Perlindungan Hukum Pemegang Hak Terkait Terhadap Penggandaan Hak Cipta Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014

BAB II
PENGATURAN HAK CIPTA SEBAGAI HAK KEBENDAAN
DEWASA INI DI INDONESIA

A. Hak Cipta sebagai hak kebendaan
1. Hak Cipta Secara Umum
Hak cipta merupakan istilah yang populer di dalam masyarakat, walaupun
demikian pemahaman tentang ruang lingkup pengertiannya tidaklah sama pada
setiap orang karena berbedanya tingkat pemahaman tentang istilah tersebut.
Sebagai contoh sering orang awam menginterprestasikan hak cipta sama dengan
hak kekayaan intelektual. Lainnya adalah pemahaman masyarakat terhadap
perlindungan hak cipta ini, sebagai contoh misalnya karena pemahaman yang
kurang sehingga sering muncul pemikiran dan perkataan yang keluar yaitu hak
cipta dipatenkan atau merek dipatenkan sehingga seolah-olah pengertian hak cipta
itu cukup luas meliputi keseluruhan ciptaan manusia padahal, pengertian hak cipta
itu cukup luas meliputi keseluruhan ciptaan manusia di bidang tertentu saja.
Hak cipta sendiri secara harfiah berasal dari dua kata yaitu hak dan cipta,
kata “Hak” yang sering dikaitkan dengan kewajiban adalah suatu kewenangan
yang diberikan kepada pihak tertentu yang sifatnya bebas untuk digunakan atau
tidak. 18Sedangkan kata “cipta” atau ciptaan tertuju pada hasil karya manusia
dengan menggunakan akal pikiran, perasaan, pengetahuan, imajinasi dan


18

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Jakarta, 2010, hlm. 323.

Universitas Sumatera Utara

20

pengalaman.Sehingga dapat diartikan bahwa hak cipta berkaitan erat dengan
intelektual manusia. 19
Beberapa pendapat para sarjana mengenai pengertian hak cipta, antara
lain: 20
1) WIPO ( World Intelektual Property Organization)
“Copy Right is legal from describing right given to creator for their
literary and artistic works” yang artinya hak cipta adalah terminology
hukum yang menggambarkan hak-hak yang diberikan kepada pencipta
untuk karya-karya mereka dalam bidang seni dan sastra.
2) J. S. T Simorangkir

Berpendapat bahwa hak cipta adalah hak tunggal dari pencipta, atau hak
dari pada yang mendapat hak tersebut atas hasil ciptaannya dalam
lapangan kasusasteraan, pengetahuan, dan kesenian.Untuk mengumumkan
dan memperbanyaknya, dengan mengingat pembatasan-pembatasan yang
ditentukan oleh undang-undang.
3) Imam Trijono
Berpendapat bahwa hak cipta mempunyai arti tidak saja si pencipta dan
hasil ciptaannya yang mendapat perlindungan hukum, akan tetapi juga
perluasan ini memberikan perlindungan kepada yang diberi kepada yang
diberi kuasapun kepada pihak yang menerbitkan terjemah daripada karya
yang dilindungi oleh perjanjian ini.

19
20

Ibid., hlm. 210.
Sujud Margono, Op.Cit., hlm. 15.

20
Universitas Sumatera Utara


21

Hak cipta pada dasarnya telah dikenal sejak dahulu kala, tetapi konsep
hukum hak cipta baru dikenal di Indonesia pada awal tahun 80-an. Bila dilihat
dari sejarahnya ada dua konsep besar tentang hak cipta yang pada akhirnya saling
mempengaruhi yaitu: konsep Copyrights yang berkembang di Inggris dan negaranegara yang menganut sistem Hukum Common Law dan Konsep Droit d’Auteur
yang berkembang di Perancis dan negara-negara yang menganut Sistem Hukum
Civil Law.
Konsep Copyrights yang lebih menekankan perlindungan hak-hak penerbit
dari tindakan penggandaan buku yang tidak sah dapat ditelusuri dari berlakunya
dekrit Star Chamber pada Tahun 1556 yang isinya menentukan ijin pencetakan
buku dan tidak setiap orang dapat mencetak buku. Aturan hukum yang lain yang
secara tegas melindungi hak penerbit dari tindakan penggandaan yang tidak sah
adalah Act of Anne 1709 yang dianggap sebagai peletak dasar konsep modern hak
cipta. 21
Konsep droit d’ auteur lebih ditekankan pada perlindungan atas hak-hak
pengarang dari tindakan yang dapat merusak reputasinya.Konsep ini didasarkan
pada aliran hukum alam yang menyatakan bahwa suatu karya cipta adalah
perwujudan tertinggi (alter ego) dari pencipta dan pencipta mempunyai hak

alamiah untuk memanfaatkan ciptaannya. Konsep ini berkembang pesat setelah
revolusi Perancis pada Tahun 1789, konsep ini meletakkan dasar pengakuan tidak
saja hak ekonomi dari pencipta akan tetapi juga hak moral. 22

21

Yuliati, Efektivitas Penerapan Undang-Undang 19/2002 Tentang Hak Cipta terhadap
Karya Musik Indilabel, Skripsi, Semarang: Fakultas Ilmu Hukum Universitas Diponegoro, 2004,
hlm. 16.
22
Ibid., hlm. 17.

21
Universitas Sumatera Utara

22

Pengertian konsep hak cipta yang berkembang pada masa sekarang adalah
hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak cipta untuk mengumumkan atau
memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak

mengurangi ketentuan dalam undang-undang yang berlaku.Hak cipta merupakan
hak kebendaan atau sub sistem dari hukum benda. Mariam Darus berpendapat
bahwa hal kebendaan terbagi atas dua bagian yaitu: Hak kebendaanyang
sempurna dan hak kebendaan yang terbatas. 23Hak kebendaan yang sempurna
adalah hak kebendaan yang memberikan kenikmatan yang sempurna (penuh) bagi
si pemilik.Selanjutnya untuk hak yang demikian disebut dengan hak
kemilikan.Hak kebendaan terbatas adalah hak yang memberikan kenimatan yang
tidak penuh atas suatu benda.Jika dibandingkan dengan hak milik artinya hak
kebendaan terbatas itu tidak penuh atau kurang sempurna jika dibandingkan
dengan hak milik. 24Dengan demikian hak cipta menurut rumusan ini dapat
dijadikan objek hak milik. Hal ini dapat disimpulkan dari rumusan Pasal 2 UUHC,
yang berbunyi: hak cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang
Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul
secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pengertian hak cipta terdapat pada Pasal 1 ayat (2) UUHC yang isinya
dapat dijabarkan sebagai berikut:

23


Mariam Darus Badrulzaman, Mencari Sistem Hukum Benda Nasional, Edisi Revisi
(Bandung: Alumni, Bandung, 2010), hlm. 23.
24
Ibid., hlm. 44.

22
Universitas Sumatera Utara

23

1. Yang dimaksud dengan pencipta adalah
a. Seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas
inspirasinya melahirkan suatu ciptaan berdasarkan kemampuan fikiran,
imajinasi kecepatan, keterampilan atau keahlian yang di tuangkan ke
dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi.
b. Orang yang merancang suatu ciptaan, tetapi diwujudkan oleh orang lain
dibawah pimpinan atau pengawasan orang yang merancang ciptaan
tersebut.
c. Orang yang membuat suatu karya cipta dalam hubungan kerja atau
berdasarkan pesanan.

d. Badan hukum sebagaimana ditentukan dalam Pasal 9 UUHC.
2. Pengertian Hak Cipta
Ketentuan Pasal 1 ayat (1) UUHC diartikan sebagai hak eksklusif pencipta
yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan
diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam kepustakaan hukum di
Indonesia yang pertama dikenal adalah Hak Pengarang atau Hak Pencipta (author
right),

yaitu

setelah

diberlakukannya

Undang-Undang

Hak

Pengarang


(Auteurswet 1912 Stb. 1912 Nomor 600), kemudian menyusul istilah Hak
Cipta. 25Istilah Hak Cipta sendiri pertama kalidicetuskan oleh Soetan Moh.Sjah

25

M. Djumhana dan R. Djubaedillah, Hak Milik Intelektual (Bandung: PT Citra Aditya
Bakti, 2003), hlm. 47.

23
Universitas Sumatera Utara

24

dalam Kongres Kebudayaan ke-2 yang diselenggarakan oleh Badan Musyawarah
Kebudayaan Nasional (BMKN) di Bandung. 26
Istilah hak cipta ini merupakan pengganti Auters Recht atau copyrights
yang kandungan artinya lebih tepat dan luas, dibandingkan jika menggunakan
istilah hak pengarang. Secara yuridis, istilah hak cipta telah dipergunakan dalam
Undang-Undang Hak Cipta (1982) sebagai pengganti istilah hak pengarang yang

dipergunakan dalam Auteurswet 1912. 27
Hak cipta itu sendiri terdiri dari dua kata, hak dan cipta.Kata “hak” yang
sering dikaitkan dengan kewajiban adalah kewenangan yang diberikan kepada
pihak tertentu yang sifatnya bebas untuk digunakan atau tidak.Kemudian kata
“cipta” tertuju kepada hasil kreasi manusia dengan menggunakan sumber daya
yang ada padanya berupa pikiran, perasaan, pengetahuan, dan pengalaman.Oleh
karenanya, Hak Cipta berkaitan dengan intelektualitas manusia itu sendiri berupa
hasil kerja otak. 28
Hak cipta (copyright) adalah salah satu dari hak asasi manusia yang
tercantum dalam Universal Declaration of Human Right (Deklarasi Umum Hakhak Asasi Manusia) dan UN International Covenants (Perjanjian Internasional
PBB) dan juga hak hukum yang sangat penting yang melindungi karya budaya.
Karya budaya adalah apa saja yang dihasilkan seseorang yang memperkaya alam
pikirandan perasaan manusia. Karya budaya tidak mencakup hal-hal yang secara
langsung menyumbang pada gaya hidup sehingga kehidupan atau pekerjaan lebih
26

Elissa, Penarikan Royalti Literatur, http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/122798PK%20IV%202104.8214-Penarikan%20royalti-Literatur.pdf, diakses tanggal 2 September 2014.
27
Rachmadi Usman, Hukum Atas Kekayaan Intelektual, Perlindungan dan Dimensi
Hukumnya di Indonesia (Bandung: Alumni, 2003), hlm. 85-86.

28
Sanusi Bintang, Hukum Hak Cipta (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1998), hlm. 1.

24
Universitas Sumatera Utara

25

nyaman, seperti, misalnya, mesin atau teknologi. Mesin dan teknologi tidak
termasuk karya budaya karena sebagian besar berkaitan dengan pengembangan
peradaban di bidang teknologi dan karena itu hak-hak hukum yang melindunginya
terpisah dari hak cipta. 29
3. Jenis-jenis hak cipta
Ada dua jenis hak yang terkandung dalam UUHC, yakni hak moral (moral
rights) dan hak ekonomi (economic rights).Hak moral diatur dalam Pasal 24
sampai Pasal 26 UUHC.Di dalam penjelasan Undang-undang tersebut, hak moral
diartikan sebagai hak yang melekat pada diri pencipta atau pelaku yang tidak
dapat dihilangkan atau dihapus dengan alasan apapun, walaupun hak cipta atau
hak terkait telah dialihkan.Artinya, secara moral ciptaan tersebut tidak boleh ada
yang merusak ataupun mengubahnya dengan apapun, tanpa sepengetahuan dan

sepertujuan dari penciptanya.
Hak ekonomi diartikan sebagai hak untuk mendapatkan manfaat ekonomi
atas ciptaan serta produk dari hak terkait. Menurut Djumhana hak ekonomi
umumnya di setiap negara meliputi jenis hak:
1) Hak reproduksi atau penggandaan UUHC menyebutkan penggandaan
adalah proses, pembuatan, atau cara menggandakan suatu salinan ciptaan
dan/ atau fonogram atau lebih dengan cara dan dalam bentukapapun,
secara permanen atau sementara. Hak reproduksi ini juga mencakup
perubahan bentuk ciptaan satu ke ciptaan lainnya, misalnya rekaman

29

Tomatsu Hozumi, Asian Copyright Handbook Indonesian Version (Asia Pacific
Cultural Centre For Unesco dan Ikatan Penerbit Indonesia, 2004), hlm. 2.

25
Universitas Sumatera Utara

26

musik, pertunjukan drama, juga pembuatan duplikasi dalam rekaman suara
dan film.
2) Hak adaptasi
Adaptasi dalam UUHC adalah mengalihwujudkan suatu ciptaan menjadi
bentuk lain. Hak ini dapat berupa penerjemahan dari bahasa satu ke bahasa
lain, aransemen musik, dramatisasi dari nondramatik, mengubah menjadi
cerita fiksi dari karangan non fiksi, atau sebaliknya. Hak ini diatur baik
dalam Konvensi Berne maupun Konvensi Universal (Universal Copyright
Convention).
3) Hak distribusi
Hak distribusi adalah hak yang dimiliki pencipta untuk menyebarkan
kepada masyarakat setiap hasil ciptaannya. Penyebaran tersebut dapat
berupa bentuk penjualan, penyewaan, atau bentuk lain yang maksudnya
agar ciptaan tersebut dikenal oleh masyarakat.
4) Hak penampilan atau performance right
Hak untuk penyajian kuliah, pidato, khotbah, baik melalui visual atau
presentasi suara, juga menyangkut penyiaran film, dan rekaman suara pada
media televisi, radio dan tempat lain yang menyajikan tampilan tersebut.
Setiap orang atau badan yang menampilkan, atau mempertunjukkan
sesuatu karya cipta, harus meminta izin dari si pemilik hak performing
tersebut. Keadaan ini terasa menyulitkan bagi orang yang akan meminta
izin pertunjukan tersebut maka diadakan suatu lembaga yang mengurus
hakpertunjukan itu yang dikenal sebagai performing right society.

26
Universitas Sumatera Utara

27

5) Hak penyiaran atau broadcasting right
Hak untuk menyiarkan bentuknya berupa mentransmisikan suatu ciptaan
oleh peralatan kabel.Hak penyiaran ini meliputi penyiaran ulang dan
mentransmisikan ulang. Ketentuan hak ini telah diatur dalam Konvensi
Berne, maupun Konvensi Universal, juga konvensi tersendiri misalnya
Konvensi Roma 1961; dan Konvensi Brussel 1974 yang dikenal dengan
Relating on the Distribution Programme carrying Signals transmitted by
Satellite. Hanya saja di beberapa negara, hak penyiaran ini masih
merupakan cakupan dari hak pertunjukan.
6) Hak program kabel
Hak ini hampir sama dengan hak penyiaran hanya saja mentransmisikan
melalui kabel. Badan penyiaran televisi mempunyai suatu studio tertentu,
dari sana disiarkan program-program melalui kabel kepada pesawat para
pelanggan. Jadi siaran sudah pasti bersifat komersial.
7) Hak pinjam masyarakat atau public lending right
Hak ini dimiliki oleh pencipta yang karyanya tersimpan di perpustakaan,
yaitu dia berhak atas suatu pembayaran dari pihak tertentu karena karya
yang diciptakannya sering dipinjam oleh masyarakat dari perpustakaan
milik pemerintah tersebut. 30
3. Hak-hak yang berkaitan dengan hak cipta
Undang-Undang Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014 tidak saja melindungi
hak pencipta atau ciptaannya tetapi juga melindungi hak orang yang
30

Muhammd Djumhana dan R. Djubaedillah, Hak Milik Intelektual (Sejarah, Teori, dan
Praktiknya di Indonesia) (Bandung: Citra Aditya Bakti. 2003), hlm. 67

27
Universitas Sumatera Utara

28

mempertunjukkan atau dengan cara lain menyebarkan suatu ciptaan kepada
masyarakat luas. Hak ini dilekatkan kepada siapa saja yang memainkan peranan
yang penting dalam penyebaran sebuah karya kepada masyarakat luas. 31Hak ini
disebut juga dengan hak terkait.Pasal 20 UUHC menyebutkan bahwa hak terkait
meliputi:
a. Hak moral pelaku pertunjukkan;
b. Hak ekonomi pelaku pertunjukkan;
c. Hak ekonomi produser fonogram; dan
d. Hak ekonomi lembaga penyiaran.
Pelaku pertunjukan merupakan seorang atau beberapa orang yang secara
sendiri-sendiri atau bersama-sama menampilkan dan mempertunjukan suatu
ciptaan.Pelaku pertunjukkan mempunyai hak eksklusif untuk memperbanyak atau
menyiarkan pertunjukan. Pelaku pertunjukan ini di antaranya aktor, penyanyi,
pemusik,

penari,

mempertunjukkan,

atau

mereka

menyanyian,

yang

menampilkan,

menyampaikan,

memperagakan,

mendeklamasikan,

atau

memainkan suatu karya musik, drama, tari, sastra, foklor, atau karya seni lainnya.
Produser fonogram adalah orang atau badan hukum yang pertama kali
merekam dan memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan perekaman suara
atau perekaman bunyi, baik perekaman pertunjukan maupun perekaman suara
atau bunyi lain. Produser fonogram berhakuntuk memproduksi, memperbanyak
atau menyewakan karya rekaman suara atau rekaman bunyinya.

31

Ibid., hlm. 25.

28
Universitas Sumatera Utara

29

Lembaga penyiaran adalah penyelenggaran penyiaran, baik lembaga
penyiaran publik, lembaga penyiaran swasta, lembaga penyiaran komunitas
maupun lembaga penyiaran berlangganan yang dalam melaksanakan tugas,
fungsi,

dan

tanggung

jawabnya

sesuai

dengan

ketentuan

perundang-

undangan.Lembaga penyiaran berhak untuk membuat, memperbanyak, atau
menyiarkan karya siarannya sehingga dapat diterima oleh semua orang di lokasi
yang jauh dari tempat transmisi berasal.
Seperti hak cipta, hak terkait diakui secara otomatis tanpa prosedur
tertentu. Hak terkait juga dilindungi oleh konvensi internasional, seperti Konvensi
Internasional tentang Perlindungan Pelaku Pertunjukkan, Produser Rekaman, dan
Lembaga Penyiaran (International Convention for the Protection of Performers,
Producers of Phonograms, and Broadcasting Organization) dan Konvensi
tentang Perlindungan Produser Rekaman Suara terhadap Perbanyakan Rekaman
Suara tanpa Izin (Convention for the Protection of Producers of Phonogram
Againts Unauthorized Duplication of Their Phonograms). Hak Cipta dan hak
terhait dilindungi sendiri-sendiri dan karena itu perlu mendapat izin terpisah untuk
penggunaan masing-masing hak.Misalnya, bila diperbanyak sebuah rekaman
suara, harus meminta izin tidak saja dari pelaku pertunjukkan dan produser
rekaman suara (hak terkait), tetapi juga dari pengarang dan penulis lirik (hak
cipta). 32

32

Ibid.

29
Universitas Sumatera Utara

30

4. Ruang lingkup hak cipta
Ruang lingkup perlindungan hak cipta berdasarkan Pasal 40 ayat (1)
UUHC meliputi ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang
terdiri atas:
a. Buku, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis
lainnya;
b. Ceramah, kuliah, pidato dan ciptaan lain yang sejenis lainnya;
c. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan;
d. Lagu dan/atau musik dengan atau tanpa teks;
e. Drama atau drama musikal, tari, koreografi, perwayangan dan pantomim;
f. Karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi,
seni pahat, patung, atau kolase;
g. Karya seni terapan;
h. Karya arsitektur;
i. Peta;
j. Karya seni batik atau seni motif lain;
k. Karya fotografi;
l. Potret;
m. Karya sinematografi;
n. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi, aransemen,
modifikasi dan karya lain dari transformasi;
o. Terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi, atau modifikasi ekspresi
budaya tradisional;
p. Kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca
denganProgram Komputer maupun media lainnya;
q. Kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut merupakan
karya yang asli
Apabila dilihat rincian yang tertera di atas berdasarkan urutan 1 sampai 13,
karya-karya tersebut dapat dikualifikasikan sebagai ciptaan asli.Sedangkan pada
butir 14 sampai 17 merupakan pengolahan selanjutnya dari ciptaan-ciptaan asli.Di
mana ciptaan asli merupakan hasil karya yang secara murni dibuat oleh
penciptanya. Sedangkan pengolahan selanjutnya dari ciptaan-ciptaan asli adalah
pengalihwujudan dari ciptaan orang lain yang sudah ada sebelumnya.

30
Universitas Sumatera Utara

31

B. Pengaturan Hak Cipta di Indonesia
1. Pengaturan Hak Cipta dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang
Hak Cipta
Pengaturan hak cipta sudah lama dikenal dan dimiliki di Indonesia sebagai
hukum positif sejak zaman Hindia Belanda dengan berlakunya Auteurswet 1912.
Pada tahun 1982 ini kemudian disahkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982
tentang Hak Cipta sebagai pengganti Auteurswet 1912. Undang-undang ini
kemudian diganti dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 dan kemudian
diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1997 yang selanjutnya dicabut
dan diganti dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.
Undang-undang ini berlaku sampai tahun 2014, yang kemudian digantikan oleh
undang-undang hak cipta terbaru yaitu UUHC yang berlaku hingga saat ini.
Pengaturan yang berlaku bagi perlindungan hak cipta di Indonesia saat ini
adalah UUHC.Undang-undang ini disebutkan lebih memberi perlindungan bagi
para pencipta di Indonesia.Hal ini dapat dilihat dari pasal-pasal di dalamnya yang
lebih memberi kepastian hukum bagi pihak-pihak dalam hak cipta, terutama
pencipta.
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta sebelumnya
mengatur hak cipta dalam 78 Pasal, namun dalam UUHC 2014 telah dilakukan
perubahan dan penyempurnaan terhadap Pasal-Pasal dalam hak cipta, serta
penambahan pasal sehingga UUHC 2014 mengatur mengenai hak cipta dalam
Pasal 126.

31
Universitas Sumatera Utara

32

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta ini mengatur
lebih banyak mengenai defenisi, seperti adanya defenisi atas “fiksasi”,
“fonogram”, “penggandaan”, “royalti”, “Lembaga Manajemen

Kolektif”,

“pembajakan”, “penggunaan secara komersial”, “ganti rugi”, dan sebagainya.
UUHC membahas lebih detail isu yang sebelumnya telah dicantumkan dalam
undang-undang lama. Sebagai contoh, pembahasan hak ekonomi, hak cipta, dan
hak terkait diberi porsi 17 Pasal. Termasuk di dalamnya adalah ketentuan
mengenai kepemilikan hak ekonomi pencipta yang telah dijual putus sold flat
kepada pihak lain akan beralih kembali kepada pencipta setelah 25 tahun Pasal 18
UUHC dan ketentuan yang sama untuk performer lagu dan/atau musik yang telah
dijual hak ekonominya Pasal 30 UUHC 2014. 33
Penjelasan Umum UUHC 2014 ini menunjukkan bahwa secara garis besar
UUHC2014 memiliki perbedaan dengan undang-undang sebelumnya. Undangundang ini mengatur antara lain tentang: 34
a. Perlindungan hak cipta dilakukan dengan waktu lebih panjang;
b. Perlindungan yang lebih baik terhadap hak ekonomi para pencipta dan/atau
pemilik hak terkait, termasuk membatasi pengalihan hak ekonomi dalam
bentuk jual putus (sold flat);
c. Penyelesaian sengketa secara efektif melalui proses mediasi, arbitrase, atau
pengadilan sera penerapan delik aduan untuk tuntutan pidana;
33

Selvie Sinaga, “Catatan Terhadap UU Hak Cipta Baru”, Kompas,
http://print.kompas.com/2015/01/12/Catatan-terhadap-UU-Hak-Cipta-Baru (diakses tanggal 26
Maret 2016).
34
Letezia Tobing, S.H., “Ini Hlm Baru yang Diatur di UU Hak Cipta Pengganti UU No
19Tahun
2002”,
hukumonline.com,
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt54192d63ee29a/hlm
baru-yang-diatur-di-uu-hakciptapengganti-uu-no-19-tahun-2002 (diakses tanggal 26 Maret 2016).

32
Universitas Sumatera Utara

33

d. Pengelola tempat perdagangan bertanggungjawab atas tempat penjualan
dan/atau pelanggaran hak cipta dan/atau hak terkait di pusat tempat
perbelanjaan nyang dikelolanya;
e. Hak cipta sebagai benda bergerak tidak berwujud dapat dijadikan objek
jaminan fidusia;
f. Menteri diberi kewenangan untuk menghapus ciptaan yang sudah dicatatkan,
apabila ciptaan tersebut melanggar norma agama, norma susila, ketertiban
umum, pertahanan dan keamanan negara, serta ketentuan peraturan
perundang-undangan;
g. Pencipta, pemegang hak cipta, pemilik hak terkait menjadi anggota lembaga
manajemen kolektif agar dapat menarik imbalan atau royalti;
h. Pencipta dan/atau pemilik hak terkait mendapat imbalan royalti untuk ciptaan
atau produk hak terkait yang dibuat dalam hubungan dinas dan digunakan
secara komersial;
i. Lembaga manajemen kolektif yang berfungsi menghimpun dan mengelola hak
ekonomi pencipta dan pemilik hak terkait wajib mengajukan permohonan izin
operasional kepada menteri;
j. Penggunaan hak cipta dan hak terkait dalam sarana multimedia untuk
merespon perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.
Selain itu dalam UUHC 2014 Pasal 16 ayat (1) diatur juga tentang
pengalihan hak cipta dengan wakaf, dan dalam ayat (3) dikatakan bahwa hak cipta
adalah benda bergerak tidak berwujud yang dapat dijaminkan dengan jaminan
fidusia. Mengenai jangka waktu perlindungan hak cipta yang lebih panjang, dalam

33
Universitas Sumatera Utara

34

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta disebutkan bahwa
jangka waktu perlindungan hak cipta adalah selama hidup pencipta dan
berlangsung hingga 50 tahun setelah pencipta meninggal dunia, dan dalam UUHC
2014, masa berlaku hak cipta diperpanjang menjadi seumur hidup pencipta
ditambah 70 tahun setelah meninggal.
Hak cipta dalam UUHC terbagi atas dua jenis hak, yaitu hak ekonomi dan
hak moral. Hak moral pencipta tanpa batas waktu seperti yang dimaksudkan
dalam Pasal 57 ayat (1) UUHC 2014 adalah hak untuk tetap mencantumkan atau
tidak mencantumkan namanya pada salinan sehubungan dengan pemakaian
ciptaannya untuk umum; menggunakan nama aslinya atau nama samarannya;
mempertahankan haknya dalam hal terjadi distorsi ciptaan, mutilasi ciptaan,
modifikasi ciptaan, atau hal yang bersifat merugikan kehormatan diri atau
reputasinya, berlaku tanpa batas waktu. Sedangkan hak moral pencipta yang
berjangka waktu sebagaimana yang dimaksudkan dalam ayat (2) adalah hak untuk
mengubah ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat; dan mengubah
judul dan anak judul ciptaan, berlaku selama berlangsungnya jangka waktu hak
cipta atas ciptaan yang bersangkutan.
Undang-undang ini juga mengatur dalam Pasal 58 bahwa untuk hak
ekonomi atas ciptaan, perlindungan hak cipta berlaku selama hidup pencipta dan
terus berlangsung selama 70 tahun setelah pencipta meninggal dunia, terhitung
mulai 1 Januari tahun berikutnya. Jika dimiliki oleh badan hukum, maka berlaku
selama 50 tahun sejak pertama kali dilakukan pengumuman.

34
Universitas Sumatera Utara

35

Pasal 58 ayat (1) UUHC 2014 diatur juga bahwa perlindungan dalam Pasal
tersebut hanya berlaku bagi ciptaan berupa: 35
a. Buku, pamphlet, dan semua hasil karya tulis lainnnya;
b. Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan sejenis lain;
c. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu
pengetahuan;
d. Lagu atau musik dengan atau tanpa teks;
e. Drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomime;
f. Karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran,
kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase;
g. Karya arsitektur;
h. Peta; dan
i. Karya seni batik atau seni motif lain.
Namun dalam Pasal 59 ayat (1) UUHC 2014 diatur bahwa ciptaan
berupa: 36
a. Karya fotografi;
b. Potret;
c. Karya sinematografi;
d. Permainan video;
e. Program komputer;
f. Perwajahan karya tulis;

35
36

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, Bab IX, Pasal 58.
Ibid., Pasal 59.

35
Universitas Sumatera Utara

36

g. Terjemahan, tafsiran, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi,
aransemen, modifikasi, dan karya lain dari hasil transformasi;
h. Terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi, atau modifikasi ekspresi
budaya tradisional;
i. Kompilasi ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca dengan
program komputer atau media lainnya; dan
j. Kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut
merupakan karya yang asli; berlaku selama 50 tahun sejak pertama kali
diumumkan.
Ciptaan berupa karya seni terapan, perlindungan hak cipta berlaku selama
25 tahun sejak pertama kali diumumkan. Hal lain yang diatur dalam
undangundang ini adalah adanya larangan bagi pengelola tempat perdagangan
untuk membiarkan penjualan dan/atau penggandaan barang hasil pelanggaran hak
cipta dan/atau hak terkait di tempat perdagangan yang dikelolanya. Menurut Pasal
114 UUHC 2014 pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 10 UUHC 2014 tersebut
dijatuhi pidana denda paling banyak Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
Pengelolaan hak ekonomi dalam hak cipta diatur dalam undang-undang ini
yaitu dalam Pasal 1 angka (22) UUHC 2014 yang menyebutkan adanya Lembaga
Manajemen Kolektif yang merupakan suatu institusi yang berbentuk badan
hukum nirlaba yang diberi kuasa oleh pencipta pemegang hak cipta, dan/atau
pemilik hak terkait guna mengelola hak ekonominya dalam bentuk menghimpun
dan mendistribusikan royalti.

36
Universitas Sumatera Utara

37

Perbaikan dan penyempurnaan dalam UUHC 2014 ini bertujuan untuk
memberi perlindungan yang lebih baik terhadap pencipta dan kepada pihak-pihak
lainnya, seperti adanya kepastian hukum sebagai jaminan terhadap hak-hak
masing-masing pihak dalam hak cipta. Tujuan ini tentu akan tercapai jika
dilaksanakan secara benar dan tepat oleh seluruh pihak dengan adanya kesadaran
dari setiap pihak akan keberadaan undang-undang ini sebagai payung hukum bagi
perlindungan hak cipta di Indonesia.
2. Implementasi Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta
dalam Memberi Perlindungan Hukum bagi Pencipta
Hukum berfungsi sebagai alat perlindungan kepentingan manusia, agar
kepentingan

manusia

itu

terlindungi,

sehingga

hukum

harus

dilaksanakan.Pelaksanaan hukum dapat berlangsung secara normal, damai, tetapi
dapat juga dapat terjadi karena pelanggaran hukum.Dalam hal ini, hukum yang
telah dilanggar itu harus ditegakkan.Melalui penegakan hukum inilah hukum itu
menjadi kenyataan. 37
Perlindungan hukum terhadap hak cipta sesungguhnya merupakan
pengakuan terhadap hak eksklusif, yaitu hak untuk menikmati sendiri manfaat
ekonomi

pada

ciptaan,

dengan

mengecualikan

orang

lain

yang

tanpapersetujuannya untuk turut menikmatinya. Hukum melindungi monopoli
serupa itu dan mencegah orang lain mengambil manfaat dari ciptaannya secara
tidak adil.

37

Otto Hasibuan, Hak Cipta Di Indonesia, Tinjauan Khusus Hak Cipta Lagu,
Neighbouring Rights, dan Collecting Society (Bandung : Alumni, 2008), hlm. 250.

37
Universitas Sumatera Utara

38

Pencipta dapat menikmati sendiri hasil jerih payahnya tanpa gangguan
apapun yang dapat merugikan kepentingannya dengan monopoli.Kekuatan
proteksi monopoli itu yang diharapkan menjadi insentif untuk memacu kreativitas
dan berkembangnya daya inovasi masyarakat, sehingga dapat melahirkan
ciptaanciptaan baru yang lebih banyak dan beragam.
Setidaknya ada beberapa alasan mengapa begitu pentingnya bagi seluruh
pihak di Indonesia untuk memberi perhatian serius terhadap hak cipta, yaitu: 38
a. Hak cipta mengandung budaya berpikir rasional, budaya berpikir kreatif,
budaya bekerja dan berkarya, dan budaya menghormati karya atau jerih payah
orang lain. Macam-macam budaya itu sangat diperlukan jika ingin
membangun masyarakat atau negara maju.
b. Perkembangan dunia telah memasuki babak baru bahwa barang-barang yang
memiliki kekayaan intelektual umumnya dan ber-hak cipta khususnya sudah
menjadi komoditi yang bernilai tinggi secara ekonomi. Semakin banyak
negara

menghasilkan

barang ber-hak

cipta

semakin

besar peluang

meningkatkan devisa negara. Pada masa sekarang maupun yang akan datang,
Indonesia tidak dapat lagi hanya mengandalkan komoditi ekspor yang
bersumber dari (hasil) alam. Sumber daya alam itu terbatas dan suatu saat
akan habis.
c. Lahirnya WTO yang diikuti dengan TRIPs merupakan genderang persaingan
bebas, bahkan pertarungan satu lawan satu antarnegara, dan secara riil
adalahpersaingan antarmanusia. Kecerdasan, kreativitas, dan kecepatan

38

Ibid, hlm. 261.

38
Universitas Sumatera Utara

39

bertindak manusia adalah kunci memenangkan persaingan. Apabila bangsa
kita tetap tidak concern dengan budaya hak cipta, selamanya budaya mencipta
(yang membutuhkan kecerdasan, kreativitas, dan kecepatan bertindak) tidak
akan berkembang di Indonesia. Jika budaya mencipta tidak berkembang,
seterusnya bangsa Indonesia hanya menjadi pembeli atau konsumen produkproduk asing (Eropa, Amerika, Jepang, Korea, dan lain-lain) seperti selama
ini.
Munculnya UUHC 2014 merupakan suatu penyempurnaan yang dilakukan
terhadap undang-undang sebelumnya.Tujuan dari penyempurnaan ini tentunya
diarahkan pada perlindungan yang lebih baik yang diberikan terhadap pencipta
dan ciptaannya.Perkembangan yang semakin pesat dalam bidang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni dan sastra menimbulkan kebutuhan akan adanya
peningkatan perlindungan dan jaminan kepastian hukum bagi pencipta, pemegang
hak cipta, dan juga pemilik hak terkait. Turut sertanya Indonesia dalam berbagai
perjanjian internasional di bidang hak cipta dan hak terkait juga mendorong
Indonesia untuk mengaplikasikannya secara lebih lanjut dalam sistem hukum
nasional, agar para pencipta dan kreator nasional mampu berkompetisi dalam
jangkauan internasional
Hal ini juga termasuk dalam beberapa latar belakang lahirnya UUHC 2014
menggantikan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.Dari
penjelasan tersebut dapat dilihat bahwa tujuan dari lahirnya undang-undang
tersebut secara nyata adalah untuk memberi perlindungan yang lebih baikterhadap
pencipta.Hal ini dapat dilihat dari pasal-pasal dalam undang-undang tersebut yang

39
Universitas Sumatera Utara

40

menunjukkan keseriusan perlindungan yang diberikan terhadap pencipta,
pemegang hak cipta dan pemilik hak terkait.
Implementasi dari UUHC 2014 belum banyak yang dapat dilihat secara
nyata dalam penegakan hukum di Indonesia.Hal ini disebabkan undang-undang
ini masih baru diberlakukan sejak akhir tahun 2014.Namun secara teori dapat
dilihat gambaran dari pemberlakuan undang-undang ini dalam melindungi hakhak
para pihak dalam hak cipta di Indonesia.Terdapat beberapa perubahan dalam
UUHC 2014 antara lain adanya perlindungan hak ekonomi dan hukum pencipta
serta industri teknologi informasi dan komunikasi, dimana pada undang-undang
terdahulu masalah hak ekonomi diletakan pada bagian umum penjelasan. Sedang
dalam UUHC 2014 ini, hak ekonomi pencipta atau pemegang hak cipta diatur
dalam Pasal khusus yakni Pasal 8-11 UUHC 2014, hak ekonomi atas potret dalam
Pasal 12-15 UUHC 2014 yang pengalihannya diatur dalam Pasal 16-19 UUHC
2014.
Demikian dalam jangka perlindungan, juga mengalami perubahan yang
signifikan dimana dalam UUHC 2014 diberikan seumur hidup dan 70 tahun
sesudah meninggal, sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002
tentang Hak Cipta hanya diberikan tambahan selama 50 tahun setelah
meninggal. 39Implementasi dari Pasal ini tentunya akan memberikan dampak
positif bagi pencipta, dimana pencipta lebih dihargai dengan adanya

39

“UU Hak Cipta Baru”, Trendmark Konsultan Hak Kekayaan Intelektual, Implementasi
dari pasal ini tentunya akan memberikan dampak positif bagi pencipta, dimana pencipta lebih
dihargai dengan adanya perpanjangan http://www.trendmark.web.id/p/uu-hak-cipta-baru.html
(diakses tanggal 2 Maret 2016).

40
Universitas Sumatera Utara

41

perpanjanganwaktu perlindungan. Sehingga baik pencipta maupun keturunannya
nanti masih dapat menikmati hak-hak atas ciptaannya.
Pendaftaran ciptaan yang dulunya diatur dalam Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta kini diatur dalam UUHC 2014 dengan istilah
pencatatan. Dalam hal ini setiap ciptaan sudah dilindungi secara otomatis, namun
penting bagi para pencipta atau pemegang hak cipta untuk mencatatkan
ciptaannya, agar memiliki bukti yang sah jika dikemudian hari terjadi
permasalahan atau sengketa menyangkut hak cipta tersebut. Tata cara pencatatan
hak cipta diatur dalam Pasal 66 sampai Pasal 73 UUHC 2014.
Selain mengenai pencatatan diatur juga mengenai hapusnya kekuatan
hukum pencatatan dalam UUHC 2014. Dalam Pasal 74 UUHC 2014 disebutkan
sebab-sebab terjadinya penghapusan kekuatan hukum pencatatan ciptaan dan hak
terkait, yaitu: 40
1. permintaan orang atau badan hukum yang namanya tercatat sebagai pencipta,
pemegang hak cipta, atau pemilik hak terkait;
2. lampaunya waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58, Pasal 59, Pasal 60
ayat (2) dan ayat (3), dan Pasal 61;
3. putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap mengenai
pembatalan pencatatan ciptaan atau produk hak terkait; atau
4. melanggar norma agama, norma susila, ketertiban umum, pertahanan dan
keamanan negara, atau peraturan per undang-undangan yang penghapusannya
dilakukan oleh menteri.

40

Pasal 74 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.

41
Universitas Sumatera Utara

42

Undang-undang hak cipta ini juga melindungi pencipta dalam hal terjadi
jual putus (sold flat) yaitu dalam Pasal 18 UUHC. Ciptaan buku, dan/atau semua
hasil karya tulis lainnya, lagu dan/atau musik dengan atau tanpa teks yang
dialihkan dalam perjanjian jual putus dan/atau pengalihan tanpa batas waktu, hak
ciptanya beralih kembali kepada pencipta pada saat perjanjian tersebut mencapai
jangka waktu 25 tahun. Hal tersebut juga berlaku bagi karya pelaku pertunjukan
berupa lagu dan/atau musik yang dialihkan dan/atau dijual hak ekonominya, hak
ekonomi tersebut beralih kembali kepada pelaku pertunjukan setelah jangka
waktu 25 tahun, yang diatur dalam Pasal 30. Pemberlakuan dari pasal ini memberi
jaminan perlindungan bagi pencipta yang menjual ciptaannya untuk memperoleh
kembali hak ciptanya secara otomatis setelah 25 tahun.
Bentuk perlindungan lainnya dapat dilihat dalam hal penyelesaian
sengketa hak cipta. Dalam BAB XIV tentang Penyelesaian Sengketa, Pasal 95
ayat (1) UUHC 2014 disebutkan bahwa: "Penyelesaian sengketa hak cipta dapat
dilakukan melalui alternatif penyelesaian sengketa, arbitrase, atau pengadilan".
Berdasarkan pada Pasal 95 ayat (1) UUHC 2014 tersebut, bahwa upaya
penyelesaian sengketa hak cipta bisa dilakukan melalui alternatif penyelesaian
sengketa dan arbritase sebelum ke pengadilan. Pasal ini merupakan terobosan
baru didalam UUHC 2014. Selain itu juga bahwa untuk penyelesaian hak cipta
yang salah satu pihaknya berada di luar negeri, diakomodir ketentuan
penyelesainnya didalam Pasal 95 ayat (4) UUHC 2014, yang berbunyi: "Selain
pelanggaran hak cipta dan/atau hak terkait dalam bentuk pembajakan, sepanjang
para pihak yang bersengketa diketahui keberadaannya dan/atau berada di wilayah

42
Universitas Sumatera Utara

43

NegaraKesatuan

Republik

Indonesia

harus

menempuh

terlebih

dahulu

penyelesaian sengketa melalui mediasi sebelum melakukan tuntutan pidana".
Selain itu, setiap pencipta, pemegang hak cipta dan pemilik hak terkait
bisa juga mengajukan gugatan ganti rugi melalui Pengadilan Niaga atas
pelanggaran hak cipta atau produk terkait.Ketentuan tentang ganti rugi ini
disebutkan didalam Pasal 99 ayat (1) UUHC 2014. Menurut ketentuan Pasal 99
ayat (2) UUHC 2014 disebutkan bahwa: "Gugatan ganti rugi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat berupa permintaan untuk menyerahkan seluruh atau
sebagian penghasilan yang diperoleh dari penyelenggaraan ceramah, pertemuan
ilmiah, pertunjukan atau pameran karya yang merupakan hasil pelanggaran hak
cipta atau produk hak terkait". Selain itu juga pencipta, pemilik hak cipta dan
pemegang hak terkait juga bisa bisa mengajukan putusan sela kepada pengadilan
niaga. 41
Penjabaran tersebut menunjukkan kembali bahwa perubahan dan
penyempurnaan yang dilakukan terhadap UUHC di Indonesia telah menciptakan
suatu perlindungan dan kepastian hukum yang lebih baik bagi pencipta
Indonesia.Hal ini dapat semakin baik jika diterapkan secara benar dalam
penegakan hukum di Indonesia, terutama dalam bidang hak cipta.Sebab untuk
menjamin terciptanya suatu suasana hukum yang baik, tidak hanya dibutuhkan
undang-undang yang mengaturnya saja, tetapi juga kerjasama antara pemerintah,
penegak hukum dan masyarakat dalam mewujudkannya.

41

News Detail, “Ketentuan Pidana Dan Penyelesaian Sengketa Hak Cipta Menurut UU
Hak
Cipta
No.
28
Tahun
2014”,
Acemark
Intellectual
Property,http://acemarkip.com/id/news_detail.aspx?ID=116&URLView=default.aspx
(diakses
tanggal 29 Maret 2016).

43
Universitas Sumatera Utara

44

Masyarakat Indonesia sendiri pun masih sangat rendah pemahamannya
terhadap hak cipta khususnya dan kekayaan intelektual umumnya, terbukti bahwa
kebanyakan orang tidak merasa bersalah menjual maupun membeli produk hasil
bajakan.Penjual buku bajakan, kaset atau CD bajakan mungkin banyak yang sadar
bahwa perbuatannya dilarang hukum.Akan tetapi, tidak demikian halnya dengan
para pembeli karena memang undang-undang tidak spesifik melarang orang
membeli barang bajakan.Hanya saja, langsung atau tidak langsung, banyaknya
peminat barang bajakan itulah yang membuat maraknya produksi dan penjualan
barang bajakan. Kalau saja masyarakat sadar nilai sebuah ciptaan sehingga merasa
bersalah jika membeli barang bajakan, hal itu sangat efektif menekan bahkan
mungkin menghentikan eksploitasi ciptaan orang lain oleh orang-orang yang
hanya mementingkan diri sendiri. 42
Masyarakat seringkali mengalaskan kurangnya kemampuan ekonomi yang
mengharuskan mereka menjual dan membeli barang bajakan.Hal ini dikarenakan
harga barang bajakan jauh berada dibawah harga barang asli,bahwa perbaikan
ekonomi rakyat harus dilakukan oleh pemerintah dan perekonomian rakyat yang
sulit mempengaruhi meningkatnya tingkat kejahatan, itu benar.Pemimpinpemimpin pemerintahan memang perlu menyadari bahwa dengan himbauan saja
supaya rakyat menaati hukum, sementara kepedulian mereka terhadap kehidupan
ekonomi rakyat yang sangat rendah, tidak ada artinya.Penegakan hukum

42

Otto Hasibuan, Op. Cit. hlm. 255.

44
Universitas Sumatera Utara

45

yangkonsisten haruslah sejalan dengan pembangunan seluruh aspek kehidupan
masyarakat. 43
Hal yang juga menjadi persoalan pokok menyangkut pelaksanaan hukum
hak cipta adalah kultur dan paradigma masyarakat. Dalam pandangan kultur atau
budaya, dalam pandangan tradisional yang sampai sekarang belum sepenuhnya
pupus adalah bahwa suatu ciptaan oleh masyarakat dianggap sebagai milik
bersama dan kalaupun ada pengakuan individu terhadap ciptaan, tetapi bentuknya
lebih menonjolkan segi moral hak cipta daripada nilai ekonomisnya. Selain itu ada
juga realitas yang menunjukkan dimana masyarakat umumnya tidak memandang
kejahatan hak cipta sebagai kejahatan, atau dianggap tidak terlalu jahat.Sangat
berbeda misalnya dalam pandangan masyarakat tentang kejahatan pencurian jika
dibandingkan dengan kejahatan hak cipta.
Penegakan hukum dalam perlindungan hak cipta ini sangat diperlukan.
Oleh sebab itu, agar hukum ditegakkan sebagaimana mestinya, sosialisasi yang
mendasar dan sistematis harus dilakukan dalam dua tahap:
a. Pengetahuan hak cipta perlu masuk dalam kurikulum sekolah mulai dari
sekolah dasar sampai perguruan tinggi;
b. Sosialisasi hak cipta kepada segenap aparat penegak hukum, mulai dari polisi,
jaksa, hakim, dan advokat perlu dilakukan secara intensif. Kalau pemerintah
memiliki kemauan politik yang kuat untuk menegakkan hukum hak cipta,
langkah-langkah pembaharuan tidak dapat sekadar mengutak-atik rumusan
undang-undang atau melakukan razia secara insidentil. Yang lebih

43

Ibid, hlm. 256.

45
Universitas Sumatera Utara

46

pentingadalah, melakukan upaya sistematis untuk mengubah budaya dan
paradigma berpikir masyarakat dan penegak hukum. 44
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta ini sudah
memberi

perlindungan

dan

kepastian

hukum

yang

lebih

baik

bagi

pencipta.Namun, diperlukan kerjasama yang baik antara pemerintah, penegak
hukum maupun masyarakat dalam menerapkannya di dalam praktek hukum di
Indonesia.
Implementasi yang benar dari undang-undang tersebut yang dilakukan
oleh seluruh pihak akan mempermudah tercapainya tujuan pembuatan
undangundang ini. Sehingga pencipta, pemegang hak cipta, dan pemilik hak
terkait semakin terjamin kepastian hukumnya. Hal ini juga diharapkan akan
memberi pengaruh yang baik pula, dimana para pencipta akan semakin giat
berkarya dan menghasilkan ciptaan-ciptaan yang lebih baik lagi tanpa takut akan
kehilangan hak-haknya di kemudian hari.

C. Bentuk-bentuk Pelanggaran Hak Cipta
Pengajuan tuntutan hak cipta dapat dilakukan secara pidana.UndangUndang Hak Cipta telah merumuskan perbuatan-perbuatan yang dikategorikan
sebagai tindak pidana hak cipta.Semula tindak pidana hak cipta ini merupakan
delik aduan, tetapi kemudian diubah menjadi delik biasa.Dengan dijadikan delik
biasa, penindakan dapat segera dilakukan tanpa perlu menunggu adanya
pengaduan dari pemegang hak cipta yang haknya dilanggar.Sebaliknya, dengan
menjadi delik aduan, penindakannya semata-mata didasarkan pada adanya
44

Ibid, hlm. 259

46
Universitas Sumatera Utara

47

pengaduan dari pencipta atau pemegang hak cipta yang merasa dirugikan,
sehingga penegakan hukumnya menjadi kurang efektif.Selain itu, ancaman
pidananya pun diperberat guna lebih melindungi pemegang hak cipta dan
sekaligus memungkinkan dilakukan penahanan sebagaimana diatur dalam
KUHAP.
Umumnya pelanggaran hak cipta dilakukan untuk mencari keuntungan
finansial secara cepat dengan mengabaikan kepentingan para pencipta dan
pemegang izin hak cipta. Perbuatan para pelaku jelas melanggar fatsun hukum
yang menentukan agar setiap orang dapat mematuhi, menghormati, dan
menghargai hak-hak orang lain dalam hubungan keperdataan termasuk penemuan
baru sebagai ciptaan orang lain yang diakui sebagai hak milik oleh ketentuan
hukum. 45
Faktor-faktor yang mempengaruhi warga masyarakat untuk melanggar
kekayaan intelektual menurut Lubis antara lain adalah : 46
a. Pelanggaran kekayaan intelektualdilakukan untuk mengambil jalan pintas
guna mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dari pelanggaran
tersebut;
b. Para pelanggar menganggap bahwa sanksi hukum yang dijatuhkan oleh
pengadilan selama ini terlalu ringan bahkan tidak ada tindakan preventif
maupun represif yang dilakukan oleh para penegak hukum;

45

http://buletinlitbang.dephan.go.id/index.asp?vnomor=14&mnorutisi=9
tanggal 19 Maret 2016).
46
Ibid.

(diakses

pada

47
Universitas Sumatera Utara

48

c. Ada sebagian warga masyarakat sebagai pencipta yang bangga apabila hasil
karyanya ditiru oleh orang lain, namun hal ini sudah mulai hilang berkat
adanya peningkatan kesadaran hukum terhadap kekayaan intelektual.
d. Dengan melakukan pelanggaran, pajak atas produk hasil pelanggaran tersebut
tidak perlu dibayar kepada pemerintah; dan
e. Masyarakat tidak memperhatikan apakah barang yang dibeli tersebut asli atau
palsu, yang penting bagi mereka harganya murah dan terjangkau dengan
kemampuan ekonomi.
Dampak dari kegiatan tindak pidana hak cipta tersebut telah sedemikian
besarnya merugikan terhadap tatanan kehidupan bangsa di bidang ekonomi,
hukum dan sosial budaya. Di bidang sosial budaya, misalnya dampak semakin
maraknya pelanggaran hak cipta akan menimbulkan sikap dan pandangan bahwa
pembajakan sudah merupakan hal yang biasa dalam kehidupan masyarakat dan
tidak lagi merupakan tindakan melanggar undang-undang (wet/delicten).
Pelanggaran hak cipta selama ini lebih banyak terjadi pada negara-negara
berkembang (developing countries) karena ia dapat memberikan keuntungan
ekonomi yang tidak kecil artinya bagi para pelanggar (pembajak) dengan
memanfaatkan kelemahan system pengawasan dan pemantauan tindak pidana hak
cipta.
Harus diakui, upaya pencegahan dan penindakan terhadap pelanggaran hak
cipta selama ini belum mampu membuat jera para pembajak untuk tidak
mengulangi

perbuatannya,

karena

upaya

penanggulangannya

tidak

optimal.Bentuk-bentuk pelanggaran hak cipta antara lain berupa pengambilan,

48
Universitas Sumatera Utara

49

pengutipan, perekaman, pertanyaan, dan pengumuman sebagian atau seluruh
ciptaan orang lain dengan cara apapun tanpa izin pencipta/pemegang hak cipta,
bertentangan dengan undang-undang atau melanggar perjanjian. Dilarang undangundang artinya undang-undang hak cipta tidak memperkenankan perbuatan itu
dilakukan oleh orang yang tidak berhak, karena tiga hal yakni : 47
a. Merugikan pencipta/pemegang hak cipta, misalnya memfotokopi sebagian
atau seluruhnya ciptaan orang lain kemudian dijualbelikan kepada masyarakat
luas ;
b. Merugikan kepentingan negara, misalnya mengumumkan ciptaan yang
bertentangan dengan kebijakan pemerintah di bidang pertahanan dan
keamanan atau ;
c. Bertentangan

dengan

ketertiban

umum

dan

kesusilaan,

misalnya

memperbanyak dan menjual video compact disc (VCD) porno.
Melanggar perjanjian artinya memenuhi kewajiban tidak sesuai dengan isi
kesepakatan yang telah disetujui oleh kedua belah pihak, misalnya dalam
perjanjian penerbitan karya cipta disetujui untuk dicetak sebanyak 2000
eksemplar, tetapi yang dicetak/diedarkan di pasar adalah 4000 eksemplar.
Pembayaran royalty kepada pencipta didasarkan pada perjanjian penerbitan, yaitu
2000 eksemplar bukan 4000 eksemplar.Ini sangat merugikan bagi pencipta.
Pelanggaran hak cipta menurut ketentuan Ikatan Penerbit Indonesia
(IKAPI) pada tanggal 15 Februari 1984 dapat dibedakan dua jenis, yakni : 48

47
48

Ibid.
Ibid.

49
Universitas Sumatera Utara

50

a. Mengutip sebagian ciptaan orang lain dan dimasukkan ke dalam ciptaan
sendiri seolah-olah ciptaan sendiri atau mengakui ciptaan orang lain
seolaholah ciptaan sendiri. Perbuatan ini disebut palgiat atau penjiplakan
yangdapat terjadi antara lain pada karya cipta berupa buku, lagu, dan notasi
lagu, dan;
b. Mengambil ciptaan orang lain untuk diperbanyak dan diumumkan
sebagaimana yang aslinya tanpa mengubah bentuk isi, pencipta, dan
penerbit/perekam. Perbuatan ini disebut dengan piracy (pembajakan) yang
banyak dilakukan pada ciptaan berupa buku, rekaman audio/video seperti
kaset lagu dan gambar (VCD), karena menyangkut dengan masalah a
commercial scale.
Pembajakan terhadap karya orang lain seperti buku dan rekaman adalah
salah satu bentuk dari tindak pidana hak cipta yang dilarang dalam UUHC.
Pekerjaannya liar, tersembunyi, dan tidak diketahui orang banyak apalagi oleh
petugas penegak hukum dan pajak.Pekerjaan tersembunyi ini dilakukan untuk
menghindarkan diri dari penangkapan pihak kepolisian. Para pembajak tidak akan
mungkin menunaikan kewajiban hukum untuk membayar pajak kepada negara
sebagaimana layaknya warga negara yang baik. Pembajakan merupakan salah satu
dampak negatif dari kemajuan iptek di bidang grafika dan elektronika yang
dimanfaatkan secara melawan hukum (ilegal) oleh mereka yang ingin mencari
keuntungan dengan jalan cepat dan mudah.

50
Universitas Sumatera Utara

51

Pasal 72 UU No.19 Tahun 2002 menentukan pula bentuk perbuatan
pelanggaran hak cipta sebagai delik undang-undang (wet delict) yang dibagi tiga
kelompok, yakni : 49
1. Dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan, memperbanyak suatu ciptaan
atau memberi izin untuk itu. Termasuk perbuatan pelanggaran ini antara lain
melanggar larangan untuk mengumumkan, memperbanyak atau memberi izin
untuk itu setiap ciptaan yang bertentangan dengan kebijaksanaan pemerintah
di bidang pertahanan dan keamanan negara, kesusilaan, dan ketertiban umum;
2. Dengan sengaja memamerkan, mengedarkan atau menjual kepada umum
suatu ciptaan atau barang-barang hasil pelanggaran hak cipta. Termasuk
perbuatan pelanggaran ini antara lain penjualan buku dan VCD bajakan;
3. Dengan sengaja dan tanpa hak memperbanyak penggunaan untuk kepentingan
komersial suatu program komputer.
Berdasarkan ketentuan Pasal 72 tersebut, ada dua golongan pelaku
pelanggaran hak cipta yang dapat diancam dengan sanksi pidana.Pertama, pelaku
utama adalah perseorangan maupun badan hukum yang dengan sengaja melanggar
hak cipta atau melanggar larangan undang-undang.Termasuk pelaku utama ini
dalah penerbit, pembajak, penjiplak, dan pencetak.Kedua, pelaku pembantu
adalah pihak-pihak yang menyiarkan, memamerkan atau menjual kepada umum
setiap ciptaan yang diketahuinya melanggar hak cipta atau melanggar larangan
UUHC. Termasuk pelaku pembantu ini adalah penyiar, penyelenggara pameran,

49

Undang-Undang No.19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta, Pasal 72.

51
Universitas Sumatera Utara

52

penjual,

dan

pengedar

yang

menyewakan

setiap

ciptaan