Analisis Kehilangan Air Fisik Pdam Tirtanadi Sunggal Pada Wilayah Pelayanan Kompleks Graha Sunggal

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keberadaan air tidak dapat dilepaskan dari kehidupan makhluk hidup karena air merupakan
komponen vital yang sangat diperlukan terutama oleh manusia. Setiap harinya manusia
memerlukan air untuk memenuhi keberlangsungan hidupnya. Bagi manusia, air digunakan
untuk berbagai keperluan seperti mandi, minum, mencuci, memasak, dll. Dengan beragam
kebutuhan air tersebut, perusahaan-perusahaan air bersih dituntut untuk menyediakan pasokan
air bersih kepada masyarakat agar setiap kebutuhan tersebut terpenuhi.
Penyediaan air bersih di Indonesia difasilitasi oleh ± 318 Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM). Sistem ini ternyata melayani 33 juta jiwa atau hanya sebesar 39% penduduk
perkotaan dan 9 juta jiwa atau 8% penduduk perdesaan. Sedangkan masyarakat lainnya yang
belum terlayani air minum memperoleh dari sumber lain seperti mata air, sumur dalam, sumur
dangkal, penampungan air hujan dan penjaja air (water vendor) yang kualitasnya tidak
terjamin. Untuk masyarakat miskin yang belum terlayani oleh sistem, membeli air dengan
harga yang cukup mahal (Sutjahjo, 2014).
Berbagai faktor mempengaruhi kondisi pelayanan air minum di Indonesia sehingga
menyebabkan air yang diterima masyarakat belum memenuhi standar kualitas air minum.
Selain itu, tingkat kehilangan air yang tinggi juga menjadi alasan tidak meratanya pelayanan
air bersih ke masyarakat.
Kehilangan air bukan menjadi fenomena yang baru lagi dalam dunia air minum. Hal ini dapat

terjadi ketika air yang berhasil didistribusikan ke pelanggan namun karena berbagai alasan
seperti kebocoran, tidak diukur atau dicatat secara akurat sehingga menyebabkan terjadinya
kesalahan dalam jumlah konsumsi pelanggan. Hal ini merupakan salah satu permasalahan
manajemen air minum yang juga masih sering terjadi di Indonesia. Beragam penyebab
terjadinya kehilangan air dapat diakibatkan berbagai faktor seperti inkonsistensi teknis serta
menurunnya fasilitas yang pada akhirnya menyebabkan kerugian yang cukup besar tidak
hanya dari pihak perusahaan air minum, tetapi juga imbasnya lagi-lagi dialami oleh
masyarakat. Terjadinya kehilangan air seringkali menyebabkan distribusi aliran air bersih

Universitas Sumatera Utara

menjadi tidak lancar. Adanya permasalahan lain seperti debit aliran air yang kecil dan tekanan
air yang rendah menyebabkan kebutuhan pelanggan akan air bersih menjadi tidak terpenuhi.
Selain itu, kekeliruan pembacaan meter juga mengakibatkan jumlah tagihan air yang harus
dibayar menjadi tidak sesuai dengan volume penggunaan yang tertera di meteran pencatat.
Menurut data dari Lithuania Water Supply Association, pada tahun 2012 di Lithuania sekitar
124 juta m³ air tanah yang dipasok ke jaringan, hanya 92 juta m³ yang terjual, yang artinya
terjadi kehilangan air sebesar 32 juta m³ per tahunnya (Rimeika and Albrektienė, 2014).
Penelitian yang dilakukan oleh Rita dan Nugraha (2009), di PDAM Kota Magelang didapat
persentase kehilangan air akibat kebocoran pipa di wilayah studi adalah sebesar 75,21% di

Armada Estate Utara; 43,97% di Armada Estate Selatan; dan 25,33% di Perumahan Depkes.
Sedangkan penelitian lainnya oleh Dewi dkk (2015), yang dilakukan di PDAM Kabupaten
Sukoharjo didapat bahwa kehilangan air yang terjadi pada tahun 2010-2012 sebesar 28,13%,
26,73%, 31,56% dengan angka kenaikan rata-rata sebesar 28,81%. Adapun ringkasan lebih
lanjut mengenai penelitian kehilangan air yang sudah pernah dilakukan dapat dilihat pada
Tabel 1.2.
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20 tahun 2006, angka minimum kehilangan
air yaitu 20%. Sedangkan, beberapa PDAM di Indonesia memiliki tingkat kehilangan air
mencapai kisaran 20% bahkan kurang, namun banyak pula yang mencapai nilai 60% atau
lebih. Berdasarkan data resmi Departemen Pekerjaan Umum, persentase kehilangan air
PDAM di Indonesia rata-rata mencapai angka 37%. Faktanya dengan tingkat kehilangan air
tersebut, peluang hilangnya pendapatan mencapai Rp 1,139 triliun per tahun (Deppu
BPPSPAM, 2014).
PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara merupakan perusahaan daerah air minum yang
memiliki tugas untuk menyediakan dan memenuhi kebutuhan air bersih kepada seluruh
masyarakat Kota Medan. Tahun 2007, PDAM Tirtanadi memproduksi air bersih yang berasal
dari instalasi pengolahan air dan beberapa sumur bor dengan kapasitas sebesar 5.046 l/detik.
Adapun instalasi PDAM Tirtanadi antara lain instalasi Sibolangit, instalasi Sunggal, instalasi
Delitua, instalasi Limaumanis, dan instalasi Hamparan Perak.


Universitas Sumatera Utara

Pendistribusian air PDAM Tirtanadi tentu juga tidak luput dari kehilangan air. Adapun tingkat
kehilangan air PDAM Tirtanadi tahun 2001-2004 dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Tingkat Kehilangan Air PDAM Tirtanadi
No.

1.

2.

Uraian
Total Kehilangan Air
2001
2002
2003
2004
Kehilangan Air (%)
2001
2002

2003
2004

28.535.824 m3/tahun
27.780.645 m3/tahun
27.046.426 m3/tahun
31.502.037 m3/tahun
23,5%
22,0%
21,2%
23,4%

Sumber : USAID, 2006

Berdasarkan Tabel 1.1, tingkat kehilangan air PDAM Tirtanadi jika dibandingkan dengan
rata-rata kehilangan air PDAM di Indonesia, maka tingkat kehilangan air ini termasuk cukup
rendah. Meskipun demikian, PDAM Tirtanadi mengalami kehilangan air dengan rata-rata
sekitar 1.000 l/detik yang artinya jumlah ini cukup besar. Selain itu, sumber air baku yang
digunakan untuk pengembangan sistem penyediaan air bersih (SPAB) semakin jauh sehingga
biaya pengembangan sistem akan semakin mahal (USAID, 2006).

Kehilangan air PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2014 rata-rata mencapai
27,9% yang artinya sudah di atas standar persentase kehilangan air dalam Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum. Jumlah sambungan pelanggan PDAM Tirtanadi pada tahun 2014 adalah
sebesar 404.739 pelanggan. Tingkat kehilangan air tersebut cukup tinggi mengingat setiap
tahunnya jumlah sambungan pelanggan meningkat sebesar ± 8.000 pelanggan.
PDAM Tirtanadi Sunggal merupakan salah satu cabang dari PDAM Tirtanadi Provinsi
Sumatera Utara yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan air bersih di beberapa daerah di
Kota Medan. Jumlah pelanggan PDAM Tirtanadi Sunggal saat ini mencapai 34.895
pelanggan. PDAM Tirtanadi Sunggal memproduksi air bersih sebesar 2.500 l/detik. Hasil air
olahan reservoir di Instalasi Pengolahan Air (IPA) Sunggal nantinya akan dialirkan menuju
pipa distribusi yang terhubung ke setiap cabang. Jaringan distribusi air pada cabang PDAM
Tirtanadi menggunakan pola pendistribusian sistem cabang yang bersifat membentuk cabang
sesuai dengan daerah pelayanan. Berdasarkan pola jaringan ini, terdapat beberapa kekurangan
seperti berpotensi terjadinya kehilangan air, kebocoran atau kerusakan yang menyebabkan

Universitas Sumatera Utara

pengaliran ke suatu daerah terhenti, serta pembagian debit yang tidak merata. Belum lagi
sangat rentannya terjadi masalah pencurian air jika menggunakan pola jaringan sistem
cabang.


Kompleks Graha Sunggal merupakan salah satu perumahan yang terletak di Jalan Sunggal,
Medan Sunggal yang terlayani oleh PDAM Tirtanadi Sunggal. Wilayah pelayanan ini juga
tidak terlepas dari kehilangan air. Banyaknya kasus kehilangan air yang ada di berbagai
wilayah, maka akan dilakukan analisis terhadap kehilangan air fisik PDAM Tirtanadi Sunggal
pada wilayah pelayanan Kompleks Graha Sunggal. Dengan melakukan analisis tersebut, dapat
ditemukan permasalahan yang terjadi mengenai kehilangan air dan diharapkan adanya
penyelesaian yang sesuai untuk menghindari kerugian di berbagai pihak.

1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian tugas akhir ini, yaitu:
1. Berapakah tingkat kehilangan air fisik PDAM Tirtanadi Sunggal pada wilayah pelayanan
Kompleks Graha Sunggal?
2. Bagaimanakah neraca air PDAM Tirtanadi Sunggal di wilayah pelayanan Kompleks Graha
Sunggal?
3. Berapakah besar nilai indeks kebocoran infrastruktur (Infrastructure Leakage Index/ILI)
sebagai indikator kehilangan air fisik di Kompleks Graha Sunggal?

1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian tugas akhir ini, yaitu:

1. Mengetahui besarnya tingkat kehilangan air fisik PDAM Tirtanadi Sunggal pada wilayah
pelayanan Kompleks Graha Sunggal.
2. Mengetahui nilai neraca air PDAM Tirtanadi Sunggal di wilayah pelayanan Kompleks
Graha Sunggal.
3. Mengetahui besar nilai indeks kebocoran infrastruktur (Infrastructure Leakage Index/ILI)
sebagai indikator kehilangan air fisik di Kompleks Graha Sunggal.

Universitas Sumatera Utara

1.4 Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian tugas akhir ini, yaitu:
1. Melihat ketelitian meter air pelanggan di wilayah penelitian dengan cara melakukan
pengukuran akurasi meter. Akan dilakukan juga pengukuran tekanan air di bagian awal,
tengah, dan akhir pada wilayah penelitian untuk mengetahui nilai tekanan air.
2. Menganalisis besarnya tingkat kehilangan air fisik PDAM Tirtanadi Sunggal pada wilayah
pelayanan Kompleks Graha Sunggal.
3. Menganalisis besar nilai neraca air dan indeks kebocoran infrastruktur (Infrastructure
Leakage Index/ILI) sebagai indikator kehilangan air fisik di Kompleks Graha Sunggal.
Setiap data yang didapat baik data primer maupun sekunder akan diolah dan dianalisis
sehingga dapat dilakukan penyusunan neraca air dan nilai indeks kebocoran infrastruktur

dengan menyesuaikan pada matriks target kehilangan air fisik.

1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian tugas akhir ini, yaitu:
1. Mampu mengimplementasikan ilmu yang didapat selama proses perkuliahan.
2. Mampu menemukan solusi dan rekomendasi pengendalian kehilangan air di PDAM
Tirtanadi Sunggal.
3. Sebagai evaluasi dan masukan terkait kehilangan air bagi PDAM Tirtanadi Sunggal.
4. Sebagai optimalisasi pelayanan air bersih PDAM Tirtanadi Sunggal.

1.6 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan pada laporan tugas akhir ini, yaitu:
BAB I : PENDAHULUAN
Menguraikan gambaran umum tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,
ruang lingkup, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Membahas teori dasar yang mendukung mengenai tugas akhir.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Menguraikan konsep penelitian, metode penelitian, pengumpulan data primer dan sekunder,
serta langkah pengolahan dan analisis data.


Universitas Sumatera Utara

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Membahas mengenai pengolahan data, perhitungan kehilangan air, penyusunan neraca air,
dan perhitungan Infrastructure Leakage Index.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Menyimpulkan hasil analisis pada bab-bab sebelumnya.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 1.2 Hasil Penelitian Terdahulu
No.
1.

2.

Nama Peneliti
Kenneth R. Friedman
and James P. Heaney


Dinda Rita K. dan
Winardi Dwi
Nugraha

Tahun
2009

Judul Penelitian
Water Loss
Management:
Conservation Option
in Florida’s Urban
Water Systems

Variabel
Hasil
1. Tujuan Penelitian
1. Berdasarkan perhitungan neraca air didapat nilai
Untuk memperkirakan kehilangan air publik

RW (Air Berekening) sebesar 3,258.0 juta
pada pasokan sistem di Florida sebagai bagian
galon/tahun dan NRW sebesar 1,143.3 juta
dari rencana konservasi air. Penelitian ini hanya
galon/tahun.
membahas kehilangan
air
di
jaringan
distribusi/transmisi saja.
2. Pehitungan ILI didapat sebesar 8.9. Nilai ILI di
kisaran 5 sampai 8 dapat ditoleransi jika air
2. Metode Penelitian
relatif murah dan pasokan berlimpah. Nilai ILI
a. Penelitian ini menghitung kehilangan air dengan
kurang dari 1.0 dianggap mustahil didapat
metode dari IWA yaitu neraca air dan ILI.
karena artinya utilitas air relatif mahal dan
kontrol kebocoran harus benar-benar ketat.

2010

Studi Kehilangan Air
Akibat Kebocoran
Pipa Pada Jalur
Distribusi PDAM
Kota Magelang
(Studi Kasus:
Perumahan Armada
Estate dan Depkes,
Kramat Utara
Kecamatan Magelang
Utara)

1. Tujuan Penelitian
Untuk melakukan studi kasus tentang
kehilangan air yang disebabkan oleh kebocoran
pipa di perumahan Armada Estate dan Depkes,
Kramat Utara Magelang Utara.
2. Metode Penelitian
a. Analisa pelaksanaan step test dan sounding
untuk mengidentifikasi kebocoran air pada
jaringan distribusi. Step test biasanya dilakukan
pada malam hari, karena pada malam hari
tingkat konsumsi air sangat kecil dan lebih
stabil.
b. Setelah
dilakukan
tahapan
step
test,
maka daerah atau sub zona yang mengalami
kebocoran dapat diisolasi.
c. Selanjutnya untuk menentukan letak kebocoran
secara pasti dilakukan dengan teknik sounding.

1. Persentase kehilangan air akibat kebocoran pipa
di wilayah studi adalah sebesar 75,21% di
Armada Estate Utara; 43,97% di Armada Estate
Selatan; dan 25,33% di Perumahan Depkes.

2. Cara yang dapat dilakukan untuk meminimalisasi
kehilangan air adalah melaksanakan investigasi
terhadap pipa–pipa yang bocor dengan cara step
test dan teknik sounding.

3. Besarnya penurunan tingkat kehilangan air pada
masing–masing daerah studi adalah sebagai
berikut: pada Perumahan Armada Estate Utara
sebanyak 59,51% dan di Armada Estate Selatan
sebesar 10,89%. Sedangkan di Perumahan
Depkes penurunan presentase kehilangan air
adalah sebesar 10,91%.

Universitas Sumatera Utara

No.

3.

Nama Peneliti

Mindaugas Rimeika
and Ramunė
Albrektienė

Tahun

2014

Judul Penelitian

Analysis of Apparent
Water Losses, Case
Study

Variabel
Setelah dilakukan sounding, akan ditemukan
titik-titik kebocoran dan kemudian dilakukan
perbaikan.

Hasil

1.

Tujuan Penelitian
1. Sekitar 124 juta m³ air tanah yang dipasok ke
Untuk melihat kehilangan air nonfisik di Kota
jaringan, hanya 92 juta m³ yang terjual, yang
Alytus, Lithuania (sebuah negara di Eropa
artinya terjadi kehilangan air sebesar 32 juta m³
bagian timur laut) dengan menganalisis meteran
per tahunnya.
pelanggan.
2. Kehilangan air nonfisik didapatkan; perumahan 1
(40 rumah) = 323 m3/tahun, perumahan 2 (50
2. Metode Penelitian
rumah) = 202 m3/tahun, perumahan 3 (60
a. Penelitian ini dilakukan dengan menguji meter
rumah) = 150 m3/tahun.
air di kompleks perumahan yang menggunakan
meter air Kelas B dan C yang dibangun secara
berurutan. Uji lainnya dilakukan di perumahan 3. Dari hasil penelitian pada tiga perumahan
tersebut didapat bahwa, pemasangan meter air
dimana meter air Kelas C nya baru dipasang.
tidak dilakukan sesuai dengan instruksi yang
seharusnya. Sehingga terjadinya penyimpangan
yang mengganggu akurasi pengukuran. Setelah
b. Kedua pengujian akan menunjukkan volume
mengganti meter air rumah dari Kelas B oleh
warga dari Kelas C, didapatkan kehilangan air
kehilangan air fisik yang signifikan karena
ketidakakuratan meter air yang digunakan.
rata-rata dari 12 l/hari atau sekitar 4
m3/perumahan/tahun.
4. Perlu akurasi pada alat meter air sehingga akan
membantu mengurangi kehilangan. Akurasi pada
perhitungan air dimaksudkan untuk pengukuran
yang lebih akurat dari air yang dikonsumsi oleh
pelanggan tetapi tidak untuk merugikan
pelanggan.

Universitas Sumatera Utara

No.
4.

Nama Peneliti
R. R. Dighade, M. S.
Kadu dan A. M.
Pande

Tahun
2015

Judul Penelitian
Non Revenue Water
Reduction Strategy in
Urban Water Supply
System in India

1.

2.
a.

Variabel
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui nilai kehilangan air di area
Kota Nagpur India.
Metode Penelitian
Penelitian dilakukan melalui penilaian NRW
dengan menggunakan data dasar yang ada dan
melalui diskusi dengan warga di lingkungan
tersebut.

Hasil
1. Persentase kehilangan air di Kota Nagpur
didapatkan; kehilangan air fisik 17%, kehilangan
air nonfisik 21%, konsumsi tak berekening 12%,
dan air berekening 50%.
2. Tingkat NRW di Kota Nagpur sebesar 49.77%
yang artinya hampir mencapai setengah dari
total volume input. Tingginya nilai NRW
umumnya menunjukkan buruknya utilitas air
yang dikelola.
3. Untuk negara berkembang, mengurangi NRW
harus menjadi pilihan utama untuk mengatasi
tingkat cakupan pelayanan yang rendah ketika
permintaan pasokan air bersih meningkat.
Dengan memperluas jaringan air tanpa
mengatasi kehilangan air hanya akan
menyebabkan tidak efisiensinya distribusi.

5.

Kharina Hardiana
Dewi, Koosdaryani,
dan Adi Yusuf
Muttaqien

2015

Analisis Kehilangan
Air Pada Pipa Jaringan
Distribusi Air Bersih
PDAM Kecamatan
Baki, Kabupaten
Sukoharjo

1. Tujuan Penelitian
Untuk
menentukan
jumlah
kebutuhan
pelanggan PDAM Kecamatan Baki, Kabupaten
Sukoharjo 2010-2012 dan menentukan tingkat
kebocoran dan penurunan tekanan yang terjadi
pada pipa distribusi.
2. Metode Penelitian
a. Penelitian ini menggunakan data primer dan data
sekunder.
b. Data yang didapat kemudian diolah sehingga
terbentuk simulasi pipa jaringan distribusi
PDAM Kecamatan Baki dengan program
Epanet 2.0 Data lainnya diolah sehingga didapat
analisis kehilangan berdasarkan literatur.

1. Total kebutuhan pelanggan terbanyak pada tahun
2012 adalah 97,89 lt/det. Kehilangan air yang
terjadi pada tahun 2010-2012 sebesar 28,13%,
26,73%, 31,56% dengan angka kenaikan ratarata sebesar 28,81%.

2. Dari hasil analisis simulasi pressure pada pipa
jaringan distribusi dengan program Epanet 2.0
diperoleh bahwa jam puncak pemakaian air pada
jam 04:00 AM, pressure tertinggi yaitu 268,69
m sedangkan pressure terendah yaitu 238,94 m.
Adapun untuk jam terendah pemakaian air pada
jam 02:00 AM, pressure tertinggi yaitu 140,60
m sedangkan pressure terendah yaitu 71,46 m.

Universitas Sumatera Utara