkan laba yang relatif stabil diharapkan dapat meningkatkan persepsi
pihak eksternal mengenai kinerja manajemen perusahaan tersebut (Salno dan
Baridwan, 2000 dalam Apriyani, 2008).

17
Universitas Sumatera Utara

Perataan laba merupakan fenomena yang umum terjadi sebagai usaha
manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan. Namun demikian,
perataan laba ini jika dilakukan dengan sengaja dan dibuat-buat dapat
menyebabkan pengungkapan laba yang tidak memadai atau menyesatkan.
Akibatnya, investor mungkin tidak memperoleh informasi akurat yang memadai
mengenai laba untuk mengevaluasi hasil dan risiko dari portofolio mereka (Jin
dan Machfoedz, 1998 dala Dewi dan Zulaikha, 2011).
Berikut ini beberapa kasus diduga sebagai suatu pengaturan dan
modifikasi laporan keuangan yang pernah terjadipada perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI).
Tabel 1.1
Kasus Yang Diduga Sebagai Pengaturan Dan Modifikasi Laporan Keuangan
Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI)
No

Perusahaan / Tanggal

1.

PT Kimia Farma Tbk. /
2002

2.

PT Kereta Api / 2005

Kasus Yang Terjadi
Terdapat kesalahan penyajian dalam laporan
keuangan
PT
Kimia
Farma
Tbk.,
berupa kesalahan dalam penilaian persediaan
barang
jadi
dan
kesalahan
pencatatan
penjualan, dimana dampak kesalahan tersebut
mengakibatkan overstated laba pada laba bersih
untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2001
sebesar Rp32,7 miliar.
Perusahaan yang sebenarnya merugi dilaporkan
memperoleh keuntungan. Manipulasi dilakukan
dengan cara sejumlah pos yang seharusnya
dinyatakan sebagai beban, tapi masih dinyatakan
sebagai aset perusahaan.

18
Universitas Sumatera Utara

3.

PT Waskita Karya /
2009

Kementerian menemukan pencatatan kelebihan
laba bersih sejak 2004 hingga 2007 dengan total
hampir Rp 500 miliar. Kelebihan pencatatan laba
bersih ini baru diketahui Kementerian empat
tahun kemudian saat Kementerian merotasi
jabatan direksi BUMN. Menurut laporan
keuangan Waskita di situsnya, perusahaan
mencatat laba bersih Rp 34,1 miliar pada 2007.
Berturut-turut pada 2006, 2005, dan 2004
mencatat laba bersih Rp 54,85 miliar, Rp 50,28
miliar, dan Rp 52,68 miliar.
Manajemen Waskita memang melaporkan bahwa
perusahaan itu selalu untung. Caranya antara lain
dengan memasukkan proyeksi pendapatan proyek
multitahun ke depan sebagai pendapatan tahun
tertentu. Laba bersih yang tercetak Rp 191,91
miliar selama kurun waktu empat tahun. Menurut
keterangan Sekretaris Menteri BUMN Said Didu,
perusahaan membayar pajak badan dan
membagikan dividen karena seolah-olah untung.
Padahal sesungguhnya perusahaan itu sudah
defisit Rp 400 miliar.

Sumber : Erwin Yulianto (2011), Antara News (2006), Tempo.co (2009),
Groups.yahoo.com (2009), Tempo Interaktif (2009)

Dalam penelitian ini, faktor-faktor finansial perusahaan yang digunakan
dalam penelitian dilihat dari faktor ukuran perusahaan, net profit margin,
profitabilitas, dan financial leverage. MenurutMoses (1987) dalam Budiasih
(2009:6) bahwa perusahaan yang lebih besar memiliki dorongan yang lebih besar
pula untuk melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaan yang lebih
kecil karena perusahaan besar menjadi subjek pemeriksaan (pengawasan yang
lebih ketat dari pemerintah dan masayarakat umum). Nasser dan herlina
(2003:295) menyatakan perusahaan yang memiliki aktiva yang besar yang
kemudian dikategorikan sebagai perusahaan besar umumnya akan mendapat lebih
banyak perhatian dari berbagai pihak seperti, para analis, investor, maupun

19
Universitas Sumatera Utara

pemerintah. Untuk itu perusahaan besar diperkirakan akan menghindari fluktuasi
laba yang terlalu drastis, sebab kenaikan laba yang drastis akan menyababkan
bertambahnya pajak. Sebaliknya penurunan laba yang drastis akan memberikan
image yang kurang baik.
Net profit margin merupakan variabel yang menjadi pusat perhatian para
investor karena berhubungan dengan laporan keuangan dalam kaitannya dengan
kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan. Semakin meningkatnya
NPM, maka daya tarik investor semakin meningkat sehingga perusahaan
cenderung ingin menunjukkan kinerja terbaiknya dengan melakukan perataan
laba (Masodah:A19).
Profitabilitas merupakan komponen laporan keuangan perusahaan yang
bertujuan untuk menilai kinerja manajemen, membantu mengestimasi kemampuan
laba yang representatif dalam jangka panjang dan menaksir resiko dalam investasi
atau meminjamkan dana (Dwiatmini dan Nurkholis, 2001:28). Profitabilitas akan
dijadikan oleh para investor sebagai bahan penilaian terhadap prospek perusahaan
dalam mendapatkan laba kedepannya. Dengan begitu, pihak manajemen
cenderung akan melakukan tindakan perataan laba apabila perusahaannya
memiliki tingkat profitabilitas yang rendah. Hal ini sejalan dengan penelitian
Ashari et al. (1994 dalam Suwito dan Herawaty, 2005:138-139) yang menemukan
bukti bahwa perusahaan dengan tingkat profitabilitas rendah mempunyai
kecenderungan lebih besar untuk melakukan perataan laba.
Menurut Sartono (2001) dalam Arfan dan Wahyuni (2010) financial
leverage menunjukkan proporsi penggunaan utang untuk membiayai investasinya.

20
Universitas Sumatera Utara

Rasio leverage yang besar menyebabkan turunnya minat investor untuk
menanamkan modalnya pada prusahaan tersebut, sehingga dapat memicu adanya
tindakan perataan laba.
Beberapa diantara peneliti terdahulu yang melakukan penelitian mengenai
perataan laba adalah Widyaningdyah (2001), Juniarti dan Corolina (2005), dan
Suwito dan Herawaty (2005). Hasil penelitian dari peneliti-peneliti ini berbedabeda meskipun ada beberapa variabel penelitian yang digunakan sama. Seperti
pada penelitian Widyaningdyah (2001) yang meneliti faktor-faktor yang
mendorong perataan laba oleh perusahaan Go Public di Indonesia adalah seperti
reputasi auditor, jumlah dewan direksi, leverage, dan persentase saham. Hasil dari
penelitian ini adalah bahwa hanya faktor leverage saja yang mendorong terjadinya
perataan laba. Pada penelitian Juniarti dan Corolina (2000) yang menggunakan
variabel penelitian ukuran perusahaan, profitabilitas, dan sektor industri, hasinya
dari penelitiannya adalah bahwa tidak satupun dari ketiga variabel tersebut
berpengaruh terhadap tindakan perataan laba.Suwito dan Herawaty (2005)
menggunakan variabel berupa jenis usaha, ukuran perusahaan, rasio profitabilitas
perusahaan, rasio leverage operasi perusahaan, net profit margin. Hasil
penelitiannya adalah bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
variabel-variabel yang diteliti dengan tindakan perataan laba.
Dari beberapa penelitian yang telah diteliti oleh penelitian terhadahulu
mengenai perataan laba masih terdapat hasil penelitian yang tidak konsisten atau
masih adanya research gap.Hal ini menarik minat penulis untuk melakukan
penelitian kembali terhadap variabel-variabel tersebut.Berdasarkan fenomena-

21
Universitas Sumatera Utara

fenomena yang terjadi dan juga berbagai latar belakang permasalahan yang telah
diutarakan diatas, maka perlu dilakukan penelitian dengan judul Pengaruh
Faktor Finansial Perusahaan Terhadap Indeks Perataan Laba Pada
Perusahaan Properti, Real Estate, dan Konstruksi Bangunan Yang Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia.

1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perumusan
masalah penelitian ini adalah : “Apakah faktor finansial perusahaan yang dilihat
dari Ukuran Perusahaan, Net Profit Margin, Profitabilitas, dan Financial Leverage
Berpengaruh SignifikanTerhadap Indeks Perataan Laba Pada Perusahaan Properti,
Real Estate, Dan Konstruksi Bangunan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
?”.

1.3Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh
Ukuran Perusahaan, Net Profit Margin, Profitabilitas, dan Financial Leverage
Terhadap Indeks Perataan Laba Pada Perusahaan Properti, Real Estate, Dan
Konstruksi Bangunan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

22
Universitas Sumatera Utara

1.4.Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Masyarakat
Dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat secara keseluruhan
mengenai perataan laba yang terjadi di berbagai perusahaan yang
terdaftar di BEI
2. Investor
Untuk memberikan informasi kepada para investor dan pengguna laporan
keuangan perusahaan mengenai perataan laba yang dilakukan oleh
manajemen perusahaan, sehingga diharapkan informasitersebut dapat
menjadi bahan pertimbangan dan panduan kepada parainvestor dan
pengguna laporan keuangan dalam mengambil keputusan.
3. Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan nantinya akan memacu akan adanya suatu
penelitian yang lebih baik mengenai perataan laba perusahaan. Penelitian
ini juga diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan para
peneliti mengenai perataan laba perusahaan dan -nya di dunia bisnis.
Faktor-faktor penyebab dilakukannya perataan laba yang dijabarkan di
penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi untuk melakukan
penelitian selanjutnya.

23
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

PENGARUH FAMILY OWNERSHIP TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN (Studi Empiris pada Perusahaan Properti, Real Estate dan Konstruksi Bangunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2013)

7 37 63

Pengaruh Faktor Finansial Perusahaan Terhadap Indeks Perataan Laba Pada Perusahaan Properti, Real Estate, Dan Konstruksi Bangunan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

5 22 130

PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PRAKTEK PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN PROPERTI DAN REAL ESTATE YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 86

Pengaruh Faktor Finansial Perusahaan Terhadap Indeks Perataan Laba Pada Perusahaan Properti, Real Estate, Dan Konstruksi Bangunan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 10

Pengaruh Faktor Finansial Perusahaan Terhadap Indeks Perataan Laba Pada Perusahaan Properti, Real Estate, Dan Konstruksi Bangunan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Faktor Finansial Perusahaan Terhadap Indeks Perataan Laba Pada Perusahaan Properti, Real Estate, Dan Konstruksi Bangunan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 33

Pengaruh Faktor Finansial Perusahaan Terhadap Indeks Perataan Laba Pada Perusahaan Properti, Real Estate, Dan Konstruksi Bangunan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 5

Pengaruh Faktor Finansial Perusahaan Terhadap Indeks Perataan Laba Pada Perusahaan Properti, Real Estate, Dan Konstruksi Bangunan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 10

PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PRAKTEK PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN PROPERTI DAN REAL ESTATE YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI

0 0 22

TERHADAP PRAKTIK PERATAAN LABA (Studi pada Perusahaan Property, Real Estate, dan Kontruksi Bangunan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015)

0 0 19