MAKALAH AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I IN

MAKALAH
AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
“INVESTASI PADA INSTRUMEN EKUITAS”

Pembimbing :
Drs. Esti Nurhidayat, M.Ak
Disusun oleh :




Trisna Eka Wulansari ( 15041101 )
Dian Eka Purwati (15041087)
Mira Agustin (15041092)

UNIVERSITAS ISLAM DARUL ULUM LAMONGAN
FAKULTAS EKONOMI
AKUNTANSI SORE SEMESTER 5
Jl. Airlangga No. 03 Sukodadi Lamongan 62253 Telp. (0322) 390929
Tp. 2017/2018


1

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan petunjuk-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul
“INVESTASI PADA INSTRUMEN EKUITAS”, yang mana makalah ini disusun
bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Akuntansi Keuangan
Lanjutan I.
Ada pepatah yang mengatakan “Tak ada gading yang tak retak”, kami
menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyajian makalah ini. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini berguna dan dapat
menambah pengetahuan pembaca.
Demikian makalah ini kami buat, apabila ada kata- kata yang kurang
berkenan dan banyak terdapat kekurangan, kami mohon maaf yang sebesarbesarnya.

Lamongan, 18 Oktober 2017

Penyusun


DAFTAR ISI

2

Halaman Judul..............................................................................................

i

Kata Pengantar.............................................................................................

ii

Daftar Isi......................................................................................................

iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang........................................................................


1

1.2

Rumusan Masalah...................................................................

1

1.3

Tujuan.....................................................................................

2

BAB II PEMBAHASAN
2.1

Karakteristik & Metode Investasi pada Instrumen Ekuitas....


3

2.2

Metode Biaya dan Nilai Wajar................................................

5

2.3

Metode Ekuitas.......................................................................

6

2.4

Isu Lain eputar Metode Ekuitas..............................................

11


BAB III PENUTUP
3.1

Kesimpulan.............................................................................

14

3.2

Saran........................................................................................

14

Daftar Pustaka..............................................................................................

15

3

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Investasi merupakan salah satu cara perusahaan dalam mengoptimalkan
penggunaan kas jika terjadi surplus. Dengan berinvestasi maka dana yang terdapat
dalam kas perusahaan tidak menganggur. Investasi dapat dimaksudkan sebagai
akumulasi dari suatu bentuk aktiva untuk memperoleh manfaat dimasa yang akan
datang.
Dengan adanya investasi maka perusahaan mengharapkan beberapa keuntungan
yakni terjaminnya manajemen kas, terciptanya hubungan yang erat dan memperkuat
posisi keuangan suatu perusahaan. Investasi merupakan unsur yang sangat penting
dalam perusahaan. Aktivitas investasi yang dilakukan oleh perusahaan akan dijadikan
sebagai dasar penilaian manajemen kas perusahaan.
Penilaian kinerja perusahaan ini sebagian atau seluruhnya dapat dinilai dari
penggunaan kas untuk investasi. Bagi perusahaan investasi adalah cara untuk
menempatkan kelebihan dana sedangkan untuk perusahaan lainnya investasi merupakan
sarana untuk mempererat hubungan bisnis atau memperoleh suatu keuntungan
perdagangan. Apapun motivasi perusahaan dalam melakukan investasi, investasi tetap
merupakan sarana dalam menentukan posisi keuangan perusahaan.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang kami ambil adalah :

a. Bagaimana karakteristik dan metode atas investasi pada instrumen ekuitas ?
b. Bagaimana metode biaya dan nilai wajar ?
c. Bagaimana tentang metode ekuitas ?
d. Bagaimana tentang isu lain seputar metode ekuitas ?

1

1.3 TUJUAN PENULISAN
a. Untuk mengetahui bagaimana karakteristik dan metode atas investasi pada
instrumen ekuitas.
b. Untuk mengetahui bagaimana metode biaya dan nilai wajar.
c. Untuk mengetahui metode ekuitas.
d. Untuk mengetahui isu lain seputar metode ekuitas.

2

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KARAKTERISTIK DAN METODE ATAS INVESTASI PADA INSTRUMEN

EKUITAS
Karakteristik investasi pada instrument ekuitas
A.

Definisi Instrumen Ekuitas Dan Investasi Pada Instrumen Ekuitas
Menurut PSAK 50 (Revisi 2014) InstrumentKeuangan : Penyajian, instrumen

ekuitas adalah setiap kontrak yang memberikan hak residualatas asset suatu antitas
setelah dikurangi dengan seluruh liabilitasnya. Pada Perseroan Terbatas , hak residual
ini terdapat pada sahamsehingga instrumen ekuitas yang akan dibahas pada bab ini
adalah saham biasa. Investasi pada instrumen ekuitas mencerminkan kepemilikan atas
sahamyang diterbitkan oleh entitas lain. Pada PSAK 50 ( Revisi 2014 ) dinyatakan
bahwa investasi pada instrument ekuitas yang diterbitkan entitas lain memenuhi definisi
instrument keuangan, yaitu asset keuangan. Pihak yang memperoleh kepemilikan saham
disebut investor sedangkan pihak yang menerbitkan saham disebut investee.
B.

Karakteristik Saham
Menurut Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, saham


memberikan hak kepada pemiliknya untuk :
1. Menghadiri dan mengeluarkan suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS).
2. Menerima pembayaran dividen dan sisa kekayaan hasil likuidasi.
3. Menjalankan hak lainnya berdasarkan undang-undang ini.
Hak suara yang dimiliki oleh investor memungkinkan investor memengaruhi
atau mengendalikan keputusan atau kebijakan pada Perseroan Terbatas. Karakteristik
inilah yang membedakan dengan investasi pada instrumen utang, dimana hak investor
pada instrument utang hanya sebatas penerimaan bunga dan pengembalian pokok utang.
Sedangkan hak investor atas investasi pada instrument ekuitas tidak hanya
sebatas penerimaan dividen dan sisa kekayaan hasil likuidasi. Dampak atas keberadaan
hak suara inilah yang menyebabkan pengaruh investor terhadap investeemenjadi
berbeda-beda.
Tingkat pengaruh investor atas investee dibahas dalam beberapa PSAK terkait
seperti PSAK 15 (Revisi 2014 ) Investasi pada Entitas Asosiasi dan Ventura Bersama
3

dan PSAK 65 ( Revisi 2014 ) Laporan Keuangan Konsolidasian. Secara umum, tingkat
pengaruh tersebut dapat dibagi menjadi 4 seperti pada Gambar 2.1
GAMBAR 2.1

Tingkat Pengaruh atas Kepemilikan Saham

Berdasarkan Gambar 2.1, tingkat pengaruh secara umum dapat dibagi menjadi 4.
Dalam bab ini akan dibahas mengenai pengaruh signifikan. Sedangkan konsep
pengendalian bersama terjadi ketika keputusan mengenai aktivitas relevan
mensyaratkan persetujuan dengan suara bulat dari seluruh pihak yang berbagi
pengendalian. Jika suara bulat yang disyaratkan >50 (missal 70%), maka
memungkinkan investor dengan kepemilikan 60% tidak memiliki pengendalian,
melainkan pengendalian bersama.
C.

Pengaruh Signifikan
Pengaruh signifikan oleh investor umumnya dapat dibuktikan dengan satu atau

lebih indikator berikut :
1. Keterwakilan dalam dewan direksi dan dewan komisaris atau organ setara
di investee
2. Partisipasi dalam proses pembuatan kebijakan, termasuk partisipasi dalam
pengambilan keputusan tentang dividen atau distribusi lainnya.
3. Adanya transaksi material antara entitas dengan investee.

4. Pertukaran personel manajerial
5. Penyediaan informasi teknis pokok.
Dalam menentukan pengaruh signifikan ataupun pengendalian harus
mempertimbangkan hak suara potensial yang berasal dari waran, opsi beli saham,
instrument utang atau instrument ekuitas yang dapat dikonversi menjadi saham biasa,

4

atau instrument sejenis lain yang mempunyai potensi untuk menambah hak suara
investor atau mengurangi hak suara investor lain. \
Contoh 2.1 Hak Suara Potensial
Investor A, B dan C memiliki saham investee masing – masing sebesar 18%, 15%, dan
12%. Sisanya dimiliki oleh beberapa investor D sebagai pemegang saham pengendali.
Jumlah lembar saham investee yang beredar adalah 1.000.000 lembar. Investor A dan B
masing – masing juga memiliki waran yang diterbitkan investee sebanyak 30.000 dan
20.000 lembar. Setiap lembar waran memiliki hak untuk membeli 1 lembar saham
investee pada harga yang telah ditentukan selama kurun waktu 3 tahun. Pada tahun ini
hak atas waran tersebut sudah dapat dilaksanakan.jika hanya mengacu kepada
persentase kepemilikan, maka investor A tidak memiliki pengaruh signifikan. Namun
hak suara potensial atas waran harus diperhitungkan sehingga persentasenya menjadi :
Tabel 2.1
Hak Suara Potensial
Lembar Saham
%
Aktual
Potensi Hak Suara
Jumlah
% Akhir
Investor A
18,0
180.000
30.000
210.000 20,0%
Investor B
15,0
150.000
20.000
170.000 16,2%
Investor C
12,0
120.000
120.000 11,4%
Investor D
55,0
550.000
550.000 52,4%
Jumlah
100
1.000.000
50.000
1.050.000 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa dengan memperhitungkan keberadaan waran, maka
persentase kepemilikan investor A berpotensi menjadi 20% sehingga berpotensi
memiliki pengaruh signifikan.
Metode Akuntansi Atas Investasi Pada Instrumen Ekuitas
A. Metode Biaya Dan Nilai Wajar
Dalam PSAK 55 (Revisi 2014), aset keuangan berupa investasi pada instrumen
ekuitas diukur pada nilai wajar, sedangkan investasi pada instrumen ekuitas yang tidak
memiliki kuotasi dan tidak diukur pada nilai wajar karena nilai wajarnya tidak dapat
diukur secara andal, dapat diukur pada biaya perolehan. Pada metode biaya, investasi
diakui dan diukur sebesar biaya perolehannya, sehingga jika tidak terdapat penambahan
atau penjualan sebagian atas investasi tersebut, maka nilai investasi tidak akan berubah
dan disajikan juga sebesar biaya perolehan. Karena acuan pengakuan, pengukuran, dan
penyajian adalah biaya perolehan, maka disebut dengan metode biaya.

5

Sementara itu pada metode nilai wajar investasi pada awalnya diakui sebesar biaya
perolehan. Namun, selanjutnya diukur pada nilai wajar dan disajikan pada nilai wajar
tanggal pelaporan. Oleh karena acuan pengukuran dan penyajian adalah nilai wajar,
maka disebut dengan metode nilai wajar. Pembahasan lebih dalam atas metode biaya
dan nilai wajar akan dipaparkan pada bagian berikutnya.
B. Metode Ekuitas
Entitas (investee) di mana investor mempunyai pengaruh signifikan disebut
antitas asosiasi. Pada metode akuitas , investasi pada awalnya diakui sebesar biaya
perolehan, namun selanjutnya diukur dan disajikan sesuai dengan nilai ekuitas entitas
asosiasi secara proporsional. Karena acuan pengukuran dan penyajian atas nilai tercatat
investasi adalah nilai ekuitas entitas asosiasi, maka disebut dengan metode ekuitas.
2.2 METODE BIAYA DAN NILAI WAJAR
A. Pengakuan dan pengukuran
Pada metode biaya, investasi pada awalnya diakui sebesar baiaya perolehan.
Setelah pengakuan awal, investasi tetap diukur pada biaya perolehan. Ketika investee
mengumumkan dividen, investor mengakuinya sebagai pendapatan secara proporsional
atas kepemilikan sahamnya. Nilai investasi denga metode biaya hanya berubah jika
ditambah, dijual atau mengalami penurunan nilai. Sedangkan pada metode nilai wajar,
perlakuan akuntansinya hampir sama denga metode biaya, kecuali setelah pengakuan
awal, investasi diukur pada nilai wajar.
Contoh 2.2 Metode Biaya dan Nilai Wajar
Pada tanggal 10 Januari 2015, Investor A memiliki investasi sebesar 20% atas
saham beredar investee dengan biaya perolehan Rp 300.000.000. setelah dilakukan
analisis atas kepemilikan tersebut, Investor A tidak memiliki pengaruh signifikan atas
investee. Selama tahun 2015, investee membagikan dividen pada tanggal 1 April
sebesar Rp 100.000.000 dan melaporkan laba bersih sebesar Rp 200.000.000. Pada
akhir tahun 2015, nilai wajar saham investee adalah Rp 110 per lembar. Jumlah saham
beredar investee selama tahun 2015 adalah 15.000.000 lembar.
Ketika perolehan awal, Investor A mengakui investasi sebesar biaya perolehan
dengan jurnal :
10 Januari 2015

6

Investasi
Kas

300.000.000
300.000.000

Mencatat perolehan awal investasi

Jika investor A menggunakan metode nilai wajar, maka investasi tersebut harus
diklasifikasikan lebih lanjut sebagai Nilai Wajar melalui Laba Rugi sesuai dalam PSAK
55 (Revisi 2014). Pada saat investee mengumumkan dividen, Investor A mengakuinya
sebagai pendapatan sebesar 20% x Rp 100.000.000 dengan jurnal :
1 April 2015
Piutang Dividen
Pendapatan Dividen

20.000.000
20.000.000

Mencatat pengakuan pendapatan dividen

Ketika dividen diterima, maka diakui kas akan menghapus piutang dividen. Jika
investor A menggunakan metode biaya, maka nilai investasi tetap diukur pada biaya
perolehannya, sehingga sampai akhir tahun 2015 nilai tercatat investasi tidak berubah.
Jika menggunakan metode nilai wajar investasi akan diukur sebagai nilai wajar pada
tanggal pelaporan. Jika investor A menyusun laporan keuangan pada akhir tahun 2015,
maka diperlukan penyesuaian atas nilai wajar dengan jurnal berikut :
31 Desember 2015
Investasi
Keuntungan (Kerugian) Selisih Nilai Wajar

30.000.000
30.000.000

Mencatat pengakuan keuntungan selisih nilai wajar

B. Penyajian dan Pengungkapan
Pada metode biaya, investasi disajikan tetap sebesar biaya perolehan yang juga
merupakan nilai tercatatnya. Sedangkan pada metode nilai wajar, nilai tercatat investasi
disesuaikan terhadap nilai wajar pada tanggal pelaporan sesuai ketentuan pada PSAK 55
(Revisi 2014).

ILUSTRASI 2.1
Penyajian Investasi dengan Metode Biaya atau Nilai Wajar
2013

Catatan / Notes

2012

ASET
Investasi
Deposito Berjangka
Efek Ekuitas diperdagangkan

117.693.908
405.537
7

8
19,21,37,40
21,29,37

78.994.036
2.346.906

Efek tersedia untuk dijual
Efek ekuitas
Efek Utang
Sukuk
Properti investasi
Penyertaan lain

1.332.847
22.090.610
7.767.800
17.825.800
417.900

21,37
21,37,40

1.588.251
16.635.400
7.238.200
39.782.932
417.900

29,40
21,37

ILUSTRASI 2.2
Pengungkapan Investasi dengan Metode Biaya / Nilai Wajar
Aset Keuangan
(1)Aset Keuangan yang diukur pada Nilai

Aset keuangan yang diukur pada nilai

Wajar melalui Laporan Laba Rugi
Aset Keuangan yang diukur pada nilai

wajar melalui laporan posisi keuangan
konsolidasian pada nilai wajarnya.

wajar melalui laporan laba rugi

Perubahan nilai wajar langsung diakui

meliputi aset keuangan dalam

dalam laporan laba rugi komprehensif

kelompok diperdagangkan dan aset

konsolidasian. Bunga yang diperoleh

keuangan yang pada saat pengakuan

dicatat sebagai pendapatan bunga,

awal ditetapkan untuk diukur pada nilai

sedangkan pendapatan dividen dicatat

wajar melalui laporan Laba Rugi. Aset

sebagai bagian dari pendapatan lain –

keuangan diklasifikasikan dalam

lain sesuai dengan persyaratan dalam

kelompok dimiliki untuk

kontrak, atau pada saat hak untuk

diperdagangkan apabila aset keuangan

memperoleh pembayaran atas dividen

tersebut diperoleh terutama untuk

tersebut telah ditetapkan.

tujuan dijual kembali dalam waktu
dekat.

Efek Ekuitas Diperdagangkan – Nilai Wajar

PT International Nickel Tbk
PT Bank CIMB Niaga Tbk
PT Bank Danamon Tbk
PT Timah (Persero) Tbk
PT Antam Tbk
PT Bumi Resources Tbk
PT Bakrie Sumatera

Jumlah

Nilai

Saham

Perolehan

67.500
71.500
12.501
35.000
32.500
60.000
74.500

158.625
78.650
70.631
53.900
41.600
35.400
6.929

8

2013
Nilai

Keuntungan

Wajar

(kerugain) yang

178.875
65.780
47.191
56.000
35.425
18.000
3.725

belum direalisasi
20.250
(12.870)
(23.440)
2.100
(6.175)
(17.400)
(3.204)

Plantations Tbk
PT Toba Pulp Lestari Tbk
PT Bank Artha Graha Tbk
Jumlah

450
500
354.451

630
56
446.421

495
46
405.537

(135)
(10)
(40.884)

2.3 METODE EKUITAS
A. Pengakuan dan Pengukuran
Berdasarkan PSAK 15 (Revisi 2014) , investasi denga metode ekuitas pada
awalnya diakui sebesar biaya perolehan. Setelah pengakuan awal, investasi diukur
secaraproporsional terhadap nilai ekuitas entitas asosiasi. Perubahan atas nilai ekuitas
entitas asosiasi di antaranya dapat terjadi akibat :
1. Pengakuan laba atau rugi bersih entitas asosiasi (meningkat atau menurun)
2. Pembagian dividen oleh entitas asosiasi (menurun)
3. Pengakuan penghasilan komprehensif lain oleh entitas asosiasi (meningkat
atau menurun)
Dengan demikian, investor menurunkan nilai tercatat investasinya secara
proporsional karena nilai ekuitas entitas asosiasi turun jika dividen diumumkan.
Sebaliknya, nilai tercatat investasiakan meningkat secara proporsional karena nilai
ekuitas entitas asosiasi meningkat jika laba bersih diakui. Demikian juga entitas asosiasi
mengakui penghasilan komprehensif lain yang bersifat laba (rugi), maka nilai ekuitas
entitas asosiasi naik (turun) sehingga nilai tercatat investasi menjadi meningkat (turun)
secara proporsional. Nilai tercatat investasi juga dapat turun akibat penurunan nilai,
seperti halnya aset pada umunya.
Contoh 2.3 Metode Ekuitas
Pada tanggal 10 Januari 2015, investor A memiliki investasi sebesar 20% atas
saham beredar investee dengan biaya perolehan Rp 300.000.000. Setelah dilakukan
analisis atas kepemilikan tersebut, investor A memiliki pengaruh signifikan atas
investee. Selama tahun 2015, investee membagikan dividen pada tanggal 1 April
sebesar Rp 100.000.000, melaporkan laba bersih sebesar Rp 200.000.000, dan mengakui
surplus revaluasi atas aset tetap senilai Rp 30.000.000.
Ketika perolehan awal, investor A mengakui investasi sebesar biaya perolehan
dengan jurnal :
10 Januari 2015
Investasi pada Entitas Asosiasi
Kas

300.000.000
300.000.000
9

Mencatat pengakuan perolehan awal investasi

Pada saat investee mengumumkan dividen, investor A tidak mengakuinya
sebagai pendapatan melainkan mengurangi nilai tercatat investasi sebesar 20% x Rp
100.000.000 dengan jurnal :
1 April 2015
Piutang Dividen
Investasi pada Entitas Asosiasi

300.000.000
300.000.000

Mencatat pengakuan piutang atas pembagian dividen

Ketika dividen diterima, maka diakui kas akan menghapus piutang dividen.
Pengakuan bagian laba bersih oleh investee mengakibatkan nilai ekuitasnya meningkat
sehingga investor juga meningkatkan nilai tercatat investasinya sebesar Rp 40.000.000
(20% x Rp 200.000.000) dengan jurnal :
31 Desember 2015
Investasi pada Entitas Asosiasi
Bagian Laba Entitas Asosiasi

40.000.000
40.000.000

Mencatat pengakuan bagian laba atas entitas asosiasi

Sedangkan pengakuan surplus revaluasi atas aset tetap oleh investee juga
mengakibatkan peningkatan nilai ekuitas, sehingga investor juga mengakui peningkatan
nilai tercatat investasi sebesar Rp 6.000.000 (20% x Rp 30.000.000) jurnal :
31 Desember 2015
Investasi pada Entitas Asosiasi
Penghasilan Komprehensif Lain

6.000.000
6.000.000

Mencatat pengakuan perolehan awal investasi

Nilai tercatat investasi akhir tahun 2015 menjadi Rp 326.000.000 (300.000.000 –
20.000.000 + 40.000.000 + 6.000.000)
Perolehan pada Periode Interim
Jika perolehan investasi dilakukan pada periode interim, misal tanggal 1 April 2015,
maka bagian atas laba bersih yang dilaporkan investee hanya diakui oleh investor A
untuk periode 1 April 2015 hingga 31 Desember 2015 saja. Sedangkan pengakuan
penerimaan dividen tidak dipengaruhi tanggal perolehan sepanjang investor A masih
memiliki hak atas dividen tersebut.
Tabel 2.2
Perbandingan Jurnal pada Metode Biaya, Nilai Wajar, dan Ekuitas
Transaksi
Perolehan

Metode Biaya
Investas

Metode Nilai Wajar
Investasi

10

Metode Ekuitas
Investasi pada Entitas

Kas

Kas

Penerimaan
Dividen

Kas
Pendapatan Dividen

Kas
Pendapatan Dividen

Laba Bersih
Investee

Tidak Ada

Tidak Ada

Rugi Bersih
Investee

Tidak Ada

Tidak Ada

Penghasilam
Komprehensif Lain
Investee

Tidak Ada

Tidak Ada

Rugi
Komprehensif Lain
Investee

Tidak Ada

Tidak Ada

Penyesuaian
Nilai Wajar
Keuntungan
Penyesuaian
Nilai Wajar
Kerugian

Tidak Ada

Investasi
Keuntungan Selisih
Nilai Wajar
Kerugian Selisih Nilai
Wajar
Investasi

Tidak Ada

Asosiasi
Kas
Kas
Investasi pada Entitas
Asosiasi
Investasi pada Entitas
Asosiasi
Bagian Laba Entitas
Asosiasi
Bagian Laba Entitas
Asosiasi
Investasi pada Entitas
Asosiasi
Investasi pada Entitas
Asosiasi
Penghasilan
Komprehensif Lain
Penghasilan Komprehensif
Lain
Investasi pada Entitas
Asosiasi
Tidak Ada
Tidak Ada

B. Alokasi Selisih atas Biaya Perolehan Investasi
Biaya perolehan investasi biasa berbeda dengan proporsi atas nilai tercatat ekuitas
atau nilai wajar aset neto. PSAK 15 (Revisi 2014) menyatakan bahwa pada saat
perolehan investasi, setiap selisih antara biaya perolehan investasi dengan bagian entitas
atas nilai wajar neto aset dan liabilitas teridentifikasi dari investee dicatat dengan cara
sebagai berikut :
1. Goodwill yang terkait dengan entitas asosiasi termasuk dalam jumlah
tercatat investasi. Amortisasi goodwill tersebut tidak diperkenankan.
2. Setiap selisih lebih bagian entitas atas nilai wajar neto aset dan liabilitas
teridentifikasi dari investee terhadap biaya perolehan investasi dimasukkan
sebagai penghasilan dalam menentukan bagian entitas atas laba rugi entitas
asosiasi atau ventura bersama pada periode investasi diperoleh.
Contoh 2.4 Alokasi selisih atas biaya perolehan investasi
Pada tanggal 10 Januari 2015, Investor B memiliki investasi dengan kepemilikan 40%
atas saham investee. Biaya perolehan investasi tersebut sebesar Rp. 430.000.000 dan

11

ekuitas investee saat itu terdiri dari saham biasa dan saldo laba yang masing-masing
nilainya Rp. 800.000.000 dan Rp. 200.000.000. selama tahun 2015, investee
membagikan dividen pada tanggal 1 April sebesar Rp. 40.000.000, melaporkan laba
bersih sebesar Rp. 100.000.000. nilai tercatat aset dan liabilitas teridentifikasi pada
umumnya sama dengan nilai wajarnya, kecuali unuk aset dan liabilitas pada Tabel 2.3.
persediaan diperkirakan akan terjual semua pada tahun 2015. Mesin memiliki sisa masa
manfaat 4 tahun. Utang bank akan jatuh tempo selama 4 tahun lagi.
TABEL 2.3
Perbandingan Nilai Tercatat dengan Nilai Wajar
Akun
Persediaan
Tanah
Mesin-nilai neto
Utang bank

Nilai Tercatat
50.000.000
500.000.000
200.000.000
300.000.000

Nilai Wajar
55.000.000
600.000.000
160.000.000
330.000.000

Langkah pertama adalah menganalisis apakah terdapat selisih antara biaya perolehan
dengan proporsi nilai ekuitas dan nilai wajar aset neto. Caranya adalah dengan membuat
perhitungan sebagai berikut.
Keterangan
Biaya Perolehan
Nilai tercatat ekuitas (40% x 1.000.000.000)
Selisih (Differential)

Alokasi
Persediaan
Tanah
Mesin
Utang Bank
Goodwill
Jumlah Alokasi

Total Selisih
5.000.000
100.000.000
(40.000.000)
(30.000.000)

Jumlah
430.000.000
400.000.000
30.000.000

Proporsi Selisih
2.000.000
40.000.000
(16.000.000)
(12.000.000)
16.000.000
30.000.000

Amortisasi
(2.000.000)
4.000.000
3.000.000
-

Selisih antara biaya perolehan dengan produksi nilai tercatat ekuitas investee
(differential ) adalah Rp. 30.000.000. Selisih ini harus dialokasikan terhadap aset dan
liabilitas teridentifikasi, yaitu yang berbeda antara nilai tercatat dan nilai wajarnya.
Dalam hal ini adalah persediaan, tanah, mesin dan utang bank. Jika masih terdapat sisa
atas alokasi, maka diakui sebagai goodwill. Alternatif untuk menghitung goodwill
adalah dengan membandingkan biaya perolehan dengan proporsi nilai wajar aset neto

12

investee. Jika nilai tercatat aset bersih (ekuitas) adalah Rp. 1.000.000.000 dan selisih
nilai wajar dengan nilai tercatat keseluruhan adalah Rp. 35.000.000, maka nilai wajar
aset neto menjadi Rp. 1.035.000.000. Nilai goodwill adalah Rp. 430.000.000 – Rp.
414.000.000 (40% x Rp. 1.035.000.000 ) = Rp. 16.000.000.
Alokasi terhadap aset teridentifikasi akan bernilai positif jika nilai wajarnya lebih tinggi
dibandingkan nilai tercatat, dan sebaliknya. Alokasi terhadap liabilitas teridentifikasi
akan bernilai negatif jika nilai wajarnya lebih tinggi dibandingkan nilai tercatat dan
sebaliknya.

Langkah selanjutnya adalah membuat jurnal selama tahun 2015, yaitu jurnal perolehan
investasi :
10 Januari 2015
Investasi pada Entitas Asosiasi
Kas

430.000.000
430.000.000

Mencatat pengakuan investasi awal

Pada saat investee mengumumkan dividen, Investor B mengurangi nilai tercatat
investasi sebesar 40% x Rp. 40.000.000 dengan jurnal :
1 April 2015
Piutang Dividen
Investasi pada Entitas Asosiasi

16.000.000
16.000.000

Mencatat pengakuan piutang atas pembagian dividen

Pengakuan laba bersih oleh investee mengakibatkan nilai ekuitasnya meningkat
sehingga investor juga meningkatkan nilai tercatat investasinya sebesar Rp.40.000.000
(40% x Rp. 100.000.000 ) dengan jurnal :
31 Desember 2015
Investasi pada Entitas Asosiasi
Bagian Laba atas Entitas Asosiasi

40.000.000
40.000.000

Mencatat pengakuan bagian laba atas entitas asosiasi

Amortisasi atas alokasi ke persediaan dilakukan sekaligus karena persediaan
diperkirakan terjual semua tahun 2015. Alokasi atas persediaan bernilai posistif,
sehingga amortisasinya bernilai negatif. Amortisasi negatif berarti dilakukan dengan

13

menurunkan nilai tercatat investasi, dan sebaliknya. Berikut jurnal terkait amortisasi
sekaligus atas alokasi kepersediaan :
31 Desember 2015
Bagian Laba Entitas Asosiasi
Investasi pada Entitas Asosiasi

2.000.000
2.000.000

Mencatat amortisasi atas alokasi terhadap persediaan.

Amortisasi atas alokasi ke mesin dilakukan selama 4 tahun yaitu Rp. 4.000.000 per
tahun. Alokasi atas mesin bernilai negatif, sehingga amortisasinya bernilai positif.
Berikut jurnal terkait amortisasi atas alokasi pada mesin :
31 Desember 2015
Investasi pada Entitas Asosiasi
Bagian Laba atas Entitas Asosiasi

4.000.000
4.000.000

Mencatat amortisasi atas alokasi terhadap mesin.

Amortisasi atas alokasi ke utang bank dilakukan selama 4 tahun yaitu Rp. 3.000.000 per
tahun. Alokasi atas utang Bank bernilai negatif, sehingga nilai amortisasinya bernilai
positif. berikut jurnal terkait amortisasi atas alokasi pada utang bank
31 Desember 2015
Investasi pada Entitas Asosiasi
Bagian Laba atas Entitas Asosiasi

3.000.000
3.000.000

Mencatat amortisasi atas alokasi terhadap mesin.

Jurnal amortisasi atas alokasi di atas dapat juga digabung menjadi satu jurnal agar lebih
praktis. Nilai tercatat investasi pada akhir tahun 2015 menjadi Rp. 459.000.000 yaitu :
Saldo awal
Dividen diterima
Bagian laba entitas asosiasi
Amortisasi atas alokasi persediaan
Amortisasi atas alokasi mesin
Amortisasi atas alokasi utang bank
Saldo akhir

430.000.000
(16.000.000)
40.000.000
(2.000.000)
4.000.000
3.000.000
459.000.000

Nilai tercatat investasi tersebut akan menjadi nilai tercatat awal tahun 2016. Saldo
bagian laba atas entitas asosiasi yang diakui tahun 2015 adalah Rp. 45.000.000 yaitu :
Bagian laba entitas asosiasi
Amortisasi atas alokasi persediaan
Amortisasi atas alokasi mesin
Amortisasi atas alokasi utang bank
Saldo akhir
14

40.000.000
(2.000.000)
4.000.000
3.000.000
45.000.000

Pendapatan tersebut diakui di Laporan Laba Rugi dan tidak diakumulasikan pada tahuntahun berikutnya.
Untuk tahun-tahun berikutnya, penyesuaian yang sama tetap dilakukan atas alokasi ke
mesin dan utang bank sampai habis masa manfaat atau jangka waktunya. Sedangkan
alokasi ke tanah akan diakui di Investor B jika tanah tersebut dijual investee ke pihak
lain. Gambaran secara umum atas alokasi dan perhitungan nilai tercatat investasi pada
contoh di atas dapat dilihat pada gambar 2.2.
GAMBAR 2.2
Alokasi Nilai Tercatat Investasi pada Entitas Asosiasi
+

Awal 2015

Goodwill
16.000.000
Persedian
2.000.000
Tanah
40.000.000

Akhir 2015

Akhir 2016

Goodwill
16.000.000

Goodwill
16.000.000

Tanah
40.000.000

Tanah
40.000.000

Proporsi atas
Ekuitas Investee
400.000.00016.000.000+40.000
.000=424.000.000

Proporsi atas
Ekuitas Investee
424.000.00016.000.000+40.000
.000=448.000.000

Mesin
(16.000.000)

Mesin
(12.000.000)

Mesin
(8.000.000)

Utang Bank
(12.000.000)

Utang Bank
(9.000.000)

Utang Bank
(6.000.000)

Proporsi atas
Ekuitas
Investee
400.000.000
0

Gambar 2.2 menunjukkan bahwa aortisasi atas alokasi kepersediaan akan menurunkan
nilai tercatat investasi tahun 2015, sedangkan amortisasi atas alokasi ke mesin dan utang
bank meningkatkan nilai tercatat investasi karena nilai negatif yang semakin kecil.

15

Proporsi atas ekuitas investee meningkat Rp. 24.000.000 (40% x (Rp.100.000.000Rp.40.000.000)) karena pengakuan laba bersih dan dividen oleh investee.
Pada tahun 2016, jika laba dan dividen investee sama dengan tahun 2015, maka prporsi
atas ekuitas meningkatRp. 24.000.000 menjadi Rp.448.000.000 sehingga meningkatkan
nilai tercatat investasi. Amortisasi atas alokasi ke mesin dan utang bank juga
meningkatkan nilai tercatat investasi karena nilai negatif yang semakin kecil.
C. Penghentian Pengakuan
Investor menghentikan penggunaan metode ekuitas sejak tanggal investasinya berhenti
menjadi investasi pada entitas asosiasi (hilangnya pengaruh signifikan), yaitu ketika :
1. Investasi menjadi investasi pada anak perusahaan, maka investor mencatat investasinya
sesuai dengan PSAK 22 (Revisi 2010) dan PSAK 65.
2. Menjual sebagian investasinya dan sisa kepentingan dalam entitas asosiasi merupakan
aset keuangan, maka investor mengukur sisa kepentingan tersebut pada nilai wajar
sesuai PSAK 55 (Revisi 2014). Investor mengakui dalam laba rugi selisih apa pun
antara :
a. Nilai wajar sisa kepentingan apa pun dan hasil apa pun dari epelepasan sebagian
kepentingan pada entitas asosiasi atau ventura bersama ; dan
b. Jumlah tercatat investasi pada tanggal penggunaan metode ekuitas dihentikan.
Ketika investor menghentikan penggunaan metode ekuitas, maka seluruh jumlah yang
sebelumnya telah diakui oleh investor dalam penghasilan komprehensif lain direklasifikasi dari
ekuitas ke laporan laba rugi. Jika bagian kepemilikan investor pada entitas asosiasi berkurang,
tetapi investor tetap menerapkan metode ekuitas, maka investor mereklasifikasi ke laba rugi
proporsi keuntungan atau kerugian yang telah diakui sebelumnya dalam penghasilan
komprehensif lain.
Contoh 2.5 Penghentian Pengakuan
Pada tanggal 1 Juli 2015, investor C memiliki saldo akhir investasi pada entitas asosiasi sebesar
Rp. 600.000.000 dan pada tanggal tersebut investor C menjual sepertiganya seharga Rp.
220.000.000. akibat penjualan tersebut, investor C kehilangan pengaruh signifikan terhadap
entitas asosiasi. Sisa investasi memiliki nilai wajar Rp. 440.000.000.

Atas penjualan tersebut, investor C mengakui keuntungan di Laporan Laba Rugi sebesar :
Harga Jual (1/3)
Nilai wajar sisa investasi

220.000.000
440.000.000

16

Nilai wajar keseluruhan
660.000.000
Nilai tercatat investasi
600.000.000
Keuntungan
60.000.000
Keuntungan Rp. 60.000.000 terdiri dari keuntungan atas bagian yang dijual Rp.
20.000.000 (220.000.000 – 200.000.000) dan keuntungan atas penyesuaian nilai wajar sisa
investasi Rp. 40.000.000 (440.000.000 – 400.000.000).

D. Penyajian dan Pengungkapan
Pada metode ekuitas,investasi disajikan pada nilai tercatatnya. Sedangkan Bagian Laba atas
entitas asosiasi di sajikan dalam Laporan Laba Rugi dalam pos tersendiri. Berikut contoh
penyajian dan pengungkapan atas investasi dengan metode biaya dan nilai wajar.
ILUSTRASI 2.3
Penyajian Investasi pada Entitas Asosiasi
ASET
Aset tidak lancar
Piutang pembiayaan, setelah dikurangi penyisihan

Catatan/Notes
7

2013
25,863

2012
20,474

piutang ragu – ragu sebesar nihil (2012 : nihil):
- Pihak berelasi
8,34h
702
- Pihak ketiga
8
2,687
Investasi pada entitas asosiasi
11
4,919
Investasi pada pengendalian bersama entitas
12
18,951
Sumber : Laporan keuangan Konsolidasian PT Astra International Tbk tahun 2013.

5,45
1,168
3,926
15,875

piutang ragu – ragu sebesar 1.340 (2012 : 1.056)
Piutang lain – lain, setelah dikurangi penyisihan

ILUSTRASI 2.4
Penyajian Bagian Laba atas Entitas Asosiasi
2013
Pendapatan bersih
Beban pokok pendapatan
Laba bruto

193.880
(158.569)
35.311

17

Catatan/Note
s
30
31

2012
188.053
(151.853)
36.200

Beban penjualan
Beban umum dan administrasi
Penghasilan bunga
Beban bunga
Kerugian seluruh kurs, bersih
Penghasilan lain – lain
Beban lain – lain
Bagian atas hasil bersih entitas asosiasi
Bagian atas hasil bersih pengendalian

(8.163)
(8.545)
943
(1.109)
(751)
3.949
(409)
1.303
4.994

31
31

(7.886)
(8.444)
691
(1.021)
(215)
3.011
(114)
1.112
4.564

32
11
12

bersama entitas
Laba sebelum pajak penghasilan
27.523
Sumber : Laporan Keuangan Konsolidasian PT Astra International Tbk tahun 2013.

27.898

Pengungkapan yang disyaratkan PSAK 67 Pengungkapan Kepentingan dalam Entitas Lain
terkait investasi pada entitas asosiasi adalah untuk setiap entitas asosiasi yang material bagi
entitas pelapor :
1. Nama pengaturan bersama atu entitas asosiasi;
2. Sifat hubungan entitas dengan pengaturan bersama atau entitas asosiasi (sebagi contoh,
dengan menggambarkan sifat aktivitas pengaturan bersama dan entitas asosiasi dan
apakah mereka strategis terhadap aktivitas entitas);
3. Lokasi utama kegiatan usaha (dan negara tempat pendirian, jika dpat diterapkan dan
berbeda dari lokasi utama kegiatan usaha) pengaturan bersama atau entitas asosiasi;
4. Proporsi bagian kepentingan atau penyertaan modal yang dimiliki oleh entitas dan, jika
berbeda, proporsi hak suara yang dimiliki (jika dapat diterapkan).

ILUSTRASI 2.5
Pengungkapan Investasi pada Entitas Asosiasi
11. Investasi pada Entitas Asosiasi
Investee
PT Astra Daihatsu
Motor
PT Denso
Indonesia
PT Bukit Enim
Energi
PT Komatsu
Remanufacturing

%
kepemilikan
efektif
31,87

Pada
awal
tahun
2.879

Bagian
atas hasil
bersih
1.160

2013
Pendapatan
komprehensif
lain
(1)

Dividen
(342)

-

Pada
akhir
tahun
3.696

20,53

558

98

(1)

(40)

-

615

11,90

183

-

-

-

-

183

29,15

133

60

(10)

(21)

-

162

18

Penambahan

Asia
PT TD Automotive
Compressor
Indonesia
Lain – lain (masing
– masing di bawah
Rp 50 miliar)

Investee
PT Astra Daihatsu
Motor
PT Denso
Indonesia
PT Bukit Enim
Energi
PT Komatsu
Remanufacturing
Asia
PT TD Automotive
Compressor
Indonesia
Lain – lain (masing
– masing di bawah
Rp 50 miliar)

20,56

51

(14)

-

-

94

131

122

(1)

7

(3)

7

132

3,926

1,303

(5)

(406)

101

4,919

%
kepemilikan
efektif
31,87

Pada
awal
tahun
2.296

Bagian
atas hasil
bersih
898

2012
Pendapatan
komprehensif
lain
(15)

Dividen

Penambahan

Pada akhir
tahun

(300)

-

2.879

24,55

433

162

(7)

(30)

-

558

11,90

183

-

-

-

-

183

29,15

96

48

(4)

(7)

-

133

24,58

46

6

(1)

-

-

51

123

(2)

1

(5)

5

122

3.177

1.112

(26)

(342)

5

3.926

2.4 ISU LAIN SEPUTAR METODE EKUITAS
A. Nilai tercatat Investasi Negatif pada Metode Ekuitas
Jika nilai tercatat investasi menjadi nol atau negatif akibat bagian investor
terhadap rugi entitas asosiasi sama dengan atau melebihi kepentingannya pada entitas
asosiasi, maka investor menghentikan pengakuan bagiannya atas rugi lebih lanjut.
Setelah kepentingan entitas dikurangkan menjadi nol, tambahan kerugian dicadangkan.
Jika entitas asosiasi pada periode selanjutnya melaporkan laba, maka investor mulai

19

mengakui bagiannya atas laba tersebut hanya setelah bagiannya atas laba tersebut sama
dengan bagian atas laba rugi yang belum diakui (dicadangkan).

Contoh 2.6 Nilai Tercatat Investasi Negatif
Pada awal tahun 2015, investor D memiliki investasi sebesar 40% atas saham beredar
entitas asosiasi dengan nilai tercatat Rp 200.000.000. selama tahun 2015, investee
membagikan dividen pada tanggal 1 April sebesar Rp 100.000.000, melaporkan rugi
bersih sebesar Rp 450.000.000.
Pada saat entitas asosiasi mengumumkan dividen, investor D mengurangi nilai tercatat
investasi sebesar 40% x Rp 100.000.000 dengan jurnal :
1 April 2015
Piutang Dividen
40.000.000
Investasi pada Entitas Asosiasi
Mencatat pengakuan piutang atas pengumuman dividen

40.000.000

Pengakuan bagian rugi bersih entitas asosiasi mengakibatkan menurunnya nilai
tercatat investasinya sebesar Rp 180.000.000 (40% x Rp 450.000.000). namun nilai
tercatat investasi terkini adalah Rp 160.000.000 (Rp 200.000.000 – Rp 40.000.000)
sehinggan investor D hanya bisa mengurangi nilai tercatat investasinya sebesar Rp
160.000.000 samapi menjadi nol dan sisa Rp 20.000.000 dicadangkan. Jurnal yang
dicatat investor D adalah :

31 Desember 2015
Bagian Laba atas Entitas Asosiasi
160.000.000
Investasi pada Entitas Asosiasi
160.000.000
Jika terjadi rugi lebih lanjut atas entitas asosiasi pada tahun 2016, investor C
tidak mengakui kerugian tersebut namun masih mencadangkannya. Sebaliknya, jika
pada tahun 2016 entitas asosiasi mengumumkan laba bersih Rp 80.000.000 maka
investor D hanya mengakui kenaikan investasi sebesar Rp 12.000.000 yaitu sebesar

20

bagianlaba yang seharusnya (40% x Rp 80.000.000) dikurangi cadangan kerugian tahun
2015 (Rp 20.000.000).
B. Transaksi Hulu dan Hilir
Dalam praktiknya, banyak terjadi transaksi antara investor dengan entitas asosiasi.
Transaksi tersebut dapat berupa jual beli aset ataupun jasa yang menghasilkan
keuntungan atau kerugian. Jika investor bertindak sebagai pihak penjual dan entitas
asosiasi sebagai pembeli maka transaksi tersebut disebut transaksi hulu, dan jika
sebaliknya disebut transaksi hilir. Keuntungan dan kerugian yang dihasilkan dari
transaksi hulu dan hilir antara investor dan entitas asosiasinya diakui dalam laporan
keuangan investor tersebut hanya sebesar bagian investor lain dalam entitas asosiasi.
Bagian investor atas keuntungan atau kerugian entitas asosiasi yang dihasilkan dari
transaksi tersebut dieliminasi. Contoh transaksi hilir adalah penjualan aset dari entitas
asosiasi kepada investor. Contoh transaksi hulu adalah penjualan aset dari investor
kepada entitas asosiasinya.
Contoh 2.7 Transaksi Hulu dan Hilir
PT Investee adalah entitas asosiasi dari investor dengan kepemilikan 40 %. Pada tahun
2015, PT Investee menjual persediaan kepada investor (Transaksi hilir) dengan
keuntungan Rp 20.000.000. Sampai dengan akhir tahun 2015, 20% atas persediaan
tersebut belum terjual oleh PT Investee kepada pihak ketiga. Keuntungan Rp
20.000.000 sudah diperhitungkan dalam laba bersih yang dilaporkan PT Investee.
Keuntungan belum terealisasi bagi investor adalah sebagai berikut :
Total keuntungan
Belum terealisasi
Keuntungan belum terealisasi
Bagian Investor (40%)

25.000.000
20%
5.000.000
2.000.000

Keuntungan belum terealisasi adalah Rp 5.000.000, namun karena transaksi hulu di
mana PT Investee hanya dimiliki 40% oleh investor, maka bagian investor atas
keuntungan tersebut, yaitu Rp 2.000.000, harus dieliminasi dengan jurnal :
31 Desember 2015
Bagian Laba atas Entitas Asosiasi
Investasi pada Entitas Asosiasi

2.000.000
2.000.000

21

Mencatat keuntungan belum direalisasi atas transaksi hulu
Jika yang terjadi pada transaksi tersebut adalah transaksi hulu, yaitu penjualan dari
investor ke entitas asosiasi, maka seluruh keuntungan yang belum terealisasi sebesar Rp
5.000.000 adalah bagian (hak) investor, sehingga seluruh bagian investor tersebut
dieliminasi dengan jurnal :
31 Desember 2015
Bagian Laba atas Entitas Asosiasi
5.000.000
Investasi pada Entitas Asosiasi
Mencatat keuntungan belum direalisasi atas transaksi hilir

5.000.000

Dapat disimpulkan bahwa jurnal investasi yang dicatat oleh investor atas entitas asosiasi
dapat meliputi ;
1.
2.
3.
4.

Investasi awal saat pemerolehan.
Pengumuman dividen oleh entitas asosiasi.
Pengumuman laba bersih oleh entitas asosiasi.
Amortisasi atas selisih nilai wajar neto aset dan liabilitas teridentifikasi dari

investee terhadap biaya perolehan investasi.
5. Transaksi hulu dan hilir.
6. Penurunan nilai.

22

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1 KESIMPULAN
Metode pencatatan akuntansi atas investasi pada saham terdiri darimetode biaya,
metode nilai wajar, dan metode ekuitas. Metode biaya atau niali wajar digunakan jika
investor tidak memiliki pengaruh terhadap investee. Sedangkan metode ekuitas
digunakan jika investor memiliki pengaruh signifikan atas investee.
Pengaruh signifikan umumnya diperoleh jika kepemilikan investor atas saham
investee antara 20% hingga 50% kecuali ada bukti sebaliknya.
1.2 SARAN
Demikian makalah yang dapat kami sajikan. Kritik dan saran yang konstruktif
sangat kami harapkan demi perbaikan selanjutnya.Semoga makalah ini dapat menambah
khasanah pengetahuan bagi semua.

23

DAFTAR PUSTAKA
Martani,dwi dkk, Akuntansi Keuangan Lanjutan 1; Salemba Empat, Jakarta, 2017

24