Pengaruh Kebijakan Hutang Dan Struktur Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan Deviden Pada PT. Indosat

(1)

i Hj. Umi Narimawati, Dra. SE.,M.Si

The research was conducted at PT. Indosat, Tbk. The phenomenon that occurs is the increased value of debt to Equty Ratio which is the ratio of PT in determining debt policy. Indosat, Tbk and Dividend Pay Out Ratio increased in 2010. And with increasing DER should reduce the House. As well as the continued decline in Managerial Ownership Structure on PT. Indosat, Tbk.Tujuan this study to determine the policy of debt at PT. Indosat Tbk, to know the ratio of debt at PT. Indosat Tbk, to know the ratio of managerial ownership in PT. Indosat Tbk and intends to determine the effect of debt policy and managerial ownership on dividend policy of partially and simultaneously at PT. Indosat Tbk. The research method used in this research is descriptive research method (qualitative) by using analysis verifikatif development and research methods (quantitative) by using a statistical test analysis of the multiple linear regression, Pearson correlation, a test of determination and hypothesis testing. These results indicate that the development value of debt to Equty Ratio PT. Indosat, Tbk have continued to rise this shows that the PT. Indosat, Tbk experience dependence on foreign funds (debt). As for the Structure of Managerial Ownership (MWON) continues to decline, this is due to changes in the structure of managerial stock ownership on the commissioners and directors. In the development of the Dividend Payout Ratio PT. Indosat, Tbk have continued to rise, this shows that companies are more concerned with the interests of shareholders rather than maximizing profits. Debt Policy and Managerial Ownership Structure and insignificant positive impact on dividend policy. Then the impact is greater than simulltan partially. This means that the Debt Policy and Managerial Ownership Structure on Dividend Policy taken into consideration in determining the sustainable development for the company so it can make the company perform optimal performance for the company.

(Keywords: Debt Ratio To Equity, managerial ownership (MOWN) and Dividend Payout Ratio.


(2)

ii

Penelitian ini dilakukan pada PT. Indosat, Tbk. Fenomena yang terjadi adalah meningkatnya nilai Debt to Equty Ratio yang merupakan rasio dalam menentukan kebijakan hutang PT. Indosat, Tbk dan meningkatnya Dividen Pay Out Ratio pada tahun 2010. Padahal dengan meningkatnya DER harusnya menurunkan DPR. Serta terus menurunnya Struktur Kepemilikan Manajerial pada PT. Indosat, Tbk.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kebijakan hutang pada PT. Indosat Tbk, untuk mengetahui rasio hutang pada PT. Indosat Tbk, untuk mengetahui rasio kepemilikan manajerial pada PT. Indosat Tbk dan bermaksud untuk mengetahui pengaruh kebijakan hutang dan kepemilikan manajerial terhadap kebijakan dividen secara parsial dan simultan pada PT. Indosat Tbk.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif (kualitatif) dengan menggunakan analisis perkembangan dan metode penelitian verifikatif (kuantitatif) dengan menggunakan analisis uji statistik yaitu regresi linear berganda, korelasi pearson, uji determinasi dan pengujian hipotesis.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa perkembangan nilai Debt to Equty Ratio PT. Indosat, Tbk terus mengalami kenaikan hal ini menunjukan bahwa PT. Indosat, Tbk mengalami ketergantungan pada dana asing (hutang). Sedangkan untuk Struktur Kepemilikan Manajerial (MWON) terus mengalami penurunan, hal ini dikarenakan adanya perubahan kepemilikan saham pada struktur manajerial pada komisaris dan direksi. Pada perkembangan nilai Dividen Payout Ratio PT. Indosat, Tbk terus mengalami kenaikan, hal ini menunjukan bahwa perusahaan lebih mementingkan kepentingan para pemegang saham daripada memaksimumkan laba perusahaan. Kebijakan Hutang dan Struktur Kepemilikan Manajerial berdampak positif dan tidak signifikan terhadap Kebijakan Dividen. Kemudian dampak secara simulltan lebih besar dari secara parsial. Hal ini berarti Kebijakan Hutang dan Struktur Kepemilikan Manajerial terhadap Kebijakan Dividen dijadikan pertimbangan dalam menentukan pembangunan berkelanjutan bagi perusahaan sehingga dapat menjadikan perusahaan ini melakukan kinerja yang optimal bagi perusahaan.

(Kata kunci : Debt To Equity Ratio, kepemilikan manajerial (MOWN) dan Dividen Payout Ratio.


(3)

1

1.1 Latar Belakang Penelitian

Setiap perusahaan memiliki tujuan tertentu yang telah ditetapkan manajer keuangan yang melakukan tugas atau fungsi dalam rangka membantu pencapaian tujuan perusahaan tersebut. Secara tradisional peranan manajer keuangan ialah mencari dana untuk perusahaan bila diperlukan oleh perusahaan dan membelanjakannya, dalam hal ini manajer keuangan harus memperhatikan aktiva, alokasi dana terhadap berbagai macam proyek dan kegiatan, pengukuran hasil dari masing-masing kegiatan, pemupukan dana dalam perusahaan, serta pemeliharaaan struktur kapital yang rasional. Penjabaran tujuan tersebut di dalam suatu formulasi yang tegas dan jelas dapat membantu bahkan dapat menjadi kunci berhasilnya perusahaan untuk memperoleh posisi di masa depan. Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Basri (2008:5) perusahaan merupakan organisasi yang mencari untung, maka tujuan dari perusahaan biasanya dinyatakan dalam bentuk uang. Dalam hal ini dua tujuan utama yang dikemukakan yaitu memaksimisasi keuntungan (profit) dan memaksimisasi kemakmuran (wealth).

Namun tujuan utama dari perusahaan itu sendiri yaitu memaksimisasi kemakmuran (kesejahteraan) yang merupakan nilai sekarang dari perusahaan itu terhadap prospek masa depannya. Dibanding dengan tujuan perusahaan untuk memaksimisasi keuntungan, memaksimisasi kemakmuran menitik beratkan pada pengaruh laba terhadap harga saham perusahaan di pasar modal saat ini. Bila


(4)

perusahaan dapat memberikan harapan nilai yang besar di masa depan dia akan memperoleh nilai yang tinggi pada saat itu. Sebaliknya bila perusahaan tidak mampu memberikan gambaran dan harapan yang mantap nilai di masa depan, tentu saja akan dinilai rendah oleh masyarakat dan pemegang saham atau pemilik perusahaan. Tujuan maksimisasi kemakmuran adalah lebih baik daripada maksimisasi laba sebagai pernyataan dari tujuan perusahaan. Hal ini menunjukan secara bijaksana bahwa faktor laba harus dipertimbangkan dalam arti jangka panjang.

Dalam memaksimisasi kemakmuran perusahaan yang dimana memaksimalkan keuntungan bagi pemegang saham disadari bahwa pemisahan kepemilikan dan pengendalian dalam perusahaan modern mengakibatkan potensi konflik antara pemilik dan manajer. Secara khusus, tujuan dari pihak manajemen dapat berbeda dari tujuan pemegang saham perusahaan. Di dalam perusahaan besar, saham dapat dimilik oleh terlalu banyak pemegang saham sehingga mereka banyak memiliki sedikit kendali atau pengaruh atas pihak manajemen. Jadi, pemisahan kepemilikan pihak manajemen ini, akan menciptakan situasi yang memungkinkan manajemen bertindak utnuk kepentingannya sendiri daripada untuk kepentingan para pemegang sahamnya.

Seiring berjalannya waktu, Masalah agency timbul karena adanya konflik kepentingan antara stakeholder dan manajer, dan tidak bertemunya utilitas yang maksimal antara mereka. Sebagai agent, manajer bertanggung jawab untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal), namun di sisi yang lain manajer juga mempunyai kepentingan memaksimumkan kesejahteraan mereka.


(5)

Sehingga ada kemungkinan besar agent tidak selalu bertindak demi kepentingan terbaik principal (Kusumawati dan Sasongko, 2005). Pemegang saham menginginkan laba perusahaan dibagikan dalam bentuk Dividen tunai sebagai salah satu bentuk peningkatan kesejahteraannya dan lebih menyarankan perusahaan memperoleh pendanaannya dari pihak eksternal, sedangkan manajer menginginkan laba perusahaan tidak dibagikan kepada para pemegang saham melainkan laba perusahaan tersebut dalam bentuk laba ditahan digunakan untuk investasi yang lebih menguntungkan.

Masalah keagenan juga dapat timbul jika manajer suatu perusahaan memiliki kurang dari 100 persen saham biasa perusahaan tersebut. Jika suatu perusahaan berbentuk peseorangan dan dikelola sendiri oleh pemiliknya, maka dapat diansumsikan bahwa manajer-pemilik tersebut akan mengambil setiap tindakan yang mungkin untuk memperbaiki kesejahteraannya, terutama diukur dalam bentuk peningkatan kekayaan perorangan dan fasilitas eksekutif seperti tunjangan, kantor yang mewah fasilitas transportasi dan sebagainya. Akan tetapi, jika manajer-pemilik tersebut mengurangi hak kepemilikannya dengan membentuk perseroan dan menjual sebagian sahamnya kepada pihak lain (pihak luar), maka pertentangan kepentingan bisa segera muncul. Sebagai contoh dari hal tersebut adalah manajer dan pemilik mungkin saja tidak optimal lagi dalam memaksimumkan kekayaan pemegang saham karena bagiannya atas kekayaan tersebut telah berkurang, atau mungkin saja dia menetapkan gaji yang besar bagi dirinya, atau menambah fasilitas eksekutif. Kemungkinan timbulnya pertikaian


(6)

diantara kedua kelompok ini (manajer sebagai agen dan principal sebagai pemegang saham dari luar) merupakan salah satu bentuk dari masalah keagenan.

Maka diperlukan suatu kebikjaksanaan keuangan sebagai penjabaran dari kebijaksanaan perusahaan yang maksimisasi kemakmuran para pemegang saham. Kebijakan pembelanjaan(hutang) dan kebijakan dividen merupakan jenis dari kebijaksanaan keuangan. Kebijakan pembelanjaan (hutang) dalam hal iin manajer keuangan dituntut untuk mempertimbangkan, dan menganalisa kombinasi sumber-sumber dana yang ekonomis bagi perusahaan guna membelanjai kebutuhan-kebutuhan rutin dalam kegiatan usahanya. Sedangkan kebijakan dividen merupakan bagian keuntungan yang dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham. Oleh karena itu dividen ini merupakan bagian dari penghasilan yang diharapkan oleh pemegang saham. Besar kecilnya dividen yang dibayarkan tentu saja akan sangat mempengaruhi pencapaian tujuan maksimasi kesejahteraan tersebut.

Begitu juga pada PT. Indosat, Tbk yang ingin memaksimisasi kemakmuran pemegang saham diperlukan adanya suatu kebijakan yang dilakukan oleh seorang agent (manajer) yang mana bertugas untuk kepentingan perusahaan dan memiliki kekuasaan dalam menjalankan menejemen perusahaan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan pemegang saham perusahaan (principal) dimana seorang agent (manajer) menentukan kebijakan yang bisa meminimumkan konflik kepentingan yang bisa menjadi pemisah antara agen (manajer) dan principal (pemegang saham)


(7)

Berikut ini adalah data struktur kebijakan hutang (DER) dan kepemilikan manajerial (MWON) dan kebijakan dividen (DPR) PT. Indosat, Tbk periode 2004-2010

Tabel 1.1

Tingkat Kebijakan Hutang (DER) , Struktur Kepemilikan Manajerial (MWON), dan Kebijakan Dividen (DPR) PT. Indosat, Tbk

Tahun 2004-2010

Tahun DER (%) MOWN

(%) DPR (%)

2004 110,15 0,0054 46,37

2005 127,81 0,0182 49,91

2006 123,84 0,0276 57,23

2007 172,04 0,0115 34,53

2008 195,26 0,009 54,35

2009 204,67 0,0002 62,69

2010 193,73 0,0002 115,75

Sumber : Laporan Keuangan PT.Indosat, Tbk, data diolah

Dapat dilihat pada grafik perkembangan struktur kepemilikan, kebijakan hutang dan kebijakan dividen sebagai berikut :

-50 0 50 100 150 200 250

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

DER MOWN DPR

Perkembangan kepemilikan manajerial, kebijakan hutang (DER) dan Kebijakan Dividen (DPR) PT. Indosat, Tbk periode 2004-2010

Gambar 1.1

Grafik Tingkat kebijakan hutang (DER) ,struktur kepemilikan manajerial (MWON), dan kebijakan dividen (DPR) PT. Indosat, Tbk


(8)

Berdasarkan tabel dan gambar 1.1, nilai Debt To Equty Ratio dari tahun 2004-2010 mengalami fluktuatif dikarenakan total hutang pada PT. Indosat, Tbk mengalami kenaikan dan penurunan. Hal ini sangat berpengaruh terhadap Dividen Payout Ratio, karena untuk mendapatkan laba bersih sendiri harus meminimumkan beban perusahaan yang dalam hal ini adalah bunga atas peminjaman dana / hutang. Dimana struktur dari DER itu adalah total hutang dan modal sendiri yang mana bila total hutang lebih tinggi dari modal sendiri, perusahaan akan beresiko dalam pengembalian hutangnya yang mana perusahaan harus membayar jumlah kewajiban serta jumlah bunganya. Bila DER mengalami kenaikan akibat meningkatnya total hutang, maka laba per lembar saham perusahaan akan mengalami penurunan. Penurunan ini disebabkan adanya kenaikan beban bunga sehingga perolehan laba bersih menjadi berkurang sehingga pada laba yang dibagikan kepada para pemegang saham yang mengalami penurunan yang berupa Dividen Payout Ratio.

Disimpulkan dengan kenaikan Debt Equity Ratio akan menyebabkan penurunan pada Dividen Payout Ratio yang mana perusahaan tidak mengoptimalkan pembagian laba untuk pemegang saham. Namun pada tahun 2009 dimana Debt Equity Ratio mengalami peningakatan sebesar 204,67 % yang mana peningkatan tersebut akan menurunkan jumlah laba yang dibagikan kepada pemegang saham, dan pada tahun 2010 perusahaan melakukan pembayaran hutang yang artinya laba bersih yang didapatkan oleh perusahaan dipergunakan untuk memabayar hutang sekaligus bunga yang mana akan menurunkan Dividen Payout Ratio, nyatanya Dividen Payout Ratio pada tahun berikutnya yaitu tahun


(9)

2010 tersebut naik sebesar 115,75%, hal ini terjadi karena pertumbuhan pendapatan konsolidasi yang didukung oleh pertumbuhan pendapatan seluler yang kuat.

Untuk struktur kepemilikan manajerial dari tahun 2004-2010 dari tahun 2006-2010 terus mengalami penurunan, dimana penurunan kepemilikan manajerial akan menaikan laba untuk pemegang saham dan pada tahun 2010 dimana kepemilikan manajerial sebesar 0,0002%. Penurunan struktur kepemilikan manajerial ini dikarenakan adanya perombakan direksi pada PT. Indosat, Tbk yang mana kinerja pada PT. Indosat , Tbk mengalami penurunan.

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk membahas masalah tersebut dengan mengadakan penelitian dan mengambil judul skripsi “Pengaruh Kebijakan Hutang dan Struktur kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan Deviden pada PT. Indosat, Tbk”.

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas diidentifikasi masalah bahwa pada PT. Indosat, Tbk tahun 2010 penggunaan kebijakan hutang belum optimal serta struktur kepemilikan manajerial yang mengalami penurunan akibat kinerja direksi kurang optimal.


(10)

1.2.2 Rumusan Masalah

Dan dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana perkembangan Kebijakan Hutang pada PT. Indosat, Tbk tahun 2004-2010.

2. Bagaimana perkembangan Struktur Kepemilikan Manajerial pada PT. Indosat, Tbk pada tahun 2004-2010.

3. Bagaimana perkembangan Kebijakan Dividen pada PT. Indosat, Tbk pada tahun 2004-2010.

4. Seberapa besar pengaruh Kebijakan Hutang dan Struktur kepemilikan Manajerial terhadap Kebijakan Dividen pada PT. Indosat, Tbk tahun 2004-2010 secara simultan maupun parsial.

1.3 Maksud Dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah unutk mengetahui gambaran tentang bagaimana pengaruh Kebijakan Hutang dan Sturktur Kepemilikan Manajerial terhadap Kebijakan Dividen di perusahaan tersebut.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui perkembangan Kebijakan Hutang pada PT. Indosat, Tbk tahun 2004-2010.

2. Untuk mengetahui perkembangan Struktur Kepemilikan Manajerial pada Perusahaan pada PT. Indosat, Tbk tahun 2004-2010.


(11)

3. Untuk mengetahui perkembangan Kebijakan Dividen pada PT. Indosat, Tbk tahun 2004-2010.

4. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Struktur Kepemilikan Manajerial dan Kebijakan Hutang terhadap Kebijakan Dividen pada PT. Indosat, Tbk tahun 2004-2010 baik secara simultan maupun parsial.

1.4 Kegunaan Hasil Penelitian

Berdasarkan maksud dan tujuan penelitian yang dikemukakan diatas, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna.:

1.4.1 Kegunaan Praktis

1. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi perusahaan.

2. Bagi Pihak Terkait

Bagi pihak terkait penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan bagi setiap pihak yang akan menjalin kerjasama dengan perusahaan tersebut.

1.4.2 Kegunaan Akademis

1. Pengembangan Ilmu

Kegunaan hasil penelitian bagi pengembangan ilmu sebagai bahan masukan dan tambahan ilmu melalui laporan yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, sehingga bermanfaat bagi pengguna


(12)

lainnya. Selain itu juga dapat sebagai bahan referensi untuk perbaikan atau pengembangan bagi penelitian di bidang atau masalah yang sama.

2. Bagi Peneliti Lain

Bagi Peneliti lain, hasil penelitian ini dapat sebagai acuan dan bahan referensi jika akan menyusun laporan dengan topik yang sama.

1.5 Lokasi Dan Waktu Penelitian

Lokasi dan pelaksanaan penelitian bertempat di PT. Indosat, Tbk. Selain itu pengambilan data di peroleh juga melalui situs www.idx.co.id, sedangkan waktu yang digunakan untuk penelitian ini adalah selama kurang lebih 6 bulan, yaitu dari bulan Februari 2011 sampai dengan bulan Juli 2011. Jadwal penelitian dan pengumpulan data dapat dilihat pada tabel 1.2 di bawah ini.

Tabel 1.2

Tabel Jadwal Penelitian dan Pengumpulan Data

No Kegiatan Februari Maret April Mei Juni Juli

1 2 3 4 1 1 2 3 4 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Pra Penelitian

2 Pengumpulan Data 3 Pengolahan Data 4 Penyusunan Data 5 Penulisan Laporan


(13)

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Kebijakan Hutang 2.1.1.1 Pengertian

Hutang adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara bekerja di dalam perusahaan, dan bagi perusahaan yang bersangkutan modal tersebut merupakan “utang”, yang pada saatnya harus dibayar kembali (Bambang Riyanto, 2008 : 227). Ada tiga golongan dalam hutang, antara lain :

1. Hutang jangka pendek (Short term Debt)

Hutang jangka pendek adalah modal asing yang jangka waktunya paling lama satu tahun. Sebagian besar hutang jangka pendek terdiri dari kredit perdagangan, yaitu kredit yang diperlukan untuk dapat menyelenggarakan usahanya. Adapun jenis-jenis daripada modal asing jangka pendek yang terutama adalah :

a. Rekening Koran, yaitu kredit yang diberikan oleh Bank kepada perusahaan dengan batas plafond tertentu dimana perusahaan mengambilnya tidak sekaligus melainkan sebagian demi sebagian sesuai dengan kebutuhannya, dan bunga yang dibayar hanya untuk jumlah yang telah diambil saja, meskipun sebenarnya perusahaan meminjamnya lebih dari jumlah tersebut.

b. Kredit dari Penjual, merupakan kredit perniagaan (trade-credit) dan kredit ini terjadi apabila penjualan produk dilakukan dengan kredit. Apabila penjualan


(14)

dilakukan dengan kredit berarti bahwa penjual baru menerima pembayaran harga dari barang yang dijualnya beberapa waktu kemudian setelah barang diserahkan. c. Kredit dari Pembeli, merupakan kredit yang diberikan oleh perusahaan sebagai pembeli kepada pemasok dari bahan mentahnya atau barang-barang lainnya. Disini pembeli membayar harga barang yang dibelinya lebih dahulu, dan setelah beberapa waktu barulah pembeli menerima barang yang dibelinya.

d. Kredit Wesel, kredit ini terjadi apabila suatu perusahaan mengeluarkan “surat pengakuan hutang” yang berisikan kesanggupan untuk membayar sejumlah uang tertentu kepada pihak tertentu dan pada saat tetentu (surat Promes/Notes Payables), dan setelah ditanda tangani surat tersebut dapat dijual atau diuangkan kepada Bank.

2. Hutang Jangka Menengah (Intermediate-Term Debt)

Adalah hutang yang jangka waktu atuau umumnya adalah lebih dari satu tahun dan kurang dari 10 tahun. Kebutuhan membelanjai usaha dengan jenis kredit ini dirasakan karena adanya kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi dengan kredit jangka pendek di satu pihak dan juga sukar untuk dipenuhi dengan kredit jangka panjang di lain pihak. Bentuk-bentuk utama dari kredit jangka menengah, antara lain :

a. “Term Loan”, yaitu kredit usaha dengan umur lebih dari satu tahun dan kurang dari 10 tahun. Pada umumnya term loan dibayar kembali dengan angsuran tetap selama suatu periode tertentu, Term Loan ini biasanya diberkan oleh Bank dagang, Perusahaan asuransi, suppliers atau “Manufactures”.


(15)

b. Leasing, adalah suatu alat atau cara untuk mendapatkan “service” dari suatu aktiva tetap yang pada dasarnya adalah sama seperti halnya kalau kita menjual obligasi untuk mendapatkan “service” dan hak milik atas aktiva tersebut dan bedanya pada leasing tidak disertai dengan hak milik.

3. Hutang jangka panjang (Long-Term Debt)

Merupakan hutang yang jangka waktunya adalah panjang, umumnya lebih dari 10 tahun. Hutang jangka panjang ini pada umumnya digunakan untuk membelanjai perluasan perusahaan (ekspansi) atau modernisasi dari perusahaan, karena kebutuhan modal untuk keperluan tersebut meliputi jumlah yang besar. Adapun jenis utama dari hutang jangka panjang antara lain :

a. Pinjaman Obligasi (Bonds-payables), adalah pinjaman uang untuk jangka waktu yang panjang, dimana debitur mengeluarkan surat pengakuan hutang yang mempunyai nominal tertentu. Jangka waktu pinjaman obligasi hendaknya didasarkan kepada pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :

a) Jangka waktu pinjaman kredit hendaknya disesuaikan dengan jangka waktu penggunaanya di dalam perusahaan.

b) Jumlah angsuran harus disesuaikan dengan jumlah penyusutan dari aktiva tetap yang akan dibelanjai dengan kredit obligasi tersebut.

Pelunasan atau pembayaran kembali pinjaman Obligasi dapat diambil dari : a) penyusutan aktiva tetap yang debelanjai dengan pinjaman obligasi tersebut b) keuntungan.

Jenis-jenis Obligasi, antara lain :


(16)

debitur dalam waktu-waktu tertentu, dengan tidak memandang apakah debitur memperoleh keuntungan atau tidak.

b) Obligasi pendapatan (Income Bonds), adalah jenis obligasi dimana pembayaran bunga hanya dilakukan pada waktu-waktu debitur atau perusahaan yang mengeluarkan surat obligasi tersebut mendapatkan keuntungan

c) Obligasi yang dapat ditukarkan (convertible-Bonds), adalah obligasi yang memberikan kesempatan kepada pemegang surat Obligasi tersebut untuk pada suatu saat tertentu menukarkannya dengan saham dari perusahaan yang bersangkutan. .

b. Pinjaman Hipotik (mortgage), adalah pinjaman jangka panjang dimana pemberi uang (kreditur) diberi hak hipotik terhadap suatu barang tidak bergerak, agar supaya bila pihak debitur tidak memenuhi kewajibannya, barang itu dapat dijual dan dari hasil penjualan tersebut dapat digunakan untuk menutup tagihannya.

Kebijakan hutang adalah kebijakan yang diambil perusahaan untuk melakukan pembiayaan melalui hutang, Kieso et al (2006) dalam Ratih Fitria Sari. Hal ini juga berkaitan dengan struktur modal yang dipilih perusahaan. Struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri, Bambang Riyanto (2001:22). Bagi pemilik perusahaan dengan menggunakan hutang pada tingkat tertentu harapan pemilik perusahaan bisa tercapai. Perusahaan dinilai berisiko apabila memiliki porsi hutang yang besar dalam struktur modal, namun sebaliknya apabila


(17)

perusahaan mengunakan hutang yang kecil atau tidak sama sekali maka perusahaan dinilai tidak dapat memanfaatkan tambahan modal eksternal yang dapat meningkatkan operasional perusahaan, Mamduh (2004). Menurut Mamduh (2004 terdapat beberapa faktor yang memiliki pengaruh terhadap kebijakan hutang, antara lain :

a. NDT (Non-Debt Tax Shield)

Manfaat dari penggunaan hutang adalah bunga hutang yang dapat digunakan untuk mengurangi pajak perusahaan. Namun untuk mengurangi pajak, perusahaan dapat menggunakan cara lain seperti depresiasi dan dana pensiun. Dengan demikian, perusahaan dengan NDT tinggi tidak perlu menggunakan hutang yang tinggi.

b. Struktur Aktiva

Besarnya aktiva tetap suatu perusahaan dapat menentukan besarnya penggunaan hutang. Perusahaan yang memiliki aktiva tetap dalam jumlah besar dapat menggunakan hutang dalam jumlah besar karena aktiva tersebut dapat digunakan sebagai jaminan pinjaman.

c. Profitabilitas

Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasinya akan menggunakan hutang yang relatif kecil. Laba ditahannya yang tinggi sudah memadai membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan.

d. Risiko Bisnis

Perusahaan yang memiliki risiko bisnis yang tinggi akan menggunakan hutang yang lebih kecil untuk menghindari risiko kebangkrutan.


(18)

e. Ukuran Perusahaan

Perusahaan yang besar cenderung terdiversifikasi sehingga menurunkan risiko kebangkrutan. Disamping itu, perusahaan yang besar lebih mudah dalam mendapatkan pendanaan eksternal.

f. Kondisi Internal Perusahaan

Kondisi internal perusahaan menentukan kebijakan penggunaan hutang dalam suatu perusahaan.

2.1.1.2 Teori Kebijakan Hutang 1. Trade off Theory

Teori ini menganggap bahwa penggunaan hutang 100 persen sulit dijumpai. Kenyataannya semakin banyak hutang, maka semakin tinggi beban yang harus ditanggung. Satu hal yang penting bahwa dengan meningkatnya hutang, maka semakin tinggi probabilitas kebangkrutan. Beban yang harus ditanggung saat menggunakan hutang yang lebih besar adalah biaya kebangkrutan, biaya keagenan, beban bunga yang semakin besar dan sebagainya. Menurut Mamduh (2004) bahwa biaya kebangkrutan dapat cukup signifikan dapat mencapai 20 persen nilai perusahaan. Biaya tersebut mencakup dua hal :

1. Biaya langsung : biaya yang dikeluarkan untuk membayar biaya administrasi, pengacara, dan lainnya yang sejenis.

2. Biaya tidak langsung : biaya yang terjadi karena dalam kondisi kebangkrutan, perusahaan lain atau pihak lain tidak mau berhubungan dengan perusahaan secara normal.


(19)

2. Pecking Order Theory

Teori pecking order menetapkan suatu urutan keputusan pendanaan dimana para manajer pertama kali akan memilih untuk menggunakan laba ditahan, hutang dan penerbitan saham sebagai pilihan terakhir (Mamduh, 2004). Penggunaan hutang lebih disukai karena biaya yang dikeluarkan untuk hutang lebih murah dibandingkan dengan biaya penerbitan saham. urutan pendanaan menurut teori pecking order adalah sebagai berikut :

1. Perusahaan lebih menyukai internal financing (dana internal). Dana internal tersebut diperoleh dari laba yang dihasilkan dari kegiatan perusahaan.

2. Perusahaan menyesuaikan target dividen payout ratio terhadap peluang investasi mereka, sementara mereka menghindari perubahan dividen secara drastis.

3. Kebijakan dividen yang sticky ditambah fluktuasi profitabilitas dan peluang investasi yang tidak dapat diproksi, berarti terkadang aliran kas internal melebihi kebutuhan investasi namun terkadang kurang dari kebutuhan investasi.

4. Apabila pendanaan eksternal diperlukan, pertama-tama perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling aman, yaitu mulai dari penerbitan hutang convertible bond , dan alternatif paling akhir adalah saham.

3. Signaling Theory

Brigham dan Houston (2004) menyatakan bahwa sinyal adalah suatu tindakan yang diambil oleh manajemen perusahaan yang memberikan petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari


(20)

penjualan saham dan mengusahakan modal baru dengan cara-cara lain seperti dengan menggunakan hutang. Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa manajer dan pemegang saham tidak mempunyai akses informasi perusahaan yang sama. Ada informasi tertentu yang hanya diketahui oleh manajer, sedangkan pemegang saham tidak tahu informasi tersebut sehingga terdapat informasi yang tidak simetri (asymmetric information) antara manajer dan pemegang saham. Akibatnya, ketika struktur modal perusahaan mengalami perubahan, hal itu dapat membawa informasi kepada pemegang saham yang akan mengakibatkan nilai perusahaan berubah. Dengan kata lain, perilaku manajer dalam hal menentukan struktur modal, dapat dianggap sebagai sinyal oleh pihak luar (Mamduh, 2004)..

Apabila manajer mempunyai keyakinan bahwa prospek perusahaan baik, dan ingin agar harga saham meningkat, perusahaan ingin mengkomunikasikan hal tersebut ke investor. Manajer dapat menggunakan hutang lebih banyak, sebagai sinyal yang lebih dapat dipercaya. Hal ini karena perusahaan yang meningkatkan hutang bisa dipandang sebagai perusahaan yang yakin dengan prospek perusahaan di masa mendatang. Dasar pertimbangannya adalah penambahan hutang menyebabkan keterbatasan arus kas dan meningkatnya biaya-biaya beban keuangan sehingga manajer hanya akan menerbitkan hutang baru yang lebih banyak apabila mereka yakin perusahaan kelak dapat memenuhi kewajibannya. Investor diharapkan akan menangkap sinyal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik. Dengan demikian hutang merupakan tanda atau sinyal positif.


(21)

4. Teori Keagenan

Berdasarkan teori keagenan, struktur modal perusahaan harus disusun sedemikian rupa sehingga dapat mengurangi konflik antara berbagai kelompok yang memiliki kepentingan dalam perusahaan. Pemegang saham lebih menyukai tindakan perusahaan yang akan menghasilkan keuntungan yang lebih besar, sehingga mereka akan memperoleh dividen atas saham yang mereka miliki juga akan meningkat. Namun pemegang hutang perusahaan tidak memperdulikan berapa besar tingkat keuntungan perusahaan, karena pay-off pemegang hutang

2.1.1.3 Debt To Equity Ratio

Kebijakan hutang dalam penelitian ini diukur dari Debt to Equity Ratio (DER) dikarenakan Debt to Equity Ratio mencerminkan besarnya proporsi antara total debt (total hutang) dan total modal sendiri. Menurut James C.Van Horne dan Jhon M. Wachowicz Jr (2005:209) debt to equity ratio adalah rasio utang dengan ekuitas menunjukan sejauh mana pendanaan dari utang digunakan jika dibandingkan dengan pendanaan equitas.”

Semakin tinggi rasio ini berarti semakin besar penggunaan modal melalui hutang. Bagi perusahaan sebaiknya penggunaan hutang tidak melebihi modal sendiri. Debt to Equity Ratio dirumuskan sebagai berikut :

(Bambang Riyanto, 2001:333)

Total utang yang dimaksudkan dalam rumus perhitungan diatas adalah seluruh total utang perusahaan baik utang jangka pendek maupun utang jangka panjang dalam satu periode akuntansi. Semakin tinggi Debt to Equity Ratio (DER)

DER = Total Hutang x100% Total Modal Sendiri


(22)

ini menunjukan perusahaan semakin berisiko, artinya perusahaan dengan penggunaan lebih dari 50% hutang dibandingkan modal sendiri, maka dalam pengembalian hutangnya perusahaan tidak cukup dana untuk membayar hutang tersebut.

Total debt merupakan total liabilities (baik hutang jangka pendek maupun jangka panjang); sedangkan total modal sendiri merupakan total modal sendiri (total modal saham yang disetor dan laba yang ditahan) yang dimiliki perusahaan. Rasio ini menunjukan komposisi dari total hutang terhadap total ekuitas. Semakin tinggi Debt to Equity Ratio menunjukan komposisi total hutang semakin besar dibanding dengan total modal sendiri, sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar (kreditur).

Menurut Kasmir (2010:113) keuntungan dengan mengetahui rasio ini anatara lainnya adalah :

1. Dapat menilai kemampuan posisi perusahaan terhadap kewajiban kepada pihak lain.

2. Menilai kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban yang bersifat tetap. 3. Mengetahui keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva tetap

dengan modal.


(23)

2.1.2 Struktur Kepemilikan Manajerial 2.1.2.1 Pengertian Struktur Kepemilikan

Pada perusahaan besar pemisahan kepemilikan dan pengendalian dalam perusahaan modern mengakibatkan potensi konflik antara pemilik dan manajer. Pemisahan kepemilikan pihak manajemen ini, akan menciptakan situasi yang memungkinkan manajer bertindak untuk kepentingan sendiri daripada untuk kepentingan para pemegang sahamnya. Dengan demikian, konflik kepentingan antar pemilik dapat terjadi. Hal ini disebut “masalah keagenan”, yaitu devergensi kepentingan yang timbul antara pemilik dan agennya, Widyastuti (2004) dalam Sri Rezeki Metallia (2007). Struktur kepemilikan sangat penting dalam menentukan nilai perusahaan. Dua aspek yang perlu dipertimbangkan ialah (1) kepemilikan perusahaan oleh manajer (manager ownership). dan (2) konsentrasi kepemilikan perusahaan oleh pihak luar (outsider ownership concentration). Menurut Jensen dan Mecking dalam tesis wahyuning (2007) istilah struktur kepemilikan digunakan untuk ditentukan oleh hutang dan ekuitas saja tetapi juga ditentukan oleh prosentase kepemilikan saham oleh manajemen dan institusi. Salah satu bentuk mekanisme corporate governance yang apat digunakan untuk menyamakan kepentingan principal dan agent adalah konsentrasi kepemilikan.

Jensen et al. (1992) dalam Abdullah W. Djabid mengemukakan ada beberapa alternative untuk mengurangi agency cost yaitu :

1. Dengan meningkatkan kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen, manajer akan merasakan langsung manfaat dari keputusan yang diambil dan juga apabila ada kerugian yang timbul sebagai konsekuensi dari pengambilan


(24)

keputusan yang salah. Kepemilikan ini akan mensejajarkan kepentingan manajemen dengan pemegang saham.

2. Dengan meningkatkan dividend payout ratio sehingga tidak tersedia banyak free cash flow dan manajemen terpaksa mencari pendanaan dari luar untuk membiayai investasinya

3. Meningkatkan pendanaan dengan hutang yang akan menurunkan excess of free cash flow yang ada dalam perusahaan sehingga menurunkan

kemungkinan pemborosan yang dilakukan oleh manajemen.

4. Meningkatkan kepemilikan saham oleh pihak institusional. Adanya kepemilikan institusional seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi, dan kepemilikan institusi lain akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen.

2.1.2.2 Jenis – jenis Struktur Kepemilikan

2.1.2.2.1 Kepemilikan Manajerial (managerial ownership)

Kepemilikan Manajerial (managerial ownership) adalah tingkat kepemilikan saham pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan, misalnya direktur dan komisaris (Wahidahwati, 2002). Kepemilikan manajerial ini diukur dengan proporsi saham yang dimiliki perusahaan pada akhir tahun dan dinyatakan dalam presentase, yang dirumuskan sebagai berikut :

Yuli Soesetio (2007:390)

Semakin besar proporsi kepemilikan manajemen dalam perusahaan maka manajemen akan berusaha lebih giat untuk kepentingan pemegang saham yang

Kepemilikan Manajerial = Jumlah Saham Manajer x 100% Total Saham Beredar


(25)

notabene adalah mereka sendiri (Mahadwartha dan Hartono, 2002). Argumentasi di atas menjustifikasi perlunya managerial ownership. Program managerial ownership termasuk ke dalam program kebijakan remunerasi untuk mengurangi masalah keagenan antara manajemen dan pemegang saham. Kepemilikan manajerial dalam kaitannya dengan kebijakan utang dan dividen mempunyai peranan penting yaitu mengendalikan kebijakan keuangan perusahaan agar sesuai dengan keinginan pemegang saham atau sering disebut bonding mechanism. Bonding mechanism berusaha menyamakan kepentingan dari pemegang saham dengan kepentingan dari manajemen melalui program-program yang mengikat kekayaan pribadi manajemen ke dalam kekayaan perusahaan.

2.1.2.2.2 Kepemilikan Institusional (instutional ownership)

Kepemilikan suatu perusahaan dapat terdiri atas kepemilikan institusional maupun kepemilikan individual. Atau campuran keduanya dengan proporsi tertentu. Investor institusional memiliki beberapa kelebihan dibanding dengan investor individual, diantaranya yaitu:

1. Investor institusional memiliki sumber daya yang lebih daripada investor individual untuk mendapatkan informasi.

2. Investor institusional memiliki profesionalisme dalam menganalisa informasi, sehingga dapat menguji tingkat keandalan informasi.

3. Investor institusional, secara umum, memiliki realsi bisnis yang lebih kuat dengan manajemen.

4. Investor institusional memiliki motivasi yang kuat untuk melakukan pengawasan lebih ketat atas aktivitas yang terjadi di dalam perusahaan.


(26)

5. investor institusional lebih aktif dalam melakukan jual beli saham sehingga Dapat meningkatkan jumlah informasi secara cepat yang tercermin di tingkat harga.

Adanya pemegang saham seperti institusional ownership memiliki arti penting dalam memonitor manajemen. Adanya kepemilikan oleh institusional seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan-perusahaan investasi dan kepemilikan oleh institusi-institusi lain akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal. Mekanisme monitoring tersebut akan menjamin peningkatan kemakmuran pemegang saham. Signifikasi institusional ownership sebagai agen pengawas ditekankan melalui investasi mereka yang cukup besar dalam pasar modal. Apabila institusional merasa tidak puas atas kinerja manajerial, maka mereka akan menjual sahamnya ke pasar. Perubahan perilaku institusional ownership dari pasif menjadi aktif dapat meningkatkan akuntabilitas manajerial sehingga manajer akan bertindak lebih hati-hati dalam pengambilan keputusan. Meningkatnya aktivitas institusional ownership dalam melakukan monitoring disebabkan oleh kenyataan bahwa adanya kepemilikan saham

yang signifikan oleh institusional ownership telah meningkatkan kemampuan mereka untuk bertindak secara kolektif. Kondisi ini akan memotivasi institusional ownership untuk lebih serius dalam mengawasi maupun mengoreksi semua perilaku manajer dan memperpanjang jangka waktu investasi. Mekanisme pengawasan dapat dilakukan dengan menempatkan dewan ahli yang tidak dibiayai perusahaan sehingga posisinya tidak berada dibawah pengawasan manajer. Dengan demikian, dewan ahli dapat menjalankan fungsinya secara efektif untuk


(27)

mengontrol semua tindakan manajer. Pengawasan lain yang dapat dilakukan adalah dengan cara memberikan masukanmasukan sebagai bahan pertimbangan bagi manajer dalam menjalankan usaha dan melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Semakin besar prosentase saham yang dimiliki oleh institusional ownership akan menyebabkan pengawasan yang dilakukan menjadi lebih efektif karena dapat mengendalikan perilaku oportunistik manajer dan mengurangi agency cost.

2.1.3 Kebijakan Dividen

2.1.3.1 Pendekatan Kebijakan Dividen

Kebijaksanaan perusahaan untuk membagi keuntungan kepada pemegang saham membawa arti dalam dua hal :

a. Dana yang dibagikan kepada para pemegang saham. Hal ini ditunjukan oleh pembayaran kepada para pemegang saham.

b. Dana untuk membelanjai kebutuhan perkembangan usaha. Hal ini tercermin dalam rencana pada pos laba yang ditahan.

Oleh karena politik dividen mempengaruhi baik jangaka panjang maupun bagian yang dibagikan kepada para pemegang saham maka dalam hal ini terdapat dua pendekatan, yaitu :

1. Sebagai Kebijaksanaan Pembelanjaan Jangka Panjang

Dalam pendekatan ini berpandangan bahwa semua laba sesudah pajak yang diperoleh perusahaan adalah merupakan sumber dana jangka panjang. Pengumuman atas pembagian laba sebagai dividen berarti pengurangan terhadap


(28)

sumber dana jangka panjang yang dapat dipergunakan untuk membelanjai kebutuhan perkembangan usaha.

2. Sebagai Kebijaksanaan untuk Memaksimumkan Nilai Perusahaan

Dalam pendekatan ini berpandangan bahwa kebijaksanaan dividen mempunyai pengaruh yang kuat terhadap harga pasar dari saham yang beredar.

2.1.3.2 Pengertian Kebijakan Dividen

Menurut Handono Mardiyanto (2009:277) Kebijakan dividen mencakup penentuan penggunaan laba bersih untuk (1) mendanai investasi dalam bentuk laba ditahan, dan (2) imbalan kepada para pemegang saham dalam bentuk dividen. Apabila laba ditahan ditambah, dividen malahan harus dikurangi. Pembagian dividen yang sebesar-besarnya jelas mamaksimalkan kekayaan pemegang saham saat ini. Namun, hal itu berarti mengurangi dana investasi tahun mendatang, yang justru akan mengurangi tingkat pertumbuhan laba dan juga menurunkan kekayaan pemegang sahan di tahun depan. Sebaliknya, jika laba ditahan diperbesar, dividen terpaksa dikurangi yang akan menurunkan kekayaan pemegang saham saat ini. Berdasarkan fakta itu, teori dividen sampai sekarang belum bulat menyimpulkan apakah pembagian dividen akan meningkatkan nilai perusahaan (harga saham) atau tidak.

Terdapat beberapa teori yang dapat digunakan sebagai landasan dalam membuat kebijakan yang tepat bagi perusahaan. Brigham dan Daves (2002:561-562) menyebutkan beberapa teori kebijakan dividen yaitu:


(29)

a. Dividend Irrelevant theory

Teori ini beranggapan bahwa kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap harga saham (nilai perusahaan) maupun terhadap biaya modalnya. Kebijakan dividen yang satu sama baiknya dengan kebijakan dividen yang lain. Dijelaskan bahwa pendukung utama teori ketidakrelevanan ini adalah Miller dan Modiglani. Mereka menggunakan sejumlah asumsi, khususnya tentang ketiadaan pajak dan biaya pialang, leverage keuangan tidak memiliki pengaruh terhadap biaya modal, para investor dan manajer mempunyai informasi yang sama tentang prospek perusahaan, distribusi laba ke dalam bentuk dividen atau laba ditahan tidak mempengaruhi biaya ekuitas perusahaan dan kebijakan capital budgeting merupakan kebijakan yang independen terhadap kebijakan dividen.

b. Bird-in-The Hand Theory

Menurut Gordon dan Lintner dalam Brigham dan Daves (2002:562), teori ini dapat dijelaskan dengan menggunakan pemahaman bahwa sesungguhnya investor jauh lebih menghargai pendapatan yang diharapkan dari dividen dibandingkan dengan pendapatan yang diharapkan dari keuntungan modal karena komponen hasil dividen risikonya lebih kecil dari komponen keuntungan modal (capital gain). Para investor kurang yakin terhadap penerimaan keuntungan modal (capital gain) yang akan dihasilkan dibandingkan dengan seandainya mereka menerima dividen, karena dividen merupakan faktor yang dapat dikendalikan oleh perusahaan sedangkan capital gain merupakan faktor yang dikendalikan oleh pasar melalui mekanisme penentuan harga saham.


(30)

c. Teori Preferensi Pajak

Ada tiga alasan yang berkaitan dengan pajak untuk beranggapan bahwa investor lebih menyukai pembagian dividen yang rendah daripada yang tinggi (Suwaldiman dan Aziz, 2007), yaitu:

1) Keuntungan modal (capital gain) dikenakan tarif pajak lebih rendah daripada pendapatan dividen. Untuk itu, investor yang memiliki sebagian besar saham mungkin lebih suka perusahaan menahan dan menanam kembali laba ke dalam perusahaan. Pertumbuhan laba

mungkin dianggap menghasilkan kenaikkan harga saham, dan

keuntungan modal yang pajaknya rendah akan menggantikan dividen yang pajaknya tinggi.

2) Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai sahamnya terjual, sehingga ada efek nilai waktu.

3) Jika selembar saham dimiliki oleh seseorang sampai ia meninggal, sama sekali tidak ada pajak keuntungan modal yang terutang. Karena adanya keuntungan-keuntungan ini, para investor mungkin lebih senang perusahaan menahan sebagian besar laba perusahaan. Jika demikian para investor akan mau membayar lebih tinggi untuk perusahaan yang pembagian dividennya rendah daripada untuk perusahaan sejenis yang pembagian dividennya tinggi.


(31)

2.1.3.3 Kebijakan Dividen yang Optimal

Umumnya investor mengharapkan diperolehnya hasil dari pembelian saham terhadap dua hal, yaitu :

1. Kenaikan Modal

Para investor mengharapkan adanya kenaikan modal dalam bentuk kenaikan harga saham yang telah dibelinya.

2. Dividen

Disamping itu tentu saja para investor, sampai pada tingkat tertentu akan mengharapkan adanya pembagian laba yang diperoleh perusahaan.

2.1.3.4Kebijaksanaan Pembayaran Dividen

1. Stable Dividend Policy (Kebijaksanaan Pembayaran Dividen Stabil)

Pada kebijaksanaan ini besarnya dividen yang dibayarkna selalu stabil dalam jumlah yang tetap, stabil yang makin naik dan stabil yang semakin menurun, Jadi besarnya dividen yang dibayarkan dalam jumlah yang selalu stabil walaupun terjadi fluktuasi dalam net income.

2. Fluctuating Dividend Policy (Kebijaksanaan Pembayaran Dividen yang berfluktuasi )

Pada tingkat kebijaksanaan ini besarnya dividen yang dibayarkan berdasarkan pada tingkat keuntungan pada setiap akhir periode. Apabila tingkat keuntungan yang tinggi maka besarnya dividen yang dibayarkan relative tinggi, dan sebaliknya bila tingkat keuntungan rendah maka besarnya dividen yang dibayarkan juga rendah.


(32)

Pada kebijakan ini besarnya dividen yang dibayarkan sebagian ada yang bersifat stabil atau tetap, tetapi sebagian yang lain bersifat ptoporsional dengan tingkat keuntungan yang dicapai. Apabila perusahaan tidak mendapatkan laba para pemegang saham masih mendapatkan dividen tetap dan apabila didapatkan keuntungan dari hasil operasinya didapatkan bagian dari keuntungan. Bagian dividen yang bersifat proporsional besarnya tidak sama dengan dividen yang menggunakan kebijakan fluktuatif.

2.1.3.5 Kontroversi Pembayaran Dividen

Perbedaan pendapat/kontroversi mengenai pembagian dividen dalam kaitannya nilai saham. Perbedaan pendapat ini ada tiga kelompok :

a. Dividen harus dibagikan dalam jumlah sebesar-besarnya dalam rangka menaikkan nilai saham

b. Dividen dibagi atau tidak adalah sama c. Dividen tidak perlu dibagi

2.1.3.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen

Ada lima factor yang perlu diperhatikan seorang manajer keuangan dalam memutuskan jumlah dividen yang akan dibayarkan :

1. Kendala dalam pembayaran dividen

Besar kecilnya pembayaran dividen dalam praktiknya dibatasi oleh hal-hal berikut :(1) syarat-syarat dalam kontrak utang yang ditetapkan pihak kreditor, misalnya, dividen hanya boleh dibayarkan apabila rasio keuangan tertentu melebihi laba ditahan dalam neraca (impairment of capital rule); (3) tersedianya kas yang mencukupi; dan (4) peraturan perpajakan, misalnya, larangan menurunkan rasio


(33)

pembayaran dividen untuk tujuan menghindari pajak sekelompok pemegang saham.

2. Kesempatan Investasi

Perusahaan yang mempunyai banyak kesempatan investasi tentu membutuhkan dana lebih besar sehingga lebih senang memilih rasio pembayaran dividen yang rendah. Demikian juga sebaliknya. Di lain pihak, perusahaan yang berkemampuan untuk mempercepat atau menunda proyeknya (yang mempunyai fleksibilitas tinggi) akan lebih konsisten dalam menjalani kebijakan dividennya.

3. Alternatif sumber dana.

Bilamana biaya emisi saham baru relative tinggi untuk mendanai investasinya, perusahaan akan memilih sumber dana internal (laba ditahan) dari pada menerbitkan saham baru. Pilihan itu tentu saja akan diikuti oleh penurunan rasio pembayaran dividen. Lebih lanjut, jika perusahaan dapat menyesuaikan rasio utang terhadap aktivitasnya (debt ratio) tanpa menyebabkan kenaikan mencolok pada biaya modal, perusahaan umumnya akan memilih kebijakan dividen yang stabil meskipun terjadi fluktuasi pada laba.

4. Dilusi kepemilikan

Manajer yang lebih mementingkan pengendalian atas perusahaan, cenderung menolak menjual saham baru sehingga akan mendanai proyek investsai melalui laba ditahan serta menurunkan rasio dividennya.

5. Pengaruh kebijakan dividen terhadap risiko (k)

Dalam memutuskan kebijakan dividen, manajer keuangan perlu pula memperhatikan pengaruhnya terhadap tingkat risiko bagi investor (k), Tingginya


(34)

risiko investor memperoleh pendapatan sekarang atau menunda tahun depan, (2) penerimaan risiko atas dividen atau keuntungan modal (capital gain), (3) penghematan pajak dari dividen atau keuntungan modal, dan (4) kandungan informasi (information content) atau sinyal (signaling) yang dipahami investor atas suatu kebijakan dividen. Pengaruh masing-masing faktor itu berbeda-beda untuk setiap perusahaan, tergantung pada harapan investor (pemegang saham) saat ini dan yang akan datang.

2.1.3.7 Dividend Pay Out Ratio

Menurut Robert Ang (1997:623) Dividend pay out ratio merupakan perbandingan antara dividend per share (DPS) dengan earning per share (EPS). Sedangkan menurut Suad Husnan (2001:316) perusahaan hanya dapat memebagikan dividen semakin besar jika perusahaan mampu menghasilkan laba yang semakin besar, jika laba yang dihasilkan besarnya tetap, perusahaan tidak bisa membagikan dividen yang makin besar karena hal ini berarti perusahaan akan membagikan modal sendiri.

Deviden pay out ratio dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

(Ang, 1997 : 623)

2.1.4 Keterkaitan Antar Variabel Penelitian

2.1.4.1 Hubungan Kebijakan Hutang dengan Kebijakan Dividen

Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Basri (2008:232) mengemukakan bahwa semakin besar dana untuk melunasi hutang baik untuk obligasi hipotek dalam


(35)

tahun tersebut yang diambilkan dari kas maka akan berakibat menurunkan dividend pay out ratio dan sebaliknya. Artinya dana dalam kas yang akan dibayarkan dividen kepada para pemegang saham harus rela dipakai untuk membayar hutang dibanding membayar dividen.

2.1.4.2 Hubungan Struktur Kepemilikan Manajerial dengan Kebijakan Dividen

Menurut James C. Van Horne dan John M. Wachowicz, JR. (2005:8) menyatakan bahwa semakin sedikit persentase kepemilikan para manajer maka semakin sedikit kecenderungan mereka akan bertindak secara konsisten untuk memaksimalkan kesejahteraan para pemegang saham (pembagian dividen) dan semakin besar kebutuhan pengawasan atas aktivitas pihak manajemen bagi para pemegang saham luar, serta apabila persentase kepemilikan besar makan pembagian dividen menurun, pembagian dividen yang rendah disebabkan manajer mengharapkan investasi di masa mendatang yang dibiayai dari sumber internal. Apabila sebagian pemegang saham menyukai dividen tinggi maka menimbulkan perbedaan kepentingan sehingga diperlukan peningkatan dividen. Sebaliknya, apabila terjadi kesamaan preferensi antara pemegang saham dan manajer maka ti dak diperlukan peningkatan dividen. Pada sisi lain penambahan dividen memperkuat posisi perusahaan untuk mencari tambahan dana dari pasar modal sehingga kinerja perusahaan dimonitor oleh tim pengawaws pasar modal. Pengawasan ini menyebabkan manajer berusaha mempertahankan kualitas kinerja dan tindakan ini menurunkan konflik keagenan.


(36)

2.1.4.3 Hubungan Kebijakan Hutang dan Struktur Kepemilikan dengan Kebijakan Dividen

Menurut Handono Mardianto (2009:285) yang menyatakan bahwa kebijakan dividen dipengaruhi oleh faktor alternatif sumber dana (kebijakan hutang) yaitu perusahaan akan memilih sumber dana internal (laba ditahan) daripada menerbitkan saham baru, yang mana akan menurunkan rasio pembayaran dividen. Serta pada struktur kepemilikan manajerial, manajer yang lebih mementingkan pengendalian atas perusahaan, cenderung menolak menjual saham baru sehingga akan mendanai proyek investasi melalui laba ditahan serta menurunkan rasio pembayaran dividennya, artinya manajer yang mempunyai persentase kepemilikan yang lebih besar mempunyai pengendalian penuh untuk melakukan kebijakan dividen, bila jumlah kepemilikan manajerial besar maka dividen akan turun begitupun sebaliknya.

2.1.5 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

Hasil Peneliti Terdahulu Terkait dengan Variabel Peneliti No Peneliti

Terdahulu Judul Kesimpulan Perbedaan Persamaan

1 Nurfauziah, dkk (2007) Hubungan Simultan antara Kepemilikan Manajerial, Risiko, Kebijakan Hutang dan Kebijakan Dividen adanya hubungan yang negative namun tidak signifikan antara kepemilikan manajerial dengan dividen Pada penelitian Nurfauziah, yang diteliti adalah Kepemilikan Manajerial, Risiko, Kebijakan Hutang dan Kebijakan Dividen. Sama-sama meneliti tentang struktur kepemilikan (kepemilikan manajerial), kebijakan hutang dan kebijakan dividen


(37)

Sedangkan penulis hanya mengambil mengenai Kepemilikan Manajerial, kebijakan hutang dan dividen 2 Luciana

Spica Almilia, S.E., M.Si. (2006) Analisis Kebijakan Dividen Dan Kebijakan Leverage Terhadap Prediksi Kepemilikan Manajerial Dengan Tehnik Analisis Multinomial Logit bahwa dari hasil analisis daya klasifikasi ini menunjukkan bahwa model dalam penelitian ini merupakan model prediksi yang tepat untuk perusahaan yang tidak memiliki kepemilikan manajerial dengan perusahaan yang memiliki kepemilikan manajerial, tetapi model dalam penelitian ini tidak dapt dipergunakan untuk memprediksi tingkat kepemilikan manajerial prosentase yang besar denga tingkat kepemilikan manajerial Pada penelitian Luciana Spica Almilia, S.E., M.Si., Analisis Kebijakan Dividen Dan Kebijakan Leverage Terhadap Prediksi Kepemilikan Manajerial Dengan Tehnik Analisis Multinomial Logit Sedangkan penulis tidak memakai tehnik analisis multinomal logit Sama-sama meneliti tentang struktur kepemilikan, kebijakan hutang dan kebijakan dividen


(38)

prosebtase yang kecil. 3 Bambang

Sugeng (2009) Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Struktur Modal terhadap Kebijakan Inisiasi Dividen Di Indonesia penelitian ini membuktikan adanya pengaruh positif signifikan variabel struktur modal terhadap kebijakan inisiasi dividen Pada penelitian Bambang Sugeng yang diteliti adalah Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Struktur Modal terhadap Kebijakan Inisiasi Dividen. Sedangkan penulis hanya mengambil mengenai Sruktur Kepemilikan Sama-sama meneliti tentang struktur kepemilikan

4 Nurhayati (2008) Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan Hutang, Risiko, Peluang Pertumbuhan dan Kemampulab aan Perusahaan Terbuka pada Industri Manufaktur di Indonesia bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara kepemilikan manajerial dengan faktor kebijakan hutang Pada penelitian Nurhayati yang diteliti adalah Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan Hutang, Risiko, Peluang Pertumbuhan dan Kemampulab aan Sedangkan penulis hanya mengambil variable struktur kepemilikan Sama-sama meneliti tentang arus struktur kepemilikan dan kebijakan hutang


(39)

dan kebijakan hutang

5 Yustina Ade (2007) Hubungan Struktur Kepemilikan dan External Monitoring Terhadap Agency Cost dan Aliran Kas menyimpulkan bahwa struktur kepemilikan menunjukan adanya hubungan inverse dengan expense to sales ratio yang berarti bahwa dengan semakin meningkatnya kepemilikan utama. Struktur kepemilikan secara signifikan mempunyai pengaruh positif terhadap sales to asset ratio

Pada penelitian Yustina Ade Variable yang digunakan adalah struktur kepemilikan dan external monitoring terhadap agency cost dan aliran kas sedangkan penulis hanya mengambil variable struktur kepemilikan Sama-sama meneliti tentang struktur kepemilikan

2.2 Kerangka Pemikiran

Manajer keuangan memainkan peranan penting dalam perkembangan perusahaan modern, berbagai faktor eksternal memiliki dampak yang makin meningkat atas manajer keuangan. Manajemen keuangan menurut James C. Van Horne dan Jhon M. Wachowicz, JR merupakan fungsi yang berkaitan dengan perolehan, pendanaan, dan manajemen aktiva dengan beberapa tujuan umum sebagai latar belakangnya, Jadi fungsi keputusan dalam manajemen keuangan yaitu keputusan investasi, keputusan pendanaan dan keputusan.


(40)

Dalam menjalankan fungsi tersebut, manajemen keuangan dituntut untuk melakukan kebijakasanaan dalam bagian keuangan dengan tujuan maksimasi keuntungan. Kebijaksanaan tersebut adalah kebijaksanaan pembelanjaan, kebijakan investasi dan kebijakan deviden.

Indriyo (2008-11) mengemukakan bahwa dalam kebijakan pembelanjaan atau yang biasa disebut juga dengan kebijaksanaan finansial, dimana manajer keuangan dituntut untuk mempertimbangkan dan menganalisa sumber-sumber dana yang ekonomis bagi perusahaan guna membelanjai kebutuhan-kebutuhan rutin dalam kegiatan usahanya. Sumber dana tersebut berasal dari modal sendiri dan modal asing (hutang). Menurut Kieso et al (2006) dalam Ratih Fitria Sari Kebijakan hutang adalah kebijakan yang diambil perusahaan untuk melakukan pembiayaan melalui hutang. Penggunaan seberapa besar perusahaan menggunakan modal melalui hutang digunakan Debt Equity Ratio (DER) dan Bambang Riyanto (2001:333) mengemukakan bahwa Debt Equity Ratio adalah persentase perbandingan total hutang dengan modal sendiri. Dalam kaitannya dengan kebijakan dividen Indriyo Gitosudarmo dan Basri (2008:232) mengemukakan bahwa semakin besar dana untuk melunasi hutang baik untuk obligasi hipotek dalam tahun tersebut yang diambilkan dari kas maka akan berakibat menurunkan dividend pay out ratio dan sebaliknya. Artinya dana dalam kas yang akan dibayarkan dividen kepada para pemegang saham harus rela dipakai untuk membayar hutang dibanding membayar dividen.

Dalam menjalankan suatu kebijakan di perusahaan manajer keuangan diharapkan dapat mengambil kebijakan perusahaan terutama kebijakan keungan


(41)

yang menguntungkan pemilik perusahaan dan bagi pemegang saham. Bila keputusan manajemen merugikan bagi pemilik perusahaan maka akan timbul masalah keagenan. Dari struktur kepemilikan modal dapat dibagi menjadi kepemilikan manajerial dan kepemilikan konstutional. Menurut Wahidahwati (2002) Kepemilikan Manajerial (managerial ownership) adalah tingkat kepemilikan saham pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan, misalnya direktur dan komisaris, dan Yuli Soesetio (2007:390) mengemukakan bahwa kepemilikan manajerial yaitu perbandingan antara kepemilikan saham manajerial dengan jumlah saham yang beredar. Pemegang saham dan manajer masing-masing berkepentingan memaksimalkan tujuannya. Konflik kepentingan terjadi jika keputusan manajer hanya akan memaksimalkan kepentingannya dan tidak sejalan dengan kepentingan pemegang saham. Dalam hal ini kebijakan dividen menjadi salah satu cara untuk mengurangi masalah agensi, Menurut James C. Van Horne dan John M. Wachowicz, JR. (2005:8) menyatakan bahwa semakin sedikit persentase kepemilikan para manajer maka semakin sedikit kecenderungan mereka akan bertindak secara konsisten untuk memaksimalkan kesejahteraan para pemegang saham (pembagian dividen) dan semakin besar kebutuhan pengawasan atas aktivitas pihak manajemen bagi para pemegang saham luar, serta apabila persentase kepemilikan besar makan pembagian dividen menurun.

Dengan adanya kepemilikan manajerial, maka baik pemegang saham maupun para insider dapat saling bergantung dan memberikan yang terbaik agar dapat meningkatkan nilai perusahaan. Apabila nilai perusahaan meningkat, maka


(42)

pembayaran dividen bagi para pemegang saham dapat ikut meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham.

Menurut Mardianto (2009:277) Kebijakan dividen adalah penentuan penggunaan laba bersih, dan dikemukakan oleh Ang (1997:623) dalam Daru (2007) bahwa kebijaksanaan dividen (DPR) perbandingan antara dividen per lembar saham dan laba per lembar saham. Dalam kaitannya dengan kebijakan hutang dan struktur kepemilikan manajerial dikemukakan oleh Handono Mardianto (2009:285) yang menyatakan bahwa kebijakan dividen dipengaruhi oleh faktor alternatif sumber dana (kebijakan hutang) yaitu perusahaan akan memilih sumber dana internal (laba ditahan) daripada menerbitkan saham baru, yang mana akan menurunkan rasio pembayaran dividen.

Serta pada struktur kepemilikan manajerial, manajer yang lebih mementingkan pengendalian atas perusahaan, cenderung menolak menjual saham baru sehingga akan mendanai proyek investasi melalui laba ditahan serta menurunkan rasio pembayaran dividennya, artinya manajer yang mempunyai persentase kepemilikan yang lebih besar mempunyai pengendalian penuh untuk melakukan kebijakan dividen, bila jumlah kepemilikan manajerial besar maka dividen akan turun begitupun sebaliknya.

Penjelasan diatas dapat digambarkan dalam skema kerangka pemikiran pada gambar 2.1 dibawah ini :


(43)

Indriyo Gitosudarmo dan Basri (2008:232)

Handono Mardianto (2009:285)

James C. Van Horne (2005:8)

Gambar 2.1

Skema kerangka pemikiran

Pengaruh kebijakan hutang dan struktur kepemilikan manajerial terhadap kebijakan dividen

2.3 Hipotesis

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis membuat sebuah hipotesis awal yaitu bahwa terdapat pengaruh antara kebijakan hutang dan struktur kepemilikan manajerial terhadap kebijakan dividen pada PT. Indosat, Tbk secara simultan dan parsial.

Kebijakan Hutang (X1)

Total hutang Modal sendiri

(bambang riyanto, 2001:333) Kebijakan Dividen (Y)

Dividen per lembar saham Laba per lembar saham

(Ang, 1997 : 623 dalam Daru, 2007) Struktur Kepemilikan (X2)

Kepemilikan manajerial :

Kepemilikan manajerial Saham beredar


(44)

42

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan sasaran untuk mendapatkan tujuan tertentu mengenai suatu hal yang akan dibuktikan secara objektif. Pengertian objek penelitian menurut Sugiyono(2005:32) adalah sebagai berikut :

“Objek Penelitian merupakan Suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variabel tertentu yang ditetapkan untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan.”

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa objek penelitian digunakan untuk mendapatkan data sesuai tujuan dan kegunaan tertentu. Objek yang penulis gunakan dalam penelitian adalah kebijakan hutang, struktur kepemilikan manajerial serta kebijakan deviden. Penelitian ini dilaksanakan di PT. Indosat, Tbk.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu cara penulis dalam menganalisis data. Pengertian dari Metode Penelitian adalah sebagai berikut:

Menurut Sugiyono (2010:2) menjelaskan bahwa:

“Metode Penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”.

Dari pengertian diatas disimpulkan bahwa merupakan cara pemecahan masalah penelitian yang dilaksanakan secara terencana dan cermat dengan


(45)

meramalkan, dan mengendalikan keadaan. Metode penelitian juga merupakan cara kerja untuk memahami dan mendalami objek yang menjadi sasaran.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis dengan pendekatan kuantitatif, yaitu hasil penelitian yang kemudian diolah dan dianalisis untuk diambil kesimpulannya, artinya penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numeric (angka), dengan menggunakan metode penelitian ini akan diketahui hubungan yang signifikan antara variabel yang diteliti, sehingga menghasilkan kesimpulan yang akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti.

Menurut Sugiyono (2008:147) menyatakan bahwa:

“Metode Analisis Deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi”.

Menurut Sugiyono (2010:8) metode penelitian kuantitatif adalah sebagai berikut :

“Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada sample filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sample tertentu, pengumpulan data menggunkan istrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/ statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.”

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif analisis dengan pendekatan kuantitatif merupakan metode yang bertujuan menggambarkan secara sistematis dan faktual tentang fakta-fakta serta hubungan antar variabel yang diselidiki dengan cara mengumpulkan data, mengolah, menganalisis, dan menginterpretasi data dalam pengujian hipotesis statistik.


(46)

menggambarkan dengan jelas bagaimana pengaruh kebijakan hutang dan struktur kepemilikan manajerial terhadap kebijakan dividen. Sedangkan, pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif, karena data kebijakan hutang, struktur kepemilikan manajerial dan kebijakan dividen yang diperoleh dari penelitian ini berupa data kuantitatif.

Data yang dibutuhkan adalah data yang sesuai dengan masalah-masalah yang ada dan sesuai dengan tujuan penelitian, sehingga data tersebut akan di kumpulkan, diolah, dianalisis dan diproses lebih lanjut sesuai dengan teori-teori yang telah dipelajari, jadi dari data tersebut akan dapat ditarik kesimpulan.

3.2.1 Desain Penelitian

Dalam melakukan suatu penelitian diperlukan perencanaan penelitian agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan baik, sistematis serta efektif. Desain penelitian menurut Umi Narimawati (2010:30) mengatakan bahwa desain penelitian merupakan semua proses penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti, dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan penelitian yang dilakukan pada waktu tertentu. Tahapan atau langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : 1. Menetapkan permasalahan sebagai indikasi dari fenomena penelitian,

selanjutnya dapat ditetapkan judul yang akan diteliti. Dalam penelitian ini permasalahan yang terjadi difokuskan pada faktor penentu kebijakan dividen. Dengan demikian dapat ditetapkan judul penelitian : Pengaruh kebijakan hutang dan struktur kepemilikan manajerial terhadap kebijakan dividen pada PT. Indosat, Tbk.


(47)

yang berhasil diidentifikasi antara lain adalah adanya penggunaan kebijakan hutang yang kurang optimal dan struktur kepemilikan manajerial yang menurun akibat kinerja direksi yang kurang optimal.

3. Menetapkan rumusan masalah. Rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan yang akan dicari jawabannya melalui pengumpulan data. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Seberapa besar pengaruh kebijakan hutang dan struktur kepemilikan manajerial, secara simultan maupun parsial terhadap kebijakan dividen pada PT. Indosat, Tbk. 4. Menetapkan tujuan penelitian. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan

menganalisis pengaruhkebijakan hutang dan struktur kepemilikan manajerial, secara simultan dan parsial terhadap kebijakan dividen pada PT. Indosat, Tbk. 5. Menetapkan hipotesis penelitian, berdasarkan fenomena dan dukungan teori. Penulis menetapkan hipotesis dalam penelitian ini: Kebijakan hutang dan struktur kepemilikan manajerial secara simultan dan parsial berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen pada PT. Indosat, Tbk.

6. Menetapkan konsep variable sekaligus pengukuran variable penelitian yang digunakan. Dalam penelitian ini konsep kebijakan hutang mengacu kepada pendapat Kieso et al (2006) dalam Ratih Fitria Sari. Struktur Kepemilikan manajerial menurut Wahidahwati (2002) selanjutnya kebijakan dividen mengacu kepada pendapat Handono Mardianto (2009:277)

7. Menetapkan sumber data, teknik penentuan sampel dan teknik pengumpulan data. Sumber data dalam penelitian ini meliputi data primer dan sekunder. Teknik nonprobability sampling yang digunakan penulis dalam penelitian ini


(48)

sampel dari laporan keuangan PT. Indosat, Tbk selama tujuh tahun yaitu dari tahun 2004-2010. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi dan dokumentasi

8. Melakukan analisis data. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis statistik inferensial. Metode deskriptif dan Verifikatif, dan analisis regresi berganda.

9. Melaporkan hasil penelitian.

Desain penelitian ini menggunakan pendekatan paradigma hubungan dua variable bebas secara bersamaan dengan satu variable tergantung.

Desain penelitian tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.1 Desain Penelitian 3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Pengertian variabel menurut Sugiyono (2010: 31) adalah “sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan.”

Kebijakan Hutang (X1) Total hutang Modal sendiri

(Bambang riyanto, 2001:333)

Struktur Kepemilikan Manajerial (X2) Kepemilikan manajerial :

Kepemilikan manajerial Saham beredar

Wahidahwati (2002)

Kebijakan Dividen (Y) Diveden per lembar Saham

Laba per lembar saham


(49)

(2002:69) sebagai berikut:

“Definisi operasional adalah penentuan construct sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Definisi operasional menjelaskan cara tertentu dapat digunakan oleh peneliti dalam mengoperasionalisasikan construct, sehingga memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan cara pengukuran construct yang lebih baik.”

Operasionalisasi variabel diperlukan dalam menentukan jenis, indikator, serta skala dari variabel-variabel yang terkait dalam suatu penelitian, sehingga pengujian hipotesis dengan alat bantu statistik dapat dilakukan secara benar.

1. Variabel Bebas / Independent (variabel X1)

Sugiyono (2010:33) mengemukakan bahwa, “Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (dependen)”.

Variabel bebas merupakan variabel stimulus atau variabel yang dapat mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas merupakan variabel yang diukur, dimanipulasi, atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungannya dengan suatu gejala yang diobservasi.

Variabel bebas yang diteliti dalam penelitian ini ada dua, pertama (X1) adalah

kebijakan hutang dan kedua (X2) adalah struktur kepemilikan manajerial.

a. Kebijakan hutang (X1)

Kebijakan hutang adalah kebijakan yang diambil perusahaan untuk melakukan pembiayaan melalui hutang, Kieso et al (2006) dalam Ratih Fitria Sari. Kebijakan hutang termasuk kebijakan pendanaan perusahaan yang bersumber dari eksternal. Penentuan kebijakan hutang ini berkaitan dengan struktur modal karena


(50)

berisiko apabila memiliki porsi hutang yang besar dalam struktur modal, namun sebaliknya apabila perusahaan mengunakan hutang yang kecil atau tidak sama sekali maka perusahaan dinilai tidak dapat memanfaatkan tambahan modal eksternal yang dapat meningkatkan operasional perusahaan.

b. Struktur kepemilikan manajerial(X2)

Kepemilikan Manajerial (managerial ownership) adalah tingkat kepemilikan saham pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan, misalnya direktur dan komisaris (Wahidahwati, 2002).

2. Variabel tergantung / Dependent (Variabel Y)

Variabel tergantung adalah variabel yang memberikan reaksi/respon jika dihubungkan dengan variabel bebas. Menurut Sugiyono (2010:39), “Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas”.

Dalam hal ini variabel terikatnya adalah kebijakan dividen yang Menurut Handono Mardianto (2009:277) Kebijakan dividen mencakup penentuan penggunaan laba bersih untuk (1) mendanai investasi dalam bentuk laba ditahhan, dan (2) imbalan kepada para pemegang saham dalam bentuk dividen..

Berdasarkan uraian di atas, operasionalisasi variabel penelitian ini dapat dijelaskan dalam tabel 3.1 sebagai berikut :


(51)

Operasionalisasi Variabel

3.2.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data 3.2.3.1 Sumber Data

Jenis data yang digunakan peneliti pada penelitian mengenai pengaruh kebijakan hutang dan struktur kepemilikan manajerial terhadap kebijakan dividen adalah data data sekunder.

Sedangkan menurut Sugiyono (2009:137) data sekunder adalah:

Variabel Konsep variable Indikator ukuran Skala

Kebijakan hutang (X1)

Kebijakan hutang adalah kebijakan yang diambil perusahaan untuk melakukan pembiayaan melalui hutang

Kieso et al (2006) dalam Ratih Fitria Sari

Kebijakan Hutang (X1) Total hutang Modal sendiri

DER = Total Hutang x100% Total Modal Sendiri

(Bambang Riyanto, 2001:333)

% Rasio

Struktur kepemilikan manajerial (X2)

Kepemilikan Manajerial (managerial

ownership) adalah tingkat kepemilikan

saham pihak

manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan, misalnya direktur dan komisaris (Wahidahwati, 2002)

Struktur kepemilikan manajerial(X2) Kepemilikan manajerial

Jumlah saham manajerial Total saham beredar

MOWN= Jumlah saham manajerial x 100% Total saham beredar

Yuli Soesetio(2007:390)

%

Rasio

Kebijakan dividen (Y)

Kebijakan dividen adalah penentuan penggunaan laba bersih

Mardianto (2009:277)

Kebijakan Dividen (Y)

Dividen per lembar saham Laba per lembar saham DPR = DPS x 100%

EPS

Ang, 1997 : 623 dalam Daru, 2007)

%


(52)

data kepada pengumpul data.”

Data sekunder disajikan antara lain dalam bentuk data-data, tabel-tabel, diagram atau segala informasi yang berasal literatur yang ada hubungannya dengan teori-teori mengenai topik penelitian. Data sekunder dalam penelitian ini berupa laporan keuangan PT. Indosat, Tbk.

3.2.3.2 Teknik Penentuan Data

Adapun Teknik Penentuan data terbagi menjadi dua bagian, yaitu populasi dan sampel. Pengertian dari populasi dan sampel itu sendiri adalah sebagai berikut:

1. Populasi Penelitian

Adapun Pengertian populasi menurut Sugiyono (2006:72) mengemukakan bahwa:

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terjadi atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakter tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.” Berdasarkan pengertian di atas, populasi merupakan obyek atau subyek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah dalam penelitian maka yang menjadi populasi sasaran dalam penelitian ini adalah Laporan Keuangan Laba Rugi dan Neraca yang diperoleh dari tahun 2004-2010.

2. Sampel

Bila jumlah populasi besar dan tidak mungkin dilakukan penelitian terhadap seluruh anggota populasi maka dapat menggunakan sampel yang diambil dari


(1)

117 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan data yang ada pada bab sebelumya, yaitu mengenai pengaruh Kebijakan Hutang dan Kepemilikan Manajerial terhadap Kebijakan Dividen pada PT. Indosat Tbk, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Perkembangan Nilai Debt To Equtiy Ratio pada PT. Indosat Tbk dari periode tahun 2004 mengalami peningkatan sampai tahun 2010. Peningkatan ini disebabkan karena ketergantungan perusahaan pada dana asing (hutang) dan keadaan modal sendiri yang sangat berpengaruh pada rasio hutang perusahaan 2. Perkembangan kepemilikan manajerial yang dimiliki oleh direksi dan komisari pada PT. Indosat Tbk mengalami peningkatan dari periode tahun 2004 sampai dengan tahun 2006 ini dan periode tahun 2007-2010 mengalami kenaikan dan penurunan yang signifikan, hal ini disebabkan oleh perubahan jajaran direksi dan komisaris pada PT. Indosat. Tbk yang menyebabkan nilai kepemilikan manajerial yaitu direksi dan komisaris berubah dan pada tahun 2004-2010 jumlah kepemilikan manajerial lebih sedikit dibanding jumlah kepemilikan pihak luar..

3. Perkembangan rasio pembayaran dividen yaitu Dividend Payout Ratio yang terjadi pada PT. Indosat Tbk tahun 2004-2010 mengalami perubahan yang fluktuatif yaitu condong naik, hal ini disebabkan karena perusahaan lebih


(2)

118

mementingkan para pemegang saham walaupun laba yang didapat oleh PT. Indosat condong menurun dan diharapkan pihak pemegang saham akan terus menanamkan modal sahamnya pada PT. Indosat Tbk

4. Berdasarkan hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh Kebijakan hutang (DER) dan kepemilikan manajerial (MOWN) terhadap Kebijakan Dividen (DPR).

a. Secara parsial besarnya pengaruh Kebijakan Hutang (DER) dengan Kebijakan Dividen (DPR) adalah 10,37% dan koefisien korelasinya searah (positif).

b. Secara parsial besarnya pengaruh Kepemilikan Manajerial dengan Kebijakan Dividen (DPR) adalah 12,12% dan koefisien korelasinya tidak searah (negatif).

c. Secara simultan besarnya pengaruh Kebijakan Hutang (DER) dan Kepemilikan Manajerial dengan Kebijakan Dividen (DPR) adalah 22,49% dan koefisien korelasinya searah (positif).

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian dan kesimpulan di atas, penulis mencoba memberikan saran bagi PT. Indosat Tbk sebagai bahan pertimbangan perusahaan maupun untuk pihak lainnya mengenai kebijakan hutang, kepemilikan manajerial dan kebijakan dividen, yaitu sebagai berikut :

1. Kebijakan Hutang yang dilakukan oleh perusahaan terlalu beresiko, sebaiknya PT. Indosat Tbk memperhatikan struktur hutang yang mana total hutang perusahaan ini lebih banyak dibanding modal sendiri, dimana bila


(3)

119

total hutang lebih besar daripada modal sendiri akan beresiko bagi perusahaan, untuk itu kedepannya perusahaan perlu untuk mengambil kebijakan dalam pembelanjaannya dengan mengutamakan sumber-sumber dari dalam perusahaan atau dengan kata lain mengurangi ketergantungan hutang.

2. Kepemilikan Manajerial pada PT. Indosat sari tahun 2004-2010 cenderung menurun, sebaiknya kepemilikan manajerial pada PT. Indosat Tbk yang dipegang oleh komisaris dan direksi meningkatkan kepemilikan sahamnya agar dapat menyeimbangkan pengendalian dalam perusahaan dalam menentukan kebijakan di Indosat, Tbk.

3. Kebijakan Dividen pada PT. Indosat Tbk dari tahun 2004-2010 tingkat pembagian Dividen Payout Ratio sangat tinggi, artinya perusahaan ingin memaksimumkan kemakmuran para pemegang saham tanpa mementingkan laba Sebaiknya, PT. Indosat Tbk lebih mempertimbangkan untuk pembagian dividen dan mengatur pendapatan yang masuk untuk melakukan investasi atau pembangunan untuk jangka panjang yang menjadi prioritas utama dibanding terus menerus menaikan dividennya.

4. Kebijakan hutang dan kepemilikan manajerial mempengaruhi kebijakan dividen, sehingga bagi manajemen perusahaan, variabel-variabel ini dapat dijadikan pertimbangan dalam menentukan pembangunan berkelanjutan bagi perusahaan sehingga dapat menjadikan perusahaan ini melakukan kinerja yang optimal bagi perusahaan.


(4)

120

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah W. Djabid. 2009. “Kebijakan Dividen dan Struktur Kepemilikan Terhadap Kebijakan Hutang: Sebuah Perspektif Agency Theory. Jurnal Keuangan dan Perbankan”. Vol. 13 No. 2 Mei 2009, hal. 249-259. Arfani, Astri Nur Kusumawati dan Noer Sasongko. 2005.Analisis Perbedaan

Pengaturan Laba (Earnings management) Pada Kondisi Laba dan Rugi Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. 2005. Vol. 4 No. 1 April

Bambang Riyanto. 2008. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi 4. BPFE: Yogyakarta.

Bambang Sugeng. 2009. “Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Struktur Modal Terhadap Kebijakan Inisiasi Dividen Di Indonesia”. Jurnal Ekonomi Bisnis. No. 1. Hal 37-48.

Brigham, Eugene F dan Phillip R. Daves. 2002. Intermediate Financial Management. Seventh Edition. United State: Thomson Learning.

Bringham, Eugene and Joel F. Houston. 2006. Fundamental of Financial Management. Jakarta : Erlangga.

Hanafi, Mamduh. (2004). “Manajemen Keuangan”, BPFE, Yogyakarta

Handono Mardiyanto. (2009). Intisari Manajemen Keuangan: Teori, Soal dan Jawaban. Jakarta: Grasindo

Indriyo Gitosudarmo dan Basri. 2008. Manajemen Keuangan Edisi 4. Yogyakarta : BPFE.

Keown, A.J, 1999, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, BPE, Jakarta.

Luciana Spica Almilia dan Meliza Silvy. 2006, “Analisis Kebijakan Dividend an Kebijakan Leverage Terhadap Prediksi Kepemilikan Manajerial Dengan Tehnik Analisis Multinomial Logit”, Jurnal Akuntansi dan Bisnis, vol. 6, No. 1, Pebruari 2006. Hal 1- 19.

Mondher Kouki dan Moncef Guizani. 2009, “Ownership Structure and Dividend Policy Evidence From Tunisian Stock Market”. European Journal of Scientific Researc, Vo. 25 No. 1, pp. 42-53.


(5)

121

Nurfauziah, D. Agus Harjito, dan Atik Ringayati. 2007. “Analisis Hubungan Simultan Antara Kepemilikan Manajerial, Risiko, Kebijakan Hutang dan Kebijakan Dividen Dalam Masalah Agensi”, Jurnal Kajian Bisnis dan Manajemen, vol. 9 No. 2, Juni 2007 Hal. 157-166.

Nurhayati. 2008. “Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan Hutang, Risiko, Peluang Pertumbuhan dan Kemampualabaan Perusahaan Terbuka pada Industri Manufaktur di Indonesia”. Eksekutif, Vol. 5 No. 1. April 2008. Hal. 172-185

Ratih Fitria Sari. 2010 Skripsi : Analisis Pengaruh Kepemilikaan Manajerial, Kebijakan Utang, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan Dan Kesempatan Investasi Terhadap Kebijakan Dividen. Surakarta.

Sri Rejeki Metallia. 2007 Skripsi : Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan dan Rasio Perputaran Persediaan Terhadap Pemilihan Metode Persediaan Pada Perusahaan Manufaktur Go Public di BEJ. Semarang.

Suwaldiman dan Ahmad Aziz. 2006. “Pengaruh Insider Ownership dan Risiko

Pasar Terhadap Kebijakan Dividen”, Jurnal Kajian Bisnis dan

Manajemen,

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta ---. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

---. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Umi Narimawati. 2008. Riset Manajemen Sumber Daya Manusia. Agung Media, Jakarta.

Van Horne, James C. dan John M. Wachowicz, Jr, 2005. Prinsip-prinsip

Manajemen Keuangan, Buku Satu, Edisi Kedua Belas, Alih Bahasa oleh Dewi Fitriasari dan Deny Arnos Kwary, Salemba Empat, Jakarta

Wahidahwati. 2002. “Pengaruh Kepemilikan Manajerial Dan Kepemilikan Institusional Pada Kebijakan Hutang Perusahaan: Sebuah Perspektif Theory Agency ”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 5, No.1, Januari: Hal 1-16.

Yustina Ade. 2008. “Hubungan Struktur Kepemilikan dan External Monitoring Terhadap Agency Cost dan Aliran Kas”. Jurnal Keungan dan Perbankan, Vol. 12, No. 3. September 2008, Hal. 343-354.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Dede Ridwan

Tempat, Tanggal Lahir : Tasikmalaya, 30 Maret 1987 Jenis Kelamin : Laki - laki

Alamat : Jl. Raya Rajapolah No. 165 Kp. Pasar Kolot RT/RW 01/04 Ds. Rajapolah Kec. Rajapolah Kab. Tasikmalaya 46155.

Agama : Islam

No. Telp : 089987473396

Pendidikan Formal

1996 – 2001 : SD Negeri 1 Rajapolah 2001 – 2003 : SLTP Negeri 1 Rajapolah 2003 – 2006 : SMA Negeri 4 Tasikmalaya 2007 – 2011 : Universitas komputer Indonesia Pelatihan

1. Table Manner & Handsome Class 2. Seminar – Seminar

3. Training motivation 4. Brevet Pajak

Hobi dan Minat

1. Komputer dan Internet 2. Photografer

3. Masak 4. Olahraga


Dokumen yang terkait

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KEBIJAKAN DIVIDEN, KEBIJAKAN HUTANG, Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Dividen, Kebijakan Hutang, Dan Ukuran perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empir

1 11 18

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KEBIJAKAN DIVIDEN, KEBIJAKAN HUTANG, Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Dividen, Kebijakan Hutang, Dan Ukuran perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empir

0 4 20

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KEBIJAKAN DEVIDEN, KEBIJAKAN HUTANG DAN KEBIJAKAN INVESTASI Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Deviden, Kebijakan Hutang dan Kebijakan Investasi Terhadap Nilai

1 5 13

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KEBIJAKAN DEVIDEN, KEBIJAKAN Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Deviden, Kebijakan Hutang dan Kebijakan Investasi Terhadap Nilai Perusahaan Pada Sektor Manufak

0 2 17

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KEBIJAKAN DIVIDEN, KEBIJAKAN HUTANG DAN Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Dividen, Kebijakan Hutang, Dan Manajemen Laba Terhadap Nilai Perusahaan (Studi pada

0 2 15

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KEBIJAKAN DIVIDEN, KEBIJAKAN HUTANG, DAN Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Dividen, Kebijakan Hutang, Dan Manajemen Laba Terhadap Nilai Perusahaan (Studi pada

0 2 16

ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, KEBIJAKAN DEVIDEN, KEBIJAKAN HUTANG, DAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL Analisis Pengaruh Profitabilitas, Kebijakan Deviden, Kebijakan Hutang, Dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan m

0 1 16

ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, KEBIJAKAN DEVIDEN, KEBIJAKAN HUTANG, DAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL Analisis Pengaruh Profitabilitas, Kebijakan Deviden, Kebijakan Hutang, Dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan m

0 1 19

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL DAN KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG Pengaruh Kepemilikan Manajerial Dan Kepemilikan Institusional Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia.

1 2 14

Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional dan Kebijakan Dividen terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan

0 3 22