Library Research Hukum dan HAM Rombel 6

Social Justice dalam Konteks Welfare State(Kajian Hak Asasi Manusia
di Indonesia)
(Studi Kasus: Nenek minah yang mencuri 3 buah kakao)
Dosen Pengampu :
Ridwan Arifin , S.h.,Ll.m

Di susun oleh :
Nama

: 1. YULIANA FARIDA (8111416067)
2. LULUK RAHAYU (8111416090)

Mata Kuliah : Hukum dan HAM
Rombel

:6

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
SEMARANG

2017


KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat
yang diberikannya sehingga tugas makalah yang berjudul “Social Justice
dalam Konteks Welfare State(Kajian Hak Asasi Manusia di Indonesia)” ini dapat
kami selesaikan. Makalah ini kami buat sebagai kewajiban untuk memenuhi
tugas dan untuk mengetahui.
Makalah “Social Justice dalam Konteks Welfare State(Kajian Hak Asasi
Manusia di Indonesia)” ini dalah rangkaian tugas yang harus diselesaikan
dalam memenuhi mata kuliah Hukum Internasional di Program Studi Ilmu
Hukum Universitas Negeri Semarang. Dalam kesempatan ini, penulis
menghaturkan terimakasih yang dalam kepada semua pihak yang telah
membantu menyumbangkan ide dan pikiran mereka demi terwujudnya
makalah ini. Melalui makalah ini, penulis berusaha memberikanpembahasan
tentang segala sesuatu mengenai “Social Justice dalam Konteks Welfare
State(Kajian Hak Asasi Manusia di Indonesia)”. Akhir kata kami menyadari
bahwa pembuatan makalah ini masih jauh dari dari kata sempurna dan banyak
kekurangannya, oleh karena itu kami mengharapkan saran, kritik dan petunjuk
bagi beberapa pihak untuk pembuatan makalah ini menjadi lebih baik
dikemudian hari.

Semarang, 10 Oktober 2017

Penyusun

1

2

DAFTAR ISI
Halaman Sampul............................................................................................
Kata Pengantar..............................................................................................i
Daftar Isi.........................................................................................................
Daftar Gambar.............................................................................................iii
Daftar Tabel.................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN............................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................1
B.Rumusan Masalah.............................................................................3
1. Apa arti dari keadilan dan
kesejahteraan?..............................................3
2. Bagaimana keadilan sosial di

Indonesia?...............................................3
C.Metode Penulisan..............................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................4
2.1 Arti dari keadilan dan
kesejahteraan………………………………………………4
2.2 Keadilan sosial di Indonesia............................................................9
BAB III KESIMPULAN............................................................................14
3.1 Kesimpulan...................................................................................14
Daftar Pustaka……………………………………………………………………………….15

3

ii

DAFTAR GAMBAR

4

DAFTAR TABEL
Setelah pembuktian selesai, kemudian pemeriksaan perkara terhadap

terdakwa ditutup, selanjutnya Penuntut Umum membacakan tuntutan
pidananya yang pada pokoknya menuntut supaya Majelis Hakim yang
mengadili perkara Nomor 247/PID.B/2009/PN.Pwt memutuskan:
1) Menyatakan terdakwa Minah terbukti secara sah dan meyakinkan
bersalah melakukan tidak pidana pencurian sebagaimana diatur dan diancam
pidana dalam Pasal 362 KUHP;
2) Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Minah dengan pidana penjara
selama 6 (enam) bulan dikurangi selama terdakwa ditahan dengan perintah
agar terdakwa tetap ditahan;
3) Menyatakan barang bukti:
a) 3 (tiga) kg buah coklat atau kakao berikut biji dan kulitnya
dikembalikan pada pihak PT RSA IV Darmakradenan;
b) 1 (satu) buah kandi dirampas untuk dimusnahkan 4) Menetapkan
supaya terpidana membayar biaya perkara sebesar Rp 1.000,- (seribu rupiah) .
Pertimbangan Hakim Pertimbangan Hakim dalam perkara Nenek Minah ini,
mengandung dua pertimbangan, yaitu pertimbangan yang positivistik dan
pertimbangan yang mengandung prinsip kemanusiaan. Adapun pertimbangan
Hakim yang positivistik, yaitu Unsur-unsur pertimbangan yang positivistik
dalam Perkara Nomor 247/PID.B/2009/PN.Pwt dapat diuraikan sebagai berikut:
Kejahatan pencurian yang dilakukan oleh Nenek Minah merupakan kejahatan

yang ada dalam Pasal 362 KUHP yaitu kejahatan mengenai 34 harta benda,
yang disebutkan ”Barang siapa mengambil sesuatu barang, yang seluruhnya
atau sebagian milik orang lain, dengan maksud untuk dimilikinya sendiri secara
melawan hukum, diancam karena pencurian dengan pidana penjara paling
lama lima tahun atau denda paling banyak enam puluh rupiah”. Unsur-unsur
dalam Pasal 362 KUHP tersebut, kemudian diperkuat dengan keterangan para
saksi dan barang bukti berupa 3 buah/kilogram kakao berikut kulit dan bizinya,
serta satu buah kandi yang digunakan oleh Nenek Minah untuk membawa
kakao tersebut. Adapun para saksinya, yaitu:
1) Jawali Bin Warno Sukarto
5

2) Tarno Bin Sumarto 3) Rajiwan alias Diwan Bin Asmareja Bahwa pada hari
minggu tanggal 2 Agustus 2009 sekitar jam 08.00 WIB saksi Tarno dan saksi
Rajiwan berangkat patroli rutin ke arah blok 8, 9 dan 11, kemudian saksi
mendengar dan melihat ada orang yang sedang mengupas buah coklat,
kemudian saksi mendekati dan menegurnya. Setelah tertangkap tangan
mencuri buah kakao/coklat selanjutnya dibawa ke kantor PT RSA IV
Darmakradenan dan kemudian diserahkan kepada yang berwajib. Perbuatan
pidana yang dilakukan Nenek Minah harus dibuktikan dengan dipenuhinya

semua unsur-unsur Pasal dari peraturan perundangundangan yang didakwakan
kepadanya, apakah ada alasan pembenarnya. Sedangkan mengenai
pertanggungjawaban pidana terdakwa harus dibuktikan dengan adanya
kesalahan pada diri terdakwa atas terjadinya tindak pidana tersebut dan tidak
ditemukan alasan pemaaf yang dapat menghapus pertanggungjawaban
pidana.

6

1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia, adalah Negara Hukum yang berdasarkan Keadilan Sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia, itulah cita-cita dasar para founding father bangsa ini.
Negara yang tatanan masyarakatnya sadar hukum, menjadikan hukum sebagai
panglima yang mampu menjamah seluruh rakyat Indonesia tanpa pandang ras,
jabatan dan strata sosialnya. Dalam negara hukum, kekuasaan negara dibatasi
oleh Hak Asasi Manusia sehingga aparatur negara tidak bisa bertindak
sewenang-wenang (detournement de pouvoir), menyalahgunakan kekuasaan

(abus de pouvoir), dan diskriminatif dalam penegakan hukum terhadap warga
negaranya. Penegakan hukum dinegara kita ditopang oleh 4 (empat) penegak
hukum, yang kita kenal sebagai catur wangsa, Kehakiman, Kejaksaan,
Kepolisian, dan Profesi Advokat. Penegak hukum ini kemudian bertambah lagi
sejak lahirnya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), sehingga sekarang tidak
lagi catur wangsa, melainkan panca wangsa. Dipundak merekalah kita
topangkan tegak atau runtuhnya penegakan hukum itu.

1

Setiap manusia pasti menginginkan keadilan di dalam kehidupannya, baik
secara ekonomi, sosial maupun hukum. Namun keadilan sendiri juga
mengalami perdebatan. Perdebatan tentang keadilan seakan tidak kunjung
berakhir. Perdebatan ini sudah dimulai sejak zaman yunani kuno bahkan
sampai sekarang. Belum ada kesamaan perumusan dari para pakar tentang
keadilan. Sehingga keadilan itu dianggap relative. Adil menurut seorang belum
tentu adil menurut orang lain. Perdebatan yang sama terjadi di Indonesia.
Perilaku aparat penegak hukum yang membawa kasus nenek minah yang
miskin ke meja hijau menyulut kemarahan publik. Publik pantas marah
mengingat banyak koruptor yang mencuri uang rakyat tapi dibiarkan

berkeliaran bebas. Di sinilah letak “keadilan” masyarakat. Keadilan menurut
masyarakat ini sangat subtantif. Namun bagi orang yang berpahan procedural
dan positifil, tuntutan masyarakat ini tidak adil. Kalau orang terbukti mencuri

1 Zubaidi, H. Achmad, dkk, Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Paradigma,2002,hlm 67

2
harus dihukum sesuai dengan hukum yang berlaku. Apabila ini yang terjadi,
maka inilah yang oleh kaum posistivis sebagai keadilan.

2

Selain menjadi tanggung jawab para penegak hukum itu, penegakan hukum
juga menjadi tanggung jawab pemerintah/negara itu sendiri, dengan
menyediakan instrumen hukum (peraturan perundang-undangan) yang
berkeadilan, berkepastian dan mampu diimplementasikan dalam tatanan riil di
masyarakat. Sebagaimana kita ketahui bahwa di Negara kita ini masih terdapat
ketidakadilan, di Indonesia dalam menegakkan keadilan masih lemah.bentukbentuk keadilan di Indonesia ini seperti orang yang kuat pasti hidup sedangkan
orang yang lemah pasti akan tertindas dan di Indonesia ini jelas bahwa
keadilan belum di laksanakan atau diterapkan dengan baik yang sesuai dengan

aturan-aturan hukum yang ada di Indonesia.

3

Keadilan di Indonesia belum bisa membedakan mana yang benar dan mana
yang salah. Inilah bukti bahwa dinegara ini keadilan masih memihak kepada
yang kuat. Seandainya di negara kita terjadi pemerataan keadilan maka kita
yakin tidak akan terjadi protes yang disertai kekerasan, kemiskinan yang
bekepanjangan, perampokan, kelaparan, gizi buruk dll. Mengapa hal diatas
terjadi karena konsep keadilan yang tidak diterapkan secara benar, atau bisa
kita dikatakan keadilan hanya milik orang kaya dan penguasa. Seolah-olah
orang kecil sangat dipermainkan oleh keadilan.
Tolak ukur keberhasilan pranata publik yang harus diperhatikan setelah
bangsa kita mengalami peningkatan kemakmuran ekonomis yang cukup besar
ialah terwujudnya keadilan sosial. Keadilan sosial merujuk pada masyarakat
(society) atau negara yang dapat berfungsi sebagai subjek maupun objek.
Sebagai demikian, konsepsi keadilan sosial di satu pihak mewajibkan negara
untuk mewujudkan kesejahteraan umum serta membagi beban dan
manfaatnya kepada warga negara secara proporsional seraya membantu
anggota-anggota yang lemah, dan di lain pihak mewajibkan para warga untuk

membantu masyarakat atau negara guna mencapai tujuannya.
Pembukaan UUD 1945 menyebutkan bahwa pemerintah ditugaskan
untuk “memajukan kesejahteraan umum” serta “mewujudkan keadilan sosial
2 Kelsen, H, Teori umum tentang hukum dan negara. Bandung: Nusamedi,2006.hlm 34
3 Penegakan Hukum dan Peningkatan Demokrasi di Indonesia. Makalah. Juli 1997. Semarang.

3
bagi seluruh rakyat Indonesia”. Selanjutnya butir-butir tentang kesejahteraan
rakyat juga dapat dijumpai Pancasila 45 butir pengamalan Pancasila seperti
yang tertuang dalam P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila)
pada Tap MPR No. II/MPR/1978. Jelaslah bahwa penyelenggaraan administrasi
pemerintahan yang menuju cita-cita kesejahteraan atau keadilan sosial
merupakan kewajiban bagi seluruh aparat negara di setiap jenjang.
Kehidupan yang didambakan oleh semua manusia di dunia ini adalah
kesejahteraan. Baik yang tinggal di kota maupun yang di desa, semua
mendambakan kehidupan yang sejahtera. Sejahtera lahir dan bathin. Namun,
dalam perjalanannya, kehidupan yang dijalani oleh manusia tak selamanya
dalam kondisi sejahtera. Pasang surut kehidupan ini membuat manusia selalu
berusaha untuk mencari cara agar tetap sejahtera. Mulai dari pekerjaan kasar
seperti buruh atau sejenisnya, sampai pekerjaan kantoran yang bisa sampai

ratusan juta gajinya dilakoni oleh manusia. Jangankan yang halal, yang
harampun rela dilakukan demi kesejahteraan hidup.4
B. Rumusan Masalah
1. Apa arti dari keadilan dan kesejahteraan?
2. Bagaimana keadilan sosial di Indonesia?
C. Metode Penelitian
Dalam suatu penelitian hukum merupakan suatu keharusan untuk
mengunakan suatu metode penelitian agar lebih mudah dalam hal
penyusunannya. Penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahanbahan pustaka atau data-data sekunder belaka, dapat dinamakan penelitian
hukum normatif atau penelitian hukum kepustakaan.
Penelitian ini bersifat Yuridis Normatif, oleh karena didasarkan pada
metode, sistematika dan pemikiran tertentu dengan tujuan mempelajari suatu
atau beberapa gejala hukum tertentu dan menganalisisnya. Dalam penulisan
makalah tentang” Social Justice dalam Konteks Welfare State(Kajian Hak Asasi
Manusia di Indonesia)” makalah ini menggunakan metode pengumpulan data
atau kepustakaan (library research). Menurut Koentjaraningrat teknik
kepustakaan merupakan carapengumpulan data bermacam-macam material
4 Huijbers, T, Filsafat hukum. Yogyakarta: Kanisius.,1995,hlm 89

4
yang terdapat diruang kepustakaan, seperti koran, buku-buku, jurnal, majalah,
naskah, dokumen dan sebagainya yang relevan dengan penelitian
( Koentjaraningrat, 1983 : 420).
Menurut Sugiyono, studi kepustakaan berkaitan dengan kajian teoritis dan
referensi lain yang berkaitan dengan nilai, budaya dan norma yang
berkembang pada situasi sosial yang diteliti, selain itu studi kepustakaan
sangat penting dalam melakukan penelitian, hal ini dikarenakan penelitian
tidak akan lepas dari literatur-literatur Ilmiah ( Sugiyono, 2012 : 291 ).
Berdasarakan pengertian tersebut, maka penelitian tentang “Social Justice
dalam Konteks Welfare State(Kajian Hak Asasi Manusia di Indonesia)”
menggunakan bermacam buku seperti buku, jurnal , koran, skripsi, dan
sebagainya.

BAB II
PEMBAHASAN
2. 1

Arti keadilan dan kesejahteraan

 Arti Keadilan
Keadilan adalah pengakuan dan perlakuan yang seimbang antara hak dan
kewajiban. Keadilan terletak pada keharmonisan menuntut hak dan kewajiban,
atau dengan kata lain keadilan adalah keadaan bila setiap orang memperoleh
bagian yang sama dari kekayaan bersama. Berdasarkan kesadaran etis, kita
diminta untuk tidak hanya menuntut hak dan lupa menjelankan kewajiban,
maka sikap dan tindakan kita akan mengarah pada pemerasan dan
memperbudak orang lain. Sebaliknya pula jika kita hanya menjalankan
kewajiban dan lupa menuntut hak, maka kita akan mudah diperbudak atau
diperas orang lain.

5

Keadilan sosial adalah sebuah konsep yang membuat para filsuf terkagumkagum sejak Plato membantah filsuf muda, Thrasy machus karena ia
menyatakan bahwa keadilan adalah apa pun yang ditentukan oleh si terkuat.
Dalam Republik, Plato meresmikan alasan bahwa sebuah negara ideal akan
5 Asshiddiqie, Jimly. “Penegakan Hukum, Keadilan dan Hak Asasi Manusia”. Makalah. 30 April
2002. Yogyakarta.

5
bersandar pada empat sifat baik: kebijakan, keberanian, pantangan (atau
keprihatinan), dan keadilan.
Pengembangan sikap adil terhadap sesama manusia, kesamaan kedudukan
terhadap hukum dan HAM, keseimbangan antara hak dan kewajiban
merupakan sikap yang tercermin dari pengamalan nilai Pancasila yakni sila
kelima yang berbunyi “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia”.
Keadilan itu merupakan suatu perlakuan antara hak dan kewajiban yang
harus dilaksanakan secara seimbang. Setiap orang ingin merasakan keadilan
yang sama antara sesama manusia. Adil dalam melaksanakan suatu keadaan
atau masalah merupakan jiwa seseorang yang memiliki jiwa social yag tinggi.
Setiap warga Negara Indonesia pun wajib memperoleh keadilan yang merata
dengan yang lainnya sesuai dengan HAM dalam bidang hokum, politik,
ekonomi, dan kebudayaan. Keadilan dan ketidakadilan tidak dapat dipisahkan
dalam kehidupan manusia karena dalam hidupnya manusia menghadapi
keadilan atau ketidakadilan setiap hari. oleh sebab itu keadilan dan
ketidakadilan, menimbulkan daya kreativitas manusia. Maka dari itu keadilan
sangat penting untuk kehidupan sehari – hari, karena akan mensejahterakan
semua umat manusia.

6

Keadilan terdapat dalam pancasila, terutama dalam sila kelima yang
berbunyi “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Yang artinya seluruh
warga Negara Indonesia berhak mendapatkan keadilan yang merata dari pihak
yang berwenang. Jadi antara hak dan kewajiban perlu diserasikan agar tercipta
kehidupan yang harmonis, karena kehidupan seperti itulah yang diinginkan
oleh setiap umat manusia. Setiap manusia mempunyai hak dan kewajiban yang
perlu dikerjakan bersama – sama tanpa adannya berat sebelah yang artinya
hak dan kewajiban harus dilaksanakan secara seimbang.7
Ada beberapa jeniskeadilan, yaitu:


Keadilan Komutatif (Iustitia Commutativa): Keadilan komutatif adalah
keadilan yang memberikan kepada masing-masing orang apa yang
menjadi bagiannya, di mana yang diutamakan adalah objek tertentu
yang merupakan hak dari seseorang. Keadilan komutatif berkenaan

6M. Kholiq, Abdul. Beberapa Catatan Kritis Peradilan HAM dalam Hukum Positif Indonesia.
Jurnal Magister Hukum. Vol.2. Juni 2002.

7 Undang-undang No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia.

6
dengan hubungan antarorang/antarindividu. Di sini ditekankan agar


prestasi sama nilainya dengan kontra prestasi.
Keadilan Distributif (Iustitia Distributiva): Keadilan distributif adalah
keadilan yang memberikan kepada masing-masing orang apa yang
menjadi haknya, di mana yang menjadi subjek hak adalah individu,
sedangkan subjek kewajiban adalah masyarakat. Keadilan distributif
berkenaan dengan hubungan antara individu dan masyarakat/negara. Di
sini yang ditekankan bukan asas kesamaan/kesetaraan (prestasi sama
dengan kontra prestasi). Melainkan, yang ditekankan adalah asas
proporsionalitas atau kesebandingan berdasarkan kecakapan, jasa, atau
kebutuhan. Keadilan jenis ini berkenaan dengan benda kemasyarakatan



seperti jabatan, barang, kehormatan, kebebasan, dan hak-hak.
Keadilan legal (Iustitia Legalis): Keadilan legal adalah keadilan
berdasarkan undang-undang. Yang menjadi objek dari keadilan legal
adalah tata masyarakat. Tata masyarakat itu dilindungi oleh undangundang. Tujuan keadilan legal adalah terwujudnya kebaikan bersama
(bonum commune). Keadilan legal terwujud ketika warga masyarakat
melaksanakan undang-undang, dan penguasa pun setia melaksanakan



undang-undang itu.
Keadilan Vindikatif (Iustitia Vindicativa): Keadilan vindikatif adalah
keadilan yang memberikan kepada masing-masing orang hukuman atau
denda sebanding dengan pelanggaran atau kejahatan yang
dilakukannya. Setiap warga masyarakat berkewajiban untuk turut serta
dalam mewujudkan tujuan hidup bermasyarakat, yaitu kedamaian, dan
kesejahteraan bersama. Apabila seseorang berusaha mewujudkannya,
maka ia bersikap adil. Tetapi sebaliknya, bila orang justru mempersulit
atau menghalangi terwujudnya tujuan bersama tersebut, maka ia patut
menerima sanksi sebanding dengan pelanggaran atau kejahatan yang



dilakukannya.
Keadilan Kreatif (Iustitia Creativa): Keadilan kreatif adalah keadilan yang
memberikan kepada masing-masing orang bagiannya, yaitu berupa
kebebasan untuk mencipta sesuai dengan kreativitas yang dimilikinya.
Keadilan ini memberikan kebebasan kepada setiap orang untuk
mengungkapkan kreativitasnya di berbagai bidang kehidupan.

7


Keadilan Protektif (Iustitia Protectiva): Keadilan protektif adalah keadilan
yang memberikan proteksi atau perlindungan kepada pribadi-pribadi.
Dalam masyarakat, keamanan dan kehidupan pribadi-pribadi warga
masyarakat wajib dilindungi dari tindak sewenang-wenang pihak lain.
Menurut Montesquieu, untuk mewujudkan keadilan protektif diperlukan
adanya tiga hal, yaitu: tujuan sosial yang harus diwujudkan bersama,
jaminan terhadap hak asasi manusia, dan konsistensi negara dalam



mewujudkan kesejahteraan umum.
Keadilan dalam penerapannya tidaklah mesti terlalu lugas. Pengenaan
keadilan yang bersifat lugas justru menimbulkan ketidakadilan. Seperti
kata ungkapan "summum ius, summa iniura" (penerapan hukum secara
penuh, penuh ketidakadilan). Karena itu, dalam mewujudkan keadilan
diperlukan prinsip lain untuk mengimbanginya, yaitu
kepatutan (aequitas). Prinsip kepatutan dimaksudkan untuk mendorong
terwujudnya keadilan sosial.

 Arti Kesejahteraan
Istilah kesejahteraan berasal dari kata sejahtera yang berarti aman
sentosa dan makmur dan dapat berarti selamat terlepas dari gangguan.
Sedangkan kesejahteraan diartikan dengan hal atau keadaan sejahtera,
keamanan, keselamatan dan ketentraman . Istilah kesejahteraan erat
kaitannya dengan tujuan Negara Indonesia. Negara didirikan, dipertahankan
dan dikembangkan untuk kepentingan seluruh rakyat yaitu untuk manjamin
dan memajukan kesejahteraan umum. Hal ini secara nyata dituangkan
dalam pembukaan UUD 1945 yang berbunyi: ”kemudian daripada itu untuk
membentuk suatu pemerintah Negara Indonesa yang melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian,
abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan
Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang dasar Negara Indonesia”. 8
8Rawls, J,Teori keadilan, dasar-dasar filsafat politik untuk mewujudkan kesejahteraan sosial
dalam negara. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2006,hlm 23

8
Dengan melihat pembukaan UUD 1945 diatas dapat dikemukakan bahwa
tujuan Negara Indonesia adalah melindungi seluruh bangsa dan tumpah
darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Oleh
karenanya Negara berkewajiban untuk memenuhi kebutuhan hidup warga
negaranya. Sebagaimana dinyatakan oleh Aristoteles bahwa Negara
dibentuk untuk menyelenggarakan hidup yang baik bagi semua warganya.

9

Namun demikian, kesejahteraan umum (keadilan sosial) sebagai
tujuan Negara bukan berarti kewajiban Negara untuk menciptakan
kesejahteraan seluruh rakyat, sehingga rakyat tidak berupaya untuk
mewujudkan kesejahteraan bagi dirinya sendiri, akan tetapi rakyat
mempunyai hak dan kewajiban untuk mencapai kesejahteraannya. Negara
hanya bertugas untuk menciptakan suasana atau keadaan yang
memungkinkan rakyat dapat menikmati hak-haknya sebagai warga Negara
dan mencapai kesejahteraan mereka semaksimal mungkin. Dalam rangka
mewujudkan kesejahteraan tersebut komponen utama yang harus dipenuhi
adalah adanya kepastian hukum dan tersedianya barang dan jasa
kebutuhan hidup bagi semua warga Negara. kepastian hukum menjadi
penting dalam rangka mewujudkan kesejahteraan umum di Indonesia
mengingat Indonesia adalah Negara berdasarkan atas hukum (rechtsstaat)
bukan berdasar pada kekuasaan belaka (machtsstaat). Terciptanya Negara
hukum berarti juga ditaatinya peraturan hukum atau rule of law dalam
seganap aktivitas Negara dan warga negaranya. Unsur-unsur rule of law
meliputi ;
1. Keutamaan aturan-aturan hukum atau supremasi hukum;
2. Kedudukan yang sama dihadapan hukum;
3. Terjaminnya hak-hak asasi manusia.
Keserasian dan keseimbangan antara kepastian hukum dan keadilan sosial
atau kesejahteraan umum mutlak diperlukan dalam menjamin hak-hak
warga Negara.
9Komisi Hukum Nasional, Kebijakan reformasi hukum: Suatu rekomendasi 1 & 2.Jakarta: Komisi
Hukum Nasional RI.2010,hlm112

9
Keserasian keduanya dapat terwujud manakala memenuhi persyaratan ;
a. Kaidah-kaidah hukum serta penerapannya mendekati citra masyarakat;
b. Pelaksana penegakan hukum dapat mengemban tugas sesuai tujuan dan
keinginan hukum;
c. Masyarakat dimana hukum itu berlaku taat dan sadar akan pentingnya
hukum bagi keadilan dan kesejahteraan.
Berkaitan dengan ketersediaan barang dan jasa sebagai ukuran
kesejahteraan, ILO (International Labour Organization) mengemukakan
konsep kebutuhan pokok dalam dua elemen :


Persyaratan-persyaratan minimum keluarga untuk konsumsi sendiri,
antara lain kebutuhan pangan, pakaian, dan perlindungan;



Layanan-layanan esensial yang mendasar yang sebagian besar
disediakan oleh dan untuk masyarakat seperti air minum bersih,
kendaraan umum, sanitasi, fasilitas kesehatan dan fasilitas
pendidikan.



Perwujudan masyarakat yang adil dan makmur secara lebih rinci
disebutkan oleh Kirdi Dipoyudo berupa tersedianya ;

1. cukup sandang dan pangan dan perumahan yang layak, sehingga ia
dapat hidup dengan aman tidak perlu merasa cemas dalam
menghadapi kehidupan di masa yang akan datang;
2. fasilitas kesehatan termasuk tenaga medis, obat-obatan, rumah sakit
dan pusat kesehatan masyarakat dengan perlengkapan dan tenaga
yang memadai dengan biaya yang terjangkau daya beli masyarakat;
3. kesempatasn pendidikan dalam segala tingkat baik pendidikan umum
atau professional kejuruan;
4. jaminan hari tua, sehingga orang tidak takut mengahadapi masa
tuanya pada saat dia tidak bisa berdaya mencari nafkah;

10
5. sarana perhubungan secukupnya, sehingga dia dengan mudah, cepat
dan murah untuk bergerak dalam mengahadapi segala urusannya;
6. sarana komunikasi seperlunya, sehingga dapat mengadakan
hubungan dengan orang lain melalui pos, telepon, telegram dan radio
dengan cepat dan mudah;
7. kesempatan kereja yang sesuai keinginan dan kecakapannya;
8. Kesempatan untuk mengembangkan dan menikmati kebudayaan,
menyempurnakan hidup moral keagamaan dan kehidupan
intelektualnya;
9. Memungkinkan untuk istirahat dan menikmati hiburan;
Terwujudnya kesejahteraan warga Negara dapat menciptakan struktur
masyarakat atau Negara yang seimbang dan teratur dengan memberi
kesempatan kepada semua warga Negara untuk membangun suatu
kehidupan yang layak dan mereka yang lemah mendapatkan bantuan dari
pemerintah. Karena pemerintah sebagai pimpinan Negara mempunyai tugas
utama untuk memajukan kesejahteraan umum. 10 Tidak hanya kesejahteraan
lahir tetapi juga kesejahteraan bathin. Oleh karena begitu luas jangkauan
kesejahteraan yang meliputi lahir dan bathin ini, kesejahteraan umum
berarti diakui dan dihormatinya hak hak dasar warga Negara dan
tersedianya barang dan jasa keperluan hidup yang terjangkau oleh daya beli
rakyat. Dalam rangka mewujudkan hal ini Negara harus melakukan
beberapa hal ;
1. Wajib menetapkan dan menegakkan hak-hak asasi;
2. Wajib mengusahakan agar barang dan jasa keperluan hidup dihasilkan
dan atau didatangkan mencukupi keperluan hidup warga Negara dan
dapat didistribusikan dengan cepat, aman dan dijual dengan harga
yang wajar seimbang dengan daya beli warga Negara;
10 Muladi, Hak Asasi Manusia, Politik dan Sistem Peradilan Pidana. Semarang: Badan Penerbit
UNDIP.1999,hlm 38

11
3. Harus mengusahakan setiap warga Negara mampu bekerja secara
produktif dengan syarat-syarat kerja yang wajar dan gaji yang
mencukupi kebutuhan hidup dan keluarganya;
4. Wajib memberikan bantuan seperlunya kepada mereka yang
terganggu secara fisik dan mentalnya.

2. 2

Keadilan sosial di Indonesia

Berbicara tentang keadilan, tentu ingat akan dasar negara kita ialah
Pancasila. Sila kelima Pancasila, berbunyi: “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia” Dalam dokumen lahirnya Pancasila diusulkan oleh Bung Karno
adanya prinsip kesejahteraan sebagai salah satu dasar negara. Selanjutnya
prinsip itu dijelaskan sebagai prinsip ” tidak ada kemiskinan di dalam Indonesia
merdeka”. Dari usul dan penjelasan itu nampak adanya pembauran pengertian
kesejahteraan dan keadilan.Bung Hatta dalam uraiannya mengenai sila
“keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”, menulis sebagai berikut ”
keadilan sosial adalah langkah yang menentukan untuk melaksanakan
Indonesia yang adil dan makmur” , Selanjutnya diuraikan bahwa para
pemimpin Indonesia yang menyusun UUD 45 percaya bahwa cita-cita keadilan
sosial dalam ekonomi ialah dapat mencapai kemakmuran yang merata.
Langkah-langkah menuju kemakmuran yang merata diuraikan secara
terperinci.
Keadilan merupakan salah satu tujuan hukum yang paling banyak
dibicarakan sepanjang perjalanan sejarah filsafat hukum. Aristoteles telah
menulis secara luas tentang keadilan. Ia menyatakan bahwa keadilan adalah
kebijakan yang berkaitan dengan hubungan antarmanusia. Lebih lanjut,
Aristoteles dalam tulisannya Retorica membedakan keadilan dalam dua macam
yaitu keadilan distributif (justitia distributiva) sebagai keadilan yang
memberikan kepada setiap orang didasarkan atas jasa-jasanya atau
pembagian menurut haknya masing-masing, serta keadilan komulatif (justitia
cummulativa) sebagai keadilan yang diterima oleh masing-masing anggota

12
tanpa memperdulikan jasa masing-masing. Keadilan komulatif ini didasarkan
pada transaksi (sunallagamata) baik yang sukarela atau pun tidak.
Panitia ad-hoc majelis permusyawaratan rakyat sementara 1966
memberikan perumusan sebagai berikut : “Sila keadilan sosial mengandung
prinsip bahwa setiap orang di Indonesia akan mendapatperlakuan yang adil
dalam bidang hukum, politik, ekonomi dan kebudayaan”.
Dalam ketetapan MPR RI No.II/MPR/ 1978 tentang pedoman penghayatan dan
pengalaman Pancasila (ekaprasetia pancakarsa) dicantumkan ketentuan
sebagai berikut.
Dengan sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia manusia Indonesia
menyadari hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial
dalam kehidupan masyarakat Indonesia.Selanjutnya untuk mewujudkan
keadilan sosial itu, diperinci perbuatan dan sikap yang perlu dipupuk, yakni :


Perbuatan luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan



dan kegotongroyongan;
Sikap adil terhadap sesama, menjaga keseimbangan antara hak dan





kewajiban serta menghormati hak-hak orang lain;
Sikap suka memberi pertolongan kepada orang yang memerlukan;
Sikap suka bekerja keras;
Sikap menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat untuk



mencapai kemajuan dan kesejahteraan bersama.
Asas yang menuju dan terciptanya keadilan sosial itu akan dituangkan
dalam bergai langkah dan kegiatan, antara lain melalui delapan jalur
pemerataan yaitu :
 Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat banyak






khususnya pangan, sandang dan perumahan,
Pemerataan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan;
Pemerataan pembagian pendapatan;
Pemerataan kesempatan kerja;
Pemerataan kesempatan berusaha;
Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan

khususnya bagi generasi mudadan kaum wanita;
 Pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh wilayah tanah
air;
 Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan;

13
 Keadilan dan ketidak adilan tidak dapat dipisahkan dalam
kehidupan manusia karena dalam hidupnya manusia menghadapi
keadilan / ketidak adilan setiap hari. Oleh sebab itu keadilan dan
ketidak adilan, menimbulkan daya kreativitas manusia. Banyak
hasil seni lahir dari imajinasi ketidakadilan, seperti drama, puisi,
novel, musik dan lain-lain.
Pancasila merupakan dasar negara dan landasan ideologi Indonesia.
Dalam penerapan keadilan di Indonesia, Pancasila sangat berperan penting
sebagai dasar keadilan sebagaimana disebutkan pada sila ke-2 dan sila ke-5.
Sila ke-2 yang berbunyi “kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung
delapan makna, yaitu:
1.

Mengakui persamaan derajat persamaan hak dan persamaan kewajiban

antara sesama manusia.
2.

Saling mencintai sesama manusia.

3.

Mengembangkan sikap tenggang rasa.

4.

Tidak semena-mena terhadap orang lain.

5.

Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.

6.

Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.

7.

Berani membela kebenaran dan keadilan.

8.

Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat

manusia, karena itu dikembangkan sikap hormat-menghormati dan
bekerjasama dengan bangsa lain.
Sila ke-5 yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia mengandung
sebelas makna, yaitu:
1.

Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan

sikap dan suasana kekeluargaan dan gotong-royong.
2.

Bersikap adil.

3.

Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.

4.

Menghormati hak-hak orang lain.

5.

Suka memberi pertolongan kepada orang lain.

14
6.

Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.

7.

Tidak bergaya hidup mewah.

8.

Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.

9.

Suka bekerja keras.

10.

Menghargai hasil karya orang lain.

11.

Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan

berkeadilan sosial.11
Ketetapan MPR No. II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan
Pengamalan Pancasila yang kemudian dicabut dengan Ketetapan MPR No.
XVIII/MPR/1998 butir-butir dari prinsip keadilan juga telah diungkapkan secara
jelas, termasuk yang dikemukakan oleh John Rawls. Selanjutnya, pada
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, secara tegas juga disebutkan
komitmen bangsa Indonesia tehadao keadilan. Berdasarkan hal tersebut di
atas, maka dapat dikatakan keadilan menurut bangsa Indonesia adalah
“Keadilan Sosial”. Menurut Notohamidjojo, keadilan sosial menuntut supaya
manusia hidup dengan layak dalam masyarakat. Masing-masing harus diberi
kesempatan menurut menselijkewaardigheid (kepatutan kemanusiaan).
Pembangunan dan pelaksanaan pembangunan tidak hanya
perlumengandalkan dan mewujudkan keadilan, melainkan juga kepatutan.
Istilah kepatutan kemanusiaan dapat pula disebut dengan kepatutan yang
wajar atau proporsional.

12

Keadilan sangat berkaitan erat dengan hak. Hanya saja dalam teorisi
keadilan bangsa Indonesia, hak tidak dapat dipisahkan dengan pasangan
anatominya yaitu kewajiban. Sila kemanusiaan yang adil dan beradab dengan
tegas mengamanatkan keserasian antara hak dan kewajiban sebagai manusia
yang hidup bermasyarakat. Keadilan hanya akan tegak dalam masyarakat yang
beradab atau sebaliknya dan hanya masyarakat beradab yang dapat
menghargai keadilan.
Sesuai dengan keseimbangan hak dan kewajiban, maka keadilan dengan
demikian menuntut keserasian antara nilai spiritualisme dan materialisme,
11 Hart, H. L. A, Konsep hukum. Bandung: Nusamedia.2010,hlm 58
12Komisi Hukum Nasional.Problematika penegakan hukum: Kajian reformasi lembaga penegak
hukum. Jakarta: Komisi Hukum Nasional RI.2010,hlm 95

15
individualisme dan kolektivisme, pragmatisme dan voluntarisme, acsetisisme
dan hedonisme, empirisme dan intuisionisme, rasionalisme dan romantisme.
Pengertian keadilan sosial jauh lebih luas dibandingkan keadilan hukum.
Keadilan sosial bukan sekadar berbicara tentang keadilan dalam arti tegaknya
peraturan perundang-undangan atau hukum, namun berbicara lebih luas
tentang hak warga negara dalam sebuah negara. Keadilan sosial adalah
keadaan dalam mana kekayaan dan sumberdaya suatu negara didistribusikan
secara adil kepada seluruh rakyat. Dalam teori ini, terkandung makna bahwa
pemerintah dibentuk oleh rakyat untuk melayani kebutuhan seluruh rakyat dan
pemerintah yang tidak memenuhi kesejahteraan warga negaranya adalah
pemerintah yang tidak berlaku adil. Keadilan sosial berarti keadilan yang
berlaku dalam masyarakat di segala bidang kehidupan, baik materil maupun
spiritual. Hal ini berarti keadilan itu tidak hanya berlaku bagi orang kaya saja,
tetapi berlaku pula bagi orang miskin, bukan hanya untuk para pejabat, tetapi
untuk rakyat biasa pula, dengan kata lain seluruh rakyat Indonesia baik yang
berada di wilayah kekuasaan Republik Indonesia maupun bagi Warga Negara
Indonesia yang berada di negara lain. Dalam konteks pembangunan Indonesia,
keadilan inipun tidak bersifat sektoral, tetapi meliputi semua lapangan, baik
dalam ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan.
Hanya dengan demikian akan dapat dipenuhi tujuan nasional yaitu
menciptakan masyarakat yang adil dan makmur. Adil dalam kemakmuran dan
makmur dalam keadilan.13

BAB III
PENUTUP
Keadilan adalah pengakuan dan perlakuan yang seimbang antara hak dan
kewajiban. Keadilan terletak pada keharmonisan menuntut hak dan kewajiban,
atau dengan kata lain keadilan adalah keadaan bila setiap orang memperoleh
bagian yang sama dari kekayaan bersama. Berdasarkan kesadaran etis, kita
diminta untuk tidak hanya menuntut hak dan lupa menjelankan kewajiban,
13Feather, N.T. (1992). An Attributional and Value Analysis of Deservingness in Succes and
Failure Situations. British Journal of Social Psychology, 31, 125-145..

16
maka sikap dan tindakan kita akan mengarah pada pemerasan dan
memperbudak orang lain. Sebaliknya pula jika kita hanya menjalankan
kewajiban dan lupa menuntut hak, maka kita akan mudah diperbudak atau
diperas orang lain.
Sedangkan kesejahteraan diartikan dengan hal atau keadaan sejahtera,
keamanan, keselamatan dan ketentraman . Istilah kesejahteraan erat
kaitannya dengan tujuan Negara Indonesia. Negara didirikan, dipertahankan
dan dikembangkan untuk kepentingan seluruh rakyat yaitu untuk manjamin
dan memajukan kesejahteraan umum. Hal ini secara nyata dituangkan
dalam pembukaan UUD 1945 yang berbunyi: ”kemudian daripada itu untuk
membentuk suatu pemerintah Negara Indonesa yang melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian,
abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan
Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang dasar Negara Indonesia”.

DAFTAR PUSTAKA
Zubaidi, H. Achmad, dkk.2002. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta:
Paradigma.
Kelsen, H,2006. Teori umum tentang hukum dan negara. Bandung: Nusamedi.

17
Penegakan Hukum dan Peningkatan Demokrasi di Indonesia. Makalah. Juli
1997. Semarang.
Huijbers, T.1995. Filsafat hukum. Yogyakarta: Kanisius.
Asshiddiqie, Jimly. “Penegakan Hukum, Keadilan dan Hak Asasi Manusia”.
Makalah. 30 April 2002. Yogyakarta.
M. Kholiq, Abdul. Beberapa Catatan Kritis Peradilan HAM dalam Hukum Positif
Indonesia. Jurnal Magister Hukum. Vol.2. Juni 2002.
Undang-undang No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia.
Rawls, J.2006.Teori keadilan, dasar-dasar filsafat politik untuk mewujudkan
kesejahteraan sosial dalam negara. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Komisi Hukum Nasional.2010. Kebijakan reformasi hukum: Suatu rekomendasi
1 & 2.Jakarta: Komisi Hukum Nasional RI.
Muladi.1999. Hak Asasi Manusia, Politik dan Sistem Peradilan Pidana.
Semarang: Badan Penerbit UNDIP.
Hart, H. L. A.2010.Konsep hukum. Bandung: Nusamedia.
Komisi Hukum Nasional.2010.Problematika penegakan hukum: Kajian reformasi
lembaga penegak hukum. Jakarta: Komisi Hukum Nasional RI.
Feather, N.T. (1992). An Attributional and Value Analysis of Deservingness in
Succes and Failure Situations. British Journal of Social Psychology, 31, 125-145..