T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model CTL (Contextual Teaching Learning) Berbantuan Schoology Dalam Peningkatan Motivasi Pembelajaran TIK(Studi Kasus: SMP Negeri 1 Tengaran Semarang Kelas IXA) T1 Full

PENERAPAN MODEL CTL (CONTEXTUAL TEACHING LEARNING)
BERBANTUAN SCHOOLOGY DALAM PENINGKATAN MOTIVASI
PEMBELAJARAN TIK
(STUDI KASUS: SMP NEGERI 1 TENGARAN SEMARANG KELAS IX-A)
Artikel Ilmiah
Diajukan Kepada
Fakultas Teknologi Informasi
Untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Komputer

Peneliti :
Ibnu Rohmadi (702010114)
Adriyanto J. Gundo, S.Si. M.Pd

Program Studi Pendidikan Teknik Informatika & Komputer
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen SatyaWacana
Salatiga
Mei 2015

i


ii

iii

iv

v

vi

PENERAPAN MODEL CTL (CONTEXTUAL TEACHING LEARNING)
BERBANTUAN SCHOOLOGY DALAM PENINGKATAN MOTIVASI
PEMBELAJARAN TIK
(STUDI KASUS: SMP NEGERI 1 TENGARAN SEMARANG KELAS IX-A)
Ibnu Rohmadi, 2)Adriyanto J. Gundo, S.Si, M.Pd

1)

Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana

Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia
Email: 1)702010114@student.uksw.edu,2)adriyanto.gundo@staff.uksw.edu
Abstract
The problem in this research is the use of conventional learning method make
low students’ motivation. This research aimed to find out the effect of applying the CTL
(Contextual Teaching Learning) model assisted Schoology in increasing the motivation of
ICT (Information and Communication Technology) students’ of class IX-A. This research
uses descriptive qualitative. The results using conventional methods showed 25%, while
the use of CTL model assisted Schoology showed 84.36%. This proves that applying of CTL
model assisted Schoology affect the increase in students’ motivation.
Keywords: CTL (contextual teaching learning) model, Schoology, Learning motivation.
Abstrak
Permasalahan dalam penelitian ini adalah penggunaan metode pembelajaran
secara konvensional membuat motivasi belajar siswa rendah. Penelitian ini ditujukan untuk
mengetahui pengaruh penerapan model CTL (Contextual Teaching Learning) berbantuan
Schoology dalam peningkatan motivasi pembelajaran TIK (Teknologi Informasi dan
Komunikasi) siswa kelas IX-A. Jenis penelitian ini menggunakan kualitatif deskriptif.
Hasil penelitian menggunakan metode konvensional menunjukkan 25%, sedangkan
penggunaan model CTL berbantuan Schoology menunjukkan 84,36%. Hal ini
membuktikan penerapan model CTL berbantuan Schoology berpengaruh terhadap

peningkatan motivasi belajar siswa.
Kata kunci: Model CTL (contextual teaching learning), Schoology, Motivasi
pembelajaran.

1)
2)

Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Jurusan Pendidikan Teknik Informatika dan
Komputer, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

1

1. Pendahuluan
Berdasarkan hasil observasi awal hanya mencapai 25% serta wawancara
dengan guru TIK di kelas IX-A SMP Negeri 1 Tengaran Semarang, dampak
pembelajaran secara konvensional berakibat motivasi belajar siswa rendah saat
pembelajaran berlangsung. Pembelajaran secara konvensional yang dimaksud
adalah guru mengajar dengan cara ceramah dan media standar misalnya
penggunaan media LKS (Lembar Kerja Siswa), modul dan powerpoint.

Tersedianya fasilitas seperti komputer dan layanan internet di kelas sering disalah
gunakan oleh siswa, yaitu membuka situs social media. Hal ini yang menjadikan
guru kesulitan mengontrol siswa saat mengajar di kelas.
Model pembelajaran CTL dianggap tepat diterapkan pada pembelajaran
TIK, karena dapat membuat siswa aktif dalam mengembangkan kemampuan yang
dimilikinya sekaligus menerapkan dan mengkaitkan dengan dunia nyata. Secara
tidak langsung kondisi tersebut akan membuat motivasi belajar siswa meningkat.
Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan siswa kelas IX-A yang
berjumlah 32 orang saat pembelajaran TIK berlangsung, siswa lebih menyukai
membuka situs social media. Mengetahui hal tersebut, perlu dikembangkan media
pembelajaran yang memanfaatkan kegemaran siswa membuka social media.
Pemilihan Schoology sebagai media pembelajaran dianggap tepat untuk
mendukung model CTL dan memanfaatkan kegemaran siswa membuka social
media. Fitur dalam Schoology ini lengkap dengan berbagai alat pembelajaran, sama
seperti di kelas dalam dunia nyata, mulai dari absensi dan tes atau kuis. Schoology
juga menyediakan jejaring sosial yang memungkinkan siswa untuk berdiskusi
dengan guru dan teman satu kelasnya diluar jam pembelajaran.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model CTL
berbantuan Schoology dalam peningkatan motivasi pembelajaran TIK siswa kelas
IX-A SMP Negeri 1 Tengaran Semarang. Diharapkan melalui penerapan model dan

media tersebut mampu meningkatkan motivasi belajar siswa.
2. Kajian Pustaka
Penelitian dari Hamidah Hannum Nasution yang berjudul “Penerapan
Pendekatan CTL Dalam E-learning Berbasis Weblog Terhadap Peningkatan Hasil
Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Laju Reaksi”. Hasil penelitian tersebut
menjelaskan bahwa penerapan pendekatan CTL dalam e-learning berbasis weblog
memberikan peningkatan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa lebih tinggi dari
pada penerapan pendekatan CTL tanpa e-learning berbasis weblog [1].
Penelitian lain dari Selvi Yulindha yang berjudul “Penerapan Metode
CTL Berbantuan Open Meeting Sebagai Media Pembelajaran Untuk Meningkatkan
Pengetahuan dan Keterampilan Belajar TIK Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Beji”.
Hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa pembelajaran dengan metode CTL
berbantuan Open Meeting mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
TIK siswa [2].
Berdasarkan dua penelitian yang dikemukakan, terdapat persamaan dan
perbedaan dengan penelitian yang dilakukan. Persamaan penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya adalah penggunaan CTL sebagai model pembelajaran.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah Schoology sebagai

2


media pembelajaran dan pengukuran peningkatan motivasi belajar siswa di kelas.
Diharapkan melalui penelitian ini dengan menerapkan model CTL berbantuan
Schoology dapat meningkatkan motivasi belajar pada pembelajaran TIK siswa kelas
IX-A SMP Negeri 1 Tengaran Semarang.
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar [3]. Pembelajaran mempunyai
komponen-komponen yang berkaitan dengan proses pembelajaran, yaitu (1) tujuan
pembelajaran adalah tujuan yang menggambarkan pengetahuan, kemampuan,
keterampilan dan sikap yang harus dimiliki siswa sebagai akibat dari hasil
pembelajaran [4]. (2) Siswa adalah orang yang datang kesuatu lembaga untuk
memperoleh atau mempelajari ilmu pengetahuan [5]. (3) Guru adalah figur yang
berperan sebagai menejer, motivator, dan fasilitator, yang bertugas menciptakan
situasi yang memungkinkan terjadinya proses belajar pada diri siswa [6]. (4) Materi
pembelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses belajar
mengajar [7]. (5) Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru dalam
mengorganisasikan kelas pada umumnya atau dalam menyajikan bahan pelajaran
pada khususnya [8]. (6) Media pembelajaran adalah salah satu komponen
komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan
[9]. Salah satu masalah dalam pembelajaran adalah kurangnya motivasi belajar

siswa.
Motivasi Belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis didalam diri
siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan
belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan
[12]. Pembelajaran akan kondusif jika guru menerapkan metode atau model yang
membuat motivasi belajar siswa meningkat sehingga aktif dalam pembelajaran.
Model CTL dianggap tepat untuk diterapkan guna membuat motivasi belajar siswa
meningkat dan aktif dalam pembelajaran.
Model CTL (Contextual Teaching Learning) adalah usaha untuk
membuat siswa aktif dalam mengembangkan kemampuan kemampuan yang
dimilikinya sekaligus menerapkan dan mengkaitkan dengan dunia nyata. Macammacam prinsip CTL yang harus diciptakan oleh guru, yaitu menemukan (inquiry),
bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan
(modeling), refleksi (reflection), penilaian sebenarnya (authentic assessment) [10].
Selanjutnya yang dilakukan siswa dalam pembelajaran adalah inquiry, learning
community (berdiskusi dalam kelompok masing-masing) dan authentic assesment.
Perlunya pembaharuan media pembelajaran juga harus dilakukan oleh guru guna
mendukung model CTL. Schoology dianggap tepat diterapkan untuk mendukung
model CTL, karena fitur-fiturnya sama seperti kelas dunia nyata.
Schoology adalah jaringan sosial untuk sekolah dan lembaga pendidikan
tinggi difokuskan pada kerjasama yang memungkinkan pengguna untuk membuat,

mengelola, dan berbagi konten akademis [11]. Schoology adalah penggabungan
konsep antara sistem manajemen pembelajaran atau Learning Management System
(LMS) dengan jejaring sosial (social networking) dan tampilannya hampir sama
dengan facebook. Setelah pemilihan model dan media diharapkan dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran.

3

3. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, yaitu sebuah
upaya mendeskripsikan fenomena yang terjadi dikelas IX-A SMP N 1 Tengaran
Semarang dalam pembelajaran TIK pada saat penelitian. Lokasi penelitian di SMP
Negeri 1 Tengaran Semarang, Jalan Masjid Besar, Kecamatan Tengaran,
Kabupaten Semarang. Subyek dari penelitian ini adalah guru mata pelajaran TIK
dan siswa kelas IX-A SMP Negeri 1 Tengaran Semarang yang berjumlah 32 anak.
Pemlilihan kelas IX-A atas rekomendasi dari guru TIK. Menurut informasi dari
guru TIK, kelas IX-A merupakan salah satu kelas yang kurang termotivasi dalam
pembelajaran. Sasaran penelitian ini adalah penerapan model CTL berbantu
Schoology untuk meningkatkan motivasi belajar khususnya pada mata pelajaran
TIK siswa kelas IX-A SMP Negeri 1 Tengaran Semarang. Teknik pengumpulan

data dalam penelitian ini meliputi observasi, wawancara dan dokumentasi.
Instrumen dalam penelitian ini berupa observasi dan hasil wawancara.
Observasi digunakan untuk mengamati peningkatan atau penurunan motivasi siswa
dalam penerapan model CTL berbantuan Schoology pada pembelajaran TIK.
Sedangkan hasil wawancara digunakan sebagai data pendukung guna memperkuat
hasil data observasi. Beberapa aspek dan pernyataan yang akan digunakan dalam
lembar observasi motivasi pembelajaran dapat ditunjukkan pada Tabel 1. Aspek
tersebut selanjutnya akan digunakan untuk mengetahui pengaruh penerapan model
CTL berbantuan Schoology dalam peningkatan motivasi pembelajaran TIK siswa
kelas IX-A SMP Negeri 1 Tengaran Semarang.
No

Tabel 1. Lembar Observasi Motivasi Belajar Siswa (Sardiman) [12]
Aspek
Pernyataan

1

Tekun menghadapi tugas


2

Ulet menghadapi kesulitan

3

Menunjukan minat terhadap
macam-macam
masalah
untuk orang dewasa
Lebih senang bekerja
mandiri
Cepat bosan dengan tugas
rutin
Dapat mempertahankan
pendapatnya

4
5
6

7

Senang mencari dan
memecahkan soal-soal

Siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru
dengan cara mencari atau menelaah materi pembelajaran,
baik secara individu maupun kelompok.
Siswa tidak mudah putus asa dalam
mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
Siswa bekerja secara kelompok untuk mengerjakan tugas
yang diberikan oleh guru.
Siswa berusaha mengerjakan soal/ kuis sendiri sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki.
Siswa semangat dengan tugas yang diberikan oleh guru.
Siswa berani mengeluarkan pendapatnya beserta alasan
saat diskusi maupun menjawab pertanyaan dari guru
terkait dengan materi pembelajaran.
Siswa bertanya dengan guru atau mencari sendiri dari
berbagai sumber untuk memecahkan soal-soal yang
belum dipahami.

Desain pembalajaran diperlukan sebagai petunjuk yang harus dilakukan
guru maupun siswa dalam pembelajaran, selanjutnya akan dibuat dalam RPP
(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Penelitian ini dibagi menjadi empat kali
pertemuan. Desain pembelajaran dapat ditunjukkan pada tabel 2.

4

Kegiatan
Pertemuan 1
Pendahuluan
(10 menit)

Inti (60
menit)
Eksplorasi

Elaborasi

Konfirmasi
Penutup (10
menit)
Pertemuan 2
Pendahuluan
(10 menit)

Inti (60
menit)
Eksplorasi

Elaborasi

Tabel 2. Desain Pembelajaran
Guru
Siswa
 Guru bertanya kepada siswa  Siswa menjawab pertanyaan dari
(questioning): “Adakah dari kalian
guru
yang mengenal schoology?”
 Guru menyampaikan tema tujuan
pembelajaran
 Guru
memperkenalkan
dan
menjelaskan schoology serta fiturfitur yang ada didalamnya
 Guru meminta siswa untuk membuat
kelompok 3-4 orang dalam satu
kelompok (learning community)
 Guru meminta siswa untuk membuat
account student schoology
 Guru
mendemonstrasikan
(modelling) cara untuk masuk
didalam courses schoology
 Guru bertanya-jawab dengan siswa
tentang hal-hal yang belum diketahui
mengenai
media
schoology
(reflection)
 Guru menarik kesimpulan
 Guru
meminta
siswa
untuk
berkumpul sesuai kelompok masingmasing (learing community)
 Guru bertanya kepada siswa
(questioning): “Sebutkan pengertian
ukuran kecepatan akses internet?”
 Guru menyampaikan tema tujuan
pembelajaran
 Guru menjelaskan pengertian ukuran
kecepatan akses internet
 Guru meminta siswa untuk mencari
informasi mengenai komponenkomponen yang mempengaruhi
kecepatan transfer data dari berbagai
sumber (inquiry)
 Guru menanyakan hasil eksplorasi
mengenai
komponen-komponen
yang mempengaruhi kecepatan
transfer data
 Guru berdiskusi dengan siswa
tentang komponen-komponen yang
mempengaruhi kecepatan transfer
data (learing community)
 Guru memberi contoh gambar
(modelling)
tentang
materi
komponen-komponen
yang

5

 Siswa menyiapkan bahan-bahan
yang
diperluakan
dalam
pembelajaran
 Siswa memperhatikan penjelasan
guru
 Siswa membuat kelompok (learning
community)
 Siswa membuat account student
schoology
 Siswa mengikuti arahan guru untuk
masuk kedalam courses schoology
 Siswa menjawab pertanyaan dari
guru dan mengajukan pertanyaan
jika ada yang kurang paham

 Siswa
berkumpul
sesuai
kelompoknya (learing community)
 Siswa menjawab pertanyaan guru
 Siswa menyiapkan bahan-bahan
yang
diperluakan
dalam
pembelajaran
 Siswa memperhatikan penjelasan
guru
 Siswa mencari informasi tentang
komponen-komponen
yang
mempengaruhi kecepatan transfer
data dari berbagai sumber dalam
kelompoknya (inquiry)
 Siswa melaporkan hasil pencarian
komponen-komponen
yang
mempengaruhi kecepatan transfer
data
 Mendiskusikan dan mengadakan
tanya jawab

 Siswa melihat contoh gambar di
courses Schoology

Konfirmasi
Penutup (10
menit)
Pertemuan 3

Pendahuluan
(10 menit)

Inti (60
menit)
Eksplorasi

Elaborasi

Konfirmasi
Penutup (10
menit)
Pertemuan 4
Pendahuluan
(10 menit)

mempengaruhi kecepatan transfer
data di courses Schoology
 Guru bertanya-jawab dengan siswa
tentang hal-hal yang belum diketahui
tentang materi pembelajaran yang
didiskusikan (reflection)
 Guru menarik kesimpulan
 Guru
meminta
siswa
untuk
berkumpul sesuai kelompok masingmasing (learing community)
 Guru mereview
materi pada
pertemuan sebelumnya
 Guru bertanya kepada siswa
(questioning): “Sebutkan macammacam kecepatan akses internet?”
 Guru menyampaikan tema dan tujuan
pembelajaran
 Guru meminta siswa untuk mencari
informasi macam-macam kecepatan
akses internet dari berbagai sumber
(inquiry)
 Guru menanyakan hasil eksplorasi
tentang macam-macam kecepatan
akses internet
 Guru berdiskusi dengan siswa
(learing
community)
tentang
macam-macam akses internet (hasil
eksplorasi)
 Guru menyebutkan macam-macam
kecepatan akses internet yang telah
dishare di courses Schoology
 Guru menunjukkan gambaran dari
Dial-up melalui jalur PSTN, ADSL,
GPRS, dan 3G di courses schoology
(modelling)
 Guru bertanya-jawab dengan siswa
tentang hal-hal yang belum diketahui
tentang materi pembelajaran yang
didiskusikan (reflection)
 Guru menarik kesimpulan
 Guru
meminta
siswa
untuk
berkumpul sesuai kelompok masingmasing (learing community)
 Guru mereview
materi pada
pertemuan sebelumnya
 Guru menyampaikan tema dan tujuan
pembelajaran

6

 Siswa menjawab pertanyaan dari
guru dan mengajukan pertanyaan
jika ada yang kurang paham

 Siswa berkumpul sesuai dengan
kelompoknya (learing community)
 Siswa memperhatikan penjelasan
guru
 Siswa menjawab pertanyaan dari
guru
 Siswa menyiapkan bahan-bahan
yang
diperluakan
dalam
pembelajaran
 Siswa mencari informasi macammacam kecepatan akses internet
(inquiry)
 Siswa melaporkan hasil eksplorasi
tentang macam-macam kecepatan
akses internet
 Siswa berdiskusi dan mengadakan
tanya jawab
 Siswa memperhatikan penjelasan
guru dan membuka materi yang
dishare di courses schoology
 Siswa melihat gambaran Dial-up
melalui jalur PSTN, ADSL, GPRS,
dan 3G di schoology
 Siswa menjawab pertanyaan dari
guru dan mengajukan pertanyaan
jika ada yang kurang paham

 Siswa berkumpul sesuai dengan
kelompoknya (learing community)
 Siswa memperhatikan penjelasan
guru
 Siswa menyiapkan bahan-bahan
yang
diperluakan
dalam
pembelajaran

Inti (60
menit)
Eksplorasi

Elaborasi

Konfirmasi
Penutup (10
menit)

 Guru meminta siswa untuk mencari
informasi
Wi-Fi,
Wireless
Broadband, LAN, TV-kabel dari
berbagai sumber (inquiry)
 Guru menanyakan hasil eksplorasi
tentang Wi-Fi, Wireless Broadband,
LAN, TV-kabel
 Guru berdiskusi dengan siswa
(learing community) tentang Wi-Fi,
Wireless Broadband, LAN, TV-kabel
 Guru memberikan ilustrasi di
Schoology
(modelling)
Wi-Fi,
Wireless Broadband, LAN, TV-kabel
di courses Schoology
 Guru memberi soal kepada siswa di
courses
Schoology
(authentic
assessment)
 Guru bertanya-jawab dengan siswa
tentang hal-hal yang belum diketahui
tentang materi pembelajaran yang
didiskusikan (reflection)
 Guru menarik kesimpulan

 Siswa mencari informasi Wi-Fi,
Wireless Broadband, LAN, TV-kabel
dari berbagai sumber (inquiry)
 Siswa melaporkan hasil eksplorasi
tentang Wi-Fi, Wireless Broadband,
LAN, TV-kabel
 Siswa berdiskusi dan mengadakan
tanya jawab
 Siswa melihat dan memperhatikan
ilustrasi (modelling) di courses
Schoology
 Siswa mengerjakan soal (authentic
assessment) di courses Schoology

 Siswa menjawab pertanyaan dari
guru dan mengajukan pertanyaan
jika ada yang kurang paham

Keabsahan data sangat diperlukan dalam penelitian kualitatif demi
kevalidan dan tingkat kepercayaan data yang telah terkumpul. Keabsahan data yang
dipakai adalah teknik triangulasi. Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, baik secara teknik maupun
sumber yang digunakan. Triangulasi yang dipakai adalah triangulasi dengan
sumber. Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan memeriksa
kembali derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui sumbersumber data [13]. Triangulasi dengan sumber dapat dilakukan dengan jalan
membandingkan data hasil observasi dengan data hasil wawancara.
Penelitian ini menggunakan dua teknik analisis data, yaitu deskriptif
kuantitatif dan kualitatif. Analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk
menganalisis data hasil observasi secara deskriptif. Data hasil observasi dapat
dianalisis dengan cara, (a) Menghitung banyaknya siswa dalam kelas yang
termotivasi (melaksanakan aspek motivasi yang diamati) pada saat pembelajaran
berlangsung. Selanjutnya prosentase siswa “PS” yang termotivasi dihitung dengan
rumus:
=

× 100% [14]

(b) Setelah diketahui prosentase siswa yang termotivasi, selanjutnya dimasukkan
kedalam lembar observasi. Tahap selanjutnya, untuk mencari total prosentase “TP”
hasil observasi dihitung dengan rumus:
=

× 100% [14]

7

(c) Langkah selanjutnya, total prosentase yang diperoleh dari hasil observasi
dimasukkan kedalam kriteria motivasi belajar.
Tabel 3. Kriteria Motivasi Belajar [14]
Prosentase Motivasi
Kriteria
76 % s/d 100 %
Sangat Baik
51 % s/d 75 %
Baik
26% s/d 50 %
Cukup
0 % s/d 25 %
Kurang

Analisis kualitatif dilakukan dengan teknik interactive model analysis [15]. Teknik
analisis model interaktif terdiri beberapa tahapan, yaitu pengumpulan data, reduksi
data, penyajian, dan kesimpulan (verfikasi). Empat komponen membentuk sebuah
siklus yang saling berinteraksi dan prosesnya berjalan bersamaan dengan kegiatan
pengumpulan data.

Gambar 1. Interactive Model Analysis Miles dan Huberman

4. Hasil dan Pembahasan
Sebelum diterapkan model CTL berbantu Schoology, tahap awal yang
dilakukan adalah mendeskripsikan pembelajaran TIK secara konvensional di kelas
IX-A SMP Negeri 1 Tengaran Semarang saat observasi awal dilakukan. Metode
yang biasa dipakai saat pembelajaran TIK di kelas adalah “konvensional”. Maksud
dari metode konvensional adalah, guru masih menggunakan metode ceramah untuk
menjelaskan materi pembelajaran di kelas dengan media yang standar kemudian
diberi penugasan atau soal. Media tersebut berupa LKS, buku panduan, modul, dan
powerpoint. Proses pembelajaran TIK di kelas IX A SMP Negeri 1 Tengaran
Semarang dibagi menjadi tiga, yaitu kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup. Pada
kegiatan pendahuluan guru memimpin do’a, mengabsen kehadiran siswa, dan
menyampaikan tema dan tujuan dalam pembelajaran. Masuk dalam kegiatan inti,
guru menjelaskan materi pelajaran dengan cara bercerita atau ceramah sedangkan
siswa mendengarkan atau memperhatikan dan mencatat. Apabila penjelasan materi
dirasa cukup, berikutnya guru memberi tugas, soal, ataupun latihan praktik. Banyak
siswa terlihat pasif dan tidak memperhatikan saat guru menjelaskan materi
pelajaran. Siswa terlihat jenuh, mengantuk, bermain game, membuka social media
dan berbicara sendiri dengan temannya dalam pembelajaran. Selanjutnya saat guru
memberikan tugas latihan praktik maupun soal, siswa kebingungan dan sibuk
8

bertanya dengan temannya yang memperhatikan penjelasan guru. Akibatnya
suasana kelas menjadi gaduh, hal ini yang menyebabkan guru kesulitan mengontrol
kelas dan tidak menutup kemungkinan guru harus berteriak untuk mengkondisikan
kelas kembali tenang. Setelah kegiatan inti selesai masuk dalam kegiatan penutup,
guru memberikan kesimpulan dari pembelajaran yang telah berlangsung, kemudian
memberikan tugas atau “PR” (Pekerjaan Rumah) bila diperlukan dan menutup
pertemuan dengan memimpin do’a. Pengamatan aspek motivasi sebelum dilakukan
penerapan model dan media yaitu pada saat pembelajaran konvensional
berlangsung mencapai 25%. Pengamatan aspek motivasi sesudah penerapan model
dan media mencapai 84,36%, selanjutnya akan dideskripsikan per aspek yang
diamati pada pertemuan kedua sampai dengan pertemuan keempat. Hasil
pengamatan (observasi) motivasi siswa sebelum dan sesudah penerapan model dan
media dapat ditunjukkan pada tabel 4.
No

Aspek

1

Tekun menghadapi
tugas

2

Ulet menghadapi
kesulitan

3

Menunjukan minat
terhadap
macammacam
masalah
untuk orang dewasa
Lebih senang
bekerja mandiri

4

5

Cepat bosan dengan
tugas rutin

6

Dapat
mempertahankan
pendapatnya

7

Senang mencari dan
memecahkan soalsoal

=

Tabel 4. Hasil Observasi Motivasi siswa
Pernyataan
Prosentase
Sebelum
Sesudah
Siswa mengerjakan tugas
yang diberikan oleh guru
75%
31,25%
dengan cara mencari atau
menelaah
materi
pembelajaran, baik secara
individu
maupun
kelompok.
Siswa tidak mudah putus
asa dalam
mengerjakan tugas yang
21,875%
90,625%
diberikan oleh guru.
Siswa
bekerja
secara
kelompok
untuk
100%
21,875%
mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru.
Siswa
berusaha
mengerjakan soal/ kuis
18,75%
84,325%
sendiri sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki.
Siswa semangat dengan
tugas yang diberikan oleh
25%
90,625%
guru.
Siswa berani mengeluarkan
pendapatnya beserta alasan
saat
diskusi
maupun
81,25%
34,375%
menjawab pertanyaan dari
guru terkait dengan materi
pembelajaran.
Siswa bertanya dengan
guru atau mencari sendiri
68,75%
21,875%
dari berbagai sumber untuk
memecahkan
soal-soal
yang belum dipahami.
25%
84, 36%
× 100% [14]

9

Pertemuan pertama yaitu, (1) siswa diberi pertanyaan (questioning)
“Adakah dari kalian yang mengenal Schoology?”. Questioning bertujuan untuk
menggali rasa ingin tahu siswa tentang apa itu Schoology, sebab pengetahuan
seseorang itu bermula dari bertanya. Setelah memunculkan rasa ingin tahu siswa
terhadap schoology, kemudian guru menjelaskan konsep Schoology beserta fiturfitur yang ada didalamnya. (2) Guru meminta siswa untuk membuat kelompok
(learning community), masing-masing kelompok berjumlah 3-4 siswa. Kegiatan
learning community bertujuan untuk menciptakan suasana diskusi dalam kelas,
sehingga terjadi interaksi antara teman satu kelompoknya, antar kelompok dan
guru. Setelah pembentukan kelompok, siswa berkumpul sesuai dengan
kelompoknya dan membuat account student. Ditemukan masalah saat pembuatan
account yaitu siswa menuliskan nama tidak sesuai dengan nama aslinya. Guru
meminta siswa untuk merubah nama sesuai nama asli. Foto siswa sedang membuat
account dapat ditunjukkan pada gambar 2.

Gambar 2. Foto siswa sedang membuat account Schoology

(3) Guru mendemonstrasikan (modelling) cara masuk dalam courses Schoology.
Pendemonstrasian dilakukan untuk memudahkan siswa memahami apa yang
dijelaskan oleh guru. Kegiatan mendemonstrasikan cara masuk ke dalam courses
Schoology, guru meminta perwakilan dari masing-masing kelompok untuk
memperhatikan kemudian di share kepada teman satu kelompoknya. Ditemukan
masalah kembali saat siswa sudah masuk ke dalam courses Schoology yaitu siswa
mencoba fitur Schoology seperti updates untuk gurauan (bercanda) dengan teman
satu kelas. Setelah itu guru memperingatkan siswa untuk tidak membuat gurauan
(bercanda) dalam courses Schoology, melainkan hal-hal yang berhubungan dengan
pembelajaran. (4) Selanjutnya, pada tahap refleksi (reflection) guru bertanya jawab
kepada siswa tentang hal-hal mengenai Schoology. Kegiatan ini dimaksudkan untuk
membiasakan siswa mengulas kembali tentang apa yang telah dipelajari. Tahap
refleksi, siswa diberi kesempatan untuk berfikir kembali tentang hal-hal yang masih
menjadi pertanyaan dan keraguan, misalnya bagaimana cara masuk courses
Schoology?, kemudian guru menjelaskan kembali cara masuk ke dalam coursess
Schoology. Pertemuan pertama pembelajaran memang belum dimulai,
penyebabnya adalah jumlah komputer yang dapat digunakan di laboratorium hanya
kurang dari 20 buah, sedangkan jumlah siswa di kelas IX-A ada 32 siswa. Sehingga
siswa harus bergantian untuk menggunakan komputer. Penyebab yang lainnya
adalah akses internet yang lambat, pembuatan account dan masuk courses
Schoology memakan waktu yang lama. Alternatif yang lain seperti dilanjutkan di
10

luar jam pembelajaran tidak dimungkinkan, karena sebagian siswa bertempat
tinggal di pelosok desa dan tidak mempunyai layanan internet.
Pertemuan kedua proses pembelajaran diantaranya adalah, (1) Guru
meminta siswa untuk berkumpul sesuai dengan kelompok masing-masing
(learning community). (2) Guru bertanya kepada siswa (questioning) “Sebutkan
pengertian ukuran kecepatan akses internet?”. Ditemukan masalah saat guru
bertanya, siswa diam dan malu untuk mengeluarkan pendapatnya. Sehingga guru
harus menunjuk salah satu siswa untuk menjawab pertanyaan tersebut. Jawaban
dari siswa memang kurang tepat, tetapi hal ini dilakukan untuk membuat siswa
berani mengeluarkan pendapatnya sesuai pencapaian aspek motivasi yaitu, dapat
mempertahankan pendapatnya. Selanjutnya guru menjelaskan pengertian
ukuran kecepatan akses internet, untuk menyempurnakan jawaban dari siswa. (3)
Guru meminta siswa untuk mencari (inquiry) materi tentang komponen-komponen
yang mempengaruhi kecepatan transfer data dari berbagai sumber. Inquiry adalah
kegiatan inti dari CTL, karena inquiry berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir
ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran siswa lebih banyak
belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Kegiatan
inquiry ini tiap-tiap kelompok ditekankan untuk mencari dan menemukan materi
pembelajaran yang telah disebutkan oleh guru. Tugas guru adalah sebagai fasilitator
atau pembimbing dan memilih topik atau masalah untuk dipecahkan. Seperti yang
diketahui pada kegiatan inquiry ini, guru meminta siswa untuk mencari materi
tentang komponen-komponen yang mempengaruhi kecepatan transfer data.
Kegiatan mencari (inquiry) ditemukan beberapa masalah. Banyak dari siswa
terlihat menganggur dalam kelompoknya karena bermacam-macam alasan seperti,
sudah ada yang mencari materi, sudah ada yang mencatat dan tidak kebagian
komputer. Hal ini menjadikan siswa tidak semangat dalam menerima pembelajaran.
Padahal, maksud guru membagi siswa dalam kelompok adalah terciptanya diskusi
dalam tiap kelompok. Sehingga terjadi interaksi siswa dalam kelompok untuk
saling share pendapat dan memunculkan ide guna memecahkan suatu masalah.
Melihat masalah tersebut, guru mengarahkan untuk saling berbagi tugas dalam
anggota tiap kelompok agar tidak ada lagi yang menganggur. Setelah selesai
mencari materi, siswa menulis hasil pencarian yang telah dilakukan. Selanjutnya
guru menanyakan hasil pencarian materi tentang komponen-komponen yang
mempengaruhi kecepatan transfer data tiap individu maupun kelompok. Saat guru
mengamati pencapaian motivasi yaitu, cepat bosan dengan tugas rutin, tekun
menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan dan menunjukkan minat
terhadap macam-macam masalah untuk orang dewasa, ditemukan siswa belum
termotivasi sesuai dengan temuan masalah yang dijabarkan pada kegiatan inquiry.
(4) Guru berdiskusi (learning community) dengan siswa untuk membahas materi
tentang komponen-komponen yang mempengaruhi kecepatan transfer data. Guru
kembali menciptakan suasana diskusi, tidak hanya dalam satu kelompok namun
tiap-tiap kelompok saling berinteraksi untuk mengungkapkan temuannya yang
dilakukan saat kegiatan mencari materi. (5) Selanjutnya guru menjelaskan
komponen-komponen yang mempengaruhi kecepatan transfer data dan
memberikan contoh gambar supaya siswa lebih mengerti (modelling). Komponenkomponen tersebut yaitu bandwidth, throughput, server proxy, backbone, faktor-

11

faktor yang menentukan bandwidth dan troughput. Permodelan dari komponenkomponen yang mempengaruhi kecepatan transfer data dapat dilihat pada gambar
3 dan 4.

Gambar 3. Permodelan Bandwidth

Gambar 4. Permodelan Throughput

(6) Setelah guru memberi contoh gambar melalui Schoology, kemudian pada tahap
refleksi (reflection) guru mengulas kembali materi yang telah disampaikan.
Kegiatan refleksi materi yang telah disampaikan, beberapa dari siswa masih
bingung dengan materi pembelajaran yang telah didiskusikan. Ditemukan saat guru
mengamati aspek pencapaian motivasi yaitu senang mencari dan memecahkan
soal-soal, siswa tidak bertanya dengan guru. Padahal beberapa diantara siswa masih
kebingungan dan belum paham betul dengan materi yang didiskusikan, sehingga
guru harus menunjuk salah satu siswa untuk berani bertanya. Selanjutnya guru
menjelaskan bagian-bagian yang belum dipahami siswa. Guru memberi kesimpulan
dari pembelajaran pada pertemuan kedua.
Pertemuan ketiga proses pembelajarannya adalah, (1) sebelum
pembelajaran dimulai guru meminta siswa berkumpul sesuai kelompok masingmasing (learning community), kemudian guru mereview materi pada pertemuan
sebelumnya. (2) Langkah selanjutnya, guru bertanya (questioning) kepada siswa
“sebutkan macam-macam kecepatan akses internet?”. Perbedaan pertemuan kedua
dengan ketiga, yaitu siswa tidak malu lagi untuk menjawab pertanyaan dari guru.
Meskipun jawaban dari siswa masih kurang tepat, setidaknya siswa berani untuk
mengeluarkan pendapatnya. Pengamatan yang dilakukan guru saat kegiatan
questioning yaitu dapat mempertahankan pendapatnya, dikatakan siswa sudah
mulai termotivasi. Selanjutnya guru menyampaikan tema dan tujuan dari
pembelajaran yang akan dilakukan. (3) Guru meminta siswa untuk mencari
(inquiry) materi tentang macam-macam kecepatan akses internet dari berbagai
sumber. Siswa aktif saat kegiatan tersebut masing-masing kelompok saling berbagi
tugas, ada yang mencari materi di internet, LKS, modul, dan juga mencatat hasil
temuannya. Sehingga tidak ada yang menganggur pada masing-masing kelompok.
Pengamatan aspek pencapaian motivasi yang dilakukan oleh guru pada kegiatan
inquiry yaitu, cepat bosan dengan tugas rutin, menunjukkan minat terhadap
macam-macam masalah orang dewasa, tekun menghadapi tugas dan ulet
menghadapi kesulitan. Siswa dikatakan termotivasi dan tidak pasif saat kegiatan
pembelajaran. Setelah selesai mencari materi, guru menanyakan hasil temuan pada
masing-masing kelompok. Foto kegiatan inquiry dapat dilihat pada gambar 5.

12

Gambar 5. Kegiatan Inquiry

(4) Guru berdiskusi (learning community) dengan siswa untuk membahas materi
tentang macam-macam kecepatan akses internet. Materi tersebut berisi dial-up
melalui jalur PSTN (Public Switched Telephone Network), ADSL (Asymmetric
Digital Subscriber Line), GPRS (General Packet Radio Service), dan 3G (thirdgeneration technology). (5) Selanjutnya guru menjelaskan materi yang telah di
diskusikan bersama, kemudian siswa ditunjukan contoh gambar dari materi tersebut
supaya lebih mengerti (modelling). (6) Langkah selanjutnya adalah guru memberi
refleksi (reflection) terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Siswa
bertanya dengan guru terkait materi pembelajaran yang belum dimengerti.
Pengamatan aspek motivasi yang dilakukan oleh guru saat kegiatan refleksi yaitu
senang mencari dan memecahkan soal-soal, membuat siswa termotivasi untuk
berani bertanya terkait dengan materi pembelajaran yang belum dimengerti.
Selanjutnya guru memberi kesimpulan mengenai pembelajaran yang telah
dilakukan.
Pertemuan keempat proses pembelajarannya adalah, (1) guru meminta
siswa untuk berkumpul sesuai kelompok masing-masing (learning community),
guru mereview kembali materi pada pertemuan ketiga. Materi pelajaran masih sama
dengan pertemuan ketiga, yaitu macam-macam kecepatan akses internet. (2)
Selanjutnya guru meminta siswa untuk mencari (inquiry) materi tentang Wi-Fi,
Wireless Broadband, LAN, TV-kabel dari berbagai sumber. Siswa kembali aktif saat
mencari materi, sudah tidak ditemukan lagi siswa yang menganggur dalam masingmasing kelompok. Seperti pada pertemuan ketiga, pengamatan aspek motivasi
saat kegiatan inquiry membuat siswa termotivasi dalam pembelajaran. Setelah
siswa selesai mencari materi, kemudian guru menanyakan hasil temuan siswa pada
masing-masing kelompok. (3) Guru berdiskusi (learning community) dengan
siswa untuk membahas materi yang telah dicari siswa dari berbagai sumber. Siswa
saling memberikan pendapat saat diskusi berlangsung baik secara individu maupun
kelompok, hal ini menjadikan pembelajaran menjadi lebih menyenangkan. (4) Guru
memberi ilustrasi (modelling) tentang materi yang telah didiskusikan, agar siswa
lebih memahami materi yang telah didiskusikan bersama-sama. (5) Tahap
selanjutnya guru memberi kuis (authentic assessment) melalui Schoology untuk
mengukur kemampuan siswa dalam menerima materi pembelajaran. Kegiatan
authentic assessment (penilaian sebenarnya) adalah tahap akhir dalam model CTL.
Melaui kegiatan ini siswa ditekankan untuk mengerjakan kuis secara mandiri yang
telah diberikan oleh guru. Sehingga guru mengetahui peningkatan siswa dalam
13

memahami materi pembelajaran per individu. Contoh kuis yang dikerjakan siswa
dalam Schoology dapat ditunjukkan pada gambar 6.

Gambar 6. Contoh kuis

Ditemukan masalah kembali saat kegiatan authentic assessment berlangsung, siswa
bingung bagaimana cara mengerjakan kuis dalam Schoology. Sehingga guru harus
menjelaskan terlebih dahulu langkah-langkah cara mengerjakan soal di Schoology.
Pengamatan aspek pencapaian motivasi yang dilakukan oleh guru saat kegiatan
authentic assessment/ kuis yaitu lebih senang bekerja sendiri, ditemukan siswa
mengerjakan kuis sendiri dan tidak mencontek dengan temannya. Selesai
mengerjakan kuis, beberapa siswa senang dan ada juga yang kecewa dengan hasil
akhir dari kuis yang dikerjakan. Setelah diketahui hasil kuis yang dikerjakan, guru
mudah untuk melakukan langkah selanjutnya, seperti refleksi kembali bagianbagian yang dianggap sulit siswa atau remidial untuk memperbaiki nilai yang masih
kurang. (6) Tahap selanjutnya guru memberi refleksi (reflection) terhadap materi
yang telah dibahas. Siswa bertanya dengan guru terkait dengan pertanyaan kuis
yang dianggap sulit. Guru menjelaskan dan mengulas kembali materi pembelajaran
terkait dengan pertanyaan dari siswa. Seperti pada pertemuan ketiga saat kegiatan
refleksi, siswa termotivasi untuk berani bertanya dengan guru mengenai
pertanyaan-pertanyaan yang belum dipahami siswa. Setelah kegiatan refleksi
selesai guru memberi kesimpulan mengenai pembelajaran yang telah dilakukan.
Berdasarkan hasil observasi motivasi siswa yang ditunjukkan pada tabel 4,
total prosentase dimasukkan kedalam kriteria motivasi belajar, yaitu (0% s/d 25%)
kurang, (26% s/d 50%) cukup, (51% s/d 75%) baik, dan (76% s/d 100%) sangat
baik. Total prosentase sebelum dilakukan penerapan model CTL berbantu
Schoology yaitu 25% masuk dalam kriteria kurang. Sedangkan total prosentase
sesudah dilakukan penerapan model dan media tersebut yaitu 84,36% masuk dalam
kriteria sangat baik. Penilaian observasi dilakukan dengan cara menggunakan
daftar yang berisi aspek pencapaian motivasi, kemudian siswa diamati per individu
dengan mengisi lembar observasi yang dibuat. Dilihat dari hasil observasi sebelum
dilakukan penerapan model dan media, prosentase tertinggi adalah 34,375% hanya
siswa tergolong pintar saja yang aktif dikelas. Setelah diberi penerapan model dan
media tersebut, tidak hanya yang tergolong pintar saja yang aktif namun
keseluruhan siswa aktif saat pembelajaran dilihat dari prosentase tertingi 100%.
Penerapan model CTL berbantu Schoology dikatakan berhasil karena total
14

prosentase menunjukkan