Bentuk-Bentuk Perjuangan Tokoh Utama Untuk Meraih Impian Dalam Novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata: Analisis Psikologi Sastra

Lampiran II (Biografi)
Penulis terkenal Andrea Hirata dilahirkan di sebuah desa yang termasuk desa
miskin dan letaknya yang cukup terpelosok di pulau Belitong. Tinggal di sebuah desa
dengan segala keterbatasan memang cukup mempengaruhi pribadi Andrea dari kecil. Ia
mengaku lebih banyak mendapatkan motivasi dari keadaan di sekelilingnya yang cukup
memprihatinkan. Dengan segala keterbatasan, Andrea tetap menjadi anak periang yang
sesekali berubah menjadi pemikir saat menimba ilmu di sekolah. Selain itu, ia juga kerap
memiliki impian dan mimpi-mimpi di masa depannya.
Nama Andrea Hirata sebenarnya bukanlah nama pemberian dari kedua orang
tuanya. Sejak lahir ia diberi nama Aqil Barraq Badruddin. Merasa tak cocok dengan nama
tersebut, Andrea pun menggantinya dengan Wadhud. Akan tetapi, ia masih merasa
terbebani dengan nama itu. Ia kembali mengganti namanya dengan Andrea Hirata Seman
Said Harun sejak ia remaja. “Andrea diambil dari nama seorang wanita yang nekat bunuh
diri bila penyanyi pujaannya, yakni Elvis Presley tidak membalas suratnya,” ungkap
Andrea. Sedangkan Hirata sendiri diambil dari nama kampung. Sejak remaja itulah, pria
asli Belitong ini mulai menyandang nama Andrea Hirata.
Andrea menempuh pendidikan dasar di sebuah Sekolah Dasar yang bernama
Muhammadiyah. Kondisi bangunannya sangat mengenaskan dan hampir rubuh. Namun
karena ketiadaan biaya, ia terpaksa bersekolah di sekolah tersebut. Cukup jauh memang
jarak yang harus di tempuh dari rumahnya, sekitar 30 km. Ayahnya, bekerja sebagai kuli
timah di sebuah perusahaan timah di Belitong. Sementara, ibunya hanya sebagai Ibu

rumah tangga. Kendati harus menimba ilmu di bangunan yang tak nyaman, Andrea tetap
memiliki motivasi yang cukup besar untuk belajar. Di sekolah itu, ia bertemu dengan
sahabat-sahabatnya yang dijuluki dengan sebutan Laskar Pelangi dan dengan seorang guru
yang hingga kini sangat dihormatinya, yakni NA (Nyi Ayu) Muslimah. Bu Muslimah ialah
sosok yang dijadikan Andrea sebagai motivatornya.
Andrea menganggap sosok Muslimah sebagai seorang yang sangat menginspirasi
hidupnya. Menurut Andrea, perjuangannya tersebut dilakukan untuk mempertahankan
sekolah yang hampir rubuh sangat berkesan dalam perjalanan hidupnya. Sejak kelas 3 SD,
Andrea telah membulatkan niat untuk menjadi penulis yang menggambarkan perjuangan
Bu Muslimah sebagai seorang guru. “Kalau saya besar nanti, saya akan menulis tentang
Bu Muslimah,” ungkapnya. Sejak saat itu, Andrea tak pernah berhenti mencoret-coret
kertas untuk belajar menulis cerita.
Setelah menyelesaikan pendidikan di kampung halamannya, Andrea merantau ke
Jakarta setelah lulus SMA. Ia ingin merantau ke Jakarta karena keinginannya menjadi
penulis dan melanjutkan pendidikan demi ayahnya. Saat berada di kapal laut, Andrea
mendapatkan saran dari nahkoda untuk tinggal di daerah. Ia menumpang sebuah bus agar
sampai di daerah Ciputat. Namun, supir bus ternyata malah mengantarkan dirinya ke
Bogor. Andrea lantas memulai kehidupan barunya di kota hujan tersebut.

43

Universitas Sumatera Utara

Di Bogor, Andrea memperoleh pekerjaan sebagai penyortir surat di kantor pos
Bogor. Karena usaha kerasnya, Andrea berhasil melanjutkan pendidikannya di Fakultas
Ekonomi, Universitas Indonesia. Setelah tamat, Andrea mendapatkan beasiswa untuk
melanjutkan pendidikan S2 Economic Theory di Universite de Paris, Sorbonne, Perancis
dan Sheffield Hallam University, Inggris. Andrea lulus dengan status cum laude dan
mampu meraih gelar Master Uni Eropa.
Kini, Andrea sangat disibukkan dengan kegiatannya menulis dan menjadi
pembicara dalam berbagai acara TV. Penghasilannya pun sudah termasuk paling tinggi
sebagai seorang penulis. Namun, beberapa pihak sempat meragukan isi dari novel Laskar
Pelangi yang dianggap terlalu berlebihan. “Ini kan novel, jadi wajar seandainya ada cerita
yang sedikit digubah,” ungkap Andrea yang memiliki impian tinggal di Kye Gompa, desa
tertinggi di dunia yang terletak di pegunungan Himalaya. Kesuksesannya sebagai seorang
penulis tentunya membuat Andrea bangga dan bahagia atas hasil kerja kerasnya selama
ini. Namun ia tak lupa, pada orangtuanya. Setiap tahun setidaknya Ia masih
menyempatkan diri untuk mengunjungi orangtuanya di Belitong.

44
Universitas Sumatera Utara