Tanggung Jawab Direksi PT. Daya Labuhan Indah Dalam Pemenuhan Jaminan Kematian Bagi Pekerja Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015 Chapter III V

BAB III
TINJAUAN UMUM TENTANG JAMINAN KEMATIAN DALAM
KERANGKA BPJS KETENAGAKERJAAN

A. DASAR HUKUM DAN PENGERTIAN JAMINAN KEMATIAN
Dewasa ini peran serta pekerja dalam pembangunan nasional semakin
meningkat demikian pula halnya penggunaan teknologi diberbagai sektor kegiatan
usaha yang dapat mengakibatkan semakin tingginya resiko yang dapat
mengancam keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan tenaga kerja, sehingga
perlu upaya peningkatan perlindungan tenaga kerja yang dapat memberikan
ketenangan kerja sehingga dapat memberikan kontribusi positif terhadap usaha
peningkatan disiplin dan produktivitas tenaga kerja. 70
Setiap pekerja/buruh dan keluarganya berhak untuk memperoleh jaminan
sosial tenaga kerja. 71 Dari sisi pengusaha juga diwajibkan menyediakan fasilitas
kesejahteraan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan buruh/pekerja
dan keluarganya, yang mana pelaksanaanya dilihat dari kebutuhan pekerja/buruh
dan ukuran kemampuan perusahaan. 72
Pada hakikatnya program jaminan sosial tenaga kerja dimaksudkan untuk
memberikan kepastian berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga
sebagai pengganti sebagian atau seluruhnya penghasilan yang hilang. Disamping
itu program jaminan sosial tenaga kerja mempunyai beberapa aspek antara lain: 73

a. Memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan hidup
minimal bagi tenaga kerja beserta keluarganya,
70

Lalu Husni, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, (Jakarta: Rajagrafindo
Persada,2001), hal 116.
71
Lihat Pasal 99 ayat (1), Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketengakerjaan.
72
Ibid, Pasal 100 ayat (1) dan ayat (2),.
73
Asri Wijayanti, Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, (Jakarta: Sinar Grafika,
2009), hal 122.

Universitas Sumatera Utara

b. Merupakan penghargaan kepada tenaga kerja yang telah menyumbangkan
tenaga dan pikirannya kepada perusahaan tempatnya bekerja.
Penyelenggara program jaminan sosial merupakan salah satu tanggung

jawab dan kewajiban negara untuk memberikan perlindungan sosial ekonnomi
kepada masyarakat Indonesia, mengembangkan program jaminan sosial
berdasarkan funded social security, yaitu jaminan sosial yang didanai oleh peserta
dan masih terbatas pada masyarakat pekerja di sektor formal. 74
Hal tersebut menjadi salah satu lahirnya PT. Jamsostek yang memiliki
landasan hukum Undang-undang Nomor 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial
Tenaga Kerja dan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 36 tahun 1995
ditetapkanlah PT. Jamsostek sebagai badan penyelenggara jaminan sosial tenaga
kerja. Program Jamsostek memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi
kebutuhan minimal bagi tenaga kerja dan keluarganya, dengan memberikan
kepastian berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga sebagai
pengganti sebagian atau seluruhnya penghasilan yang hilang akibat resiko sosial.
Pada akhir tahun 2004, pemerintah juga meneribtkan Undang-undang
Nomor 40 Tahun 2004 tentang Tentang Sistem Jaminan Nasional, yang
berhubungan dengan Amandemen UUD 1945 dengan perubahan pada pasal 34
ayat (2), dimana Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) telah mengesahkan
Amandemen tersebut, yang kini berbunyi, “Negara mengembangkan sistem
jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah
dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan”. Manfaat perlindungan
tersebut dapat memberikan rasa aman kepada pekerja sehingga dapat lebih

berkonsentrasi dalam meningkatkan motivasi maupun produktivitas kerja. 75

74
75

www. Jamsostek.go.id, seperti dikutip oleh Ibid.
Ibid, hal 123.

Universitas Sumatera Utara

Benda-Beckmann mengemukakan konsep umum tentang jaminan sosial
adalah sebagai berikut: 76
Social security refers to the social phenomena with which the abstract
domain of social security is filled, efforts of individuals, groups of
individuals and organizations to overcome insecurities relate to their
existence, that is, concering food and water, shelter, care and physical dan
mental health, education and income, to the extent that the contingencies
are not considered a purely individual responsibility, as well as intended
and unintended consequences of these efforts.
Jaminan sosial mengacu pada gejala-gejala sosial yang mengisi ranah

jaminan sosial yang abstrak, yaitu upaya-upaya individu, kelompokkelompok perorangan dan organisasi untuk menanggulangi ketidakpastian
yang menyangkut eksistensi mereka, yaitu, yang berkenaan dengan air dan
makanan, tempat perlindungan, pemeliharaan dan kesehatan fisik secara
mental, pendapatan dan pendidikan, selama kemungkinan itu tidak
dianggap sebagai tanggung jawab perseorangan semata, dan juga
konsekuensi-konsekuensi yang dimaksud maupun tidak dimaksud dari
upaya-upaya tersebut.
Menurut imam soepomo, Konsep perlindungan tenaga kerja : 77
a. Perlindungan Ekonomis
Yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk penghasilan yang cukup,
termasuk bila tenaga kerja tidak mampu bekerja diluar kehendaknya.
b. Perlindungan Sosial
Yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk jaminan kesehatan kerja,
dan kebebasan berserikat dan perlindungan hak untuk berorganisasi.
c. Perlindungan Teknis
76

Anne Friday, Hubungan Perburuhan di Sektor Informal, (Bandung: Safaria Akatiga,
2003), hal 67.
77

Andi Fariana, Aspek Legal Sumner Daya Manusia Menurut Hukum Ketenagakerjaan,
(Jakarta: Mitra Wacana Media, 2012), hal 39.

Universitas Sumatera Utara

Yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk keamanan dan keselamatan
kerja.

Jaminan sosial tenaga kerja adalah jaminan yang menjadi hak tenaga kerja
berbentuk tunjangan berupa uang, pelayanan dan pengobatan yang merupakan
pengganti penghasilan yang hilang atau berkurang sebagai akibat peristiwa atau
keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil,
bersalin, hari tua, meninggal dunia dan mengganggur. Oleh karena jangkauan
program jaminan sosial tenaga kerja sangat luas. Maka penyelenggaraannya
dilakukan secara bertahap, dengan sendirinya bagi perusahaan yang belum
menjadi peserta asuransi sosial tenaga kerja jaminan-jaminan tersebut tetap
menjadi tanggung jawab perusahaan itu sendiri. 78
Pengusaha diizinkan untuk tidak mengikuti salah satu dari program jaminan sosial
tenaga kerja dengan syarat program jaminan sosial bagi pekerjanya telah
dilakukan dengan lebih baik dibandingkan program yang diselenggarakan oleh

pihak penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja. 79
Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah sebuah sistem jaminan sosial yang
ditetapkan di Indonesia dalam Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004, yang mana
jaminan sosial ini adalah salah satu bentuk perlindungan sosial yang
diselenggarakan oleh Negara Kesatuan Republik Indonesia guna menjamin warga
negaranya untuk memenuhi kebutuhan hidup dasar yang layak, sebagaimana
dalam Deklarasi PBB tentang Hak Asasi Manusia (HAM) tahun 1948 dan
Konvensi ILO Nomor 102 Tahun 1952. Kehadiran Undang-undang Sistem
Jaminan Sosial Nasional tersebut untuk menggantikan program-program jaminan
sosial yang sebelumnya ada (Askes, Jamsostek, Taspen dan Asabri) yang dinilai
kurang berhasil memberikan manfaat berarti kepada penggunanya, karena jumlah
pesertanya kurang, jumlah nilai manfaat program kurang memadai, dan kurang
78

Sendjun H.Manullang, Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia, (Jakarta:
Rineke Cipta, 2012), hal 131.
79
Andi Fariana, Op Cit, hal 38.

Universitas Sumatera Utara


baiknya tata kelola manajemen program tersebut. Program-program yang dikelola
oleh Sistem Jaminan Sosial Nasional tersebut antara lain adalah Jaminan Hari Tua
(JHT), Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JK) dan Asuransi
kesehatan nasional, yang mencakup seluruh warga negara Indonesia, tidak peduli
apakah mereka pekerja sektro formal, informal, maupun wiraswastawan. 80
Sistem Jaminan Sosial Nasional dibuat sesuai dengan “paradigma tiga
pilar” yang direkomendasikan oleh Organisasi Perburuhan Internasional (ILO),
yaitu: 81
a. Program bantuan sosial untuk anggota masyarakat yang tidak mempunyai
sumber keuangan atau akses terhadap pelayanan yang dapat memenuhi
kebutuhan pokok mereka. Bantuan ini diberikan kepada anggota
masyarakat yang terbukti mempunyai kebutuhan mendesak, pada saat
terjadi bencana alam, konflik sosial, menderita penyakit, atau kehilangan
pekerjaan. Dana bantuan ini diambil dari APBN dan dana masyarakat
setempat.
b. Program asuransi sosial yang bersifat wajib, dibiayai oleh iuran yang
ditarik dari perusahaan dan pekerja. Iuran ini harus dibayar oleh peserta
ditetapkan berdasarkan tingkat pendapatan/gaji, dan berdasarkan suatu
standar hidup minimum yang berlaku di masyarakat.

c. Asuransi yang ditawarkan oleh sektor swasta secara sukarela, yang dapat
dibeli oleh peserta apabila mereka ingin mendapat perlindungan sosial
lebih tinggi daripada jaminan sosial yang mereka peroleh dari iuran wajib.
Iuran untuk program asuransi swasta ini berbeda menurut analisis resiko
dari setiap peserta.
Sistem Jaminan Sosial Nasional bertujuan untuk memberikan jaminan
terpenuhinya kebutuhan dasar yang layak bagi setiap peserta dan/atau anggota

80

http://Wikipedia.com/sistem-jaminan-nasional.html (diakses pada 13 Januari 2016, pukul
20.04 wib)
81
Ibid

Universitas Sumatera Utara

keluarganya. 82 Sistem Jaminan Sosial Nasional diselenggarakan berdasarkan pada
prinsip: 83
a. Kegotong-royongan, maksudnya adalah peserta yang lebih mampu akan

membantu peserta yang kurang mampu, peserta yang mempunyai resiko
lebih kecil akan membantu peserta yang memiliki resiko lebih besar, dan
mereka yang sehat akan membantu yang sakit.
b. Nirlaba, maksudnya adalah dana amanah ini harus bersifat nirlaba dan
dipergunakan untuk memenuhi jaminan sosial seluruh peserta.
c. Keterbukaan, maksudnya adalah pengurangan resiko, akuntabilitas,
efesiensi dan efektifitas, sehingga dana pengelolaan ini akan digunakan
sebagai dasar pengelolaan program Jamsosnas.
d. Kehati-hatian,
e. Akuntabilitas,
f. Potabilitas, maksudnya adalah peserta akan terus menjadi anggota program
jaminan sosial nasional tanpa memperdulikan besar pendapatan dan status
kerja pekerja, dan akan terus menerima manfaat tanpa memperdulikan
besar pendapatan dan status keluarga peserta sepanjang memenuhi criteria
tertulis untuk menerima manfaat program tersebut.
g. Kepersertaan bersifat wajib, maksudnya adalah seluruh penduduk
Indonesia secara bertahap akan diwajibkan untuk berpartisipasi dalam
program jaminan sosial nasional.
h. Amanat, maksudnya adalah dana yang dikumpulkan dari peserta akan
dikelola oleh beberapa badan penyelengara jaminan sosial dalam sebuah

dana amanah yang akan dipergunakan semaksimal mungkin untuk
meningkatkan kesejahteraan seluruh pesrta.
i. Hasil pengelolaan dana Jaminan Sosial Nasional dipergunakan seluruhnya
untuk pengembangan program dan untuk sebesar-besar kepentingan
peserta. 84
82

Lihat Pasal 3, Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional.
83
Ibid, Pasal 4.

Universitas Sumatera Utara

Adapun jenis program Jaminan Sosial meliputi : 85
a. Jaminan Kesehatan,
b. Jaminan Kecelakaan Kerja,
c. Jaminan Hari Tua,
d. Jaminan Pensiun, dan
e. Jaminan Kematian.

Jaminan kematian adalah manfaat uang tunai yang dterima oleh ahli waris
pekerja ketika pekerja tersebut meninggal dunia bukan akibat dari kecelakaan
kerja. 86 Ruang lingkup kecelakaan pada waktu kerja meliputi: 87
a. Pada waktu kerja


Yang termasuk dalam kecelakaan pada waktu kerja adalah
kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan dari rumah menuju ke
tempat kerja atau pulang dari tempat kerja ke rumah melalui jalan



yang biasa di tempuh dan wajar.
Kecelakaan yang terjadi pada waktu melakukan pekerjaan sesuai
dengan tugas, kewajiban dan tanggungjawab sehari-hari yang
diberikan oleh perusahaan di tempat kerja maupun di luar tempat



kerja selama waktu kerja.
Kecelakaan yang terjadi di luar jam kerja tetapi masih dalam waktu
kerja seperti jam istirahat sebagaimana diatur dalam undang-



undang.
Kecelakaan yang terjadi dalam tugas di luar kota/negeri yaitu
selama perjalanan dari rumah/tempat kerja menuju ke tempat dan
perjalanan pulang kembali sesuai dengan surat tugas yang
diberikan dan selama menjalankan/pekerjaan di tempat tujuan.
Semua

kecelakaan

kerja

yang

terjadi

di

tempat

84

Wkipedia, Op Cit.
Ibid, Pasal 18.
86
Lihat pasal 1 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015 Tentang Program
Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian.
87
Asri Wijayanti, Op Cit, hal 128-129.
85

Universitas Sumatera Utara

penugasan/pendidikan merupakan kecelakaan kerja, di luar itu
yang termasuk kecelakaan kerja hanya terbatas selama yang
bersangkutan berangkat dari tempat penginapan/pemondokan
menuju ke tempat kerja sampai pulang kembali, kecuali dapat
dibuktikan bahwa kecelakaan yang terjadi di luar pengertian
tersebut ada hubungannya dengan tugas dan tanggungjawab yang


bersangkutan.



harus dibuktikan dengan surat perintah lembur.

Kecelakaan yang terjadi pada waktu melakukan kerja lembur yang

Perkelahian di tempat kerja dapat dianggap kecelakaan kerja.

b. Di luar waktu kerja




Kecelakaan yang terjadi pada waktu melaksanakan kegiatan
olahraga yang harus dibuktikan dengan surat tuga dari perusahaan.
Kecelakaan yang terjadi pada waktu mengikuti pendidikan yang
merupakan tugas dari perusahaan dan haru dibuktikan dengan surat
tugas. Kecelakaan yang terjadi di sebuah perkemahan yang berda
di lokasi kerja ( basecamp, jurnal diluar jam kerja dan di luar
waktu kerja ( tidur, istirahat )). Serta yang bersangkutan bebas dari
setiap urusan pekerjaan. Jika kecelakaan terjadi di luar radius
HPH/areal/lokasi harus ada surat tugas.

c. Meninggal

mendadak,

suatu

kasus

meninggal

mendadak

dapat

dikategorikan akibat kecelakaan dalam hubungan kerja akibat tenaga kerja
karana suatu alasan, baik di lokasi kerja maupun dalam perjalanan menuju
dan dari lokasi kerja, tanpa sempat mengalami rawat inap atau mengalami
rawat inap, tetapi tidak melebihi 24 jam terhitung sejak pada jam di tangan
dokter/paramedis, langsung meninggal dunia.
Sehingga yang termasuk di dalam keadaan meninggal bukan pada waktu
kerja adalah keadaan-keadaan yang berada di luar dari ketentuan di atas.

Universitas Sumatera Utara

Jaminan

kematian

diselenggarakan

secara

nasional

berdasarkan

berdasarkan prinsip asuransi sosial dengan tujuan untuk memberikan santunan
kematian yang dibayarkan kepada ahli waris pekerja yang meninggal dunia. 88

B. BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS) SEBAGAI
PENGELOLA JAMINAN KEMATIAN.
Badan penyelenggara jaminan sosial adalah badan hukum yang dibentuk
untuk menjalankan program jaminan sosial. 89 Badan penyelenggara jaminan
sosial harus dibentuk melalui undang-undang. 90 Pada era/jaman tersebut,
berdasarkan Undang-undang Sistem Jaminan Sosial Nasional, badan hukum yang
dibentuk untuk melakukan pengelolaan terhadap Dana Jaminan Sosial Nasional
adalah : 91
a. Perusahaan

Perseroan

(Persero)

Jaminan

Sosial

Tenaga

Kerja

(JAMSOSTEK)
b. Perusahaan Perseroan (Persero) Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai
Negeri (TASPEN)
c. Perusahaan Perseroan (Persero) Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata
Republik Indonesia (ASABRI)
d. Perusahaan Perseroan (Persero) Asuransi Kesehatan Indonesia (ASKES)
Namun undang-undang tidak memberikan batasan terhadap dibentuknya lagi
badan penyelenggara jaminan sosial tersebut, dikarenakan apabila dibutuhkan
maka dapat dibentuk badan penyelenggara jaminan sosial yang baru dengan
undang-undang. 92

88

Op Cit, Pasal 43 ayat (1) dan (2), Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional.
89
Ibid., Pasal 1 ayat (6),
90
Ibid., Pasal 5 ayat (1),
91
Ibid., Pasal 5 ayat (3),
92
Lihat Pasal 5 ayat (4),

Universitas Sumatera Utara

Sebelumya pada tanggal 17 Februari 1992 telah dikeluarkan Undangundang Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Adapun
yang menjadi pertimbangan dari dikeluarkannya Undang-undang Jaminan Sosial
Tenaga Kerja tersebut antara lain dengan adanya pembangunan nasional dalam
rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat
Indonesia seluruhnya, untuk mewujudkan suatu masyarakat yang sejahtera, adil,
makmur, dan merata, baik materill maupun spiritual guna memberikan bagi
pekerja yang melaksanakan pekerjaannya, baik dalam hubungan kerja maupun di
luar hubungan kerja, sehingga untuk mencapai hal tersebut diperlukan undangundang yang mengatur tentang jaminan sosial tenaga kerja. 93
Dengan ditetapkannya Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional, bangsa Indonesia telah memiliki Sistem Jaminan
Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan tujuan sistem jaminan
sosial nasional perlu dibentuk badan penyelenggara yang berbentuk badan hukum
publik berdasarkan prinsip kegotongroyongan, nirlaba, keterbukaan, kehati-hatian,
akuntabilitas, portabilitas, kepesertaan bersifat wajib, dana amanat, dan hasil
pengelolaan Dana Jaminan Sosial dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan
program dan untuk sebesar-besarnya kepentingan peserta sehingga pada tanggal
25 November 2011 dikeluarkan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
Pembentukkan Undang-undang Tentang Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial ini merupakan pelaksanaan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004
Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, setelah putusan Mahkamah Konstitusi
terhadap perkara Nomor 007/PUU-III/2005, guna memberikan kepastian hukum
bagi pembentukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ini (BPJS) untuk
melaksanakan program jaminan sosial di seluruh Indonesia. Undang-undang BPJS
ini merupakan pelaksanaan dari Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 52 Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional yang
mengamanatkan pembentukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dan
93

Asri Wijayanti, Op Cit, Hal 125.

Universitas Sumatera Utara

transformasi kelembagaan PT Askes (Persero), PT Jamsostek (Persero), PT
TASPEN (Persero), dan PT ASABRI (Persero) menjadi Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial. Transformasi tersebut diikuti dengan adanya pengalihan peserta,
program, aset dan liabilitas, pegawai, serta hak dan kewajiban. 94
Dengan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang BPJS dibentuk 2
(dua) Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, yaitu Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) Kesehatan dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Ketenagakerjaan yang meyelenggarakan program-program yang sebelumnya
dilaksnakan oleh PT (Persero) Jamsostek, yaitu program jaminan kecelakaan
kerja, jaminan kematian, jaminan hari tua dan jaminan pension. Dengan
terbentuknya kedua BPJS tersebut jangkauan kepesertaan program jaminan sosial
diperluas secara bertahap.
Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional memberikan amanat bahwa untuk melakukan pengurusan terhadap Dana
Sosial wajib dikelola dan dikembangkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial secara optimal dengan mempertimbangkan aspek likuiditas, solvabilitas,
kehati-hatian, keamanan dana, dan hasil yang memadai. 95 Sehingga terhadap
Badan

Penyelenggara

Jaminan

Sosial

dilakukan

pengawasan

terhadap

pengelolaan keuangan oleh instansi yang berwenang sesuai denga ketentuan
peraturan perundang-undangan. 96
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) sesuai dengan ketentuan
Undang-Undang Tentang BPJS pasal 5, merupakan badan hukum publik yang
bertanggung jawab langsung kepada Presiden. 97

94

Lihat Penjelasan Umum, Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
95
Op Cit., Pasal 47 ayat (1), Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional.
96
Ibid, Pasal 51.
97
Op Cit., Pasal 7 ayat (1) dan ayat (2), Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.

Universitas Sumatera Utara

BPJS ketenagakerjaan yang menggantikan peran PT (Pesero) Jamsostek
dalam melakukan pengelolaan terhadap program-program jaminan sosial tenaga
kerja, yang salah satunya adalah program jaminan kematian, bertugas untuk : 98
a. Melakukan dan/atau menerima pendaftaran peserta,
b. Memungut dan mengumpulkan iuran dari peserta dan pemberi kerja,
c. Menerima bantuan iuran dari pemerintah,
d. Mengelola Dana Jaminan Sosial untuk kepentingan peserta,
e. Mengumpulkan dan mengelola data peserta jaminan sosial,
f. Membayarkan manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan sesuai
dengan ketentuan program jaminan sosial,
g. Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program jaminan sosial
kepada peserta dan masyarakat
Dalam melakukan tugasnya, BPJS berwenang untuk: 99
a. Menagih pembayaran iuran,
b. Menempatkan Dana Jaminan Sosial untuk investasi jangka pendek dan
jangka panjang dengan mempertimbangkan aspek likuiditas, solvabilitas,
kehati-hatian, keamanan dana, dan hasil yang memadai,
c. Melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan peserta dan
pemberi kerja dalam memenuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan Jaminan Sosial Nasional,
d. Membuat atau menghentikan kontrak kerja dengan fasilitas kesehatan,
e. Mengenakan sanksi administratif kepada peserta atau pemberi kerja yang
tidak memenuhi kewajibannya,
f. Melaporkan pemberi kerja kepada instansi yang berwenang mengenai
ketidakpatuhannya dalam membayar iuran atau dalam memenuhi
kewajiban lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,

98
99

Ibid., Pasal 10.
Ibid., Pasal 11.

Universitas Sumatera Utara

g. Melakukan kerja sama dengan pihak lain dalam rangka penyelenggaraan
program jaminan sosial.
Untuk melakukan kewenangannya tersebut, maka BPJS memiliki hak
untuk : 100
a. Memperoleh dana operasional untuk penyelenggaraan program yang
bersumber dari Dana Jaminan Sosial dan/atau sumber lainnya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,
b. Memperoleh hasil monitoring dan evaluasi penyelenggaraan program
Jaminan Sosial dari Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) setiap 6
(enam) bulan
Sesuai dengan hak yang dimilikinya, maka BPJS memiliki kewajiban
untuk : 101
a. Memberikan nomor identitas tunggal kepada peserta,
b. Mengembangkan aset Dana Jaminan Sosial dan aset BPJS untuk sebesarbesarnya kepentingan peserta,
c. Memberikan informasi melaui media massa cetak dan elektronik mengenai
kinerja, kondisi keuangan, serta kekayaan dan hasil pengembangannya,
d. Memberikan manfaat kepada seluruh peserta sesuai dengan Undangundang Sistem Jaminan Sosial Nasional
e. Memberikan informasi kepada peserta mengenai hak dan kewajiban untuk
mengikuti ketentuan yang berlaku,
f. Memberikan informasi kepada peserta mengenai prosedur untuk
mendapatkan hak dan memnuhi kewajibannya,
g. Memberikan informasi kepada peserta mengenai saldo jaminan hari tua
dan pengembangannya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun,
h. Memberikan informasi kepada peserta mengenai besar hak pension 1
(satu) kali dalam 1 (satu) tahun,
100
101

Ibid., Pasal 12.
Ibid., Pasal 13.

Universitas Sumatera Utara

i. Membentuk cadangan teknis sesuai dengan standar praktik akturia yang
lazim dan berlaku umum,
j. Melakukan pembukuan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku
dalam penyelenggaraan jaminan sosial,
k. Melaporkan pelaksanaan setiap program, termasuk kondisi keuangan,
secara berkala 6 (enam) sekali kepada Presiden dengan tembusan kepada
DJSN
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang merupakan badan hukum
publik memiliki struktur/organ kepengurusan seperti badan hukum publik lainnya,
yaitu: 102
a. Dewan pengawas
1. Terdiri atas 7 (tujuh) orang dari kalangan professional yang
diangkat dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden, yang
diketuai oleh 1 (satu) orang, memiliki masa jabatan masing-masing
selama 5 (lima) tahun dan dapat dianggkat kembali untuk 1 (satu)
kali masa jabatan.
2. Memiliki tugas untuk :

− Melakukan pengawasan atas kebijakan pengelolaan BPJS
dan kinerja Direksi,

− Melakukan pengawasan atas pelaksanaan pengelolaan dan
pengembangan Dana Jaminan Sosial oleh Direksi,

− Memberikan saran, nasihat, dan pertimbangan kepada
Direksi mengenai kebijakan dan pelaksanaan pengelolaan
BPJS,

− Menyampaikan laporan pengawasan penyelenggaraan
Jaminan Sosial sebagai bagian dari BPJS kepada Presiden
dengan tembusan kepada DJSN,
3. Memiliki kewenangan untuk :

102

Ibid., Bab VI.

Universitas Sumatera Utara

− Menetapkan rancangan kerja anggaran tahunan BPJS,
− Mendapatkan dan/atau meminta laporan dari Direksi,

− Mengakses data dan informasi mengenai penyelenggaraan
BPJS,

− Melakukan penelaahan terhadap data dan informasi
mengenai penyelenggaran BPJS,

− Memberikan saran dan rekomendasi kepada Presiden
mengenai kinerja Direksi
b. Direksi
4. Terdiri dari paling sedikit 5 (lima) orang dari unsur profesional,
yang diangkat dan diberhentikan oleh Presiden, yang diketuai oleh
1 (satu) orang Direksi Utama yang ditunjuk oleh Presiden, yang
masing-masing memiliki masa jabatan 5 (lima) tahun dan dapat
diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabtan.
5. Memiliki tugas untuk :
− Melaksanakan

pengelolaan

BPJS

yang

meliputi

perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi,

− Mewakili BPJS di dalam dan di luar pengadilan,

− Menjamin tersedianya akses dan fasilitas bagi Dewan
Pengawas untuk melaksanakan fungsinya
6. Memiliki kewenangan untuk:

− Melaksanakan wewenang BPJS,

− Menetapkan struktur organisasi beserta tugas pokok dan
fungsi, tata kerja organisasi dan sistem kepegawaian,

− Menyelenggarakan

manejemen

kepegawaian

BPJS

termasuk mengangkat, memindahkan, dan memberhentikan
pegawai BPJS serta menetapkan penghasilan pegawai
BPJS,

− Mengusulkan kepada Presiden penghasilan bagi Dewan
Pengawas dan Direksi,

Universitas Sumatera Utara

− Menetapkan ketentuan dan tata cara pengadaan barang dan
jasa dalam rangka penyelenggaraan tugas BPJS dengan
memperhatikan

prinsip

transparansi,

akuntabilitas,

efesisensi dan efektivitas,

− Melakukan pemindahtanganan aset tetap BPJS paling
banyak Rp 100.000.000.000 (seratus miliar rupiah) dengan
persetujuan Dewan Pengawas,

− Melakukan pemindahtanganan aset tetap BPJS lebih dari
Rp 100.000.000.000 (seratus milyar rupiah) sampai dengan
Rp 500.000.000.000 (lima ratus milyar rupiah) dengan
persetujuan Presiden,

− Melakukan pemindahtanganan aset tetap BPJS lebih dari
Rp 500.000.000.000 (lima ratus milyar rupiah) dengan
persetuan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.
PT (Persero) Jamsostek berubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan pada
tanggal 1 Januari 2014, sehingga: 103
a. PT (Persero) Jamsostek dinyatakan bubar tanpa likuidasi dan semua aset
dan liabilitas serta hak dan kewajiban hukum PT (Persero) Jamsostek
diserahkan kepada BPJS Ketenagakerjaan,
b. Semua pegawai PT (Persero) Jamsostek beralih menjadi pegawai BPJS
Ketengakerjaan,
c. Menteri BUMN selaku RUPS mengesahkan laporan keuangan akhir PT
(Persero) Jamsostek setelah diaudit oleh akuntan publik dan Menteri
Keuangan mengesahkan posisi laporan keuangan pembukaan BPJS
Ketenagakerjaan dan laporan posisi keuangan pembukaan dana jaminan
ketenagakerjaan,
d. BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan program Jaminan Kecelakaan
Kerja, program Jaminan Hari Tua, Program Jaminan Kematian yang

103

Ibid., Pasal 62-63.

Universitas Sumatera Utara

selama ini dilakukan oleh PT (Persero) Jamsostek termasuk menerima
keanggotaan peserta baru sampai terselenggarnya BPJS Ketenagakerjaan
paling lama 1 Juli 2015
e. Untuk pertama kali, Dewan Komisaris dan Direksi PT (Persero) Jamsostek
diangkat menjadi Dewan Pengawas dan Direksi BPJS Ketenagakerjaan
untuk jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun setelah beroperasinya BPJS
Ketenagakerjaan.
C.

JAMINAN

KEMATIAN

SEBAGAI

BAGIAN

DARI

BPJS

KETENAGAKERJAAN.
BPJS Ketenagakerjaan yang merupakan pihak yang melanjutkan programprogram dari PT (Persero) Jamsostek, 104 yang salah satu diantaranya adalah
Program Jaminan Kematian, yang bertujuan untuk memberikan bantuan apabila
pekerja meninggal dunia bukan pada waktu bekerja kepada pihak keluarga/ahli
warisnya.
Ahli waris dari peserta yang meninggal dunia bukan akibat kecelakaan
kerja dalam masa aktif berhak menerima manfaat/santunan berupa: 105
a. Santunan sekaligus sebesar Rp 16.200.000 (enam belas juta dua ratus ribu
rupiah), atau sebesar 60%(enam puluh persen) x 80x upah sebulan
b. Santunan berkala sebesar 24 x Rp 200.000 (dua ratus ribu rupiah) = Rp
4.800.000 (empat juta delapan ratus ribu rupiah), yang dibayarkan
sekaligus,
c. Biaya pemakaman, sebesar Rp 3.000.000 (tiga juta rupiah)
d. Beasiswa pendidikan anak yang diberikan kepada setiap peserta yang
meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja dan telah memiliki masa
iur 5 (lima) tahun, sebesar Rp 12.000.000 (dua belas juta rupiah) untuk
setiap peserta, dengan syarat bahwa pekerja memiliki anak usia sekolah
104

Ibid., Pasal 6.
Op Cit., Pasal 34 dan Lampiran III, Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015
Tentang Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian.
105

Universitas Sumatera Utara

dengan maksimal usia 23 (dua puluh tiga) tahun dan berlaku hanya untuk
1 (satu) orang anak saja dan belum menikah. 106
Manfaat atau santunan Jaminan Kematian diberikan kepada ahli waris
yang sah, meliputi : 107
a. Janda (istri) atau duda (suami), atau anak,
b. Dalam hal janda, duda, atau anak tidak ada, manfaat/santunan Jaminan
Kematian diberikan sesuai urutan berikut:
1. Keturunan sedarah menurut garis lurus keatas dan kebawah sampai
derajat kedua,
2. Saudara kandung,
3. Mertua,
4. Pihak yang ditunjuk dalam wasiatnya oleh pekerja,
5. Bila tidak ada wasiat, biaya pemakaman dibayarkan kepada pihak
perusahaan atau pihak lain yang mengurus pemakaman

106

Lihat Pasal 18, Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 26
Tahun 2015 Tentang Tata Cara Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan
Kematian, dan Jamina n Hari Tua Bagi Peserta Penerima Upah.
107
Agusmidah, Dinamika Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, (Medan: USU Press, 2010),
hal 131. Lihat juga Pasal 40 ayat (2), Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015 Tentang
Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
TANGGUNG JAWAB DIREKSI PERSEROAN TERBATAS DALAM
PEMENUHAN JAMINAN KEMATIAN PEKERJA (Studi pada PT. Daya
Labuhan Indah)

A. SYARAT DAN MEKANISME PENDAFTARAN DAN PEMENUHAN
JAMINAN KEMATIAN BAGI PEKERJA PT. DAYA LABUHAN
INDAH
Setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam)
bulan di Indonesia wajib mengikuti program jaminan sosial. Bahkan terhadap
pihak pemberi kerja juga diwajibkan untuk mendaftarkan dirinya dan pekerjanya
beserta anggota keluarganya kepada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial sesuai
dengan program yang diikuti. Pemberi kerja yang dimaksud adalah pemberi kerja
selain negara, yang terdiri dari: 108
a. Orang, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan suatu
perusahaan milik sendiri,
b. Orang, persekutuan, atau badan hukum yang secara berdiri sendiri
menjalankan perusahaan bukan miliknya ,
c. Orang, persekutuan, atau badan hukum yang berada di Indonesia,
mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b
yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia.
Terhadap pemberi kerja yang tidak melaksanakan ketentuan tersebut terancam
sanksi berupa teguran tertulis, denda, dan/atau tidak mendapatkan pelayanan
publik tertentu. Pemberi kerja wajib memungut iuran jaminan sosial
ketenagakerjaan dari pekerja dan menyetorkannya kepada Badan Penyelenggara
108

Lihat Pasal 1 angka (17), Peraturan BPJS Ketenagakerjaan Nomor 1 Tahun 2014
Tentang Tata Cara Pengawasan dan Pemeriksaan Atas Kepatuhan Dalam Penyelenggaraan
Program Jaminan Sosial Ketenagakerjaan.

Universitas Sumatera Utara

Jaminan sosial dan kepada peserta yang bukan pekerja maka diwajibkan
membayar dan menyetorkan iuran langsung kepada Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial Ketenagakerjaan. 109
Terhadap peserta penerima upah, besaran iuran Jaminan Kematian sebesar
0,30% (nol koma tiga puluh persen) dari upah sebulan, iuran tersebut disetorkan
oleh pemberi kerja selain penyelenggara negara. 110 Dan apabila peserta bukan
pekerja penerima upah, maka besaran iuran Jaminan Kematian tiap bulan adalah
Rp 6.800 (enam ribu delapan ratus rupiah) yang dibayarkan langsung oleh peserta
tersebut. 111
Terhadap pemenuhan Jaminan Kematian, ahli waris wajib melaporkan dan
mengajukan permohonan pembayaran manfaat Jaminan Kematian kepada pemberi
kerja dengan melampirkan : 112
a. Fotokopi kartu tanda penduduk (KTP),
b. Surat keterangan kematian dari pejabat yang berwenang,
c. Fotokopi kartu keluarga,
d. Surat keterangan ahli waris dari pejabat yang berwenang,
e. Dokumen pendukung lainnya apabila diperlukan
Berdasarkan pelaporan dan pengajuan yang diajukan tersebut, maka pihak
pemberi kerja wajib memenuhi manfaat Jaminan Kematian tersebut kepada ahli
waris pekerja paling lama 3 (tiga) hari sejak dipenuhinya persyaratan secara
lengkap dan benar kepada pemberi kerja. 113 Dalam hal BPJS Ketenagakerjaan
tidak memenuhi kewajiban pemenuhan manfaat Jaminan Kematian sejak 3 (tiga)
hari dipenuhinya persyaratan secara lengkap kepada BPJS Ketenagakerjaan, maka
109

Op Cit., bab V, Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial.
110
Op Cit., Pasal 18, Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015 Tentang Jaminan
Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian.
111
Ibid,. Pasal 20 ayat (3).
112
Op Cit., Pasal 13 ayat (1), Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia
Nomor 26 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja,
Jaminan Kematian, dan Jamina n Hari Tua Bagi Peserta Penerima Upah.
113
Ibid., Pasal 13 ayat (2).

Universitas Sumatera Utara

kepada BPJS dikenakan ganti rugi sebesar 1% (satu persen) dari nilai nominal
manfaat untuk setiap hari keterlambatan dan dibayarkan kepada ahli waris
penerima manfaat Jaminan Kematian. 114
Terhadap PT Daya Labuhan Indah, berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan melalui wawancara, syarat dan mekanisme pendaftaran serta
pembayaran Jaminan Kematian sesuai dengan yang telah ditentukan oleh
peraturan yang berlaku, yaitu, terhadap pendaftarannya dilakukan oleh pihak
Direksi PT. Daya Labuhan Indah, dengan iuran sebesar 0,30% (nol koma tiga
puluh persen) dari gaji/upah yang diterima oleh pekerja tersebut. Dan untuk
pemenuhan Jaminan Kematian, pihak Direksi PT Daya Labuhan Indah
memprioritaskan pemenuhan dari pihak pemberi kerja terlebih dahulu tanpa harus
menunggu pemenuhan dari pihak Badan Penyelenggara Jaminan Sosial terlebih
dahulu.

B. TANGGUNG JAWAB DIREKSI PT DAYA LABUHAN INDAH DALAM
PEMENUHAN JAMINAN KEMATIAN BAGI PEKERJA PT DAYA
LABUHAN INDAH
Setiap pemberi kerja selain penyelenggara negara wajib mendaftarkan
dirinya dan pekerjanya sebagai peserta dalam program Jaminan Kecelakaan Kerja
dan Jaminan Kematian kepada Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 115 Pemberi Kerja wajib
melaporkan kepada BPJS Ketenagakerjaan apabila terjadi : 116
a. Perubahan data perusahaan,
b. Perubahan data pekerja,
114

Op Cit., Pasal 40 ayat (3), Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015 Tentang
Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian.
115
Ibid., Pasal 4 ayat (1).
116
Op Cit., Pasal 4 ayat (2) Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor
26 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan
Kematian, dan Jaminan Hari Tua Bagi Peserta Penerima Upah.

Universitas Sumatera Utara

c. Penambahan pekerja,
d. Pengurangan pekerja karena pekerja berhenti bekerja atau meninggal
dunia,
e. Perubahan upah pekerja.
Pemberi kerja selain penyelenggara negara yang belum mengikutsertakan
pekerjanya dalam program BPJS dalam hal ini program Jaminan Kematian kepada
BPJS Ketenagakerjaan, bila terjadi resiko terhadap pekerjanya, pemberi kerja
selain penyelenggara negara wajib membayar hak pekerja sesuai dengan
ketentuan peraturan pemerintah yang mengaturnya. 117 Apabila dalam hal ini
pemberi kerja menunggak iuran selama 3 (tiga) bulan berturut-turut dan
pekerjanya meninggal dunia bukan akibat kerja, maka pemberi kerja diwajibkan
terlebih dahulu melakukan pemenuhan Jaminan Kematian kepada pekerja dan
apabila iuran telah diselesaikan, baru pekerja dapat melakukan penagihan kepada
pihak BPJS. 118
Hal ini berarti pemberi kerja, dalam hal ini direksi bertanggung jawab
secara penuh apabila terjadi kesalahan dalam pengelolaan terhadap Jaminan
Kematian dari pekerjanya, terlebih apabila direksi tersebut tidak mendaftarkan
pekerjanya dalam program Jaminan Kematian dikarenakan peraturan engan jelas
mengatakan bahwa setiap pekerja wajib untuk mengikuti program Jaminan Sosial
Nasional dalam hal ini termasuk program Jaminan Kematian.
Terkait dengan PT Daya Labuhan Indah, berdasarkan hasil penelitian yang
diperoleh melalui wawancara dengan direksi dari perusahaan tersebut,
menyatakan bahwa terkait pendaftaran dan pemenuhan Jaminan Kematian para
pekerjanya sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

117

Op Cit., Pasal 8 ayat (3) dan Pasal 35 Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015
Tentang Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian serta Pasal 12 Peraturan Menteri
Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Penyelenggaraan
Program Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian, dan Jamina n Hari Tua Bagi Peserta
Penerima Upah.
118
Ibid., Pasal 41 ayat (1) dan ayat (3).

Universitas Sumatera Utara

dikarenakan tiap pekerjanya langsung didaftarkan dalam program Jaminan
Kematian ketika melakukan perjanjian kerja dengan pihak perusahaan.

C. AKIBAT HUKUM BAGI PEKERJA YANG TIDAK MEMILIKI
JAMINAN

KEMATIAN

Peserta Program Jaminan Kematian terdiri dari : 119
a. Peserta penerima upah yang bekerja pada pemberi kerja selain
penyelenggara negara,
b. Peserta bukan penerima upah.
Yang dimaksud penerima upah adalah : 120
a. Pekerja pada perusahaan,
b. Pekerja pada orang perseorangan,
c. Orang asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan
Sedangkan yang dimaksud dengan peserta bukan penerima upah adalah : 121
a. Pemberi kerja,
b. Pekerja diluar hubungan kerja atau pekerja mandiri,
c. Pekerja diluar huruf (b) yang bukan menerima upah.
Terhadap pekerja penerima upah tidak ada resiko yang berarti ketia ia
tidak terdaftar dalam Program Jaminan Sosial Nasional terkhusus Jaminan
Kematian, dikarenakan sudah menjadi kewajiban dari pemberi kerja untuk
mengurusi hal terkait dengan Jaminan Sosial Nasional termasuk Jaminan
Kematian. Resiko timbul terhadap pekerja/peserta bukan penerima upah,
dikarenakan pendaftaran terhadap program Jaminan Sosial Nasional merupakan

119

Ibid., Pasal 5 ayat (1).
Ibid., Pasal 5 ayat (2).
121
Ibid.,Pasal 5 ayat (3).
120

Universitas Sumatera Utara

inisiatif dari peserta itu sendiri, sehingga ketika ia tidak mendaftarkan dirinya,
terkhusus pada program Jaminan Kematian maka ia tidak akan mendapat manfaat
dari program Jaminan Kematian, lain halnya ketika peserta hanya menunggak
iuran, ahli waris dapat memperoleh manfaat dari Jaminan Kematian ketika
tunggakan iuran dilunasi oelh ahli waris. 122

122

Ibid., Pasal 42 ayat (1) dan ayat (2).

Universitas Sumatera Utara

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Berdasaran pembahasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Kedudukan Direksi dala Perseroan terbatas adalah sebagai pihak yang
memegang kendali penuh terhadap aktivitas perusahaan di dalam
perusahaan menjalankan kegiatannya sehari-hari untuk mencapai tujuan
dari perusahaan tersebut. Direksi juga menjadi pihak yang bertanggung
jawab terhadap segala sesuatu yang timbul dari segala kebijakannya
terhadap perusahaan yang dipimpinnya baik di dalam maupun di luar
pengadilan. Dalam menjalankan fungsinya, direksi bertanggung jawab
kepada

Rapat

Umum

Pemegang

Saham

disetiap

akhir

masa

kepengurusannya.
2. Jaminan kematian adalah manfaat uang tunai yang dterima oleh ahli waris
pekerja ketika pekerja tersebut meninggal dunia bukan akibat dari
kecelakaan kerja. Jaminan kematian diselenggarakan secara nasional
berdasarkan berdasarkan prinsip asuransi sosial dengan tujuan untuk
memberikan santunan kematian yang dibayarkan kepada ahli waris pekerja
yang meninggal dunia. Jaminan Kematian merupakan salah satu program
dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan yang hadir
menggantikan kedudukan PT (Persero) Jamsostek.
3. Setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam)
bulan di Indonesia wajib mengikuti program jaminan sosial. Bahkan
terhadap pihak pemberi kerja juga diwajibkan untuk mendaftarkan dirinya
dan pekerjanya beserta anggota keluarganya kepada Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial sesuai dengan program yang diikuti. berdasarkan hasil

Universitas Sumatera Utara

penelitian yang dilakukan melalui wawancara, syarat dan mekanisme
pendaftaran serta pembayaran Jaminan Kematian sesuai dengan yang telah
ditentukan oleh peraturan yang berlaku, yaitu, terhadap pendaftarannya
dilakukan oleh pihak Direksi PT. Daya Labuhan Indah, dengan iuran
sebesar 0,30% (nol koma tiga puluh persen) dari gaji/upah yang diterima
oleh pekerja tersebut. Dan untuk pemenuhan Jaminan Kematian, pihak
Direksi PT Daya Labuhan Indah memprioritaskan pemenuhan dari pihak
pemberi kerja terlebih dahulu tanpa harus menunggu pemenuhan dari
pihak Badan Penyelenggara Jaminan Sosial terlebih dahulu. Terhadap
pekerja penerima upah tidak ada resiko yang berarti ketia ia tidak terdaftar
dalam Program Jaminan Sosial Nasional terkhusus Jaminan Kematian,
dikarenakan sudah menjadi kewajiban dari pemberi kerja untuk mengurusi
hal terkait dengan Jaminan Sosial Nasional termasuk Jaminan Kematian.
Resiko timbul terhadap pekerja/peserta bukan penerima upah, dikarenakan
pendaftaran terhadap program Jaminan Sosial Nasional merupakan
inisiatif dari peserta itu sendiri, sehingga ketika ia tidak mendaftarkan
dirinya, terkhusus pada program Jaminan Kematian maka ia tidak akan
mendapat manfaat dari program Jaminan Kematian, lain halnya ketika
peserta hanya menunggak iuran, ahli waris dapat memperoleh manfaat dari
Jaminan Kematian ketika tunggakan iuran dilunasi oelh ahli waris.

B. SARAN
1. Perlunya ditingkatkan pengawasan oleh Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial terhadap para pemberi kerja di dalam melakukan pemenuhan terkait
Program-program jaminan sosial kepada para pekerja dikarenakan kurang
mengertinya para pekerja dengan program Jaminan Sosial Nasional.
2. Perlunya dilakukan penyuluhan secara menyuluruh ke daerah-daerah
terpencil terkait program Jaminan Sosial terkhusus, program Jaminan
Kematian agar kesejahteraan para pekerja dapat terjamin.

Universitas Sumatera Utara