T1 712013026 Full text

Pembinaan Warga Jemaat Pekerja Ladang di GPIB Immanuel
Apau Kayan Jemaat Pos Pelkes Marantha Nawang Baru

Oleh:
ABEDNEGO LEOSAE
712013026

TUGAS AKHIR
Diajukan kepada program Studi: Teologi, Fakultas: Teologi
guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana
Sains Teologi
(S.Si-Teol)

Program Studi Teologi

FAKULTAS TEOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2017

i


LEMBAR PENGESAHAN

Pembinaan Warga Jemaat Pekerja Ladang di GPIB Immanuel
Apau Kayan Jemaat Pos Pelkes Marantha Nawang Baru
oleh:
ABEDNEGO LEOSAE
712013026

TUGAS AKHIR
Diajukan kepada program Studi: Teologi, Fakultas: Teologi
guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana
Sains Teologi
(S.Si-Teol)
Disetujui oleh,
Pembimbing I

Pembimbing II

Pdt. Prof. John A. Titaley, Th.D


Pdt. Dr. Jacob Daan Engel

Diketahui oleh,

Disahkan oleh,

Ketua Program Studi

Dekan

Pdt. Izak Y. M. Lattu, Ph.D

Pdt. Dr. Retnowati, M.Si

Fakultas Teologi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
2017


ii

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama

: Abednego Leosae

NIM

: 712013026

Email: Abednegoleosae@gmail.com

Fakultas

: Teologi

Program Studi : Teologi


Judul tugas akhir : Pembinaan Warga Jemaat Pekerja Ladang di GPIB Immanuel
Apau Kayan Jemaat Pos Pelkes Marantha Nawang Baru

Pembimbing :

1. Pdt. Prof. John A. Titaley, Th.D
2. Pdt. Dr. Jacob Daan Engel

Dengan ini menyatakan bahwa:
1. Hasil karya yang saya serahkan ini adalah asli dan belum pernah diajukan
untuk mendapatkan gelar kesarjanaan baik di Universitas Kristen Satya
Wacana maupun di institusi pendidikan lainnya.
2. Hasil karya saya ini bukan saduran/terjemahan melainkan merupakan gagasan,

rumusan, dan hasil pelaksanaan penelitian/implementasi saya sendiri, tanpa
bantuan pihak lain, kecuali arahan pembimbing akademik dan narasumber
penelitian.
3. Hasil karya saya ini merupakan hasil revisi terakhir setelah diujikan yang telah

diketahui dan disetujui oleh pembimbing.

4. Dalam karya saya ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau

dipublikasikan orang lain, kecuali yang digunakan sebagai acuan dalam naskah
dengan menyebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terbukti
ada penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena
karya saya ini, serta sanksi lain yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku di
Universitas Kristen Satya Wacana.
Salatiga, 15 Mei 2017

Abednego Leosae

iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama


: Abednego Leosae

NIM

: 712013026

Fakultas

: Teologi

Email: Abednegoleosae@gmail.com
Program Studi: Teologi

Judul tugas akhir : Pembinaan Warga Jemaat Pekerja Ladang di GPIB Immanuel

Apau Kayan Jemaat Pos Pelkes Marantha Nawang Baru.
Dengan ini saya menyerahkan hak non-eksklusif* kepada Perpustakaan Universitas –
Universitas Kristen Satya Wacana untuk menyimpan, mengatur akses serta melakukan
pengelolaan terhadap karya saya ini dengan mengacu pada ketentuan akses tugas akhir
elektronik sebagai berikut (beri tanda pada kotak yang sesuai):


 a.

Saya mengijinkan karya tersebut diunggah ke dalam aplikasi Repositori
PerpustakaanUniversitas, dan/atau portal GARUDA

 b.

Saya tidak mengijinkan karya tersebut diunggah ke dalam aplikasi Repositori
Perpustakaan Universitas, dan/atau portal GARUDA**

*

Hak yang tidak terbatashanya bagi satu pihak saja. Pengajar, peneliti, dan mahasiswa yang
menyerahkan hak non-ekslusif kepada Repositori Perpustakaan Universitas saat mengumpulkan hasil
karya mereka masih memiliki hak copyright atas karya tersebut.
** Hanya akan menampilkan halaman judul dan abstrak. Pilihan ini harus dilampiri dengan penjelasan/ alasan
tertulis dari pembimbing TA dan diketahui oleh pimpinan fakultas (dekan/kaprodi).

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Salatiga, 15 Mei 2017

Abednego Leosae
Mengetahui,
Pembimbing I

Pembimbing II

Pdt. Prof. John A. Titaley, Th.D

P

iv

Pdt. Dr. Jacob Daan Engel

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang
bertanda tangan di bawah ini:

Nama
: Abednegol Leosae
NIM
: 712013026
Program Studi : Teologi
Fakultas
: Teologi
Jenis Karya : Jurnal
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
UKSW hak bebas royalti non-eksklusif (non-exclusive royalty free right) atas
karya ilmiah saya berjudul:

Pembinaan Warga Jemaat Pekerja Ladang di GPIB Immanuel Apau Kayan Jemaat
Pos Pelkes Marantha Nawang Baru.

beserta perangkat yang ada (jika perlu).
Dengan hak bebas royalti non-eksklusif ini, UKSW berhak menyimpan,
mengalihmedia/mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data,
merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya, selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis/pencipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di
: Salatiga
Pada tanggal : 15 Mei2017
Yang menyatakan,

Abednego Leosae
Mengetahui,
Pembimbing I

Pembimbing II

Pdt. Prof. John A. Titaley, Th.D

Pdt. Dr. Jacob Daan Engel

v

KATA PENGANTAR
Penulis sangat bersyukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang merupakan

Guru Sejati, Gembala Yang Baik, yang telah menuntun dalam proses keberhasilan
dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik, selama delapan bulan. Tugas
akhir merupakan salah satu tugas yang harus ditempuh oleh mahasiswa Faklutas
Teologi untuk mendapatkan gelar sarjana teologi di Universitas Kristen Satya
Wacana (UKSW) Salatiga. Semua dapat terselesaikan bukan karena hebat dan
kekuatan penulis, melainkan karena adanya pertolongan Tuhan Yesus Kristus
yang terlihat secara nyata dalam setiap proses yang terjadi selama penyusunan
Tugas Akhir ini. Hikamat, akal budi, kekuatan dan kesehatan selalu diberikan
kepada penulis sehingga dapat dirasakan dalam proses penyelesaian Tugas Akhir
dengan baik. Walaupun banyak kesulitan yang dihadapi oleh penulis, namun
karena kasih Tuhan Yesus Kristus dapat memperoleh kekuatan untuk dengan
sabar dan semangat dalam menyelesaikan Tugas Akhir.
Penulis sadar, bahwa dalam proses pengerjaan Tugas Akhir ini didukung
oleh banyak pihak, baik berupa doa, tenaga, dan materi. Penulis mengucapkan
terimakasih kepada Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga Fakultas
Teologi atas segala fasilitas yang tersedia dalam melaksanakan pendidikan,
bertukar pikiran dan pengalaman pada ilmu Teologi. Terimakasih teruntuk Pdt.
Prof. John A. Titaley, Th.D dan Pdt. Dr. Jacob Daan Engel selaku dosen
pembimbing Tugas Akhir yang selalu memberikan nasihat, saran, dan kritikan
dalam proses penyelesaian Tugas Akhir dengan baik. Penulis mengucapkan
banyak terimakasih kepada seluruh Dosen, Pegawai dan Staff Tata Usaha Fakultas
Teologi UKSW yang ikut membantu dalam proses penyelesaian Tugas Akhir.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Pdt. Mariskan Lauterboom
dan Pdt. Dr. Jacob Daan Engel selaku dosen wali sekaligus orang tua yang berada
di Salatiga, yang selalu memberikan nasihat kepada penulis dan menjadi panutan
yang baik dalam menjalani perkuliahan di Fakultas Teologi UKSW Salatiga.
Kepada Angkatan 2013 Fakultas Teologi, Mesin Tempur, Bona Fide, Kontrakan
BMPQ, Mrs Stubborn, Big Bos, dan The Brother, penulis mengucapkan
terimakasih karkena mau berbagi ilmu, pengalaman, selalu ada saat susah maupun

vi

senang dan selalu bersatu dalam semboyan “Aku Butuh Kamu, Kamu Butuh
Aku”. Terimakasih kepada jemaat GPIB Tamansari Salatiga yang menjadi tempat
pelayanan penulis selama melakukan Praktek Pendidikan Lapangan (PPL) I
sampai Praktek Pendidikan Lapangan (PPL) IV dan sebagai pelayan teruna
selama berada di Salatiga. Terimakasih kepada Panti Wredha Mandiri yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan Praktek Pendidikan
Lapangan (PPL) V dan menjadi bagian proses penulis studi di UKSW.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Jemaat GPIB Immanuel Apau
Kayan, Pospelkes Maranatha Nawang Baru dan Jemaat GPIB Anugerah Tarakan
dimana saya melakukan PPL X dan sekaligus tempat penelitian Tugas Akhir.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada majelis jemaat GPIB Pos Pelkes
Maranatha Nawang Baru dan anggota jemaat Gereja Kemah Injil Indonesia yang
membantu penulis dalam penelitian Tugas Akhir selama di Apau Kayan. Kepada
Pdt. Adventino E. Priyonggo. S.si-Teol, Pdt. Dian Somahu Titing, S.Th, Pdt.
Aswin, S.Th, Pdt. Hendri Londong, S.si-Teol dan Pdt. Emile Joderey, S.Th yang
merupakan supervisor lapangan selama melakukan PPL X dan penelitian Tugas
Akhir serta memberikan nasihat-nasihat dan teladan yang baik selama melakukan
penelitian Tugas Akhir dan PPL X.
Terakhir, penulis mengucapkan terimakasih kepada Mama (Lidia Leosae)
yang tiada hentinya mendukung semua studi yang saya lakukan selama menuntut
ilmu di Fakultas Teologi UKSW Salatiga. Doa Mama selama penulis di
Kalimantan Utara untuk melakukan penelitian Tugas Akhir dan PPL X akhirnya
terjawab. Buat Kaka (Paskah Rulisto Leosae) dan adik-adik (Tri Wira Alsyalom
dan Fetronela Grace Julianti) terimakasih atas doa dan dukungannya dalam proses
pembuatan Tugas Akhir ini. Kalian semua menjadi penyemangat penulis dalam
proses pembuatan Tugas Akhir dan dalam melakukan perkuliahan di Fakultas
Teologi UKSW Salatiga. Kepada semua keluarga yang berada di Timor, Jawa,
Sulawesi dan Lombok penulis ucapkan terimakasih atas semua doa dan
dukungannya selama melakukan perkuliahan dan penyusunan Tugas Akhir.
Buat Alm Papa yang sebelum meninggal dunia meminta penulis untuk
sekolah Teologi di UKSW Salatiga sekarang penulis sudah menyelesaikan Tugas

vii

Akhir dengan penuh sukacita. Walaupun Papa sudah tidak ada, namun mimik
wajah yang tersenyum masih terbayang dalam pikiran penulis ketika penulis
memutuskan untuk kuliah di Fakultas Teologi UKSW Salatiga, dari senyuman itu
memberikan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan
Tugas Akhir dengan baik.
Memang tidak banyak yang dapat penulis lakukan dalam membanggakan
keluarga. Atas kasih karunia Tuhan Yesus Kristus penulis mempersembahkan
Tugas Akhir ini sebagai karya yang dapat menjadi kebanggaan tersendiri bagi
penulis teruntuk Papa, Mama, Kakak dan Adik-adik.

Penulis

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................................... ii
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ............................................................................................ iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES ...................................................................................iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
........................................................................................................................................... .v
KATA PENGANTAR...............................................................................................................vi
DAFTAR ISI ...........................................................................................................................ix
MOTTO ................................................................................................................................xi
Abstrack ............................................................................................................................. xii
1.

PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1
1.

1. Latar Belakang ..................................................................................................... 1

1.

2. Rumusan Masalah ............................................................................................... 6

1.

3. Tujuan Penelitian ................................................................................................ 7

1.

4. Manfaat Penelitian.............................................................................................. 7

1.

5. Metode Penelitian............................................................................................... 7

1.

6. Sistematika Penulisan ......................................................................................... 8

2.

LANDASAN TEORI ........................................................................................................ 9

3.

HASIL PENELITIAN ..................................................................................................... 16
3.

1. GPIB Immanuel Apau Kayan.............................................................................. 16

3.

2. Pos Pelkes Maranatha Nawang Baru ................................................................ 17

3.

3. Apa Pembinaan Itu ? ......................................................................................... 18

3.

4. Bentuk-bentuk Pembinaan ............................................................................... 19

3.

5. Masalah-masalah dalam melakukan Pembinaan ............................................. 20

ix

4.

ANALISA .................................................................................................................... 21
4.

1. Pemahaman Pembinaan ................................................................................... 21

4.

2. Bentuk-bentuk Pembinaan ............................................................................... 22

4.

3. Permasalahan-permasalahan dalam Pembinaan ............................................. 23

5.

PENUTUP ................................................................................................................... 25
5.

1. Kesimpulan ........................................................................................................ 25

5.

2. Saran ................................................................................................................. 26

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................. 27

x

MOTTO
“O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan
pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusankeputusa-Nya dan sungguh tak terselami jalanjalanNya!”
(Roma 11 : 33)

“Jangan takut berkarya didalam Tuhan, karena masih
banyak Hikmat dan Pengetahuan yang berasal dari
Allah untuk dijadikan karya-karya dalam pengetahuan
dan tindakan kebenaran”

“Berkarya dalam kebenaran Tuhan pasti akan
menghasilkan keberhasilan yang penuh sukacita”

xi

Abstrack
Penelitian ini bertujuan untuk membuat dan melihat bentk-bentuk
pembinaan dan masalah-masalah yang terjadi dalam melakukan pembinaan di
GPIB Immanuel Apau Kayan, jemaat Pos Pelkes Marantha Nawang Baru. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa GPIB Immanuel Apau Kayan
jemaat Pos Pelkes Marantha Nawang Baru menerapkan pembinaan seperti
biasanya yaitu melalui peribadahan-peribadahan yang sudah ada, seperti Ibadah
Umum, Ibadah Keluarga dan Ibadah Pelkat (Pelayanan Kategorial) sesuai dengan
usia. Pembinaan yang dilakukan untuk meningkatkan spiritual dan keimanan
jemaat, agar tetap berpegang dan berjalan pada ajaran Kristiani. Adapun bentukbentuk pembinaan yang bersifat situasional yaitu seperti Katekisasi dan Konseling
Pastoral. Masalah-masalah dalam melakukan pembinaan adalah waktu, tempat,
pendidikan, sumber daya manusia yang kurang, ekonommi dan sosial.
Keyword : Pembinaan, bentuk-bentuk pembinaan, masalah-masalah
pembinaan.

xii

1. PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Gereja merupakan perkumpulan orang-orang pengikut Yesus Kristus yang
di dalamnya melakukan pujian dan penyembahan kepada Yesus Kristus. Tiap
gereja adalah ungkapan dari yang kudus dan am, hal ini berarti persekutuan orang
percaya, pria dan wanita, tua dan muda, di segala tempat dan di sepanjang jalan.1
Jika kita lihat asal kata gereja yang berasal dari Bahasa Yunani yaitu “ekklesia”
(dari kata kerja “Kaleo”) mula-mula berarti: mereka yang dipanggil keluar, yaitu
orang-orang merdeka yang oleh seorang bentara dipanggil berhimpun untuk
menghadiri rapat rakyat. Jadi dapat dikatakan bahwa Gereja terdapat dimana ada
yang dipanggil, mereka dipanggil untuk berhimpun, yaitu oleh Allah.2
Lebih lanjut menurut Boland dan Niftrik, untuk memahami apa artinya
Gereja, ada baiknya juga memperhatikan kata-kata untuk “Gereja” dalam
beberapa bahasa barat, misalnya kata Inggris “Church”, kata Belanda “Kerk” dan
kata

Jerman

“Kirche”.

Agaknya

kata-kata

itu

berasal

dari

kata

Yunani kyriake. Kata sifat ini dipakai untuk apa yang tergolong kepada Kyrios,
apa yang menjadi milik Kyrios. Itulah Gereja yakni orang-orang yang mengaku
menjadi milik Yesus Kristus. Jika Gereja bukanlah Gereja Kristus, ia sama sekali
tidak dapat disebut Gereja.3
Gereja pada dasarnya tidak lain dari pada menghayati dan mengamalkan
hakikatnya sebagai suatu tanda misteri penyelamatan Allah. Kita semua sudah
mengetahui bahwa gereja adalah hasil karya penyelamatan Allah yang mencapai
puncaknya dalam hidup, wafat, dan kebangkitan Yesus Kristus.4 Hal ini juga tidak
lepas dari peran murid-murid dan Yesus Kristus dan Rasul Paulus yang
melakukan pemberitaan Injil Kristus setelah Yesus Kristus naik ke surga.
Setelah itu gerejalah yang berperan aktif untuk melanjutkan tugas dan
tanggungjawab serta mengingat akan perkataan Yesus Kristus sebelum naik ke
surga supaya menjadikan bangsa murid-murid ku. Tugas yang melibatkan seluruh
1

Lima Dokumen Keesaan Gereja Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia. 9
G.C. Van Niftrik dan B.J. Boland, Dogmatika Masa Kini (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2001), 359.
3
Niftrik dan Boland, Dogmatika Masa Kini, 361.
4
G. Kirchberger. SVD. Gereja Yesus Kristus Sakramen Roh kudus. (Flores-NTT: Nusa
Indah 1988), 151.
2

1

gereja itu mencakupi tiga tugas Kristus sebagai nabi, imam dan raja. Seluruh
gereja sebagai umat Allah dalam segala tinggkatnya mengambil bagian dalam
ketiga tugas Kristus tersbeut.5 Tugas dan tanggungjawab gereja tambah berat
ketika gereja harus membantu orang-orang yang berasal dari luar gereja.
Ditambah lagi adanya perkelahian antar saudara seiman, akibat dari kurang sepikir
dalam proses pengembangan gereja, membuat gereja menjadi pecah dan lupa akan
tugas yang akan di lakukan di bumi ini.
Secara umum kita telah mengetahui tugas dan tanggung jawab gereja
adalah melayani. Pelayanan yang diberikan oleh gereja terhadap warga jemaat,
membuat ajaran Yesus Kristus nyata dalam kehidupan jemaat. Seorang pelayan
memiliki tugas untuk melayani dan bukan untuk dilayani. Banyak motivasi dan
alasan bagi seseorang untuk melayani, baik karena tugas dan tanggungjawab
maupun karena paksaan dari pihak lain. Seorang pelayan harus membiarkan
dirinya terbuka, berani mengambil resiko dan memberikan hidupnya bagi
sesama.6 Dalam pelayanan terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu
mengajar, berkhotbah, membimbing dan mengorganisasi. Oleh sebab itu,
pelayanan memiliki hubungan erat dengan spiritualitas.
Roh Kudus memiliki peranan penting dalam pelayanan, hal ini didukung
oleh beberapa alasan, yaitu Pertama, pelayan bertanggung jawab untuk
menunjukan ketergantungan gereja pada Yesus Kristus. Kedua, pelayan dapat
menetapkan sebuah fokus bagi kesatuan gereja. Ketiga, gereja tidak pernah hadir
tanpa orang-orang yang memegang otoritas khusus dan tanggungjawab. Peran dari
pelayan-pelayan yang ditahbiskan adalah untuk melayani sebagai pewarta injil,
pemimpin persekutuan, guru dan gembala.7
Salah satu tugas berat yang diemban oleh gereja hanya dapat dimengerti
dalam terang rencana keselematan Allah dan tidak boleh dibatasi oleh kegiatankegiatan atau program-program pelayanan Kristen yang akhirnya bermuara
kedalam kehidupan gerejawi itu. Tugas pengutusan gereja bermaksud supaya
sekalian warga gereja menggunakan fungsinya sebagai kawan sekerja Allah dan
5

Kirchberger. Gereja Yesus Kristus Sakramen Roh kudus ((Flores-NTT: Nusa Indah
1988), 151
6
Henri J. M Nouwen, Pelayanan yang Kreatif (Yogyakarta: KANISIUS, 1986), 7.
7
David L. Bartlett, Pelayanan dalam Perjanjian Baru (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2011), 9-10.

2

dengan demikian ikut serta dalam tindakan Allah yang tertuju kepada segala
sesuatu, gara tercapai keselamatan dari segala sesuatu.8
Pembinaan warga gereja yang diberikan dapat menumbuh kembangkan
iman jemaat dan membuat mereka tidak dapat terpecahbelahkan. Dalam
melakukan pembinaan gereja, perlu memperhatikan konteks warga jemaat,
sehingga pembinaan yang dilakukan dapat meningkatkan spiritualitas. Pembinaan
dilakukan secara teratur dan efektif dapat membuat warga gereja paham akan
pentingnya kehadiran gereja. Terlebih-lebih apabila rencana pembinaan yang
digariskan oleh gereja, dapat terlaksana dalam waktu yang sangat panjang maka
persiapan yang dilakukan oleh gereja harus secara tepat. Pembinaan harus
disampaikan kepada jemaat dan setiap generasi jemaat, agar rencana jangka
panjang itu dapat sampai kepada tujuan.9
Gereja-gereja di Indonesia sangat perlu melakukan pembinaan bagi warga
jemaatnya. Ditambah lagi gereja-gereja yang ada di Indonesia tersebar sampai
pelosok desa, sehingga gereja harus melakukan pembinaan bagi warga jemaatnya
karena itu merupakan bagian dari tanggungjawab gereja. Terkhususnya GPIB
(Gereja Prostestan di Indonesia bagian Barat) yang memiliki ratusan pospelkes
(Pos Pelayanan dan Kesaksian) harus mampu menciptakan pembinaan bagi warga
jemaatnya yang tersebar diduapuluhtujuh provinsi di Indonesia.10
Tersebar di duapuluhtujuh provinsi, yang berbeda-beda konteks serta
karakter yang dimiliki dari setiap jemaat, ditambah dengan budaya yang dimiliki
oleh jemaat setempat dan latar belakang sosial-ekonomi, membuat GPIB secara
sinodal harus dengan cermat, disiplin dan teliti dalam melihat perkembangan yang
terjadi disetiap anggota jemaatnya. Bukan hanya sekedar perkembangan fisik
yaitu dari bentuk bangunan gerejanya, melainkan sumberdaya insani yang
terdapat dalam gereja tersebut perlu diperhatikan.
Sampai saat ini jumlah GPIB terus bertambah, baik dari segi
pembangunan maupun dari kemandirian gereja yang tersebar di duapuluhtujuh
Provinsi Indonesia. Hal ini dapat kita lihat dari perkembangan yang terjadi di
8
9

D.R. Maitimoe, Pembangnan Jemaat Misioner (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1978), 26
A.a. Sitompul, Di pintu gerbang pembinaan warga gereja (Jakarta: BPK Gunung Mulia,

1979), 46
10

Majelis Sinode GPIB, Buku III, PKUPPG dan GRAND DESIGN PPSDI (), 10

3

Provinsi Kalimantan. GPIB yang terdapat di Provinsi Kalimantan pada tahun
1948-2008 secara keseluruhan memiliki lima mupel yaitu Mupel Kalimantan
Timur I (Kaltim I), Mupel Kalimantan Timur II (Kaltim II), Mupel Kalimantan

Timur III (Kaltim III), Mupel Kalimantan Tengah-Selatan (Kaltengsel), Mupel
Kalimantan Barat (Kalbar).11
Pada saat ini ada terjadi penambahan mupel yang berada di Kalimantan
yaitu Mupel Kalimantan Utara Berkat. (Kaltara - Berkat) seiring dengan
pemekaran provinsi yang dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah setempat,
sehingga pada tahun ini mupel yang berada di Provinsi Kalimantan sebanyak
enam mupel.12 Ini tidak bisa dipungkiri bahwa ada kemajuan dan perkembangan
yang terjadi dalam GPIB.
Secara khusus yang berada di Kalimantan Utara, pada tahun ini terdapat
sepuluh jemaat GPIB yang tersebar di Kabupaten Malinau, Pujungan, Kabupaten
Nunukan, Tanjung Selor, Pulau Bunyu, Tarakan, Tarakan Utara, Kabupaten
Bulungan, Berau, dan Apau Kayan. Ada yang tidak memiliki pospelkes dan ada
gereja yang memiliki pospelkes bahkan tersebar sampai pedalaman dan didaerah
perbatasan antara Indonesia dengan Malaysia.13 Melihat perkembangan yang
terjadi di GPIB, GPIB secara sinodal kembali mengevaluasi diri apakah sudah
melakukan pembinaan warga jemaatnya dengan terstruktur, baik dan benar.
Mengingat kembali bahwa hadirnya GPIB sebagai Gereja mandiri
ditengah situasi revolusi, tentunya banyak tantangan dan masalah-masalah yang
timbul, baik dalam bentuk eksternal maupun internal.14 GPIB hadir ditengahtengah masyarakat bukan sebagai rutinitas tempat peribadahan saja, melainkan
GPIB hadir dan dapat membina warga jemaat agar jemaat dapat bersaing diera
globalisasi yang sangat maju ini. GPIB bertanggungjawab untuk membina
sumberdaya insani yang berada ditempat pelayanan sehingga dapat menjadi gereja
misioner.
Disini penulis lebih memperhatikan bentuk pembinaan yang dilakukan
oleh GPIB terhadap jemaatnya. Hal ini bukan berarti yang lainnya tidak penting,
11

Henry Jacob, Data Jemaat GPIB tahun 1948-2008 (Majelis Sinode GPIB) 13-34
Majelis Sinode, Agenda 2017 (Majelis Sinode GPIB)
13
Ibid.
14
Majelis Sinode, Buku III PKUPPG&GRAND DESIGN PPSDI (Majelis Sinode GPIB, 2015) 7.
12

4

namun ketika melihat GPIB bertumbuh sangat pesat harus diimbangi juga dengan
jemaat yang bertumbuh dalam Kristus. Artinya GPIB harus memperhatikan
jemaat dengan membina jemaat agar tidak menyimpang melainkan membuat
jemaatnya menjadi siap dalam menghadapi kemajuan globalisasi diera ini.
Memang selama ini bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan GPIB
secara sinodal sudah ada, misalnya dalam pelayanan kategorial dari anak hingga
lansia, ibadah minggu maupun ibadah keluarga, dan katekisasi. Semuanya ini
merupakan bentuk-bentuk ibadah yang harinya telah ditetapkan dan didalamnya
dapat membina warga jemaatnya, namun tentunnya harus memperhatikan konteks
jemaat. Maksudnya ialah bagaimana dengan jemaat yang hanya memiliki waktu
ibadah dihari minggu saja, sedangkan dihari yang lainnya jemaat sibuk bekerja.
Hal ini berarti semua bentuk-bentuk pembinaan yang telah ditentukan oleh GPIB
secara sinodal, dilaksanakan dalam satu hari yaitu pada hari minggu saja.
Fenomena ini dapat dilihat disalah satu Jemaat GPIB Immanuel Apau
Kayan pospelkes (Pos Pelayanan dan Kesaksian) Maranatha Nawang Baru.
Jemaat rata-rata memiliki pekerjaan sebagai petani ladang. Mereka juga tidak
hidup dengan berladang, tetapi memiliki keahlian yang lain seperti berburu
binatang liar di hutan, menangkap ikan dengan menggunakan jala atau tembakan
ikan, dan pukat (perangkap ikan yang terbuat dari tali pancing yang diletakan
dipinggir sungai).
Dalam melakukan pekerjaan sebagai petani ladang, meninggalkan anakanaknya dirumah sendirian dan tinggal dipondok yang berada di ladang mereka
adalah hal yang biasa bagi orang tua. Bahkan apabila ada anaknya yang sudah
remaja, terpaksa untuk tidak masuk sekolah dikarenakan menjaga adiknya yang
masih kecil. Hal ini berdampak pada pendidikan anak-anak mereka yang terbukti
dengan adanya anak-anak mereka yang tidak naik kelas, bahkan ada pula yang
putus sekolah dikarenakan orangtua yang hanya sibuk mengurusi ladang mereka.
Jemaat yang berprofesi petani ladang dan rata-rata memiliki ladang yang
jauh dari tempat tinggal mereka, sehingga mempunyai jam kerja dari hari senin
sampai hari sabtu sekitar pukul empat atau lima sore baru tiba di rumah dan dapat
berkumpul dengan keluarga. Terlalu sibuk dengan pekerjaan mereka di ladang dan
pembinaan yang hanya satu hari yaitu pada hari minggu tentunya tidak cukup.

5

Komunikasi yang terbatas ini membuat GPIB secara khusus Jemaat GPIB
Immanuel Apau Kayan Pospelkes Maranatha Nawang Baru harus memikirkan
cara lagi dalam melakukan pembinaan bagi warga jemaatnya.
Hanya mengandalkan hidup dari alam tentunya tidak bisa terus menerus
menjadi sumber pencaharian mereka. Hidup yang tidak menentu dengan mata
pencaharian yang hanya mengandalkan alam, memaksakan mereka menjalani
kehidupan ini dengan apa adanya. Tidak berani keluar untuk mencari pekerjaan
yang mempunyai penghasilan tetap, karena mental yang belum dibentuk.
Ekonomi, pendidikan dan waktu merupakan masalah dan tantangan yang serius,
yang dihadapi oleh GPIB dalam melakukan pembinaan bagi warga jemaat GPIB
Immanuel Apau Kayan pospelkes Maranatha Nawang Baru.
Pospelkes Marantha Nawang Baru berada di pedesaan dan perbatasan,
tentunya pemikiran mereka sangat berbeda dengan warga jemaat yang berada di
perkotaan. Keberanian untuk mengubah pola hidup dan keluar dari zona nyaman
adalah hal yang perlu diperhatikan. Miskin ilmu pengetahuan dan motivasi yang
selalu menjadi penghalang mereka untuk berkembang. Jika dibiarkan akan
mengakibatkan generasi-generasi yang baru sehingga membuat persekutuan yang
ada disitu menjadi tidak berkembang dan efektif.
Melakukan pembinaan dengan kreativitas untuk menjalani kehidupan dan
tidak lupa juga peranan dari gereja yakni GPIB, untuk dapat melakukan
pembinaan yang tepat bagi warga jemaatnya yang memiliki pekerjaan petani
ladang sangat diperlukan. Dengan demikian penelitian ini kemudian akan
difokuskan pada pembinaan pekerja ladang bagi warga jemaat GPIB Immanuel
Apau Kayan pospelkes Maranatha Nawang Baru, yang berada di kabupaten
Malinau, kecamatan Kayan Hulu desa Nawang Baru provinsi Kalimantan Utara,
berdasarkan pergumulan iman yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari.
1. 2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah diajukan dalam penelitian ini adalah
1. Bagaimana bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan oleh jemaat GPIB
Immanuel Apau Kayan pospelkes Maranatha Nawang Baru ?

6

2. Apa masalah-masalah dalam melakukan pembinaan khususnya isi dan
metode pembinaan bagi warga jemaat GPIB Immanuel Apau Kayan
pospelkes Maranatha Nawang Baru ?
1. 3. Tujuan Penelitian
Mendiskripsikan bentuk-bentuk pembinaan yang di lakukan oleh GPIB
pada warga jemaat GPIB Immanuel Apau Kayan pospelkes GPIB Nawang Baru
di Kalimantan Utara dan mengindentifikasi maslah-masalah dalam melakukan
pembinaan khususnya isi dan metode pembinaan.
1. 4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam
kajian terkait pembinaan bagi warga jemaat GPIB pospelkes Marantha Nawang
Baru di Malinau Kalimantan Utara. Sebagai salah satu sumbangan pemikiran yang
baru bagi Gereja Prostestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) dalam menciptakan
bentuk-bentuk pembinaan khususnya isi dan metode bagi warga jemaat GPIB
pospelkes Marnatha Nawang Baru di Malinau Kalimantan Utara.
1. 5. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian yakni deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif pada dasarnya merupakan cara ilmiah
untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu secara sistematis,
faktual dan akurat mengenai fenomena atau hubungan antara fenomena yang di
selidiki.15 Desain analisis yang digunakan bertujuan untuk menganalisis
pembinaan bagi warga jemaat GPIB Immanuel Apau Kayan pospelkes Maranatha
Nawang Baru, di Malinau Kalimantan Utara
1. Unit Analisa dan Unit Pengamatan :
Unit Analisa dalam penelitian ini adalah Gereja Pospelkes Maranatha
Nawang Baru. Unit pengamatan dalam penelitian ini adalah warga jemaat
pospelkes Maranatha Nawang Baru di Malinau Kalimantan Utara.
2. Lokasi Penelitian

15

Imam Suprayogo&Tobroni, MetodologiPenelitianSosial Agama (Bandung : PT
RemajaRosdakarya, 2003), 136-137.

7

Lokasi penelitian adalah GPIB Pospelkes Maranatha Nawang Baru di
Malinau Kalimantan Utara.
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua sumber yakni
hasil wawancara terkait dengan persoalan penelitian dan didukung dengan hasil
observasi peneliti.Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara
mendalam (indepth-interview). Tipe wawancara bersifat terbuka dan intens demi
memperoleh informasi yang representatif dan valid tentang pokok penelitian.
Informan dipilih secara sengaja dengan pertimbangan keterlibatan dan relevansi
yang bersangkutan terhadap persoalan dan tujuan penelitian.
Metode wawancara yang digunakan adalah wawancara tak berstruktur16
atau wawancara terbuka.17 Wawancara tak berstruktur adalah wawancara yang
bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman yang telah tersusun secara
sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang
digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakanmengacu pada perumusan masalah. Pada konteks wawancara yang akan
dilakukan, peneliti memberikan kebebasan kepada informan (subyek penelitian)
dan mendorongnya untuk berbicara secara luas dan mendalam.
1. 6. Sistematika Penulisan
Penulis akan membagi tulisan ini kedalam lima bagian. Bagian pertama
pendahuluan yang berisikan latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dam sistematika penelitian.
Bagian kedua yaitu landasan teori, yang berisikan teori pembinaan warga gereja.
Bagian ketiga yaitu hasil penelitian, yang berisikan pertama bagaimana bentukbentuk pembinaan GPIB terhadap warga jemaat yang ada di jemaat GPIB
Immanuel Apau Kayan Pospelkes Maranatha Nawang Baru. Kedua masalah dan
tantangan yang dihadapi dalam melakukan pembinaan bagi warga jemaat GPIB
Immanuel Apau Kayan Pospelkes Maranatha Nawang Baru. Bagian keempat
yaitu analisa, yang berisikan pengolahan data dan teori. Bagian kelima yaitu
penutup, berisi kesimpulan dan saran yang akan diberikan.
16

Sugiyono, MemahamiPenelitianKualitatif (Bandung : Penerbit CV.Alfabeta,2005),
74-75
17
Sudarwan Danim, MenjadiPenelitiKualitatif (Bandung: PenerbitPustakaSetia, 2002),
131-134

8

2. LANDASAN TEORI
Gereja tidak hanya menghadirkan dan membangun persekutuan dalam
suatu jemaat dengan baik, namun sekarang gereja dituntut untuk membina warga
jemaatnnya untuk bisa menjawab kebutuhan warga jemaatnya sesuai dengan
melaksanakan misi Allah ditengah-tengah dunia ini atau mewujudkan Gereja
Misioner.18 Kebutuhan itu hanya bisa dilakukan ketika gereja membangun ruang
kebersamaan bersama jemaatnya, sehingga mewujudkan pembinaan warga jemaat
dalam gereja.
Kita mengakui bahwa Allah turut bekerja dalam pembangunan Gereja.
Roh Allah bekerja bersama para anggota umat dan pejabat gereja. Kesadaran akan
panggilan Allah diperluas bukan hanya seorang melainkan banyak orang telah
terpanggil, bukan hanya mereka yang meninggalkan ayah dan ibunya termasuk
pengikut Yesus, akan tetapi mereka yang tinggal dirumah seperti kawan-kawan
Yesus di Betani. Suara Allah yang memanggil banyak orang dalam hati harus
didengarkan dan diberi ruang dalam persekutuan orang beriman. Persekutuan
tersebut menghadirkan spiritual dan itu merupakan dasar dalam melakukan
pembinaan. Hal ini berarti melakukan pembinaan warga jemaat berarti tidak lepas
dari pembangunan warga jemaat yang ada di gereja, sehingga sepatutnya kita
mengetahui akan pentingnya pembangunan warga jemaat (pembangunan
jemaat).19
Jemaat orang beriman lokal tidak hanya sesama subjek, melainkan juga
objek pembangunan jemaat yang terjadi di gereja. Dapat diartikan bahwa jemaat
lokal adalah objek pembangunan gereja, yang berarti pembangunan jemaat
melalui dan melewati jemaat lokal ini, mengarahkan diri kepada perwujudan
karya penyelamatan Allah sebagaimana dikatakan dalam Perjanjian Lama dan
Baru. Karya penyelamatan itu tertuju pada manusia. Sebagai sesama subjek karya
penyelamatan Allah, kita bertindak sesuai dengan kehendak Allah, jika dalam

18

Widi Artanto M.Th, Menjadi Gereja Misioner Dalam Konteks Indonesia
(Yogyakarta : Taman Pustaka Kristen, 2008), 19.
19
P.G van Hooijdonk, Batu-Batu Yang Hidup (Yogyakarta : Kanisius dan BPK Gunung
Mulia, 1996), 11.

9

pembangunan dan pembinaan jemaat kita mengarahkan diri kepada dunia dan
menganggap dunia sebagai tujuan akhir usaha kita.20
Dapat dilihat diatas bahwa dalam melakukan pembinaan jemaat tentunya
memiliki tujuan. Didalam gereja tujuan dalam pembinaan jemaat yaitu
mengantarai terjadinya keadilan Allah sebagai pristiwa eskatologis dalam dan
lewat jemaat lokal dan dalam serta lewat sejarah manusia yang actual. Adanya
pembinaan jemaat yang dilakukan menjangkau tujuan akhirnya bukan dalam
gereja ini melainkan di dunia ini.21 Melakukan pembinaan terhadap jemaat berari
membangun jemaat atau umat Allah dengan kesadaran dan penuh tanggungjawab.
Pendekatan pembangunan jemaat secara sistematis, metodis, dan empiris
termasuk persyaratan modern. Selanjutnya pembangunan jemaat memperhatikan
beraneka wujud jemaat seetempat secara spesifik. Pembangunan jemaat akan
mendapatkan wajah baru karena kedewasaan orang beriman. Telah lama gereja
mengatur jemaat-jemaat setempat menurut sistem paroki. Tujuan sistem paroki
seperti ini masih menimbulkan pertanyaan karena seharusnya dalam melakukan
pembangunan jemaat seharusnya bertujuan mengantarai peristiwa (eskatologis)
dalam mana keadilan Allah diwujudkan di sini dan sekarang, dalam jemaat dan
paroki.22
Pertumbuhan jemaat dalam arti modern, yaitu bekerja sistematis, metodis,
dan empiris, ditujukan kepada pertumbuhan jemaat setempat. Pertumbuhan
ekstensif mengandaikan perluasan paroki dengan bertambahnya warga baru.
Pertumbuhan jemaat setempat atau paroki bukanlah tujuan pada dirinya. Tujuan
umum pembangunan jemaat ialah menjadi perantara bagi keadilan dan kasih
Allah. Tolak ukur yang digunakan adalah jika jemaat diperkuat sebagai tanda dan
sarana keadilan serta kasih bagi dunia. Tujuan umum itu lebih daripada sekedar
memikirkan jemaat itu sendiri. Kalau pembagunan jemaat mengejar tujuan umum
itu, maka terulanglah polaritas antara berkaryanya manusia dan berkarnya Allah.23
Berkerja secara sistematis, metodis, dan empiris menekankan berkaryanya
manusia. Ilmu teologi menekankan bahwa berkaryanya manusia ini bersifat
20

Ibid., 13.
Ibid., 14.
22
Ibid., 14-15.
23
Ibid., 15-16.
21

10

mengantarai. Keyataan paroki sebagai tanda dan keefektifan paroki sebagai alat
akhirnya disebabkan oleh kedatangan Allah di dunia ini. Tujuan akhir dalam
bentuk eskatologis tidak hanya dihasilkan oleh karya pembangunan manusia.
Maka tujuan akhir pembangunan jemaat tidak saja merupakan hasil serangkaian
tindakan, melainkan juga merupakan kepenuhan yang dihadiahkan Allah kepada
kita24 seperti diungkapkan oleh Kitab Suci :
Dan aku telah melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun
dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan penagntin perempuan
yang berdandan untuk suaminya. (Wahyu 21 : 2)
Pembangunan jemaat digerakan oleh kuasa Roh Kudus yang berdiam
dalam diri orang beriman. Dinamikanya tergantung pada keterbukaan jemaat dan
pemimpinnya dalam hal mendengarkan dan membaca. Dipandang dari dinamika
itu, pembangunan jemaat penting sebagai tempat di mana orang beriman dapat
belajar.25
Pembinaan jemaat dalam gereja merupakan suatu tanggungjawab, untuk
menciptakan gereja atau jemaat yang missioner, yang telah terwujud dalam Yesus
Kristus yang sesuai dengan pelaksanaan misinya di dunia ini dalam rangka
kedatangan Kerajaan Allah pada masa kini dan masa mendatang sampai
kegenapan pemerintahan Allah itu tiba. Hal ini berarti Gereja bersedia dan berani
berpartisipasi dalam pelaksanaan tugas panggilan gereja yang tidak berubah di
semua tempat dan disepanjang zaman yaitu bersaksi, mewujudkan kasih Allah
dalam pelayanan dan mewujudkan keesaan sebagai tubuh Kristus.26
Tentunya lewat pembinaan terhadapat warga jemaatnya, gereja bisa
menjadi gereja misioner. Dalam melakukan pembinaan tersebut, tidak bisa
ditinggalkan aspek dasar yaitu pembangunan jemaat sendiri. Pembangunan jemaat
sebagai teori atau ajaran merupakan hasil refleksi atas pengetahuan praktek dan

24

Ibid., 16
Ibid., 27.
26
Pdt. Widi Artanto M.Th, Menjadi Gereja Misioner Dalam Konteks Indonesia
(Yogyakarta Taman Pustaka Kristen, 2008), 20.
25

11

pengolahan teori fundamental ilmiah sehingga terjadinya proses pembinaan
jemaat.27
Ada lima aspek dasar pembangunan jemaat yaitu,
1. Bertindak Imani dan rasional.
Pembanguan jemaat tidak bisa dilihat sebagai usaha beriman saja dan juga
tidak bisa dilihat sebagai usaha rasional belaka. Melainkan harus dikombinasikan
dengan cara bertindak dengan iman dan bertindak dengan rasional. Adanya
kombinasi antara bertindak dengan iman dan bertindak dengan rasional akan
mengajak jemaat adanya kebijakan dan perundingan dalam berwarga gereja.28
2. Bertindak fungsional, terarah kepada tujuan dan hasil
Bertindak fungsional berarti berpikir secara instrumental atau fungsional
tentang gereja. Gereja adalah sarana manusiawi, lembaga manusia, organisasi
sosial yang dapat dituntut kualitas manusiawi tertentu di bidang kepemimpinan
dan manajemen. Terarah pada tujuan dan hasil perlu mengadakan tinjauan yang
baik tentang pertanyaan dan kebutuhan masa kini. Dengan demikian
pembangunan jemaat ingin meningkatkan pelayanan Gereja, jemaat local agara
dapat bergerak secara efektif dalam situasi saat ini. Gereja diminta untuk berkarya
dan juga meninjau keadaan mereka sendiri. Sarana-sarana yang digunakan oleh
gereja seperti pastoral dapat digunakan untuk memperluas usahanya kepada
kelompok baru, dan memenuhi kebutuhan baru dalam pembangunan jemaat.29
3. Bertindak menurut tata waktu atau secara proses.
Dalam pembangunan jemaat ada proses yang dilalui yaitu melalui dua
tahap, yang pertama adalah meninjau kembali sejarah dan melihat pembangunan
jemaat sebagai proses hitoris yang berlangsung hingga pada saat ini. Kedua
melihat keadaan sekarang dan hari depan sehingga melihat pembangunnan jemaat
sebagai

tindakan

intervensi

untuk

mempersiapkan,

melaksanakann

dan

menstabilisasikan. Intervensi didasarkan pada kekurangan yang dilihat, kebutuhan
yang tidak terpenuhim dan cita-cita yang tidak terealisasi. Intervensi ini terarah

27

Dr. P.G van Hooijdonk, Batu-Batu Yang Hidup (Yogyakarta : Kanisius dan BPK Gunung
Mulia, 1996), 67-68
28
Hooijdonk, Batu-Batu Yang Hidup, 69
29
Ibid., 69-70

12

pada perubahan dan pembaharuan agar kekurangan diatasi dan cita-cita
terealisasi.30
4. Bertindak menurut tata ruang atau pengembangan organisasi.
Kebanyakan orang belum bisa memakai kategori ilmu sosial dalam
pembangunan jemaat. Padahal organisasi jemaat dianggap sebagai fungsi yang
paling penting dalam pembangunan jemaat. Organisasi diambil dari ilmu sosial
yang dapat menolong agar pikiran kita lebih bernuasa sehingga perlawanan kita
terhadap organisasi gerejawi berkurang dan ternetralisir. Didalam organisasi
tersebut bagian vital dan menjadi prioritas bagi jemaat adalah usaha menciptakan
relasi

yang baik antarmanusia, menciptakan komunikasi terbuka

yang

memungkinkan orang dapat berkembang menurut apa adanya. Komunikasi
tersebut memungkinkan jemaat mengembangkan bentuk kepemimpinan yang
mendukung orang sesuai dengan jati diri dan pengertian hidupnya.31
5. Mengaktifkan partisipasi.
Adanya metode ilmu sosial seperti pembangunan masyarakat dan
pengembangan organisasi akan membuat jemaat mempunyai inisiatif dalam
kelompoknya sehingga menjadikan jemaat tersebut selalu aktif berpartisipasi dalm
proses perubahan. Dalam proses pengaktifan jemaat ini lebih rumit daripada yang
dikira. Ada kerja sama antara ilmu sosial dan teologi dalam pengaktifan
partisipasi dalam jemaat. Sebagai proses agogis pembangunan jemaat harus dan
mau bekerja dengan manusia yang beriman. Agogi ini tidak mau memaksa atau
menekan, melainkan mau mengadakan relasi kerja sama yang fungsional untuk
mencapai sesuatu dalam gereja.32
Pembinaan jemaat sudah terjadi dalam beribu-ribu tahun yang lalu. Hal ini
dapat dilihat dari kesaksian dalam Alkitab pada Perjanjian Baru. Pada hari
Pentakosta pertama jemaat di Yerusalem terdiri dari 120 orang (Kis 1:15).
Pengikut Kristus menjadi bertaburan ketika mempraktekan Amanat Kristus dalam
Matius 28:18-20 itu, sehingga dalam waktu yang sangat singkat, jemaat
bertumbuh menjadi 3000 jiwa (Kis 2:41). Penginjilan dan pembinaan yang terus

30

Ibid., 70-71
Ibid., 71-72.
32
Ibid., 72-73.
31

13

dilakukan terutama disekitaran penduduk Yerusalem dan sekitarnya dan Tuhan
membertkati usaha ini, sehingga membuat mereka bertammbah banyak tiap
harinya. Hingga saat ini pertumbuhan jemaat terus dirasakan. Pertumbuhan suatu
jemaat merupakan suatu proses berkesinambungan dalam membina warga jemaat.
Warga jemaat sendiri merupakan sarana tetapi sekaligus juga pelaksana dari
Amanat Kristus.33
Pada Kisah Para Rasul 2-9, pembinaan jemaat yang efektif merupakan
suatu kualitas yang selalu dapat diukur dengan kuantitas. Kuantitas berarti bentuk
pertumbuhan dan jumlah pertambahan warga jemaat baru. Tidak hanya dari
kuantitas saja, melainkan pembinaan warga jemaat dapat diukur dengan hasil yang
dapat dilihat dari sikap dan perbuatan warga gereja yang bersangutan. Hal ini
merupakan suatu prinsip Perjanjian Baru yang perlu difungsikan lagi dalam
membina jemaat di Indonesia.34
Dalam pembinaan warga jemaat dengan kegiatan pemberitaan (kesaksian),
pelayanan, peribadahan, pendidikan sehingga pembinaan selalu ada sasaran yang
kongkret. Prinsip pembinaan warga jemaat dalam Perjanjian Baru, pengijilan itu
tidak terbatas melalui beberapa tahap pertama, mencapai orang-orang dengan
kabar baik, kedua mengabarkan Injil secara masal dihadapan umum, ketiga
menambah waga jemaat baru pada jemaat melalui baptisan, pendidikan, dan
pembinaan, keempat membentuk jemaat-jemaat baru yang anggota-anggotanya
adalah bukan hanya anggota Kristen lama, tetapi terutama anggota Kristen Baru.35
Keempat tahap tersebut merupakan jaminan tentang dinamika warga
jemaat serta pembinaannya secara berkesinambungan. Menurut kesaksian
Perjanjian Baru ini, maka pembinaan dalam suatu jemaat tidak bersifat misioner
dan karena itu hanya bersifat prokial bila tahap keempat tersebut tidak terlaksana
melalui program pembinaan, karena justru tahap keempat itulah sasaran ganda
dalam membina warga jemaat.36
Membina warga jemaat dengan baik, tentunya memiliki tujuan. Hal ini
juga tidak lepas dengan peranan dari gereja tersebut dalam melihat apa yang
33

Pdt. D.R. Maitimoe, Membina Jemaat Misioner (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1984), 12
Ibid., 13
35
Ibid., 15
36
Ibid., 16
34

14

terjadi terhadap warga jemaatnya. Gereja dalam membina warga jemaatnya
tentunya memiliki tujuan. Vitalisasi merupakan tujuan segala bentuk dan proses
pembangunan jemaat sedangkan vitalitas merupakan hasli dari vitalisasi. Vitalitas
itu tergantung pada apakah dan sejauh manakah jemaat beriman menemukan
dirinya dalam penghayatan Injil, sehingga vitalitas yang dimaksudkan disini untuk
menjawab kejelasan mengenai idenntitas jemaat. Bagi vitalitas tentunya relasirelasi intern, tugas-tugas, dan kompetensi-kompetensi diorganisasikan secara
efesien. Pembangun dan membina jemaat hanya memperhatikan pengorganisasian
itu.37
Gereja dalam melakukan pembinaan jemaat harus bisa menggerakan dan
memiiki program dalam tindakan-tindakan yang sistematis dan metodis untuk
mengubah situasi. Tindakan-tindakan yang dilakukan mengandaikan pengakuan
iman yang tidak ambigu tentang kebebasan dan pembebasan. Disetiap pembinan
jemaat

yang

terjadi

ada

pemikiran

struktur,

perubahan

struktur,

dan

perwujudannya melalui proses. Jemaat yang didirikan akan bertitik tolak dari
tanggungjawab semua orang yang bersangkutan terhadap keberadaan dan
pembentukan jemaat Kristiani dalam situasi ruang dan waktu.38
Jemaat tidak lepas dari tanggungjawab gereja. Dalam membina warga
jemaat tentunya tidak hanya jasmani saja yang terjawab melainkan juga
pembinaan rohani perlu dilakukan, yaitu dengan adanya gereja dapat terbina akan
pemahaman dan penghayatan warga gereja berdasarkan Firman Tuhan dalam
Alkitab dengan demikian terciptanya tentang hakikat gereja sepanjang masa yakni
melayani.39
Dalam membina jemaat secara praktis kita mau memperkembangkan dan
membina tiga pola, yaitu pola datang (mobilisasi warga gereja), pola pergi
(kegiatan misioner dunia) dan pola pengemban (pembinaan menuju kepada
kedewasaan). Maksud dari membina jemaat dengan ketiga pola ini adalah untuk
memperoleh hubungan yang relevan dan komunikatif antara injil dan dunia.

37

Rob van Kessel, 6 Tempayan Air : Pokok-pokok Pembangunan Jemaat, (Yogyakarta:
Kanisius, 1997), 7
38
Ibid., 26
39
Pdt. O.E.Ch. Wuwungan, D. Th, Bina Warga : Bungan Rampai Pembinaan Warga
Gerea, (Jakarta: Gunung Mulia, 1997), 1-7.

15

Pembinaan dengan tiga pola ini bila diterapkan akan memiliki ke khasan yang
khusus yaitu konsepsi misioner yang dioperasikan secara metodis dan krearif,
tetapin juga luwes dengan kepelbagian corak atau cara kegiatan pelayanan dimana
untuk segenap warga jemaat, kecil dan besar, tua dan muda, pria dan wanita, ada
tempatnya dan peranannya. Selain itu akan terlibat juga jemaat-jemaat dari
organisasi-oraganisasi sinode lain.40
Membina jemaat berarti upaya membantu dan mengajak segenap warga
jemaat

untuk

memperkembangkan

pemikiran-pemikiran

teologis

yang

mendukung dan mengendalikan praktek-praktek jemaat kita. Membina jemaat
adalah upaya mengatasi suatu cara bersama yang tradisional-parokal, yang tidak
lagi memadai, sebab cara dan bentuk parokial dapat menghalangi warga gereja
untuk mendengar dan mengerti Injil. Hal ini juga menghalangi warga gereja untuk
mendekati dan mengerti penderitaan dan kebutuhan serta harapan manusia masa
kini. Tidak hanya demikian, ini juga bisa menjadi penghalang bagi warga gereja
untuk memahami masalah-masalah dan tantangan-tantangan dunia masa kini,
bahkan dapat juga menghalangi warga gereja untuk menaati Missio Dei.41
Membina jemaat berarti upaya memperkembangkan cara-cara dan bentukbentuk berjemaat serta pemahaman teologis yang relevan agar orang Kristen
sungguh-sungguh dapat hidup untuk dan bersama dengan yag lain, dan kemudian
bersama dengan yang lain membangun masyarakat dan dunia ini untuk
kesejahteraan bersama yang siap menyambut Hari Tuhan.42
3. HASIL PENELITIAN
Disini berisi gambaran tentang mengenai GPIB Immanuel Apau Kayan
Pos Pelkes Maranatha Nawang Baru, pemahaman mengenai pembinaan, metodemetode pembinaan gereja Pos Pelkes Maranatha, tantangan dalam menjalani
pembinaan di Pospelkes Maranatha Nawang Baru.
3. 1. GPIB Immanuel Apau Kayan
Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Immanuel Apau
Kayan, merupakan salah gereja yang terdapat di Desa Long Nawang, Kecamatan

40

Pdt. D.R. Maitimoe, Membina Jemaat Misioner, 85
Ibid., 86
42
Ibid., 87
41

16

Kayan Hulu, Malinau Kalimantan Utara. GPIB Immanuel Apau Kayan masuk
dalam Mupel (Musyawarah Pelayanan) Kaltara-Berkat. GPIB Immanuel Apau
Kayan memiliki 3 sektor dan 5 pelayanan kategorial yaitu Pelkat PA (Persekutuan