Teknologi Budidaya Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dan Gurami (Osphronemus gouramy) di Lahan Padi Pasang Surut Budi daya ikan

TEKNOLOGI BUDIDAYA IKAN NILA (Oreochromis
niloticus) DAN GURAMI (Osphronemus gouramy)
DI LAHAN PADI PASANG SURUT

AMELIA ZULIYANTI SIREGAR, M.Sc, Ph.D
1973052720012002

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2016

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .......................................................................................................... i

PENDAHULUAN
Latar Belakang ................................................................................................ 1
Kegunaan Penulisan ........................................................................................ 2

TINJAUAN PUSTAKA

Ikan Nila .......................................................................................................... 3
Ikan Gurami ..................................................................................................... 4
Lahan Padi Pasang Surut ................................................................................ 5
Teknologi Budidaya Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) dan Gurami
(Osphronemus Gouramy) Di Lahan Padi Pasang Surut………………… 6

KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Minapadi telah dipraktekkan oleh petani di Indonesia terutama di Jawa
Barat sejak satu abad yang lalu. Minapadi merupakan salah satu subsistem
usahatani padi-ikan di lahan sawah irigasi. Sistem usahatani ini bervariasi
antardaerah, bergantung pada ketersediaan air irigasi, curah hujan, benih ikan,
pasar dan status sosial ekonomi masyarakat umumnya, sehingga masih terbuka
peluang untuk memperbaiki teknologinya (Suriapermana et al. 1989).
Budi daya ikan bersama padi berbeda dengan system kolam atau air deras.
Budi daya ikan pada sistem tersebut umumnya lebih dari satu jenis, sedangkan
pada mina padi umumnya satu jenis ikan. Jenis ikan yang umum dibudidayakan

dalam sistem minapadi adalah ikan mas (Cyprinus carpio), tawes (Puntius
javanicus), nilem (Osteohilus hasselti), merah mata (Puntius orphiodes), nila
(Tilapia nilatica), kancra (Labeobarbus trombroides) dan karper (Ctenopharyngodon idellus). Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan jenis ikan adalah
volume air, ketersediaan benih, pakan, pasar, dan kebiasaan petani. Pada
minapadi, ketinggian air genangan tanaman padi terbatas antara 10-15 cm, dan
pada bagian caren ketinggian airnya 20-30 cm (Suriapermana et al. 1989).
Sistim usaha tani minapadi merupakan cara pemeliharaan (budidaya) ikan
bersama padi atau memelihara ikan di sela-sela tanaman padi (Balai Informasi
Pertanian Irian Jaya, 1992).Hal ini dimaksudkan agar keuntungan yang didapatkan
dari cara ini, bersasaran hasil ganda, yaitu: dari padinya itu sendiri dan dari ikan
disisi lain (Anonim, 1995). ada manfaat lain yang didapat melalui pemeliharaan

ikan di sawah, yakni dapat meningkatkan kesuburan tanah, serta dapat
mengurangi hama dan penyakit pada tanaman padi.
Menurut Ditjen Perikanan Budidaya KKP (2012) Sistim usaha tani mina
padi ini, dapat difungsikan sebagai: 1) sebagai penyelang diantara dua musim
tanam padi, atau bersama-sama atau budidaya ikan bersama padi, dan 3)sebagai
pengganti palawija di persawahan. Jenis ikan yang paling baik dipelihara di sawah
karena dapat tumbuh dengan baik meskipun di air dangkaldan lebih tahan
terhadap sinar Matahari, adalah ikan Mas, ikan Nila, ikan Mujahir, ikan Bawal air

tawar.

Kegunaan Penulisan
Adapun kegunaan penulisan makalah ini adalah sebagai sumber informasi
bagi pihak yang membutuhkan

TINJAUAN PUSTAKA
Ikan Nila
Ikan nila merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh
memanjang dan pipih kesamping dan warna putih kehitaman. Ikan nila berasal
dari Sungal Nil dan danau-danau sekitarnya. Sekarang ikan ini telah tersebar ke
negara-negara di lima benua yang beriklim tropis dan subtropis. Sedangkan di
wilayah yang beriklim dingin, ikan nila tidak dapat hidup baik Ikan nila disukai
oleh berbagai bangsa karena dagingnya enak dan tebal seperti daging ikan kakap
merah (Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi).
Bibit ikan didatangkan ke Indonesia secara resmi oleh Balai
Penelitian Perikanan Air Tawar pada tahun 1969. Setelah melalui masa
penelitian dan adaptasi, barulah ikan ini disebarluaskan kepada petani di
seluruh Indonesia. Nila adalah nama khas Indonesia yang diberikan oleh

Pemerintah
Menegristek

melalui
Bidang

Direktur

Jenderal

Pendayagunaan

Perikanan
dan

Pengetahuan dan Teknologi).
Klasifikasi ikan nila adalah sebagai berikut:
Kelas

: Osteichthyes


Sub-kelas

: Acanthoptherigii

Crdo

: Percomorphi

Sub-ordo

: Percoidea

Famili

: Cichlidae

Genus

: Oreochromis


(Kantor

Pemasyarakatan

Deputi
Ilmu

: Oreochromis niloticus.

Spesies

Terdapat 3 jenis nila yang dikenal, yaitu: nila biasa, nila merah (nirah) dan
nila albino
Kualitas air untuk pemeliharaan ikan nila harus bersih, tidak terlalu
keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah
pabrik.

Kekeruhan


air

yang

disebabkan

oleh

pelumpuran

akan

memperlambat pertumbuhan ikan. Lain halnya bila kekeruhan air
disebabkan oleh adanya plankton. Air yang kaya plankton dapat berwarna
hijau kekuningan dan hijau kecokelatan karena banyak mengandung
Diatomae. Sedangkan plankton/alga biru kurang baik untuk pertumbuhan
ikan. Tingkat kecerahan air karena plankton harus dikendalikan yang
dapat diukur dengan alat yang disebut piring secchi (secchi disc). Untuk di
kolam dan tambak, angka kecerahan yang baik antara 20-35 cm (Kantor
Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi).
Ikan Gurami
Ikan gurami Osphronemus gouramy Lac. adalah salah satu
komoditas budidaya air tawar yang tergolong dalam famili ikan labirin
(Anabantidae). Ikan ini tersebar di kawasan tropis mulai dari India sampai
Semenanjung Malaya dan Indonesia. Ikan gurami bernilai ekonomi
penting dan harganya di pasar cukup tinggi. Menurut Anonimous (2006),
produksi ikan gurami di Indonesia tahun 1998, 1999 dan 2000 adalah
9.004 ton, 9.327 ton dan 13.339 ton. Produksi ikan gurami mengalami

pening-katan setiap tahunnya, namun belum dapat memenuhi permintaan
pasar.
Kendala yang sering dihadapi dalam usaha budidaya ikan gurami
biasanya terjadi pada masa pembenihan dan pendederan. Selain itu,
pemeliharaan benih ikan gurami yang dilakukan selama ini belum intensif
sehingga produksi ikan ini masih rendah.
Padat penebaran berhubungan dengan produksi dan pertumbuhan
ikan (Hickling, 1971). Menurut Hepher dan Pruginin (1981), peningkatan
kepadatan akan diikuti dengan penurunan pertumbuhan (critical standing
crop) dan pada kepadatan tertentu pertumbuhan akan berhenti (carrying

capacity).

Untuk

mencegah

terjadinya

hal

tersebut,

peningkatan

kepadatan harus disesuaikan dengan daya dukung (carrying capacity).
Faktor-faktor yang mempengaruhi carrying capacity antara lain adalah
kualitas air, pakan dan ukuran ikan. Pada keadaan lingkungan yang baik
dan pakan yang mencukupi, peningkatan kepadatan akan disertai dengan
peningkatan hasil (produksi).


Lahan Padi Pasang Surut
Salah satu areal alternatif yang memiliki prospek besar dari segi potensi
luas maupun daya dukung agronomis untuk dijadikan sebagai areal produksi padi
adalah lahan pasang surut. Di Indonesia luas areal pasang surut sekitar 20,1 juta
hektar di tiga pulau besar, yaitu Sumatera, Kalimantan dan Irian Jaya,
diperkirakan lebih dari 9 juta hektar berpotensi untuk dijadikan areal produksi
pertanian. Namun demikian pemanfatannya memerlukan penerapan teknologi

yang sesuai dengan kondisi dan sifat lahan (Widjaja, dkk, 1992;Manwan, dkk,
1992 dan Ismail, dkk, 1993).Lahan pasang surut memiliki karakteristik yang khas,
yaitu sistem pengairan yang mengandalkan pasang dan surutnya air sungai,
tanahnya bereaksi masam sampai sangat masam, mempunyai lapisan pirit (FeS2)
yang merupakan sumber racun besi bagi tanaman, tanahnya miskin hara dengan
heterogenitas yang sangat tinggi sehingga bervariasi dari satu lokasi ke lokasi
lainnya.
Sedangkan menurut Anwar, dkk., (2001), lahan pasang surut biasanya
dicirikan oleh : (1). pH tanah rendah, (2). Genangan yang dalam, (3). Akumulasi
zat-zat beracun ( besi dan aluminium), (4). Salinitas tinggi, kekurangan unsur
hara, (5). Serangan hama dan penyakit, serta (6). Tumbuhnya gulma yang
dominan.

Teknologi Budidaya Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Dan Gurami
(Osphronemus Gouramy) Di Lahan Padi Pasang Surut
Ekosistem lahan rawa mempunyai prospek untuk pengembangan
perikanan yang pada tahap awal ditujukan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
tani. Pada lahan rawa pasang surut, pengembangan ikan terutama pada lahan yang
terluapi pasang. Usaha tani ikan di lahan lebak dapat dilakukan dengan sistem
kolam ataupun mina-padi (ikan-padi) khususnya untuk lebak dangkal dan lebak
tengahan, baik secara mono maupun polikultur. Pemeliharaannya dapat dilakukan
dengan sistem shelter, hempang atau pen. Jenis ikan yang mampu hidup dengan
baik di lahan rawa pasang surut adalah nila dan jelawat (ikan budi daya) serta
betok (ikan liar), sedangkan yang dapat dikembangkan di lahan rawa lebak adalah
sepat silam, jelawat, patin, lampan, dan tawes (Ismail et al. 1993).

Sistim usaha tani memelihara ikan bersama padi di sawah atau Minapadi
telah dikembangkan di Indonesia sejak satu abad yang lalu (Ardiwinata, 1987)
dan merupakan salah satu tipe budidaya ikan di sawah, dimana ikan dan padi
ditanam

secara

bersama-sama

(Balai

Informasi

Pertanian

Irian

Jaya,

1992).Sedangkan sawah yang sesuai untuk usaha tani ini adalah sawah yang
berpengairan teknis maupun setengah teknis (Mujiman, 1987).
Tupan et al, (2013) mengatakan bahwa sistim budidaya Minapadi
merupakan cara pemeliharaan ikan di sela-sela tanaman padi di sawah; sebagai
penyelang diantara dua musim tanaman padi dan atau pemeliharaan ikan sebagai
pengganti palawija di persawahan. Karena dapat memperkaya media tanam
dengan pupuk organik dan meningkatkan produksi plankton yang menjadi sumber
makan ikan, dan itulah sumbangsih ikan pada usaha tani terpadu ini (Simanjuntak,
2013). Bahkan menurut Montazeri (2012) minapadi adalah salah satu teknologi
lahan pertanian untuk perbaikan kualitas lingkungan hidup sebagai antisipasi
anomali iklim, karena minapadi ini adalah budidaya terpadu yang dapat
meningkatkan produktivitas lahan sawah, yaitu: peningkatan pendapatan petani
melalui peningkatan produksi padi 10%; peningkatan keragaman hasil pertanian
karena menghasilkan ikan; meningkatkan kesuburan tanah dan air ( mengurangi
pupuk 30%); juga dapat mengurangi hama penyakit Wereng Coklat pada tanaman
padi.
Sistim usaha tani Minapadi digolongkan menjadi :
1. Budidaya Ikan Sebagai Penyelang Tanaman padi
Pemeliharaan ikan sebagai penyelang, dilakukan setelah tanah sawah dikerjakan
sambil menunggu penanaman padi.Lamanya pemeliharaan biasanya 20-30 hari,

sampai pada saat benih siap untuk ditanam. Pada sistim ini, biasanya hanya
dilakukan untuk pendederan benih ikan (ukuran 1-3 cm) dengantujuan: setelah
umur 20-30 hari, hasil dederan berubah menjadi anak ikan yang siap ditebarkan di
kolam (ukuran 3-5 cm atau benih glondongan).
2. Budidaya Ikan Bersama Padi
Merupakan pemeliharaan ikan di sawah yang dilakukan bersama dengan tanaman
padi.Lamanya pemeliharaan adalah sejak benih padi ditanam sampai dengan
penyiangan pertama, penyiangan kedua, atau sampai tanaman padi berbunga
(mulai terbentuk), bahkan sampai pengeringan. Hasil panenan dapat berupa ikan
berukuran 100 gram/ ekor
3. Budidaya Ikan Sebagai Pengganti Palawija
Pemeliharaan ini dilakukan sebagai pengganti tanaman palawija dalam pola
pergiliran padi palawija padi.Tujuannya untuk mengembalikan kesuburan tanah
sawah.Pada umumnya, pemeliharaan ikan sebagai palawija, dilakukan setelah dua
kali masa tanam padi berturut-turut, atau padi-padi-ikan (Anonim 1985).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1. Usaha tani ikan di lahan pasang surut dilakukan dengan sistem
kolam ataupun mina-padi.
2. Sistim budidaya Minapadi merupakan cara pemeliharaan ikan di
sela-sela tanaman padi di sawah.
3. Minapadi adalah salah satu teknologi lahan pertanian untuk
perbaikan kualitas lingkungan hidup sebagai antisipasi anomali
iklim, karena minapadi ini adalah budidaya terpadu yang dapat
meningkatkan produktivitas lahan sawah.
4. Sistim usaha tani Minapadi digolongkan : Budidaya Ikan Sebagai
Penyelang Tanaman padi, Budidaya Ikan Bersama Padi, Budidaya
Ikan Sebagai Pengganti Palawija.

Saran
Saran saya untuk teknologi budidaya ikan nila (oreochromis
niloticus) dan gurami (osphronemus gouramy) di lahan padi pasang surut
ini lebih di perhatikan oleh pemerintah dan dilakukan penyuluhan kepada
para petani lebih mendalam mengenai manfaat dari sistem mina-padi.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1985. Petunjuk Budidaya Ikan di Sawah, Proyek Peningkatan Produksi
Perikanan Jawa Barat, UPP Budidaya Air Tawar, 1985.
Anonimous. 2006. Aspek pemasaran budidaya pendederan dan pembesaran ikan
gurami. Http://www.bi.go.id/ sipuk/Im/ind/ikan gurami/pemasaran. htm.
Anwar, K., M. Alwi, S. Saragih, A. Supriyo, D. Nazemi, dan K. Sari. 2001.
Karakterisasi Dinamika Tanah dan Air untuk Perbaikan Pengelolaan
Lahan Pasang Surut. Laporan Akhir Hasil Penelitian. Balai Penelitian
Tanaman Pangan Lahan Rawa. Banjarbaru. Hlm. 27 -28.
Balai Informasi Pertanian Irian Jaya, 1992. LIPTAN no 11/ 1992. Nopember 1992
Dinas Perikanan daan Kelautan Provinsi Bengkulu, 2012. Laporan Panen
Perdana Minapadi Kegiatan Dirjen Perikanan Budidaya Di Desa
Penanjung Panjang Kecamatan Tebat Karai Kabupaten Kepahiang
Tahun 1992.
Hepher, B., dan Y. Pruginin. 1981. Commercial fish farming with special
reference to fish culture in Israel. John Willey and Sons, New York. 261
hal.
Hickling, C.F. 1971. Fish culture. Faber and Faber, London. 348 hal.
Ismail, I.G.; Alihamsyah; Widjaja Adhi, I.P.G.; Suwarno; Herawaty, T.; Thahir, R
dan Sianturi, D.E. 1993. Sewindu Penelitian Pertanian di Lahan Rawa :
Konstribusi dan Prospek Pengembangan. Proyek Swamps II. Puslitbang
Tanaman Pangan. Bogor.
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi
Manwan, I., Ismail, I.G., Alihamsyah, T., dan Partohardjono. 1992. Teknologi
Pengembangan Pertanian Lahan Rawa Pasang Surut. Dalam : Prosiding
Pertemuan Nasional Pengembangan Teknologi Pertanian Lahan Rawa
Pasang Surut dan Lebak, Cisarua 7 – 9 Maret 1992.
Suriapermana. S., I. Syamsiah, P. Wardana, dan A.M. Fagi. 1989.Petunjuk praktis
sistem usahatani padi ikan dan padi-ikanitik di lahan sawah. Balittan
Sukamandi.
Widjaya Adhi I.P.G; K. Nugraha; D.S. Ardi dan A.S. Karama, 1992. Sumberdaya
Lahan Pasang Surut, Rawa, dan Pantai : Potensi, Keterbatasan, dan

Pemanfaatan. Prosiding Pertemuan Nasional Pengembangan Lahan
Pertanian Pasang Surut dan Rawa. Cisarua, 3 – 4 Maret 1992.