Re-Desain Stasiun Pulo Brayan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Terminologi Judul
Re-desain Stasiun Pulo Brayan terdiri dari enam kata dengan makna masing-masing:


Re

: sekali lagi atau kembali.



Desain

: kerangka bentuk atau rancangan.




Stasiun

: tempat untuk menaikkan dan menurunkan penumpang
yang menggunakan jasa transportasi.



Pulo Brayan : kawasan yang terletak di Koordinat: 3°37’54N
98°40’13”E Kelurahan Pulo Brayan, Kecamatan Medan Timur dan
Medan Barat, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara, Indonesia.
Dari pengertian di atas, maka disimpulkan bahwa Re-desain Stasiun Pulo Brayan

adalah proses pembaruan rancangan tempat menaikkan dan menurunkan penumpang yang
menggunakan jasa transportasi kereta api di kawasan yang terletak pada Koordinat: 3°37’54N
98°40’13”E, Kelurahan Pulo Brayan, Kecamatan Medan Timur dan Medan Barat, Kota
Medan, Provinsi Sumatera Utara, Indonesia.

2.2.

Lokasi

Lokasi adalah letak atau tempat dimana fenomena geografi terjadi. Konsep lokasi

dibagi menjadi dua yaitu lokasi absolut dan lokasi relative. Lokasi absolut adalah letak atau
tempat yang dilihat dari garis lintang dan garis bujur (garis astronomis). Lokasi kawasan berada
di Koordinat: 3°37’54N 98°40’13”E, Kelurahan Pulo Brayan, Kecamatan Medan Timur dan
Medan Barat, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Secara astronomis, Propinsi
Sumatera Utara terletak di koordinat antara 1°-4° Lintang Utara dan antara 98°-100° Bujur
Timur.

8
Universitas Sumatera Utara

INDONESIA

ALTERNATIF SITE

SUMATERA

KEC. MEDAN TIMUR


MEDAN

SITE TERPILIH
Gambar 2.1 Kecamatan Pulo Brayan
Sumber : google earth peta kota medan, 2016

2.2.1. Kriteria pemilihan lokasi
Lokasi penelitian dipilih berdasarkan kriteria-kriteria berikut :
a. Tinjauan terhadap Struktur Kota
Berada di kawasan pusaka kolonial yang merupakan daerah sejarah Pulo Brayan.
Berada di Jalan Cemara dan Jalan Yos Sudarso Medan. Dalam pemilihan lokasi
perancangan untuk Re-Desain Stasiun Pulo Brayan perlu memperhatikan Rencana

9
Universitas Sumatera Utara

Umum Tata Ruang Kota Medan (RUTRK). Pemilihan lokasi haruslah sesuai dengan
kebijakan pemerintah terhadap peruntukan lahan itu sendiri.

Tabel 2.1 Rencana Sistem Pusat Pemukiman Kawasan Perkotaan Mebidangro

No

Kawasan

Pusat Kegiatan

1

Kawasan

a. Pusat pemerintahan provinsi;

Perkotaan

b. Pusat pemerintahan kota dan/atau kecamatan;

Inti Medan

c. Pusat perdagangan dan jasa skala internasiona,
nasional dan regional;

d. Pusat pelayanan pendidikan tinggi
e. Pusat pelayanan olah raga skala internasional,
nasional dan regional;
f. Pusat pelayanan kesehatan skala internasional,
nasional dan regional;
g. Pusat kegiatan industri kreatif
h. Pusat kegiatan industri manufaktur;
i. Pusat kegiatan industri hilir pengelolaan hasil
sektor unggulan perkebunan, perikanan dan
kehutanan;
j. Pusat

pelayanan

sistem angkutan

umum

penumpang dan angkutan barang regional;
k. Pusat pelayanan transportasi laut internasional dan

nasional;
l. Pusat pelayanan transportasi udara internasional
dan nasional;
m. Pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara;
n. Pusat kegiatan pariwisata; dan
o. Pusat kegiatan pertemuan, pameran dan sosial
budaya.
Sumber : Mebidangro, 2011

10
Universitas Sumatera Utara

b. Pencapaian
Dapat diakses melalui jalan fly over Pulo Brayan atau Jalan umum seperti Jl. Yos
Sudarso dan Jl. Cemara dengan kendaraan pribadi dan kendaraan umum.
Pencapaian dari Medan kota ke pulo brayan bengkel menggunakan kereta api :


Dari Stasiun Medan jarak 4,65 km ± 16 menit




Dari Stasiun Bandara Kualanamu 4 km ± 43 menit



Dari Stasiun Belawan 21,6 km ± 1 jam 12 menit

Pencapaian dari Medan kota ke pulo brayan bengkel menggunakan mobil :


Dari Jl. Perintis Kemerdekaan 4,7 km ± 37 menit



Dari Jl. Tol Balmera 43 km ±52 menit



Dari Jl. Batang Kuis dan Tol Balmera 40,4 km ± 1 jam




Dari Jl. Perjuangan 30,7 km ±1 jam 2 menit

BINJAI ± 50 menit

SITE

KUALANAMU ± 50
menit

DANAU TOBA ± 6
jam

MEDAN KOTA ± 50
menit

TOL BALMERA ± 20 menit


BRASTAGI ± 2 jam 35 menit

Gambar 2.2 pencapaian menuju Kecamatan Pulo Brayan
Sumber : data pribadi, 2016

c. Area Pelayanan
Lingkungan sekitar merupakan fungsi-fungsi yang dapat saling mendukung dengan
bangunan yang direncanakan dengan konsep bisnis dan pariwisata.

d. Status Kepemilikan
Status kepemilikan lahan adalah lahan PT KAI.

11
Universitas Sumatera Utara

e. Nilai Lahan
Nilai lahan relatif tinggi, karena berada di lahan PT KAI.
f. Peraturan
Tanah milik pemerintah yang merupakan pengembangan bisnis dan pariwisata,
berfungsi sebagai perdagangan dan fungsi campuran berdasarkan RDTR Kota Medan.


2.2.2. Deskripsi Kondisi Eksisting Lokasi Tapak Perancangan
Berikut ini adalah deskripsi dari kondisi eksisting tapak :
Lokasi 1
a. Nama proyek

: Re-desain Stasiun Pulo Brayan

b. Lokasi

: Jalan Yos Sudarso, Koordinat 3°37’54N
298°40’13”E, Kelurahan Pulo Brayan, Kecamatan Medan
Timur dan Medan Barat, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara.

c. Batas-batas Site
Utara

: Kecamatan Medan Deli

Selatan


: Jl. Cemara dan Fly Over

Timur

: Kelurahan Pulo Brayan Bengkel

Barat

: Jl. Yos Sudarso

d. Kondisi Existing

Gambar 2.3 kondisi eksisting Kecamatan Pulo Brayan
Sumber : data pribadi dan google earth, 2016

12
Universitas Sumatera Utara

e. Luas Lahan
Luas lahan yang menjadi studi kasus sebesar 15.000 m² atau ± 1,5 Ha.
f. Kontur
Kontur pada lahan perancangan relatif datar.
g. KLB/KDB
KDB = 60%
h. Luas dan Ketinggian Bangunan
Luas bangunan = 36.000 m²
Ketinggian bangunan = 4 lantai
i. Pemilik Bangunan
Pemilik dan pengelola bangunan adalah pihak PT KAI
j. Bangunan Eksisting
Bangunan Eksisting yang terdapat pada site adalah Balai Yasa PT KAI, Stasiun transit
lama, rumah pegawai PT KAI, permukiman penduduk, bangunan komersil, bangunan
kolonial, tower air PT KAI, dan rumah satelit PT. KAI.

k. Keistimewaan Site
Kawasan Pulo Brayan Bengkel merupakan pusaka terpendam yang terdapat di kota
medan dengan peninggalan bangunan serta cerita sejarah dari masa kolonial Belanda
hingga jaman maju seperti sekarang. Bisa di rasakan dan dilihat bila kita berada di
kawasan bahwa bangunan Kolonial, Tower Air, Rumah Satelit, Balai Yasa, akan
menjadi lokasi bisnis dan RTH Ruang Terbuka Hijau yang berada di kawasan bisa
membuat para penikmat sejarah merasakan pusaka Kolonial yang terpendam.

13
Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.4 Jaringan jalan Kecamatan Medan Timur
Sumber : RUTRK kota Medan, 2016

Lokasi 2
a.

Nama proyek

b. Lokasi

: Re-desain Stasiun Pulo Brayan
: Jalan Cemara , Kelurahan Pulo Brayan Barat
2,Kecamatan Medan Timur, Kota Medan, Provinsi Sumatera
Utara.

c.

Batas-batas Site
Utara

: Jl. Cemara dan Fly Over

Selatan

: Permukiman dan Komersil

Timur

: Permukiman dan Komersil

Barat

: Permukiman dan Komersil

14
Universitas Sumatera Utara

d. Kondisi Existing

Gambar 2.5 kondisi eksisting Kecamatan Pulo Brayan
Sumber : data pribadi dan google earth, 2016

e. Luas Lahan
Luas lahan yang menjadi studi kasus sebesar 15.000 m² atau ± 1,5 Ha.
f. Kontur
Kontur pada lahan perancangan relatif datar.
g. KLB/KDB
KDB = 60%
h. Luas dan Ketinggian Bangunan
Luas bangunan = 36.000 m² dan ketinggian bangunan = 4 lantai
i. Pemilik Bangunan
Pemilik dan pengelola bangunan adalah pihak PT KAI
j. Bangunan Eksisting
Bangunan Eksisting yang terdapat pada site adalah tower kereta api, permukiman
penduduk, bangunan komersil.
k. Keistimewaan Site
Terdapat tower kereta api lama yang sampai sekarang masi bisa dipergunakan dan lebih
dekat dengan jalan Cemara dan fly over.

15
Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.2 Analisa Penetapan Lokasi

No.

KRITERIA SITE

Lokasi I

Lokasi II

JL.Yos Sudarso

JL.Cemara

1

Posisi terhadap struktur ruang kota

3

3

2

Tingkat jalan

3

2

3

Aksesbilitas


Kendaraan pribadi

3

2



Kendaraan umum

3

3



Pejalan kaki

1

1

4

Luas lahan ± 1,5 Ha

3

3

5

Lahan kosong (mudah pembebasan

3

1

lahan)
6

Fungsi eksisting

2

1

7

Status kepemilikan

3

2

8

Kontur

3

3

9

Fasilitas sosial dan fasilitas umum

3

2

10

Keistimewaan site

3

1

11

Kesesuaian dengan RUTRK Medan


KDB

3

3



KLB

3

3



GSB

3

3



Ketinggian bangunan

3

3

Jumlah

46

36

3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang
Sumber : data pribadi, 2016

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa lokasi yang tepat untuk
perancangan Re-Desain Stasiun Pulo Brayan adalah lokasi I yang terletak di Jalan
Yosudarso.

16
Universitas Sumatera Utara

2.3.

Tinjauan Umum Proyek
2.3.1. Perkembangan Kota
Perkembangan Kota Medan memilki magnet yang kuat untuk dikembangkan
menjadi kawasan Metropolitan Mebidang-ro karena integrasi satu kawasan dengan
kawasan lainnya sangatlah erat, selain itu Kota Medan memiliki lokasi yang sangat
strategis dari hubungan transportasinya dengan kereta api yang menghubungkan
Bandara Kualanamu-Kota Medan-Pelabuhan Belawan.
Kebijakan Tata Ruang Nasional menempatkan Metropolitan Mebidangro
sebagai Pusat Kegiatan Nasoinal (PKN) sekaligus sebagai Kawasan Strategis Nasional
(KSN) dengan fokus pengembangan kegiatan ekonomi. Metropolitan Mebidangro yang
berada di Wilayah Sumatera Bagian Utara memiliki kedudukan strategis terhadap
pengembangan Segitiga Ekonomi Regional Indonesia-Malaysia-Thailand (IMT-GT).
Poin penting ini menjadi landasan utama bagi pengembangan Metropolitan
Mebidangro untuk menjadi pusat pelayanan kegiatan ekonomi regional tersebut. Selain
itu, kawasan Metropolitan Mebidangro diharapkan mampu memberikan pelayanan
yang prima untuk penduduk Metropolitan Mebidangro.
Dalam Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2011 tentang Perencanaan Tata
Ruang Kawasan Perkotaan Medan, Binjai, Deli Serdang dan Karo, menyatakan bahwa
penataan ruang Kawasan Perkotaan Mebidangro bertujuan untuk mewujudkan :
1. Kawasan Perkotaan Mebidangro yang aman, nyaman, produktif, berdaya saing
secara internasional dan berkelanjutan sebagai pusat kegiatan nasional di bagian
utara Pulau Sumatera.
2. Lingkungan perkotaan yang berkualitas dan keseimbangan DAS (daerah aliran
sungai).
3. Pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan, dan
4. Pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi nasional di
Kawasan Perkotaan Mebidangro.
Khusus pada kawasan Medan Timur dikhususkan untuk menjadi pusat beberapa
kegiatan, diantaranya :


Pusat kegiatan perdagangan/bisnis,



Pusat pelayanan transportasi (TOD),



Pusat kegiatan sosial-budaya.

17
Universitas Sumatera Utara

Pada bagian Utara Kecamatan Medan Timur terdapat satu potensi yang menjadi
salah satu pengembangan Metropolitan Mebidangro, yaitu Stasiun KA Pulo Brayan
kota Medan dan lingkungan sekitar Stasiun KA yang memiliki nilai heritage, dengan
elemen-elemen ruang yang dikembangkan adalah :


Pusat komersial pelayanan Medan Timur sekaligus Medan bagian utara Jasa
perhotelan, perkantoran.

2.3.2



Pusat pelayanan transportasi (Stasiun KA Pulo Brayan).



Ruang Terbuka Hijau Taman Kota.

Kebijakan Pembangunan
Tujuan penataan ruang wilayah Kota Medan mencerminkan keterpaduan
pembangunan antar sektor, antar kecamatan, dan antar pemangku kepentingan. Tujuan
penataan ruang Kota Medan pada masa yang akan datang tidak akan terlepas dari peran,
fungsi, dan kedudukannya dalam lingkup wilayah yang lebih luas. Untuk mendukung
pengembangan peran dan fungsi Kota Medan sebagai Pusat Kegiatan Nasional, serta
tanggap dengan dinamika perkembangan dan permasalahan Kota Medan saat ini, maka
kebijakan dan strategi pengembangan Kota Medan yang akan dituju, adalah:
“Terciptanya wilayah Kota Medan yang aman, nyaman, produktif dan
berkelanjutan serta mempunyai daya saing dan daya tarik sebagai daerah tujuan
investasi”
Untuk mewujudkan tujuan pembangunan tersebut, maka melalui RTRW Kota Medan
Tahun 2008-2028 :
1.

Terwujudnya pemanfaatan ruang Kota Medan yang sesuai dengan fungsi Kota
Medan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan Kota Metropolitan serta
tanggap terhadap dinamika perkembangan kota yang pesat;

2. Merangsang dan mendorong pengembangan sektor-sektor kegiatan ekonomi di

kawasan utara dan pusat kota yang diperkirakan mempunyai skala pelayanan lokal,
regional dan Internasional, sehingga diharapkan terbina hubungan saling
ketergantungan yang saling menguntungkan antar kawasan utara Medan dengan
kawasan pusat Kota maupun daerah belakangnya;
3. Penataan Ruang Kota Medan harus berwawasan lingkungan dengan mengikuti

kaidah-kaidah dan norma-norma perencanaan yang tepat dengan memberikan

18
Universitas Sumatera Utara

kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses perencanaan dan
implementasinya;
4. Tersedianya Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota yang memadai;
5. Melindungi kawasan sosial-budaya (bersejarah) yang merefleksikan elemen-

elemen dari unit historis, sejarah pembangunan kota, arsitektur, aerkeologi,
teknologi dan budaya melalui pelestarian kawasan sosial-budaya dan bangunan
bersejarah;

Peruntukkan lahan
pada kawasan
perancangan
adalah bangunan
fungsi campuran,
transportasi,
perumahatan,
komersil dan ruang
terbuka hijau.
Gambar 2.6 Gambar Rencana Pola Ruang Kecamatan Medan Timur
Sumber : RUTRK kota Medan, 2016

2.3.3

Deskripsi Proyek
Re-Desain Stasiun Pulo Brayan adalah bangunan transportasi darat yang
memberikan fasilitas yang diperlukan bagi masyarakat serta wisatawan yang ingin
berkunjung ke kawasan “Green Deli Oasis” Pulo Brayan, Medan. Stasiun memberikan
beberapa keuntungan terhadap wisatawan maupun masyarakat sekitar karena
menggunakan kereta api efisiensi waktu serta biaya adalah mimpi yang terwujud di
jaman globalisasi seperti saat ini.
Stasiun KA Pulo Brayan yang sudah memiliki perencanaan proyek MRT (Mass
Rapid Transit) untuk kedepannya lebih menjamin kemudahan masyarakan untuk
“walkable” lebih baik menggunkan fasilitas umum dari pada kendaraan pribadi. Bisa
dilihat dari keefisienan waktu serta biaya, mulai dari parkir, membayar pajak, membeli
bahan bakar, dan menservis kendaran pribadi yang digunakan.
19
Universitas Sumatera Utara

Selain para wisatawan bisa dilihat dari seringnya intensitas petinggi negara luar
yang berkunjung ke Indonesia ataupun kegiatan konferensi yang beberapa kali
diadakan di Indonesia, hal ini menandakan Indonesia menjadi salah satu negara yang
memiliki potensi berkembangnya sarana transportasi yang memudahkan wisatawan.
Kegiatan Stasiun dapat memberikan manfaat langsung pada ekonomi
masyarakat seperti akomodasi, hingga transportasi lokal sehingga diharapkan dapat
memberikan dampak positif bagi kawasan perancangan seperti lapangan kerja,
pertumubuhan ekonomi yang baik, dan Kota Medan lebih menjerat mata dunia.

2.3.4

Prinsip Perencenaan dan Perancangan Proyek
Berikut ini merupakan prinsip perencanaan sebuah bangunan dengan fungsi
Stasiun Kereta Api untuk penumpang:


Menciptakan bangunan stasiun penumpang dengan fungsi mengefisienkan
waktu dan biaya.



Perancangan stasiun memiliki standar yang harus dipenuhi, yaitu sebagai
pedoman teknis bagi penyelenggara prasarana perkeretaapian dalam
membangun stasiun kereta api untuk menjamin keselamatan, keamanan dan
kelancaran perjalanan kereta api, naik turun penumpang dan bongkar muat
barang.



Menghidupkan kawasan Pulo Brayan, Medan dengan merancang stasiun yang
memiliki konsep menggemukan Kota medan sebagi pusat yang terkoodinir
dengan kawsan Pulo Brayan, Pelabuhan Belawan, dan Bandara Kualanamu.



Merencanakan akses menuju lokasi perancangan yang aman, tenang, serta
nyaman bagi kendaraan umum dan pejalan kaki.

2.3.5

Klasifikasi Stasiun Kereta Api
PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: PM. 33 TAHUN 2011
Pasal 14
(1)

Stasiun penumpang dikelompokkan dalam: a. kelas besar; b. kelas sedang; dan
c. kelas kecil.

(2)

Pengelompokan kelas stasiun kereta api sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan berdasarkan kriteria: a. fasilitas operasi; b. jumlah jalur; c. fasilitas
penunjang; d. frekuensi /alu lintas; e. jumlah penumpang; dan f. jumlah barang.

20
Universitas Sumatera Utara

(3)

Kelas stasiun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung berdasarkan
perkalian bobot setiap kriteria dan nilai komponen. Sobot yang diberikan untuk
ma.
Pasal 15
Bobot yang diberikan untuk masing-masing kriteria sebagaimana dimakusud

da/am Pasal 14 ditentukan 100 angka kredit dengan pembagian sebagai beikut :
a. fasilitas operasi maksimum 25 angka kredit;
b. jumlah jalur maksimum 20 angka kredit;
c. fasilitas penunjang maksimum 15 angka kredit;
d. frekuensi lalu lintas maksimum 15 angka kredit;
e. jumlah penumpang maksimum 20 angka kredit; dan
f. jumlah barang maksimum 5 angka kredit.
Pasal 16
(1)

Komponen fasilitas operasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2)
huruf a terdiri atas : a. Peralatan Persinyalan; b. Peralatan Telekomunikasi; dan
c. Instalasi Listrik.

(2)

Komponen jalur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) huruf b terdiri
atas : a. Lebih dari 10 jalur; b. 6 sampai dengan 10 jalur; dan c. Kurang dari 6
jalur.

(3)

Komponen fasilitas penunjang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2)
huruf c terdiri atas : a. Penunjang; dan b. Penunjang khusus.

(4)

Komponen frekuensi lalu lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2)
huruf d merupakan frekuensi pergerakan kereta api per hari yang terdiri atas : a.
Kereta api berhenti; dan b. Kereta api langsung.

(5)

Komponen jumlah penumpang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2)
huruf e merupakan jumlah pergerakan penumpang kereta api per hari yang
terdiri atas : a. Lebih dari 50.000; b. 10.000 sampai dengan 50.000; dan c.
Kurang dari 10.000.

(6)

Komponen jumlah barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) huruf
f merupakan jumlah pergerakan barang dan bagasi kereta api per hari yang
terdiri atas : a. Lebih dari 150 ton; b. 100 sampai 150 ton; dan c. Kurang dari
100 ton.

21
Universitas Sumatera Utara

Pasal 17
Rincian angka kredit untuk masing-masing komponen kriteria sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 18 termuat dalam lampiran peraturan ini.
Pasal 18
(1)

Penetapan klasifikasi stasiun kereta api didasarkan pada jumlah angka kredit
yang diperoleh stasiun yang bersangkutan.

(2)

Jumlah angka kredit untuk menetapkan klasifikasi stasiun sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut : a. kelas besar, jumlah angka kredit
lebih dari 70; b. kelas sedang jumlah angka kredit lebih dari 50 sId 70; dan c.
kelas kecil jumlah angka kredit kurang dari 50.
Pasal 19
Klasifikasi stasiun kereta api ditetapkan dengan Peraturan Menteri tersendiri

berdasarkan penilaian dan setiap 3 (tiga) tahun dilakukan dievaluasi.

2.4

Tinjauan Fungsi
Fungsi Re-Desain Stasiun Kereta Api adalah sebuah bangunan sarana transportasi di

kawasan pusaka Pulo Brayan.
2.4.1 Deskripsi Penggunaan dan Kegiatan
Deskripsi Pengguna
Pengguna pada stasiun terintegrasi ini terdiri dari penumpang (komuter), pengantar dan
penjemput, pengelola, petugas servis, petugas moda, dan petugas pada komersial.
1. Penumpang (Komuter)
2. Pengantar dan Penjemput


Pengantar



Penjemput

3. Pengelola
a. Pengelola Stasiun


Kepala Stasiun, Administrasi, Kepala Operasional, Bidang Perlengkapan, Bidang
Ticketing.



Bidang Komunikasi, Bidang Keamanan, Bidang Komersil, Bidang Kebersihan,
Bidang Perpakiran (Park and ride).

b. Kepala Pengelola Stasiun Kereta Api

22
Universitas Sumatera Utara

4. Petugas Servis


Petugas informasi, Petugas keamanan.



Cleaning service, Teknisi.



Penjaga parkir, Petugas Medis, Petugas Moda.



Petugas Komersil, Petugas mini market.



Petugas retail, Petugas foodcourt.

Tabel 2.3 Konsep jumlah pengguna.
No. Pengguna
1
Komuter
Kereta Api
2
Pengelola Stasiun
Kepala Stasin
Kepala Pengelola Stasiun
Administrasi
Kepala Operasional
Bidang Perlengkapan
Bidang Ticketing
Bidang Komunikasi
Bidang Keamanan
Bidang Komersil
Bidang Kebersihan
Bidang Perpakiran
3
Petugas Komersil
Petugas Mini market
Petugas Retail
4
Petugas Servis
Petugas Informasi
Petugas Keamanan
Cleaning Service
Teknisi
Penjaga Parkir
Petugas Medis

Jumlah Orang
1.250
1
2
2
1
4
1
1
1
1
1
1
12
76
2
32
15
4
4
3

Sumber : Analisis pribadi, 2015

23
Universitas Sumatera Utara

2.4.2

Deskripsi Perilaku
Berdasarkan sifat aktifitas yang dilakukan, perilaku dari pengguna Pusat Konvensi dan

Pameran Internasional Deli Serdang, yaitu :


Bersifat stastis
Perilaku pengguna bangunan lebih bersifat menetap pada satu tempat. Kebiasaan
ini merupakan kegiatan yang bersifat rutinitas maupun sementara dengan intensitas
waktu yang lama sebagai contoh pengelola.



Bersifat dinamis
Pengguna bangunan cenderung bergerak dan berpindah-pindah dari satu tempatketenpat yang lain seperti pengunjung pameran
Berikut adalah bagan pola kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing pengguna.

a. Komuter
 Membeli Karcis

 Melihat penanda
 Berorientasi/bertanya

Datang

Parkir
Mengambil
kendaraan

Pulang

Dijemput

 Menunggu moda kereta api
 Berangkat menuju lokasi
 Tiba di stasiun
 Perpindahan moda
 Memanfaatkan fasilitas
stasiun

Diagram 2.1 Pola kegiatan komuter.
Sumber : Analisis pribadi, 2016

b. Pengantar/Penjemput
Datang
Masuk hall/lobbi

Parkir
Mengantar calon penumpang

Mencari informasi
Penjemput

Pulang

Mengambil mobil

Menunggu penumpang tiba

Memanfaatkan fasilitas

Diagram 2.2 Pola kegiatan pengantar/penjemput.
Sumber : Analisis pribadi, 2016

24
Universitas Sumatera Utara

c. Pengelola
Datang

Memasuki
ruang kerja

Parkir
Beristirahat

Pulang

Melaksanakan pekerjaan
sesuai tugas masingmasing pengelola

Memanfaatkan fasilitas

Mengambil kendaraan

Diagram 2.3 Pola kegiatan pengelola.
Sumber : Analisis pribadi, 2016

d. Petugas Servis
Datang

Memasuki
ruang kerja

Melaksanakan pekerjaan
pada area servis

Parkir
Beristirahat

Pulang

Memanfaatkan fasilitas

Mengambil kendaraan

Diagram 2.4 Pola kegiatan petugas servis.
Sumber : Analisis pribadi, 2016

e. Petugas Moda
Datang

Beristirahat

Memanfaatkan fasilitas
Kembali bekerja

Diagram 2.5 Pola kegiatan petugas moda.
Sumber : Analisis pribadi, 2016

25
Universitas Sumatera Utara

f. Petugas Area Komersial
Datang

Memasuki
area komersil

Melayani pembeli
pada area komersil

Parkir
Beristirahat

Pulang

Memanfaatkan fasilitas

Mengambil kendaraan

Diagram 2.6 Pola kegiatan petugas area komersial.
Sumber : Analisis pribadi, 2016

2.4.3

Deskripsi Persyaratan dan Kriteria Ruang
Pasal 1
Stasiun Kereta Api merupakan prasarana kereta api sebagai tempat pemberangkatan
dan pemberhentian kereta api.
Pasal 2
(1) Stasiun kereta api sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1menurut jenisnya terdiri
atas:
a. stasiun penumpang;
b. stasiun barang; dan/atau
c. stasiun operasi.
(2) Stasiun penumpang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a, merupakan stasiun kereta api untuk keperluan naik turun
penumpang.
(3) Stasiun barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, merupakan stasiun
kereta api untuk keperluan bongkar muat barang.
(4) Stasiun operasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c,
merupakan stasiun kereta api untuk menunjang pengoperasian kereta api.
Pasal 3
(1) Stasiun kereta api sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, terdiri atas:
a. emplasemen stasiun; dan
b. bangunan stasiun.

26
Universitas Sumatera Utara

(2) Emplasemen stasiun sebagaimana dimaksud pada ayat (1), huruf a terdiri atas :
a. jalan rei;
b. fasilitas pengoperasian kereta api; dan
c. drainase.
(3) Bangunan stasiun sebagaimana dimaksud pada ayat (1), huruf
b terdiri atas:
a. gedung;
b. instalasi pendukung; dan
c. peron.
Pasal 4
(1) Gedung pada bangunan stasiun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) huruf
a menurut kegiatannya terdiri atas:
a. gedung untuk kegiatan pokok;
b. gedung untuk kegiatan penunjang; dan
c. gedung untuk kegiatan jasa pelayanan khusus.
(2) Gedung untuk kegiatan pokok sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a merupakan tempat yang digunakan untuk:
a. pengaturan perjalanan kereta api;
b. pelayanan kepada pengguna jasa kereta api;
c. keamanan dan ketertiban; dan
d. kebersihan Iingkungan.
(3) Gedung untuk kegiatan penunjang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
merupakan tempat kegiatan untuk mendukung penyelenggaraan perkeretaapian.
(4) Gedung untuk kegiatan jasa pelayanan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c, merupakan tempat kegiatan yang menyediakan jasa pelayanan khusus.
Persyaratan Teknis Bangunan Stasiun Kereta Api
a. Gedung Stasiun Kereta Api


Gedung Untuk Kegiatan Pokok, Gedung untuk Kegiatan Penunjang,
dan Gedung untuk Kegiatan Jasa Pelayanan Khusus.

27
Universitas Sumatera Utara

b. Instalasi pendukung


Instalasi Listrik, Instalasi Air, dan Pemadam Kebakaran.

c. Peron


Peron Tinggi, Peron Sedang, dan Peron Rendah.

Kriteria Ruang
Gedung stasiun kereta api merupakan bagian dari stasiun kereta api yang digunakan
untuk melayani pengaturan perjalanan kereta api dan pengguna jasa kereta api.
Jenis
a. Gedung untuk kegiatan pokok, yang terdiri atas:


Hall, perkantoran kegiatan stasiun, loket karcis.



Ruang tunggu, ruang informasi, ruang fasilitas umum.



Ruang fasilitas keselamatan, ruang fasilitas keamanan.



Ruang fasilitas penyandang cacat, lansia, dan ruang fasilitas kesehatan

b. Gedung untuk kegiatan penunjang stasiun kereta api, yang terdiri atas:


Pertokoan, restoran, perkantoran, perparkiran.



Perhotelan dan ruang lain yang menunjang langsung kegiatan stasiun
kereta api

c. Gedung untuk kegiatan jasa pelayanan khusus di stasiun kereta api, yang terdiri atas
:


Ruang tunggu penumpang, bongkar muat barang, pergudangan, parkir
kendaraan, penitipan barang.



Ruang atm, dan ruang lain yang menunjang baik secara langsung
maupun tidak langsung kegiatan stasiun kereta api.

Sumber : PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN, PM. 29 TAHUN 2011

2.4.4

Studi Banding Arsitektur yang mempunyai Fungsi Sejenis
Dubai Metro, Burj Khalif/Dubai Mall Metro Station
 Arsitek

: Atkins

 Lokasi

: Dubai, UAE

 Luas

: 31.500 m2

 Tahun

: 2009

28
Universitas Sumatera Utara

Peta Jaringan
Sistem kereta ini terdiri dari dua jalur :
Jalur Merah

: 29 Stasiun, panjang trek 52 km

Jalur Hjau

: 20 Stasiun, panjang trek 23 km

Gambar 2.7 Peta Jaringan Dubai Metro
sumber : Download as Pdf Erbil metro station by mohammed siyamand, 2016

Dubai metro merupakan sebuah stasiun dengan sistem yang modern, tediri dari
dua lajur, yaitu hijau dan merah. Kedua lajur tersebut memiliki desain modern dan
banyak sekali retail outlet, koneksi wi-fi, mesin ATM, mudah diakses oleh orang-orang
yang memiliki kebutuhan khusus (difable), serta terhubung dengan transportasi publik
lainnya, seperti bus.

Gambar 2.8 Tampak Depan Dubai Metro
sumber : Download as Pdf Erbil metro station by mohammed siyamand, 2016

29
Universitas Sumatera Utara

Selain itu, kelebihan lain yang terdapat kereta ini adalah tidak memiiki masinis,
semuanya serba otomatis, dan merupakan yang terpanjang di dunia. Berdasarkan
analisis lokasi, stasiun dubai berada didepan Tower Burj Khalifa, berjarak 1,5 km dari
Stasiun Finansial, dan 2 km dari Stasiun Bussiness Bay.

Gambar 2.9 Lokasi Dubai Metro di peta
sumber : Download as Pdf Erbil metro station by mohammed siyamand, 2016

Gambar 2.10 Bangunan di sekitar Dubai Metro
sumber : Download as Pdf Erbil metro station by mohammed siyamand, 2016

Konsep
Dubai Metro Station menggabungkan sejarah dan modern desain. Terbentuk
dari metafora sebuah cangkang kerang yang terinspirasi dari kegiatan diving dan pearldiving yang merupakan tradisi UAE. Sedangkan desain interior mengusung 4 elemen

30
Universitas Sumatera Utara

alam, yaitu air, udara, bumi, dan api. Yang tergambar pada penggunaan warna hijau,
biru, coklat, dan merah.
Program Ruang
Bangunan ini terbagi atas dua level, loket tiket sebagai mezzanine dan platform.

Gambar 2.11 Program Ruang Dubai Metro
sumber : Download as Pdf Erbil metro station by mohammed siyamand, 2016

Gambar 2.12 Pembagian Zona Dubai Metro
sumber : Download as Pdf Erbil metro station by mohammed siyamand, 2016

31
Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.13 Denah, Tampak, dan Potongan Dubai Metro
sumber : Download as Pdf Erbil metro station by mohammed siyamand, 2016

Visualisasi

Gambar 2.14 Perspektif Dubai Metro
sumber : Download as Pdf Erbil metro station by mohammed siyamand, 2016

Dubai Metro memiliki pemandangan visual yang sangat menjerat mata. Di
latarbelakangi oleh gedung-gedung pencakar langit yang terdapat di sepanjang Jalan
Sheikh Zayed. Bagi wisatawan, direkomendasikan untuk memilih tempat duduk
paling depan (driver-less) agar dapat menikmati pemandangan yang spektakuler ini.
32
Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.15 Interior Dubai Metro
sumber : Download as Pdf Erbil metro station by mohammed siyamand, 2016

Analisis Struktur
Atap pada stasiun ini menawarkan sebuah bentuk eegan dari reformasi
cangkang kerang.

Gambar 2.16 Sketsa Sambungan Struktur
sumber : Download as Pdf Erbil metro station by mohammed siyamand, 2016

Gambar 2.17 Internal Struktur dari Bentuk Cangkang
sumber : Download as Pdf Erbil metro station by mohammed siyamand, 2016

33
Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.18 Detail Fasad
sumber : Download as Pdf Erbil metro station by mohammed siyamand, 2016

2.5

Elaborasi Tema

2.5.1

Pengertian Tema

Arsitektur Teknologi Tinggi adalah sistem penggunaan teknologi tinggi yang
memiliki karakteristik material kaca dan baja, akan tetapi pada kenyataannya high-tech
memiliki pengertian yang tidak terbatas dan tidak hanya dengan memandang high-tech
sebagai bentuk penggunaan teknologi tinggi mengingat perkembangan teknologi selalu
mengalami siklus penyempurnaan hingga ke fase yang lebih tinggi (canggih) sehingga
pandangan umum ini tidak pernah memunculkan kesimpulan yang pasti dan tepat.
Arsitektur high-tech mengikuti ekspresi “kejujuran”,suatu keagungan, yang
ditampilakan melalui kejelasan material yang digunakan. Selain itu, Arsitektur HighTech juga sangat cocok digunakan pada bangunan bentang lebar yang dapat
memperjelas kekokohan bangunan tesebut. Biasanya Arsitektur ini membubuhkan ideide tentang produk industri terbaru dan meletakkan fleksibilitas penggunaan sebagai
prioritas sehingga dapat member kesan mengagumkan pada penglihatnya.
Suatu bangunan dikatakan high-tech jika memiliki karakteristik:


Bentukan mesin



Material terbuat ari panel baja dan kaca



Teknologi yang inventif dan inovatif



Artikulasi dan ekspresi detil.

Adapun beberapa arsitek ternama yang beraliran high-tech, seperti:


Richard Roger, Norman Foster. Michael Hopkins.



Nicholas Brimshaw, Santiago Calatrava.
Istilah Arsitektur High Tech pertama kali muncul pada awal tahun 70-an yang

digunakan para arsitek untuk menyatakan “teknologi alternatif”, sejalan dengan waktu
34
Universitas Sumatera Utara

istilah tersebut semakin umum digunakan, namun arsitek-arsitek High Tech sendiri
lebih memilih menggunakan istilah “teknologi tepat guna”, arsitektur High Tech
mempunyai makna yang berbeda dari industri High Tech, dalam industri High Tech
Bermakna alat elektronik, computer, silicon chip, robot dan sejenisnya, sedangkan
dalam arsitektur bermakna sebagai langgam bangunan.
Secara ringkas, pengertian Arsitektur High Tech adalah :


Arsitektur yang mempunyai karakteristik material kaca dan baja, yang mana
kaca merupakan material yang ringan untuk bangunan.



Pada intiya mengikuti ekspresi “kejujuran” suatu bangunan.



Biasanya membubuhkan ide-ide tentang produk industri.



Dapat digunakan oleh industri-industri lainnya tidak hanya sebagai bangunan
namun juga sebagai sumber imajinasi.



Meletakkan fleksibilitas pengguna sebagai prioritas.
Bangunan High-Tech lebih mempresentasikan teknologi dari pada sekedar

menggunakan teknologi yang seefisien mungkin. Untuk memberi efek imajinasi pada
bangunannya, struktur bangunan harus jujur dan mempunyai pembenaran yang
fungsional. Struktur dan utilitas yang di ekspose merupakan karakter yang menonjol
dari Arsitektur High-Tech.
Dalam tulisan Charles Jenks mengenai arsitektur High-Tech,”The Battle of
High-tech; Great Buildings with Great Faults”, dua bangunan High-Tech yang sangat
penting dalam abad ini adalah Hongkong Bank (yang merupakan salah satu karya
masterpiece Norman Foster) dan Lloyd´s of London (Richard Rogers). Karya
arsitektur yang besar namun banyak dipertanyakan, hasil yang memuaskan tapi seperti
boneka, ruang-ruang yang menakjubkan namun satu kegunaan, ekspresi struktur yang
jujur dan mengagumkan namun sangat mahal. Ia juga menuliskan beberapa hal dasar
mengenai High-Tech Bulding, yang di dalamnya terdapat 6(enam) hal penting, yaitu
• Inside-out, area servis dan struktur dari suatu bangunan selalu lebih
ditonjolkan pada eksteriornya baik sebagai ornamen ataupun sebagai sculpture.
• Celebration of process, dengan penekanan pada pemahaman konstruksinya,
“Bagaimana, mengapa, dan apa” dari suatu bangunan, diantaranya hubungan
dari struktur, paku, flanges, dan pipa-pipa saluran, sehingga timbul suatu
pemahaman dari seorang yang awam ataupun seorang ilmuwan. Sebagai catatan
yang ditulis oleh Charles Jenks mengenai Norman Foster, yaitu “Ciri khas dari
35
Universitas Sumatera Utara

pekerjaan Norman Foster yang terkesan dapat mengungkapkan sesuatu yang
lebih dari arsitek manapun, yaitu dalam penyelesaian dengan ide-ide
cemerlangnya yang mengembangkan suatu rancangan sesuai dengan zamannya
sehingga kegunaan dan tampak bangunan tersebut merupakan suatu mekanisme
yang sempurna.”
• Transparan, pelapis, dan pergerakan, ketiga kualitas keindahan ini hampir
selalu ditampilkan secara dramatis tanpa terkecuali. Kegunaan yang lebih luas
dari kaca yang transparan dan tembus cahaya, pelapisan dari pipa-pipa saluran,
tangga, dan struktur, serta penekanan pada eskalator lift sebagai suatu unsure
yang bergerak merupakan karakteristik dari bangunan High-tech.
• Pewarnaan cerah yang merata, pada karya Richard Rogers yaitu bangunan
Pompidou Centre dan Inmos Factory menggunakan warna-warna yang cerah,
begitu juga yang dilakukan para teknisi untuk membedakan perbedaan jenis
struktur dan utilitas, yang akan mempermudah mereka untuk memahami
kegunaan secara efektif.
• A lightweight filigree of tensile members, baja-baja tipis penopang merupakan
kolom Doric dari High-Tech Building. Sekelompok kabel-kabel baja penopang
dapat membuat mereka lebih ekspresif dalam pemikiran mengenai penyaluran
gaya-gaya pada struktur.
• Optimistic confidence in a scientific cultrure, bangunan High-Tech adalah
janji masa depan dari dunia depan yang menanti untuk ditemukan. Hasilnya
lebih mendalam pada suatu metode kerja, perlakuan pada material, warnawarna dan pendapatan, dibandingkan dengan prinsip-prinsip komposisi.

2.5.2

Penerapan Tema
Penerapan tema “Arsitektur Teknologi Tinggi” yang diajukan pada
perancangan Re-Desain Stasiun Pulo Brayan diwujudkan dengan cara :


Merancang bangunan stasiun dengan konsep teknologi tinggi “high-tech” agar
sesuai dengan perkembangan perkereta apian yang semakin canggih.



Merencanakan bangunan stasiun kereta api untuk penumpang yang walkable
sehingga nyaman dan mudah diakses dengan berjalan kaki.



Memudahkan masyarakat berpindah dari satu tempat ke tempat lain dengan
jangka waktu yang lebih efisien.

36
Universitas Sumatera Utara

2.5.3

Interpretasi Tema
Fungsi dan Representasi
Eksponen High Tech seperti pionir-pionir modernisme pada tahun 1920-an,
mempercayai adanya suatu “semangat abad ini” dan arsitektur yang mempunyai
tanggung jawab moral untuk mengekspresikan semangat itu. Semangat abad ini
menurut arsitektur High Tech sejalan dengan kemajuan teknologi sebagai sebuah
cabang teknologi industri. Mereka berharap bahwa bangunan mereka menjadi penentu
terhadap penampilan dengan kriteria yang sama seperti alat-alat kehidupan sehari-hari.
Mereka ingin bangunan yang bersifat fungsional dan efisien, tidak artistik atau
simbolik.
Ada sebuah artikel arsitektur High Tech yang menyatakan bahwa ada suatu
pembatasan fungsional untuk sebuah rancangan. Le Corbusier menggambarkan rumah
sebagai sebuah mesin untuk ditinggali, namum ia membangun rumah-rumah dengan
teknologi yang primitif dan sama sekali tidak kelihatan sebagai mesin. Bangunan High
Tech memang kelihatan seperti mesin. Dimana pengertian mesin itu sendiri, yaitu :


Lebih dari sekedar metafora



Sebuah sumber teknologi dan imajinasi



Mesin-mesin biasanya digunakan untuk produksi massal



Bergerak atau dapat dipindah-pindahkan



Terbuat dari material sintesis seperti metal, kaca dan plastic
Jika dilihat pada Pusat Visualisasi Seni Sainsbury oleh Norman Foster atau

Brewery di Bory St.Edmunds, kedua bangunan ini mempunyai fungsi yang berbeda
sebuah galeri seni dan sebuah gudang, tapi keduannya sederhana, memiliki proporsi
yang baik dari kotak metal yang tidak berbeda walaupun lokasinya berlainan. Bangunan
tersebut seperti sebuah alat, bentuknya tidak muncul dari detil artikulasi aktivitas
rumah, namun merupakan hasil dari teknologi konstruksi yang diharapkan bisa
memberikan kesan seperti mesin.
Struktur dan Zona Servis
Struktur yang diekspos dan zona servis yang di ekspos adalah dua penampakan
yang membanggakan dari arsitektur High Tech. Hal ini dapat dilihat pada perbedaan
gaya dua arsitek Hi-Tech Inggris yang terkenal, yaitu Norman Foster dan Richard
Rogers.

37
Universitas Sumatera Utara

Roger sangat suka menempatkan pipa-pipa dan saluran di seluruh fasade
bangunan, meskipun mengakibatkan setiap orang harus berpisah-pisah, terlindung dari
elemen-elemen, namun memudahkan pemeliharaan. Di samping itu Rogers juga
mengambil permainan cahaya dan bayangan. Foster sebaliknya, hampir tidak pernah
mengekspose saluran-saluran pelayanan tepatnya diluar bangunan. Ia lebih memilih
untuk menempatkan langit-langit gantung atau lantai yang ditinggikan.
Karya keduanya ditandai dengan penggunaan struktur yang kuat dan ekspresif,
khususnya struktur baja. Memberikan arsitektur High Tech kesempatan untuk
mendramatisasi fungsi teknologi dari elemen bangunan.
Ruang dan Fleksibilitas
Beberapa elemen dari bangunan High Tech diantaranya :


Kekuatan dari struktur baja



Keluwesan permukaan yang mengagumkan



Pipa-pipa dan penghawaan udara yang diekspose

Gambar 3.3. Gedung Lloyd´s of London
sumber : Gedung Lloyd´s of London, 2016



Memperhatikan ekspresi kekuatan dan fungsi teknologi



Bentuk dari keseluruhan bangunan yang sering tidak mengespresikan kegunaan
bangunannya.



Moulding ruangan, dimana dimaksudkan sehingga pola atau efek visual tidak
pernah menjadi permasalahan dalam Arsitektur High Tech
Isu tentang ruang telah digantikan oleh isu tentang teknologi untuk fleksibilitas,

tertuang dalam ikatan “Omniplate”. Arsitektur High Tech bukanlah soal permukaan
38
Universitas Sumatera Utara

sebuah ruang atau hall,atau ruangan-ruangan antara, tapi sebuah zona servis, diluar atau
didalam. Pengguna dari Zona ini dapat memaksimalkan manfaat berbagai jenis fasilitas
seperti udara, panas, cahaya, energi dan elemen pelengkap seperti partisi dalam sebuah
grid biasa.
Arsitektur High Tech dan Kota
Tiga bangunan High Tech terpenting yaitu Center Pompidou, Lloyd dan Hong
Kong Bank adalah bangunan-bangunan yang terletak di tengah kota dan sudah terbukti
memberikan efek besar dalam konteks perkotaan. Meskipun demikian, bangunan High
Tech tidak menjadikan kepedulian kota, manipulasi ruang sebagai elemen utama.
Alasannya, yaitu:


High Tech melihat ke depan



Arsitekturnya oktimistik, percaya kemajuan industri dan teknologi



Lebih mempercayai penemuan daripada tradisi



Pengaturan sementara dari ruang permanent (fleksibilitas)



Kemampuan untuk mengendalikan lingkungan daripada beradaptasi dengan
lingkungan



High Tech lebih anti Urban-Style, tidak seperti kota yang berhubungan erat dengan
tradisi kesinambungan dan sejarah



Bangunan High Tech biasanya memperlihatkan kota secara revolusioner, bukan
tradisional

Dampak Bangunan Berdinding Kaca
Salah satu ciri-ciri High Tech adalah pemakaian kaca sebagai selubung
bangunan. Hal ini menimbulkan kesangsian mengenai dampak negatif bangunan
dengan kaca sebagai dinding luar.
Pertama, terhadap lingkungan sekitar bangunan, misalnya timbulnya efek silau dan
kumulasi panas di sekeliling gedung.
Kedua, terhadap lingkungan interior atau di dalam bangunan. Sinar matahari yang
masuk ke dalam bangunan baik untuk kesehatan, juga mengurangi beban pencahayaan,
namun cahaya yang terlalu banyak dapat menambah “solar heat gain”, sehingga
meningkatkan beban pendingin (energi untuk AC bertambah).
Transmisi Radiasi Lewat Kaca
Kaca menstransmisikan radiasi matahari dengan panjang gelombang antara
300-2800 mm dengan distribusi spectral. Keistimewaan kaca adalah sifatnya yang tidak
39
Universitas Sumatera Utara

dapat ditembus radiasi gelombang panjang yang berasal dari sumber panas suhu rendah,
tetapi bersifat transparan terhadap radiasi gelombang pendek dari cahaya matahari.
Radiasi matahari yang diterima oleh kaca dalam bangunan memanasi benda-benda
yang ada di dalam bangunan dan suhu ruangan meningkat, gejala ini yang disebut “efek
rumah kaca”.
Tabel 2.4 Proporsi Energi Matahari
Jenis kaca

Pemantulan

Penerusan

Penyerapan

Kaca polos

8%

77 %

15 %

Kaca warna

5%

45 %

50 %

Kesimpulan


Bangunan High Tech pada dasarnya memiliki keseimbangan antara fungsi dan
simbolisme



Konsep Arsitektur High Tech seperti rangka baja, kabel, zona service, dan utilitas
yang diekspos ditunjukkan agar terjadi ruang dalam yang memiliki fleksibilitas
maksimal.



Arsitektur High Tech meletakkan performance yang proporsional antara aspek
arsitektur, struktur, dan mekanikal.



2.5.4

Salah satu ciri bangunan High Tech adalah mengambang di permukaan tanah

Keterkaitan Tema Dengan Judul
Tema yang diajukan pada perancangan ini adalah Arsitektur High-Tech.
Penerapan tema tersebut didasarkan pada dominansi perancangan yang akan
menggunakan

struktur

dan

material

tebaru.

Sehingga

desain

perancangan

menggunakan bahan-bahan pabrikasi sebagai fokus utama, baik pada ruang dalam
maupun luar, sehingga bahan, struktur, system, dan sub system struktur, konstruksi dan
dekorasi secara integral menampilkan bentuk arsitektur yang berkarakter khusus. Yang
dapat dilihat karena exposed dan menjadi bagian dari dekorasi, tidak saja elemenelemen konstruksi tetapi juga semua elemen bangunan seperti tangga, koridor,
mekanikal, dll.
Matarial yang digunakan pada perancangan ini biasanya bersifat pre-cast
sehingga pemasangannya mudah dan menghemat waktu. Tujuan lain yang ingin diraih

40
Universitas Sumatera Utara

dari penggunaan tema ini adalah agar kesan international class tergambar jelas pada
perancangan stasiun yang harusnya merupakan salah satu landmark kota.

2.5.5

Studi Banding Arsitektur yang mempunyai Tema Sejenis

Gambar 2.19 Beijing Changyang Station TOD
(sumber : google )

Gambar 2.20 Beijing Changyang Station TOD
sumber : Beijing Changyang Station TOD, 2016

Sebuah pembangunan berorientasi transit berkelanjutan bergantung pada pengetahuan
ritel yang luas CallisonRTKL untuk hasil terbaik. Berusaha untuk mengembangkan tengara
pengembangan berorientasi transit yang mengintegrasikan walkability, kesadaran lingkungan
dan kelangsungan hidup komersial, tim desain perkotaan CallisonRTKL ini memanfaatkan
keahlian ritel yang luas perusahaan untuk memaksimalkan laba atas investasi.

41
Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.21 Beijing Changyang Station TOD
sumber : Beijing Changyang Station TOD, 2016

Tantangan utama tim adalah untuk memenuhi berbagai program transportasi diperlukan
pada sebidang relatif kecil tanah, termasuk kabupaten dan terminal bus kota, markas transit,
kantor keamanan publik, parkir dan integrasi dengan stasiun metro kereta api yang berdekatan.
Dengan demikian, bangunan ini berpusat pada atrium lima lantai yang berfungsi sebagai lobi
terminal penumpang. teras hijau melangkah kembali dari atrium dan atap mengalir bebas
meningkatkan arsitektur organik bangunan dan lansekap, sementara tim dimasukkan unsur
berkelanjutan pada setiap langkah dari proses desain untuk memenuhi pedoman efisiensi
semakin ketat Beijing.
Lokasi Beijing, China Services Architecture, Planning and Urban Design Markets Transit.

42
Universitas Sumatera Utara