Medan Art Centre

BAB II
DESKRIPSI PROYEK

2.1 Terminologi Judul
Medan Art Centre merupakan penggabungan dari 3 fungsi, yaitu tempat
edukasi, tempat pertunjukkan/teater dan retail UKM. Medan Art Centre terdiri
dari 3 kata dengan definisi masing-masing sebagai berikut:
1. Medan → ibu kota provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota Medan
merupakan kota terbesar ke-empat di Indonesia setelah Jakarta, Surabaya,
dan Bandung, dengan luas 265,10 km² atau 3,6% dari keseluruhan wilayah
Sumatera Utara yang terdiri dari 21 Kecamatan. Secara geografis kota
Medan terletak pada 3° 30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44'
Bujur Timur. Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring ke utara
dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter diatas permukaan laut yang
mengakibatkan Medan memiliki iklim tropis.
2. Art → dalam bahasa Indonesia berarti seni, Art berasal dari bahasa latin
ars, yang berarti ketrampilan yang diperoleh melalui pengalaman,
pengamatan atau proses belajar.
3. Centre → memiliki arti dalam Oxford Advanced Learner’s Dictionary
yaitu a place where some particular activity is concentrated yang berarti
tempat dimana beberapa kegiatan atau aktifitas terpusat.


21

22

Dapat disimpulkan bahwa Medan Art Centre adalah bangunan yang terpusat
pada fungsi-fungsi yang berkaitan dengan seni seperti terdapat tempat edukasi,
tempat pertunjukkan dan tempat untuk menjual hasil ketrampilan karya seni yang
berlokasi di Kota Medan.
2.2 Tinjauan Lokasi
Pembahasan lokasi meliputi kondisi lingkungan, persyaratan dan kriteria
lokasi, kriteria desain tapak, analisa pemilihan lokasi, pemilihan lokasi dan
deskripsi lokasi.
2.2.1 Tinjauan Terhadap Struktur Kota
Sebagai wadah yang akan memiliki peranan penting pada perekonomian
kota setelah dibangun, sebaiknya proses perencanannya perlu diperhatikan
sehingga tidak mengganggu tata guna lahan yang sudah direncanakan untuk
sebuah wilayah kota (Tabel 2.1). Sebagai sarana komersil, maka Medan Art
Centre harus direncanakan di wilayah yang secara tata guna lahan diperuntukkan
untuk bisnis dan pendidikan.

Tabel 2.1 Tabel pengembangan wilayah Kota Medan
No
A

Pusat Pelayanan
Pusat Pelayanan Kota di
Pusat Kota

Fungsi
 Pusat kegiatan
perdagangan/bisnis;
 Pusat kegiatan jasa dan
kegiatan pemerintahan
provinsi dan kota;
 Pusat pelayanan ekonomi

Wilayah Pelayanan
 Kota Medan, Kec.
Medan Polonia, Kec.
Medan Baru, Medan

Petisah, Kec. Medan
Timur,
Kec.Medan
Barat, Kec. Medan
Kota;
 Provinsi
Sumatera
Utara

23

Tabel 2.1 (Lanjutan)
No
B

Pusat Pelayanan
Pusat Pelayanan Kota di
bagian utara

Fungsi


Wilayah Pelayanan

 Pusat Kegiatan Jasa dan
Perdagangan regional

 Kota Medan Bagian
Utara;

 Pusat pelayanan transportasi;

 Provinsi Sumatera
Utara

 Pusat kegiatan sosial-budaya
 Pusat kegiatan industri
1

Subpusat pelayanan kota
Medan Belawan


 Pusat pelayanan transportasi
laut,

 Regional
 Kec. Medan Belawan

 Pusat kegiatan bongkar muat
dan impor – ekspor,
 Pusat kegiatan industri, dan
2

Subpusat pelayanan kota
Medan Labuhan

3

Subpusat pelayanan kota
Medan Marelan


 Pusat kegiatan perikanan
 Pusat Kegiatan Jasa dan
Perdagangan
 Pusat pelayanan transportasi
 Pusat pelayanan kesehatan
 Pusat kegiatan perdagangan
kebutuhan pokok (pasar
induk);
 Pusat kegiatan rekreasi dan
wisata



Kec. Medan Labuhan

 Kec, Medan Marelan;
 Kabupaten Deli
Serdang

4


Subpusat pelayanan kota
Medan Perjuangan

5

Subpusat pelayanan kota
Medan Area

 Pusat pelayanan ekonomi
 Pusat pelayanan transportasi



6

Subpusat pelayanan kota
Medan Helvetia

 Kec. Medan Helvetia,

Kec. Medan Petisah,
Kec. Medan Sunggal

7

Subpusat pelayanan kota
Medan Selayang

 Pusat pelayanan ekonomi
 Pusat pelayanan transportasi
wilayah bagian Barat
 Pusat kegiatan sosial-budaya
 Pusat kegiatan
perdagangan/bisnis



Pusat kegiatan
perdagangan/bisnis


 Pusat pelayanan olahraga

 Pusat Pendidikan
8

Subpusat pelayanan kota
Medan Timur



Pusat kegiatan perdagangan /
bisnis

 Pusat pelayanan transportasi
(TOD);
 Pusat kegiatan sosial-budaya

Sumber : RTRW Kota Medan

 Kec. Medan

Perjuangan dan Kec.
Medan Tembung
Kec. Medan Area,
Kec. Medan Kota,
Kec. Medan Denai,
Kec, Medan Amplas

 Kec. Medan
Tuntungan, kec.
Medan Baru, Kec.
Medan Selayang, kec.
Medan Johor
 Kec. Medan Deli,
Kec. Medan Timur,
Kec. Medan Barat

24

2.2.2 Persyaratan dan Kriteria Lokasi
Pemilihan lokasi untuk suatu proyek harus disesuaikan dengan fungsi-fungsi

yang direncanakan, yaitu:
1. Lokasi proyek berada di pusat kota atau subpusat kota.
Jika lokasi proyek terlalu jauh, pengunjung diharuskan menempuh
jarak dan waktu yang cukup lama dan jauh. Sedangkan, fungsi yang
direncanakan seperti pusat perbelanjaan, tempat pertunjukkan dan tempat
edukasi seni lebih diprioritaskan pada masyarakat Kota Medan.
2. Konteks dengan ruang luar untuk menunjang aktifitas ruang luar.
Sebab fungsi yang direncanakan merupakan bangunan seni. Dalam
berkesenian tentunya para seniman tidak saja berada dalam ruangan
tetapi juga berinteraksi dengan ruang luar seperti dengan suasana alami
"nature".
3. Ruang luar yang dimaksud adalah sungai (disekitar area aliran sungai).
Ruang luar dengan suasana alami dapat berupa pengunungan,
sungai, danau, dan lain-lain. Jika dilihat dari kriteria lokasi sebelumnya
yang berada di pusat kota atau subpusat Kota Medan yang paling
mendekati dan dapat mudah ditemui adalah sungai. Dengan lokasi
proyek tepat berada disekitar pinggiran sungai, maka akan terdapat
kontur yang dapat dimanfaatkan untuk aktivitas ruang luar seperti
amphiteater.
Selain itu, tujuan lain dari pemilihan sungai adalah agar memberikan
contoh bahwa sungai dapat dijadikan sebagai potensi atau daya tarik dari

25

bangunan jika direncanakan dengan baik. Sehingga pengunjung akan
terkesan dengan bangunan yang dikunjunginya. Lalu, sekaligus untuk
memberikan pemberitahuan dan pembelajaran untuk menghargai sungai,
mengingat kondisi sungai di Kota Medan yang sudah cukup
mengkhawatirkan.
4. Tidak perlu berdekatan dengan objek wisata lainnya.
Hal ini dikarenakan proyek, fungsi bangunan yang direncanakan
belum ada di Kota Medan dan tentunya memiliki daya tarik tersendiri.
Tujuan lain agar destinasi pariwisata Kota Medan bertambah secara tidak
langsung.
5. Luas lahan dapat disesuaikan dengan lokasi yang dipilih minimal 1 HA.
6. Terdapat jalur pedestrian dan lokasi proyek dilewati oleh angkutan
umum.
Bertujuan

agar

para

pejalan

kaki

atau

pengunjung

yang

menggunakan angkutan umum lebih nyaman. Karena target dari fungsi
bangunan adalah untuk semua kalangan.
7. Berada di jalan primer Kota Medan, lokasi proyek menghadap ke jalan
sehingga keberadaan proyek dapat dirasa kehadirannya dan tidak rawan
kemacetan mengingat terdapat fungsi tempat pertunjukkan.

2.2.3 Analisis Pemilihan Lokasi
Setelah membuat kriteria lokasi proyek yang disesuaikan dengan fungsi
yang direncanakan terdapat beberapa lokasi proyek yang dirasa sesuai, sebagai
berikut:

26

1. Alternatif 1 (Gambar 2.1)

Gambar 2.1 Alternatif pertama lokasi proyek
Sumber: Google earth

Lokasi proyek berada di Jl. Patimura dengan luas lahan ±1,8 HA.
Kecamatan Medan Baru, Keluarahan Darat.
a. Batas Utara: Pemukiman dan terdapat beberapa restoran (Jl.
Babura Lama).
b. Batasan Timur: Sungai Babura.
c. Batasan Selatan: Pemukiman (Jl. Kampung Mandailing).
d. Batasan Barat: Kantor BPJS Ketenagakerjaan dan RM. Garuda (Jl.
Patimura).
Eksisting lokasi alternatif 1 merupakan lahan kosong yang
direncanakan akan dibangunan hotel Mikie Holiday.

27

2. Alternatif 2 (Gambar 2.2)

Gambar 2.2 Alternatif kedua lokasi proyek
Sumber: Google earth

Lokasi proyek berada di Jl. Palang Merah dengan luas lahan ±1,8 HA.
Kecamatan Medan Kota, Kelurahan Alur.
a. Batas Utara: Kantor Wilayah Direktorat Jendaral Pajak Sumut.
b. Batasan Timur: Sungai Deli.
c. Batasan Selatan: Sungai Deli .
d. Batasan Barat: Sungai Deli (menghadap ke Vihara Borobudur).
Eksisting lokasi alternatif 2 merupakan rawa-rawa dan terdapat
bangunan yang sudah tidak digunakan.
Setelah mendapatkan alternatif lokasi proyek, tahap selanjutnya adalah
menentukan lokasi proyek berdasarkan penilaian alternatif lokasi proyek dari
kriteria yang telah ditentukan (Tabel 2.2).

28

Tabel 2.2 Penilaian Alternatif lokasi proyek
Kriteria
Luas Lahan
Tingkatan Jalan
Pencapaian
Jangkauan Struktur Kota
Akses Pejalan Kaki
Akses Kendaraan Umum
Kontur Tapak
Berdekatan dengan Sungai
Utilitas
Tingkat Kemacetan
Orientasi Lahan
Lingkungan disekitar Lokasi
Total Nilai & Peringkat

Lokasi
Alternatif 1
±1,8 HA
(2)
Jalan Primer
(2)
Mudah
(3)
BWK Pusat Kota
(2)
Mudah
(3)
Mudah
(3)
Ada
(3)
Ya
(3)
Bagus
(3)
Jarang
(3)
Menghadap ke jalan
(3)
Baik
(3)
33 ( I )

Alternatif 2
±1,8 HA
(2)
Jalan Primer
(2)
Sedang
(2)
BWK Pusat Kota
(2)
Sulit
(1)
Sulit
(1)
Ada
(3)
Ya
(3)
Bagus
(3)
Sedang
(2)
Menghadap ke bangunan
(1)
Sedang
(1)
23 ( II )

Keterangan:
(1) : kurang (2) : cukup (3) : baik

Dapat disimpulkan bahwa dari ke dua alternatif lokasi proyek yang telah
ditentukan sebelumnya, yang paling sesuai dan memenuhi kriteria lokasi yang
diinginkan adalah lokasi pada alternatif 1 pada Jl. Patimura.

2.3 Persyaratan Teknis
2.3.1 Retail UKM
Berdasarkan buku Data Arsitek, untuk peraturan pertokoan pada bangunan
sebaiknya diperhatikan semua peraturan tentang konstruksi, peralatan dan
perlengkapan untuk pertokoan maupun pusat perbelanjaan. Pembagian latai-lantai
harus pula memenuhi persyaratan konstruksi dari pemadam kebakaran terutama

29

untuk semua hubungan vertikal antara lantai yang harus dapat diisolasir bila
terjadi kebakaran. Tinggi lantai biasanya ditentukan menurut batas ketinggian
yang di izinkan untuk bangunan-bangunan umum oleh pemerintah setempat.
Untuk tempat penjualan tinggi ruang min. 3 meter.
Untuk tata letak ruko sendiri harus mudah terlihat walau hanya sepintas.
Ruang untuk pengunjung dan pramuniaga tergantung jenis dagangan dan jumlah
pembelinya. Hal ini demi kelancaran proses jual-beli yang terjadi. Biasanya untuk
pertokoan besar dibentuk dan dikembangkan sistem perencanaan yang
disesuaikan dengan kebutuhan praktis mereka.
Terdapat bermacam-macam jenisnya, disesuaikan dengan jenis daganganya,
misalnya barang-barang yang tahan lama atau barang kebutuhan sehari-hari.
Berdagang dalam satuan-satuan yang kecil sangat dipengaruhi oleh lokasi pusat
perbelanjaan tertentu, pertokoan dengan bermacam-macam barang dan pasar pusat
uang menjadi sumber penatik aseperti magnit. Satuan-satuan yang besar ini
sebaiknya ditempatkan pada lokasi dimana diperkirakan banyak dilalui pembei.
Toko-toko tersebut harus terletak pada lokasi yang dekat dengan daerah yang
berpotensi untuk perdagangan dan mudah terlihat dari berbagai sudut pandang.
Nadine Beddington, dalam buku Design For Shopping Centre mengatakan
Shopping Centre atau pusat perbelanjaan merupakan kompleks perbelanjaan
terencana, dengan pengelolaan yang bersifat terpusat, dengan sistem menyewakan
unit-unit kepada pedagang individu, sedangkan pengawasannya dilakukan oleh
pengelola yang bertanggung jawab secara menyeluruh.

30

2.3.2 Tempat pertunjukkan (Teater)
Peter Brook, dalam buku The Empty Space mengatakan bahwa syarat
untuk sebuah pertunjukan teater adalah adanya tempat, lalu aktor yang melakukan
tindakan tertentu di dalam sebuah ruang kosong, sementara sejumlah orang
lainnya menonton.
Berdasarkan buku The Architects Handbook, organisasi ruang pada teater
terbagi menjadi 3 bagian, yaitu:
1. Resepsionis: hall, foyer, box office, cloakroom, toilet, koridor dan tangga.
2. Auditorium: tempat duduk pengunjung.
3. Panggung: panggung utama, belakang panggung, ruang ganti baju.

Pada beberapa tempat pertunjukkan (teater) terdapat tempat duduk di balkon
yang memiliki persyaratan D:H untuk keluaran balkon sekitar 1:1 untuk konser
dan 2:1 untuk opera atau drama (Gambar 2.3). Balkon tempat duduk, ratio D:H
dapat lebih besar agar kuat gema terdengar hingga penonton yang duduk dibagian
belakang. Untuk struktur balkon harus direncanakan dengan baik. Sudut
pandangan-line dari balkon ke panggung harus ada lebih dari 30°.

Gambar 2.3 Perbandingan untuk balkon tempat duduk
Sumber: The Architects Handbook

31

Garis pandang penonton terdapat beberapa persyaratan dalam perencanaan
yaitu tinggi mata penonton sekitar 1120 ± 100 mm, lebar tempat duduk dan
sirkulasi (T) 800-1150 mm. Tinggi kepala dari penonton C1 = min. 60mm
(pandangan kepala penonton yang ada didepannya). C2 = 120 mm (standar
pandangan) (Gambar 2.4). Dalam penyusunan tempat duduk penonton terdapat
jumlah batasan penyusunan dan disesuaikan derajat pandangan yaitu 15° (Gambar
2.5).

Gambar 2.4 Jarak pandang tempat penonton
Sumber: The Architects Handbook

Gambar 2.5 Batasan penyusunan tempat duduk penonton
Sumber: The Architects Handbook
Berdasarkan buku Data Arsitek, ratio panggung dan kursi penonton adalh
1:2 (Gambar 2.6). Proporsi dari panggung berdasarkan dari jarak pandang dari

32

tempat duduk penonton. Ukuran panggung sudah termasuk dengan area
pertunjukkan dan area belakang panggung.

Gambar 2.6 Ratio panggung dan kursi penonton
Sumber: Data Arsitek

2.3.3 Edukasi Seni
Berdasarkan buku Data Arsitek, Studio seni terapan yaitu studio lukis dan
paha-memahat memerlukan ruang luas dan pencahayaan alami yang baik yang
datang dari jendela-jendela tinggi yang luasnya sekitar 25-33% dari luas lantai
studio, jendela menghadap ke arah Utara atau Timur. Pencahayaan dari langirlangit

dapat

menambah pencahayaan

yang

diperlukan.

semua

jendela

diperlengkapi alat yang dapat mengatur cahaya matahari yang masuk. Setiap
permukaan ruang yang ada harus tahan lama dan mudah dibersihkan.
2.4 Studi Banding Proyek Sejenis
2.4 .1 Jackson Hole Center for the Arts Performing Arts Pavilion/Stephen
Dynia Architects (Arts Design Collaborative)
Proyek yang dilakukan pada tahun 2007 dan ditangani oleh Stephen Dynia
Architects (Gambar 2.7). Berdasarkan dari cerita arsitek bahwa, bangunan ini
merupakan pengganti yang memiliki fungsi hampir sama dengan The Jackson

33

Centre for the Arts Building. Bangunan ini memiliki fungsi ruang latihan musik
dan tempat pertunjukkan (teater). Tempat pertunjukkan berkapasitas 500 (Gambar
2.8 dan 2.9) yang terbagi menjadi 2 area yaitu area bawah dan balkon dengan
masing-masing 200 dan 300 tempat duduk penonton.

Gambar 2.7 Jackson Hole Center for the Arts Performing Arts Pavilion
Sumber: archdaily

Gambar 2.8 Ruang tempat pertunjukkan (teater)
Sumber: archdaily

Gambar 2.9 Potongan tempat pertunjukkan (teater)
Sumber: archdaily
Akses ke tempat pertunjukkan dibagi menjadi 2 bagian (Gambar 2.10).
Konsep bangunan konteks dengan ruang luar dimana pemilihan material

34

disesuaikan dengan lingkungan seperti penggunaan kaca untuk view ke gunung,
pemilihan material kayu pada lantai untuk memberi kesan hangat dan ringan
(Gambar 2.11).

Gambar 2.10 Denah bangunan
Sumber: archdaily

Gambar 2.11 Penggunaan material kaca pada bagian
hall dengan view gunung
Sumber: archdaily
Hal yang dapat diambil dari studi banding proyek ini adalah penggunaan
material kaca untuk memanfaatkan potensi lingkungan disekitar tapak (view ke
gunung). Teater dengan kapasitas 700 orang

dibagi menjadi 2 area dengan

penggunaan balkon dan terdapat 2 akses pengunjung ke teater. Akses pemain
teater yang terpisah dengan akses pengunjung.

35

2.4.2 Young Centre for the Performing Arts/KPMB Architects
Salah satu penggabungan fungsi yang jarang dilakukan antara edukasi
dengan pertunjukkan dalam satu bangunan (Gambar 2.12 dan 2.13). Hasil dari
penggabungan fungsi ini menjadi destinasi budaya pada Distillery Distict. Karena
merupakan bangunan lama yaitu Tank Houses (penyuplai air) yang kemudian
direnovasi dengan budget 130 milliar rupiah. Eksterior bangunan yang dibuat oleh
arsitek, konteks dengan lokasi proyek dimana lebih bersifat industrial dengan
material yang digunakan seperti bata expose dll. Tempat pertunjukkan dibangunan
ini berkapasitas sekitar 1000 orang menggunakan balkon (Gambar 2.14).

Gambar 2.12 Young Centre for the Performing Arts
Sumber: archdaily

Gambar 2.13 Salah satu ruang edukasi seni
Sumber: archdaily

36

Gambar 2.14 Tempat Pertunjukkan
Sumber: archdaily
Hal yang dapat diambil dari studi banding ini adalah lobby yang terbuka
sehingga menjadi pusat pertemuan antara aktor, mahasiswa, pengunjung dan
pelanggan. Pencahayaan untuk tempat edukasi seni dapat menggunakan lampu TL
selain itu dapat juga untuk tidak menggunakan plafond pada ruangan edukasi.
Dari segi tampak bangunan, penyesuaian terhadap identitas lokasi proyek
terhadap tampak bangunan sangat terlihat jelas.

2.4.3 College Art Center/Schwartz-Silver architects
College Art Center (Gambar 2.15) merupakan bangunan lama dengan fungsi
yang sama dan kemudian diperbaharui. Dulu bangunan ini hanya berlantai 1 dan
direnovasi menjadi 2 tingkat. Permasalahan pada bangunan lama adalah cahaya
yang masuk ke bangunan kurang, bangunan yang sudah berusia tua sehingga dari
segi keamanan sangat kurang. Fungsi bangunan dulunya berupa perpustakaan,
pusat edukasi, tempat makan (hall) dan studio seni (Gambar 2.16 dan 2.17).
Luasan bangunan setelah ditambah dan direnovasi sekitar 54.00 m2.

37

Gambar 2.15 College Art Center
Sumber: archdaily

Gambar 2.16 Salah satu ruang edukasi seni
Sumber: archdaily

Gambar 2.17 Salah satu ruang edukasi seni
Sumber: archdaily

Sirkulasi pada bangunan yang ada sekarang lebih tertata dan tidak
membingungkan dan disesuaikan dengan bagian-bagiannya (Gambar 2.18).
Cahaya alami yang dibutuhkan pada ruang pelatihan seni sudah terpenuhi seperti
ruang lukis, ruang patung dan ruang memahat. Fasad bangunan mengikuti fungsi.

38

Gambar 2.18 Denah bangunan
Sumber: archdaily
Hal yang dapat diambil dari studi banding ini adalah pentingnya
pencahayaan pada ruang edukasi seni untuk beberapa fungsi ruang. Penggunaan
lampu TL pada ruangan dan terdapat beberapa ruangan edukasi yang tidak
menggunakan plafond. Selain itu lebar koridor pada bangunan ini sekitar 2m.