Tanggung Jawab Direksi PT. Daya Labuhan Indah Dalam Pemenuhan Jaminan Kematian Bagi Pekerja Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Direksi adalah organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab
penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan
maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di
luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar. Sesuai dengan ketentuan
Pasal 1 angka 4 UUPT. 4
Direksi adalah Organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab
penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan
maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di
luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.
Undang-Undang menentukan dalam pasal 98 ayat (3) UU No. 40 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas, 5 dalam hal anggota Direksi terdiri lebih dari 1
(satu) orang, yang berwenang mewakili Perseroan adalah setiap anggota Direksi,
kecuali ditentukan lain dalam anggaran dasar. Dalam penjelasan pasal 98 ayat (2)
disebutkan, Undang-Undang ini pada dasarnya menganut sistem perwakilan
kolegial, yang berarti tiap-tiap anggota Direksi berwenang mewakili Perseroan.
Namun, untuk kepentingan Perseroan, anggaran dasar dapat menentukan bahwa
Perseroan diwakili oleh anggota Direksi tertentu.
Hal ini berarti perbuatan hukum dapat dilakukan oleh satu orang anggota

Direksi mewakili Direksi untuk dan atas nama Perseroan, sepanjang anggaran
dasar tidak menentukan lain. Berkaitan dengan tanggungjawab direksi maka
pembahasan mengenai direksi berkaitan dengan: 6

4

Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 Pasal 1 Hal 24
Ibid., Pasal 93 ayat 3
6
Rahmad Hendra, http://rahmadhendra.staff.unri.ac.id/files/2013/04/Direksi.pdf terakhir di
akses 28 oktober 2015.
5

Universitas Sumatera Utara

1. Pengertian, Tugas dan Kewenangan Direksi
a. Pengertian Direksi
Direksi adalah Organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab
penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan
maksud dan tujuan Perseroan serta mwakili Perseroan, baik di dalam maupun di

luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.
b. Tugas Direksi
Direksi dalam menjalankan perseroan memiliki, tugas-tugas, yaitu : 7
1) Direksi wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan
tugas pengurusan Perseroan dengan tetap memperhatikan keseimbangan
kepentingan seluruh pihak yang berkepentingan dengan aktivitas
Perseroan
2) Direksi wajib tunduk pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, Anggaran Dasar dan keputusan RUPS dan memastikan seluruh
aktivitas Perseroan telah sesuai dengan ketentuan peraturan-peraturan
perundang-undangan yang berlaku, Anggaran Dasar, keputusan RUPS
serta peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh Perseroan
3) Direksi dalam memimpin dan mengurus Perseroan semata-mata hanya
untuk kepentingan dan tujuan Perseroan dan senantiasa berusaha
meningkatkan efisiensi dan efektivitas Perseroan
4) Direksi senantiasa memelihara dan mengurus kekayaan Perseroan secara
amanah dan transparan. Untuk itu Direksi mengembangkan system
pengendalian internal dan system manajemen resiko secara terstruktural
dan komprehensif
5) Direksi akan menghindari kondisi dimana tugas dan kepentingan

Perseroan berbenturan dengan kepentingan pribadi.
c. Kewajiban Direksi
Kewajiban Direksi di dalam perseroan, yaitu : 8
1) Direksi wajib bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk
kepentingan dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan baik di dalam
maupun di luar pengadilan. Sebagai organ yang wajib bertanggungjawab,
Direksi mempertanggungjawabkan kepengurusan itu kepada RUPS
2) Direksi wajib membuat dan memelihara Daftar Pemegang Saham, Risalah
RUPS dan Risalah Rapat Direksi, menyelenggarakan pembukuan Perseroan;

7
8

Op.Cit., Undang-Undang Perseroan Terbatas. Pasal 97 Hal 26
Ibid., Pasal 100-102. Hal 26.

Universitas Sumatera Utara

melaporkan kepemilikan sahamnya dan keluarga yang dimiliki pada Perseroan
atau Perseroan lain.

3) Direksi wajib menyiapkan laporan tahunan (termasuk pertanggung jawaban
tahunan) untuk RUPS.
4) Direksi wajib memberikan keterangan kepada RUPS mengenai segala sesuatu
yang berkaitan dengan kepentingan perseroan.
5) Direksi menyelenggarakan RUPS tahunan atau RUPS lain yang dianggap perlu
(termasuk melakukan pemanggilan dan lain-lain).
6) Direksi wajib meminta persetujuan RUPS untuk mengalihkan atau menjadikan
jaminan sebagian besar atau seluruh kekayaan Perseroan.
7) Direksi

wajib

menyiapkan

rencana

penggabungan,

peleburan


atau

pengambilalihan untuk diajukan kepada RUPS.

d. Kewenangan Direksi
Direksi memiliki kewenangan, yaitu : 9
1) Direksi berwenang untuk mengusulkan kepada RUPS :
a) Perubahan anggaran dasar
b) Pembelian kembali saham dan pengalihan saham tersebut kepada pihak
lain
c) Penambahan modal
d) Pengurangan modal
e) Penggunaan laba dan pembagian deviden
f) Pembubaran perseroan
2) Direksi berwenang untuk mengatur dan menyelenggarakan kegiatan usaha
Perseroan
3) Direksi berwenang mengelola kekayaan Perseroan
4) Direksi berwenang mewakili Perseroan di dalam dan di luar Pengadilan
5) Direksi berwenang untuk mendapatkan gaji dan tunjangan lainnya sesuai
Anggaran Dasar/Akte Pendirian

9

Ibid., Pasal 98-99. Hal 25.

Universitas Sumatera Utara

6) Direksi berwenang untuk membela diri dalam forum RUPS jika Direksi telah
diberhentikan untuk sementara waktu oleh RUPS/Komisaris
7) Direksi berwenang untuk mengajukan usul kepada Pengadilan Negeri agar
perseroan dinyatakan pailit setelah didahului dengan persetujuan RUPS
2. Tanggung Jawab Direksi
Menurut Pasal 97 ayat (2) UUPT, setiap anggota Direksi bertanggung jawab
penuh secara pribadi atas kerugian Perseroan apabila yang bersangkutan bersalah
atau lalai dalam menjalankan tugasnya.. Apabila Direksi terdiri dari atas 2 (dua)
anggota Direksi atau lebih, tanggung jawab sebagaimana dimaksud diatas, berlaku
secara tanggung renteng bagi setiap anggota Direksi. Berdasarkan Pasal 97 ayat
(3) UUPT, anggota Direksi tidak dapat dipertanggung jawabkan atas kerugian
sebagaimana yang dimaksud diatas, apabila dapat membuktikan: 10
1. Kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya;
2. Telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk

kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan;
3. Tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak langsung
atas tindakan pengurusan yang mengakibatkan kerugian; dan
4. Telah mengambil tindakan untuk mencagah timbul atau selanjutnya kerugian
tersebut.
Dalam hal kepailitan terjadi karena kesalahan atau kelalaian Direksi dan
harta pailit tidak cukup untuk membayar seluruh kewajiban Perseroan dalam
kepailitan tersebut, maka Pasal 104 ayat (2) UUPT mengatur bahwa setiap
anggota Direksi secara tanggung-renteng bertanggung jawab atas seluruh
kewajiban yang tidak terlunasi dari harta pailit tersebut. Tanggung jawab yang
dimaksud diatas, berlaku juga bagi Direksi yang salah atau lalai yang pernah
menjabat sebagai anggota Direksi dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sebelum
putusan pernyataan pailit diucapkan.
Anggota Direksi dapat tidak bertanggung jawab atas kepailitan Perseroan
sebagaimana dimaksud diatas, jika dapat membuktikan bahwa:

10

Ibid., Pasal 104. Hal 27.


Universitas Sumatera Utara

1. Kepailitan tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya;
2. Telah melakukan pengurusan dengan itikad baik, kehati-hatian, dan penuh
tanggung jawab untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan
tujuan Perseroan;
3. Tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak langsung
atas tindakan pengurusan yang dilakukan; dan
4. Telah mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kepailitan
Pentingnya PT (Perseroan Terbatas) melindungi kepentingan/hak-hak
pekerja, pembangunan sosial ekonomi sebagai salah satu pelaksanaan kebijakan
pembangunan nasional telah menghasilkan banyak kemajuan, di antaranya telah
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Kesejahteraan tersebut harus dapat dinikmati
secara berkelanjutan, adil, dan merata menjangkau seluruh rakyat.
Dinamika pembangunan bangsa Indonesia telah menumbuhkan tantangan
berikut tuntutan penanganan berbagai persoalan yang belum terpecahkan. Salah
satunya adalah penyelenggaraan jaminan sosial bagi seluruh rakyat, yang
diamanatkan dalam Pasal 28H ayat (3) mengenai hak terhadap jaminan sosial dan
Pasal 34 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945. 11

Jaminan sosial juga dijamin dalam Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa
tentang Hak Asasi Manusia Tahun 1948 dan ditegaskan dalam Konvensi ILO
Nomor 102 Tahun 1952 yang menganjurkan semua negara untuk memberikan
perlindungan minimum kepada setiap tenaga kerja. Sejalan dengan ketentuan
tersebut, Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia dalam TAP
Nomor X/MPR/2001 menugaskan Presiden untuk membentuk Sistem Jaminan
Sosial Nasional dalam rangka memberikan perlindungan sosial yang menyeluruh
dan terpadu.
Sistem Jaminan Sosial Nasional pada dasarnya merupakan program Negara
yang bertujuan memberi kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Melalui program ini, setiap penduduk diharapkan dapat
11

Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Pasal 28 H Ayat (3)

Universitas Sumatera Utara

memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak apabila terjadi hal-hal yang dapat
mengakibatkan hilang atau berkurangnya pendapatan, karena menderita sakit,
mengalami kecelakaan, kehilangan pekerjaan, memasuki usia lanjut, atau

pensiun.
Selama beberapa dekade terakhir ini, Indonesia telah menjalankan beberapa
program jaminan sosial. Undang-Undang yang secara khusus mengatur jaminan
sosial bagi tenaga kerja swasta adalah Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992
tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK), yang mencakup program
jaminan pemeliharaan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua dan
jaminan kematian.
Sanksi pidana yang ditentukan dalam Pasal 29 Undang-undang Nomor 3
Tahun 1992 berupa kurungan atau denda. Pasal 29 ayat (1) Undang-undang
tersebut selengkapnya menentukan. 12
“Barang siapa tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (1); Pasal 10 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3); Pasal 18 ayat (1), ayat
(2), ayat (3), ayat (4), dan ayat (5); Pasal 19 ayat (2); Pasal 22 ayat (1) dan Pasal
26, diancam dengan hukuman kurungan selama lamanya 6 (enam) bulan atau
denda setinggi tingginya Rp. 50.000 000,- (lima puluh juta rupiah).” Dalam ayat
(2) ditentukan”Dalam hal pengulangan tindak pidana sebagaimana dimaksud
dalam ayat (12) untuk kedua kalinya atau lebih setelah putusan akhir telah
memperoleh kekuatan hukum tetap,maka pelanggaran tersebut dipidana kurungan
selama lamanya 8 (delapan) bulan.”
Tindak pidana sebagaimana tersebut dalam ayat (1) adalah pelanggaran.

Artinya tindak pidana tersebut tidak digolongkan kepada kejahatan, yang ancaman
hukumannya lebih berat.

12

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992, Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Pasal 29

ayat (1).

Universitas Sumatera Utara

Dengan tidak mengurangi ketentuan pidana sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 29 ayat (1) dan ayat (2), menurut Pasal 30 Undang-undang Nomor 3 Tahun
1992, 13 terhadap pengusaha, tenaga kerja, dan Badan Penyelenggara yang tidak
memenuhi ketentuan Undang-undang ini dan peraturan pelaksanaannya dikenakan
sanksi administrasi, ganti rugi, atau denda yang akan diatur dalam Peraturan
Pemerintah. Sanksi sebagaimana tersebut diatas diatur dalam Pasal 47 Peraturan
Pemerintah Nomor 14 tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jamsostek
sebagaimana beberapa kali diubah terakir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 84
Tahun 2010.
Pada intinya Pasal 47 Peraturan Pemerintah tersebut menentukan: 14
1. Pengusaha yang tidak memenuhi ketentuan Pasal 12 ayat (3), Pasal 4, Pasal 5
ayat (1), Pasal 6 ayat (2), Pasal 18 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), dan Pasal 19
serta Pasal 20 ayat (1), dan telah diberikan peringatan tetapi tetap tidak
melaksanakan kewajibannya dikenakan sanksi administrasi berupa pencabutan
ijin usaha.
2. Pengusaha yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 10 ayat (3) dikenakan denda sebesar 2% untuk setiap bulan
keterlambatan yang dihitung dari iuran yang seharusnya dibayar.
3. Badan Penyelenggara yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana diamaksud
dalam Pasal 26 Undang-undang Nomor 3 tahun 1992 dikenakan ganti rugi
sebesar 1% dari jumlah jaminan sebagaimana diatur dalam Peraturan
Pemerintah ini,untuk setiap hari keterlambatan dan dibayarkan kepada tenaga
kerja yang bersangkutan.
Gambaran Tentang hak-hak pekerja/buruh menurut Undang-Undang Nomor
13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Pasal 1 yang dimaksud dengan : 15
a. Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu
sebelum, selama, dan sesudah masa kerja.
b. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun
untuk masyarakat.
c. Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan
dalam bentuk lain.

13

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, Tentang Ketenagakerjaan. Pasal 1
Ibid., Pasal 47.
15
Ibid., Pasal 1.
14

Universitas Sumatera Utara

Salah satu hak pekerja tersebut adalah hak untuk mendapat jaminan
keselamatan jiwa selama bekerja yang dulunya dikemas dalam 1 paket yang
dikenal dengan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) yang diatur dalam: 16
6. Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan
dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena
hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan
berangkat dari rumah menuju tempat kerja, dan pulang ke rumah melalui jalan
yang biasa atau wajar dilalui.
7. Cacad adalah keadaan hilang atau berkurangnya fungsi anggota
badan yang secara langsung atau tidak langsung mengakibatkan hilang
atau berkurangnya kemampuan untuk menjalankan pekerjaan.
8.

Sakit

adalah

setiap

gangguan

kesehatan

yang

memerlukan

pemeriksaan, pengobatan, dan/atau perawatan.
9.

Pemeliharaan

kesehatan

adalah

upaya

penanggulangan

pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan

dan

pemeriksaan,

pengobatan, dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan
Gambaran tentang pentingnya asuransi jiwa bagi pekerja atas amanat
Undang-Undang Jaminan Sosial Nasional dan Undang-Undang BPJS saat ini
perusahaan wajib memproteksi pekerja atau buruhnya dengan Jaminan
Ketenagakerjaan (BPJS Ketenagakerjaan) dan Jaminan Kesehatan (BPJS
Kesehatan).
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial adalah badan hukum yang dibentuk

untuk menyelenggarakan program jaminan sosial. Jaminan sosial adalah salah
satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat
memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.

16

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992. Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Pasal 1
angka 6-9.

Universitas Sumatera Utara

Sistem Jaminan Sosial Nasional diselenggarakan berdasarkan asas
kemanusiaan, asas manfaat, dan asas keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. bertujuan untuk memberikan jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar
hidup yang layak bagi setiap peserta dan/atau anggota keluarganya.
Peserta yang mengalami kecelakaan kerja berhak mendapatkan manfaat
berupa pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medisnya dan mendapatkan
manfaat berupa uang tunai apabila terjadi cacat total tetap atau meninggal dunia.
Manfaat jaminan kecelakaan kerja yang berupa uang tunai diberikan sekaligus
kepada ahli waris pekerja yang meninggal dunia atau pekerja yang cacat sesuai
dengan tingkat kecacatan.
Untuk jenis-jenis pelayanan tertentu atau kecelakaan tertentu, pemberi kerja
dikenakan biaya.
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 Pasal 9, yaitu: 17
(1)BPJS Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf a
berfungsi menyelenggarakan program jaminankesehatan.
(2)BPJS Ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf b
berfungsi menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja, program
jaminan kematian, program jaminan pensiun, dan jaminan hari tua
a. Mengumpulkan dan mengelola data Peserta program Jaminan Sosial;
b. Membayarkan Manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan sesuai
dengan ketentuan program Jaminan Sosial; dan
c. Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program Jaminan
Sosial kepada Peserta dan masyarakat

B. Permasalahan
Adapun rumusan masalah yang akan penulis bahas pada skripsi ini antara
lain:
1. Bagaimana syarat dan mekanisme pemberian asuransi jiwa kepada
pekerja PT Daya Labuhan Indah?
17

Ibid., Pasal 9

Universitas Sumatera Utara

2. Bagaimana Tanggung Jawab Direksi PT. Daya Labuhan Indah dalam hal
tidak dipenuhinya asuransi jiwa pekerja PT daya Labuhan Indah?
3. Apa akibat hukum bagi pekerja PT. Daya Labuhan Indah yang tidak
memiliki asuransi jiwa
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui dan memahami secara menyeluruh tentang syarat dan
mekanisme pemberian asuransi jiwa kepada pekerja PT Daya Labuhan
Indah
2. Mengetahui dan mengerti tanggung jawab Direksi PT. Daya Labuhan
Indah apabila tidak terpenuhinya asuransi jiwa pekerja PT. Daya
Labuhan Indah
3. Mampu menguraikan dan menjelaskan apa saja akibat hukum yang di
timbulkan apabila pekerja PT. Daya labuhan Indah tidak memiliki
asuransi jiwa dalam hal ini asuransi sebagai pekerja

D. Manfaat Penulisan
Dengan menyelesaikan penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberi
manfaat manfaat sebagai berikut:
1. Dari segi teoritis
Diharapkan bahwa pembahasan terhadap masalah - masalah dalam penulisan
skripsi ini dapat memberikan sumbangan pemikiran serta informasi dan
pemahaman yang lebih mendalam untuk melaksanaan pemenuhan asuransi bagi
para pekerja pada Perseroan Terbatas, guna menciptakan regulasi yang jelas
terhadap semua Perseroan Terbatas pada umumnya.
2. Dari segi praktis
Dari segi praktis skripsi ini diharapkan dapat dijadikan pedoman dan
tuntunan/bahan rujukan bagi rekan mahasiswa, masyarakat, praktisi hukum,
pelaku bisnis, serta pemerintah dalam hal menambah khasanah ilmu pengetahuan
tentang direksi (pengangkatan, kedudukan, tanggung jawab, kewenangan) serta

Universitas Sumatera Utara

tentang Asuransi Jiwa (dasar hukum, jenis-jenis, prinsip, tujuan, fungsi dan
manfaat asuransi Jiwa) dalam hal ini pada para pekerja
E. Metode Penulisan
Agar penulisan skripsi ini dapat dilakukan secara sistematis dan dapat
dipertanggung jawabkan secara ilmiah maka perlu ditentukan metode penulisan
sesuai dengan rumusan masalah yang ditetapkan
1. Jenis dan Sifat Penelitian
Jenis

penelitian

yang

digunakan

dalam

menjawab

permasalahan-

permasalahan dalam pembahasan skripsi ini adalah menggunakan penelitian
normatif-empiris.

Penelitian

normatif-empiris

pada

dasarnya

merupakan

penggabungan antara pendekatan hukum normatif dengan adanya penambahan
berbagai unsur empiris. Dimana langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian
hukum normatif-empiris ini
Penelitian ini memiliki sifat sebagai penelitian deskriptif. Penelitian
deskriptif

adalah

salah

satu

jenis

metode

penelitian

yang

berusaha

menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya. Penelitian
Deskriptif ini juga sering disebut noneksperimen, karena pada penelitian ini
peneliti tidak melakukan kontrol dan manipulasi variabel penelitian. Dengan
penelitian metode deskriptif, memungkinkan peneliti untuk melakukan hubungan
antar

variabel,

menguji

hipotesis,

mengembangkan

generalisasi,

dan

mengembangkan teori yang memiliki validitas universal 18.
Di samping itu, penelitian deskriptif juga merupakan penelitian dimana
pengumpulan data untuk mengetes pertanyaan penelitian atau hipotesis yang
berkaitan dengan keadan dan kejadian sekarang. Mereka melaporkan keadaan
objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan apa adanya.

18

Ridwan A.Z http://ridwanaz.com/umum/bahasa/pengertian-penelitian-deskriptif/ terakhir
di akses 12 januari 2016

Universitas Sumatera Utara

Pada

umumnya

tujuan

utama

penelitian

deskriptif

adalah

untuk

menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek dan subjek yang
diteliti secara tepat. Dalam perkembangannya, akhir-akhir ini metode penelitian
deskriptif banyak digunakan oleh peneliti karena dua alasan. Pertama, dari
pengamatan empiris didapat bahwa sebagian besar laporan penelitian dilakukan
dalam bentuk deskriptif.
Kedua, metode deskriptif sangat berguna untuk mendapatkan variasi
permasalahan yang berkaitan dengan bidang pendidikan maupun tingkah laku
manusia.
Di samping kedua alasan tersebut di atas, penelitian deskriptif pada
umumnya menarik bagi para peneliti muda, karena bentuknya sangat sederhana
dengan mudah dipahami tanpa perlu memerlukan teknik statiska yang kompleks.
Walaupun sebenarnya tidak demikian kenyataannya. Karena penelitian ini
sebenarnya juga dapat ditampilkan dalam bentuk yang lebih kompleks, misalnya
dalam penelitian penggambaran secara faktual perkembangan sekolah, kelompok
anak, maupun perkembangan individual.
Penenelitian deskriptif juga dapat dikembangkan ke arah penenelitian
naturalistic yang menggunakan kasus yang spesifik malalui deskriptif mendalam
atau dengan penelitian seting alami fenomenologis dan dilaporkan secara thick
description (deskripsi mendalam) atau dalam penelitian ex-postfacto dengan
hubungan antarvariabel yang lebih kompleks.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di PT Daya Labuhan Indah, kecamatan bilah
hilir labuhan batu, Sumatera Utara.
3. Data dan Sumber Data
Bahan-bahan yang digunakan dalam skripsi ini meliputi data primer dan
sekunder

Universitas Sumatera Utara

a. Data Primer dengan cara wawancara pada PT. Daya Labuhan Indah
Yaitu data yang di peroleh dan di kumpulkan langsung dari responden
(penelitian) yang data primer ini di peroleh antara lain

melalui wawancara

langsung dengan pihak PT. Daya labuhan Indah. Dalam hal ini narasumber yang
memiliki kewenangan dalam memberikan informasi dan data yang diperlukan
dalam melengkapi Skripsi.
b. Data Sekunder yang di dapat dari data pustaka buku, jurnal hsail
penelitian dan lain-lain.
Data sekunder adalah data yang di peroleh melalui data yang telah diteliti
dan di kumpulkan oleh pihak lain yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.
Yang data nya antara lain di peroleh melalui studi kepustakaan.
a. Bahan hukum Primer, yaitu bahan hukum primer dalam penulisan skripsi
ini bersumber dari dokumen peraturan yang mengikat dan ditetapkan
pihak yang berwenang, yang mana dalam penulisan skripsi ini dokumen
tersebut bersumber dari Undang-Undang.
b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan
mengenai bahan hukum primer, seperti Rancangan Undang Undang
(RUU), hasil-hasil penelitian dan pendapat para ahli hukum.
c. Bahan hukum tertier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder
seperti kamus hukum, ensiklopedia
4. Analisis Data
Penulis menggunakan penulisan kualitatif yaitu 19, merupakan metode baru
karena popularitasnya belum lama, metode ini juga dinamakan postpositivistik
karena berlandaskan pada filsafat post positifisme, serta sebagai metode artistic
karena proses penelitian lebih bersifat seni (kurang terpola), dan disebut metode
interpretive karena data hasil peneletian lebih berkenaan dengan interprestasi
19

http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:8MLkmCvaFGIJ:https://afidburh
anuddin.wordpress.com/2013/05/21/penelitian-kuantitatif-dan-kualitatif/+&cd=1&hl=en&ct=clnk,
terakhir di akses 2 januari 2016.

Universitas Sumatera Utara

terhadap data yang di temukan di lapangan.metode penelitian kuantitatif dapat di
artikan sebagai metode penelitian yang di gunakan untuk meneliti pada populasi
atau sampel tertentu,pengumpulan data menggunakan instrument penelitian,
analisis data bersifat kuantitatif/statistic, dengan tujuan untuk menguji hipotesis
yang teleh di tetapkan.
Metode penelitian kualitatif sering di sebut metode penelitian naturalistik
karena penelitianya di lakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting), di
sebut juga metode etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak di
gunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya.
Metode penelitian kualitatif juga merupakan metode penelitian yang lebih
menekankan pada aspek pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah
dari pada melihat permasalahan untuk penelitian generalisasi. Metode penelitian
ini lebih suka menggunakan teknik analisis mendalam ( in-depth analysis ), yaitu
mengkaji masalah secara kasus perkasus karena metodologi kulitatif yakin bahwa
sifat suatu masalah satu akan berbeda dengan sifat dari masalah lainnya.
Menurut teori penelitian kualitatif, agar penelitinya dapat betul-betul
berkualitas, maka data yang dikumpulkan harus lengkap, yaitu berupa data primer
dan data sekunder. Data primer adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata
yang diucapkan secara lisan,gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan oleh subjek
yang dapat dipercaya, dalam hal ini adalah subjek penelitian (informan) yang
berkenaan dengan variabel yang diteliti. Sedangkan data sekunder adalah data
yang diperoleh dari dokumen-dokumen grafis (tabel, catatan, notulen rapat, dll),
foto-foto, film, rekaman video, benda-benda, dan lain-lainyang dapat memperkaya
data primer.
F. Keaslian Penulisan
Skripsi yang berjudul “Tanggung jawab Direksi PT. Daya Labuhan Indah
Dalam Pemenuhan Asuransi Jiwa Pekerja” ini disusun berdasarkan pengumpulan
bahan-bahan baik berupa data hasil wawancara pengumpulan data maupun

Universitas Sumatera Utara

berdasarkan pengumpulan bahan-bahan baik berupa bahan pustaka, undangundang dan artikel-artikel terkait yang diperoleh dari perpustakaan, media cetak,
atau media elektronik.
Sehubungan

dengan

keaslian

judul

ini,

penulis

telah

melakukan

pemeriksanaan pada perpustakaan fakultas hukum Universitas Sumatera Utara
sebagai bentuk pembuktian bahwa judul skripsi ini belum pernah di tulis oleh
orang lain di Fakultas Hukum USU ataupun di Fakultas Hukum Universitas atau
perguruan Tinggi lain di wilayah Republik Indonesia. Dengan demikian keaslian
penulisan skripsi ini dapat dipercaya dan dapat dipertanggung jawabkan.
G. Sistematika Penulisan
Penulisan karya ilmiah yang baik adalah karya ilmiah yang disusun secara
sistematis untuk mempermudah penulisan skripsi ini sehingga tersusun secara
sistematis maka penulisan skripsi ini dibagi menjadi beberapa bab yang saling
berkaitan satu dengan yang lain.
Skripsi ini terdiri dari 5 BAB, dimana masing masing bab terdiri dari
beberapa sub bab yang disesuaikan dengan kebutuhan penulis dan pembahasan
sesuai yang dimaksudkan. Berikut ini garis besar / sistematika dari penulisan
skripsi ini, yaitu:
BAB I: Pendahuluan, dalam bab ini diuraikan segala hal yang umum dalam
sebuah karya ilmiah yang merupakan kata pengantar dimana didalamnya terdiri
dari dan terurai mengenai Latar Belakang Penulisan Skripsi, Perumusan Masalah,
Tujuan dan Manfaat Penulisan, Tinjauan Kepustakaan, Metode Penulisan,
Keaslian Penulisan, dan Sistematika Penulisan.
BAB II : Gambaran Umum Tentang Perseroan Terbatas, dimana di dalam
nya terdiri atas Pengertian dan Kedudukan Direksi pada Perseroan Terbatas, Tata
Cara pemilihan dan Kedudukan Direksi pada Perseroan Terbatas, Kewenangan
Ditreksi pada Perserosn Terbatas, Direksi Sebagai Pengurus dan Wakil Perseroan
Terbatas

Universitas Sumatera Utara

BAB III: Tinjauan Jaminan Kematian pekerja, dimana pada bab III ini
terdapat sub judul antara lain Pengertian dan Dasar Hukum Jaminan Kematian,
BPJS sebagai pengelolahg Jaminan Kematian (Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2011, Jaminan Kematian sebagai bagian dari BPJS Ketenagakerjaan (PP No 44
Tahun 2015) dan Tujuan, Fungsi dan Manfaat Jaminan Kematian.
BAB IV: Tanggung Jawab Direksi dalam Pemenuhan Jaminan Kematian PT.
Daya Labuhan Indah Syarat dan mekanisme pemberian Jaminan Kematian pekerja
PT. daya Labuhan Indah, Tanggung jawab Direksi PT. Daya Labuhan Indah
dalam hal tidak dipenuhinya Jaminan Kematian PT. Daya labuhan Indah., Akibat
hukum apabila pekerja PT. daya Labuhan Indah tidak Jaminan Kematian.
BAB V: Kesimpulan dan Penutup bab ini merupakan bab akhir yang berisi
kesimpulan dan penutup dari segala rangkaian bab-bab sebelumnya, yang dibuat
berdasarkan uraian skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara