Bentuk-Bentuk Perjuangan Tokoh Utama Untuk Meraih Impian Dalam Novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata: Analisis Psikologi Sastra

BAB II

KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI
2.1 Konsep
Dalam sebuah penelitian, konsep sangat diperlukan untuk mempermudah
penelitian dan memberikan gambaran yang jelas tentang hal-hal yang berhubungan atau
berkaitan dengan penelitian.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2005:588) konsep memiliki arti
sebagai berikut; (1) rancangan, (2) ide yang diabstrakkan dari peristiwa konkret, (3)
gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa, yang
dipergunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain. Dengan kata lain, konsep
merupakan unsur penelitian yang menentukan arah pemikiran.
Konsep digunakan sebagai dasar untuk menjelaskan, menggambarkan, ataupun
mendeskripsikan suatu topik pembahasan. Konsep yang dimaksud adalah gambaran dari
objek yang akan dianalisis berupa novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata dalam
penelitian yang berjudul “Bentuk-bentuk Perjuangan Tokoh Utama untuk Meraih Impian
dalam Novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata: Analisis Psikologi Sastra”
Berdasarkan pengertian tersebut, maka penelitian ini akan melibatkan beberapa
konsep yang akan menjadi dasar pembahasan untuk selanjutnya.

6

Universitas Sumatera Utara

2.1.1 Perjuangan
Dalam KBBI (2005:478) perjuangan diartikan sebagai berikut; (1) perkelahian
dalam hal merebut sesuatu, (2) usaha yang penuh dengan kesukaran dan bahaya.
Perjuangan merupakan sebuah motivasi yang menjadi dorongan tunggal untuk
meraih atau mencapai suatu keberhasilan atau superioritas untuk menggantikan perasaan
inferior atau lemah. Beberapa orang berjuang meraih superioritas dengan sedikit atau
tanpa memperhatikan orang lain. Tujuan mereka bersifat personal dan usaha mereka
dimotivasi sebagian besar oleh perasaan inferior yang berlebihan atau munculnya
inferiority complex (Feist, 2010:84).

2.1.2 Tokoh
Peristiwa dalam karya sastra seperti halnya peristiwa dalam kehidupan sehari-hari,
selalu diemban oleh tokoh atau pelaku-pelaku tertentu. Pelaku yang mengemban peristiwa
dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita disebut dengan
tokoh (Aminuddin, 2000:79).
Dalam novel terdapat tokoh-tokoh yang sangat penting di dalamnya. Pada
umumnya, tokoh-tokoh yang terdapat di dalam novel hanyalah sebuah rekaan saja.
Namun, tokoh-tokoh sangat berperan dalam kesuksesan sebuah novel.

Membaca sebuah novel, biasanya kita akan dihadapkan pada sejumlah tokoh yang
dihadirkan di dalamnya. Namun, dalam kaitannya dengan keseluruhan cerita, peranan
masing-masing tokoh tidak sama. Dilihat dari segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh
dalam sebuah cerita, ada tokoh yang tergolong penting dan ditampilkan terus menerus
sehingga mendominasi sebagian besar cerita, dan sebaliknya, ada tokoh yang hanya
dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita, dan itu pun mungkin dalam porsi
penceritaan yang relatif pendek (Nurgiyantoro, 1994:176).

7
Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan sudut pandang dan tinjauan, tokoh dapat dikategorikan

dalam

berbagai jenis penamaan.
1.Tokoh utama dan tokoh tambahan
Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang
bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku
kejadian maupun yang dikenai kejadian. Sedangkan tokoh tambahan adalah tokoh yang

tidak dipentingkan dalam cerita (Nurgiyantoro, 1994:176-177).
2.Tokoh protagonis dan tokoh antagonis
Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi yang juga disebut hero.
Sedangkan tokoh yang menyebabkan terjadinya konflik disebut dengan tokoh antagonis
(Nurgiyantoro, 1994:178-179).
3.Tokoh sederhana dan tokoh bulat
Tokoh sederhana adalah tokoh yang hanya memiliki satu kualitas pribadi
tertentu, satu sifat dan watak tertentu saja. Sedangkan tokoh bulat adalah tokoh yang
diungkapkan berbagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadian dan jati dirinya. Ia
memiliki watak dan tingkah laku bermacam-macam (Nurgiyantoro, 1994:181-183).
4.Tokoh statis dan tokoh berkembang
Tokoh statis adalah tokoh cerita yang secara esensial tidak mengalami
perubahan atau perkembangan perwatakan, sedangkan tokoh berkembang adalah tokoh
cerita yang mengalami perubahan atau perkembangan perwatakan (Nurgiyantoro, 1994:
188).
5.Tokoh tipikal dan tokoh netral
Tokoh tipikal adalah tokoh yang hanya sedikit ditampilkan keadaan
individualitasnya. Sedangkan tokoh netral adalah tokoh cerita yang bereksistensi demi
cerita itu sendiri (Nurgiyantoro, 1994:190-191).


8
Universitas Sumatera Utara

2.1.3 Meraih Impian
Dalam KBBI (2005:921) meraih diartikan sebagai mencapai atau memperoleh
sesuatu dengan susah payah. Meraih dapat diartikan juga sebagai suatu usaha untuk
mencapai tujuan akhir. Untuk mencapai tujuan akhir tersebut dibutuhkan proses yang
panjang, perjuangan yang keras, pengorbanan waktu, tenaga, dan pikiran.
Dalam KBBI (2005:427) impian dapat diartikan sebagai suatu hal yang sangat
diinginkan. Meraih impian dilakukan manusia ketika pemikiran sudah terbuka dan sadar
akan kebutuhan atau tuntunan hidup yang mau tak mau harus dipenuhi. Selain itu,
meraih impian dilakukan untuk membahagiakan orang-orang terdekat. Oleh sebab itu,
meraih impian merupakan suatu keinginan atau ambisi untuk mencapai tujuan utama.
2.1.4 Novel
Novel merupakan karya fiksi yang diceritakan

secara panjang lebar oleh

pengarang dengan menyuguhkan tokoh atau karakter, serangkaian peristiwa, serta latar.
Novel juga merupakan hasil imajinasi pengarang yang mengandung nilai-nilai estetik dan

aspek-aspek kehidupan manusia.
Dalam Kamus Istilah Sastra (KIS) (2007:136) menyatakan bahwa, “Novel adalah
jenis prosa yang mengandung unsur tokoh, alur, latar rekaan yang menggelarkan
kehidupan manusia atas dasar sudut pandang pengarang dan; mengandung nilai hidup,
diolah dengan teknik kisahan dan ragaan yang menjadi dasar konvensi penulisan.”

9
Universitas Sumatera Utara

Menurut Abrams, novel merupakan sebuah karya fiksi yang menawarkan sebuah
dunia, dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan, dunia imajiner, yang dibangun
melalui berbagai unsur intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, dan sudut pandang
(Nurgiyantoro, 1994:4).

2.2 Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka bertujuan untuk mengetahui keaslian penelitian, karena pada
dasarnya suatu penelitian berasal dari acuan yang mendasarinya. Tinjauan pustaka
dilakukan sebagai titik tolak untuk mengadakan suatu penelitian. Untuk mengetahui
keaslian penelitian ini, dipaparkan beberapa tinjauan pustaka yang telah dimuat dalam
bentuk skripsi.

Penelitian terhadap novel SP karya Andrea Hirata pernah dilakukan oleh beberapa
peneliti. Berdasarkan pengamatan penulis, novel SP sudah pernah diteliti sebelumnya oleh
mahasiswi di Departemen Sastra Indonesia, Universitas Sumatera Utara, yaitu oleh Listi
Mora Rangkuti (2009) dengan judul “Sang Pemimpi Novel Karya Andrea Hirata: Analisis
Sosiosastra”. Listi Mora Rangkuti mengkaji novel SP dengan pendekatan sosiosastra ini
dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang nilai-nilai sosiosastra yang diperoleh
dengan menguraikan unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam novel SP karya Andrea
Hirata.
Muhamamad Heru Wibawa (2009) dari Universitas Negeri Semarang juga
meneliti novel Sang Pemimpi dengan judul ”Watak dan Perilaku Tokoh Utama dalam
Novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata”. Penelitiannya bertujuan untuk
mendeskripsikan tipe watak dan perilaku tokoh utama dan mendeskripsikan faktorfaktor yang mempengaruhi watak dan perilaku tokoh utama novel SP karya Andrea
Hirata.

10
Universitas Sumatera Utara

Novita Rihi Amalia (2010) dari Universitas Sebelas Maret dengan judul “Analisis
Gaya Bahasa dan Nilai-Nilai Pendidikan Novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata”.
Skripsi Novita Rihi Amalia ini dilakukan untuk menganalisis dan mengelompokkan gaya

bahasa apa saja yang terdapat dalam novel SP dan menganalisis nilai-nilai pendidikan
yang terdapat dalam novel tersebut.
Arie Effendi (2010) dari Universitas Ahmad Dahlan dengan judul “Nilai Sosial
Budaya dalam Novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata: Kajian Sosiologi Sastra”.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai–nilai sosial budaya yang tercermin di
dalam novel SP karya Andrea Hirata. Pada kesempatan ini, penulis mencoba mengkaji
novel SP dengan judul “Bentuk-bentuk Perjuangan Tokoh Utama untuk Meraih Impian
dengan analisis Psikologi Sastra”.
Selanjutnya oleh Ninin Yunita Kristanti (2012) dari Universitas Jember dengan
judul “Majas dalam Novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata dan Implementasinya
dalam Pengayaan Materi Pembelajaran Sastra di SMA”. Ninin Yunita Kristianti
mengkaji majas yang ada dalam novel SP dengan penerapan pembelajaran sastra pada
tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA).
Pada kesempatan ini, penulis mengkaji novel SP ini dengan judul “Bentuk-bentuk
Perjuangan Tokoh Utama untuk Meraih Impian dengan analisis Psikologi Sastra”.

11
Universitas Sumatera Utara

2.3 Landasan Teori

Perkembangan kajian sastra yang bersifat interdisipliner telah mempertemukan
ilmu sastra dengan berbagai ilmu lain. Seperti contohnya, psikologi yang berhubungan
dengan sastra. Sastra muncul dari dalam jiwa manusia dan ditunjukkan dengan berbagai
macam ekspresi melalui proses imajinasi. Psikologi sastra saling membutuhkan, karena
sastra muncul disebabkan oleh adanya rasa yang ingin disampaikan dari dalam jiwa
manusia.
Psikologi sastra adalah telaah karya sastra yang diyakini mencerminkan proses dan
aktivitas kejiwaan. Dalam menelaah suatu karya psikologis hal penting yang perlu
dipahami adalah sejauh mana keterlibatan psikologi pengarang dan kemampuan pengarang
menampilkan tokoh-tokoh rekaan yang terlibat dengan masalah kejiwaan (Minderop,
2011:54-55).
Endraswara (2008:87-88) menyatakan “Sastra sebagai „gejala kejiwaan‟, di
dalamnya terkandung fenomena-fenomena kejiwaan yang tampak lewat prilaku tokohtokohnya. Dengan demikian, karya sastra dapat didekati dengan pendekatan psikologi.”
Pendekatan psikologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah psikologi
individual yang dikembangkan oleh Alfred Adler. Adler yang dijuluki sebagai bapak
psikologi individual memiliki pandangan yang berbeda dengan apa yang telah
dikemukakan oleh Sigmund Freud.
Perbedaan pertama, Adler melihat manusia lebih banyak dimotivasi oleh pengaruh
sosial dan perjuangan mereka untuk mencapai superiorita atau keberhasilan, sedangkan
Freud mereduksi semua motivasi menjadi seks dan agresi. Kedua, Adler percaya bahwa

manusia mempunyai tanggung jawab besar akan siapa diri mereka, sedangkan Freud
berasumsi bahwa manusia mempunyai sedikit pilihan atau tidak punya sama sekali dalam
membentuk kepribadian.

12
Universitas Sumatera Utara

Ketiga, Adler berasumsi bahwa perilaku saat ini dibentuk oleh pandangan manusia akan
masa depan, sedangkan Freud berasumsi bahwa perilaku saat ini disebabkan oleh
pengalaman masa lalu. Keempat, Adler percaya bahwa manusia sadar dengan apa yang
mereka lakukan, sedangkan Freud menekankan pada komponen ketidaksadaran (Feist,
2010:76-77).
Psikologi individual Adler terus menekankan nama superiorita. Pengertian dari
superiorita ialah bukan lebih baik daripada orang lain atau mengalahkan orang lain, tetapi
berjuang menuju kesuksesan. Superiorita merupakan perjuangan secara terus menerus dan
berusaha menjadi lebih baik, menjadi semakin dekat dengan tujuan akhir. Perjuangan
menjadi superior disebabkan oleh motivasi, dan motivasi ini disebabkan oleh adanya suatu
keinginan. Alwisol (2009:67) motif utama setiap orang, pria dan wanita, anak-anak dan
dewasa, adalah untuk menjadi kuat, kompeten, berprestasi, dan kreatif.
Adler telah mengemukakan bahwa perilaku penentu masa depan. Tekad yang kuat

akan memberi harapan pada masa yang akan datang. Kepribadian manusia dibangun
bukan oleh realita, tetapi oleh keyakinan akan masa depannya. Keyakinan dan pikiran
itulah yang akan membentuk tingkah laku. Oleh sebab itu, teori psikologi individual yang
dikembangkan oleh Adler menekankan pada kepribadian. Pikiran dan perasaan diarahkan
pada satu tujuan.
Perjuangan

merupakan

sebuah

ambisi

untuk

mencapai

tujuan,

Adler


menjabarkannya dalam empat bentuk, yaitu:
1. Berjuang Mencapai Tujuan Akhir
Manusia berjuang demi sebuah tujuan akhir, entah itu superioritas pribadi atau
keberhasilan untuk semua umat manusia (Feist, 2010:82).

13
Universitas Sumatera Utara

2. Daya Juang sebagai Kompensasi
Manusia berjuang meraih superioritas atau keberhasilan sebagai cara untuk
mengganti perasaan inferior atau lemah (Feist, 2010:83).
3. Berjuang Meraih Superioritas Pribadi
Manusia berjuang dengan sedikit atau tanpa memperhatikan orang lain. Tujuan
mereka bersifat personal dan usaha mereka dimotivasi oleh perasaan inferior atau lemah
(Feist, 2010:84).
4. Berjuang Meraih Keberhasilan
Manusia dimotivasi oleh minat sosial dan keberhasilan untuk umat manusia.
Keberhasilan mereka tidak diperoleh dengan mengorbankan orang lain (Feist, 2010:85).
Teori Psikologi individual Adler sangatlah penting bagi peneliti untuk dapat
menganalisis dan mendeskripsikan bentuk-bentuk perjuangan tokoh utama untuk meraih
impian dalam novel SP.

14
Universitas Sumatera Utara