Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Fotografi (Studi Terhadap Undang-Undang Hak Cipta No. 28 Tahun 2014)

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah
Intellectual Property Rights (IPR) dalam bahasa Indonesia memiliki 2 (dua)

istilah yang pada awalnya adalah Hak Milik Intelektual dan kemudian
berkembang menjadi Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Bila berbicara tentang
kekayaan selalu tidak bisa terlepas dari milik, dan sebaliknya berbicara tentang
milik tidak terlepas dari kekayaan. Hak Kekayaan Intelektual itu sendiri terdiri
dari tiga kata dasar yaitu, Hak, Kekayaan dan Intelektual. Kekayaan merupakan
abstraksi yang dapat dimiliki, dialihkan, maupun dibeli. Hak atas kekayaan
intelektual merupakan hak yang dihasilkan dari kegiatan pikiran manusia di
bidang industri, ilmu pengetahuan, kesusasteraan atau seni.1 Hak atas kekayaan
intelektual merupakan hak-hak untuk berbuat sesuatu atas kekayaan intelektual
tersebut yang diatur oleh norma-norma, atau hukum-hukum yang berlaku.
Hak Kekayaan Intelektual (HKI) merupakan benda tidak berwujud hasil
kegiatan intelektual (daya cipta) manusia yang diungkapkan ke dalam suatu bentu
ciptaan atau penemuan tertentu.2 Dari segi hukum, perlu dipahami bahwa yang

dilindungi oleh hukum adalah Hak Kekayaan Intelektual (HKI), bukan benda
material bentuk jelmaan Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Alasannya adalah Hak
Kekayaan Intelektual (HKI) adalah Hak Ekslusif yang hanya ada dan melekat

1

Hak Atas Kekayaan Intelektual Perundang-Undangan Dan Perspektif Hakim, Mahkamah Agung
RI, Jakarta 2002, hlm 2.
2
Abdul Kadir Muhammad, Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual, PT. Citra Aditya
Bakti, Bandung, 2001, hlm. 2

1
Universitas Sumatera Utara

2

pada pemilik atau pemegang hak, sehingga pihak lain apabila ingin memanfaatkan
atau menggunakan hak tersebut untuk menciptakan atau memproduksi benda
material bentuk jelmaannnya wajib memperoleh lisensi (izin) dari pemilik atau

pemegang hak.3 Sebagai bentuk penghargaan atas Hak Kekayaan Intelektual
(HKI), perlindungan hukum atas hak-hak tersebut memerlukan perangkat hukum
dan mekanisme perlindungan yang memadai. Melalaui cara inilah HKI akan
mendapat tempat yang layak sebagai salah satu bentuk hak yang memiliki nilai
ekonomis.
Hukum HKI adalah hukum yang mengatur perlindungan bagi para pencipta
dan penemu karya-karya inovatif sehubungan dengan pemanfaatan karya-karya
mereka secara luas dalam masyarakat. Karena itu tujuan hukum HKI adalah
menyalurkan kreativitas individu untuk kemanfaatan manusia secara luas. Sebagai
suatu hak ekslusif, HKI secara hukum mendapat tempat yang sama dengan hakhak milik lainnya.
Di tingkat Internasional, Indonesia telah ikut serta menjadi anggota dalam
Agreement Establishing the World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan

Organisasi Perdagangan Dunia) yang mencakup Trade Related Aspects of
Intellectual Property Rights (Persetujuan tentang Aspek-Aspek Dagang Hak

Kekayaan Intelektual) yang selanjutnya disebut TRIPs, melalui Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1994.4 Selain itu, Indonesia telah meratifikasi Berne Convention
for the Protection of Artistic and Literary Works (Konvensi Bern tentang


Perlindungan Karya Seni dan Sastra) melalui Keputusan Presiden Nomor 18
3
4

Ibid., hlm. 3
Penjelasan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta,
alenia kelima

Universitas Sumatera Utara

3

Tahun 1997 dan World Intellectual Property Organization Copyright Treaty
(Perjanjian Hak Cipta WIPO) yang selanjutnya disebut WCT, melalui Keputusan
Presiden Nomor 19 Tahun 1997, serta World Intellectual Property Organization
Performances and Phonograms Treaty (Perjanjian Karya-Karya Pertunjukan dan

Karya-Karya Fonogram WIPO) yang selanjutnya disebut WPPT, melalui
Keputusan Presiden Nomor 74 Tahun 2004.5
Minimnya kesadaran akan urgensi perlindungan HKI menjadi indikator

kurangnya pemahaman masyarakat untuk menghargai hasil karya orang lain. Hal
ini perlu mendapat perhatian intensif pemerintah agar pelaksanaan Peraturan
Perundang-undangan di bidang hukum HKI dapat ditegakkan.
Perlindungan hukum terhadap Hak Cipta di Indonesia saat ini diatur dalam
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta yang memberikan
pengertian bahwa Hak Cipta adalah :
“Hak Ekslusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip
deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa
mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.”
Undang-Undang Hak Cipta memberikan perlindungan hukum terhadap
karya cipta yang mencakup, misalnya : buku, pamflet, perwajahan karya tulis
yang diterbitkan, ceramah, kuliah, pidato, alat peraga yang dibuat untuk
kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan, lagu atau musik dengan atau tanpa
teks, drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, pantomim, karya seni
rupa dalam segala bentuk (seperti lukisan, gambar ukiran, kaligrafi, seni pahat,
patung atau kolase), karya seni terapan, karya arsitektur, peta, karya seni batik,

5

Ibid., alinea keenam


Universitas Sumatera Utara

4

karya fotografi, potret, karya sinematografi, terjamahan, tafsir, saduran, bunga
rampai (meliputi ciptaan dalam bentuk buku yang berisi kompilasi karya tulis
pilihan, himpunan lagu pilihan, dan komposisi berbagai karya tari pilihan yang
direkam dalam kaset, cakram optik, atau media lain), basis data, adaptasi,
aransemen, permainan video dan program komputer yang dilindungi sebagai
ciptaan tersendiri dengan tidak mengurangi Hak Cipta atas Ciptaan asli.6
Salah satu ciptaan yang dilindungi dalam peraturan perundang-undangan di
Indonesia, dalam hal ini adalah Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang
Hak Cipta adalah karya fotografi, yang diatur dalam Pasal 40 ayat (1) huruf K
tentang jenis ciptaan yang dilindungi oleh Negara.
Permasalahan mengenai Hak Cipta terhadap fotografi di Indonesia juga
semakin berkembang seiring dengan pemberlakuan Undang-Undang Hak Cipta,
karena dengan adanya Undang-Undang Hak Cipta saja tidak cukup menjamin
terlindunginya hak dari pencipta, masih banyak pelanggaran-pelanggaran terhadap
suatu karya cipta yang disebabkan oleh kurangnya kesadaran masyarakat terhadap

hak-hak yang dilindungi oleh hukum Hak Cipta terlebih lagi perlindungan Hak
Cipta di bidang Karya Fotografi, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Hak
Cipta tersebut.
Permasalahan perlindungan hukum terhadap karya fotografi berkembang
sejalan dengan perkembangan dunia fotografi, yang pada saat ini dunia fotografi
konvensional (menggunakan film) seiring dengan kemajuan teknologi sekarang
berkembang menjadi era dunia fotografi digital. Fotografi sudah tidak lagi

6

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, Pasal 40 ayat (1)

Universitas Sumatera Utara

5

menggunakan media film sebagai alat untuk merekam gambar melainkan sudah
berbentuk file digital yang digunakan sebagai median penyimpanan data, yang
mana hal tersebut semakin memudahkan setiap orang untuk meng-copy dan
mencetak hasilnya. File digital tersebut sangat mudah untuk digandakan dan

diambil oleh setiap orang untuk dimanfaatkan dalam berbagai kepentingan tanpa
sepengetahuan pemiliknya.
Selain dalam hal media penyimpanan yang berpotensi menyebabkan
pelanggaran Hak Cipta, saat ini mengikuti perkembangan teknologi yang pesat
juga turut menciptakan metode-metode baru dalam dunia fotografi, salah satunya
adalah teknologi dalam hal olah digital pada hasil foto guna meningkatkan nilai
estetika pada ciptaan fotografi. Ciptaan fotografi yang telah melalui proses olah
digital seringkali diberikan tanda air atau watermark sebagai penanda bahwa
ciptaan fotografi tersebut adalah karya ciptaan mereka.
Dalam perkembangannya saat ini, tanda air atau watermark sendiri
dianggap sebagai simbol dari hak cipta yang dianggap memiliki kekuatan hukum.
Selain daripada itu, tidak adanya batasan yang jelas mengenai pemberian tanda air
atau watermark ini, apakah diberikan oleh pencipta atau diberikan oleh pihak
yang telah melakukan proses olah digital pada ciptaan fotografi tersebut.
Hal inilah yang dapat menimbulkan masalah-masalah hukum berkaitan
dengan Hak Cipta, karena sebuah foto adalah sebuah karya cipta yang dilindungi
oleh Undang-Undang Hak Cipta. Oleh karena itu apabila seseorang ingin
menggunakan sebuah karya foto harus mendapat izin dari pemegang Hak Cipta
foto tersebut.


Universitas Sumatera Utara

6

Apabila seseorang menggunakan sebuah karya foto untuk suatu
kepentingan tertentu tanpa meminta izin terlebih dahulu maka hal tersebut
melanggar Undang-Undang Hak Cipta, sebagaimana tercantum di dalam Pasal 4
Undang-Undang Hak Cipta. Dalam pasal tersebut dijelaskan bahwa Hak Cipta
merupakan hak eksklusif yang terdiri atas hak moral dan hak ekonomi. Dalam
Pasal 9 Undang-Undang Hak Cipta juga dijelaskan bahwa Pencipta atau
Pemegang Hak Cipta memiliki hak ekonomi untuk melakukan penerbitan,
penggandaan, penerjemahan, pengadaptasian, pengaransemenan, pendistribusian,
pertunjukan, pengumuman, komunikasi, dan penyewaan terhadap ciptaannya.
Setiap orang yang melaksanakan hak ekonomi wajib mendapatkan izin Pencipta
atau Pemegang Hak Cipta. Pelanggaran Hak Cipta atas karya fotografi jika
seluruh atau bagian subtansial dari suatu ciptaan yang dilindungi Hak Ciptanya
dilakukan tanpa izin dari pencipta yang mempunyai hak ekslusif atas ciptaannya.
Perkembangan kegiatan pelanggaran Hak Cipta tersebut dipengaruhi oleh
berbagai faktor. Rendahnya tingkat pemahaman masyarakat akan arti dan fungsi
Hak Cipta, sikap dan keinginan untuk memperoleh keuntungan dengan cara

mudah, ditambah dengan belum cukup terbinanya hukum dalam menghadapi
pelanggaran Hak Cipta, merupakan faktor yang memperoleh perhatian.

B.

Perumusan Masalah
Berdasarkan judul penelitian hukum dalam latar belakang yang diuraikan di

atas maka yang dijadikan rumusan masalah dalam tulisan ini adalah :

Universitas Sumatera Utara

7

1.

Bagaimana perlindungan hukum terhadap hak-hak bagi pencipta karya
fotografi ?

2.


Bagaimana perlindungan hukum terhadap ciptaan fotografi dengan tanda air
atau watermark ?

3.

Upaya hukum apakah yang dapat dilakukan pencipta atas karya fotografi
yang digunakan tanpa izin ?

C.

Tujuan Penulisan
Penulisan ini dilaksanakan dengan tujuan :

1.

Untuk mengetahui bagaimana perlindungan hukum terhadap hak-hak bagi
pencipta karya fotografi.

2.


Untuk mengetahui bagaimana perlindungan hukum terhadap ciptaan fotografi
dengan tanda air atau watermark.

3.

Untuk mengetahui upaya hukum apa yang dapat dilakukan pencipta atas
karya fotografi yang digunakan tanpa izin.

D.

Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang diharapkan penulis dari penulisan ini adalah :

1.

Manfaat Teoritis
a) Untuk memberikan sumber pemikiran dalam pengembangan di bidang
ilmu hukum pada umumnya dan Hak Kekayaan Intelektual di bidang
Hak Cipta pada khususnya.

Universitas Sumatera Utara

8

b) Sebagai landasan untuk penelitian lebih lanjut bagi mereka yang tertarik
untuk mengkaji mengenai Hak Kekayaan Intelektual khususnya Hak
Cipta atas Karya Fotografi.
2.

Manfaat Praktis
a) Bagi penulis, diharapkan dapat digunakan sebagai pengembangan
penalaran,

membentuk

pola

pikir

dinamis,

sekaligus

untuk

mengembangkan kemampuan penulis dalam mengkritisi persoalanpersoalan hukum yang nantinya dapat digunakan sebagai bahan evaluasi
terhadap permasalahan mengenai Hak Cipta.
b) Bagi pemerintah, diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan untuk
penyusunan produk hukum kaitannya dalam perlindungan Hak Cipta.
c) Bagi masyarakat, dapat dijadikan sebagai sumber ilmu pengetahuan dan
diharapkan dapat membantu pihak-pihak yang terkait dengan masalah
yang diteliti.

E.

Metode Penulisan
Dalam melakukan kajian terhadap permasalahan tersebut di atas, akan

dilakukan kajian dari segi disiplin hukum yaitu ilmu hukum. Adapun penelitian
hukum yang akan dilakukan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian hukum
normatif yang bersifat deskriptif kualitatif, dengan menggunakan pendekatan
yuridis normatif yakni pendekatan dari sudut pandang menurut ketentuan hukum
dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Universitas Sumatera Utara

9

Tekhnik pengumpulan data dilakukan melalui penelitian kepustakaan untuk
mendapatkan data sekunder. Tekhnik pengolahan data dilakukan dengan
menganalisis semua bahan hukum yang ada secara kualitatif untuk selanjutnya
dikonstruksikan dalam bentuk kesimpulan.
Analisis data dilakukan dengan cara mengkaji bahan hukum, primer dan
sekunder dengan menelaah berbagai peraturan perundang-undangan dan buku
yang bersangkut paut dengan pokok permasalahan yang sedang diteliti serta
sumber-sumber yang dipandang relevan.

F.

Keaslian Penulisan
Penulisan ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa berdasarkan informasi

yang ada dan penelusuran kepustakaan di lingkungan Universitas Sumatera Utara,
penelitian dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Fotografi
(studi terhadap Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014)” belum pernah
dilakukan oleh peneliti lain sebelumnya. Sehingga penelitian ini adalah asli.

G.

Sistematika Penulisan
Secara garis besar skripsi ini terdiri dari 5 (lima) Bab dengan beberapa Sub

Bab. Agar mendapat arah dan gambaran yang jelas mengenai hal yang tertulis,
berikut ini sistematika penulisannya secara lengkap :

Universitas Sumatera Utara

10

BAB I Pendahuluan
Pada bab ini membahas tentang latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, keaslian
penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II Tinjauan Umum Tentang Hak Kekayaan Intelektual
Bab ini berisi tinjauan yang bersifat umum tentang pengertian Hak
Kekayaan Intelektual, ruang lingkup Hak Kekayaan Intelektual, teori Hak
Kekayaan Intelektual, dan sejarah singkat Hak Kekayaan Intelektual.

BAB III Hak Cipta Atas Karya Fotografi
Bab ini berisi tinjauan yang bersifat umum tentang definisi dan sejarah Hak
Cipta, ruang lingkup, karakterisik dan prinsip dasar Hak Cipta, hak-hak yang
terkandung dalam Hak Cipta, jangka waktu dan prosedur pendaftaran Hak Cipta,
pembatasan Hak Cipta, pelanggaran Hak Cipta, pengertian fotografi, sejarah
singkat fotografi, dan jenis-jenis fotografi.

BAB IV Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Fotografi
Bab ini membahas tentang perlindungan hukum terhadap hak-hak bagi
pencipta fotografi, perlindungan hukum terhadap ciptaan fotografi dengan tanda
air atau watermark, dan upaya hukum yang dilakukan pencipta atas karya
fotografi yang digunakan tanpa izin.

Universitas Sumatera Utara

11

BAB V Penutup
Bab penutup ini berisi kesimpulan dan saran atas pembahasan yang telah
diulas dalam bab-bab sebelumnya dan juga berisi kesimpulan atas permasalahan
yang terjadi.

Universitas Sumatera Utara