Perancangan Museum Sejarah Kota Medan di Kawasan Pulo Brayan

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Ali.2010. Museum di Indonesia Kendala dan Harapan, Jakarta Benjamin, Andrew. 2010. Writing Art And Architecture. Melbourne

De Chiara, Yoseph, Time Saver Standards for Building Types, New York : Mc. Graw HillBook Company

Goldsmith, Selwyn. 2000. Universal Design: A Manual of Practical Guidance for Architect. Oxford : Architectural Press:

Neufert, Ernst, Data Arsitek Edisi Kedua Jilid 1, Jakarta : Erlangga. ( Alih Bahasa oleh Sjamju Amril).

Neufert, Ernst, Data Arsitek Edisi Kedua Jilid 2, Jakarta : Erlangga. ( Alih Bahasa oleh Sunarto Tjahjadi ).

Sidhharta, Eko Budihardjo, Konservasi Lingkungan dan Bangunan Kuno Bersejarah, Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.

Stake, Robert E. 2010. Qualitative research: studying how things work. New York: Guilford Press

Sutaarga, M. Amir. 1999, Pedoman Penyelenggaraan dan Pengelolaan Museum. Jakarta

Sutaarga, M. Amir. 2000. Studi Museologia. Jakarta: Proyek Pembinaan Permuseuman. Jakarta: Direktorat Jendral Kebudayaan, Depdikbud Metropolitan Mebidangro Visi 2027

RUTRK, wilayah Kotamadya Daerah tingkat II Medan www.arsitektur-neo-vernakular-fazil.blogspot.com www.scribd.com

www.Wikipedia.com http://www.gobatak.com  


(2)

BAB III

METODE PENDEKATAN PERANCANGAN

Metode pendekatan perancangan menjelaskan tahapan-tahapan yang dilakukan selama proses pra-perancangan, dimulai dari menetukan kawasan, melakukan diskusi dan asistensi, melakukan studi lapangan dan studi pustaka, hingga akhirnya dapat menetukan lokasi site perancangan dan menentukan fungsi bangunan yang dirancang. Berikut ini dijelaskan mengenai metode pendekatan perancangan secara lebih rinci.

3.1 Tahap 1 (Diskusi dan Briefing Dalam Menentukan Kawasan Proyek)

Tanggal Keterangan Senin, 22 Februari 2016 Briefing dan diskusi bersama tim kerja dan dosen

pembimbing mengenai program kerja dan penentuan lokasi proyek.

Selasa, 23 Februari 2016 Diskusi bersama tim kerja dan dosen pembimbing mengenai lokasi pasti proyek dan pengarahan untuk survey lokasi (survey lapangan).

Pada tahap ini kawasan proyek yang diajukan oleh tim kerja yaitu Sei Mangke, Kab. Simalungun dan Kuala Namu. Setelah tahapan diskusi dilakukan akhirnya diputuskan lokasi proyek yang diambil berada di kawasan Bengkel Pulo Brayan sebagai kawasan pengembangan Mebidangro.


(3)

3.2 Langkah Kedua (Survey Lokasi)

Tanggal Keterangan Rabu, 24 Februari 2016 Survey lokasi di Bengkel Pulo Brayan,

mengumpulkan dan mencatat data-data lokasi.

Kamis, 25 Februari 2016 Membahas hasil data survey. Mengasistensikan dan mendiskusikannya bersama dengan tim kerja dan dosen pembimbing.

Jum’at. 26 Februari 2016

Menganalisa site kawasan bersama dengan tim kerja dan dosen pembimbing. Dimulai dengan peraturan yang diterapkan pada kawasan perancangan, pemilihan tema perancangan kawasan dan membuat sketsa cepat mengenai rencana perancangan kawasan.

Pada tahap ini disimpulkan bahwa kawasan Bengkel Pulo Brayan akan dilakukan renewal development dengan menambahkan fungsi-fungsi bangunan yang dapat memfasilitasi kegiatan yang tidak hanya kegiatan masyarakat sekitar tetapi juga masyarakat diluar kawasan. Hal ini bertujuan untuk menjadikan kawasan ini sebagai daerah yang menjanjikan dan memberikan input bagi Kota Medan dan daerah perencanaan Mebidangro.

3.3 Tahap 3 (Survey Lapangan dan Mencari Data Kepustakaan Untuk Menguatkan Analisa Data Lokasi)

Tanggal Keterangan Selasa, 01 Maret 2016  Survey tim kerja ke Kantor PT. KAI di Jl. Jawa

untuk menyampaikan surat izin wawancara dengan pihak PT. KAI perihal perencanaan kawasan pada tanah milik PT. KAI.

 Survey tim kerja ke BWS (Badan Warisan Sumatera), namun belum ada hasil.


(4)

Kamis, 03 Maret 2016  Survey tim kerja dan dosen pembimbing ke kantor PT. KAI menanyakan surat balasan untuk izin wawancara, namun belum mendapatkan surat balasan.

 Survey tim kerja ke Perpustakaan Daerah untuk mencari data sejarah Kota Medan.

Jum’at, 04 Maret 2016  Survey kembali tim kerja ke Perpustakaan Daerah untuk mencari data sejara kawasan Bengkel Pulo Brayan.

 Survey kembali tim kerja ke BWS (Badan Warisan Sumatera) dan bertemu dengan beberapa narasumber. Survey ini mendapatkan hasil informasi mengenai data sejarah kota Medan, sejarah kawasan Bengkel Pulo Brayan dan sejarah mengenai kereta api di Kota Medan.

Setelah mendapatkan data pendukung untuk melakukan proyek perencanaan kawasan, maka langkah selanjutnya adalah membuat desain renewal development kawasan Bengkel Pulo Brayan berdasarkan hasil analisa data lokasi dan data pendukung. Perencanaan kawasaan ini memegang konsep mempertahankan nilai sejarah dengan tema sustainable (arsitektur berkelanjutan). Untuk lebih menguatkan kegiatan perancangan proyek ini, tim kerja dan dosen pembimbing masih menunggu surat balasan dari PT. KAI untuk melakukan wawancara.


(5)

3.4 Tahap 4 (Mendesain Rancangan Kawasan dengan Fungsi-Fungsi Bangunan yang Diperlukan)

Tanggal Keterangan Sabtu - Senin, 05 - 07

Maret 2016

Mengerjakan rancangan Masterplan Kawasan Bengkel Pulo Brayan bersama dengan tim kerja.

Selasa, 08 Maret 2016 Mendiskusikan hasil rancangan Masterplan Kawasan Bengkel Pulo Brayan bersama tim kerja dan dosen pembimbing.

Rabu - Jum’at, 09 - 11 Maret 2016

Mengerjakan maket kawasan existing.

Hal yang perlu diingat dalam merencanakan perancanan kawasan ini adalah diharapkan kawasan ini dapat menarik minat masyarakat diluar kota Medan bahkan wisatawan asing untuk berkunjung ke Kota Medan.

Gambar 3.2 Gambar Maket Kawasan Esisting Gambar 3.1 Gambar rancangan kawasan awal


(6)

3.5 Tahap 5 (Mengerjakan Revisi Perancangan Kawasan Bengkel Pulo Brayan)

Setelah tahap 3 dilakukan, diperoleh beberapa revisi-revisi yang harus dilakukan dalam perancangan Kawasan Bengkel Pulo Brayan. Berikut adalah proses revisi yang dilakukan.

Gambar 3.3 Gambar proses revisi perancangan kawasan

3.6Tahap 6 (Belajar dari Tanjung Balai)

Selama proses perancangan kami mendapatkan kesempatan untuk mendesain suatu kawasan di Tanjung Balai. Kesempatan ini sekaligus menjadi pembelajaran bagi kami dalam mendesain suatu rancangan kawasan. Berikut merupakan hasil desain rancangan kawasan Tanjung Balai yang telah dikerjakan bersama – sama dengan Pak Rudolf dan Pak Dedi.


(7)

Gambar 3.4 Alternatif Masterplan Kawasan Tanjung Balai

Selama proses perancangan kawasan, kami juga mengerjakan suasana dari masterplan tersebut. Hal ini sangat berguna bagi kami karena kami dapat belajar untuk mengerjakan suasana dari kawasan perancangan yang ada di Pulo Brayan. Berikut merupakan beberapa gambar suasana dari Tanjung Balai :


(8)

Gambar 3.5 Suasana Kota Tanjung Balai (Sumber : Google)


(9)

3.7 Tahap 7 (Mendapatkan Hasil Rancangan Kawasan Yang Sudah Disetujui dengan Desain Fungsi Bangunan Yang Sudah Ditentukan)

Gambar 3.6 Gambar Hasil Akhir Perancangan kawasan

Setelah menetapkan hasil akhir Masterplan Kawasan Bengkel Pulo Brayan, maka diputuskan desain fungsi bangunan yang akan dirancang oleh masing-masing tim kejra adalah sebagai berikut :

 Apartemen, dengan tema Hi-Tech,

Concert hall, dengan tema arsitektur futuristik

Convention and Exhibition, dengan tema Arsitektu Hemat Energi, Youth center, dengan tema green arsitektur,

 Museum sejarah Kota Medan dengan tema Arsitektur Neo-Vernakular,  Pusat Industri, dengan tema arsitektur industrial


(10)

3.8Tahap 8 (Merancang Suasana Kawasan Bersejarah Pulo Brayan)

Setelah merancang masterplan kemudiang langkah selanjutnya adalah merancang suasana kawasan bersejarah Pulo Brayan. Kami bekerja sama dan membagi tugas dalam merancang suasana kawasan ini. Hasil dari kerja kami adalah sebagai berikut:


(11)

Gambar 3.7 Perancangan Suasana Pulo Brayan (Sumber : Data Pribadi)


(12)

3.9Tahap 9 (Hasil Akhir Masterplan Setelah Revisi)

Langkah ini merupakan langkah terakhir. Masterplan yang telah dirancang kemudian direvisi setelah mendapat masukan dari beberapa dosen pembimbing lainnya. Masukan – masukan ini menambah daya tarik dari kawasan bersejarah Pulo Brayan tersebut.

Gambar 3.8 Masterplan Green Deli Oasis (Sumber : Data Pribadi)


(13)

BAB IV

ANALISA PERANCANGAN

4.1 Analisa Kondisi Tapak dan Lingkungan

4.1.1 Analisa Lokasi

         

 

Gambar 4.1 Peta Lokasi Site (Sumber:Google Earth)


(14)

Lokasi proyek Museum Sejarah Kota Medan terletak di jalan pertama yang berada di kawasan Pulo Brayan. Kawasan ini memiliki banyak potensi untuk dikembangkan menjadi daya tarik Kota Medan.

Potensi lahan selanjutnya adalah lokasi berada di kawasan yang mengandung banyak nilai sejarah terutama di bidang per-keretaapian. Sehingga masih banyak bangunan – bangunan bersejarah yang dapat menjadi daya tarik bagi lokasi perancangan.

4.1.2 Analisa Tata Guna Lahan

Gambar 4.2 Peta Tata Guna Lahan Eksisting

Dalam analisa tata guna lahan ini akan dibahas mengenai fungsi eksisting lahan, dan solusi untuk memanfaatkan setiap bagian kawasan perancangan untuk memaksimalkan fungsi lahan, sehingga lahan dapat dipakai secara efisien dan tidak terbengkalai


(15)

Kawasan sekitar lokasi perancangan memiliki tata guna lahan yang didominasi oleh pergudangan, permukiman, dan bangunan komersil. Tidak ada tersedia ruang terbuka hijau yang diperuntukkan bagi masyarakat sekitar. Perancangan ruang terbuka hijau sangat diperlukan di kawasan bersejarah Pulo Brayan tersebut.

4.1.3 Analisa Kontur

Lokasi site memiliki kontur yang relative datar. Hal ini dapat dilihat dari topografi kecamatan Medan Timur yang berbatasan dengan lokasi perancangan.

Gambar 4.3 Peta Kontur Lokasi Perancangan (Sumber : RUTRK)

Dapat dilihat dari peta bahwa kontur di sekitar lokasi perancangan relatif datar. Kawasan Pulo Brayan memiliki kontur yang relative datar.


(16)

4.1.4 Analisa Peraturan

Berdasarkan RUTRK Medan, lokasi perancangan yang berada di Medan Timur mempunyai peta pemanfaatan ruang sebagai berikut.

Gambar 4.4 Peta Pemanfaatan Ruang Lokasi (Sumber : RUTRK)

Pemanfaatan ruang pada lokasi perancangan akan digunakan sebagai guna lahan suaka dan cagar budaya. Pembangunan museum pada lokasi perancangan sesuai dengan peraturan pemanfaatan ruang pada RUTRK yaitu sebagai media pelestarian sejarah yang ada di kawasan Pulo Brayan.


(17)

4.1.5 Analisa Bangunan Sekitar

Gambar 4.5 Peta Bangunan Sekitar

1. Perumahan Belanda 2 Menara Air


(18)

5. Stasiun Lama 6.RS Marta Friska 7.Sungai Deli

4.1.6 Analisa Lalu Lintas

Arus lalu lintas dari dan menuju kawsan perancangan terlihat padat lancar. Untuk yang melewati fly over kendaraan lancar, tetapi jika melewati jalan dibawah fly over (Jl. Yos Sudarso dan sekitarnya) maka arus lalu lintas terbilang macet. Hal ini dikarenakan jalan yang kecil dan adanya lintasan rel kereta api. Untuk itu pada perancangan kembali kawasan Bengkel Pulo Brayan, jalan ini akan diperlebar. Ini bertujuan untuk mengurangi penumpukkan kendaraan dan memberikan ruang hawa untuk bangunan yang berada dibawah fly over. Titik lampu merah pada kawasan ini ada di persimpangan Jl. Krakatau-Jl. Cemara dan persimpangan Jl. Yos Sudarso-Jl. Cemara.

Berikut adalah uraian untuk intensitas kendaraan disekitar kawasan perancangan :

 Jalan Cemara : padat lancar, dengan dominasi kendaraan pribadi beroda empat, dan kendaraan berat.

 Jalan Krakatau : padat lancar, dengan dominasi kendaraan pribadi beroda empat, kendaraan berat dan angkutan umum..

Fly over : lancar, dengan dominasi kendaaran pribadi beroda empat, dan kendaraan berat.

 Jalan Yos Sudarso : sedikit macet, dengan dominasi angkutan umum, kendaraan pribadi roda dua dan empat.

 Jalan Bengkel dan Jalan Lampu : lancar, sedikit yang melintas jalan ini karena daerah permukiman penduduk. Dominasi kendaraan di jalan ini adalah kendaraan roda dua.


(19)

4

b

4.1.7 Pras

Saran berikut:  Saran Terd terse 1. Saran Terd sarana

na yang ter

na Pendidika dapat Yayasa ebar di kawas

Gambar na Kesehata dapat Rumah

Gambar

rsedia di se

an

an Wanita K san Pulo Bra

r 4.6 Sarana P an

h sakit Umum

r 4.7 Sarana K

ekitar kawa

Kereta Api d ayan.

Pendidikan di

m Martha Fr

Kesehatan di

asan peranc

dan beberap

Lokasi Peran

iska di jalan

Lokasi Peran

angan adala

pa sekolah n

ncangan

n Yos Sudars

ncangan

ah sebagai

negeri yang


(20)

4

m

2. Saran Terd

4.1.8 Anali

Kara masyarakatn Karakter L Masyarakat Perekonom na Ibadah dapat beberap Gambar sa Karakter akter lingkun nya, perekon Lingkungan t mian

pa masjid, ge

r 4.8 Sarana P

ristik Lingk

ngan pada ka nomiannya, d n Masyara umumny kota unt banyak a menungg Hal ini semrawu Untuk p sebagian kebawah

ereja dan ma

Pendidikan di

kungan Seki

awasan Beng dan keadaan

akat di kaw ya memakai tuk menuju angkutan ko gu penumpa membuat ut perekonomia n besar ad h. Kegiatan

adrasah di ka

Lokasi Peran

itar

gkel Pulo Br topografiny Keteranga wasan Bengk kendaraan u u suatu tem

ta yang park ang terutama kawasan an masyarak dalah ekono perekonom awasan Pulo ncangan rayan dapat ya. an

kel Pulo Br umum sepert mpat. Oleh k

ker sembaran a di jalan Yo Pulo Braya

kat pada ka omi kelas mian yang te

o Brayan. dilihat dari rayan pada ti angkutan karena itu, ngan untuk os Sudarso. an terlihat awasan ini menengah erjadi pada


(21)

kawasan ini adalah kegiatan komersil, dimana masyarakatnya banyak yang membuka retail yang menjual kebutuhan kawasan seperti rumah makan, bengkel, kebutuhan rumah tangga dan lain sebagainya.

Topografi Kondisi Topografi di kawasan ini relatif datar, dan hampir tidak terlihat sedikitpun area yang berkontur di kawasan ini. Karena kawasan ini relatif datar maka topografi kawasan ini tidak terlalu memberikan masalah untuk perancangan kawasan dan perancangan fungsi bangunan. Untuk jenis kondisi tanah di kawasan ini tidak terlalu keras. Jenis tanahnya adalah bekas persawahan, ini dapat dilihat dari beberapa tempat yang tanahnya terlihat rendah dan tergenang air setelah terjadi hujan.


(22)

4.1.9 Analisa Sirkulasi

Sirkulasi di Jalan Yos Sudarso dan Jalan Cemara merupakan sirkulasi dengan jalur dua arah. Tingkat kemacetan di kawasan ini cukup tinggi terutama di bawah jembatan layang Pulo Brayan (fly Over). Kondisi jalan pada kawasan perancangan dapat dikatakan cukup baik, akan tetapi tidak tersedia penataan jalur hijau dan jalur pedestrian bagi pejalan kaki.

Oleh sebab itu, pada perencanaan perancangan kawasan Bengkel Pulo Brayan perlu diperhatikan kenyamanan dan keamanan bagi pengunjung dan penggunan jalan. Tidak hanya yang menggunakan kendaraan, tetapi juga yang menggunakan sepeda dan bagi pejalan kaki.  

 


(23)

4.1.10 Analisa View

Lokasi perancangan memiliki 4 view:  View Timur : Perumahan Warga  View Selatan : Balai Yasa

 View Barat : Perumahan Warga  View Utara : Perumahan Warga

Gambar 4.10 Peta Analisa View Lokasi (Sumber : Google)


(24)

4.1.11 Analisa Matahari

Matahari merupakan salah satu faktor penting untuk perancangan bangunan. Analisa matahari akan mempengaruhi bentuk bangunan dan orientasi bangunan. Karena panas dari sinar matahari dapat mengganggu kenyamanan di dalam bangunan.

Gambar 4.11 Analisa Matahari (Sumber : Data Pribadi)

Potensi Masalah Solusi -Memanfaatkan cahaya

matahari sebagai sumber penerangan didalam bangunan

-Panas matahari dapat mengganggu kenyamanan di dalam bangunan

-Menggunakan skylight pada bangunan agar cahaya dapat menerangi bagian dalam bangunan


(25)

4.1.12 Analisa Angin

Arah angin yang mendominasi di kawasan ini adalah arah angin dari Utara ke Selatan, arah angin dari Timur ke Barat, dan arah angin dari Timur Laut ke Barat Daya. Namun angin yang berhembus paling stabil adalah angin yang berasal dari arah Utara menuju ke Selatan.

Gambar 4.12 Analisa Angin (Sumber : Data Pribadi)

Potensi Masalah Solusi -Memanfaatkan sirkulasi

angin sebagai sumber penghawaan didalam bangunan

-Hembusan angin dapat mempengaruhi beban lateral pada bangunan

-Menggunakan void didalam bangunan sebagai jalur sirkulasi angin


(26)

4.1.13 Analisa Kebisingan

Kebisingan merupakan faktor penting dalam perancangan, karena dapat mengganggu kenyamanan di dalam bangunan. Oleh karena itu analisa kebisingan harus dilakukan agar dapat mengetahui sumber kebisingan tersebut.

Gambar 4.13 Analisa Kebisingan (Sumber : Data Pribadi)

Potensi Masalah Solusi -Bagian timur dan selatan

site memiliki tingkat kebisingan yang rendah

-Tingkat kebisingan paling besar berasal dari jalan raya

-Perancangan taman di sekitar museum dapat membuffer kebisingan


(27)

4.2 Analisa Fungsional

4.2.1 Analisa Kebutuhan Ruang & Program Ruang

Kebutuhan ruang yang ada timbul dari aktivitas yang berlangsung di dalam bangunan. Dan aktivitas yang dilakukan dikelompokkan berdasarkan fungsi yang tersedia. Fungsi yang terdapat pada bangunan ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu fasilitas utama dan pendukung. Fasilitas utama melayani fungsi utama yang direncanakan akan diakomodasi oleh manajemen museum ini sedangkan fasilitas pendukungnya melayani fungsi utama dan fungsi lain yang diperhitungkan akan mampu menyokong keberhasilan fungsi utama.

Kebutuhan ruang dari museum sejarah dan seni ini adalah :  Ruang Pameran

Ruang untuk meletakkan benda-benda sejarah dan seni untuk dipamerkan. Beberapa ruang yang dibutuhkan adalah :

- Ruang galeri - Ruang simpan

- Ruang pembersihan dan perawatan

 Ruang Pengelola

Ruang pengelola adalah area tempat kerja buat pengawas, karyawan yang bekerja di museum tersebut. Beberapa ruang yang dibutuhkan adalah :

-Ruang Manager

- Ruang Sekretaris Manager - Ruang Karyawan

- Ruang Rapat - Ruang tunggu - Loker

- Ruang istirahat - Ruang ganti


(28)

 Ruang Diskusi

Ruang untuk melakukan diskusi, workshop, dan pembahasan materi yang didiskusikan. Ruang yang dibutuhkan adalah:

- Ruang diskusi - Ruang workshop - Ruang fotografi

- Ruang penyimpanan bahan materi - gudang

 Ruang Penelitian Umun dan Pusat Data

Ruang penelitian umum untuk meneliti benda-benda yang berkaitan dengan bahan materi ilmiah yang didiskusikan sehingga menjadi penelitian yang dapat dimasukkan dalam penyimpanan data. Penyimpanan data merupakan database untuk dijadikan pusat pencarian data yang akurat. Beberapa ruang yang dibutuhkan adalah :

-Kamar mandi - Toilet - Janitor

- Ruang Penyimpanan alat - Ruang alat

- Ruang Genset

 Ruang Keamanan

Ruang keamanan untuk membantu keamanan museum. Beberapa ruang yang dibutuhkan adalah :

-Ruang kontrol - Ruang security - Ruang ganti - Ruang istirahat - Ruang cctv


(29)

Program Ruang Dalam Museum Area Museum

Jenis ruang Pemakai Kegiatan Kapasitas Standard Dimensi Sumber Loket pengelola  Ticketing   

Tempat  informasi

4 org 1.5 m2 6 m2 NAD

Penitipan  barang

pengunjung Tempat  menitip  barang

150 0.78m2 117 m2 NAD

Lobby pengunjung Menunggu berkumpul

300 0.8 m2 240 m2 NAD

Ruang  pameran  sejarah

pengunjung Melihat  pameran  Galeri

150 org 6‐10 m2 900 m2 NAD

Ruang  pameran  seni

pengunjung Melihat  pameran Galeri

150 org 6‐10 m2 900 m2 NAD

Mini  auditorium

pengunjung Diskusi  informasi

300 org 1.05 m2 315 m2 NAD Ruang 

koordinasi  auditorium

pengelola 15 org 0.8 m2 12 m2 NAD

Ruang  simpan

pengelola 100 m2 ASS

Sirkulasi 20 % 2590 x 20%

Total 3108

Tabel 4.2 Program Ruang Luar Museum

Area Penelitian dan Data Umum

Jenis ruang Pemakai Kegiatan Kapasitas Standard Dimensi Sumber Perpustakaan Pengunjung 

Peneliti

Membaca  Studi Melihat Buku

50 org 2 m2 100 m2 NAD

Ruang  komputer

Pengunjung  Peneliti 

Browsing  Internet    Searching 

50 org 2 m2 100 m2 NAD

Ruang  Studio  potografi


(30)

Ruang  Penelitian

peneliti   Meneliti  Belajar Menganalisa

20 org 6‐10 m2 200 m2 NAD

Ruang Diskusi Pengunjung  Peneliti 

Diskusi Berpendapat

20 org 6‐10 m2 200 m2 NAD

Ruang 

Workshop dan  Bengkel

Peneliti Studi  Literatur

20 org 6‐10 m2 200 m2 NAD

Ruang  Penyimpanan Service  peneliti menyimpan  benda

‐ ‐ 50 m2 SP

Ruang staff pengelola istirahat 10 org 2‐5 m2 50 m2 NAD

Sirkulasi 20 % 910 x 20%

Total 1092

Tabel 4.3 Program Ruang Luar Museum

Area Pengelola

Jenis ruang Pemakai Kegiatan Kapasitas Standard Dimensi Sumber R.Kepala 

Museum

pengelola Istirahat Kerja

4 org 2‐5 m2 20 m2 NAD

Ruang  sekretaris

pengelola Isitirahat Kerja

4 org 2‐5 m2 20 m2 NAD Ruang TU pengelola Administrasi 6 orang 2‐5 m2 30 m2 NAD Ruang Tunggu peneliti  

pengunjung 

Menunggu 30 org 0.8 m2 24 m2 NAD Ruang Rapat pengelola Diskusi

Rapat

30 org 1.5‐2 m2 60 m2 NAD

Ruang  Karyawan

pengelola Isitirahat Kerja

50 org 1.2 m2 60 m2 NAD

Loker Karyawan pengelola Ganti Pakaian SImpan 

Barang

‐ ‐ 40 m2 ASS

Ruang Istirahat pengelola istirahat 30  org 1.2 m2 60 m2 NAD

Sirkulasi 20 % 314 x 20%

Total 376.8


(31)

Souvenir dan Restorant

Jenis ruang Pemakai Kegiatan Kapasitas Standard Dimensi Sumber Banquet Pengunjung

Pelayan

Menikmati  hidangan  Mengantar 

Hidangan

350 org 1.85m² /org 

161,2m2 NAD

Bar counter Pengunjung Pelayan

 Memesan  Makanan &  minuman 

150 org 0.65m2  /org

24,4m2 NAD

R.Penyim  panan

pegawai Menyimpan  Bahan  Makanan

5 org 3 m2 15 m2 ASS

Toilet Pria Pengunjung Pegawai Pengelola

Buang Air Membersihka

n WC

0,9m2 /unit  0,72m2 /unit 0,4m2 /unit

1,8 m2  1,44 m2  2,08 m2

NAD  NAD  NAD Toilet Pria Pengunjung

Pegawai Pengelola

Buang Air Membersihka

n WC

0,9m2 /unit  0,72m2 /unit

0,4m2 /unit

1,8 m2  1,44 m2  2,08 m2

NAD  NAD  NAD Kasir Kasir 

Pengunjung

Membayar  Makanan Melayani 

pembayaran

2m2/unit 4m2 SP

Dapur Pelayan Pegawai

Memasak Menyiapkan 

Makanan Mencuci

‐ ‐ 100 m2 ASS

Gudang Pegawai Menimpan  alat  kebersihan

6 m2 ASS

R.Pegawai  Pegawai  Pengelola 

Istirahat Ganti Pakaian

10 org  5‐10m2  /org 

80m2  NAD 

Souvenir  Pegawai  Pengunjung 

Beli barang      300m2  ASS 

Sirkulasi 20 % 701 x 20%

Total 840


(32)

Servis Dan Utilitas

Jenis ruang Pemakai Kegiatan Kapasitas Standard Dimensi Sumber Ruang Security Pegawai Menjaga 

Gedung

6 org 2‐5 m2 30 m2 NAD

Ruang Kontrol Pegawai  servis

Mengontrol  Gedung

5 org 2‐5 m2 25 m2 NAD Ruang cctv Pegawai Servis  Menjaga

Gedung

3 orang 2‐5 m2 15 m2 NAD

Ruang alat dan keamanan

Pegawai Servis 

  Menjagagedung   - -

25 m2 ASS

Ruang operator dan sound

Pegawai  servis

Mengatur  pengeras  suara gedung

‐ ‐ 25 m2 ASS

Sirkulasi 20 % 120 x 20%

Total 134

Tabel 4.6 Program Ruang Luar Museum Keterangan Sumber:

 NAD : Neufret, Ernest.1992.Data Arsitek,jilid 1 dan 2.Erlangga.Jakarta  TS : De Chiara.Joseph,and John Calender.1981.Time Saver Standart for

Building Types.Mcgraw Hill Book Company.New York.  SP : Studi Pengamatan

 A : Asumsi

Program Ruang Luar Museum

Program ruang luar ditunjukkan dengan tabel berikut: Kelompok 

Pengguna

Kapasitas Asumsi Standar (m2 )

Besaran Ruang Sumber Pengelola 1 manager

2 asisten  manager  5 sekretaris  2 tata usaha  5 teknisi  5 office boy  Jumlah = 20

80% mobil @  1 orang     

20% roda 2 @  1 orang

1 mobil  2,5x 5 = 12,5  

 

1 kereta  1x2.5=2.5

Mobil   80%x20=16  16x12.5=200m2   

Sepeda Motor  20%x20=4  4x2.5=10m2 


(33)

Tour Tourist 60 orang (peak time)

Akomodasi bus 100% @40 orang

1 bus:  3x8=24

Bus 60/40=2  2x24 = 48 m

NAD

Pengunjung 300 orang  40% mobil @  1 orang         

30%  Sepeda  Motor  @  1  orang 

1 mobil:  2.5x5=12.5   

   

1 Sepeda  Motor:  1x2.5=2.5 Mobil  40%x300=120  120x12.5=1500 m2   

Sepeda  Motor 30%x300=90  90x2.5=225 m

NAD

30% berjalan kaki dan naik kendaran umum

Tabel 4.7 Program Ruang Luar Museum

4.2.2 Analisa Bentuk Massa

Bentuk massa bangunan merespon dari bentuk site, merespon dari bentuk bangunan dan kondisi disekitar site serta mempertimbangkan view bangunan, sehingga mempunyaikesalarasan antara bangunan disekitar site. Selain itu juga, bentukan bangunan bertemakansesuatu atau mempunyai konsep tertentu yang masih kontekstual.

Museum Sejarah Kota Medan memakai tema neo – vernacular. Alasan pemilihan tema ini adalah agar pengunjung yang datang ke museum tetap dapat melihat unsur budaya local dari kota Medan melalui bentukan massa bangunan.

Hal yang harus diperhatikan dalam bentukan massa adalah :

 Bentuk massa bersifat modern tetapi tetap mengadopsi bentukan peralatan tradisional adat batak yaitu dalihan natolu. Dalihan natolu merupakan sebuah tungku yang terbuat dari batu untuk memasak. Penggunaan bentukan tungku ini karena perancangan ini menggunakan tema neo – vernacular.


(34)

 Memaksimalkan orientasi massa bangunan menghadap Balai yasa sehingga masyarakat yang melewati jalan tersebut dapat tertarik untuk mengunjungi museum.

Gambar 4.14 Tungku Memasak Batak (Dalihan Natolu)

Bentukan tungku ini akan diadopsi kedalam bentukan massa museum. Makna tungku ini adalah sifat kekeluargaan yang melambangkan kota Medan pada masa merebutkan kemerdekaan.

4.3 Analisa Teknologi

4.3.1 Analisa Struktur

Struktur bangunan pada umumnya terdiri dari struktur bawah (lower structure) dan struktur atas ( upper structure). Struktur bawah ( lower Structure) yang dimaksud adalah pondasi dan struktur bangunan yang berada di bawah permukaan tanah, sedangkan yang dimaksud dengan struktur atas (upper structure) adalah struktur bangunan yang berada di atas permukaan tanah seperti kolom, balok, plat, atap. Setiap komponen tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda di dalam sebuah struktur.


(35)

Komponen struktur bagian atas pada bangunan musem:  Kolom

Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan penting dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan dan juga runtuh total ( total collapse) seluruh struktur. (Sudarmoko, 1996). Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi.

 Balok

Balok juga merupakan salah satu pekerjaan beton bertulang. Balok merupakan bagian struktur yang digunakan sebagai dudukan lantai dan pengikat kolom lantai atas. Fungsinya adalah sebagai rangka penguat horizontal.

 

 Plat Lantai

Plat lantai adalah lantai yang tidak terletak di atas tanah langsung, jadi merupakan lantai tingkat. Plat lantai ini didukung oleh balok – balok yang bertumpu pada kolom – kolom bangunan.

 Atap

Atap adalah bagian paling atas dari suatu bangunan, yang melindungi gedung dan penghuninya secara fisik maupun metafisik. Untuk bangunan museum, penutup atap akan menggunan struktur atap bentang lebar. Komponen struktur bagian bawah pada bangunan musem:

 Pondasi

Pondasi adalah struktur bagian bawah bangunan yang berhubungan langsung dengan tanah, atau bagian bangunan yang terletak di bawah permukaan tanah yang mempunyai fungsi memikul beban bagian bangunan lain di atasnya. Pondasi harus diperhitungkan untuk dapat menjamin kestabilan bangunan terhadap beratnya sendiri, beban – beban bangunan (beban isi bangunan), gaya-gaya luar seperti : tekanan angin,


(36)

gempa bumi, dan lain-lain. Untuk bangunan museum akan menggunakan beberapa jenis pondasi yaitu, pondasi tiang pancang dan pondasi telapak.  Basement

Basement adalah ruang bawah tanah yang merupakan bagian dari bangunan gedung. Pada masa ini basement dibuat sebagai usaha untuk mengoptimalkan penggunaan lahan yang semakin padat dan mahal. Struktur dinding basement harus dihitung dengan tepat agar dapat memikul beban tekanan tanah.

4.3.2 Analisa Utilitas

Bangunan museum yang dirancang harus dapat dipakai dengan nyaman dan dapat dinikmati oleh pengunjung. Kenyamanan berkaitan dengan sistem utilitas bangunan tersebut. Sistem ini meliputi keamanan, penghawaan, pencahayaan, pencegah dan penanggulangan kebakaran, sanitasi, elektrikal, penangkal petir, dan pembuangan sampah.

 Elektrikal

- Sumber arus listrik dari PLN dan dari generator sebagai energi cadangan. Jika arus dari PLN padam, sebelum generator bekerja, digunakan satu daya bebas gangguan Uninterupted Power Supply ( UPS ).

- Penempatan generator di basemen.


(37)

Diagram 4.1 Sistem Elektrikal  Plumbing

Sistem Plumbing terdiri dari air bersih, air kotor padat, dan air kotor cair.

- Air Bersih

Sumber air bersih museum berasal dari PDAM, apabila air PDAM tidak berjalan dengan lancar, maka sumur bor akan digunakan sebagai sumber air cadangan.


(38)

- Air Kotor Cair

Air kotor cair akan di treatment terlebih dahulu sebelum dibuang ke saluran pembuangan air kotor kota.

Diagram 4.3 Sistem Pembuangan Air Kotor Cair

- Air Kotor Padat

Air kotor padat akan di treatment terlebih dahulu sebelum dibuang ke saluran pembuangan air kotor kota.

Diagram 4.4 Sistem Pembuangan Air Kotor Padat

 Penghawaan

Sistem penghawaan dapat dibagi dua yaitu penghawaan alami dan penghawaan buatan.


(39)

Penghawaan Alami Penghawaan Buatan Keuntungan  Biaya lebih murah

 Dapat menjadi bagian dari estetika bangunan

 Penghawaan dapat merata di setiap ruangan

 Tingkat kelembaban dan suhu dapat dikontrol

 Udara yang dialirkan dapat dibersihkan

Kerugian  Penghawaan yang terjadi tidak dapat dikontrol

 Penghawaan tidak merata pada setiap ruangan

 Penghawaan bergantung pada iklim setempat

 Biaya lebih mahal

 Membutuhkan ruangan sebagai tempat mesin penghawaan  Membutuhkan perawatan Tabel 2.8 Perbandingan Penghawaan

Kenyamanan thermal secara alami dapat diperoleh dengan cara : - Penggunaan sun screen dan shading

- Penggunaan kaca reflektif - Penggunaan sistem kaca ganda - Penggunaan air pendingin

- Penggunaan blower (roof fan) untuk mempercepat aliran udara.

Kenyamanan thermal secara buatan dapat diperoleh dengan cara : - Penghawaan sistem AC Central

- Penghawaan sistem AC Packege (split)


(40)

 Pencegah Kebakaran

Sistem pemadam kebakaran terbagi dua jenis, yaitu : - Pencegahan

- Smoke Detector - Heat Detector - Penanggulangan

- Sprinkler - Fire Hydrant - fire Extinguser - Pilar Hydrant

Penyelamatan dengan menggunakan tangga kebakaran. Syarat tangga kebakaran adalah:

- Terbuat dari bahan tahan api - Terdapat penekanan asap

- Di lantai dasar langsung ke luar ke alam bebas - Radius penempatan kira-kira 40 m

 Sampah

Pengolahan sampah harus dilakukan secara baik dan benar agar tetap menjaga kenyamanan di dalam bangunan. Sumber utama sampah berasal dari: - Area kerja pengelola berupa kertas-kertas bekas

- Area pengunjung berupa bungkusan-bungkusan bekas makanan - Area logistik yaitu dapur

  Sampah akan dikumpulkan menurut jenisnya yaitu sampah kering, sampah basah, dan sampah berbahaya lainnya yang dapat mengandung zat-zat racun. Penyediaan tong sampah dengan berbagai jenis akan mempermudah pengunjung untuk membuang sampah menurut jenisnya. Kemudian sampah dibuang ke tempat sampah utama untuk diangkut oleh truk pembuang sampah.


(41)

4.4 Kesimpulan

Judul proyek ini adalah Museum Sejarah Kota Medan di Kawasan Pulo Brayan. Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan, maka bangunan ini akan menghasilkan design sebagai berikut :

 Bangunan menggunakan tema neo – vernakular agar nilai budaya setempat dapat dikenal oleh pengunjung museum. Bentukan Massa akan mengadopsi dari bentuk Tungku Masak Adat Batak

 Orientasi bangunan Balai Yasa

 Bangunan ditujukan untuk masyrakat yang berfungsi sebagai media edukasi dan penunjang dari konsep urban renewal Pulo Brayan


(42)

BAB V

KONSEP

Pada Bab V ini menyajikan konsep dasar, konsep perancangan tapak, konsep perancangan bangunan, konsep perancangan struktur bangunan, serta konsep perancangan utilitas bangunan.

5.1 Konsep Massa

Bangunan Museum Sejarah Kota Medan yang dirancang mengambil bentukan dasar dari segitiga dan juga tabung, berikut ini merupakan tahapan – tahapan dari gubahan massa bangunan.

Gambar 5.1 Tahap Pertama Gubahan Massa

Bangunan mengambil bentukan segitiga dan lingkaran dengan mempertimbangkan bentukan site perancangan.


(43)

Bentukan selanjutnya mengambil bentukan daun tembakau yang merupakan tanaman kebanggan Kota Deli pada jaman penjajahan hingga sekarang.

Gambar 5.3 Tahap Ketiga Gubahan Massa

Tahap selanjutnya mengubah bentuk lingkaran menjadi bentukan dalihan natolu (tungku memasak adat batak). Bentukan ini menyerupai bentuk tungku karena bangunan mengambil tema neo vernakular yang mengadopsi budaya batak dan melayu.

Gambar 5.4 Tahap Keempat Gubahan Massa

Tahap terakhir merupakan tahap penambahan ukiran – ukiran batak dan melayu yang mempunyai makna tersirat. Ukiran – ukiran ini bertujuan agar masyarakat dapat mengetahui unsur-unsur budaya lokal yang ada di Kota Medan.


(44)

5.2 Konsep Perancangan Tapak

5.2.1 Konsep Matahari

Gambar 5.5 Konsep Matahari Keterangan :

Daerah terkena sinar matahari

Penggunaan skylight pada bangunan dapat memberikan pencahayaan alami kepada bangunan. Konsep pencahayaan alami ini dapat menghemat penggunaan energy listrik pada bangunan.


(45)

5.2.2 Konsep Angin

Gambar 5.7 Konsep Angin Keterangan :

Jalur Sirkulasi Angin

Penggunaan void pada bangunan tower memberikan sirkulasi untuk angin yang akan melintas di dalam bangunan. Sirkulasi angin ini merupakan sumber penghawaan didalam bangunan untuk bagian koridor bangunan. Dengan adanya sirkulasi yang tiada henti menyebabkan tidak terjadinya kelembaban pada bangunan.


(46)

5.2.3 Konsep Kebisingan

Gambar 5.9 Penerapan Konsep Kebisingan

Perancangan landscape dapat membuffer sumber kebisingan yang berasal dari jalan raya. Selain untuk membuffer kebisingan, perancangan landscape ini juga merupakan sebagai sarana rekreasi bagi pengunjung museum.


(47)

5.3 Konsep Sirkulasi

Gambar 5.10 Konsep Sirkulasi Kendaraan

Keterangan :

Alur Sirkulasi Kendaraan Site

Lokasi site dapat dicapai melalui Jalan Yos Sudarso, dan keluar melalui Jalan Pusaka. Hal ini dilakukan agar menghindari dampak kemacetan pada area sekitar museum. Sirkulasi didalam site diatur untuk mengitari bangunan sehingga tercipta sirkulasi tiada batas.


(48)

5.4 Konsep Zoning Tapak

Salah satu faktor terbesar berkembangnya Kota Medan adalah Tembakau Deli yang terkenal sangat baik kualitasnya. Konsep perancangan tapak didesain berbentuk seperti bunga tembakau agar mengingatkan kembali sejarah perkembangan Kota Medan. Taman Bunga dan rekreasi air juga terdapat didalam perancangan tapak agar dapat memanjakan pengunjung yang datang.

Gambar 5.11 Konsep Penzoningan Keterangan :

: Ruang Terbuka Hijau

: Massa Bangunan


(49)

5.5 Konsep Tata Ruang Dalam

Gambar 5.12 Konsep Tata Ruang Dalam Keterangan :

Zona Pengelola & Pendukung Museum Zona Pameran Museum

Sirkulasi Museum

Lantai pertama museum merupakan zona pengelola dan pendukung museum. Di lantai satu ini juga terdapat retail komersil yang digunakan sebagai took souvenir maupun restoran. Lantai kedua hingga lantai keenam museum merupakan zona pameran museum.


(50)

5.6Konsep Penerapan Tema

Bangunan museum menggunakan tema Neo-Vernakular. Beberapa unsure tema yang digunakan pada museum ini adalah bentukan museum yang mengadopsi tungku memasak adat batak. Selain itu penggunaan ornament – ornament batak dan melayu juga melengkapi tema dari perancangan museum ini.


(51)

5.7 Konsep Utilitas

5.7.1. Konsep Air Bersih

Gambar 5.14 Konsep Skematik Air Bersih

Sumber air bersih berasal dari PDAM yang kemudian masuk ke raw water tank. Kemudian air mengalami proses penyaringan dan disimpan di ground water tank. Air yang berada di ground water tank dipompa menuju roof water tank yang kemudian akan disalurkan pada setiap lantai bangunan.

5.7.2. Konsep Air Kotor

Gambar 5.15 Konsep Skematik Air Kotor

Limbah kotor yang berasal dari bangunan terbagi menjadi dua jenis, yaitu limbah cair dan padat. Limbah cair yang berasal dari setiap lantai bangunan akan disalurkan ke pembuangan akhir melalui shaft yang berada di setiap lantai,


(52)

kemudian menuju riol kota. Sedangkan limbah padat yang berasal dari tiap lantai akan disalurkan ke pembuangan akhir melalui shaft kemudian masuk ke septictank ( proses pemisahan padat dan cair ) sampai akhirnya menuju riol kota. 5.7.3 Konsep Elektrikal

Gambar 5.16 Konsep Skematik Listrik

Sumber listrik pada bangunan berasal dari PLN kemudian masuk ke MVSB dimana aliran listrik masih bertegangan tinggi. Listrik kemudian disalurkan menuju trafo yang mengubah tegangan tinggi ke tegangan rendah. Setelah aliran listrik dalam tegangan rendah, listrik dialirkan ke setiap lantai bangunan melalui mesin pompa.

5.7.4. Konsep Penghawaan


(53)

AC ( Air Conditioning ) atau sistem tata udara pada bangunan menggunakan AC FCU dimana air berasal dari PDAM kemudian masuk ke ground water tank setelah itu menuju ke chiller dimana chiller merupakan sebuah mesin refrigerasi yang berfungsi mendinginkan air pada sisi evaporatornya setelah itu air dipompa menuju cooling tower yang berfungsi untuk mendinginkan air yang dipakai pendinginan condenssor chiller dengan cara melewati air panas pada filamen didalam cooling tower yang dihembus oleh udara sekitar dengan blower yang suhunya lebih rendah, kemudian udara masuk ke FCU dimana FCU ialah mesin penukar kalor, dimana udara panas dari ruangan dihembuskan melewati coil pendingin di dalam FCU sehingga menjadi udara dingin yang selanjutnya didistribusikan ke ruangan.

5.7.5. Konsep Telepon

Gambar 5.18 Konsep Skematik Telepon

Sumber utama berasal dari telkom kemudian masuk ke PABX dan diteruskan ke MDF telepon yang akan disalurkan ke CTBT telepon yang berada di setiap lantai.


(54)

5.7.6. Konsep Pemadam Kebakaran

Gambar 5.19 Konsep Skematik Pemadam Kebakaran

Sprinkler merupakan salah satu elemen antisipasi kebakaran pada bangunan. Air yang keluar dari sprinkler merupakan air yang berasal dari PDAM kemudian masuk menuju penampungan ( ground water tank ) setelah itu air dipompa menuju pipa tegak yang berada di setiap lantai bangunan yang akan mendistribusikan air apabila terjadi kebakaran.


(55)

1.6Konsep Struktur

Gambar 5.20 Konsep Struktur

Struktur merupakan bagian penting dari perancangan museum ini. Museum ini mengambil system struktur jenis Rigid Frame. Dimana struktur ini bertumpu pada balok dan juga kolom bangunan. Museum ini juga menggunakan system balok kantilever yang dapat memberikan ruang lebih pada bangunan.


(56)

BAB VI

HASIL PERANCANGAN

Perjalanan akhirnya sampai di titik puncaknya. Langkah demi langkah yang dijalani akhirnya dapat membuahkan hasil yang sangat memuaskan. Proses perancangan yang selama ini dilalui telah selesai dan akan menjadi kebanggan yang tak ternilai harganya. Berikut ini merupakan gambaran hasil dari perancangan.

Masterplan Kawasan

Gambar 6.1 Masterplan Green Deli Oasis (Sumber : Data Pribadi)

Peta Situasi/Tapak (Lampiran) Rancangan Tapak (Lampiran) Rancangan Arsitektur (Lampiran)

Rancangan Struktur Dan Konstruksi (Lampiran) Rancangan Utilitas (Lampiran)


(57)

Perspektif Suasana Bangunan

Gambar 6.2 Suasana Eksterior Museum Medan Heritage 1 (Sumber : Data Pribadi)

Gambar 6.3 Suasana Eksterior Museum Medan Heritage 2 (Sumber : Data Pribadi)


(58)

Gambar 6.4 Suasana Eksterior Museum Medan Heritage 3 (Sumber : Data Pribadi)

Gambar 6.5 Suasana Eksterior Museum Medan Heritage 4 (Sumber : Data Pribadi)


(59)

Gambar 6.6 Suasana Eksterior Museum Medan Heritage 5 (Sumber : Data Pribadi)

Gambar 6.7 Suasana Eksterior Museum Medan Heritage 6 (Sumber : Data Pribadi)


(60)

Perspektif Interior Bangunan

Gambar 6.8 Suasana Interior Ruang Pameran 1 (Sumber : Data Pribadi)


(61)

Gambar 6.9 Suasana Interior Ruang Pameran 2 (Sumber : Data Pribadi)


(62)

Gambar 6.10 Suasana Interior Restoran (Sumber : Data Pribadi)


(63)

Gambar 6.11 Suasana Interior Ruang Audio Visual (Sumber : Data Pribadi)

Gambar 6.12 Suasana Interior Void (Sumber : Data Pribadi)


(64)

Maket Perancangan

Gambar 6.13 Maket Green Deli Oasis (Sumber : Data Pribadi)

Gambar 6.14 Maket Museum Medan Heritage 1 (Sumber : Data Pribadi)


(65)

Gambar 6.15 Maket Museum Medan Heritage 2 (Sumber : Data Pribadi)

Gambar 6.16 Maket Museum Medan Heritage 3 (Sumber : Data Pribadi)


(66)

Gambar 6.17 Maket Museum Medan Heritage 4 (Sumber : Data Pribadi)


(67)

KESIMPULAN

Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dalam proses perancangan kawasan “Green Deli Oasis” yang terletak di Pulo Brayan Bengkel Medan dan perancangan Museum Sejarah Kota Medan adalah sebagai berikut :

1. “Green Deli Oasis” akan membangkitkan kembali nilai – nilai sejarah yang telah terkubur di kawasan Pulo Brayan.

2. “Green Deli Oasis” akan menjadi suatu kawasan di Kota Medan yang dapat menjadi kebanggaan dan daya tarik bagi kota ini.

3. “Green Deli Oasis” akan menyediakan fasilitas – fasilitas yang bermanfaat bagi penduduk kota, terutama untuk ruang terbuka hijau yang keberadaannya sangat minim di Kota Medan bagian utara.

4. Museum Sejarah Kota Medan akan menjadi destinasi utama wisata pendidikan.

5. Museum Sejarah Kota Medan akan menjadi sarana pendidikan sejarah bagi penduduk yang berasal dari dalam maupun luar kota.

6. Museum Sejarah Kota Medan akan menyediakan rekreasi indoor dan outdoor yang dapat membuat pengunjung mengenang peristiwa penting yang telah terjadi di masa lalu.

7. Bangunan memakai tema Neo-Vernakular yang berfungsi untuk mengangkat nilai budaya lokal menjadi suatu kebanggaan bagi Kota Medan.

8. Bangunan mengadopsi bentuk “Dalihan Natolu” yaitu tungku memasak adat batak yang mempunyai tiga kaki. Filosofi ini mengandung makna keharmonisan kekeluargaan yang melambangkan Kota Medan.

9. Motif “Itik Pulang Petang” diterapkan kedalam perancangan museum dan memiliki makna kekeluargaan dan kebersamaan yang menggambarkan penduduk Kota Medan.

   


(68)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Terminologi Judul

Judul dari proyek ini adalah Perancangan Museum Sejarah Kota Medan di Kawasan Pulo Brayan.

Menurut Internasional Council of Museum (ICOM)3, Museum adalah lembaga non-profit yang bersifat permanen yang melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, yang bertugas untuk mengumpulkan, melestarikan, meneliti, mengkomunikasikan, dan memamerkan warisan sejarah kemanusiaan yang berwujud benda dan takbenda beserta lingkungannya, untuk tujuan pendidikan, penelitian, dan hiburan.

Pengertian Sejarah4 adalah ilmu pengetahuan yang membahas tentang peristiwa masa lampau dalam kehidupan manusia yang benar-benar terjadi dan disusun secara sistematis dan kronologis

Kota Medan adalah ibu kota provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota ini merupakan kota terbesar di luar Pulau Jawa dan kota metropolitan terbesar ketiga di Indonesia.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan Museum Sejarah Kota Medan adalah suatu bangunan umum yang memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai nilai – nilai sejarah yang ada di Kota Medan.

2.2 Lokasi

Lokasi Perancangan Museum Sejarah Kota Medan berada di kawasan Pulo Brayan, Kota Medan, Sumatera Utara. Di sekitar kawasan terdapat jajaran rumah toko, rumah tinggal, sungai deli, rumah sakit, dll. Lokasi ini juga memiliki banyak fasilitas peninggalan sejarah pada masa penjajahan Belanda

       3

 Ali Akbar, Museum di Indonesia Kendala dan Harapan, Jakarta, 2010.  4


(69)

Judul Proyek : Perancangan Museum Sejarah Kota Medan di Kawasan Pulo Brayan

Tema Proyek : Arsitektur Neo - Vernakular Lokasi Proyek : Pulo Brayan

Luas Site :±90 Ha

Gambar 2.1 Lokasi Perencanaan Urban Renawal Kawasan Pulo Brayan (Sumber : Google Earth)


(70)

2.2.1 Kriteria Pemilihan Lokasi

Syarat lokasi strategis berdirinya museum adalah sebagai berikut5 :  Lokasi yang dipilih bukan untuk kepentingan pendirinya, tetapi untuk

masyarakat umum, pelajar, mahasiswa, ilmuwan, wisatawan dan masyarakat umu lainnya.

 Lokasi yang tidak terletak di daerah industri yang banyak pengotoran udara, bukan daerah yang berawa atau tanah pasi, elemen iklim yang berpengaruh pada lokasi itu antara lain : kelembaban udara setidaknya harus terkontrol mencapai netral, yaitu 55-65 %.

Alternatif 1

Lokasi lahan : Jalan Pertama

Orientasi site : menghadap ke Barat (menghadap ke Balai Yasa) Arah lalu lintas : 2 arah pada Jl. Yos Sudarso

Luas site : +/- 2 Ha Batas – batas lahan :

 Utara : Perumahan penduduk  Selatan : Perumahan penduduk  Timur : Perumahan penduduk  Barat : Balai yasa

Gambar 2.2 Lokasi Site di Jalan Pertama       

5 

Sutaarga, M. Amir. Pedoman Penyelenggaraan dan Pengelolaan Museum. Jakarta, 1989. 


(71)

Alternatif 2

Lokasi lahan : Jalan Cemara

Orientasi site : menghadap ke Selatan (menghadap jalan Cemara) Arah lalu lintas : 2 arah pada Jl. Cemara

Luas site : +/- 2 Ha Batas – batas lahan :

 Utara : Perumahan Penduduk  Selatan : Bangunan Komersil  Timur : Perumahan Penduduk  Barat : Perumahan penduduk

Gambar 2.3 Lokasi Site di Jalan Cemara

Alternatif 3

Lokasi lahan : Jalan Bengkel

Orientasi site : menghadap ke Timur (menghadap jalan Bengkel) Arah lalu lintas : 2 arah pada Jl. Bengkel

Luas site : +/- 2 Ha Batas – batas lahan :

 Utara : Balai Yasa PJKA  Selatan : Perumahan Pendudul  Timur : Perumahan Penduduk  Barat : Perumahan penduduk


(72)

(73)

No. Kriteria Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3

Nilai Nilai Nilai

1. Jarak lokasi dari Stasiun 4 2 2

2. Kontur/topografi lokasi 4 4 4

3. Kondisi jalan 4 4 3

4. Tingkat kenyamanan 3 3 4

5. Aksesibilitas :  Kendaraan pribadi  Transportasi umum  Pejalan kaki

4 4 4 4 4 3 3 2 2 6. Fasilitas pendukung :

 Tempat ibadah  Sarana pendidikan  Rumah sakit  Pusat perbelanjaan  Permukiman 3 3 4 4 4 3 4 2 4 4 4 4 2 3 4

7. Tingkat kemacetan 3 3 4

8. Tingkat polusi :  Polusi suara  Polusi udara  Polusi sampah

3 3 3 3 3 3 4 4 3

9. Ketersediaan air bersih 4 4 4

10. Ketersediaan jaringan listrik dan telepon

4 4 4 11. Lokasi yang aman dari bencana

alam dan banjir

4 4 4 12. Kesesuaian dengan RUTRK dan

RTRW Kota Medan

4 3 3

Total Penilaian 73 68 67

4 = Sangat Baik 3 = Baik 2 = Cukup Baik 1 = Kurang Baik 0 = Tidak Baik Tabel 2.1 Tabel Perbandingan Nilai Lokasi

Berdasarkan hasil penilaian dari tabel di atas, maka lokasi site yang paling sesuai adalah di jalan Pertama. Pemilihan lokasi di jalan ini dikarenakan lokasi dekat dengan stasiun kereta api dan berada dekat dengan Balai Yasa.


(74)

2.2.1.1 Tinjauan Terhadap Struktur Kota

Dalam pemilihan lokasi perancangan Museum Sejarah Kota Medan, perlu untuk memperhatikan Rencana Umum Tata Ruang Kota Medan (RUTRK). Fungsi perancangan harus sesuai dengan lokasi yang terdapat di dalam kebijakan pemerintah. Rencana Kawasan menurut Mebidangro :

No  Kawasan  Pusat Kegiatan

1  Kawasan  Perkotaan  Inti Medan 

a. Pusat pemerintahan provinsi;

b. Pusat pemerintahan kota dan/atau kecamatan; 

c. Pusat perdagangan dan jasa skala internasiona, nasional  dan  regional; 

d. Pusat pelayanan pendidikan tinggi 

e. Pusat pelayanan olah raga skala internasional, nasional  dan regional; 

f. Pusat pelayanan kesehatan skala internasional, nasional  dan regional; 

g. Pusat kegiatan industri kreatif  h. Pusat kegiatan industri manufaktur; 

i. Pusat kegiatan industri hilir pengelolaan hasil sektor  unggulan perkebunan, perikanan dan kehutanan;  j. Pusat pelayanan sistem angkutan umum penumpang 

dan angkutan barang regional; 

k. Pusat pelayanan transportasi laut internasional dan  nasional; 

l. Pusat pelayanan transportasi udara internasional dan  nasional; 

m.Pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara; 

n. Pusat kegiatan pariwisata; dan 

o. Pusat kegiatan pertemuan, pameran dan sosial budaya. 

Tabel 2.2 Rencana Sistem Pusat Pemukiman Kawasan Perkotaan Mebidangro (sumber: Mebidangro, 2011)


(75)

  Berdasarkan Buku Mebidangro, terdapat beberapa fungsi pusat kegiatan yang dibutuhkan di kawasan perkotaan inti medan, yaitu Pusat kegiatan pariwisata, pameran dan sosial budaya. Oleh karena itu fungsi bangunan museum sudah sesuai dengan kegiatan tersebut. Sasaran peuntukan menurut RUTRK :

WPP  Cakupan Kecamatan  Pusat 

Pengembangan 

Sasaran Peruntukan 

A  1. Kec. Medan Belawan 

2. Kec. Medan Marelan  3. Kec. Medan Labuhan 

Belawan  Pelabuhan, industri, pemukiman, 

rekreasi, maritim, usaha kegiatan 

pembangunan  jalan  baru, 

jaringan air minum, septic tank,  sarana pendidikan. 

B  Kec. Medan Deli  Tanjung Mulia Kawasan  perkantoran, 

perdagangan,  rekreasi  indoor, 

pemukiman, pembangunan jalan 

baru,  jaringan  air  minum, 

pembuangan sampah dan sarana  pendidikan. 

C  1. Kec. Medan Timur 2. Kec. Medan Perjuangan  3. Kec. Medan Tembung  4. Kec. Medan Area  5. Kec. Medan Denai  6. Kec. Medan Amplas 

Aksara  Pemukiman,  perdagangan  dan 

rekreasi,  kegiatan pembangunan  sambungan  air  minum,  septic 

tank,  jalan  baru,  rumah 

permanen,  serta  pendidikan 

kesehatan. 

D  1. Kec. Medan Johor  2. Kec. Medan Kota  3. Kec. Medan Baru  4. Kec. Medan Maimoon  5. Kec. Medan Polonia 

Inti Kota  Kawasan  perdagangan, 

perkantoran, rekreasi indoor dan 

pemukiman,  dengan  program 

kegiatan  pembangunan 

perumahan  permanen, 

penanganan sampah dan sarana  pendidikan. 

E  1. Kec. Medan Barat  2. Kec. Medan Petisah  3. Kec. Medan Sunggal  4. Kec. Medan Selayang  5. Kec. Medan Tuntungan 

Sei Sikambing  Kawasan  pemukiman, 

perdagangan  dan  rekreasi, 

dengan  program  kegiatan 

pembangunan  sambungan  air 

minum, septick tank, jalan baru, 

rumah  permanen,  sarana 

pendidikan dan kesehatan.  Tabel 2.3 Potensi Pengembangan Wilayah Kota Medan


(76)

Menurut RUTRK, daerah kecamatan Medan Barat diperuntukkan untuk perdagangan dan rekreasi. Fungsi Museum sudah sesuai dengan RUTRK yaitu untuk rekreasi.

2.2.1.2 Pencapaian

Bangunan museum merupakan sebuah bangunan rekreasi yang bertujuan untuk mendatangkan banyak pengunjung. Untuk itu harus diperhatikan beberapa hal untuk pencapaian, antara lain :

Berada di lokasi strategis yang dapat diakses banyak jalan, karena museum merupakan bangunan publik yang diperuntukkan bagi masyarakat.

Dapat dicapai melalui berbagai jenis kendaraan, baik itu kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Oleh karena itu diperlukan halte maupun stasiun yang berada di dekat lokasi

Sangat diprioritaskan untuk dapat dicapai dengan berjalan kaki, oleh karena itu dibutuhkan fasilitas – fasilitas untuk pejalan kaki


(77)

      

Kuala Namu 45 menit

Tol Belmera 15 menit Tanjung Morawa 45 menit

Pusat Kota 15 menit Belawan 30 menit

Binjai 50 menit Berastagi 2 jam 15 menit

Diagram 2.1 Pencapaian Lokasi site

2.2.1.3 Area Pelayanan

Area Pelayanan Museum Sejarah Kota Medan mencakup seluruh Kota Medan terutama di kawasan Pulo Brayan yang meliputi Kecamatan Medan Timur, Kecamatan Medan Barat dan Kecamatan Medan Deli.

Lokasi  Site 


(78)

2.2.1.4 Persyaratan Lain

Lokasi site adalah lahan kosong sehingga tidak diperlukan pembebasan lahan. Lokasi memiliki nilai lahan yang tinggi dan terletak pada posisi strategis, yaitu berada di jalur penghubung Kota Belawan dan Kota Medan. Lokasi juga berada di kawasan bersejarah Pulo Brayan yang memiliki nilai sejarah tinggi. Pemilihan lokasi disesuaikan dengan peraturan tata ruang kota yang sudah ditetapkan.

2.2.2 Deskripsi Kondisi Existing Lokasi Sebagai Tapak Rancangan

Kondisi existing tapak rancangan pada saat sekarang ini merupakan lahan kosong.

 Luas Lahan : 15.000 m2 atau 1,5 Ha

 Kontur : Kondisi lahan relative datar dan tidak berkontur

 KLB : 5

 KDB : 50% - 75%

 GSB : (1/2n) + 1 (n = lebar jalan)  Ketinggian bangunan : -

 Pemilik : -

 Bangunan existing : Perumahan Penduduk

 Keistimewaan site : - Site berada di dekat Balai Yasa

-Site merupakan kawasan Transit Oriented Development (TOD).

-Kawasan di sekitar site memiliki nilai sejarah tinggi.


(79)

Gambar 2.5 Peta Penggunaan Lahan Eksisting (Sumber : RUTRK)


(80)

2.3 Tinjauan Umum Proyek

2.3.1 Perkembangan Kota

Perjalanan sudah menemukan titik terang lokasi dimana harta karun berada. Hal yang dilakukan selanjutnya adalah melihat garis besar yang ada di dalam peta. Garis besar ini merupakan petunjuk penting dalam menemukan harta tersebut.

Pada perkembangannya Kota Medan dikembangkan menjadi kawasan Metropolitan Mebidangro yang meiliki integrasi satu kawasan dengan kawasan lainnya. Kebijakan Tata Ruang Nasional menempatkan Metropolitan Mebidangro sebagai Pusat Kegiatan Nasoinal (PKN) sekaligus sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN) dengan fokus pengembangan kegiatan ekonomi. Metropolitan Mebidangro yang berada di Wilayah Sumatera Bagian Utara memiliki kedudukan strategis terhadap pengembangan Segitiga Ekonomi Regional Indonesia-Malaysia-Thailand (IMT-GT). Poin penting ini menjadi landasan utama bagi pengembangan Metropolitan Mebidangro untuk menjadi pusat pelayanan kegiatan ekonomi regional tersebut. Selain itu, kawasan Metropolitan Mebidangro diharapkan mampu memberikan pelayanan yang prima untuk penduduk Metropolitan Mebidangro.

Dalam Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2011 tentang Perencanaan Tata Ruang Kawasan Perkotaan Medan, Binjai, Deli Serdang dan Karo, menyatakan bahwa penataan ruang Kawasan Perkotaan Mebidangro bertujuan untuk mewujudkan :

 Kawasan Perkotaan Mebidangro yang aman, nyaman, produktif, berdaya saing secara internasional dan berkelanjutan sebagai pusat kegiatan nasional di bagian utara Pulau Sumatera.

 Lingkungan perkotaan yang berkualitas dan keseimbangan DAS (daerah aliran sungai).


(81)

 Pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi nasional di Kawasan Perkotaan Mebidangro.

Khusus pada kawasan Medan Timur dikhususkan untuk menjadi pusat beberapa kegiatan, diantaranya :

 Pusat kegiatan perdagangan/bisnis,  Pusat pelayanan transportasi (TOD),  Pusat kegiatan sosial-budaya.

Pada bagian Utara Kecamatan Medan Timura terdapat satu potensi yang menjadi salah satu pengembangan Metropolitan Mebidangro, yaitu Stasiun KA Pulo Brayan kota Medan dan lingkungan sekitar Stasiun KA yang memiliki nilai heritage, dengan elemen-elemen ruang yang dikembangkan adalah :

 Pusat komersial pelayanan Medan Timur sekaligus Medan bagian utara Jasa perhotelan, perkantoran.

 Pusat pelayanan transportasi (Stasiun KA Pulo Brayan).  Ruang Terbuka Hijau Taman Kota.

2.3.2 Kebijakan Pembangunan

Tujuan penataan ruang wilayah Kota Medan mencerminkan keterpaduan pembangunan antar sektor, antar kecamatan, dan antar pemangku kepentingan. Tujuan penataan ruang Kota Medan pada masa yang akan datang tidak akan terlepas dari peran, fungsi, dan kedudukannya dalam lingkup wilayah yang lebih luas. Untuk mendukung pengembangan peran dan fungsi Kota Medan sebagai Pusat Kegiatan Nasional, serta tanggap dengan dinamika perkembangan dan permasalahan Kota Medan saat ini, maka kebijakan dan strategi pengembangan Kota Medan yang akan dituju, adalah:

“Terciptanya wilayah Kota Medan yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan serta mempunyai daya saing dan daya tarik sebagai daerah tujuan investasi”


(82)

Untuk mewujudkan tujuan pembangunan tersebut, maka melalui RTRW Kota Medan Tahun 2008-2028

 Terwujudnya pemanfaatan ruang Kota Medan yang sesuai dengan fungsi Kota Medan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan Kota Metropolitan serta tanggap terhadap dinamika perkembangan kota yang pesat;

 Merangsang dan mendorong pengembangan sektor-sektor kegiatan ekonomi di kawasan utara dan pusat kota yang diperkirakan mempunyai skala pelayanan lokal, regional dan Internasional, sehingga diharapkan terbina hubungan saling ketergantungan yang saling menguntungkan antar kawasan utara Medan dengan kawasan pusat Kota maupun daerah belakangnya;

 Penataan Ruang Kota Medan harus berwawasan lingkungan dengan mengikuti kaidah-kaidah dan norma-norma perencanaan yang tepat dengan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses perencanaan dan implementasinya;

 Tersedianya Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota yang memadai;

 Melindungi kawasan sosial-budaya (bersejarah) yang merefleksikan elemen-elemen dari unit historis, sejarah pembangunan kota, arsitektur, aerkeologi, teknologi dan budaya melalui pelestarian kawasan sosial-budaya dan bangunan bersejarah;


(83)

Gambar 2.6 Peta Pola Ruang Kecamatan Medan Timur (Sumber : RUTRK)

2.3.3 Deskripsi Proyek

 

Museum menurut International Council of Museums (ICOM, 2004) adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, memperoleh merawat, menghubungkan, dan memamerkan artefak-artefak perihal jadi diri manusia dan lingkungannya untuk tujuan studi, pendidikan dan kenyamanan.

Peruntukkan lahan pada kawasan perancangan adalah

bangunan fungsi campuran, transportasi, perumahatan, komersil dan ruang


(84)

Menurut ICOM (International Council of Museums), fungsi museum ada 9, yaitu sebagai berikut :

 Tempat pengumpulan dan pengamanan warisan budaya dan alam.  Tempat dokumentasi dan penelitian ilmiah.

 Konservasi dan preservasi.

 Media penyebaran dan penyerataan ilmu untuk umum.  Tempat pengenalan dan penghayatan kesenian.

 Visualisasi warisan budaya dan alam.

 Media perkenalan budaya antar daerah dan antar bangsa.  Cermin pertumbuhan peradaban umat manusia.

 Pembangkit rasa bertaqwa dan bersyukur kepada Tuhan YME.

Tujuan museum secara umum menurut ICOM yaitu untuk memelihara, menyelidiki dan memperbanyak. Sedangkan secara khusus yaitu memamerkan kepada khalayak ramai guna pendidikan, pengajaran, dan penikmat akan bukti-bukti nyata berupa benda-benda- dari manusia dan lingkungannya.

Kawasan Pulo Brayan memiliki nilai sejarah yang tinggi. Akan tetapi banyak masyarakat yang belum mengetahui nilai sejarah yang dikandung kawasan ini. Oleh karena itu, diperlukan pembangunan suatu museum yang dapat memberikan edukasi kepada masyarakat akan pentingnya sejarah yang dimiliki Kota Medan.

Selain itu, fungsi museum di kawasan Pulo Brayan ini juga sebagai penunjang konsep urban renewal kawasan yang dapat menjadi daya tarik pariwisata bagi Kota medan.


(85)

2.3.4 Klasifikasi Museum

Berdasarkan (Pasal 2 Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No.KM.33/PL.303/MKP/2004), museum dibedakan berdasarkan koleksi yang disimpan menjadi museum umum dan museum khusus.

 Museum Umum ciri koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material hasil budaya manusia atau lingkungannya yang berkaitan dengan berbagai cabang seni, disiplin ilmu dan teknologi. Contoh museum umum adalah Museum Nasional di Jakart yang koleksinya mencakup kekayaan budaya dari seluruh pelosok Indonesia.

 Museum Khusus ciri koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material hasil budaya manusia atau lingkungannya yang berkaitan dengan satu cabang seni, satu cabang ilmu atau satu cabang teknologi. Contoh museum khusus adalah Museum IPTEK, Museum Serangga dan Kupu-kupu, Museum Reptil, Museum Air Tawar, dan berbagai museum lainnya di Taman Mini Indonesia Indah yang koleksinya terbatas pada tema tertentu.

Berdasarkan (Sutaarga, 1999), klasifikasi museum dapat ditinjau dari beberapa sudut pandang, antara lain :

 Berdasarkan status hukum dan kepemilikannya, museum dapat dibagi menjadi :

a. Museum dengan status kepemilikan pemerintah b. Museum dengan status kepemilikan swasta

 Berdasarkan ruang lingkup wilayah, tugas dan status hukum pendirian serta tujuan penyelenggaraan (kedudukannya), museum dapat dibagi menjadi tiga yaitu :

a. Museum Nasional b. Museum Lokal :

- Museum Provinsi -Museum Kabupaten - Museum Kotamadya


(86)

2.4 Tinjauan Fungsi

2.4.1 Deskripsi Penggunaan dan Kegiatan

Deskripsi pengguna dan kegiatan adalah gambaran umum mengenai pengguna dan aktivitasnya yang terjadi didalam bangunan. Pelaku dan pengguna museum sejarah dan seni ini adalah :

 Pengunjung

Merupakan pengunjung dari Museum Sejarah Kota Medan. Pengunjung ini dapat dari berbagai kalangan.

 Pengelola

Merupakan pengelola dari Museum Sejarah Kota Medan  Peneliti

Merupakan Peneliti benda – benda bersejarah yang akan di pajang di dalam museum.

 Service

Merupakan pegawai servis dari Museum Sejarah Kota Medan.

Kegiatan Utama adalah kegiatan yang mendasar yang dilakukan oleh pelaku kegiatan. Beberapa kegiatan yang terjadi berdasarkan sifatnya adalah :

 Edukatif : bersifat lebih mendidik dan menambah pengetahuan.  Rekreatif : bersifat lebih menghibur (refreshing).

 Kreatif : bersifat menambah kemampuan otak leih aktif.

Kegiatan Pendukung adalah kegiatan yang menunjang kegiatan utama sebagai fasilitas tambahan. Beberapa kegiatan pendukung:

 Souvenir dan Reatil

 Pusat data dan penelitian umum  Taman dan Ruang luar


(87)

2.4.2 Deskripsi Perilaku  Pengunjung

Diagram 2.2 Perilaku Pengunjung  Pengelola

Diagram 2.3 Perilaku Pengelola

TICKETING PARKIR

ENTRANCE

LOBBY TANGGA 

HALL

TOILET

SOUVENIR

CAFE FOOD 

GALERI 

KANTOR PARKIR

ENTRANCE

TOILET 

RUANG 

PERTEMUAN 

TAMAN

CAFE FOOD 

PULANG TAMAN


(88)

 Servis

Diagram 2.4 Perilaku Pengelola

2.4.3 Deskripsi Persyaratan dan Kriteria Ruang

Museum merupakan bangunan publik. Oleh karena itu luasan museum diukur dari banyaknya penduduk lokal daerah tersebut. Pendistribusian luas areal museum baru harus sesuai dengan pembagian yang merata, dimana luas areal untuk kuratorial ditambah administrasi dan servis harus seluas areal pameran.

Populasi Total Luas Areal Museum (m2 )

10.000 650 – 1300

25.000 1115 – 2230

50.000 1800 – 3600

100.000 2700 – 5500

250.000 4830 – 9800

500.000 7600 – 15.000

> 1.000.000 12.000 – 23.500

Tabel 2.4 Standard Luasan Museum

(Sumber: Coleman, Laurence Vail. Museum Buildings)

LOBBY PARKIR

ENTRANCE 

TOILET

RUANG  ALAT 

GUDANG  DAPUR

TAMAN


(89)

Dalam perancangan museum, harus dipikirkan pembagian ruang, jumlah ruang, ukuran ruang, faktor elemen iklim, sirkulasi udara yang baik, juga masalah sistem penggunaan cahaya. Persyaratan minimal bangunan terdiri dari dua komponen yaitu bangunan pokok dan penunjang. Secara umum gedung museum harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

 Bangunan dikelompokkan berdasarkan fungsi dan aktivitasnya, ketenangan dan keramaian serta keamanan.

Pintu masuk dibedakan atas pintu masuk utama dan pintu masuk khusus.  Area publik terdiri dari bangunan umum (pameran tetap dan temporer)

serta bangunan auditorium meliputi seluruh ruang pendukungnya.

 Area semi publik terdiri dari bangunan adminsitrasi (perpustakaan dan ruang rapat).

Area privat terdiri dari laboratorium, studio serta daerah servis lainnya.

Menurut J. De Chiara dan J.H. Callendar dalam Time Saver Standards for Building Types (1983), persyaratan untuk sebuah museum harus mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut :

 Pemilihan Tapak

Lokasi tapak tidak harus berada di pusat kota dengan pertimbangan sudah tersedianya jaringan dan fasilitas transportasi untuk mencapai suatu lokasi ke lokasi lainnya.

 Ruang Servis

Pertimbangan jumlah luasan ruang yang diperlukan untuk kegiatan servis dan kegiatan penunjang lainnya. Penentuan kebutuhan ruang ini berkaitan dengan tujuan dan fungsi museum, sehingga kegiatan-kegiatan yang ada di dalamnya dapat berlangsung dengan baik.


(90)

 Perencanaan Ruang Luar

Sebuah museum yang dibangun di lingkungan yang padat, seperti daerah pusat kota maupun luar kota, penataan ruangnya harus menciptakan suasana yang terlingkupi.

 Penerangan Alami

Penerangan alami dari cahaya matahari memiliki aspek ekonomis yang tinggi, namun juga memiliki efek yang buruk. Karena itu, keberadaan penerangan alami harus ditata sedemikian rupa agar tidak ada lubang cahaya yang mengganggu.

 Bentuk Ruang

Dalam mendesain sebuah museum perlu penataan ruang yang baik dan fleksibel. Hal tersebut disebabkan karena fungsi galeri yang temporer dan berubah tema dan isinya.

 Pembagian Ruang

Pembagian ruang dalam museum ditujukan untuk memenuhi kebutuhan materi pameran, tentunya berkaitan erat dengan sistem penyinaran dan pemanfaatan penerangan alami.

 Pintu Masuk

Di lokasi, pengunjung sudah diarahkan dan diberi pilihan-pilihan untuk menjelajahi ruang-ruang pamer yang ada. Penempatan pintu ini juga memudahkan pengawasan dan pelayanan terhadap pengunjung.

 Ruang Pamer

Museum dengan dimensi dan bentuk ruang yang sama akan menciptakan kesan monoton. Dengan membuat variasi antara ketinggian plafon dan lebar rung, didukung dengan perbedaan warna dan bahan dari dinding dan lantai akan membuat perhatian spontan dari pengunjung. Kesan monoton terjadi bila banyak ruang yang memiliki dimensi dan bentuk yang sama disusun dalam satu garis.


(91)

2.4.4 Studi Banding Proyek Sejenis

Hong Kong Museum Of History

Gambar 2.7 Hong Kong Museum Of History (Sumber : Google)

Museum ini terletak di 100 Chatham Road South, Tsim Sha Tsui, Kowloon, Hong Kong. Hong Kong Museum of History menampilkan sejarah perkembangan dan warisan budaya Hong Kong dari masa silam, yang dirangkum dalam tema resmi museum ini yaitu "The Hong Kong Story". Menempati area 7000 m2, "The Hong Kong Story" ditampilkan dalam 8 galeri yang dikategorikan menurut urutan waktu, mulai dari jaman prasejarah hingga era modern.

Gambar 2.8 Lobby Hong Kong Museum Of History (Sumber : Google)


(92)

Di tiap galeri, tersedia beberapa panel grafis yang menampilkan film dokumenter, slide-show, dan program multimedia lainnya. Di galeri pertama, yaitu "The Natural Environment", pengunjung diajak masuk ke semacam terowongan untuk menyelami proses terbentuknya alam semesta, dengan fokus terbentuknya topografi Hong Kong sekitar 400 juta tahun lalu.

Lanjut ke galeri kedua, yaitu "Prehistoric Hong Kong" yang menampilkan aktivitas manusia purba sejak 6000 tahun lalu. Galeri ini menampilkan artefak zaman prasejarah seperti alat-alat dari batu, perunggu, dan gerabah.

Di galeri ketiga, yaitu "The Dynasties: from the Han to the Qing" ditampilkan artefak dan maket-maket yang menggambarkan sistem masyarakay dari dinasti Han.

Galeri yang keempat yaitu Folk Culture in Hong Kong, menampilkan perkembangan kebudayaan tradisional Hong Kong, yang pastinya serupa dengan kebudayaan China.

Galeri 5 hingga 7 menampilkan kisah Hong Kong saat perang Opium dan invasi bangsa asing di Hong Kong, yaitu Inggris hingga Jepang.

Gambar 2.9 Interior Hong Kong Museum Of history (Sumber : Google)


(93)

Museum Fatahillah Jakarta

Gambar 2.10 Museum Fatahillah Jakarta (Sumber : Google)

Museum Fatahillah memiliki nama resmi Museum Sejarah Jakarta adalah sebuah museum yang terletak di Jalan Taman Fatahillah No. 1, Jakarta Barat dengan luas lebih dari 1.300 meter persegi.

Museum Fatahillah Jakarta adalah adalah salah satu bangunan gedung

peninggalan Era penjajahan Belanda, Selain itu gedung ini merupakan salah satu bangunan bersejarah yang merupakan saksi bisu perjuangan bangsa kita meraih kemerdekaan. Museum yang terletak pada wilayah Jakarta pusat ini, memang memiliki ketertarikan tersendiri. Selain letaknya pada pusat kota, museum ini juga menyimpan sejarah pada masa penjajahan Belanda di tanah air khususnya di Jakarta.

Pada awalnya sejarah museum fatahillah merupakan bangunan kolonial Belanda yang dipergunakan sebagai balai kota. Peresmian gedung dilakukan pada tanggal 27 April 1626, oleh Gubernur Jenderal Pieter de Carpentier (1623-1627) dan membangun gedung balai kota baru yang kemudian direnovasi pada tanggal 25 Januari 1707, pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Joan van Hoorn dan baru selesai pada tanggal 10 Juli 1710 di masa pemerintahan lain, yaitu pada Gubernur Jenderal Abraham van Riebeeck.


(94)

s d P t Gedu sebagai Peng dan Dewan 1942, gedun Provinsi Jaw tempat peng

Gamb

ung yang di gadilan, Kan Kotapraja ( ng tersebut j wa Barat. K gumpulan log

Gamba

bar 2.11 Perk (Sum

ipergunakan ntor Catatan (College van

juga digunak Kemudian ta gistik Dai Ni

ar 2.12 Hala (Sum

kembangan M mber : Goog n sebagai Ba

Sipil, tempa n Scheppen kan untuk m ahun 1942-1

ippon.

aman Depan M mber : Goog

Museum Fatah le)

alaikota ini, at warga ber n). Kemudia mengatur sist 1945, difung Museum Fatah le) hillah juga memi ibadah di ha an sekitar ta tem Pemerin gsikan sebag hillah iliki fungsi ari Minggu, ahun 1925-ntahan pada


(95)

Kemudian sekitar tahun 1919 untuk memperingati berdirinya batavia ke 300 tahun, warga kota Batavia khususnya para orang Belanda mulai tertarik untuk membuat sejarah tentang kota Batavia. Lalu pada tahun 1930, didirikanlah yayasan yang bernama Oud Batavia (Batavia Lama) yang bertujuan untuk mengumpulkan segala hal tentang sejarah kota Batavia.

Tahun 1936, Museum Oud Batavia diresmikan oleh Gubernur Jenderal Tjarda van Starkenborgh Stachouwer (1936-1942), dan dibuka untuk umum pada tahun 1939.. Setelah itu pada tahun 1968 gedung ini diserahkan kepada Pemda DKI Jakarta dan kemudian dijadikan sebagai Museum pada tahun 1974.

Pada sejarah museum fatahillah berdasarkan pembentukannya hingga bisa kita kunjungi sampai sekarang ini, menyimpan sisa penjajahan di dalamnya. Terbentuk menjadi dua lantai dengan ruang bawah tanah ini, berisikan banyak peninggalan bersejarah yaitu :

Lantai bawah : Berisikan peninggalan VOC seperti patung, keramik-keramik barang kerajinan seperti prasasti, gerabah, dan penemuan batuan yang ditemukan para arkeolog. Terdapat pula peninggalan kerajinan asli Betawi (Batavia) seperti dapur khas Betawi tempo dulu

Lantai dua : Terdapat perabotan peninggalan para bangsa Belanda mulai dari tempat tidur dan lukisan-lukisan, lengkap dengan jendela besar yang menghadap alun-alun. Konon, jendela besar inilah yang digunakan untuk melihat hukuman mati para tahanan yang dilakukan di tengah alun-alun.  Ruang bawah tanah : Yang tidak kalah penting pada bangunan ini

adalah, penjara bawah tanah para tahanan yang melawan pemerintahan Belanda. Terdiri dari 5 ruangan sempit dan pengap dengan bandul besi, sebagai belenggu kaki para tahanan.


(1)

vii

 

 

DAFTAR GAMBAR

1.1 Rencana Penggemukan Kota Medan

... 1

2.1 Perencanaan Urban Renewal Kawasan Pulo Brayan

... 11

2.2 Lokasi Site di Jalan Pertama

... 12

2.3 Lokasi Site di Jalan Cemara

... 13

2.4 Lokasi Site di Jalan Bengkel

... 14

2.5 Peta Penggunaan Lahan Eksisting

... 21

2.6 Peta Pola Ruang Kecamatan Medan Timur

... 25

2.7 Hongkong Museum of History

... 33

2.8 Lobby Hongkong Museum of History

... 33

2.9 Interior Hongkong Museum of History

... 34

2.10 Museum Fatahillah Jakarta

... 35

2.11 Perkembangan Museum Fatahillah

... 36

2.12 Halaman Depan Museum Fatahillah

... 36

2.13 Interior Museum Fatahillah

... 38

2.14 Penjara Bawah Tanah Museum Fatahillah

... 38

2.15 Museum Jogja Kembali

... 39

2.16 Perspektif Mata Burung Museum Jogja Kembali

... 39

2.17 Interior Museum Jogja Kembali

... 40

2.18 Istana Budaya Kuala Lumpur

... 44

2.19 Istana Budaya Kuala Lumpur.

... 44

2.20 Atap Istana Budaya Kuala Lumpur..

... 44

2.21 Interior Lobby Istana Budaya Kuala Lumpur.

... 45

2.22 Interior Teater Istana Budaya Kuala Lumpur.

... 45

2.23 Mesjid Raya Sumatera Barat

... 46

2.24 Perspektif Mesjid Raya Sumatera Barat

... 47

2.25 Interior Mesjid Raya Sumatera Barat

... 47

3.1 Gambar Rancangan Kawasan Awal

... 51

3.2 Gambar Maket Kawasan Eksisting ... 51

3.3 Gambar Proses Revisi Perancangan Kawasan

... 52


(2)

3.5 Suasana Kota Tanjung Balai

... 54

3.6 Gambar Hasil Akhir Perancangan Kawasan

... 55

3.7 Perancangan Suasana Pulo Brayan

... 57

3.8 Masterplan Green Deli Oasis

... 58

4.1 Peta Lokasi Site

... 59

4.2 Peta Tata Guna Lahan Eksisting

... 60

4.3 Peta Kontur Lokasi Perancangan

... 61

4.4 Peta Pemanfaatan Ruang Lokasi

... 62

4.5 Peta Bangunan Sekitar

... 63

4.6 Sarana Pendidikan di Lokasi Perancangan

... 65

4.7 Sarana Kesehatan di Lokasi Perancangan

... 65

4.8 Sarana Ibadah di Lokasi Perancangan

... 66

4.9 Peta Analisa Sirkulasi

... 68

4.10 Peta Analisa View Lokasi

... 69

4.11 Analisa Matahari

... 70

4.12 Analisa Angin

... 71

4.13 Analisa Kebisingan

... 72

4.14 Tungku Memasak Batak Dalihan Natolu

... 80

4.4 Building Configuration

... 73

4.5 Tahap 1 Pembentukan Massa

... 74

4.6 Tahap 2 Pembentukan Massa

... 74

4.7 Tahap 3 Pembentukan Massa

... 74

4.8 Tahap 4 Pembentukan Massa

... 75

4.9 Tahap 5 Pembentukan Massa

... 75

4.10 Tahap 6 Pembentukan Massa

... 76

4.11 Analisa Matahari

... 77

4.12 Analisa Angin

... 78

4.13 Analisa Kebisingan

... 80

4.14 Analisa Pencapaian

... 81

4.15 Analisa Sirkulasi

... 82

4.16 Analisa View

... 84


(3)

ix

 

 

5.2 Tahap Kedua Gubahan Massa

... 88

5.3 Tahap Ketiga Gubahan Massa

... 89

5.4 Tahap Keempat Gubahan Massa

... 89

5.5 Konsep Matahari

... 90

5.6 Penerapan Konsep Matahari

... 90

5.7 Konsep Angin

... 91

5.8 Konsep Penerapan Angin

... 91

5.9 Penerapan Konsep Kebisingan

... 92

5.10 Konsep Sirkulasi Kendaraan

... 93

5.11 Konsep Penzoningan

... 94

5.12 Konsep Tata Ruang Dalam

... 95

5.13 Konsep Penerapan Tema

... 96

5.14 Konsep Skematik Air Bersih

... 97

5.15 Konsep Skematik Air Kotor

... 97

5.16 Konsep Skematik Listrik

... 98

5.17 Konsep Skematik AC

... 98

5.18 Konsep Skematik Telepon

... 99

5.19 Konsep Skematik Pemadam Kebakaran

... 100

5.20 Konsep Struktur

... 101

6.1 Masterplan Green Deli Oasis

... 102

6.2 Suasana Eksterior Museum Medan Heritage 1

... 103

6.3 Suasana Eksterior Museum Medan Heritage 2

... 103

6.4 Suasana Eksterior Museum Medan Heritage 3

... 104

6.5 Suasana Eksterior Museum Medan Heritage 4

... 104

6.6 Suasana Eksterior Museum Medan Heritage 5

... 105

6.7 Suasana Eksterior Museum Medan Heritage 6

... 105

6.8 Suasana Interior Ruang Pameran 1

... 106

6.9 Suasana Interior Ruang Pameran 2

... 107

6.10 Suasana Interior Restoran

... 108

6.11 Suasana Interior Ruang Audio Visual

... 109

6.12 Suasana Interior Void

... 109


(4)

6.14 Maket Museum Medan Heritage 1

... 110

6.15 Maket Museum Medan Heritage 2

... 111

6.16 Maket Museum Medan Heritage 3

... 111

6.17 Maket Museum Medan Heritage 4

... 112

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


(5)

xi

 

 

DAFTAR TABEL

2.1 Tabel Perbandingan Nilai Lokasi

... 15

2.2 Rencana Sistem Pusat Permukiman Kawasan Perkotaan Mebidangro

... 16

2.3 Potensi Pengembangan Wilayah Kota Medan

... 17

2.4 Standard Luasan Museum

... 30

4.1 Tabel Karakter Lingkungan

... 68

4.2 Program Ruang Luar Museum

... 76

4.3 Program Ruang Luar Museum

... 77

4.4 Program Ruang Luar Museum

... 77

4.5 Program Ruang Luar Museum

... 78

4.6 Program Ruang Luar Museum

... 79

4.7 Program Ruang Luar Museum

... 80

4.8 Tabel Penghawaan

... 86

4.7 Program Ruang Luar Museum

... 80

4.7 Program Ruang Luar Museum

... 80

 


(6)

DAFTAR DIAGRAM

2.1 Pencapaian Lokasi Site

... 19

2.2 Perilaku Pengunjung

... 29

2.3 Perilaku Pengelola

... 29

2.4 Perilaku Servis

... 30

4.1 Sistem Elektrikal

... 84

4.2 Sistem Air Bersih

... 84

4.3 Sistem Pembuangan Air Kotor Cair

... 84

4.5 Sistem Pembuangan Air Kotor Padat

... 85

4.2 Sistem Pengkondisian Udara Buatan

... 86

4.2 Sistem Air Bersih

... 84

4.2 Sistem Air Bersih

... 84