T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Motivasi Belajar Melalui Konseling Kelompok Gestalt Anak PPA Immanuel IO968 Salatiga Kelompok Usia 1219 Tahun T1 BAB IV

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

4.1 Deskripsi Subyek Penelitian
Subyek pemberian treatment ini adalah 12 anak yang hasil pre-testnya
menunjukkan skor skala motivasi belajar kategori agak lemah dan lemah. Dari 12
anak dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu 6 anak sebagai kelompok eksperimen dan
6 anak sebagai kelompok kontrol. Dalam hal ini kesamaan antara kedua kelompok
dapat dilihat dari usia, jenis kelamin, kategori skor motivasi belajar, dan hasil
belajar. Tabel 4.1 mendeskripsikan usia dan jenis kelamin anak pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol.
Tabel 4.1 Deskripsi Usia dan Jenis Kelamin Kelompok Eksperimen Dan
Kontrol
N
o

Ekspe Usia
Jenis
rimen tah bul Kelaun an min

Usia


L

Motiv Kon
asi
trol
belaja
r
L
KP

Jenis
tah bul Kelaun an min

Motivasi
belajar

1.

SI


17

6

17

6

L

L

2.

AH

17

6


L

AL

NE

17

6

L

AL

3.

RT

17


7

L

AL

TF

17

7

L

AL

4.

K


17

7

L

L

SK

17

7

L

L

5.

6.

CT
RD

17
17

7
6

L
L

L
L

NA
AW


17
17

7
6

L
L

L
L

50

Tabel 4.2 Analisis data Usia Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

ANOVA
usia
Sum of Squares
Between Groups


df

Mean Square

84.500

1

84.500

Within Groups

2777.111

16

173.569

Total


2861.611

17

F

Sig.
.487

.495

Berdasarkan hasil analisis data menggunakan SPSS 16.0 dengan uji One
Way Anova, diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan pada usia antara
kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Hal ini ditunjukkan dengan
asymp sig. 0,495 > 0,05. Dari tabel dapat dilihat bahwa jenis kelamin antara
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah sama.

Tabel 4.3 Hasil Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol
No


Eks

Nama
Kon

Eks
1
40
SI
KP
2
43
AH
NE
3
55
RT
TF
4

34
K
SK
5
32
CT
NA
6
40
RD
AW
Keterangan : Eks : Eksperimen
Kon : Kontrol

Total
Kon
40
43
54
34
35
40

Kategori
Eks
Kon
lemah
lemah
Agak lemah
Agak Lemah
Agak Lemah
Agak Lemah
Lemah
Lemah
Lemah
Lemah
Lemah
Lemah

Dari tabel 4.2 diatas dapat dijelaskan bahwa dalam treatment ini terdapat
12 anak yang terbagi menjadi dua kelompok yaitu 6 anak sebagai kelompok
eksperimen dan 6 anak sebagai kelompok kontrol.

51

Berikut merupakan hasil analisis data perbandingan hasil pretest Skala
motivasi belajar pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang diuji
menggunakan analisis data Mann Whitney.
Tabel 4.4 Hasil Analisis Data Perbandingan Hasil Pre Test Skala Motivasi
Pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Ranks
Kelompok
Pretest Eksperimen
Kontrol
Total

N

Mean Rank Sum of Ranks
6

6.33

38.00

6

6.67

40.00

12

Test Statisticsb
Pretest
Mann-Whitney U

17.000

Wilcoxon W

38.000

Z

-.164

Asymp. Sig. (2-tailed)

.870

Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)]

.937a

a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: kelompok
Berdasarkan hasil analisis data menggunakan SPSS 16.0 dengan uji Mann
Whitney, diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara kelompok
eksperimen dengan kelompok kontrol. Hal ini ditunjukkan dengan sig.(2-tailed)
0,870 > 0,05, walaupun mean rank hasil pre test kelompok eksperimen 6,33 dan
mean rank hasil pre test kelompok kontrol adalah 6,67 karena kondisi pretes
menghasilkan tidak ada perbedaan yang signifikan maka barulah treatment dapat
dilanjut dengan memberikan treatment kepada kelompok eksperimen

52

Berdasarkan rancangan pemberian treatment dan hasil analisis di atas,
selanjutnya kelompok eksperimen akan diberikan treatment berupa konseling
kelompok gestalt sebanyak 10 kali pertemuan, sedangkan kelompok kontrol tidak
diberikan treatment. Penyusunan topik dalam kegiatan konseling kelompok
gestalt didasarkan pada permasalahan anak yang memiliki motivasi belajar yang
lemah dan agak lemah. Berikut ini program treatment konseling kelompok gestalt:

53

Tabel 4.5 Program Treatment Konseling Kelompok Gestalt
Variabel

Sub
variabel
Motivasi Belajar 1. Pilihan
Tugas
Suatu dorongan
untuk
melakukan
aktivitas belajar,
mencapai tujuan
untuk
mendapatkan
hasil yang baik
dan
mempertahanka
n perilaku
tersebut
sehingga
muncul
kesenangan
dalam
belajarnya
(Pintrich dalam
Schunk 2012)
2. Usaha

Indikator

Topik

Materi

Strategi

1.1 Lebih
memilih tugas
untuk
dilakukan
mengindikasi
kan area
minat/keberad
aan
motivasinya

1.1.1
Mari
memilih
dan
mengutamakan
tugas-tugas.

1.1.1.1
memprioritaskan
tugas-tugas
sekolah terlebih
dulu

a. Tahap
Pembentukan
(Pengenalan
dan
pengungkapan
tujuan,
mebangun kebersamaan)
b. Tahap Peralihan
c. Tahap
Pelaksanaan
kegiatan (konseling)
d. menerapkan teknik I take
Responsibility
for…
(Saya bertanggung jawab
atas…)

2.1 Terampil
dalam dalam
mengeluarkan
usaha-usaha
yang diyakini
akan

2.2.1
Miliki usaha
yang tinggi

2.2.2.1
Menumbuh
kembangkan agar
ada
kemauan
untuk
berusaha
mengerjakan

a. Tahap
Pembentukan
(Pengenalan
dan
pengungkapan
tujuan,
mebangun kebersamaan)
b. Tahap Peralihan
c. Tahap
Pelaksanaan
54

meningkatkan
pembelajaran.
2.2.2
Manfaat apabila
kita mau
berusaha secara
maksimal

3. Kegigi
han
dalam
berusa
ha
ketika
belajar

3.1 Berusaha
untuk waktu
yang lebih
lama
terutama
ketika
menghadapi
hambatanhambatan.

3.3.1
Kegigihan untuk
terus berusaha
walaupun
ada
hambatan yang
harus dihadapi.

tugas yang dirasa
susah,
2.2.2.2
Memaksimalkan
adanya rasa ingin
berusaha dalam
mengerjakan
tugas.

kegiatan
konseling
Gestalt dengan teknik
pembalikan
(reversal
technique (konseling)
d. teknik pembalikan

3.3.3.1
Cara-cara
menghadapi
kesulitankesulitan ketika
merasa
sulit
dalam belajar.

a. Tahap
Pembentukan
(Pengenalan
dan
pengungkapan
tujuan,
mebangun kebersamaan)
b. Tahap Peralihan
c. Tahap
Pelaksanaan
kegiatan (konseling)
d. melakukan
teknik
Making
the
rounds
(Membuat Serial)
e. Menyajikan video (usaha
membuahkan hasil yang
maksimal)
f. Latihan

55

4. Prestas
i

4.1 Dapat
meningkatka
n prestasi
pengerjaan
tugas.

4.4.1
Tingkatkan
prestasi
belajarmu
dibalik
usaha
dan
kegigihanmu.

4.4.4.1
Menumbuh
kembangkan
keinginan untuk
memilik prestasi
yang tinggi.

Tahap
Pembentukan
(Pengenalan dan pengungkapan
tujuan, mebangun kebersamaan)
-Tahap Peralihan
-Tahap Pelaksanaan kegiatan
(konseling)
-latihan
-teknik the rehearsal experiment
(latihan gladiresik)
-Membuat pohon impian untuk
masa depan

Tabel 4.6 Program Pelaksanaaan Treatment Konseling Kelompok Gestalt
No

Materi

1

Kenali Lebih
dalam
Sesamamu

2

Membina
Kepercayaan

Tujuan

Rencana
pelaksa-naan

Anak mampu mengenal Senin,
21
semua anggota kelompok
November
2016
Siswa mampu dan mau
memulai berbincang bincang antar anggota
kelompok
Anak memiliki kepercayaan Selasa,
22
kepada anggota kelompok
November

Alokasi waktu
dan pertemuan

Bentuk kegiatan

1x45 menit

Game
Diskusi
Latihan

1x45 menit

Diskusi
Latihan
56

3

Mari memilih
dan utamakan
tugas-tugasmu

4

Meningkatkan
perilaku anak
untuk memilih
dan utamakan
tugas-tugasmu

5

1. Konseli dapat
menemukan informasi
tentang alasan mengapa
perlunya lebih
mengutamakan dan
memilih untuk
mengerjakan tugastugas.
2. Konseli dapat
mempraktekkan untuk
lebih mengutamakan
tugas-tugasnya terlebih
dahulu.
3. Konseli
dapat
membedakan apa yang
dirasa
ketika
mengutamakan tugastugasnya.
1. Merancang perubahan
yang lebih matang
2. Mengevaluasi hasil
konseling sesuai dengan
tujuannya

2016
Rabu,
23 2x45 menit
November
2016

Kamis,
24 2x45 menit
November
2016

Miliki
usaha 1. Konseli
dapat Jumat,25
yang tinggi
menemukan informasi November
tentang alasan mengapa 2016

Games,
Konseling
Gestalt
dengan menerapkan teknik I take
Responbility for……………(saya
bertanggung jawab atas..)

Konseling

Kelompok

Gestalt

(lebih menekankan teknik I take
responbility

for

(saya

bertanggung jawab atas….))

2x45 menit

Diskusi,
Konseling
Gestalt
dengan menerapkan
teknik
pembalikan (reversal technique)
57

2.

3.

6

7

Meningkatkan
kemauan anak
untuk memiliki
usaha yang
tinggi
Meningkatkan
kegigihan
walaupun ada
hambatan yang
harus dihadapi

1.
2.

1.

2.

3.

perlunya usaha dalam
belajar.
Konseli
dapat
merancang usaha yang
akan dilakukan ketika
mengalami kesusahan
dalam belajar.
Konseli
dapat
mempraktekan usahausaha ketika mengalami
kesulitan dalam belajar.
Merancang perubahan
yang lebih matang
Mengevaluasi hasil
konseling sesuai dengan
tujuannya
Konseli dapat
menemukan informasi
tentang alasan mengapa
perlunya kegigihan
dalam belajar.
Konseli dapat
memperlihatkan
kegigihannya dalam
belajar.
Konseli dapat
mempraktekan untuk
tetap gigih ketika
mengalami kesulitan
dalam belajar.

Mem-praktikkan
secara langsung

peri-laku

Sabtu,
26 1x45 menit
November
2016

Konseling Gestalt menerapkan
teknik pembalikan

Senin,
28 2x45 menit
November
2016

sharing, games, Konseling
Gestalt dengan penerapan teknik
making the rounds (membuat
serial)

58

8

Meningkatkan
kegigihan
walaupun ada
hambatan yang
harus dihadapi

1. Merancang perubahan
yang lebih matang
2. Mengevaluasi hasil
konseling sesuai dengan
tujuannya

Selasa
29 1x45 menit
November
2016

9

Tingkatkan
prestasi
belajarmu
dibalik usaha
dan
kegigihanmu

1. Konseli
dapat Rabu,
30 2x45 menit
menemukan informasi November
tentang alasan mengapa 2016
perlunya meningkatkan
prestasi belajar.
2. Konseli dapat merasakan
kebanggaan
ketika
prestasi
belajarnya
meningkat.
3. Konseli
dapat
menanggapi
ketika
prestasi
belajarnya
meningkat.

Konseling
Gestalt
dengan
menerapkan teknik making the
rounds (membuat serial)

Latihan, penugasan (membuat
pohon impian), Konseling
Gestalt dengan menerapkan
teknik latihan gladi resik
(rehearsal experiment)

59

4.2 Pelaksanaan Pemberian treatment
4.2.1

Persiapan penelitian
Persiapan awal penulis meminta izin kepada Koordinator PPA IO-968

secara informal untuk mengadakan penelitian serta menyampaikan maksud dan
tujuan penulis mengadakan penelitian. Setelah mendapatkan izin peneliti meminta
surat izin penelitian dari Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang di
tujukan kepada PPA Immanuel IO-968 dan dari pihak Koordinator PPA
memberikan izin untuk melakukan penelitian di PPA Immanuel IO-968.
4.2.2

Laporan dan Evaluasi Pelaksanaan Treatment
Treatment diberikan dengan memberi layanan konseling

kelompok

eksperimen sesuai rancangan program yang sudah dibuat oleh peneliti sebanyak 5
sesi dan setiap sesinya dibagi 2 kali pertemuan sehingga terdapat 10 pertemuan.
Waktu pelaksanaan pada jam-jam tertentu sesuai dengan kesepakatan dengan
anggota kelompok. Dua pertemuan khusus dilakukan untuk menciptakan
hubungan anggota kelompok sebelum masuk sesi konseling dan 8 pertemuan
lainnya adalah sesi konseling. Layanan ini dikatakan berhasil apabila kelompok
eksperimen setelah post test menunjukkan peningkatan motivasi belajar dan
hasilnya lebih tinggi dari kelompok kontrol. Sebelum masuk konseling 2 sesi yang
khusus dilakukan untuk menciptakan hubungan anak dalam anggota kelompok
lalu dilanjut ke proses konseling yang dibagi menjadi 8 pertemuan, berikut ada
gambaran dalam setiap pertemuannya :

60

1. Pertemuan pertama hari Senin, 21 November 2016
a. Pembukaan
Kegiatan diawali dengan berdoa terlebih dahulu, lalu dilanjutkan
dengan game “Ini nama dan ciri khasku”. Anak dalam kelompok sudah
saling mengenal satu dengan lain akan tetapi masih ada rasa canggung
antara satu dengan yang lain karena sebelumnya mereka belum pernah
berkumpul menjadi satu kelompok, tetapi game bisa berjalan lancar dan
mereka semua bisa mengikuti.
b.

Kegiatan inti
1. Latihan berbicara antar anggota kelompok
Dalam kegiatan ini anak-anak diberikan fasilitas untuk
berbicara satu dengan yang lain dalam anggota kelompok dengan
topik bebas sesuka hati mereka. Anak-anak diminta agar bisa
berbicara tidak hanya dengan 1-2 anak akan tetapi menyeluruh.
2. Latihan menceritakan masalah antar anggota kelompok
Pada kesempatan awal ketika diminta berbicara dengan sesuka
hati topik yang akan mereka bicarakan, mereka belum bisa berbicara
bebas dengan semua anggota mungkin karena masih adanya rasa
canggung. Pada kesempatan selanjutnya anak diberikan kesempatan
untuk berbicara kembali akan tetapi lebih ke masalah yang mereka
alami.
3. Penilaian terhadap dua kegiatan yang telah dilakukan
Rata-rata mereka mengutarakan masih malu-malu untuk
berbicara, karena biasanya hanya sekedar tahu nama saja, ketemu
hanyak menyapa dan tidak pernah berbicara banyak seperti sekarang.
61

Akan tetapi pada kesempatan kedua mereka lebih banyak bicaranya
dan muncul tawa ketika mereka berbica.
c. Penutup
Menurut mereka ketika anak diberikan kesempatan untuk berbicara
mereka masih merasa canggung dan belum bebas, apalagi ketika diminta
untuk berbicara soal masalah yang mereka alami. Mereka merasa malu
karena takut kalau antar anggota menjadi tahu dan dibicarakan di luar
anggota kelompok. Semua anak bisa mengikuti kegiatan dengan baik,
meskipun masih malu-malu mereka sudah berani berbicara satu dengan
yang lain dan beberapa dari mereka ada yang mengungkapkan bahwa
senang apabila bisa berbagi satu dengan yang lain seperti ini. Untuk
pertemuan pertama ini mereka sudah bisa mengikuti kegiatan dengan
cukup baik. Pertemuan diakhiri dengan doa dan berjabat tangan sebagai
tanda perpisahan.
2. Pertemuan kedua hari Selasa, 22 November 2016
a. Pembukaan
Kegiatan diawali dengan berdoa terlebih dahulu, lalu dilanjutkan
dengan game “trust its me”. Dalam game ini mereka terlihat percaya satu
dengan yang lain. Anak dalam kelompok menigkuti game dengan baik.
b. Kegiatan inti
Pada kegiatan ini mereka diminta untuk duduk melingkar tidak
layaknya seperti pertemuan pertama. Masih seperti pada pertemuan
pertama bahwa disini mereka mulai membangun kepercayaan antar
anggota kelompok yaitu dengan cara mereka berbicara kembali berkenaan
dengan masalah yang mereka hadapi. Dalam kegiatan ini anak diminta
62

untuk mencarikan solusi secara bersama untuk masalah yang teman dalam
anggota kelompok alami. Mereka merasa ini pengalaman pertama untuk
mendengar dan mencarikan solusi. Bukan hal yang gampang menurut k.ah
dan k.ct ketika diminta untuk mencari solusi untuk orang lain. Selain itu
sebagian dari mereka merasa takut apabila ada teman dalam kelompok
yang membocorkan masalah mereka. Itu merupakan satu hal wajar, tetapi
masalah keterbukaan merasa termasuk cepat dan mudah untuk saling
menerima, mendengar dan mencoba mencarikan solusi.
c. Penutup
Dibanding pertemuan pertama, intensitas berbicara mereka jauh
lebih banyak dibandingkan pertemuan yang pertama dan mereka sudah
berani mencoba percaya antar anggota kelompok dengan cara mereka
berani menceritakan masalah yang mereka alami. Pertemuan ini dianggap
cukup dan pertemuan kedua diakhiri dengan doa lalu berpisah satu dengan
yang lain.

3. Pertemuan ketiga dan keempat hari Rabu, 23 November 2016 dan
Kamis, 24 November 2016
a. Menciptakan Hubungan
Pada tahap menciptakan hubungan ini antar anggota kelompok
diajak untuk lebih dekat satu sama lain dengan saling bertanya kabar antar
satu dengan yang lain. Meskipun sudah dua pertemuan dilakukan untuk
menciptakan hubungan, sebelum melakukan konseling menciptakan
hubungan dirasa cukup penting untuk meningkatkan rasa memiliki dan
kenyamanan dalam kelompok. Peneliti juga melihat kesiapan anak untuk
63

memasuki sesi konseling. Setelah siap sesi konseling segera dimulai.
Karena ini sesi konseling pertama, peneliti kembali menanyakan sejauh
mana pemahaman anak terhadap konseling kelompok yang akan diikuti.
b. Identifikasi masalah
Anak melakukan identifikasi masalah yang berkaitan dengan
motivasi belajar dengan membahas jawaban beberapa item instrumen yang
termasuk pilihan tugas dalam kelompok. Setelah satu sama lain saling
menceritakan jawaban mereka juga berbagi cerita berkenaan dengan yang
pernah mereka alami. Tahap ini juga akan menentukan masalah siapa yang
akan dibahas terlebih dahulu dilihat dari seberapa sering masalah itu
muncul bagi masing-masing anak.
c. Merancang perubahan
Pada tahap ini, anggota kelompok membahas masalah k.ah terlebih
dahulu dengan membantu k.ah untuk menemukan solusi atas masalahnya.
K.ah memiliki persoalan berkenaan dengan pilihan tugas yang paling
sering muncul dibanding dengan yang lain terlebih dahulu lalu dilanjut ke
k.ct terus ke k.rd baru k.rt, dan k.si. Pada tahap ini anggota kelompok
menceritakan masalahnya lebih mendalam lalu diselesaikan secara
bersama dengan anggota kelompok lain sampai semuanya selesai hingga
k.ah.
d. Penerapan Teknik Konseling Gestalt
Untuk penerapan teknik konseling gestalt tidak hanya pada tahap
ini tetapi dilakukan selama sesi konseling, hanya saja pada tahap

64

merancang perubahan teknik lebih banyak dipakai. Teknik yang dipakai
pada sesi ini adalah I take responbility (saya bertanggung jawab atas…)
e. Memonitor Perkembangan
Memonitor perkembangan ini dilakukan dengan penilaian berjalan
terhadap perilaku anak sampai sesi konseling ini selesai.
f. Terminasi
1. Evaluasi proses (pilihan tugas)
Konseling berjalan dengan lancar, semua anggota kelompok berperan aktif
selama konseling dan mulai terbuka satu sama lain. Anak mengikuti
konseling dari awal sampai selesai 2 hari berturut-turut untuk masalah
pilihan tugas dengan baik. Selain itu, anak dan peneliti akan merancang
pertemuan selanjutnya. Diakhiri dengan doa penutup, dan perpisahan.
g. Evaluasi Hasil dan Dampak
1. Evaluasi Hasil
Dari beberapa pertanyaan yang diajukan anak yang mengikuti
konseling bisa menjawab semua terutama dalam mengenali dan
keinginan untuk lebih semangat menyelesaikan tugas, bertanggung
jawab atas tugas yang dikerjakan, bekerja keras untuk belajar demi
mendapatkan nilai yang bagus dan konsisten dengan jadwal yang
sudah dibuat.
2. Dampak
Menurut 6 anak yang mengikuti konseling, mereka sudah merasakan
perubahan walaupun hanya sedikit terutama dalam berusaha
meningkatkan motivasi belajar mereka. Mereka menganggap pasti
65

susah tapi mereka mau untuk meningkatkan motivasi belajar demi
meningkatkan hasil belajar mereka.
4. Pertemuan kelima dan keenam hari Jumat, 25 November 2016 dan
Sabtu, 26 November 2016
a. Membina Hubungan
Pada tahap ini seperti biasa diawali dengan doa lalu peneliti
mengajak anak untuk saling menanyakan kabar, menanyakan hal apa yang
didapatkan pada pertemuan sebelumnya, menanyakan apakah sudah
mencoba melakukan apa yang didapat atau belum lalu peneliti akan
melihat kesiapan anak untuk memasuki sesi konseling. Setelah siap sesi
konseling segera dimulai.
b. Identifikasi masalah
Anak melakukan identifikasi masalah yang berkaitan dengan
motivasi belajar dengan membahas jawaban beberapa item instrumen
yang termasuk usaha dalam mengerjakan tugas yang diberikan dalam
kelompok. Setelah satu sama lain saling menceritakan jawaban mereka
juga berbagi cerita berkenaan dengan yang pernah mereka alami
berkenaan dengan usaha-usaha yang mereka lakukan. Tahap ini juga
akan menentukan masalah siapa yang akan dibahas terlebih dahulu
dilihat dari seberapa sering masalah itu muncul bagi masing-masing
anak.
c. Merancang perubahan
Pada tahap ini, anggota kelompok membahas masalah k.k terlebih
dahulu dengan membantu k.k untuk menemukan solusi atas masalahnya.
K.k memiliki persoalan berkenaan dengan usaha dalam mengerjakan
66

tugas yang diberikan yang paling sering di alami dibanding dengan yang
lain terlebih dahulu lalu dilanjut ke k.rt terus ke k.ah, k.si, k.rd lalu k.ct.
Pada tahap ini anggota kelompok menceritakan masalahnya lebih
mendalam lalu diselesaikan secara bersama dengan anggota kelompok
lain sampai semuanya selesai hingga benar-benar clear.
d. Penerapan Teknik Konseling Gestalt
Untuk penerapan teknik konseling getalt tidak hanya pada tahap ini
tetapi dilakukan selama sesi konseling, hanya saja pada tahap
merancang perubahan teknik lebih banyak dipakai. Teknik yang dipakai
pada sesi ini adalah pembalikan (reversal technique)
e. Memonitor Perkembangan
Memonitor perkembangan ini dilakukan dengan penilaian berjalan
terhadap perilaku anak sampai sesi konseling ini selesai dan mereka
benar-benar merasaka ada perbubahan yang mereka rasakan dan ingin
mereka lakukan
f. Evaluasi Hasil dan Dampak
1. Evaluasi Hasil
Anak lebih mengerti adanya pengaruh yang akan dirasakan apabila
anak mau lebih usaha ketika belajar ataupun menghadapi kesulitan saat
mengerjakan tugas, anak-anak juga lebih bisa terbuka satu dengan yang
lain baik ketika menceritakan masalah yang dialami ataupun ketika
mencoba memberikan solusi untuk teman-teman dalam anggota.

67

2. Evaluasi Dampak
Mereka sudah merasakan perubahan lebih lagi ketika mendapatkan
hal yang baru lagi untuk mendukung mereka dalam meningkatkan
motivasi belajar mereka, karena menurut mereka untuk meningkatkan
motivasi belajar itu tidak gampang apalagi mereka merasa sudah terbiasa
dengan kebiasaan kurang baik mereka.. Sudah ada beberapa yang mulai
diterapkan dan ada yang mengulang kembali hal yang dulunya pernah
diterapkan berhubungan dengan usaha belajar mereka. Mereka itu
menyadari kalau mereka tidak akan berkembang kalau tidak ada
perubahan, maka dari itu melalui konseling ini mereka menjadi lebih
mengerti pengaruh adanya motivasi belajar pada diri mereka.
g. Terminasi
Tahap ini anak akan menyimpulkan apa saja yang diperoleh selama
konseling. Selain itu, anak dan peneliti akan merancang pertemuan
selanjutnya. Diakhiri dengan doa penutup, dan perpisahan.

5. Pertemuan ketujuh dan kedelapan hari Senin, 28 November 2016 dan
Selasa, 29 November 2016
a. Membina Hubungan
Pada tahap ini seperti biasa diawali dengan doa lalu peneliti
mengajak anak untuk saling menanyakan kabar, menanyakan hal apa yang
didapatkan pada pertemuan sebelumnya, menanyakan apakah sudah
mencoba melakukan apa yang didapat atau belum lalu peneliti akan melihat
kesiapan anak untuk memasuki sesi konseling. Setelah siap sesi konseling
segera dimulai.
68

b. Identifikasi masalah
Anak melakukan identifikasi masalah yang berkaitan dengan
motivasi belajar dengan membahas jawaban beberapa item instrumen yang
termasuk dalam kegigihan ketika belajar yang diberikan dalam kelompok.
Setelah satu sama lain saling menceritakan jawaban mereka juga berbagi
cerita berkenaan dengan yang pernah mereka alami berkenaan dengan
kegigihan ketika belajar. Tahap ini juga akan menentukan masalah siapa
yang akan dibahas terlebih dahulu dilihat dari seberapa sering masalah itu
muncul bagi masing-masing anak.
c. Merancang perubahan
Pada tahap ini, anggota kelompok membahas masalah k.si lebih
dalam terlebih dahulu pada pertemuan ini.. K.si memiliki persoalan
berkenaan dengan adanya sikap gigih ketika belajar yang paling sering di
alami dibanding dengan yang lain terlebih dahulu lalu dilanjut. Pada tahap
ini anggota kelompok menceritakan masalahnya lebih mendalam lalu
diselesaikan secara bersama dengan anggota kelompok lain sampai
semuanya selesai hingga benar-benar clear.
d. Penerapan Teknik Konseling Gestalt
Untuk penerapan teknik konseling getalt tidak hanya pada tahap ini
tetapi dilakukan selama sesi konseling, hanya saja pada tahap merancang
perubahan teknik lebih banyak dipakai. Teknik yang dipakai pada sesi ini
adalah membuat serial (making the rounds)

69

e. Memonitor Perkembangan
Memonitor perkembangan ini dilakukan dengan penilaian berjalan
terhadap perilaku anak sampai sesi konseling ini selesai dan mereka benarbenar lebih merasakan bahwa ada perubahan yang mereka rasakan dan ingin
mereka lebih yakin mereka ingin menanamkan motivasi belajar pada diri
mereka.
f. Evaluasi Hasil dan Dampak
1. Evaluasi Hasil
Anak lebih mengerti adanya pengaruh yang akan dirasakan apabila
anak bisa memanfaatkan waktu dengan baik dan mau berjuang dengan
kegigihan yang ekstra ketika menghadapi kesulitan saat belajar ataupun
mengerjakan tugas.
2. Evaluasi Dampak
Mereka sudah merasakan perubahan lebih lagi ketika mendapatkan
hal yang baru lagi untuk mendukung mereka dalam meningkatkan
motivasi belajar mereka, karena menurut mereka untuk meningkatkan
motivasi belajar itu akan semakin mudah apabila ada orang-orang disekitar
mau mendukung, memberikan masukan dan memiliki rasa perhatian untuk
maju bersama. terdapat beberapa yang mulai menerapkan hal-hal yang
mereka dapatkan selama beberapa pertemuan. Semangat mereka,
keterbukaan mereka, dan dukungan mereka dalam kelompok lebih mereka
keluarkan antar satu dengan yang lain.Mereka merasa bahwa lebih nyaman
dengan kelompok yang ada saat ini..

70

g. Terminasi
Tahap ini anak akan menyimpulkan apa saja yang diperoleh selama
konseling. Selain itu, anak dan peneliti akan merancang pertemuan
selanjutnya. Diakhiri dengan doa penutup, dan perpisahan.

6. Pertemuan kesembilan dan kesepuluh hari Rabu, 30 November 2016
dan Kamis, 1 Desember
a. Membina Hubungan
Pada tahap ini seperti biasa diawali dengan doa lalu peneliti
mengajak anak untuk saling menanyakan kabar, menanyakan hal apa yang
didapatkan pada pertemuan sebelumnya, menanyakan apakah sudah
mencoba melakukan apa yang didapat hingga pertemuan ke 8 atau belum
lalu peneliti akan melihat kesiapan anak untuk memasuki sesi konseling.
Setelah siap sesi konseling segera dimulai.
b. Identifikasi masalah
Anak melakukan identifikasi masalah yang berkaitan dengan prestasi
ke depan apa yang mereka impikan dengan membahas jawaban beberapa
item instrumen yang termasuk dalam prestasi belajar yang diberikan dalam
kelompok. Setelah satu sama lain saling menceritakan jawaban mereka juga
berbagi cerita berkenaan tujuan belajar mereka mau di bawa kemana.
c. Merancang perubahan
Pada tahap ini, anggota kelompok lebih membahas bagaimana
perubahan ke depan yang akan mereka lakukan dengan mereka membuat
pohon impian sebagai pedoman mereka dalam melakukan perubahan serta
peningkatan motivasi belajar mereka.
71

d. Penerapan Teknik Konseling Gestalt
Untuk penerapan teknik konseling getalt tidak hanya pada tahap ini
tetapi dilakukan selama sesi konseling, hanya saja pada tahap merancang
perubahan teknik lebih banyak dipakai. Teknik yang dipakai pada sesi ini
adalah latihan gladi resik (rehearsal experiment).
e. Memonitor Perkembangan
Memonitor perkembangan ini dilakukan dengan penilaian berjalan
terhadap perilaku anak sampai sesi konseling ini selesai dan bagaimana
mereka menjalankan setiap hal dalam mendukung motivasi belajar mereka ,
selain itu bagaimana mereka mempraktekan pohon impian yang mereka
buat untuk prestasi yang mereka impikan dibalik motivasi belajar yang
mereka ingin tanamkan pada diri mereka masing-masing.
f. Evaluasi Hasil dan Dampak
1. Evaluasi Hasil
Anak lebih merasakan bahwa prestasi akan mengikuti apabila mereka
bisa memiliki motivasi belajar yang kuat agar mereka dapat menentukan
tujuan belajar mereka, memiliki arah dan tujuan yang jelas dan adanya
kemauan untuk meningkatkan hasil belajar mereka.
3. Evaluasi Dampak
Mereka lebih mengerti apa dan bagaimana yang harus dilakukan ketika
ingin memiliki motivasi belajar yang tinggi dan bagaimana
menghadapinya ketika ada tantangan atau kesulitan yang mereka
hadapi setelah mengikuti konseling kelompok hingga pertemuan
terakhir ini.
72

h. Terminasi
Tahap ini anak akan menyimpulkan apa saja yang diperoleh selama
konseling hingga pertemuan terakhir ini, lalu merancang apa yang akan
dilakukan untuk ke depan, apabila sudah di tutup dengan doa dan pulang.
4.2.3

Test Akhir (Post test)
Post test dilaksanakan pada Sabtu, 3 Desember 2016 dengan menyebarkan

skala motivasi belajar yang berjumlah 26 item pernyataan pada subjek penelitian,
yaitu 12 anak PPA Immanuel IO-968 kelompok usia 12-19 tahun. Enam anak
pada kelompok eksperimen dan Enam anak pada kelompok kontrol. Tabel 4.7 di
bawah ini akan dijelaskan mengenai skor pre test dan post test skala motivasi
belajar kelompok eksperimen.
Tabel 4.7 Hasil Pre Test dan Post Test Skala Motivasi Belajar Kelompok
Eksperimen
Nama
Total
Eks
Eks
pretest posttest
1
SI
SI
40
85
2
AH
AH
43
77
3
RT
RT
55
73
4
K
K
34
90
5
CT
CT
32
72
6
RD
RD
40
87
Jml
6
6
Keterangan : Eks : Eksperimen
No

Kategori
pretest
Posttes
Lemah
AgakKuat
Agak Lemah
AgakKuat
Agak Lemah
AgakKuat
Lemah
Kuat
Lemah
AgakKuat
Lemah
Kuat

Dari tabel 4.7diketahui bahwa terdapat peningkatan skor motivasi belajar pada
masing-masing subjek pemberian treatment pada kelompok eksperimen. Skor
skala motivasi belajar pre test kelompok eksperimen menyatakan bahwa 6 subjek
pemberian treatment merupakan anak yang memiliki motivasi belajar Lemah
73

yaitu skor antara 26-40 dan agak lemah yaitu skor antara 41-55. Sedangkan pada
hasil post test skala motivasi yang telah disebarkan, diketahui skor skala motivasi
masing-masing anak meningkat, yakni kedalam kategori kuat yaitu skor 86-100
dan kategori agak kuat 71-85. Dari tabel 4.7 dapat dilihat bahwa ada 2 anak pada
kategori kuat dan 4 anak pada kategori agak kuat. Hasil pre test dan post test
kelompok eksperimen akan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis Mann
Whitney. Analisis data menggunakan Statistical Product and Service Solution for
Windows (SPSS) versi 16.

Tabel 4.8 Hasil Analisis Data Perbandingan Hasil Pre Test dan Post Test
Skala Motivasi Belajar Pada Kelompok Eksperimen
Ranks
hasil
skor

N

Mean Rank Sum of Ranks

pretest

6

3.50

21.00

posttest

6

9.50

57.00

Total

12

Test Statisticsb
skor
Mann-Whitney U

.000

Wilcoxon W

21.000

Z

-3.317

Asymp. Sig. (2-tailed)

.001

Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)]

.002a

a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: hasil

74

Berdasarkan hasil analisis data menggunakan SPSS 16.0, diketahui bahwa
terdapat peningkatan pada mean rank hasil pre test dan post test skala motivasi
belajar pada kelompok eksperimen. Mean rank hasil pre test

adalah 3,50,

sedangkan mean rank post test motivasi belajar adalah 9,50. Mean rank hasil post
test skala motivasi belajar lebih besar dibanding hasil pre test skala motivasi
belajar pada kelompok eksperimen.
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, diketahui bahwa ada peningkatan
yang signifikan antara hasil pre test dan post test skala motivasi belajar pada
kelompok eksperimen. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil Asymp. Sig (2-tailed)
hasil analisis berjumlah 0.001 < 0.050.

4.3 Analisis Data
4.3.1

Analisis Data Observasi
Observasi yang dilakukan selama proses konseling dapat dilihat dari awal
pertemuan, lalu selama konseling berlangsung dan evaluasi di akhir
konseling dan pertemuan selanjutnya dengan waktu yang sudah di
tentukan. Di setiap pertemuan dijelaskan bahwa setiap anggota mengalami
perkembangan yang mengarah ke perubahan, hal ini dilihat dan dibuktikan
dalam monitoring perkembangan. Monitoring perkembangan ini lebih
khusus melihat perubahan yang terlihat yaitu sikap anak saat bertemu di
setiap sesinya. Dalam setiap pertemuan dan konseling perubahan yang
terjadi pada setiap anak tidak sama. Ada yang mengalami perubahan yang
cepat tetapi ada pula yang pelan-pelan akan tetapi menuju pergerakan
meningkat.
75

Observasi ini diperkuat lagi dengan pernyataan-pernyataan yang
dilontarkan oleh setiap anggota kelompok dari awal kita berkumpul hingga
akhir pertemuan. Mereka benar-benar merasakan adanya perubahan
menjadi lebih semangat dan timbulnya kemauan untuk belajar. Mereka
merasakan adanya keinginan untuk lebih semangat lagi dalam belajar saat
mulai memasuki pertemuan yang ke 6 hingga pertemuan terakhir karena di
pertemuan 6, 7, 8, 9, dan 10 mereka lebih ke penugasan jadi mereka
merasa bahwa harus ada perubahan apabila prestasiku ingin meningkat.
Selain itu anak-anak juga mengungkapkan bahwa lebih mengerti bahwa
ketika memiliki motivasi belajar terdapat efek yang baik untuk jangka
panjangnya.

4.3.2

Analisis Data Skala Motivasi Belajar
Analisis data menggunakan teknik analisis Mann Whitney. Data yang

dianalisis adalah data skor post test skala motivasi belajar pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol.
Tabel 4.9 merupakan perbandingan hasil post test motivasi belajar pada
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Tabel 4.9 Tabel Perbandingan Hasil Post Test Motivasi Belajar Pada
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Kelompok eksperimen
No Nama Skor
Kategori
SI
85
1
Kuat
AH
77
2
Agak Kuat
RT
73
3
Agak Kuat
K
90
4
Kuat
CT
72
5
Agak Kuat
RD
87
6
Kuat

No.
1
2
3
4
5
6

Kelompok kontrol
Nama
Skor
Kategori
40
Lemah
KP
43
Agak Lemah
NE
54
Agak Lemah
TF
34
Lemah
SK
35
Lemah
NA
AW

40

Lemah
76

Berikut merupakan hasil analisis data perbandingan hasil post test Skala
motivasi belajar pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang diuji
menggunakan analisis data Mann Whithey.
Tabel 4.10 Hasil Analisis Data Perbandingan Hasil Post Test Skala Motivasi
Belajar Pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Ranks
kelompok
posttest eksperimen
kontrol
Total

N

Mean Rank Sum of Ranks
6

9.50

57.00

6

3.50

21.00

12

Test Statisticsb
Posttest
Mann-Whitney U

.000

Wilcoxon W

21.000

Z

-2.887

Asymp. Sig. (2-tailed)

.004

Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)]

.002a

a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: kelompok

Berdasarkan hasil analisis data menggunakan SPSS 16.0, diketahui bahwa
terdapat perbedaan antara mean rank kelompok eksperimen dengan kelompok
kontrol. Setelah diberikan treatment berupa konseling kelompok gestalt pada
kelompok eksperimen, mean rank hasil skala motivasi belajar pada kelompok
eksperimen sebesar 9,50. Sedangkan pada kelompok kontrol yang tidak
mendapatkan treatment berupa konseling kelompok gestalt, mean rank hasil skala
motivasi belajar pada kelompok kontrol sebesar 3.50. Sehingga, mean rank hasil
77

skala motivasi belajar kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan mean rank
hasil skala motivasi belajar kelompok kontrol.
Berdasarkan hasil analisis di atas, diketahui bahwa ada perbedaan yang
signifikan antara hasil skala motivasi belajar kelompok eksperimen dengan hasil
skala motivasi belajar kelompok kontrol. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil
Asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0.004 < 0.050.

4.4

Uji Hipotesis
Hipotesis yang diajukan peneliti adalah “Konseling kelompok Gestalt

dapat meningkatkan motivasi belajar anak PPA Immanuel IO-968 kelompok usia
12-19 tahun.”.
Berdasarkan hasil analisis data yang membandingkan hasil post test
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang menghasilkan Asymp. Sig (2tailed) sebesar 0.004 < 0.050 sehingga dinyatakan ada perbedaan yang signifikan
antara hasil post test kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen. Selain itu,
terjadi peningkatan motivasi belajar yang signifikan pada kelompok eksperimen,
dibuktikan dengan hasil analisis data hasil pre test 3,50 dan post test kelompok
eksperimen 9,50 dengan demikian hasil mean rank meningkat 6,00 sehingga
dinyatakan signifikan. Berdasarkan hasil analisis data tersebut maka hipotesis
yang diajukan peneliti dapat diterima.

4.5

Pembahasan
Penelitian ini dilakukan kurang lebih selama lima bulan, sebelum peneliti

melaksanakan penelitian peneliti terlebih dahulu melakukan pra penelitian untuk
mengetahui motivasi belajar pada anak PPA Immanuel kelompok usia 12-19
78

tahun. Setelah diketahui bahwa motivasi belajar anak PPA Immanuel kelompok
usia 12-19 tahun pada kategori Lemah dan Agak Lemah yaitu sebanyak 60%
selanjutnya peneliti mengambil 12 anak yang selanjutnya dibagi menjadi dua
kelompok yang terdiri dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yang
berjumlah 6 anak pada setiap kelompoknya. Setelah mendapatkan 12 anak untuk
dibagi dalam kelompok kontrol dan eksperimen, peneliti memberikan layanan
konseling kelompok gestalt kepada kelompok eksperimen untuk mengetahui
apakah layanan konseling kelompok gestalt dapat meningkatkan motivasi belajar,
setelah diberikan layanan konseling kelompok gestalt oleh peneliti hasil penelitian
tersebut sebagai berikut. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan diperoleh hasil
mean rank kelompok eksperimen sebesar 9,50 dan mean rank kelompok kontrol
sebesar 3,50 dengan P= 0,004 < 0,050 sehingga ada peningkatan dan perbedaan
yang signifikan antara kelompok eksperimen yang mendapatkan layanan
konseling kelompok gestalt dengan kelompok kontrol yang tidak mendapatkan
layanan konseling kelompok gestalt.
Hal ini bisa berhasil karena anak-anak pada kelompok eksperimen yang
diberikan layanan konseling kelompok gestalt ada perubahan mulai dari
pertemuan ke 4 hingga 10 dan mereka antusias untuk mengikuti hingga akhir
treatment. Selain itu ada komitmen dari mereka ingin lebih rajin dan semangat
dalam belajar setelah membuat pohon impian di pertemuan terakhir. Dalam setiap
sesi pertemuan tidak ada satu pun yang membolos, mereka benar-benar memiliki
antusias yang tinggi dan disetiap pertemuan anak-anak semakin hari semakin
lebih

berani untuk mengeluarkan pendapat dan gagasan,

lebih berani

79

mengungkapkan solusi-solusi untuk teman-temannya dan mereka tidak ada rasa
canggung, minder ataupun tidak semangat ketika treatment berlangsung.
Kelompok eksperimen sebagian besar memiliki keinginan untuk berubah
dan memiliki kesadaran bahwa apa yang mereka lakukan itu salah sehingga ingin
merubah pola pikir, ingin lebih semangat, mau bertanggung jawab atas perasaan,
dan mau lebih berusaha ketika belajar ataupun mengerjakan tugas yang
didapatkan. Apa yang kelompok eksperimen ingin lakukan sama seperti halnya
tujuan dasar dari pendekatan gestalt adalah agar konseli mencapai kesadaran
tentang apa yang mereka rasakan dan lakukan serta belajar bertanggung jawab
atas perasaan, pikiran dan tindakan sendiri (Corey, 198, p. 120)

80

Dokumen yang terkait

ANALISIS DANA PIHAK KETIGA PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA PERIODE TRIWULAN I 2002 – TRIWULAN IV 2007

40 502 17

Analisis Pengaruh Pengangguran, Kemiskinan dan Fasilitas Kesehatan terhadap Kualitas Sumber Daya Manusia di Kabupaten Jember Tahun 2004-2013

21 388 5

PENGALAMAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA DENGAN GANGGUAN JIWA (SKIZOFRENIA) Di Wilayah Puskesmas Kedung Kandang Malang Tahun 2015

28 256 11

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan Antara Kompetensi Pendidik Dengan Kecerdasan Jamak Anak Usia Dini di PAUD As Shobier Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember

4 116 4

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5