Kebijakan Dividen

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebijakan deviden merupakan bagian yang tidak dapat dipisahan dengan keputusan
pendanaan perusahaan. Secara definisi, kebijakan deviden adalah keputusan apakah laba
yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam
bentuk deviden atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi dimasa
yang akan datang.
Nilai perusahaan ditentukan oleh nilai modal sendiri dan nilai utang. Sementara itu jika
diperhatikan model harga saham untuk satu perusahaan yang mengalami pertumbuhan
konstan menunjukkan bahwa pembayaran dividen yang lebih besar cenderung akan
meningkatkan nilai saham. Kemudian meningkatnya harga saham berarti meningkatnya nilai
perusahaan. Namun pembayaran dividen yang semakin besar juga akan mengurangi
kemampuan perusahaan untuk investasi sehingga justru akan menurunkan tingkat
pertumbuhan perusahaan dan selanjutnya akan menurunkan nilai saham. Dengan demikian
penundaan pembayaran dividen kepada pemegang saham untuk keperluan investasi yang
menguntungkan (apabila return lebih besar dari biaya modal) akan menaikkan harga saham
(pada pasar modal yang sempurna). Pada pasar modal yang tidak sempurna, pembayaran
dividen untuk menaikkan nilai saham akan sangat merugikan karena harus membayar biaya
fluktuasi.
Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan

dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba
ditahan guna pembiayaan investasi di masa datang. Apabila perusahaan memilih untuk
membagikan laba sebagai dividen, maka akan mengurangi laba yang ditahan dan selanjutnya
mengurangi total sumber dana intern atau keuangan internal. Sebaliknya jika perusahaan
memilih untuk menahan laba yang diperoleh, maka kemampuan pembentukan dana intern
akan semakin besar. Dengan demikian kebijakan dividen ini harus dianalisa dalam kaitannya
dengan keputusan pembelanjaan atau penentuan struktur modal secara keseluruhan.
Kebijakan dividen merupakan kebijakan yang mempersoalkan sebaiknya kapan (artinya,
dalam keadaaan seperti apa) dan berapa bagian dari laba perusahaan yang dicapai dalam
suatu periode, yang didistribusikan kepada para pemegang saham dan yang ditahan didalam
1

perusahaan, dengan tetap memperhatikan tujuan perusahaan yaitu meningkatkan nilai
perusahaan. Kebijakan dividen ini sangat penting artinya bagi manajer keuangan, karena
seorang manajer harus memperhatikan kepentingan perusahaan, pemegang saham,
masyarakat dan pemerintah.
Permasalahan kadang menjadi nampak rumit karena adanya alternatif pendanaan dari
luar. Sehingga dimungkinkan membagi laba sebagai dividen, dan pada saat yang sama
menerbitkan saham baru. Ataukah lebih baik tidak membagi dividen dan juga tidak
menerbitkan saham baru? Apakah cara semacam ini memang membawa dampak yang

berbeda bagi pemegang saham? Masalah lain adalah bahwa perusahaan bisa membagikan
dividen bukan dalam bentuk uang tunai tetapi dalam bentuk saham (dikenal sebagai stock
dividend). Demikian juga perusahaan bisa membagikan dana ke pemegang saham dengan
cara membeli kembali (sebagian) saham (dikenal sebagai repurchase of stocks).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja konsep dari kebijakan Dividen?
2. Apa saja teori-teori dalam kebijakan Dividen?
3. Bagaimana bentuk-bentuk kebijakan Dividen?
1.3 Tujuan Perumusan Masalah
1. Mengetahui apa saja konsep dari kebijakan Dividen.
2. Mengetahui macam macam teori dari kebijakan Dividen.
3. Mengetahui bentuk-bentuk kebijakan Dividen.

BAB II
KONSEP KEBIJAKAN DEVIDEN
Kebijakan dividen (dividend policy) adalah keputusan apakah laba yang diperoleh
perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan
dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi dimasa datang. Apabila perusahaan
memilih untuk membagikan laba sebagi dividen maka akan mengurangi laba yang ditahan


2

dan selanjutnya akan mengurangi total sumber dana intern atau internal financing (Sartono,
2001 dalam Setiawati, 2012).
Laba ditahan merupakan salah satu sumber dana yang paling penting untuk membiayai
pertumbuhan perusahaan, sedangkan dividen merupakan aliran kas keluar yang dibayar
kepada pemegang saham. Dividen merupakan nilai pendapatan bersih perusahaan setelah
pajak dikurangi dengan laba ditahan yang dibagikan kepada pemegang saham sebagai
keuntungan dari laba perusahaan (Setiawati, 2012).
Dividen merupakan proporsi laba atau keuntungan yang dibagikan kepada pemegang
saham. Jumlah yang diperoleh sebanding dengan jumlah lembar saham yang dimiliki
pemegang saham dan disesuaikan dengan keuntungan yang diperoleh perusahaan. Nilai dan
waktu pembayaran dividen ditentukan oleh rapat umum pemegang saham (RUPS), dan nilai
yang dibagikan berkisar antara nol hingga berkisar sebesar laba bersih tahun berjalan atau
tahun lalu (Aribowo, 2007).
2.1 Pengertian Kebijakan Deviden
Terdapat beberapa pendapat dan teori yang mengemukan tentang dividen
diantaranya yaitu (Brigham, 2004 seperti dikutip Setiawati, 2012):
1. Dividend Irrelevance Theory (Ketidakrelevanan dividen)
Teori yang menyatakan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak mempunyai

pengaruh terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya. Peningkatan
pembayaran dividen hanya dimungkinkan apabila laba yang diperoleh perusahaan
juga meningkat. Keuntungan yang diperoleh atas kenaikan harga saham akibat
pembayaran dividen akan diimbangi dengan penurunan harga saham karena adanya
penjualan saham baru. Oleh karenanya pemegang saham dapat menerima kas dari
perusahaan saat ini dalam dalam bentuk pembayaran dividen atau menerimanya
dalam bentuk capital gain. Kemakmuran pemegang saham sekali lagi tidak
dipengaruhi oleh kebijakan dividen saat ini maupun dimasa datang.
2. The Bird in Hand Theory
Teori ini sependapat dengan Gordon dan Lintner (1992) yang berpendapat bahwa
investor lebih merasa aman untuk memperoleh pendapat berupa pembayaran deviden
daripada menunggu Capital Gain.
3. Tax pteferance Theory
Teori ini menyatakan bahwa Investor menghendaki perusahaan untuk menahan laba
setelah pajak dan dipergunakan untuk pembayaran investasi dari pada dividen dalam
bentuk kas. Oleh karenanya perusahaan sebaiknya menentukan dividen payout ratio
3

yang rendah atau bahkan tidak membagikan dividen. Karena dividen cenderung
dikenakan pajak yang lebih tinggi dari pada Capital gain, maka investor akan

meminta tingkat keuntungan yang lebih tinggi untuk saham dengan dividen yield
yang tinggi.
Selain Teory diatas terdapat dua teori lain yang dapat membantu untuk memahami
kebijakan dividen adalah (Brigham, 2004 seperti dikutip Setiawati, 2012)
1. Information Content or Signaling Hypothesis
Di dalam teori ini M-M berpendapat bahwa suatu kenaikan dividen yang diatas
kenaikan normal biasanya merupakan suatu sinyal kepada para investor bahwa
manajemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang baik dimasa yang akan
datang. Sebaliknya, suatu penurunan atau kenaikan dividen yang dibawah kenaikan
norma diyakini investor sebagai suatu sinyal bahwa perusahaan menghadapi masa
sulit dimasa mendatang. Namun demikian sulit dikatakan apakah kenaikan atau
penurunan harga setelah adanya kenaikan atau penurunan dividen semata-mata
disebabkan oleh efek sinyal atau mungkin disebabkan oleh efek sinyal dan preferensi
terhadap dividen.
2. Clientele Effect
Yang menyatakan bahwa pemegang saham yang berbeda akan memiliki preferensi
yang berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaan. Kelompok investor yang
membutuhkan uang saat ini lebih senang jika perusahaan menahan sebagian besar
laba bersih perusahaan.
2.2 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kebijakan Dividen

Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen suatu perusahaan diantaranya
adalah sebagai berikut :
1. Kebutuhan Dana Untuk Membayar Utang
Apabila suatu perusahaan akan memperoleh utang baru atau menjual obligasi
untuk membiayai perusahaan, sebelumnya harus sudah direncanakan bagaimana
caranya untuk membayar kembali utang tersebut. Utang dapat dilunasi pada hari
jatuhnya dengan mengganti utang tersebut dengan utang baru. Atau alternatif lain
ialah perusahaan harus menyediakan dana sendiri yang berasal dari keuntungan
untuk melunasi utang tersebut. Apabila perusahaan menetapkan bahwa pelunasan
utangnya akan diambilkan dari laba ditahan, berarti perusahaan harus menahan
sebagian besar dari pendapatannya untuk keperluan tersebut, ini berarti bahwa hanya

4

sebagian kecil saja dari pendapatan atauearning yang dibayarkan sebagai dividen.
Dengan kata lain perusahaan harus menetapkan dividend payout ratio yang rendah.
2. Likuiditas
Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam banyak kebijakan
dividen. Karena dividen bagi perusahaan merupakan kas keluar, maka semakin besar
posisi kas dan likuiditas perusahaan secara keseluruhan akan semakin besar

kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Perusahaan yang sedang
mengalami pertumbuhan dan profitable akan memerlukan dana yang cukup besar
untuk membiayai investasinya, oleh karena itu mungkin akan kurang likuid karena
dana yang diperoleh lebih banyak diinvestasikan pada aktiva tetap dan aktiva lancar
yang permanen. Likuiditas perusahaan sangat besar pengaruhnya terhadap investasi
perusahaan dan kebijakan pemenuhan kebutuhan dana. Keputusan investasi akan
menentukan tingkat ekspansi dan kebutuhan dana perusahaan, sementara itu
keputusan pembelanjaan akan menentukan pemilihan sumber dana untuk membiayai
investasi tersebut.

3. Tingkat pertumbuhan perusahaan
Makin cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, makin besar kebutuhan akan
dana untuk membiayai pertumbuhan perusahaan tersebut. Makin besar kebutuhan
dana untuk waktu mendatang untuk membiayai pertumbuhannya, perusahaan
tersebut biasanya lebih senang untuk menahan earning nya daripada dibayarkan
sebagai dividen kepada para pemegang saham dengan mengingat batasan-batasan
biayanya. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa makin cepat tingkat
pertumbuhan perusahaan makin besar dana yang dibutuhkan, makin besar
kesempatan untuk memperoleh keuntungan, makin besar bagian dari pendapatan
yang ditahan dalam perusahaan, yang ini berarti makin rendah dividend payout

rationya. Apabila perusahaan telah mencapai tingkat pertumbuhan sedemikian rupa
sehingga perusahaan telah well established, dimana kebutuhan dananya dapat
dipenuhi dengan dana yang berasal dari pasar modal atau sumber dana eksteren
lainnya, maka keadaannya adalah berbeda. Dalam hal yang demikian perusahaan
dapat menetapkan dividend payout ratio yang tinggi.
5

4. Keadaan Pemegang Saham
Jika perusahaan itu kepemilikan sahamnya relatif tertutup, manajemen biasanya
mengetahui dividen yang diharapkan oleh pemegang saham dan dapat bertindak
dengan tepat. Jika hampir semua pemegang saham berada dalam golonganhigh
tax dan

lebih

suka

memperoleh capital

gains,


maka

perusahaan

dapat

mempertahankan dividend payout ratioyang rendah. Dengan dividend payout
ratio yang rendah tentunya dapat diperkirakan apakah perusahaan akan menahan
laba untuk kesempaan investasi yang profitable. Untuk perusahaan yang jumlah
pemegang sahamnya besar hanya dapat menilai dividen yang diharapkan pemegang
saham dalam konteks pasar.
5. Pembatasan Hukum
Pembatasan hukum tertentu bisa membatasi jumlah dividen yang bisa dibayarkan
perusahaan. Menurut Arthur J Keown, at al menyatakan bahwa batasan hukum
yaitu Pembatasan menurut Undang-Undang, dapat mengahalangi perusahaan dalam
membayar dividen.
6. Pengawasan Terhadap Perusahaan
Ada perusahaan yang mempunyai kebijakan hanya membiayai ekspansinya
dengan dana yang berasal dari sumber interen saja. Kebijakan tersebut dijalankan

atas dasar pertimbangan bahwa kalau ekspansi dibiayai dengan dana yang berasal
dari hasil penjualan saham baru akan melemahkan control dari kelompok dominan di
dalam perusahaan. Demikian pula kalau membiayai ekspansi dengan uang akan
memperbesar risiko financialnya. Mempercayakan pada pembelanjaan interen dalam
usaha mempertahankan control terhadap perusahaan, berarti mengurangi dividen
payout ratio nya.
2.3 Pola pembayaran Dividen Tunai
Menurut Sutrisno (2001) ada beberapa pola pembayaran dividen yang digunakan antara
lain:
1. Kebijakan dividen yang stabil
Kebijakan ini merupakan pola pembagian dividen perlrmbar saham yang dibayarkan
dalam rupiah yang relatif tetap selama jangka waktu tertentu, meskipun
pendapatan/keuntungan perlembar sahamnya berfluktuasi. Dividen yang stabil ini
dipertahankan untuk beberapa tahun dan kemudian apabila ternyata pendapatan
perusahaan meningkat dan kenaikan pendapatan tersebut Nampak mantap dan
6

permanen, barulah besaran dividen perlembar saham dinaikkan. Dividen yang sudah
dinaikkan ini akan dipertahankan untuk jangka waktu yang relatif panjang.
2. Kebijakan dividen dengan penetapan jumlah minimal plus jumlah ekstra tertentu

Kebijakan ini merupakan jumlah rupiah minimal dividen perlembar saham setiap
tahunnya. Jika kondisi keuangan perusahaan lebih baik, maka akan membagikan
dividen ekstra diatas jumlah minimal tersebut. Sebaliknya jika kondisi keuangan
perusahaan memburuk maka yang dibayarkan hanya sebesar dividen minimal saja.
Namun jika dividen ekstra ini dibayarkan terus-menerus kepada investor, maka
tujuan pembagian dengan menggunakan pola ini tidak akan tercapai karena investor
cenderung akan mengharapkan dividen ekstra ini.
3. Kebijakan dividen dengan penetapan dividen payout ratio yang konstan
Kebijakan ini menggunakan dividen payout ratio sebagai standarnya, sehingga
besarnya dividen akan berfluktuasi sesuai dengan laba yang diperoleh perusahaan.
4. Kebijakan dividen yang fleksibel
Pola pembayaran ini merupakan pola yang besarnya disesuaikan dengan posisi dan
kebijakan finansial perusahaan tiap bulan

7

BAB III
PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN
TERHADAP ASSET PEMEGANG SAHAM
Kebijakan dividen menyangkut keputusan untuk membagikan laba sebagai deviden atau
menahannya guna diinvestasikan kembali di dalam perusahaan (laba ditahan). Dividen yang
dibayarkan kepada para pemegang saham tergantung kepada kebijakan masing-masing
perusahaan, sehingga memerlukan pertimbangan yang lebih serius dari manajemen perusahaan.
Konsekuensinya, tugas manajer keuangan dituntut untuk bisa menentukan kebijakan dividen
yang optimal, yang menciptakan keseimbangan diantara dividen saat ini dan pertumbuhan
dimasa mendatang. Oleh karena itu, dalam menentukan kebijakan dividen perusahaan perlu
mempertimbangkan berbagai faktor yang mempengaruhinya sehingga dapat memaksimalkan
nilai perusahaan. Berdasarkan pada pemikiran di atas, penulis mencoba untuk melakukan
penelitian dalam skripsi yang berjudul â Analisis Faktor-faktor Kebijakan Dividen dan
Pengaruhnya Terhadap Harga Sahamâ . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor
kebijakan dividen yang meliputi posisi solvabilitas, posisi likuiditas, tingkat keuntungan (ROA),
dan ukuran perusahaan baik secara simultan maupun parsial terhadap nilai perusahaan yang
tercermin pada harga pasar saham perusahaan pada sektor industri perbankan tahun 2003. Dalam
penelitian ini unit observasi yang digunakan adalah 19 perusahaan pada sektor industri
perbankan yang sudah go public atau sudah terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode analisis yang
digunakan adalah analisis regresi berganda. Berdasarkan pengujian secara simultan, faktor-faktor
kebijakan dividen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga pasar saham perusahaan
dengan nilai koefisien determinasi sebesar 44.02%. Berdasarkan pengujian secara parsial, hanya
terdapat faktor kebijakan dividen yang berpengaruh signifikan terhadap harga pasar saham
perusahaan, yaitu tingkat keutungan (ROA). Sedangkan tiga faktor kebijakan dividen lainnya,
yaitu posisi solvabilitas, posisi likuiditas, dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan
terhadap harga pasar saham perusahaan.

8

BAB IV
BEBERAPA ASPEK DALAM KEBIJAKAN DIVIDEN

4.1 DEVIDEN SAHAM (STOCK DIVIDEND)
Dengan dilakukannya stock dividend, maka tidak terjadi cash outflows, tetapi hanya transaksi
pembukuan guna memindahkan sejumlah uang dari perkiraan laba yang ditahan kepada
perkiraan modal saham biasa yang disetor. Stock dividend adalah pembayaran tambahan saham
kepada para pemegang saham, dan menunjukkan penyusunan kembali modal perusahaan,
sedangkan proporsi kepemilikan pemegang saham, tetap tidak berubah.
Contoh:
PT Abadi memiliki struktur modal sebagai berikut:
Saham biasa (nominal Rp 1000 ; 3 000 000 lembar) Rp 3 000 000 000 Capital surplus 1 500 000
000 Laba ditahan 7 500 000 000 Modal sendiri 12 000 000 000 Perusahaan menentukan stock
dividend sebesar 10%. Harga pasar saham Rp 4.000,- Bagaimanakah komposisi modal sendiri
setelah stock dividend?
Jawab:
Stock dividend 10%, maka ada tambahan saham sebanyak 10% x 3 000 000 = 300 000
lembar.
Stock deviden = 300 000 x Rp 4.000,- = Rp 1.200.000.000,- ditransfer dari laba ditahan ke
saham biasa dan capital surplus.
Nilai nominal saham tidak berubah, maka 300000 lbr x Rp 1000 = Rp 300.000.000, ditransfer ke
modal saham biasa, sisanya Rp 1 200 000 000,- – Rp 300 000 000,- = Rp 900 000 000,dimasukkan dalam capital surplus, sehingga total modal sendiri tidak berubah. Setelah stock
dividend maka komposisi modal sendiri PT Abadi :
Saham biasa (nominal Rp 1000 ; 3 300 000 lembar) Rp 3 300 000 000
Capital surplus 2 400 000 000
Laba ditahan 6 300 000 000
Modal sendiri 12 000 000 000

9

Stock dividend meningkatkan jumlah saham yang beredar, sehingga laba per saham (EPS) akan
menurun secara proporsional. Jadi para pemegang saham mempunyai jumlah lembar saham yang
bertambah, tetapi mempunyai EPS yang berkurang, sehingga proporsi keuntungan totalnya tetap
tidak berubah. Pembagian stock dividen akan menurunkan harga saham sehingga tidak
memberikan manfaat ekonomis, kalau kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba tidak
berubah, demikian juga dengan biaya modalnya.
Bagaimanapun, harga saham akan dipengaruhi oleh kemampuan memperoleh laba
resiko

perusahaan (yang tercermin dalam biaya modalnya). Kedua factor tersebut

dan
tidak

bisadimanipulasi oleh manajer keuangan. Manajer keuangan tidak bisa menyebabkan pemegang
saham menjadi lebih kaya hanya karena memutuskan untuk membagikan stock dividend.
Umumnya perusahaan memutuskan untuk membagikan stock dividend, karena mereka
memerlukan dana tersebut, dan tidak ingin mengecewakan pemegang saham.
4.2 PEMECAHAN SAHAM (STOCK SPLIT)
Stock split adalah pemecahan nilai nominal saham ke dalam nilai nominal yang lebih kecil.
Pemecahan saham lama ini menjadi beberapa saham baru, akan menyebabkan jumlah saham
yang beredar bertambah. Tujuan stock split adalah untuk menempatkan harga pasar saham dalam
trading range tertentu.
Contoh:
PT Abadi menentukan stock split dari satu menjadi dua saham. Komposisi modal sendiri
perusahaan adalah sebagai berikut:
Saham biasa (nominal Rp 5000 ; 600 000 lembar) Rp 3.000 juta
Capital surplus Rp 1.500 juta
Laba ditahan Rp 7.500 juta

Modal sendiri Rp12.000 juta

Setelah stock split, komposisi modal sendiri menjadi:
Saham biasa (nominal Rp 2500 ; 1 200 000 lembar) Rp 3.000 juta
Capital surplus Rp 1.500 juta
10

Laba ditahan Rp 7.500 juta

Modal sendiri Rp12.000 juta

Setelah stock split, nilai nominal saham menjadi ½ X Rp 5 000 = Rp 2500 per lembar. Investor
yang semula memiliki 100 lembar saham setelah stock split jumlah saha, yang dimilikinya
menjadi 2 X 100 lembar = 200 lembar, meskipun total nilainya tidak mengalami perubahan.
Kekayaan investor tidak berubah, sehingga tidak ada keuntungan ekonomis yang diperolehnya
dari stock split.
Jadi ada persamaan antara Stock Devidend dan Stock Split, yaitu:
1. Tidak ada pendistribusian kas dalam kedua bentuk itu.
2. Mengakibatan jumlah lembar saham yang beredar meningkat.
3. Total modal sendiri (net worth) tidak berubah, tetapi hanya komposisinya saja yang
berubah.
4.3 PEMBELIAN KEMBALI SAHAM (REPURCHASE OF STOCK)
Sebagai akternatif pemberian deviden berupa uang tunai, perusahaan dapat mendistribusikan
pendapatan kepada pemegang saham dengan cara membeli kembali saham perusahaan
(repurchasing stock). Saham yang dibeli kembali itu akan dibukukan sebagai perkiraan Treasury
Stock. Dengan dibelinya kembali sebagian saham, maka jumlah saham yang beredar akan
berkurang, bila diasumsikan pembelian kembali saham ini tidak memberi pengaruh negative
terhadap keuntungan perusahaan, maka EPS akan meningkat, yang akan, meningkatkan harga
pasar saham. Kenaikan harga pasar saham itu akan memberikan capital gains sebagai ganti
deviden kepada para pemegang sahamnya.
Contoh: PT Abadi adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur
yang memproduksi produk-produk perlengkapan busana wanita dan pria. Pada tahun
2005 memperoleh laba sebesar Rp 550 juta dan 50% dari jumlah tersebut akan dibagikan kepada
para pemegang saham dalam bentuk pembelian kembali saham. Jumlah saham yang beredar saat
ini adalah sebanyak 1.100.000 lembar dengan harga pasar sebesar Rp 2.500,- per lembar saham.
Manajer keuangan saat ini menawarkan kepada mereka yang mau menjual kembali saham biasa

11

yang dimilikinya seharga Rp 2.750,- jadi seolaholah menawarkan cash dividend Rp 250 per
lembar saham. Berdasarkan data tersebut,
carilah:
a. laba

per

saham

dan

P/E

Ratio

sebelum

kebijakan

pembelian

kembali

saham

b. laba per saham setelah kebijakan pembelian kembali saham
c. harga saham setelah kebijakan pembelian kembali saham dengan asumsi P/E
Ratio konstan.
Jawab:
EAT = 550 juta

Payout Ratio 50%

Outstanding share = 1,1 juta
P saham = Rp 2500 / lembar
P treasury stock = Rp 2750 / lembar
a. Sebelum kebijakan pembelian saham:
EPS = Rp.550,- juta / 1,1 juta = Rp 500 /lembar
Price

Dokumen yang terkait

Evaluasi Kebijakan Pedagang Kaki Lima Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Jember Nomor 6 Tahun 2008 Bab IV Dan Bab VI (Studi Kasus PKL Jl. Untung Suropati)

0 50 15

Pengaruh Kebijakan Alokasi Aset dan Pemilihan Sekuritas terhadap Kinerja Reksadana Campuran Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (KIK)

0 54 101

Implementasi Kebijakan Peraturan Daerah Kota Bandung No 26 Tahun 2009 Tentang Kesetaraan Dan Pemberdayaan penyandang Cacat

0 8 1

Implementasi Kebijakan Sistem Informasi Manajemen Pendapatan Daerah (SIMPATDA) Pada Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kota Bandung Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Bandung

0 13 188

Implementasi Kebijakan Sistem Informasi Manajemen Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (SIMYANDU-PPTSP) (Studi Kasus Dalam Pembuatan Izin Usaha (ITU) Pada Kantor PPTSP Kabupaten Garut)

1 55 179

Pengaruh Kebijakan Hutang Dan Struktur Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan Deviden Pada PT. Indosat

8 108 124

Pengaruh Dividen Per Share dan Return on Investment terhadap Harga Saham (Studi Kasus pada Perusahaan Otomotif yang terdaftar di BEI tahun 2006-2013)

0 10 1

Pengaruh Efektivitas E-Commerce Dan Kebijakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Terhadap Perilaku Konsumen (Survey Pada Konsumen Kota Bandung)

8 39 37

Pengaruh Kepemilikan Institusional Dan FreeCash Flow Terhadap Kebijakan Hutang

7 97 68

Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Sistem Komputerisasi Kantor Pertahanan (KKP) Terhadap Kualitas Pelayanan Sertifikasi Tanah Di Kantor Pertanahan Kota Cimahi

24 81 167