Analisis Kehilangan Air Fisik Pdam Tirtanadi Sunggal Pada Wilayah Pelayanan Kompleks Graha Sunggal Chapter III V

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Konsep Metodologi Penelitian
Langkah penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada diagram alir penelitian pada
Gambar 3.1 di bawah ini.
Mulai

Studi Literatur

Pelaksanaan Penelitian

Pengumpulan Data

Data Sekunder :
a) Kondisi eksisting
b) Panjang pipa
c) Jumlah sambungan pelanggan
d) Jumlah air yang didistribusi
e) Jumlah air di rekening tagihan


Data Primer :
a) Akurasi meter : Pengukuran bertujuan untuk
melihat ketelitian meter pelanggan
b) Tekanan : Pengukuran dilakukan dengan
menggunakan alat manometer

Pengolahan Data

Perhitungan Kehilangan Air Fisik
Penyusunan Neraca Air
Perhitungan Indeks Kebocoran Infrastruktur
Infrastructure Leakage Index (ILI)

Analisis dan Pembahasan
Simpulan dan Saran
Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

Universitas Sumatera Utara


3.2 Metode Penelitian
Penelitian mengenai analisis kehilangan air fisik ini termasuk ke dalam jenis penelitian
kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian dengan tujuan memperoleh data
berupa angka. Pelaksanaan penelitian dilakukan di wilayah pelayanan Kompleks Graha
Sunggal. Pada penelitian ini juga dilakukan wawancara pada narasumber PDAM Tirtanadi
Sunggal, studi literatur, perhitungan kehilangan air fisik, dan penyusunan neraca air serta
perhitungan nilai ILI.
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.3.1 Sejarah Perusahaan
PDAM Tirtanadi dibangun oleh Pemerintahan Kolonial Belanda pada tanggal 8 September
1905 yang sebelumnya bernama NV Waterleiding Maatschappij Ajer Beresih. Pembangunan
dilakukan oleh Hendrik Cornelius Van Den Honert selaku Direktur Deli Maatschappij, Pieter
Kolff selaku Direktur Deli Steenkolen Maatschappij, dan Charles Marie Hernkenrath selaku
Direktur Deli Spoorweg Maatschappij. Dulunya kantor pusat dari perusahaan air bersih ini
berada di Amsterdam, Belanda.
Saat itu sumber air utama adalah mata air Rumah Sumbul di Sibolangit dengan kapasitas 3000
m3/hari. Air tersebut ditransmisikan ke reservoir menara yang memiliki kapasitas 1200 m3
yang berada di Jalan Kapitan, yang sekarang merupakan Kantor Pusat PDAM Tirtanadi
Provinsi Sumatera Utara. Reservoir ini memiliki ketinggian 42 m dari permukaan tanah.

Reservoir ini dibangun dari besi dengan diameter 14 m. Setelah kemerdekaan Indonesia,
perusahaan ini diserahkan kepada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara melalui Pemerintah
Indonesia.
Berdasarkan pada Perda Sumatera Utara No. 11 tahun 1979, nama perusahaan diubah menjadi
PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara. Pada tahun 1991, PDAM Tirtanadi ditunjuk
sebagai operator sistem pengelolaan air limbah Kota Medan.
Instalasi Pengolahan Air (IPA) Sunggal adalah suatu instalasi Pemerintah Daerah (Pemda)
yang bergerak dalam bidang usaha pengolahan air. IPA Sunggal didirikan di tas tanah seluas 8
hektar yang berlokasi di desa Sunggal Kabupaten Deli Serdang.

Universitas Sumatera Utara

Pada tanggal 1 April 1969, dilakukan pencangkulan pertama IPA Sunggal oleh Gubernur
Kepala Daerah Provinsi Sumatera Utara yaitu Bapak Marah Halim Harahap dan Ketua
DPRGR Tingkat I Provinsi Sumatera Utara, H. Hutauruk. Unit instalasi Sunggal ini
memproses air permukaan yaitu dari Sungai Belawan, sebagai pelaksana yang mengerjakan
adalah PT. Pembangunan Niaga, yang dilaksanakan secara bertahap dengan kapasitas 300
l/detik.
Tahun 1977, di unit produksi Sunggal dibangun secara bertahap clarifier nomor 2, 3, 4, dan 5.
Pada tahun yang sama juga di daerah Mabar dibangun reservoir/booster pump dengan

kapasitas 1000 m3. Mulai tahun 2013, total kapasitas produksi yang digunakan naik menjadi
2500 l/detik. Adapun proses produksi air bersih di IPA Sunggal saat ini, yaitu:
1. Bendungan
Sumber air baku IPA Sunggal ialah air permukaan Sungai Belawan yang diambil melalui
bendungan dengan panjang 25 m dan tinggi 4 m. Bagian sisi kanan bendungan dibuat sekat
(channel) berupa saluran penyadap dengan lebar 2 m dan dilengkapi dengan pintu pengatur
ketinggian air yang masuk ke intake.
2. Intake
Intake merupakan sebuah bangunan berupa saluran bercabang dua yang dilengkapi dengan
bar screen (saringan kasar) dan fine screen (saringan halus) yang berguna untuk mencegah
masuknya kotoran atau sampah yang sebelumnya terbawa arus sungai. Setiap saluran
dilengkapi dengan pintu sluice (sluice gate). Sluice gate juga dikenal dengan sebutan pintu
sorong merupakan bangunan hidrolik yang umumnya digunakan sebagai pengatur debit air.
Pada bangunan intake dilakukan pemeriksaan dan pembersihan saringan secara periodik
untuk menjaga kestabilan jumlah air yang masuk.
3. Raw Water Tank (RWT)
Bangunan RWT (bak pengendap) dibangun setelah intake yang terdiri dari 2 unit (4 sel)
dengan masing-masing unit berdimensi 23,3 m x 20 m; tinggi 5 m dilengkapi dengan 2 buah
inlet gate; 2 buah outlet sluice gate dan pintu bilas 2 buah. Bangunan ini berfungsi sebagai
tempat pengendapan lumpur dan pasir yang bersifat sedimen.


Universitas Sumatera Utara

4. Raw Water Pump (RWP)
Raw Water Pump (pompa air baku) berfungsi untuk memompakan air dari bangunan RWT
menuju clarifier. Terdapat 18 unit pompa pada RWP dengan kapasitas rata-rata pompa
sebesar 110 l/detik.
5. Clarifier
Bangunan clarifier (bangunan untuk proses penjernihan air) di IPA Sunggal terdiri dari 6 unit.
Clarifier dengan proses agitasi sebanyak 4 unit (kapasitas 500 l/detik) dan clarifier dengan
proses pulsator sebanyak 2 unit (kapasitas 350 l/detik). Clarifier berfungsi sebagai tempat
pemisah antara flok yang bersifat sedimen dan menghasilkan air olahan dengan bantuan
pengaduk yang selanjutnya akan dialirkan ke filter.
6. Filter
Air yang dialirkan dari clarifier akan masuk ke proses filtrasi. Pada proses ini terjadi
penyaringan berupa flok-fok halus yang sebelumnya lolos dari clarifier dengan menggunakan
media filter. Flok tersebut nantinya akan melekat pada media filter dan mengurangi kadar
kekeruhan (turbidity) pada air. Terdapat 38 unit filter yang ada di IPA Sunggal dengan lebar
filter 4 m; panjang 8,25 m; tinggi 6,25 m dengan tinggi maksimum permukaan air adalah 5,05
m dan ketebalan total lapisan media filter 114 cm.

7. Reservoir
Reservoir berfungsi sebagai tempat penampungan air bersih yang sudah diolah dari proses
filtrasi. Bangunan ini terbuat dari beton dengan dimensi panjang 50 m, lebar 40 m, dan tinggi
7 m dengan kapasitas 12.000 m3. Terdapat 3 unit bangunan reservoir di IPA Sunggal yaitu
reservoir 1 dan reservoir 2 dengan kapasitas masing-masing 6.000 m3 dan reservoir 3 dengan
kapasitas 13.000 m3.
8. Finish Water Pump (FWP)
Finish Water Pump (pompa distribusi) di IPA Sunggal berjumlah 19 unit yang berfungsi
untuk mendistribusikan air bersih dari reservoir instalasi ke reservoir-reservoir distribusi
cabang melalui pipa transmisi.

Universitas Sumatera Utara

9. Lagoon
Proses produksi air bersih di IPA Sunggal akan menghasilkan buangan berupa lumpur yang
bila tidak diolah dengan tepat dapat mencemari lingkungan. Dalam hal ini IPA Sunggal
melakukan konsep daur ulang untuk mengatasi buangan yang dihasilkan dari instalasi. Sejak
tahun 2002, IPA Sunggal membangun unit lagoon atau pengolahan lumpur dengan kapasitas
10.800 m3. Lagoon ini berfungsi sebagai tempat penampung air buangan bekas pengolahan
dan selanjutnya air olahan tersebut akan disalurkan kembali ke RWT untuk diolah kembali.

10. Sistem Distribusi
Sistem pengaliran pada jaringan transmisi/distribusi di PDAM Tirtanadi IPA Sunggal
dilakukan dengan sistem pemompaan, baik langsung dari IPA Sunggal maupun dari reservoir
distribusi. Sistem pemompaan ini dilakukan karena daerah di sekitar IPA Sunggal ini
merupakan daerah yang datar dan lokasi IPA berada pada elevasi yang relatif sama dengan
daerah pelayanan. Umumnya, sistem pemompaan memang alternatif terbaik jika lokasi IPA
berada pada elevasi yang relatif sama dengan daerah pelayanan.
PDAM Tirtanadi IPA Sunggal memiliki 6 unit saluran pendistribusian air (Q), yaitu Q1
sampai Q7. Pendistribusian air ada yang dialirkan langsung ke pelanggan namun ada pula
yang dialirkan ke booster terlebih dahulu. Hal ini dikarenakan jarak yang lumayan jauh yang
mengakibatkan tekanan air berkurang. Adapun distribusi aliran tersebut antara lain:
a. Q1 ke booster sejarah dan booster gaperta, untuk daerah Diski dan Gaperta (dari 2 FWP
nomor 3 dan 4). Dari booster ini air akan dialirkan langsung ke pelanggan.
b. Q2 dialirkan langsung ke pelanggan daerah Sei Agul (dari 3 FWP nomor 5, 6 dan 7).
c. Q3 langsung ke jalur pelanggan untuk daerah Putri Hijau. Q3 berasal dari 3 FWP (nomor
8, 9 dan 10).
d. Q4 ke booster pasar 4 Padang Bulan dan dari booster akan dialirkan ke pelanggan daerah
Padang Bulan. Q4 berasal dari 3 FWP (nomor 11, 12, dan 13).
e. Q5 langsung ke daerah pelanggan Setia Budi. Q5 berasal dari 3 FWP (nomor 14, 15 dan
16).

f. Q6 dan Q7 dialirkan masing-masing sama seperti Q2 dan Q4 untuk menambah persediaan
air di daerah Sei Agul dan Padang Bulan. Q6 dan Q7 ini berasal dari 3 FWP (nomor 17, 18,
19).

Universitas Sumatera Utara

3.3.2 Lokasi
Lokasi penelitian sebagai pengumpulan data primer adalah Kompleks Graha Sunggal. Adapun
lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2 Lokasi Kompleks Graha Sunggal
Sumber : Google Map, 2017

Kompleks Graha Sunggal merupakan salah satu perumahan yang berada di Jalan Sunggal,
Medan Sunggal, Kota Medan. Berdasarkan koordinat, lokasi Kompleks Graha Sunggal berada
pada latittute 3,576404 dan longitute 98,618122. Batas wilayah Kompleks Graha Sunggal,
yaitu sebelah utara Kecamatan Medan Helvetia, sebelah selatan Kecamatan Medan Selayang,
sebelah barat Kecamatan Deli Serdang, dan sebelah timur Kecamatan Medan Baru. Kompleks
Graha Sunggal selesai dibangun sekitar tahun 2003. Rata-rata rumah yang berada di
Kompleks Graha Sunggal merupakan tipe 70 dengan dua lantai. Kompleks Graha Sunggal

termasuk perumahan mewah yang sebagian besar pemiliknya beretnis Tionghoa. Kompleks
Graha Sunggal terdiri dari beberapa blok rumah seperti blok A, blok B, blok C, dan blok D.

Universitas Sumatera Utara

3.3.3 Waktu
Pengumpulan data primer yaitu berupa data akurasi meter dan tekanan. Pengukuran akurasi
meter dilakukan pada meter air pelanggan selama 1 minggu. Sedangkan pengukuran tekanan
dilakukan selama 3 hari.
3.4 Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
1. Observasi Langsung
Kegiatan observasi langsung dilaksanakan untuk mengetahui lokasi penelitian.
2. Wawancara
Kegiatan wawancara serta diskusi dilakukan untuk mendapatkan informasi dan data yang
berkaitan dengan topik penelitian. Wawancara dilakukan kepada narasumber dari PDAM
Tirtanadi Sunggal.
3. Studi Literatur
Studi literatur atau tinjauan kepustakaan bertujuan untuk mendapatkan landasan teori, rumus,
dan data yang mendukung selama pengerjaan penelitian. Adapun studi literatur diperoleh dari

berbagai sumber seperti buku, jurnal, internet, dll.
4. Data Primer
Data primer didapat langsung saat melakukan penelitian di lapangan. Adapun data primer
yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah akurasi meter dan tekanan. Langkah
pengumpulan data primer dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 3.1 Pengumpulan Data Primer
No.

Data

Tujuan

Lokasi

Langkah Pengumpulan Data

1.


Akurasi
meter

Untuk melihat kesesuaian
pembacaan meter pelanggan
(ketidakakuratan meter
pelanggan).

Meter air
pelanggan

Langkah pengukuran akurasi meter, yaitu:
1. Pasang serangkaian alat uji akurasi
pada keran pelanggan;
2. Isi air keran ke dalam wadah sampai
penuh sesuai dengan volume 100 liter;
3. Setelah volume sesuai, tutup keran
pelanggan;
4. Lihat angka pada meter pelanggan, bila
kurang dari 100 liter namun jumlah air
dalam
gelas
ukur
sesuai
mengindikasikan PDAM mengalami
kerugian, begitu pula sebaliknya;
5. Catat dan hitung kekurangan atau
kelebihan (selisih) angka pada meter
pelanggan dan wadah.

2.

Tekanan

Untuk mengetahui besarnya
tekanan air.

Wilayah Langkah pengukuran tekanan, yaitu:
pelayanan 1. Pasang alat manometer pada pipa/keran
pelanggan;
2. Buka pipa/keran pelanggan;
3. Lihat angka yang ditunjukkan pada
manometer;
4. Catat angka yang ditunjukkan pada
manometer.

Sumber : Analisa, 2017

Adapun denah penyebaran data primer di Kompleks Graha Sunggal dapat dilihat pada
Lampiran 1. Pengambilan data primer lebih lanjut akan dijelaskan sebagai berikut.
a. Pengambilan Sampel Akurasi Meter
1) Pengukuran akurasi meter dilakukan dengan menggunakan wadah penampung berupa
galon 19 liter (4 buah) dan jerigen 5 liter (1 buah). Wadah penampung tersebut terlebih
dahulu dikalibrasi dengan menggunakan gelas takar ukur 2 liter. Kalibrasi bertujuan untuk
melihat bahwa wadah yang digunakan tepat dan akurat untuk menampung volume air.
Hasil kalibrasi menunjukkan bahwa wadah penampung yang digunakan pada penelitian
sudah tepat karena volume wadah sesuai dengan volume gelas takar ukur.
2) Jumlah sambungan pelanggan di Kompleks Graha Sunggal adalah sebesar 267. Dalam hal
ini jumlah sambungan pelanggan merupakan jumlah populasi pada penelitian. Dengan
banyaknya jumlah populasi tersebut, maka perlu dilakukan pengambilan sampel yang
representatif. Alasan lainnya adalah karena terbatasnya biaya, tenaga, dan waktu selama
penelitian untuk pengukuran akurasi meter, sehingga diambil beberapa sampel yang dapat
mewakili populasi yang ada.

Universitas Sumatera Utara

3) Pengambilan sampel pada penelitian ini dibagi berdasarkan karakteristik umur meter
pelanggan di Kompleks Graha Sunggal. Adapun pembagian karakteristik umur meter,
yaitu:
(1) Umur meter ≤ 5 tahun = 104 meter air
(2) Umur meter

5 tahun = 163 meter air

4) Aturan praktis dalam penentuan ukuran sampel yang diusulkan adalah minimal 10% dari
populasi (Roscoe dalam Sekaran dan Bougie, 2010).
5) Selama pengukuran di lapangan, terdapat beberapa keterbatasan dan kendala pada
pengumpulan sampel. Tidak sedikit konsumen yang menolak untuk dilakukan pengukuran
terhadap meter air mereka. Hal ini menjadi keterbatasan dalam pengambilan sampel yang
tidak dapat dihindari, karena izin dari konsumen menjadi hal yang penting dalam
pengambilan sampel. Pengambilan sampel akhirnya didapatkan sebanyak 20 sampel, 10
sampel untuk umur meter air≤ 5 tahun dan 10 sampel untuk umur meter > 5 tahun atau
sekitar 7,5% yang dianggap mewakili.
b. Pengambilan Data Tekanan
1) Tujuan pengukuran tekanan adalah untuk melihat besar tekanan yang terjadi di wilayah
pelayanan Kompleks Graha Sunggal.
2) Pengukuran tekanan dilakukan sebanyak 1 jam sekali selama 17 jam yang dimulai pada
pukul 08.00 WIB sampai 24.00 WIB.
3) Terdapat 3 titik pengukuran tekanan yang dilakukan, yaitu tekanan awal yang dilakukan
pada bagian luar wilayah pelayanan, tekanan tengah yang dilakukan pada bagian tengah
wilayah pelayanan, dan tekanan akhir yang dilakukan pada bagian ujung wilayah
pelayanan.
4) Besarnya tekanan rata-rata yang didapat pada pengukuran digunakan untuk mengetahui
tingkat kebocoran yang terjadi pada perhitungan ILI dengan menyesuaikan pada tabel
matriks target kehilangan fisik (Tabel 2.3 di Bab II).
5. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang mendukung penelitian dan tidak langsung diperoleh dari
lokasi penelitian. Dalam hal ini semua data sekunder didapat dari narasumber pada pihak
PDAM Tirtanadi Sunggal. Adapun data sekunder yang digunakan antara lain:

Universitas Sumatera Utara

a) Kondisi eksisting
Data kondisi eksisting merupakan data kondisi instalasi PDAM Tirtanadi Sunggal seperti
operasi pengolahan, kapasitas debit, sistem perpipaan dan distribusi serta data pendukung
lainnya.
b) Panjang pipa
Data panjang pipa yang diperlukan berupa panjang pipa utama dan panjang pipa pelanggan
(pipa dinas). Data ini digunakan untuk menghitung nilai Minimum Achievable Annual
Physical Losses (Kehilangan Fisik yang Dapat Dicapai secara Minimal/MAAPL) pada
perhitungan ILI.
c) Jumlah sambungan pelanggan
Data jumlah sambungan pelanggan diperlukan untuk menghitung nilai Minimum Achievable
Annual Physical Losses (Kehilangan Fisik yang Dapat Dicapai secara Minimal/MAAPL)
pada perhitungan ILI.
d) Jumlah air yang didistribusi
Data jumlah air yang didistribusi digunakan untuk menghitung persen kehilangan air.
e) Jumlah air di rekening tagihan
Data jumlah air di rekening tagihan (jumlah air yang terjual) digunakan untuk menghitung
persen kehilangan air.

3.5 Pengolahan dan Analisis Data
Data yang sudah diperoleh kemudian diolah dan dianalisis kemudian dilakukan pembahasan
sesuai dengan studi literatur. Adapun pengolahan dan analisis data pada penelitian ini yaitu
sebagai berikut.
1. Perhitungan Kehilangan Air
Perhitungan ini dilakukan untuk melihat nilai persen kehilangan air yang terjadi apakah
melebihi batas minimum berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20 Tahun 2006
yaitu 20%. Selanjutnya jika melebihi batas minimum dapat diberikan rekomendasi upaya
pengendalian air. Analisis nilai kehilangan air berdasarkan meter pelanggan dengan

Universitas Sumatera Utara

menghitung persen akurasi meter pelanggan dari data pengukuran akurasi meter. Setelah
mendapat nilai kehilangan air akan dihitung pula besar kehilangan air dalam rupiah.
2. Penyusunan Neraca Air
Neraca air merupakan metode yang digunakan untuk mengetahui nilai kehilangan air. Dengan
penyusunan neraca air dapat dihitung kerugian yang dialami PDAM. Data yang diperlukan
untuk menghitung neraca air seperti, volume input, konsumsi resmi, ketidakakuratan meter
pelanggan, kehilangan air, kehilangan fisik dan non-fisik. Neraca air dapat dilihat pada Tabel
2.2 di Bab II. Langkah-langkah menyusun neraca air, yaitu:
a) Langkah 1 : Menentukan volume input sistem (Volume Input Sistem)
Merupakan volume input sistem penyediaan air bersih.
b) Langkah 2 : Menentukan konsumsi resmi (Konsumsi Resmi)
Merupakan jumlah air yang terjual (jumlah air di rekening tagihan).
c) Langkah 4 : Menghitung kehilangan air (Kehilangan Air)
Merupakan selisih antara Volume Input Sistem dan Konsumsi Resmi.
d) Langkah 3 : Menaksir kehilangan non-fisik (Ketidakakuratan Meter Pelanggan)
Persen kehilangan air dari meter pelanggan dikalikan dengan besar kehilangan air.
e) Langkah 5 : Menghitung komponen-komponen kehilangan fisik (Kehilangan Fisik)
Merupakan selisih antara Kehilangan Air dan Kehilangan Non-Fisik.
f) Langkah 6 : Penyusunan neraca air
Setiap komponen disusun ke dalam tabel neraca air.
3. Perhitungan Indeks Kebocoran Infrastruktur (Infrastructure Leakage Index/ILI)
ILI merupakan salah satu indikator untuk menganalisis kehilangan air. Dengan mendapatkan
nilai ILI akan diketahui masuk di kategori apakah kebocoran yang terjadi sehingga dapat
diberikan rekomendasi penurunan kehilangan air di wilayah tersebut. Perhitungan nilai ILI
dapat dilihat pada Bab II. Adapun langkah-langkah menghitung nilai ILI, yaitu:

Universitas Sumatera Utara

a) Langkah 1 : Menghitung MAAPL
MAAPL atau Minimum Achievable Annual Physical Losses merupakan besar kehilangan
fisik yang dapat dicapai secara minimal.
b) Langkah 2 : Menghitung CAPL
CAPL atau Current Annual of Physical Losses merupakan volume tahunan kehilangan fisik
yang telah didapat dari penyusunan neraca air.
c) Langkah 3 : Menghitung ILI
ILI atau Infrastructure Leakage Index (indeks kebocoran infrastrukur) digunakan sebagai
indikator kinerja perusahaan penyedia air bersih. Rumus menghitung ILI dapat dilihat
Persamaan 2.5 di Bab II.
d) Langkah 4 : Penyesuaian untuk intermittent supply
Jika distribusi pelayanan tidak 24 jam, maka bentuk penyesuaian untuk intermittent supply
dengan membagi MAAPL dengan angka rata-rata jam pelayanan per hari. Misal, didapatkan
MAAPL 600.000 m3/tahun, sedangkan jam operasi hanya 18 jam, maka MAAPL sebenarnya
adalah : (18/24) x 600.000 m3/tahun = 450.000 m3/tahun.
e) Langkah 5 : Membandingkan ILI dengan matriks target kehilangan fisik (Tabel 2.3 di Bab
II)
Dengan membandingkan nilai ILI pada matriks target kehilangan fisik selanjutnya bisa dilihat
seberapa jauh kondisi kehilangan air berdasarkan tekanan rata-rata dan angka kehilangan air
dalam liter/sambungan/hari.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sistem Distribusi Kompleks Graha Sunggal
Pendistribusian air di Kompleks Graha Sunggal termasuk ke dalam aliran distribusi Q6 yang
merupakan pelayanan yang dialirkan langsung ke rumah pelanggan. Debit distribusi yang
diterima wilayah ini rata-rata sebesar 163,8 m3/hari. Air yang dialirkan ke wilayah ini diambil
dari reservoir 3 dengan menggunakan pompa distribusi (FWP) sebanyak 3 unit yaitu pompa
nomor 17, 18, dan 19. Pipa transmisi yang digunakan yaitu pipa Ø 600 mm dengan jenis pipa
PVC. Adapun denah distribusi di Kompleks Graha Sunggal dapat dilihat pada Lampiran 2.
4.2 Pengolahan Data
4.2.1 Data Primer
4.2.1.1 Akurasi Meter
Pengukuran akurasi meter bertujuan untuk melihat ketelitian meter air pelanggan di Kompleks
Graha Sunggal. Adapun proses pengambilan sampel akurasi meter yang sudah dilakukan
dijelaskan pada Gambar 4.1.

1. Siapkan serangkaian alat uji
akurasi meter ke keran
pelanggan (wadah penampung
yang sudah dikalibrasi).

2. Pasang alat lalu isi air
sebanyak 100 liter ke wadah
penampung. Setelah volume
sesuai, tutup keran.

3. Lihat angka yang muncul
pada meter air dan catat
selisih volume air yang
tertera di meter pelanggan
dan wadah penampung.

Gambar 4.1 Pengambilan Sampel Akurasi Meter

Universitas Sumatera Utara

Adapun hasil survei dari pengukuran akurasi meter disajikan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Data Akurasi Meter
No.

No. Sambungan

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.

950218
950155
950101
950200
950223
950226
950209
950220
950210
950203
950215
950166
950051
950026
950118
010142
950207
950060
950272
950115

Meter Air
100
100
100
100
100
100
100
99,5
100
100
100
99,5
100
100
100
99,1
100
100
100
100
Total

Volume Air (Liter)
Wadah
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100

Selisih
0
0
0
0
0
0
0
0,5
0
0
0
0,5
0
0
0
0,9
0
0
0
0
1,9 liter

Sumber : Hasil Survei, 2017

Berdasarkan tabel diatas, pengukuran akurasi meter yang dilakukan terdapat 3 sampel meter
pelanggan yang tidak akurat. Terdapat 2 sampel meter pelanggan yang menunjukkan volume
yang berbeda yaitu 99,5 liter yang artinya terdapat selisih 0,5 liter padahal air yang ditampung
sebesar 100 liter dan 1 sampel meter pelanggan dengan volume airnya sebesar 99,1 liter yang
artinya selisih 0,9 liter.
Dari sampel-sampel meter pelanggan yang berbeda tersebut, menunjukkan bahwa volume
yang terlihat pada meter air pelanggan kurang dari air yang ditampung pada wadah (100 liter).
Hal ini dapat diartikan bahwa PDAM Tirtanadi Sunggal mengalami kerugian karena tagihan
air yang dibayar pelanggan kurang dari tagihan yang seharusnya. Kurang akuratnya meter air
pelanggan menyebabkan jumlah air yang harus dibayar dengan jumlah air yang diterima
menjadi berbeda. Hal ini dapat disebabkan beberapa faktor, seperti kinerja meter air yang
memburuk penggunaannya karena usia meter atau kualitas air. Komponen-komponen di
dalam meter air yang berputar dapat menjadi aus (usang) dan mengakibatkan meter air
mengukur lebih rendah dari semestinya.

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan hasil akurasi meter, terdapat 2 meter berumur > 5 tahun yang mengukur tidak
akurat (nomor sambungan 950166 dan 010142). Menurut Permendag RI No. 69/MDAG/PER/10/2012 tentang Tanda Tera, perlakuan tera ulang pada meter air rumah tangga
harusnya dilakukan selama 5 tahun sekali atau saat alat ukur tersebut mengalami retak, pecah,
atau rusak. Sedangkan, masih banyak meter pelanggan dengan umur meter > 5 tahun yang ada
di Kompleks Graha Sunggal yakni sebesar 163 meter air. Perlu adanya penggantian pada
setiap meter air yang sudah rusak serta perlakuan tera ulang terhadap meter air yang sudah
berumur lebih dari 5 tahun untuk menghindari penyimpangan volume air. Perusahaan air
minum harus menyusun pedoman secara menyeluruh untuk memastikan meter air yang
mengalami kerusakan atau mati sehingga membantu pelanggan untuk dapat mengetahui
pemakaian air yang diterima.
4.1.1.2 Tekanan
Pengukuran tekanan dilakukan di 3 titik berbeda, yaitu tekanan awal, tengah dan akhir yang
dilakukan di Kompleks Graha Sunggal. Pengukuran ini bertujuan untuk melihat besar tekanan
yang terjadi di wilayah tersebut. Tekanan awal berada di nomor sambungan 950171, tekanan
tengah di nomor sambungan 950068, dan tekanan akhir di nomor sambungan 950274. Titik
sampel pengukuran tekanan dapat dilihat pada Lampiran 1. Adapun proses pengukuran
tekanan dijelaskan pada Gambar 4.2.

2. Lihat dan catat angka yang
ditunjukkan
pada
alat
manometer.

1. Siapkan alat manometer dan
pasang pada keran pelanggan
kemudian buka keran.

Gambar 4.2 Pengukuran Tekanan

Universitas Sumatera Utara

Pengukuran tekanan dilakukan selama 1 jam sekali selama 17 jam yang dimulai pada jam
08.00-24.00 WIB. Pembagian pengukuran tekanan pada titik awal, tengah, dan akhir
dilakukan untuk mengetahui besarnya tekanan yang terjadi di sebaran wilayah Kompleks
Graha Sunggal. Adapun hasil survei pengukuran tekanan yang sudah dilakukan disajikan pada
Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Data Tekanan
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.

Jam
08.00
09.00
10.00
11.00
12.00
13.00
14.00
15.00
16.00
17.00
18.00
19.00
20.00
21.00
22.00
23.00
24.00
Rata-rata
Total rata-rata

Awal
1,4
1,2
1,3
1,2
1,4
1,3
1,2
1,3
1,2
1,4
1,6
1,7
1,5
1,4
1,2
1,2
1,0
1,32

Tekanan (atm)
Tengah
1,3
1,1
1,2
1,1
1,2
1,2
1,1
1,2
1,1
1,3
1,5
1,6
1,5
1,3
1,2
1,1
1,0
1,23
1,24 atm

Akhir
1,2
1,0
1,1
1,0
1,2
1,1
1,0
1,1
1,1
1,3
1,4
1,5
1,4
1,2
1,2
1,1
1,0
1,17

Sumber : Hasil Survei, 2017

Berdasarkan Tabel 4.2, tekanan di awal rata-rata sebesar 1,32 atm, tekanan di tengah sebesar
1,23 atm, dan tekanan di akhir sebesar 1,17 atm dengan total rata-rata sebesar 1,24 atm.
Menurut Permen PU Nomor 18/PRT/M/2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum, kriteria tekanan air minimum pada pipa untuk dapat mendistribusikan
air dengan baik adalah sebesar 1 atm, sehingga tekanan air yang terjadi disini sudah
memenuhi kriteria. Adapun grafik hasil pengukuran tekanan dapat dilihat pada Gambar 4.3.

Universitas Sumatera Utara

atm

Tekanan
1.8
1.6
1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0

Awal
Tengah
Akhir

Gambar 4.3 Grafik Tekanan

Berdasarkan Gambar 4.3, dapat dilihat terjadi fluktuasi tekanan di awal masuk hingga tekanan
di akhir. Terjadi pemakaian jam puncak yang berada pada pukul 18.00-20.00 WIB.
Pemakaian jam puncak merupakan jam pemakaian air terbanyak yang terjadi dalam waktu
tertentu. Tekanan paling tinggi di awal pelayanan adalah sebesar 1,7 atm pada jam 19.00
WIB. Sedangkan, tekanan paling rendah sebesar 1 atm pada jam 24.00 WIB. Untuk tekanan
paling tinggi di bagian tengah pelayanan adalah sebesar 1,6 atm pada jam 19.00 WIB dan
tekanan paling rendah adalah sebesar 1,0 atm pada jam 24.00 WIB. Tekanan tertinggi di akhir
pelayanan adalah sebesar 1,5 atm pada jam 19.00 dan tekanan paling rendah sebesar 1,0 atm
pada jam 09.00, 14.00, dan 24.00 WIB. Terjadinya tekanan tertinggi pada jam 17.00-19.00
WIB dapat disebabkan karena pemakaian pada jam ini sedang berada pada pemakaian
maksimum yang artinya pemakaian tertinggi pada suatu wilayah pelayanan akan
meningkatkan tekanan air yang terjadi.
Pompa distribusi harus mampu mensuplai debit air saat jam puncak. Debit pompa distribusi
ditentukan berdasarkan pada fluktuasi pemakaian air per harinya. Pemakaian air di wilayah
Kompleks Graha Sunggal rata-rata sebesar 163,8 m3/hari. Jumlah pompa distribusi yang
digunakan di wilayah pelayanan ini adalah sebanyak 3 pompa. Total kapasitas pompa sebesar
550 l/detik. Satu pompa akan beroperasi dan 2 pompa dalam keadaan standby. Pompa
pertama akan beroperasi pada jam 05.00-12.00 WIB dengan 2 pompa mati (tidak beroperasi).
Selanjutnya, pompa pertama dalam keadaan istirahat dan pompa kedua akan beroperasi pada
jam 12.00-20.00 WIB. Pada jam berikutnya, pompa kedua istirahat dan pompa ketiga akan
beroperasi pada jam 21.00-05.00 WIB.

Universitas Sumatera Utara

4.1.2 Data Sekunder
a) Panjang Pipa
Panjang pipa utama dan rata-rata panjang pipa dinas masing-masing adalah sebesar 2.590
meter dan 4 meter dengan jenis pipa PVC.
b) Jumlah Sambungan Pelanggan
Jumlah sambungan pelanggan di Kompleks Graha Sunggal adalah sebesar 267 sambungan.
Adapun daftar nomor sambungan pelanggan dapat dilihat pada Lampiran 3.
c) Jumlah Air yang Didistribusi
Jumlah air yang didistribusi selama 3 bulan dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Jumlah Air yang Didistribusi
No.

Bulan

1.
2.
3.

November
Desember
Januari

Stand Awal
(m3)
332.050
336.710
341.880
Total
Rata-rata

Stand Akhir
(m3)
336.710
341.880
346.790

Jumlah Air yang
Didistribusi (m3)
4.660
5.170
4.910
14.740
4.913,3

Sumber : PDAM Tirtanadi Sunggal, 2017

Adapun data jumlah air yang didistribusi selengkapnya dapat dilihat di laporan pembacaan
meter yang disajikan pada Lampiran 4.
d) Jumlah Air di Rekening Tagihan
Jumlah air di rekening tagihan (jumlah air yang terjual) selama 3 bulan yang dapat dilihat
pada daftar rekening ditagih yang tertera di Lampiran 6. Untuk rata-rata jumlah air dapat
dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Jumlah Air di Rekening Tagihan
Jumlah air yang didistribusi
(m3/bulan)
4.913,3

Jumlah air yang terjual
(m3/bulan)
4.661,04

Sumber : PDAM Tirtanadi Sunggal, 2017

Universitas Sumatera Utara

4.2 Analisis Data
4.2.1 Perhitungan Kehilangan Air
1) Menghitung Besar Kehilangan Air
Besar kehilangan air dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

Dimana :
H = persen kehilangan air (%)
D = jumlah air yang didistribusi (m3/bulan)
K = jumlah air di rekening tagihan (m3/bulan)
Diketahui :
D = 4.913,3 m3/bulan x 12 bulan = 58.959,6 m3/tahun
K = 4.661,04 m3/bulan x 12 bulan = 55.932,48 m3/tahun

Sehingga didapat persen kehilangan air :

H = 5,13 %
Berdasarkan perhitungan tersebut, persen kehilangan air di Kompleks Graha Sunggal sebesar
5,13 %. Tingkat kehilangan air ini termasuk dalam golongan rendah karena tidak melebihi
batas minimum berdasarkan Permen PU Nomor 20/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan
Strategi Nasional Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum yaitu 20%.
Untuk menghitung kehilangan air dalam m3 adalah sebagai berikut.
Besar kehilangan air dalam m3 :
= 5,13 % x 58.959,6 m3
= 3.027,12 m3/tahun
= 252,26 m3/bulan
= 8,41 m3/hari

Universitas Sumatera Utara

Maka, kehilangan air yang terjadi per harinya adalah sebesar 8,41 m3/hari atau 3.027,12
m3/tahun.

2) Menghitung Besar Kehilangan Air dari Meter Pelanggan
Meter pelanggan dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya kehilangan air jika meter air
tidak akurat. Pada penelitian ini, kehilangan air dari meter pelanggan dapat dihitung
berdasarkan pengukuran akurasi meter yang sudah dilakukan. Adapun perhitungan persen
akurasi dari meter pelanggan adalah sebagai berikut.
% akurasi dari meter pelanggan :

= 0,095 %
Berdasarkan perhitungan diatas, dapat dihitung kehilangan air dari meter pelanggan maka
didapat : 0,095 % x 3.027,12 m3/tahun = 2,87 m3/tahun. Setelah melihat perhitungan tersebut,
dapat diartikan setiap tahunnya PDAM Tirtanadi Sunggal mengalami kehilangan air dari
ketidakakuratan meter pelanggan sebesar 2,87 m3/tahun.
3) Menghitung Kehilangan Air dalam Rupiah
Kehilangan air secara tidak langsung menyebabkan menurunnya pendapatan perusahaan.
Berdasarkan jumlah air di rekening tagihan, maka dapat dihitung besar kerugian yang dialami
PDAM Tirtanadi Sunggal. Adapun total harga air dapat dilihat pada daftar rekening ditagih
yang tertera di Lampiran 6.
Jumlah air pada rekening yang ditagih selama 3 bulan yang dirata-ratakan didapat sebesar Rp
23.070.182,-. Berdasarkan data tersebut, perhitungan kehilangan air dalam rupiah adalah
sebagai berikut.
Tarif = Rp 23.070.182,- /bulan x 12 bulan
= Rp 276.842.184,- /tahun

Universitas Sumatera Utara

Jumlah air yang terjual = 4.661,04 m3/bulan x 12 bulan
= 55.932,48 m3/tahun
Maka, didapat tarif air rata-rata :
Harga tarif rata-rata =
=
= Rp 4.950,- /m3
Selanjutnya, hitung kehilangan air dalam rupiah dengan mengalikan besar kehilangan air
dengan harga tarif air. Maka,
Kehilangan air dalam rupiah :
= 3.027,12 m3/tahun x Rp 4.950,- /m3
= Rp 14.984.244,- /tahun
= Rp 1.248.687,- /bulan
= Rp 41.623,- /hari

Sehingga, PDAM Tirtanadi Sunggal mengalami kerugian finansial sebesar Rp 41.623,- /hari
atau Rp 14.984.244,- /tahun.
4.2.2 Penyusunan Neraca Air
Neraca air diperlukan sebagai salah satu indikator kinerja dari perusahaan penyedia air bersih.
Neraca air juga dapat membantu perusahaan menganalisis kehilangan air yang terjadi.
Adapun perhitungan neraca air adalah sebagai berikut.
a) Langkah 1 :
Menentukan Volume Input Sistem penyediaan air bersih. Dalam hal ini merupakan jumlah air
yang didistribusi selama satu tahun (rata-rata).
Volume Input Sistem = 58.959,6 m3/tahun
b) Langkah 2 :
Konsumsi Bermeter Berekening = 4.661,04 m3/bulan = 55.932,48 m3/tahun

Universitas Sumatera Utara

c) Langkah 3 :
Kehilangan Air = Volume Input Sistem – Konsumsi Resmi
= 58.959,6 m3/tahun – 55.932,48 m3/tahun
= 3.027,12 m3/tahun
d) Langkah 4 :
Kehilangan Air Non-Fisik = Ketidakakuratan Meter Pelanggan = 2,87 m3/tahun
e) Langkah 5 :
Kehilangan Fisik = Kehilangan Air – Kehilangan Non-Fisik
= 3.027,12 m3/tahun – 2,87 m3/tahun
= 3.024,25 m3/tahun
f) Langkah 6 :
Berdasarkan perhitungan yang sudah didapat, masukkan nilai tiap komponen pada kolom di
tabel neraca air yang disajikan pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Neraca Air

Volume
Input
Sistem
58.959,6
m3/tahun

Konsumsi
Resmi
55.932,48
m3/tahun

Kehilangan
Air
3.027, 12
m3/tahun

Konsumsi
Resmi
Berekening
55.932,48
m3/tahun

Kehilangan Air
Non-Fisik
2,87 m3/tahun

Konsumsi Bermeter Berekening
55.932,48 m3/tahun
Konsumsi Tak Bermeter Berekening
(estimasi meter pelanggan rusak)
Konsumsi Bermeter Tak Berekening
(pemakaian pada instansi tertentu)
Konsumsi Tak Bermeter Tak
Berekening
(pencucian pipa)
Konsumsi Tak Resmi
(pemakaian ilegal)
Ketidakakuratan Meter Pelanggan
2,87 m3/tahun
Kehilangan Air Fisik
3.024,25 m3/tahun

Sumber : Perhitungan, 2017

Berdasarkan Tabel 4.5, penyusunan neraca air PDAM Tirtanadi Sunggal di Kompleks Graha
Sunggal menunjukkan bahwa nilai Kehilangan Air yang terjadi disini cukup besar, yakni
3.027,12 m3/tahun dengan Kehilangan Air Fisik sebesar 3.024,25 m3/tahun. Komponen
Kehilangan Air Non-Fisik termasuk didalamnya, yaitu Konsumsi Tak Resmi serta

Universitas Sumatera Utara

Ketidakakuratan Meter Pelanggan dan Kesalahan Penanganan Data. Komponen Konsumsi
Tak Resmi dianggap adanya pemakaian ilegal. Komponen Ketidakakuratan Meter Pelanggan
adalah sebesar 2,87 m3/tahun.
Kehilangan Air Fisik terdiri atas Kebocoran pada Pipa Distribusi dan Transmisi, Kebocoran
dan Luapan dari Tangki-Tangki Penyimpanan Perusahaan Air Minum diabaikan. Berdasarkan
Tabel 4.5, kehilangan air fisik disini merupakan kehilangan yang terjadi di wilayah Kompleks
Graha Sunggal hingga sambungan ke pelanggan, yaitu sebesar 3.024,25 m3/tahun. Umumnya,
besar kehilangan air fisik dapat disebabkan oleh infrastruktur yang sudah tua, perpipaan yang
kurang baik, dan kurangnya pemeliharaan.
Berdasarkan keadaan di lapangan, tidak ditemukan kebocoran (semburan) yang terlihat di
wilayah penelitian. Peluang kehilangan air fisik disini, dapat terjadi oleh adanya kebocoran
yang tidak terlapor (background leakage). Selain itu, terjadinya faktor-faktor lain, seperti
kesalahan penanganan data (data handling errors), dan adanya konsumsi tak resmi yang
merupakan komponen kehilangan air non-fisik juga mempengaruhi besarnya kehilangan air
fisik di wilayah ini.
4.2.3 Perhitungan Indeks Kebocoran Infrastruktur (Infrastructure Leakage Index/ILI)
Indeks Kebocoran Infrastruktur (ILI) bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kategori
kehilangan air fisik di suatu wilayah. Saat ini ILI semakin banyak digunakan oleh perusahaan
di seluruh dunia sebagai salah satu indikator yang paling baik untuk menilai kehilangan air
fisik. Adapun perhitungan nilai ILI di Kompleks Graha Sunggal adalah sebagai berikut.
a) Langkah 1 : Menghitung MAAPL
MAAPL merupakan besar kehilangan fisik tahunan minimal yang diestimasi dapat dicapai
ketika infrastruktur dalam keadaan baik dan pengendalian kebocoran dilakukan.
MAAPL (liter/hari) = [(18 x Lm) + (0,8 x Nc) + (25 x Lp)] x P
Dimana :
MAAPL = Minimum Achievable Annual Physical Losses (Kehilangan Fisik yang Dapat
Dicapai secara Minimal) (liter/hari)
Lm = panjang pipa utama (km) = 2590 m = 2,590 km
Nc = jumlah sambungan pelanggan = 267 SR

Universitas Sumatera Utara

Lp = panjang rata-rata pipa dinas (km) = 4 m = 0,004 km x 267 SR = 1,068 km
P = tekanan rata-rata (m) = 1,24 atm = 12,4 m
Maka,
MAAPL (liter/hari) = [(18 x 2,590) + (0,8 x 267 + 25 x 1,068)] x 12,4
= 3.557,80 l/hari
= 106.734,24 l/bulan
= 1.280.810,9 l/tahun
b) Langkah 2 : Menghitung CAPL
CAPL atau Current Annual of Physical Losses merupakan Volume Tahunan Kehilangan Fisik
dalam liter/tahun (dari neraca air).
CAPL (liter/tahun) = Kehilangan Fisik = 3.024,25 m3/tahun = 3.024.250 l/tahun
c) Langkah 3 : Menghitung ILI
ILI =
Dimana :
ILI = Infrastructure Leakage Index (Indeks Kebocoran Infrastruktur)
CAPL = Current Annual of Physical Losses (Volume Tahunan Kehilangan Fisik) (liter/tahun)
= 3.024.250 l/tahun
MAAPL = Minimum Achievable Annual Physical Losses (Kehilangan Fisik yang Dapat
Dicapai secara Minimal) (liter/hari) = 3.557,80 l/hari = 1.280.810,9 l/tahun
Maka,
ILI =

= 2,36

Nilai ILI yang didapat adalah sebesar 2,36. Selanjutnya bandingkan nilai ILI yang sudah
didapat dengan menyesuaikan pada kategori kinerja teknis dan tekanan rata-rata yang
sebelumnya sudah dihitung pada tabel matriks target kehilangan fisik pada Tabel 4.6.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.6 Penyesuaian Nilai ILI Terhadap Matriks Target Kehilangan Fisik
Kehilangan Fisik (liter/sambungan/hari)
(keadaan sistem bertekanan pada tekanan rata-rata)

Negaranegara maju

ILI

A

1-2

20 m
< 50

B

2-4

50-100

75-150

100-200

125-250

C

4-8

100-200

150-300

200-400

250-500

D

>8

> 200

> 300

> 400

> 500

Negaranegara
berkembang

Kategori Kinerja Teknis

10 m

A

1-4

< 50

< 100

< 150

< 200

< 250

B

4-8

50-100

100-200

150-300

200-400

250-500

C

8-16

100-200

200-400

300-600

400-800

500-1000

> 16

> 200

> 400

> 600

> 800

D
Sumber : Perhitungan, 2017

30 m
< 75

40 m
< 100

50 m
< 125

Berdasarkan nilai ILI yang didapat, yaitu 2,36 dengan tekanan rata-rata 12,4 m, maka
Kompleks Graha Sunggal tergolong ke dalam kategori A dengan tingkat kebocoran yang
dapat terjadi < 50 liter/sambungan/hari.
Kategori A merupakan kategori baik, artinya tingkat kebocoran rendah sehingga jika
dilakukan penurunan kehilangan yang lebih signifikan mungkin tidak ekonomis karena
tingkat kebocoran di Kompleks Graha Sunggal masih minim. Oleh karena itu, melakukan
analisa terhadap perbaikan komponen jaringan pada wilayah ini dianggap lebih diperlukan
karena lebih efektif dari sisi finansial bagi PDAM Tirtanadi Sunggal serta meningkatkan
kualitas pelayanan air bersih.
Indikator ILI merupakan salah satu indikator yang paling baik untuk menilai kehilangan air
fisik di suatu wilayah dan sudah digunakan oleh banyak perusahaan air minum di seluruh
dunia. Indikator ini menghitung besar kehilangan fisik minimum yang dapat dicapai oleh
perusahaan yang dinyatakan sebagai MAAPL. Rasio antara CAPL dengan MAAPL dapat
digunakan sebagai ukuran seberapa baik fungsi infrastruktur, perbaikan, dan jaringan
perpipaan air minum. Melihat nilai ILI yang sudah dihitung sebelumnya, dapat diartikan
bahwa kinerja teknis (infrastruktur) di Kompleks Graha Sunggal tergolong baik.
Jam distribusi di Kompleks Graha Sunggal adalah 24 jam. Dengan jam operasional yang terus
menerus dapat menghindari terjadinya tekanan air yang rendah. Jam operasional distribusi
pada suatu pelayanan dapat mempengaruhi terjadinya kehilangan air. Sebagian besar
perusahaan air minum di Indonesia beroperasi secara intermittent supply (terputus-putus)

Universitas Sumatera Utara

artinya tidak beroperasi secara penuh 24 jam. Hal ini dapat menyebabkan pada saat malam
hari, tekanan air menjadi rendah sehingga mempengaruhi aliran udara dalam pipa. Adanya
aliran udara di dalam pipa dapat menyebabkan aliran air menjadi terganggu. Udara yang
terperangkap dapat menyebabkan kerja pompa menjadi lebih tinggi dan dapat mengakibatkan
pipa menjadi rusak bahkan pecah sebab menerima tekanan yang lebih tinggi. Pecahnya pipa
dapat menyebabkan masuknya tanah, mikroorganisme, atau kotoran dari luar pipa sehingga
mempengaruhi kualitas air yang didistribusi.
Berdasarkan data tahun 2016, produksi air di PDAM Tirtanadi Sunggal adalah sebesar
75.864.236 m3/tahun dengan persen kehilangan air sebesar 30%. Tingkat kehilangan air ini
cukup tinggi, karena sudah melebihi standar kehilangan air nasional. Selain itu, IPA Sunggal
merupakan instalasi terbesar yang dimiliki PDAM Tirtanadi Sumatera Utara, yang melayani
sekitar 50% wilayah di Kota Medan. Terlaksananya penyediaan air bersih yang paling penting
adalah peningkatan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas air bersih. Kehilangan air nyatanya
menurunkan pendapatan bagi perusahaan air minum. Melakukan pengembangan jaringan baru
yang diharapkan dapat meningkatkan pendapatan, tidak akan efektif jika tingkat kehilangan
air masih tinggi.
Kehilangan air fisik jelas lebih sulit untuk dilakukan penanggulangannya jika dibandingkan
dengan kehilangan air non-fisik. Hal ini dikarenakan kehilangan air fisik dipengaruhi oleh
berbagai sebab seperti kebocoran pada perlengkapan pipa atau sambungan pipa hingga
keakuratan dari meter air yang terpasang. Tindakan seperti melakukan penggantian meter air
yang sudah rusak atau berumur diatas 5 tahun, maupun peninjauan secara berkala pada
komponen-komponen jaringan yang berpeluang mengalami kebocoran perlu ditingkatkan
sehingga dapat lebih dini mencegah peluang terjadinya kehilangan fisik.

Universitas Sumatera Utara

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis yang telah diuraikan, didapatkan beberapa
kesimpulan antara lain:
1. Kehilangan air fisik PDAM Tirtanadi Sunggal pada wilayah pelayanan Kompleks Graha
Sunggal adalah sebesar 3.024,25 m3/tahun dengan persen kehilangan air sebesar 5,13%,
serta kerugian finansial sebesar Rp 14.984.244,- /tahun.
2. Nilai neraca air yang didapatkan, yaitu: Volume Input Sistem = 58.959,6 m3/tahun;
Konsumsi Resmi = 55.932,48 m3/tahun; Konsumsi Resmi Berekening = 55.932,48
m3/tahun; Kehilangan Air = 3.027,12 m3/tahun; Kehilangan Air Non-Fisik =
Ketidakakuratan Meter Pelanggan = 2,87 m3/tahun; Kehilangan Air Fisik = 3.024,25
m3/tahun; Konsumsi Bermeter Berekening = 55.932,48 m3/tahun. Komponen Konsumsi
Tak Bermeter Berekening diestimasikan meter pelanggan rusak; Konsumsi Tak Bermeter
Tak Berekening dianggap pemakaian pada instansi tertentu; Konsumsi Tak Bermeter Tak
Berekening dianggap adanya pencucian pipa; Konsumsi Tak Resmi diestimasi sebagai
pemakaian illegal.
3. Nilai ILI yang didapatkan sebagai indikator kehilangan air fisik di Kompleks Graha
Sunggal adalah sebesar 2,36 dengan tekanan rata-rata 12,4 m dan tergolong kategori A
(baik). Kategori A merupakan kategori baik, artinya tingkat kebocoran rendah sehingga
jika dilakukan penurunan kehilangan yang lebih signifikan mungkin tidak ekonomis karena
tingkat kebocoran di Kompleks Graha Sunggal masih minim.
4. Tingkat kehilangan fisik di Kompleks Graha Sunggal masih tergolong rendah namun
kehilangan fisik tahunan cenderung akan meningkat seiring dengan bertambahnya umur
meter dan jaringan distribusi. Oleh sebab itu, tindakan seperti melakukan penggantian
meter air yang sudah berumur diatas 5 tahun, maupun peninjauan secara berkala pada
komponen-komponen jaringan yang berpeluang mengalami kebocoran perlu ditingkatkan
agar mencegah terjadinya tingkat kehilangan fisik di wilayah ini.

Universitas Sumatera Utara

5.2 Saran
1. Sebaiknya PDAM Tirtanadi Sunggal melakukan evaluasi terhadap wilayah pelayanan yang
memiliki potensi terjadinya kehilangan air yang tinggi dan melakukan upaya serta
program-program pengendalian kehilangan air.
2. Sebaiknya PDAM Tirtanadi Sunggal melakukan tera ulang dan penggantian meter air
pelanggan yang sudah berumur diatas 5 tahun agar menghindari terjadinya penyimpangan
akurasi meter.
3. Sebaiknya dilakukan penyusunan neraca air yang lebih serius untuk melihat produksi,
konsumsi, dan kehilangan air tahunan yang terjadi. Perusahaan juga harus meninjau
komponen jaringan dan infrastruktur yang sudah berusia tua serta melakukan perbaikan
terhadap perpipaan yang mengalami kerusakan untuk menurunkan tingkat kebocoran yang
terjadi.
4. Sebaiknya PDAM Tirtanadi Sunggal melakukan penanggulangan yang lebih tepat terhadap
kemungkinan terjadinya kebocoran dan sambungan ilegal untuk mengurangi tingkat
kehilangan air demi pelayanan air bersih yang lebih baik.
5. Sebaiknya dibentuk satu database dan software untuk data-data pembacaan meter agar
lebih terverifikasi.
6. Diharapkan pada penelitian berikutnya, melakukan analisis kehilangan air fisik PDAM
Tirtanadi Sunggal pada wilayah pelayanan dan jumlah sambungan pelanggan yang lebih
besar.
7. Diharapkan pada penelitian berikutnya, melakukan pengukuran akurasi meter dan tekanan
yang lebih banyak di wilayah pelayanan PDAM Tirtanadi Sunggal.
8. Diharapkan pada penelitian berikutnya, melakukan observasi di lapangan terhadap
komponen kehilangan air non-fisik seperti kesalahan penanganan data.

Universitas Sumatera Utara