Dimensi Pendidikan Olahraga dan Kesehata

Dimensi Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
Dalam Membudayakan Perilaku Hidup Sehat

Makalah
Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan

Razikin Masruri
NIM 150614806176
Off A

UNIVERSITAS NEGERI MALANG
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAH RAGA
2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik dan
khidayah-Nya sehingga penyusunan makalah yang membahan tentang Dimensi
pendidikan olahraga dan kesehatan dalam membudayakan perilaku hidup sehat
dapat terselesaikan.

Penulis akan berupaya mengupas tentang cara pendidikan olahraga dan
kesehatan untuk membudayakan perilaku hidup sehat baik itu di lingkungan
sekolah maupun masyarakat. Semoga makalah ini bisa memperluas wawasan kita
tentang bagaimana perilaku dan perubahan perilaku hidup sehat dalam kehidupan,
serta bagaimana manfaat jika hidup sehat.
Akhirnya, tidak ada gading yang tak retak. Oleh karena itu kritik dan saran
yang bersifat membangun dari para pembaca sangat berharga untuk perbaikan
makalah ini.

Malang,

2016

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hal yang penting dan harus di jaga dalam

kehidupan. Pentingnya kesehatan guna untuk melakukan kegiatan keseharian.
Sebaliknya ketika tubuh tidak sehat maka seseorang tidak dapat melakukan
rutinitas sehari-hari. Kesehatan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
menyebutkan bahwa kesehatan adalah sebagai “suatu keadaan fisik, mental, dan
sosial kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan”.
Sedangkan menurut UU Indonesia no. 36 tahun 2009 tentang kesehatan
mengatakan bahwa Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,
spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup
produktif secara sosial dan ekonomis.
Dari pengertian di atas kesehatan bukan hanya untuk fisik melainkan sehat
secara keseluruhan baik itu rohani, lingkungan, maupun kesejahteraan yang
membuat hidup bisa berjalan dengan normal. Dengan tingkat kesadaran yang
kurang pada masyarakat saat ini, gaya hidup atau pola hidup sehat belum merata
dilalukan. Kemungkinan dikarenakan oleh kurangnya pemahaman tentang
pentingnya kesehatan bagi keberlangsungan hidup.
Menurut data dari Pusat dan Informasi Kementerian Kesehatan RI tahun
2012 persentase rumah tangga berprilaku hidup bersih dan sehat sebesar 56,70%.
Angka ini menunjukkan bahwa masih banyak daerah di Indonesia yang berprilaku
kurang sehat dan jauh dari budaya hidup sehat yang selalu digadang-gadangkan
oleh merintah.

Sudut

pandang

para

pengambil

kebijakan

juga

masih

belum

menganggap kesehatan sebagai suatu kebutuhan utama dan investasi berharga
di dalam menjalankan pembangunan sehingga alokasi dana kesehatan hingga
kini masih tergolong rendah bila dibandingkan dengan negara lain.
Untuk itu, sudah saatnya kita melihat persoalan kesehatan sebagai

suatu faktor utama dan investasi berharga yang pelaksanaannya didasarkan
pada sebuah paradigma baru yang biasa dikenal dengan paradigma sehat,

yakni paradigma kesehatan yang mengutamakan upaya promotif . Dalam
rangka implementasi paradigma sehat tersebut, dibutuhkan sebuah undangundang yang berwawasan sehat, bukan undang-undang yang berwawasan
sakit.
Banyaknya masyarakat yang sakit dan tingginya angka kematian
menandakan bahwa kurang sadarnya pemahaman dan masih banyaknya
masyarakat yang tidak menghiraukan pola hidup sehat baik itu di lingkungan
keluarga maupun di lingkungan sekitarnya. Hal ini sangat berpengaruh terhadap
kualitas hidup di tempat itu. Dengan demikian hendaknya promosi tentang
manfaat pola hidup sehat oleh pemerintah dan pihak yang bekerja di bidang
kesehatan semakin disemarakkan dikalangan masyarakat agar terciptanya budaya
hidup sehat.
Perilaku kesehatan adalah tindakan secara langsung atau tidak langsung
yang dilakukan oleh seseorang untuk menjaga ksehatan diri sendiri, orang lain
serta lingkungan disekitarnya. Perilaku ini terkait dengan psikologi individu pada
saat itu. Perilaku biasanya dipengaruhi oleh lingkungan tempat tinggal. Bahkan
perilaku juga bisa menentukan tingkat kesehatan seseorang dengan contoh orang
yang stres biasanya akan cepat terkena penyakit. Karena kekebalan tubuh pada

saat stres menurun sehingga mudah jatuh sakit.
Menjaga kesehatan merupakan tujuan bagi orang yang mengerti akan
pentingnya manfaat positif dari sehat. Tapi pada kenyataannya perilaku untuk
menjaga kesehatan masih sangat kurang. Perilaku untuk menjaga kesehatan
terkadang menjadi sebuah alasan bukan kebutuhan. Sebagai contoh seseorang ikut
serta gotong royong dalam rangka membersihkan kampung, melakukan kagiatan
bersih-bersih ini hanya untuk mengadakan hubungan sosial dengan masyarakat
bukan untuk menjaga kesehatan.
Beralih pada pola hidup sehat yang diterapkan pada satuan pendidikan.
Dimana sekolah menanamkan perilaku untuk selalu menjaga kebersihan. Guru
sebagai pembina selalu menanmkan prilaku sehat pada siswa dan menerangkan
betapa pentingnya sehat bagi kehidupan. Setiap hari siswa selalu menjaga
kebersihan lingkungan kelas maupun lingkungan sekolah. Namun apakah

kebiasaan ini dilakukan di rumah atau di lingkungan masyarakat guru tidak
pernah tahu akan itu.
Budaya hidup sehat memang sulit ditanamkan dan untuk selalu
diaplikasikan dalam kehidupan sehari. Namun hal ini bisa dipupuk mulai dari
lingkungan keluarga dan sekolah. Oleh karena itu perilaku yang sifatnya menjaga
kesehatan selalu ditimpa kepada siswa oleh guru disetiap satuan pndidikan. Tapi

kesulitan untuk menjadikan perilaku sehat sebagai budaya sehari-hari dirasakan
oleh guru. Siswa kadang tidak mau membersihkan lingkungan atau membuang
sampah pada tempatnya jika tidak disuruh oleh guru.
Membudayakan hidup sehat harus diterapkan sedini mungkin pada anak
agar menjadi kebiasaan dan kebutuhan bagi anak tersebut. Pada makalah ini akan
membahas tentang Dimensi Budaya Hidup Sehat dan bagaimana implementasi
dikeseharian agar kesehatan tetap terjaga.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas terdapat rumusan masalah yaitu
tentang faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku hidup sehat, lalu
bagaimana cara membudayakan hidup sehat melalui pendidikan jasmani?.
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku hidup
sehat.
2. Sebagai pedoman penerapan budaya hidup sehat melalui pendidikan
jasmani di sekolah.

BAB II
PEMBAHASAN


A. Perilaku Hidup Sehat
Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas, baik yang diamati langsung
maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).
Sedangkan pengertian lain menyebutkan perilaku berasal dari dorongan yang ada
di dalam diri, dorongan tersebut merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan
yang ada di dalam diri (Purwanto, 2002). Jadi, perilaku yang muncul dari individu
dapat dikatakan sebagai usaha individu untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan
kata lain perilaku juga di sebut sebagai suatu reaksi psikis seseorang terhadap
lingkungannya. Dari batasan dapat diuraikan bahwa reaksi dapat diuraikan
bermacam-macam bentuk, yang pada hakekatnya digolongkan menjadi 2, yaitu
bentuk pasif (tanpa tindakan nyata) dan dalam bentuk aktif dengan tindakan nyata.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, definisi sehat adalah baik seluruh
badan serta bagian-bagiannya. Jadi sehat dapat diartikan Sehat adalah suatu
kondisi di mana segala sesuatu berjalan normal dan bekerja sesuai fungsinya dan
sebagaimana mestinya. Secara sederhana, sehat sinonim dengan kondisi tidak
sakit. Artinya seseorang di katakan sehat jika tubuh, jiwa dan kehidupan sosialnya
berjalan dengan normal dan sebagaimana mestinya. Jika salah satu komponen
tersebut terganggu, maka kehidupannya akan menjadi tidak sehat.
Menurut Gochman dalam Notoatmodjo (2003), perilaku sehat (health
behaviour )


dapat

dilihat sebagai

atribut

personal

seperti

kepercayaan-

kepercayaan, harapan-harapan, motif-motif, nilai-nilai, persepsi dan unsur-unsur
kognitif lainnya, sebagai karakteristik individu meliputi unsur-unsur dan keadaan
afeksi dan emosi dan sebagai pola-pola perilaku yang tampak yakni tindakantindakan dan kebiasaan-kebiasaan yang berhubungan dengan mempertahankan,
memelihara dan untuk meningkatkan kesehatan.
Proses pembentukan dan atau perubahan perilaku dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang berasal dari diri individu itu sendiri, lingkungan, keturunan,
dan lain sebagainya. Para psikolog mengemukakan bahwa perilaku terbentuk dari

adanya interaksi antara domain trikomponen sikap yakni interaktif antara

komponen kognitif, afektif dan domain konatif. Namun masih terdapat kekeliruan
yang menganggap komponen konatif salah satu komponen dalam trikomponent
sikap sebagai perilaku (behaviour), sehingga perilaku dianggap sebagai salah satu
komponen sikap (aptitude).
Komponen konatif merupakan baru sebatas kecenderungan perilaku yang
terkristalisasi dalam kata akan, mau dan hendak. Sedangkan perilaku merupakan
suatu bentuk tindakan nyata dari individu yang dapat diukur dengan panca indera
langsung. Dengan demikian makna behaviour adalah perilaku aktual sedangkan
makna konatif adalah trikomponen sikap sebagai “kecendrungan” perilaku.
Pemikiran ini menunjukkan bahwa komponen konatif dalam trikomponen sikap
hanyalah salah satu penyebab pembentukan perilaku aktual.
Perilaku pada dasarnya berorientasi tujuan (goal oriented). Dengan
perkataan lain, perilaku kita pada umumnya dimotivasi oleh suatu keinginan
untuk mencapai tujuan tertentu”. Pengaruh lingkungan dalam pembentukan
perilaku adalah bentuk perilaku yang berdasarkan hak dan kewajiban, kebebasan
dan tanggung jawab baik pribadi maupun kelompok masyarakat. Perilaku
mendapat pengaruh yang kuat dari motif kepentingan yang disadari dari dalam
faktor intrinsik dan kondisi lingkungan dari luar / faktor ekstrinsik atau exciting

condition. Oleh karena itu perilaku terbentuk atas pengaruh pendirian, lingkungan
eksternal, keperntingan yang disadari, kepentingan responsif, ikut-ikutan atau
yang tidak disadari serta rekayasa dari luar.
Faktor - Faktor lain yang Mempengaruhi Perilaku Manusia
1. Faktor Personal :


Faktor Biologis
Faktor biologis terlibat dalam seluruh kegiatan manusia, bahkan



berpadu dengan faktor-faktor sosiopsikologis.
Faktor Sosiopsikologis
Dapat dikalsifikasikan ke dalam tiga komponen :
a. Komponen Afektif
Merupakan
didahulukan
sebelumnya.


aspek
karena

emosional

dari

faktor sosiopsikologis,

erat kaitannyadengan

pembicaraan

b. Komponen Kognitif
Aspek intelektual yang berkaitan dengan apa yang diketahui
manusia.
c. Komponen Konatif
Aspek volisional, yang berhubungan dengan kebiasaan dan
kemauan bertindak.
2. Faktor Situasional
Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku manusia adalah
faktor situasional. Menurut pendekatan ini, perilaku manusia dipengaruhi
oleh lingkungan/situasi. Faktor-faktor situasionalini berupa:
a. Faktor rancangan dan arsitektural, misal penataan ruang
b. Faktor temporal, misal keadaan emosi
c. Suasana perilaku, misal cara berpakaian dan cara berbicara
d. Teknologi
e. Faktor

sosial,

mencakup

sistem

peran,

struktur

sosial

dan

karakteristik sosial individu
f. Lingkungan psikososial yaitu persepsi seseorang terhadap lingkungannya
g. Stimuli yang mendorong dan memperteguh perilaku
Perilaku kesehatan merupakan suatu tindakan menjaga, mencegah dan
memelihara kesehatan. Individu memiliki status kesehatan yang berbeda-beda,
status kesehatan merupakan keadaan pada waktu tertentu. Dengan kata lain faktorfaktor yang dapat mempengaruhi kesehatan adalah sebagai berikut :
1. Lingkungan
2. Keturunan
3. Status kesehatan
4. Perilaku
5. Pelayanan kesehatan

B. Budaya Hidup Sehat melalui Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan Pasal 79 ayat 1 Kesehatan sekolah diselenggarakan untuk
meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup

sehat sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh, dan berkembang secara
harmonis dan setinggi-tingginya

menjadi

sumber

daya

manusia

yang

berkualitas. Sudah diterangkan bahwa sekolah mempunyai andil untuk
meningkatkan kesehatan setiap peserta didik, dengan adanya pendidikan olahraga
dan kesehatan diharapkan akan mampu menciptakan peserta didik yang memiliki
perilaku sehat dalm hidup.
Pendidikan olahraga dan kesehatan merupakan bagian integral dari
pendidikan secara keseluruhan yang bertujuan untuk mengembangkan aspek
kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berpikir kritis, keterampilan
sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan
pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan
terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan nasional.
Pendidikan olahraga dan kesehatan yang diajarkan di sekolah memiliki
peranan sangat penting, yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani,
olahraga, dan kesehatan yang terpilih yang dilakukan secara sistematis. Sekolah
merupakan tempat belajar. Belajar dapat didefinisikan sebagai satu proses dimana
suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Skinner
membedakan perilaku menjadi dua, yakni :
1. Perilaku yang alami (innate behaviour), yaitu perilaku yang dibawa sejak
organisme dilahirkan yang berupa refleks-refleks dan insting-insting.
2. Perilaku operan (operant behaviour) yaitu perilaku yang dibentuk melalui
proses belajar.
Pada manusia, perilaku operan atau psikologis inilah yang dominan.
Sebagian terbesar perilaku ini merupakan perilaku yang dibentuk, perilaku yang
diperoleh, perilaku yang dikendalikan oleh pusat kesadaran atau otak (kognitif).
Oleh karena itu melalui pendidikan olahraga dan kesehatan diharapkan perilaku
hidup sehat bisa dijadikan kebiasaan. Timbulnya perilaku (yang dapat diamati)
merupakan resultan dari tiga daya pada diri seseorang, yakni :

1. Daya seseorang yang cenderung untuk mengulangi pengalaman yang enak
dan cenderung untuk menghindari pengalaman yang tidak enak (disebut
conditioning dari Pavlov & Fragmatisme dari James);
2. Daya rangsangan (stimulasi) terhadap seseorang yang ditanggapi, dikenal
dengan “stimulus-respons theory” dari Skinner;
3. Daya individual yang sudah ada dalam diri seseorang atau kemandirian
(Gestalt Theory dari Kohler).
Pendidikan olahraga dan kesehatan menjadi sarana untuk mendorong
pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik, pengetahuan dan
penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap – mental – emosional – sportivitas –
spiritual – sosial), serta pembiasaan pola hidup sehat.
Dalam pendidikan olaharaga dan kesehatan diharapkan peserta didik akan
mengalami perubahan perilaku. Ada beberapa bentuk perubahan perilaku yang
dialami individu diantaranya :
1. Perubahan alamiah (natural change): Perubahan perilaku karena terjadi
perubahan alam (lingkungan) secara alamiah.
2. Perubahan terencana (planned change): Perubahan perilaku karena
memang direncanakan oleh yang bersangkutan. Perubahan ini juga bisa
tercipta melalui pendidikan.
3. Kesiapan berubah (Readiness to change): Perubahan perilaku karena
terjadinya proses internal (readiness) pada diri yang bersangkutan, dimana
proses internal ini berbeda pada setiap individu.

Untuk mencapai perubahan perilaku, ada beberapa cara yang bisa dilakukan yaitu
diantaranya :
1. Dengan Paksaaan atau pemberian hukuman
Mengeluarkan instruksi atau peraturan, dan ancaman hukuman kalau tidak
mentaati instruksi atau peraturan tersebut. Misalnya : instruksi atau
peraturan tidak membuang sampah disembarang tempat, dan ancaman
hukuman atau denda jika tidak mentaati.
2. Dengan memberi imbalan

lmbalan bisa berupa materi seperti uang atau barang, tetapi blsa juga
imbalan yang tidak berupa materi, seperti pujian, dan sebagainya.
3. Dengan membina hubungan baik.
4. Dengan menunjukkan contoh-contoh
Salah satu sifat manusia ialah ingin meniru karena itu usahakanlah agar
guru serta staf sekolah yang lain melakukan hidup sehat di lingkungan
sekolah dengan contoh tidak merokok, membuang sampah pada tempat
yang sudah disiapkan. Dengan contoh seperti ini biasanya anak akan ikut
berbuat yang serupa yaitu berperilaku sehat.
5. Dengan memberikan kemudahan
Misalnya dengan menaruh bak sampah yang tidak jauh dari kelas, agar
siswa dengan mudah membuang sampah.
6. Dengan menanamkan kesadaran dan motivasi
Dalam hal ini individu maupun kelompok diberi pengertian yang benar
tentang kesehatan. Kemudian ditunjukkan kepada mereka baik secara
langsung ataupun tidak langsung, yaitu misalnya melalui film, slide,
photo, gambar, atau cerita, bagaimana bahayanya perilaku yang tidak sehat
, dan apa untungnya kalau berperilaku sehat. Hal ini diharapkan akan bisa
membangkitkan keinginan mereka untuk berperilaku hidup sehat.
Selanjutnya berkali-kali disampaikan ataupun ditunjukkan kepada
mereka bahwa telah makin banyak orang yang berperilaku sehat tersebut
dan

sekaligus

ditunjukkan

atau

disampaikan

pula

keuntungan-

keuntungannya, hingga mereka akan tergerak untuk berperilaku sehat.
Pada mata pelajaran Pendidikan Olahraga dan Kesehatan untuk jenjang
sekolah dasar terdapat materi tentang budaya hidup sehat. Dimana pembiasaan
untuk hidup sehat selalu disarankan. Namun tidak mudah untuk membiasakan
peserta didik agar selalu menjaga kesehatan dikarenakan karakter peserta didik
yang masih bersifat anak-anak. Untuk itu sangat perlu memperhatikan karakter
siswa agar dapat melakukan sikap yang diharapkan oleh guru. Dengan
mengetahui cara perubahan sikap yang sudah diterangkan diatas diharapkan guru
olahraga dapat dengan mudah menerapkannya agar budaya hidup sehat menjadi
kebutuhan dari setiap peserta didik. Budaya hidup sehat merupakan sebuah

konsep kehidupan dengan mengutamakan berbagai kegiatan hidup yang berbasis
pada tindakan-tindakan sehat. Definisi dari budaya hidup sehat adalah konsep
hidup yang mengedepankan upaya-upaya dan kegiatan-kegiatan yang sehat.
Akhirnya, dengan peserta didik mempelajari mata pelajaran Pendidikan
Olahraga dan Kesehatan maka peserta didik akan memiliki kemampuan selain
mengembangkan pola hidup sehat, dan juga meningkatkan kebugaran jasmani,
pertumbuhan fisik, pengembangan psikis yang lebih baik, kemampuan dan
keterampilan gerak dasar, mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin,
bertanggung

jawab,

kerja

sama,

percaya

diri

dan

demokratis,

serta

mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain,
dan lingkungan.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku manusia
merupakan hasil dari segala pengalaman serta interaksi manusia dengan
lingkungannya. Perilaku manusia terdiri dari beberapa faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku manusia, sifat-sifat umum dan khusus perilaku manusia,
bentuk-bentuk perubahan perilaku, dan macam-macam perilaku manusia. Faktorfaktor yang mempengaruhi perilaku terdiri Faktor Personal, dan Faktor Situsional.
Bentuk-bentuk perilakunya yaitu, perubahan alamiah, perubahan terencana,
kesediaan untuk berubah.
Melalui pendidikan olahraga dan kesehatan diharapkan budaya hidup sehat
dapat tertanam pada diri peserta didik. Dengan memberi pemahaman kepada
peserta didik akan pentingnya hidup sehat. Semua tidak terlepas oleh perubahan
perilaku yang dibina dari pembelajaran pendidikan olahraga dan kesehatan pada
setiap satuan pendidikan.

Daftar Rujukan
Dahar, R. W.. 1989. Teori – teori Belajar . Jakart: Erlangga.
Lukaningsih, Z. L. dan Bandiyah, S.. 2011 . Psikologi Kesehatan. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Maulana, H. D. J.. 1993. Promosi kesehatan. Jakarta:buku kedokteran EDC.
Mueller, J.D.. 1996. Mengukur Sikap Sosial. Pegangan untuk Peneliti dan
Praktisi. Jakarta: Bumi Aksara.
Notoatmodjo, S.. 2003. Perilaku kesehatan dan pendidikan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Notoatmodjo, S.. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka
Cipta.
Notoatmodjo, S.. 2010. Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka cipta.
Purwanto, H.. 1999. Pengantar Perilaku Manusi: Untuk Keperawatan. Jakarta:
EGC.
Poerwadarminta. 1976. Kamus Besar Bahasa Indonesia . Jakarta: Balai Pustaka.
Suryabrata, S..2006. Psikologi pendidikan - ed 14. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
Walgito, B..1994. Psikologi Sosial. Yogyakarta: Andi Offset.
Wawan, A. dan Dewi, M.. 2010. Pengetahuan , sikap, dan perilaku manusia .
Yogyakarta: Nuha Medika.